You are on page 1of 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Psoriasis merupakan penyakit kulit residif dengan lesi khas berupa bercak-
bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama yang tebal berlapis-lapis
berwarna putih, mengkilap serta transparan disertai fenomena tetesan lilin,
tanda Auspitz, dan fenomena koebner ( Djuanda, 2007).

B. Epidemiologi

Data Epidemiologi dari penelitian di berbagai belahan dunia


memperkirakan prevalensi penyakit psoriasis berkisar dari angka 0, 1% hingga
11,43%. Laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama untuk
menderita psoriasis. Psoriasis sering muncul pada 2 puncak kehidupan, yaitu
pada usia 16-22 tahun dan 57-60 tahun. Di Amerika Serikat, penderita psoriasis
mencapai angka 0,51% sedangkan di Norwegia mencapai 11,43% sedangkan
di China yang termasuk wilayah Asia hanya 0,19% ( WHO, 2016).

Perbedaan prevalensi secara geografis diperkirakan disebabkan oleh


perbedaan iklim, genetik, serta paparan patogen dan lingkungan. Prevalensi
tertinggi didapatkan pada daerah yang memiliki ketinggian, sedangkan Afrika
dan Asia memiliki prevalensi yang lebih rendah karena terletak di dekat garis
ekuator. Hal tersebut belum dipastikan hubungannya. Namun, diperkirakan
mempengaruhi faktor patogen dan lingkungan, serta kadar vitamin D pada
penderita psoriasis ( Griffith et al., 2017).

C. Etiopatogenesis

Psoriasis merupakan penyakit kulit multifaktorial dengan patogenesis yang


kompleks. Psoriasis melibatkan interaksi kompleks diantara berbagai sel pada
sistem imun dan kulit, termasuk sel dendritik dermal, sel T, neutrofil dan
keratinosit. Pada psoriasis, sel T CD8+ terdapat di epidermis sedangkan
makrofag, sel T CD4+ dan sel-sel dendritik dermal dapat ditemukan di dermis
superfisial. Sejumlah sitokin dan reseptor permukaan sel terlibat dalam jalur
molekuler yang menyebabkan manifestasi klinis penyakit. Psoriasis dianggap
sebagai suatu penyakit yang diperantarai oleh sistem imun yang ditandai
dengan adanya sel limfosit T helper (Th)1 yang predominan pada lesi kulit
dengan peningkatan kadar IFN-γ, tumor necrosing factor-α (TNF- α), IL-2 dan
IL-18. Baru-baru ini jalur Th17 telah dibuktikan memiliki peranan penting
dalam mengatur proses inflamasi kronik. Sebagai pusat jalur ini terdapat sel T
CD4+, yang pengaturannya diatur oleh IL-23 yang disekresikan oleh sel
penyaji antigen (sel dendritik dermal). Sel Th17 CD4+ mensekresikan IL-17
dan IL-22 yang berperan pada peningkatan dan pengaturan proses inflamasi
dan proliferasi epidermal. Pada manusia yang normal, maturasi dan
pengelupasan keratinosit berlangsung dalam waktu 26 hari sekali, sedangkan
pada penderita psoriasis hanya 4 hari sekali ( Das et al., 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Das, R., Arun K.J., V.R. 2009. Current Concepts in the Pathogenesis of Psoriasis.
Indian Journal of Dermatology. 34 (1): 7-9.

Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.

Griffith, C.E.M., J.M Van der Walt, D.M Aschroft., C. Flohr., L. Naldi., T.
Njisten. 2017. The global state of psoriasis disease epidemiology: a workshop
report. British Journal of Dermatology, (2017) 177, ppe4–e7.

WHO. 2016. Global Reports On Psoriasis. Geneva : WHO.

You might also like