Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Dewan Organisasi Ilmu-ilmu Kedokteran Internasional
(CIOMS) bekerja sama dengan
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO)
Geneva
1993
I. CATATAN LATAR BELAKANG
1
Kode Nuremberg, yang diterbitkan pada tahun 1947, menetap-
kan tolok ukur untuk melaksanakan ekperimentasi manusia, yang me-
nekankan persetujuan sukarela dari subyek. Pada tahun 1964, Ikatan
Dokter Sedunia (World Medical Association) mengambil langkah
penting lebih jauh untuk menenangkan masyarakat, yakni mengadopsi
Deklarasi Helsinki, yang direvisi terakhir pada tahun 1989, yang me-
netapkan pedoman etik utuk penelitian yang melibatkan subyek manu-
sia. Pada tahun 1966, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa
mengadopsi Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Politik dan Sipil,
yang mulai diberlakukan tahun 1976, dan yang menyatakan ( Pasal 7
) : “ Tidak seorangpun dapat dihadapkan pada penyiksaan atau perla-
kuan kejam, tidak manusiawi, merendahkan atau hukuman. Secara
tegas, tidak seorangpun dapat diperlakukan tanpa persetujuan bebas
untuk percobaan medis atau ilmiah”. Melalui pernyataan ini masyara-
kat mengekspresikan nilai kemanusiaan yang fundamental yang
dipegang untuk mengatur semua penelitian yang melibatkan subyek
manusia – perlindungan untuk hak-hak dan kesejahteraan semua
subyek manusia terhadap percobaan ilmiah.
2
Research Involving Human Subjects). Tujuan dari Usulan Pedoman ini
adalah untuk mengindikasikan bagaimana prinsip-prinsip etik yang
seharusnya mengatur penerapan penelitian biomedis yang melibatkan
subyek manusia, sebagaimana dikemukakan dalam Deklarasi Hel-
sinki, dapat diterapkan secara efektif, khususnya di negara-negara
berkembang, mengingat keadaan sosio-ekonomi, hukum dan pera-
turan perundang-undangan, serta tatanan eksekutif dan administratif
mereka.
3
lain, hal tersebut merupakan cara bagi para ilmuan untuk menemukan
pengetahuan baru yang dapat menghasilkan pencegahan atau pengo-
batan atau bahkan pemberantasan suatu golongan penyakit dan ke-
cacatan tertentu.
4
berkaitan dengan kesehatan, pembuat keputusan kesehatan, pakar
etika, filsuf, serta pakar hukum.
5
bagi tinjauan etik terhadap penelitian yang melibatkan subyek
manusia.
6
II. PENGANTAR
7
subyek penelitian. Mereka juga menunjukkan berbagai bidang yang
perlu diperbaiki dan ditinjau kembali.
8
Kerjasama penelitian internasional dan interkultural telah
meningkat secara luar biasa dan melibatkan negara-negara
berkembang. Banyak diantaranya masih memiliki kapasitas terbatas
untuk meninjau kembali proposal penelitian secara independen yang
diserahkan oleh pihak sponsor asing atau peneliti mereka sendiri.
9
subyek penelitian, menetapkan syarat-syarat bagi pelaksanaan
penelitian etik yang melibatkan subyek manusia, dengan menekankan
“persetujuan sukarela” dari subyek manusia terhadap penelitian.
10
merupakan perkembangan logis dari Deklarasi Helsinki. Sebagaimana
dinyatakan dalam bagian Pengantar publikasi tersebut, Pedoman ini
dimaksudkan untuk menunjukkan bagaimana prinsip-prinsip etik yang
diwujudkan dalam Deklarasi tersebut dapat diterapkan secara efektif di
negara-negara berkembang. Teks tersebut menerangkan penerapan
prinsip-prinsip etik baku pada penelitian biomedis yang melibatkan
subyek manusia dan memberikan perhatian pada masalah-masalah
etik baru yang timbul dalam periode sebelum publikasinya. Publikasi
Pedoman Etik Internasional untuk Penelitian Biomedis yang
Melibatkan Subyek Manusia, menggantikan Usulan Pedoman
Internasional tahun 1982.
11
umumnya disepakati bahwa prinsip-prinsip ini, secara abstrak memiliki
kekuatan moral yang sama, mengarahkan persiapan hati-hati dari
usulan-usulan penelitian ilmiah. Dalam berbagai keadaan prinsip-
prinsip tersebut dapat diekspresikan secara berbeda dan diberikan
tekanan moral yang berbeda, serta penerapannya dapat menghasilkan
keputusan-keputusan atau tindakan yang berbeda. Pedoman ini
diarahkan pada penerapan prinsip-prinsip tersebut terhadap penelitian
yang melibatkan subyek manusia.
12
diekspresikan sebagai suatu prinsip terpisah, yakni non-kejahatan
(jangan merugikan).
13
V. MUKADIMAH
14
atau terapeutik untuk subyek tersebut. Contoh-contohnya termasuk
pemberian plasebo untuk kinerja uji laboratorium di samping uji yang
diharuskan untuk tujuan pelayanan medis. Oleh karena itu istilah
“penelitian klinis” digunakan di sini dan bukannya “penelitian
terapeutik”.
15
Penggunaan catatan-catatan demikian dan perlindungan kerahasiaan
data yang dipeoleh dari catatan-catatan tersebut didiskusikan dalam
Pedoman Internasional untuk Tinjuan Etik Penelitian Epidemiologis
(CIOMS, 1991).
16
merekrut subyek; dan cara yang diusulkan untuk memastikan bahwa
persetujuan subyek dapat diinformasikan secara memadai dan
sukarela. Protokol tersebut harus dinilai secara ilmiah dan etik oleh
satu atau lebih badan peninjau yang sesuai, terlepas dari para peneliti.
17
PEDOMAN
Pertimbangan umum.
“Informed consent” adalah persetujuan yang diberikan oleh seorang
individu kompeten yang telah menerima informasi yang diperlukan;
yang telah memahami secara memadai informasi tersebut; dan yang
setelah mempertimbangankan informasi tersebut tiba pada suatu
keputusan tanpa mengalami paksaan, pengaruh atau bujukan yang
tidak layak, atau intimidasi.
18
termasuk anak-anak muda, orang-orang dewasa dengan gangguan
mental atau tingkah laku, dan orang-orang yang sama sekali tidak
mengenal konsep-konsep medis modern, memiliki kapasitas terbatas
untuk memberikan informed consent. Karena persetujuan mereka
dapat mengimplikasikan partisipasi yang pasif dan tidak dimengerti,
maka bagaimanapun juga para peneliti tidak boleh beranggapan
bahwa persetujuan yang diberikan oleh individu pada golongan rentan
tersebut adalah valid, tanpa persetujuan terlebih dahulu dari komisi
etikyang independen. Bila seorang individu tidak mampu membuat
suatu informed consent untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka
peneliti haru memperoleh persetujuan wali dari wakil hukum individu
tersebut atau wakil lain yang berwenang.
19
Pedoman 2 : Informasi Esensial Untuk Calon Subyek Penelitian
20
Komentar tentang Pedoman 2
Proses.
Bahasa.
Pemahaman.
21
Manfaat.
Resiko.
22
peneliti atau sebagai peneliti dan dokter sekaligus bagi subyek.
Meskipun demikian, seorang peneliti yang setuju untuk bertindak
sebagai peneliti, dokter melaksanakan semua tanggung jawab legal
dan etik dari dokter perawatan primer bagi subyek. Dalam kasus
demikian, jika subyek tersebut menarik diri dari penelitian karena
adanya komplikasi yang berkaitan dengan penelitian tersebut atau
dalam menggunakan haknya untuk menarik diri tanpa kehilangan
manfaat, maka dokter tersebut memiliki kewajiban untuk meneruskan
perawatan medis kepada subyek, atau melihat bahwa subyek
menerima perawatan medis yang diperlukan dalam masyarakat atau
sistem perawatan kesehatan setempat, atau menawarkan bantuan
untuk menemukan dokter lain. Jika peneliti hanya akan bertindak
sebagai peneliti, maka subyek harus dinasihati untuk mencari
perawatan medis yang diperlukan, di luar konteks penelitian.
Pertimbangan-pertimbangan lain.
23
Pedoman 3 : Kewajiban peneliti berkenaan dengan informed
consent
24
nyata) dan ciri-ciri tertentu dari rancangan penelitian (sebagai contoh,
acak, tersamar ganda, kontrol - kasus), yang dinyatakan dalam
bahasa yang dipahami oleh subyek. Jenis-jenis informasi lainnya yang
harus disampaikan dalam keadaan-keadaan tertentu disajikan di
bawah dalam komentar tentang beberapa pedoman lain. Secara
umum, standar untuk mengkomunikasikan informasi adalah bahwa
informasi yang oleh seseorang dianggap sebagai bahan untuk
mencapai keputusan tentang apakah ia akan menyetujui harus
dikomunikasikan. Para peneliti dan komisi etik harus bersama-sama
menentukan apa yang harus dikomunikasikan dalam kaitan dengan
penelitian-penelitian tertentu.
Pengelabuan.
25
membuat hasil-hasil menjadi tidak valid. Dalam sebagian besar kasus
demikian, calon subyek diminta untuk menyetujui tetapi tidak
diinformasikan tentang tujuan dari beberapa prosedur hingga
selesainya penelitian tersebut. Dalam kasus lain, karena permintaan
ijin untuk menahan beberapa informasi akan membahayakan validitas
penelitian tersebut, maka para subyek dibuat tidak menyadari bahwa
informasi tertentu telah ditahan hingga selesainya penelitian.
26
alasan-alasan pengelabuan. Seorang subyek yang tidak menyetujui
pengelabuan tersebut biasanya diberikan kesempatan untuk menolak
atau membiarkan peneliti untuk menggunakan informasi yang
diperoleh dari penelitian terhadap subyek tersebut.
Intimidasi
27
tidak akan mempengaruhi hubungan terapeutik atau manfaat lainnya
yang merupakan hak mereka.
Pencatatan persetujuan.
Persetujuan berlanjut.
28
penelitian, mengenai resiko-resiko atau manfaat dari terapi yang
sedang diuji atau tentang alternatif-alternatif terhadap terapi. Para
subyek harus diberikan informasi demikian. Dalam banyak uji klinis,
data tidak diungkapkan kepada subyek dan peneliti hingga penelitian
selesai. Ini secara etik dapat diterima jika data tersebut dipantau oleh
suatu komisiyang bertanggung jawab terhadap pemantauan data dan
keamanan (lihat Pedoman 14, halaman 40) dan suatu komisi etik telah
menyetujui untuk tidak mengungkapkannya.
29
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh partisipasi mereka dalam
penelitian tersebut. Demikian juga, para peneliti dapat memberikan
kepada mereka pelayan medis dan penggunaan fasilitas, serta
melakukan prosedur dan uji secara cuma-cuma, asal saja ini dilakukan
dalam kaitan dengan penelitian tersebut.
30
tidak kompeten tersebut tidak boleh diberikan imbalan kecuali
penggantian biaya saku.
31
akan menerima terapi yang secara medis tidak ada alternatif-
nya;
6. resiko yang ditimbulkan oleh intervensi yang tidak dimaksud-
kan untuk memberikan manfaat kepada subyek anak adalah
rendah dan setara dengan pentingnya pengetahuan yang
akan dicapai; dan
7. intervensi yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat tera-
peutik setidak-tidak memiliki manfaat yang sama bagi subyek
anak sebagaimana manfaat suatu intervensi alternatif.
Persetujuan anak.
32
itu mereka dapat secara sadar menyetujui untuk berfungsi sebagai
subyek penelitian. Pengaturan demikian tidak cukup untuk mengijinkan
partisipasi dalam penelitian kecuali hal itu dilengkapi dengan
persetujuan wali dari orang tua, wakil hukum atau yang diberikan
wewenang.
Peneliti harus memperoleh persetujuan wali dari orang tua atau wakil
sesuai dengan undang-undang setempat atau prosedur yang berlaku.
Dapat diasumsikan bahwa anak-anak berusia lebih dari 13 tahun
biasanya mampu memberikan informed consent, tetapi persetujuan
mereka harus dilengkapi dengan persetujuan wali dari orang tua atau
wakil, kecuali hal ini tidak diwajibkan oleh undang-undang setempat.
33
Pengamatan penelitian oleh orang tua.
Orang tua atau wakil yang memberikan persetujuan wali bagi seorang
anak untuk berpartisipasi dalam penelitian harus diberikan
kesempatan untuk mengamati penelitian tersebut ketika berlangsung,
sehingga mampu untuk menarik kembali anak tersebut dari penelitian
jika orang tua atau wakil memutuskan bahwa penting bagi sang anak
untuk menarik diri.
Pembenaran resiko.
34
Resiko intervensi yang tidak dimaksudkan memiliki manfaat langsung
kepada subyek anak harus dibenarkan dalam kaitan dengan manfaat
yang diharapkan bagi masyarakat (pengetahuan umum). Secara
umum, resiko dari intervensi demikian harus bersifat minimal, yakni
tidak lebih besar dari resiko yang terdapat pada pemeriksaan medis
atau psikologis rutin terhadap anak-anak tersebut. Bila komisi etik
diyakinkan bahwa tujuan penelitian cukup penting, maka sedikit
penambahan di atas resiko minimal dapat diijinkan.
35
5. tingkat resiko yang terdapat pada intervensi dan tidak
dimaksudkan untuk memberikan manfaat bagi subyek adalah
rendah dan setara dengan pentingnya pengetahuan yang
akan diperoleh; dan
6. intervensi yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat
terapeutik setidak-tidaknya memiliki manfaat yang sama bagi
subyek sebagaimana suatu alternatif.
Pertimbangan-pertimbangan umum.
Persetujuan individu.
36
memberikan manfaat terapeutik bagi seorang subyek, maka keberatan
subyek tesebut harus dihargai kecuali tidak terdapat alternatif medis
layak dan undang-undang setempat mengijinkan penolakan terhadap
keberatan tersebut.
37
vaksin yang diteliti yang dapat memberikan harapan manfaat
terapeutik dan preventif, khususnya bila tidak tersedia terapi atau
pencegahan setara atau lebih tinggi. Hak mereka untuk memperoleh
terapi atau pencegahan demikian dibenarkan secara etik dengan
alasan sama sebagaimana hak kelompok rentan lainnya (lihat
Pedoman 10). Orang-orang yang tidak mampu memberikan informed
consent secara memadai karena gangguan mental atau tingkah laku
secara umum bukan merupakan subyek yang sesuai untuk uji klinis
formal kecuali uji yang dirancang sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan kesehatan tertentu mereka. Infeksi HIV langsung pada otak
dapat menimbulkan kecacatan mental. Dalam kasus pasien dengan
kecacatan demikian, maka uji klinis formal terhadap obat, vaksin atau
intervensi lainnya yang dirancang untuk mengobati atau mencegah
kecacatan tersebut dapat disetujui oleh komisi etik.
38
Pedoman 7 : Penelitian yang melibatkan tawanan
Pertimbangan-pertimbangan umum.
39
Meskipun tidak ada deklarasi internasional yang melarang tawanan
untuk berfungsi sebagai subyek penelitian biomedis, argumen-
argumen kontradiktoris namun persuasif meniadakan rekomendasi
yang disepakati secara internasional. Meskipun demikian, bila praktek
tersebut diijinkan, harus ada ketetapan bagi pemantauan independen
terhadap proyek-proyek penelitian tersebut.
40
1. orang-orang di masyarakat terbelakang biasanya tidak
dilibatkan dalam penelitian yang dapat dilakukan sama baiknya
di masyarakat maju;
2. penelitian merupakan respon terhadap kebutuhan dan prioritas
kesehatan masyarakat di mana hal tersebut akan dlakukan;
3. setiap usaha akan dilakukan untuk mentaati perintah etik
bahwa persetujuan dari subyek harus diinformasikan; dan
4. usulan penelitian telah ditinjau dan disetujui oleh komisi etik
yang memiliki orang-orang yang sepenuhnya mengenali kebi-
asaan dan tradisi dari masyarakat tersebut di antara anggota-
anggota dan konsultannya.
Pertimbangan-pertimbangan umum.
41
terhadap resiko bawaan merupakan perhatian utama. Meskipun
demikian, sejumlah pertimbangan tambahan berlaku terutama pada
penelitian yang diadakan di masyarakat terbelakang baik di negara
maju mapun di negara berkembang, oleh para peneliti dan sponsor
dari negara maju atau dari lembaga-lembaga di negara berkembang.
42
Para peneliti harus menghormati standar etik dari negara mereka
sendiri dan harapan-harapan kultural dari masyarakat di mana
penelitian tersebut dilakukan, kecuali hal ini menunjukkan pelanggaran
terhadap aturan moral yang lebih tinggi. Para peneliti memiliki resiko
merusak reputasi mereka dengan melakukan pekerjaan yang di
negara tuan rumah dapat diterima tetapi di negara mereka sendiri hal
tersebut ditentang. Demikian juga, mereka dapat melanggar nilai-nilai
budaya dari negara tuan rumah dengan menyesuaikan diri secara
tidak kritis dengan harapan-harapan mereka sendiri.
Sifat penelitian.
43
wakil-wakil dari negara-negara yang bekerja sama, dan pemimpin
masyarakat tentang apa yang diharapkan dari masyarakat dan apa
yang dapat dan tidak dapat diberikan pada akhir penelitian.
Pemahaman demikian harus dicapati sebelum dimulai penelitian untuk
memastikan bahwa penelitian tersebut sungguh-sungguh merupakan
respon terhadap prioritas-prioritas masyarakat.
Informed consent.
Harus dilakukan berbagai upaya untuk memperoleh informed consent
dari setiap calon subyek sesuai dengan standar yang dijelaskan di
Pedoman 1 hingga 3, untuk memastikan bahwa hak-hak calon subyek
dihargai. Sebagai contoh, bila karena kesulitan komunikasi peneliti
44
tidak dapat membuat calon subyek sepenuhnya sadar akan implikasi
dari partisipasi untuk memberikan informed consent secara memadai,
maka keputusan dari setiap calon subyek apakah akan menyetujui
harus diperoleh melalui perantara yang terpercaya seperti pemimpin
masyarakat. Dalam beberapa kasus, mekanisme lain yang disetujui
oleh komisi etik mungkin lebih sesuai. Meskipun persetujuan
diperoleh, semua calon subyek harus secara jelas diberitahukan
bahwa partisipasi mereka sepenuhnya bersifat sukarela, dan bahwa
mereka bebas untuk menolak berpartisipasi atau menarik diri dari
partisipasi kapan saja tanpa hilangnya hak mereka. Peneliti diwajibkan
untuk memastikan bahwa setiap calon subyek diberitahukan secara
jelas segala sesuatu yang harus disampaikan sebagaimana jika
penelitian tersebut dilakukan di suatu masyarakat maju, dan
memastikan agar dilakukan usaha sungguh-sungguh untuk membuat
subyek memahami informasi ini. Jikalau tidak, jaminan kebebasan
untuk menolak atau menarik diri dari partisipasi akan menjadi tidak
berarti.
Tinjauan etik.
Kemampuan untuk menilai penerimaan berbagai aspek etik dari suatu
proposal memerlukan pemahaman menyeluruh tentang kebiasaan dan
tradisi suatu masyarakat. Komisi etik juga harus memiliki anggota
45
atau konsultan dengan pemahaman demikian, sehingga komisi
tersebut dapat mengevaluasi cara yang diusulkan untuk memperoleh
informed consent dan menghormati hak-hak calon subyek. Sebagai
contoh, orang-orang tersebut harus mampu mengidentifikasi anggota-
anggota masyarakat yang sesuai untuk berfungsi sebagai perantara
antara peneliti dan subyek, untuk memutuskan dari sudut pandang
tradisi masyarakat, dan memberikan perlindungan untuk data dan
informasi yang dianggap pribadi atau sensitif oleh subyek.
Pertimbagan-pertimbangan HIV/AIDS.
Infeksi HIV dan AIDS bersifat endemik di banyak negara dan
masyarakat di dunia, baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Beberapa ciri HIV/AIDS/ membenarkan keterlibatan
orang dari masyarakat terbelakang dalam penelitian epidemiologis
yang relevan dengan HIV/AIDS maupun dalam penelitian yang
dirancang untuk menguji bakal obat atau vaksin untuk pengobatan dan
pencegahan infeksi HIV dan AIDS. Ini mencakup, tetapi tidak terbatas
pada, bukti bahwa cara penularan infeksi, dan sejarah penyakit dapat
sangat berbeda di antara masyarakat-masyarakat. Di samping itu,
jenis HIV berbeda di berbagai wilayah dunia, dan pemahaman ilmiah
dewasa ini adalah bahwa jenis-jenis berbeda dapat merespon secara
berbeda terhadap vaksin atau obat. Jika penelitian dilakukan hanya di
negara dan masyarakat maju, maka manfaat dari penelitian demikian
tidak dapat dinikmati oleh negara berkembang. Oleh karena itu,
partisipasi dalam penelitian HIV/AIDS pada penduduk dari masyarakat
terbelakang yang diseleksi secara tepat harus didorong, asal saja hak
dan kesejahteraan mereka dilindungi secara memadai sebagaimana
dikemukakan dalam Pedoman 8.
46
Pedoman 9 : Informed consent dalam penelitian epidemiologis
Pertimbangan-pertimbangan umum.
Informed consent.
47
Bila fokus penelitian merupakan seluruh masyarakat dan bukannya
subyek manusia perorangan (sebagai contoh, untuk menguji
penggunaan zat tambahan dalam persediaan air masyarakat, atau
suatu prosedur atau metoda perawatan kesehatan baru, atau suatu
metoda kontrol baru terhadap vektor-vektor penyakit seperti nyamuk
atau tikus) maka persetujuan atau penolakan individu untuk
dihadapkan pada intervensi tersebut akan menjadi tidak berarti kecuali
individu tersebut rela meninggalkan masyarakat tersebut. Meskipun
demikian, individu tersebut dapat menolak untuk menjalani prosedur
seperti kuesioner atau uji darah yang dirancang untuk memperoleh
data untuk mengevalusi intervensi tersebut.
48
informasi apa mengenai individu yang dianggap umum. Para peneliti
yang menggunakan informasi demikian harus menghidari
pengungkapan informasi yang secara pribadi sensitif.
49
Komentar tentang Pedoman 10
Pertimbangan-pertimbangan umum.
50
2. penelitian dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan yang
menghasilkan perbaikan diagnosis, pencegahan atau
pengobatan penyakit atau masalah-masalah kesehatan lainnya
yang khas pada kelompok rentan, baik subyek aktual atau
anggota kelompok rentan dalam situasi serupa;
3. subyek-subyek penelitian dan anggota lain dari kelompok
rentan dari mana subyek akan direkrut biasanya diyakinkan
bahwa mereka akan memperoleh akses terhadap produk-
produk diagnostik, preventif atau terapeutik yang akan tersedia
sebagai konsekuensi penelitian;
4. resiko yang terdapat pada penelitian yang tidak dimaksudkan
untuk memberikan manfaat bagi subyek akan bersifat minimal,
kecuali komisi etikmenetapkan sedikit penambahan di atas
resiko minimal (lihat Pedoman 5); dan
5. bila calon-calon subyek tidak kompeten atau sama sekali tidak
mampu memberikan informed consent, maka persetujuan
mereka akan dilengkapi oleh persetujuan wali dari wakil hukum
mereka atau dari wakil yang diberi wewenang.
51
laboratorium, karyawan perusahaan farmasi, dan anggota angkatan
bersenjata atau kepolisian.
Karena mereka bekerja secara dekat dengan para peneliti atau atasan
mereka, maka cenderung dipanggil lebih sering daripada yang lainnya
untuk berfungsi sebagai subyek penelitian, dan hal ini dapat
mengakibatkan distribusi beban dan manfaat yang tidak merata dalam
penelitian.
52
oleh infeksi HIV. Beberapa di antara masalah ini didiskusikan dalam
paragraf berikut ini. Meskipun komentar ini berkenaan dengan
masalah-masalah yang berkaitan dengan infeksi HIV, prinsip-prinsip
dasar berlaku sama pada masalah-masalah yang berkaitan dengan
kondisi-kondisi yang kurang lebih serupa.
Obat dan terapi lain yang belum diberikan lisensi untuk disediakan
secara umum -- karena penelitian yang dirancang untuk menetapkan
keamanan dan kemanjuran mereka masih harus diselesaikan --
kadangkala disediakan untuk orang-orang dengan infeksi HIV. Ini tidak
sesuai dengan Deklarasi Helsinki, Pasal II.1, yang menyatakan
“…dokter harus bebas untuk menggunakan suatu tindakan diagnostik
atau terapeutik baru, jika menurut penilaiannya hal itu memberikan
harapan untuk menyelamatkan hidup, membangun kembali kesehatan
atau meredakan penderitaan.”
Bila wanita menggunakan obat yang diteliti untuk infeksi HIV, maka
diperlukan perhatian khusus. Para wanita yang tidak hamil bila mereka
53
mulai menggunakan obat tersebut harus dinasihatkan tentang
kontrasepsi yang terpercaya. Di negara-negara maju, ibu-ibu
menyusui yang meminta untuk diobati dengan obat yang diteliti untuk
infeksi HIV harus dinasihati agar mereka menghentikan pemberian
ASI sementara meminum obat tersebut, kecuali bila terdapat bukti
jelas bahwa obat tersebut tidak nampak dalam air susu. Dalam setiap
kasus di mana suatu obat yang diteliti diberikan kepada seorang ibu
hamil atau menyusui, harus ada pemantauan hati-hati dan, jika ada,
laporan tentang dampak-dampak pada janin atau anak.
54
dilengkapi dengan konseling di mana setiap subyek diinformasikan
tentang AIDS dan infeksi HIV, dinasihati untuk menghindari tingkah
laku yang beresiko, dan dinasihati tentang resiko diskriminasi sosial
terhadap individu yang dianggap terinfeksi HIV atau beresiko terhadap
infeksi demikian. Dalam kasus pasien dengan penyakit HIV atau
orang-orang yang menjadi sadar akan terinfeksi HIV, maka tim peneliti
harus memberikan kepada mereka pelayanan diperlukan atau merujuk
mereka untuk tindak lanjut.
Partisipasi dalam uji obat dan vaksin di bidang infeksi HIV dan AIDS
dapat membebani subyek penelitian dengan resiko atau kerugian dari
diskriminasi sosial. Resiko demikian layak mendapat pertimbangan
sebagaimana diberikan kepada konsekuensi-konsekuensi medis yang
merugikan dari obat atau vaksin. Harus diupayakan untuk mengurangi
kemungkinan tersebut. Sebagai contoh, peserta dalam uji vaksin
dapat dimungkinkan untuk mendemonstrasikan bahwa seropositif HIV
mereka disebabkan karena mereka telah divaksinasi, dan bukannya
karena infeksi alamiah. Ini dapat dicapai dengan membekali para
subyek dengan dokumen yang membuktikan partisipasi mereka dalam
uji vaksin, atau dengan mempertahankan daftar rahasia dari peserta
uji, dan informasi ini dapat disediakan kepada perwakilan luar atas
permintaan seorang peserta.
55
Pedoman 11 : Seleksi wanita hamil atau menyusui sebagai
subyek penelitian
Pertimbangan-pertimbangan um um.
56
tidak akan ditiadakan semena-mena dari kesempatan untuk menerima
manfaat dari obat-obat, vaksin atau bahan-bahan lain yang diteliti yang
menjanjikan manfaat terapeutik atau preventif. Dalam semua kasus
resiko bagi subyek wanita, janin dan bayi harus diminimalkan, sejauh
diijinkan oleh rancangan penelitian yang baik.
57
orang untuk mengambil manfaat pengetahuan baru yang diperoleh
dari uji-uji tersebut. Di samping itu, hal tersebut merupakan
pelanggaran terhadap hak mereka untuk menentukan nasib sendiri.
Pengeksklusian wanita hanya dapat dibenarkan dengan alasan seperti
adanya bukti atau kecurigaan bahwa obat atau vaksin tertentu bersifat
mutagenik atau teratogenik. Namun, meskipun para wanita dalam usia
reproduktif harus diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
penelitian, mereka harus dibantu untuk memahami bahwa penelitian
tersebut dapat menimbulkan resiko bagi janin.
Informed consent.
58
demikian, para wanita dengan penyakit serius atau beresiko mengidap
penyakit tersebut tidak boleh ditiadakan kesempatan mereka untuk
menerima terapi yang diteliti bila tidak ada alternatif yang lebih baik,
meskipun mereka mungkin tidak menyetujui sendiri. Harus dilakukan
usaha untuk membuat para wanita tersebut mengenali kesempatan-
kesempatan ini dan mengajak mereka untuk memutuskan apakah
ingin menerima terapi yang diteliti, meskipun informed consent formal
harus diperoleh dari orang lain, biasanya pria. Ajakan demikian
mungkin sebaiknya disampaikan oleh wanita yang memahami
kebudayaan tersebut secara baik untuk melihat apakah calon-calon
penerima terapi yang diteliti sungguh-sungguh ingin menerima atau
menolak terapi tersebut.
KERAHASIAAN DATA
59
Komentar tentang Pedoman 12
Pertimbangan-pertimbangan umum.
Para dokter atau petugas kesehatan lainnya mencatat hal-hal rinci dari
pengamatan dan intervensi mereka dalam rekam medis atau catatan-
60
catatan lainnya. Para pakar epidemiologi dan peneliti lain sering
memanfaatkan catatan-catatan demikian. Dalam penelitian terhadap
rekam medis biasanya tidak praktis untuk memperoleh informed
consent dari setiap pasien yang diidentifikasi. Oleh karena itu, komisi
etik dapat meniadakan persyaratan informed consent. Pada lembaga-
lembaga di mana catatan-catatan dapat digunakan untuk tujuan
penelitian tanpa informed consent dari pasien, sebaiknya
memberitahukan para pasien secara umum tentang praktek demikian.
Pemberitahuan tersebut biasanya melalui cara pernyataan dalam
brosur informasi pasien.
61
diwajibkan untuk mengkomunikasikan data dari catatan-catatan ke
otoritas registrasi obat nasional atau sponsor penelitian tersebut.
Sebagai contoh, beberapa wilayah hukum mewajibkan pelaporan
penyakit-penyakit menular tertentu kepada otoritas kesehatan
masyarakat atau pelaporan bukti-bukti penyalahgunaan anak kepada
perwakilan yang sesuai. Keterbatasan pada kemampuan untuk
mempertahankan kerahasiaan ini harus diantisipasi dan diungkapkan
kepada calon-calon subyek.
62
Kematian, kecacatan atau ketidakmampuan lebih mungkin terjadi
sebagai akibat intervensi diagnostik, preventif atau terapeutik dari
penelitian. Meskipun demikian, secara umum kematian atau cedera
serius kurang mungkin timbul dari terapi penelitian yang diberikan
dalam konteks penelitian yang dirancang dan dilakukan secara tepat
dibanding dengan terapi standar serupa dalam praktek medis rutin.
Biasanya, subyek penelitian manusia berada dalam keadaan yang
sangat menguntungkan karena mereka berada dalam observasi ketat
dan terus-menerus dari peneliti yang kompeten dan waspada dalam
mendeteksi tanda-tanda sekecil apapun dari reaksi yang tidak
diinginkan. Kondisi-kondisi menguntungkan demikian lebih kecil
kemungkinan terjadi dalam praktek medis.
Kompensasi setara.
Kompensasi dilakukan kepada subyek yang mengalami cedera fisik
bermakna dari prosedur-prosedur yang dilakukan semata-mata untuk
mencapai tujuan penelitian. Keadilan mewajibkan bahwa setiap
subyek penelitian biomedis secara otomatis berhak untuk kompensasi
yang adil untuk cedera apapun. Kompensasi umumnya tidak dilakukan
pada subyek penelitian yang menderita reaksi merugikan yang
diantisipasi dari terapi penelitian atau prosedur-prosedur lain yang
dilakukan untuk mendiagnosa atau mencegah penyakit. Reaksi-reaksi
demikian tidak berbeda dalam jenis dari reaksi-reaksi yang terjadi
dalam praktek medis.
Sebagimana dalam tahap awal uji obat, bila tidak jelas apakah suatu
prosedur dilakukan terutama untuk penelitian atau untuk tujuan
terapeutik, maka komisi etik harus menentukan lebih dahulu cedera
63
untuk subyek mana yang akan dikompensasi dan subyek mana yang
tidak akan dikompensasi. Para calon subyek harus diinformasikan
tentang keputusan komisi etik, sebagai bagian dari proses informed
consent.
64
PROSEDUR TINJAUAN
Pertimbangan-pertimbangan umum.
Penilaian keamanan.
65
farmakologi klinik, farmakologi, mikrobiologi, epidemiologi, statistik,
dan pakar-pakar lain memiliki kontribusi penting untuk memberikan
penilaian demikian. Banyak negara kurang memiliki sumber daya
untuk menilai data teknis secara independen menurut prosedur dan
standar yang kini diharuskan di banyak negara maju. Untuk jangka
pendek, peningkatan dalam hal ini lebih tergantung pada pertukaran
informasi efisien secara internasional.
Komisi etik. Tinjauan ilmiah dan tinjauan etik tidak dapat dipisahkan
secara jelas: penelitian yang baik secara ilmiah pada subyek manusia
pada dasarnya tidak etik dalam arti bahwa penelitian tersebut dapat
memaparkan subyek pada resiko atau ketidaknyamanan tanpa suatu
tujuan. Oleh karena itu, umumnya komisi etikmempertimbangkan
baik aspek-aspek etik maupun aspek-aspeik ilmiah dari penelitian
yang diusulkan.
Tinjauan ilmiah.
66
nasional. Suatu komisi peninjau ilmiah nasional memberikan beberapa
keuntungan lebih daripada komisi-komisilokal. Pertama, memperkuat
keahlian yang diperlukan dalam satu kelompok memungkinkan para
anggota untuk memperdalam pengetahuan mereka dalam bidang
tersebut, dan dengan demikian meningkatkan kualitas dan manfaat
tinjauan. Kedua, kesadaran komisinasional tentang sumua usulan
penelitian di negara tersebut mempermudah kinerja dari fungsi
esensial lain, dan seleksi protokol-protokol tersebut sangat mungkin
mencapai tujuan penelitian kesehatan bangsa.
67
pencegahan tersebut. Meskipun demikian, mungkin tidak dapat
membenarkan semua uji klinis dari semua zat yang diteliti. Uji klinis
harus didahului oleh eskperimen laboratorium yang cukup, termasuk
bila memungkinkan uji hewan untuk mendemonstrasikan
kemungkinan sukses tanpa resiko yang tidak sesuai. Uji awal
demikian diimplisitkan dalam Deklarasi Helsinki, Pasal I.7, yang
mengharuskan tidak dilakukannya penelitian yang melibatkan subyek
manusia kecuali “resiko yang ada diyakini dapat diramalkan”, dan
Pasal I.5 yang mengharuskan bahwa uji klinis “didahului oleh penilaian
hati-hati tentang resiko yang diramalkan dibandingkan dengan
manfaat yang terlihat bagi subyek atau orang lain.”
Dalam uji obat Tahap II dan III dan uji vaksin Tahap III, bila manfaat
dimaksudkan untuk para subyek dan manfaat tersebut sangat mungkin
terealisir, maka diijinkan untuk melibatkan para anggota kelompok
rentan dan orang-orang dengan kemampuan terbatas untuk
68
menyetujui. Meskipun demikian, sebagaimana diharuskan oleh Pasal
II,3 Deklarasi Helsinki, “setiap pasien -– termasuk kelompik kontrol,
jika ada -– harus diyakinkan terhadap metoda diagnostik dan
terapeutik terbaik.” Oleh karena itu, jika ada suatu obat yang disetujui
dan diterima untuk kondisi di mana bakal obat dirancang untuk
mengobati, maka plasebo untuk kontrol biasanya tidak dapat
dibenarkan.
Pembenaran etik untuk memulai uji klinik acak juga harus memenuhi
persyaratan dari Pasal II, 3. Terapi (atau intervensi lain) yang
dibandingkan harus dipandang sebagai sama menguntungkan bagi
calon subyek: yakni tidak boleh ada bukti ilmiah bahwa untuk
menetapkan keunggulan yang satu terhadap yang lain. Di samping itu,
tidak ada intervensi lain yang diketahui lebih unggul daripada
intervensi yang dibandingkan dalam uji klinis, kecuali persyaratan
partisipasi dibatasi pada orang-orang yang telah tidak berhasil diobati
dengan intervensi unggulan lain atau dibatasi pada orang-orang yang
menyadari intervensi lain dan keunggulannya tetapi memilih untuk
tidak menerimanya.
Untuk setiap uji klinis acak harus terdapat data dan komisi
pemantauan keamanan, yang beranggung jawab untuk memantau
data yang diperoleh selama peneltian dan untuk membuat
rekomendasi bagi para sponsor dan peneliti tentang perubahan atau
penghentian penelitian, atau tentang perbaikan proses atau formulir
informed consent. Rekomendasi demikian dibuat sebagai tanggapan
terhadap diketahuinya peristiwa-peristiwa merugikan oleh komisi, di
mana sifat-sifat, frekuensi dan besarnya tidak diantisipasi oleh para
69
peneliti atau sponsor ketika mereka merencanakan penelitian tersebut,
atau diketahuinya bukti-bukti bahwa salah satu terapi atau tindakan
preventif yang diuji dalam uji klinis lebih unggul dari yang lain. Selama
tahap perencanaan uji klinis, “aturan-aturan penghentian” (stopping
rules) harus ditetapkan untuk membimbing komisipemantauan data
dan keamanan dalam menentukan kapan harus direkomendasikan
penghentian penelitian tesebut.
70
2. memastikan bahwa semua masalah etik lainnya yang timbul
dari suatu protokol dapat dipecahkan secara memuaskan baik
dalam prinsip maupun dalam praktek.
Keanggotaan komisi.
71
Kebutuhan akan persyaratan tinjauan yang ketat.
Penelitian multisenter.
72
Sanksi-sanksi.
73
peneliti atau sponsor yang bersalah, tetapi juga segmen masyarakat
yang dimaksudkan untuk mengambil manfaat dari penelitian tersebut.
Kemungkinan konsekuensi demikian patut memperoleh pertimbangan
hati-hati.
74
5. kriteria yang menentukan penerimaan dan penarikan subyek-
subyek individual, termasuk rincian lengkap prosedur untuk
mengupayakan dan memperoleh informed consent;
6. laporan tentang faktor-faktor pendorong ekonomis atau lain-
nya untuk berpartisipasi seperti penawaraan pembayaran tu-
nai, imbalan, atau pelayanan atau fasilitas gratis, dan kewaji-
ban-kewajian finansial yang dipikul oleh subyek, seperti pem-
bayaran utnuk pelayanan medis; dan
7. untuk penelitian yang mengandung lebih dari resiko minimal
bagi cedera fisik, dijelaskan, jika ada, rencana untuk memberi-
kan terapi medis untuk cedera demikian dan pemberian kom-
pensasi untuk kecacatan atau kematian yang berkaitan dengan
penelitian.
75
tian, peneliti, subyek penelitian, dan bila memungkinkan
masyarakat;
5. rencana untuk menginformasikan kepada subyek tentang
kerugian dan manfaat selama penelitian, dan hasil-hasil akhir
dari penelitian;
6. penjelasan tentang siapa yang akan dilibatkan dalam penelitian
tersebut, usia, jenis kelamin dan kondisi, dan jika ada, kelom-
pok yang diekslusikan, serta alasan pengekslusian;
7. alasan untuk melibatkan orang-orang dengan kemampuan ter-
batas untuk memberikan informed consent sebagai subyek
penelitian atau anggota-anggota dari kelompok sosial yang
rentan;
8. bukti bahwa peneliti memenuhi syarat dan berpengalaman dan
diyakinkan mengenai fasilitas yang memadai untuk pelak-
sanaan penelitian yang aman dan efisien;
9. ketentuan-ketentuan yang akan dibuat untuk melindungi kera-
hasiaan data; dan
10. sifat dari pertimbangan etik yang terkait, bersama dengan
indikasi bahwa prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki akan
dilaksanakan.
76
PENELITIAN YANG DISPONSORI PIHAK ASING
Definisi.
77
Tinjauan etik dan ilmiah.
78
adanya seleksi merata terhadap para subyek dan dapat diterimanya
rencana untuk memperoleh informed consent, untuk menghormati
privasi, mempertahankan kerahasiaan, dan memberikan manfaat yang
tidak dianggap merupakan dorongan berlebihan untuk menyetuji.
Bila penelitian yang disponsori pihak asing dilakukan dan dibiayai oleh
suatu sponsor industrial seperti perusahaan farmasi, maka adalah
demi kepentingan negara tuan rumah untuk mengharuskan bahwa
usulan penelitian diserahkan dengan komentar tentang pihak
berwenang yang bertanggung jawab dari negara yang melakukan
inisiatif tersebut, seperti administrasi kesehatan, dewan penelitian,
atau organisasi kedokteran atau ilmu pengetahuan.
79
produk tersebut merupakan masalah penting. Sebagai pedoman
umum, perwakilan sponsor harus menyetujui lebih dahulu sebelum
dimulainya penelitian bahwa setiap produk yang dikembangkan
melalui penelitian tersebut akan tersedia bagi penduduk masyarakat
atau negara tuan rumah pada akhir pengujian yang berhasil.
Pengecualian terhadap persyaratan umum ini harus dapat diterima
dan disepakati oleh semua pihak yang terkait sebelum dilakukan
penelitian. Harus dipertimbangkan apakah perwakilan sponsor
sebaiknya setuju untuk mempertahankan pelayanan kesehatan dan
fasilitas yang disediakan untuk tujuan penelitian di negara tuan rumah
setelah selesainya penelitian tersebut.
80
memastikan bahwa para subyek yang mengalami cedera sebagai
akibat intervensi penelitian dapat memperoleh pengobatan medis
secara cuma-cuma, dan bahwa kompensasi diberikan untuk kematian
atau kecacatan yang terjadi sebagai akibat cedera tersebut (lihat
Pedoman 13 untuk pernyataan tentang ruang lingkup dan batas-batas
dari kewajiban demikian). Pihak sponsor dan peneliti juga harus
merujuk subyek-subyek atau calon-calon subyek yang ditemukan
memiliki penyakit yang tidak berkaitan dengan penelitian untuk
pelayanan kesehatan, dan harus menasihati calon-calon subyek yang
ditolak sebagai subyek penelitian karena tidak memenuhi kriteria
kesehatan bagi penelitian untuk mengupayakan perawatan medis.
Para sponsor diharapkan untuk memastikan bahwa subyek-subyek
penelitian dan masyarakat dari mana mereka direkrut tidak mengalami
hal yang lebih buruk sebagai akibat penelitian (terlepas dari resiko-
resiko intervensi penelitian yang dapat diterima), misalnya melalui
penyaluran sumber-sumber daya lokal yang langka untuk penelitian.
Para sponsor dapat mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan
kesehatan negara atau masyarakat tersebut kepada pihak berwenang
di negara tuan rumah, yang ditemukan selama penelitian.
81
tetapi lebih baik berupa dana yang disediakan bagi pemeritah negara
tuan rumah atau bagi lembaga penelitian tuan rumah.
82
Lampiran 1
PENGANTAR
83
Dalam praktek kedokteran dewasa ini, sebagian besar prosedur
diagnostik, terapeutik atau profilaktik mengandung resiko-resiko. Ini
berlaku khsususnya pada penelitian biomedis.
1. PRINSIP-PRINSIP MENDASAR
84
dipertimbangkan, dikomentari, dan diarahkan oleh suatu
komisiyang ditunjuk secara khusus dan tidak tergantung pada
peneliti dan sponsor, dengan syarat komisi independen ini
sesuai dengan hukum dan perundang-undangan negara di
mana percobaan penelitian tersebut dilakukan.
85
prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam Deklarasi ini tidak
boleh diterima untuk dipublikasi.
86
II. PENELITIAN MEDIS YANG DIGABUNGKAN DENGAN
PERAWATAN PROFESIONAL (Penelitian klinis)
87
III. PENELITIAN BIOMEDIS NON-TERAPEUTIK YANG
MELIBATKAN SUBYEK MANUSIA (Penelitian biomedis
non-klinis)
88
Lampiran 2
Perkembangan vaksin
Uji Tahap III dimaksudkan untuk suatu penelitian yang lebih lengkap
tentang keamanan dan efektivitas dalam pencegahan penyakit, yang
melibatkan jumlah sukarelawan yang lebih besar dalam suatu
penelitian multisentra yang dikontrol secara memadai.
Perkembangan obat
Uji Tahap III dilakukan setelah probabilitas yang layak dari efektivitas
obat ditetapkan dan dimaksudkan untuk mengumpulkan bukti
tambahan tentang efektivitas bagi indikasi tertentu dan definisi yang
89
lebih tepat tentang efek merugikan yang berkaitan dengan obat.
Tahap ini mencakup penelitian terkontrol dan non-kontrol.
Secara umum, uji obat Tahap I and uji vaksi Tahap I dan Tahap II
harus dilakukan sesuai dengan pasal-pasal Deklarasi Helsinki yang
merujuk pada penelitian non-klinis. Meskipun demikian, beberapa
pengecualian dapat dibenarkan. Sebagai contoh, adalah hal yang
biasa dan diterima secara etik untuk melakukan penelitian Tahap I
tentang kemoterapi sangat toksik terhadap kanker pada pasien
kanker, daripada pada sukarelawan normal sebagaimana ditentukan
dalam Pasal III.2 Deklarasi Helsinki. Demikian juga, secara etik dapat
dibenarkan untuk melibatkan para invidivu dengan HIV-seropositif
sebagai subyek dalam uji Tahap II terhadap bakal vaksin.
Uji obat Tahap II dan Tahap III harus dilakukan sesuai dengan pasal-
pasal Deklarasi Helsinki yang merujuk pada “penelitian medis yang
digabungkan dengan perawatan profesional (penelitian klinis)”.
Meskipun demikian, Deklarasi Helsinki tidak memberikan ketetapan
bagi uji klinis terkontrol. Tetapi, Deklarasi tersebut menjamin
kebebasan dokter “untuk menggunakan tindakan diagnostik dan
terapeutik baru, jika dalam penilaiannya hal tersebut memberikan
harapan untuk menyelamatkan hidup, membangun kembali kesehatan
atau meredakan penderitaan” (Pasal II.1). Juga berkenaan dengan uji
obat Tahap II dan Tahap III terdapat pengecualian yang dapat
dibenarkan secara etik terhadap persyaratan-persyaratan dalam
Deklarasi Helsinki. Sebagai contoh, suatu plasebo yang diberikan
kepada kelompok kontrol tidak dapat dibenarkan dengan pengertian
90
“kemungkinan manfaat diagnostik atau terapeutik-nya bagi pasien”,
sebagaimana ditetapkan oleh Pasal II.6. Banyak intervensi dan
prosedur lain yang umum pada perkembangan obat tahap akhir tidak
memiliki nilai diagnostik atau terapeutik bagi pasien dan dengan
demikian harus dibenarkan dengan alasan lain. Biasanya pembenaran
demikian mencakup harapan bahwa hal tersebut mengandung sedikit
atau tidak mengandung resiko dan bahwa hal tersebut akan
memberikan sumbangan secara material pada pencapaian tujuan
penelitian.
Uji vaksin Tahap III tidak berlandaskan pada “tindakan diagnotik dan
terapeutik baru” yang memberikan “harapan untuk menyelamatkan
hidup, membangun kembali kesehatan atau meredakan penderitaan”
(penelitian klinis). Namun pemberian vaksin tersebut dimaksudkan
untuk memberikan manfaat bagi subyek, dan agaknya bukan
dimaksudkan sebagai “penerapan penelitian medis ilmiah secara
murni yang dilakukan pada manusia” (penelitian biomedis non-klinis).
Dengan demikian, uji vaksin Tahap III tidak selaras dengan kategori-
kategori yang ditetapkan dalam Deklarasi Helsinki.
-----
91