You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai
silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau
kencing manis.Sebelum menjelaskan lebih lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien
diabetes melitus ada baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri.
Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif.
Gangren adalah nekrosis yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat
kerja kuman tertentu, misalnya Klostridia.Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena
penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi nekrosis isemik bagian distal anggota
tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang sesuai.

1.2.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Apa Definisi Dan Penyebab dari Gangren?
2. Apa Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus?
3. Bagaimana Patofisiologi Diabetes Melitus?
4. Bagaimana Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus?
5.Bagaimana Penatalaksanaan Diabetes Melitus?
6.Bagaimana Konsep Dasar Nyeri( Pengertian, Fisiologi, Klasifikasi, Etiologi )?

1.3.Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
1. Mengetahui Definisi Dan Penyebab dari Gangren.
2. Mengetahui Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus.
3. Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
4. Mengetahui Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus.
5. Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
6. Mengetahui Konsep Dasar Nyeri( Pengertian, Fisiologi, Klasifikasi, Etiologi ).
1.4. Manfaat

Manfaatnya yaitu :

 Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui mulai dari definisi, penyebab, patofisiologi, tanda dan
gejala, Penatalaksanaan, serta konsep dasar nyeri dari diabetes mellitus.
 Selain kami juga dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Contoh Kasus Diabetes Mellitus.
BAB II
PEMBAHASAN

DIABETES MELITUS (DM)

A. Definisi Ganggren
Gangren adalah nekrosis yang di sertai pembusukan jaringan, yang sering sebagai akibat
kerja kuman tertentu, misalnya Klostridia. Jaringan yang terkena tampak berwarna hitam karena
penimbunan senyawa sulfida, besi dari Hb yang rusak.Jadi nekrosis isemik bagian distal anggota
tubuh dapat menjadi gangren bila mengalami infeksi yang sesuai.
Nekrosis adalah kematian jaringan yang disebabkan oleh iskemia, metabolik,
trauma.Kematian sel atau jaringan pada mikroorganisme hidup disebut nekrosis, tidak terikat
pada penyebabnya. Merupakan proses patologis setelah terjadi cedera sel dan sering mengenai
suatu jaringan yang padat.

B. Penyebab
Disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada bagian tubuh sehingga
suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses inflamasi yang memanjang; perlukaan
(digigit serangga, kecelakaan kerja atau terbakar); proses degeneratif (arteriosklerosis) atau
gangguan metabolik diabetes mellitus (Tabber, dikutip Gitarja, 1999). pada gangren diabetik
adalah streptococcus (Soeatmaji, 1999).

C. Diabetes Mellitus
1. Definisi
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah.

2. Penyebab
a. Pembentukan diabetes yang penting adalah dikarenakan :kurangnya produksi insulin (diabetes
mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin
(diabetes mellitus tipe 2, bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus
yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil. Tipe 1
membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan pengobatan oral dan hanya
membutuhkan insulin bila obatnya tidak efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya
sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
b. Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus,
karena kesuksesan menjagagula darahdalam batasan normal dapat mencegah terjadinya
komplikasi diabetes. Faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah:
berhentimerokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil,
mengontroltekanan darah tinggi, dan melakukanolah ragateratur.
Gejala-gejala diabetes mellitus :
a. Gejala akut
Pada permulaan :
 Banyak makan (poifagia)
 Banyak minum (polidipsia)
 Banyak kencing (poliuria)
Penderita menunjukan berat badan terus naik dan tambah gemuk karena jumlah insulin masih
mencukupi
b. Gejala kurang insulin :
 Polidipsia dan poliuria
 Nafsu makan berkurang
 Kadang timbul rasa mual jika glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai :
 Banyak minum dan kencing
 BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu
 Mudah lelah
 Bila tidak diobati penderita akan merasa mual bahkan akan jatuh koma disebut koma diabetic
akibat glukosa terlalu tinggi > 600 mg/dl.
c. Gejala kronik
Gejala ini biasa muncul sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap DMGejala antara lain :
 Kesemutan
 Kulit terasa panas atau seperti di tusuk jarum
 Rasa tebal di kulit
 Kram
 Capai
 Mudah ngantuk
 Mata kabur (sering ganti kaca mata)
 Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
 Para ibu hamil sering mengalami keguguran dengan berat badan lahir 4 kg
 Kepekaan genetic
 Peristiwa lingkungan (benda asing) mengawali proses pada individu yang peka
 Respon radang pancreas yang disebut “ insulitis”. Sel yang menyerbuk pulau-pulau adalah
limfosit T aktif
 Aktifasi auto imunitas. Perubahan pada permukaan sel-sel beta, sehingga oleh sistenm imun
dikenal seabagai “ non-self” (asing)
 Timbul respon imun. Antibody sitotoksit menyerang sel beta (lebih dari 90%)  DM
d. Stadium
1. Stadium luka
a) Anatomi kulit
 Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas.
Full Thickness : hilangnya lapisan sub kutan.
Stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis
Stadium II : hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas.
Stadium III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub kutan
Stadium IV : rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang
b) Warna dasar luka
 Red/merah : (pink/merah/merah tua) disebut jaringan sehat, granulasi/epiteisasi, vaskulerisasi
 Yellow/kuning : (kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning kecoklatan) disebut jaringan
mati yang lunak, fibrinolitik, slough, avaskularisasi.
 Black/hitam : jaringan nekrosis, avaskularisasi
c) Stadium Wagner untuk luka diabetic
1. Superficial ulcers
 Stadium O : tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tapi dengan bentuk tulang kaki yang
menonjol/charcot arthropathies
 Stadium I : hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak menonjol.
2. Deep ulcers
 Stadium II : lesi terbuka dengan penetrasi ke tulanh atau tendon (dengan goa)
 Stadium III : penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarthrosis, plantar abses atau infeksi hingga
tendon.
3. Gangren
 Stadium IV : gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari kaki, kulit sekitarnya
selulitis, gangrene lembab/kering.

3. Tanda dan Gejala

Gejala umum penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan yang
timbul adalah berupa kesemutan atau keram, rasa lemah dan baal pada tungkai dan nyeri pada
waktu istirahat.Akibat dari keluhan ini, apabila penderita mengalami trauma atau luka kecil hal
tersebut tidak dirasakan.Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk atau
terinjak paku kemudian timbul gelembung pada telapak kaki. Kadang menjalar sampai punggung
kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada
gelembung tersebut dan akan menjalar dengan cepat (Subjahyo A,1998). Apabila luka tersebut
tidak sembuh-sembuh. Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan yang makin meluas,
rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya nanah yang makin banyak serta adanya bau
yang semakin tajam.

4. Penatalaksanaan
Pengobatan dan Perawatan Luka
Pengobatan dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya ulkus,
apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan yang seksama untuk
menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya debridement yang akan dilakukan. Dari
penatalaksanaan perawatan luka diabetik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
 Mengurangi atau menghilangkan factor penyebab
 Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
 Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor penyerta)
 Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetic :
1) Mencuci luka
Mencuci luka merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat
proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan terjaadinya infeksi. Proses pencucian
luka bertujuan untuk membuang jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan
yang digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang terbaik dan teraman
untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada proses penyembuhan luka (misalnya NaCl
0,9%). Penggunaan hidrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement
lainnya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan tidak digunakan pada
jaringan granulasi. Cairan antiseptik seperti provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka
terinfeksi atau tubuh pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan
kembali dengan saline. (Gitarja, 1999; ).

2) Debridement
Debridement adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement
dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena jaringan nekrosis selalu
berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri
akan menurun dengan sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan
infeksi. Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri jaringan nekrosis
atau slough yang menempel pada luka (peristiwa autolysis). Autolysis adalah peristiwa pecahnya
atau rusaknya jaringan nekrotik oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem
autolysis dengan menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman dilakukan pada klien
dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari resiko infeksi.(Gitarja W, 1999).
Membuang jaringan nekrosis/slough (support autolysis ), kontrol terhadap
infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa sakit saat mengganti
balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu perawatan (cost effektive). Jenis balutan:
absorbent dressing, hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999; hal. 16).
Selain pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin
minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan sangat berpengaruh
dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12 g/dl dan albumin darah dipertahankan
lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga dilakukan monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila
didapatkan peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah satu tanda
memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara dokter,
perawat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini beserta terapi yang rasional
bisa dilaksanakan dengan harapan biaya yang besar, morbiditas penderita gangren dapat ditekan
serendah-rendahnya. Upaya untuk pencegahan dapat
dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing masing profesi mempunyai peranan ya
ng saling menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada penderita ada beberapa petunjuk perawatan kaki
diabetik (Sutjahyo A, 1998; hal. 8).
 Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan
bertelanjang kaki bila berjalan
 Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta memberikan perhatian khusus pada
daerah sela-sela jari kaki
 Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki

Pemilihan Jenis Pengobatan


 Terapi Antibiotika
Pemberian antibiotika biasanya diberikan peroral yang bersifat menghambat kuman gram
positip dan gram negatip.Apabila tidak dijumpai perbaikan pada luka tersebut, maka terapi
antibiotika dapat diberikan perparenteral yang sesuai dengan kepekaan kuman.(Sutjahyo A,
1998; hal. 8).
 Nutrisi
Faktor nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam penyembuhan
luka. Penderita dengan ganren diabetik biasanya diberikan diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60%
kalori karbohidrat, 20% kalori lemak, 20% kalori protein. (Tjokroprawiro, A, 1998; hal. 26).
 Pemilihan jenis balutan
Tujuan pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat mempertahankan
suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat proses penyembuhan hingga
50%, absorbsi eksudat / cairan luka yanag keluar
Air yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 sampai 30 derajat Celsius dan diukur
dulu dengan thermometer.
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dil
akukan, yaitu :
- Hindari kebiasaan merokok
- Hindari bertumpang kaki duduk
- Lindungi kaki dari kedinginan
- Hindari merendam kaki dalam air dingin
- Gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau
daerah tertentu.
- Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae kemerahan atau tanda-tanda
radang, sehingga dilakukan tindakan awal.
- Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream.

KONSEP DASAR NYERI

A. Pengertian Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).Menurut
InternationalAssociation for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan emosional
yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun
potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan
B. Fisiologi nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh
yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu :
1. Reseptor A delta
Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan
timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan.

2. Serabut C
Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada
daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.
Struktur reseptor nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,
pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya.Karena struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.
Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya.Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
i=skemia dan inflamasi.

C. Klasifikasi Nyeri
1. Menurut Tempat
a. Periferal Pain
1) Superfisial Pain (Nyeri Permukaan)
2) Deep Pain (Nyeri Dalam)
3) Reffered Pain (Nyeri Alihan)
Nyeri yang dirasakan pada area yang bukan merupakan sumber nyerinya.
b. Central Pain
Terjadi karena perangsangan pada susunan saraf pusat, spinal cord, batang otak dll
c. Psychogenic Pain
Nyeri dirasakan tanpa penyebab organik, tetapi akibat dari trauma psikologis.
d. Phantom Pain
Phantom Pain merupakan perasaan pada bagian tubuh yang sudah tak ada lagi, contohnya pada
amputasi. Phantom pain timbul akibat dari stimulasi dendrit yang berat dibandingkan dengan
stimulasi reseptor biasanya. Oleh karena itu, orang tersebut akan merasa nyeri pada area yang
telah diangkat.
e. Radiating Pain
Nyeri yang dirasakan pada sumbernya yang meluas ke jaringan sekitar.
2. Menurut Sifat
a. Insidentil : timbul sewaktu-waktu dan kemudian menghilang
b. Steady : nyeri timbul menetap dan dirasakan dalam waktu yang lama
c. Paroxysmal : nyeri dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali dan biasanya menetap 10 – 15
menit, lalu menghilang dan kemudian timbul kembali.
d. Intractable Pain : nyeri yang resisten dengan diobati atau dikurangi. Contoh pada arthritis,
pemberian analgetik narkotik merupakan kontraindikasi akibat dari lamanya penyakit yang dapat
mengakibatkan kecanduan.
3. Menurut Berat Ringannya
a. Nyeri ringan : dalam intensitas rendah
b. Nyeri sedang : menimbulkan suatu reaksi fisiologis dan psikologis
c. Nyeri Berat: dalam intensitas tinggi
4. Menurut ada/ tidaknya nosisepsi
a. Nyeri nosiseptif
a) Nyeri somatik
b) Nyeri viseral
b. Nyeri non-nosiseptif
c. Nyeri neuropatik
5. Menurut gambaran kliniknya
a. Nyeri fisiologik
b. Nyeri patologik (nyeri klinik)
6. Menurut Waktu Serangan
Terdapat beberapa cara untuk mengklasifikasikan tipe nyeri. Pada tahun 1986, The
National Institutes of Health Concencus Conference of Pain mengkategorikan nyeri menurut
penyebabnya. Partisipan dari konferensi tersebut mengidentifikasi 3 (tiga) tipe dari nyeri : akut,
Kronik Malignan dan Kronik Nonmalignan.
Nyeri akut timbul akibat dari cedera akut, penyakit atau pembedahan. Nyeri Kronik
Nonmalignan diasosiasikan dengan cedera jaringan yang tidak progresif atau yang menyembuh.
Nyeri yang berhubungan dengan kanker atau penyakit progresif disebut Chronic Malignant Pain.
Meskipun demikian, perawat biasanya berpegangan terhadap dua tipe nyeri dalam prakteknya
yaitu akut dan kronis. Dimana hal ini seperti yang dikemukakan oleh Carpenito (2000)
berdasarkan penyebab, lama dan munculnya nyeri dibedakan atas:
1) Nyeri Akut
Nyeri akut sebagai kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
sensori, persepsi dan emosi serta berkaitan dengan respon autonomic, psikologok, emosional dan
perilaku. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat, misalnya nyeri pada fraktur. Klien yang
mengalami nyeri akut baisanya menunjukkan gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat,
denyut jantung dan tekanan darah meningkat, dan pallor
2) Nyeri Kronis
Nyeri kronk adalah situasi aatu keadaan pengalaman nyeri yang menetap atau kontinyu selama
beberapa bulan atau athun setelah fase penyembuhan dari suatu penyakit. Nyeri kronis
berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan klien sering sulit mengingat
sejak kapan nyeri mulai dirasakan.

Nyeri Akut Nyeri Kronik


1. Terjadi mendadak atau perlahan. 1. Terjadi lebih lambat.
2. Intensitas: ringan sampai dengan 2. Intensitas: ringan-berat.
berat. 3. Lebih dari 6 bulan.
3. Lamanya mencapai 6 bulan. 4. Respon sistem saraf para-simpatis:
4. Respon sistem saraf simpatis: a. Pupil normal/dilatasi
a. Denyut nadi meningkat b. Vital sign normal.
b. Respiratori rate meningkat. 5. Berlanjut melampaui masa
c. Tekanan darah meningkat. penyembuhan.
d. Diaporesis 6. Mungkin tidak memperlihatkan
e. Dilatasi pupil. perubahan perilaku yang menunjukan
5. Berhubungan dengan injuri jaringan adanya nyeri.
dan penyembuhan 7. Sukar diingat kapan nyeri pertama
6. Respon prilaku: kali timbul.
a. Mengeluh; Merintih; Menangis 8. Dapat menyebabkan depresi dan
b. Meraba area nyeri menarik diri.
c. Kelelahan 9. Tidak mengeluh nyeri, jika tidak
7. Dapat menimbulkan kecemasan. ditanya.
8. Contoh: colik renal, nyeri 10. Contoh: nyeri kanker, nyeri arthritis,
posoperasi, nyeri tusuk jarum, dll. dll.

Skala nyeri dapat dibagi menjadi nyeri rendah (1-3), nyeri sedang (4-6), nyeri berat (7-9)
dan nyeri hebat (10). Tipe lain nyeri:
Tipe Nyeri Deskripsi Contoh
Nyeri Sebar Dirasakan pada sumber Nyeri cardiac/angina
(radiating pain) nyeri dan meluas ke (nyeri ini tidak hanya
jaringan di-sekitarnya. dirasakan didalam dada tetapi
juga menyebar ke bahu kiri
dan lengan kiri)

Nyeri Alih Nyeri dirasakan pada Nyeri dari suatu bagian


(refered pain) suatu bagian tubuh yang visceral abdomen mungkin
sangat jauh dari akan dirasakan pada area kulit
jaringan penyebab yang jauh dari organ penyebab
nyeri tersebut nyeri
Nyeri Membandel Nyeri yang sangat Nyeri berat akibat keganasan
(intractabel pain) resisten untuk
dihilangkan
Nyeri Phantom nyeri yg dirasakan pd Terjadi pd klien yg
bag tubuh yg sudah mengalamio nyeri sebelum
tidak ada (amputasi bagian tubuhnya diamputasi
kaki)
Akibat stimulasi
dendrite
D. Etiologi
1. Trauma
a. Mekanik
Rasa nyeri timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat
benturan, gesekan, luka dan lain-lain.
b. Thermis
Nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misal
karena api dan air.
c. Khemis
Timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d. Elektrik
Timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan
kekejangan otot dan luka bakar.
2. Neoplasma
a. Jinak
b. Ganas
3. Peradangan
Nyeri terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau terjepit
oleh pembengkakan. Misalnya : abses
Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
4. Trauma psikologis

E. Stimulus nyeri
Jenis Stimuli Nociceptor dan Dasar Fisiologisnya
Tipe stimulus Dasar fisiologis
a) Mekanik
1) Trauma pada jaringan tubuh. Kerusakan jaringan; iritasi langsung
reseptor nyeri; inflamasi
2) Perubahan jaringan tubuh. Menekan reseptor nyeri
3) Sumbatan duktus tubuh. Distensi lumen duktur
4) Tumor Menekan reseptor nyeri; iritasi
ujung saraf
5) Spasme otot. Terjadi stimulasi reseptor nyeri
b) Termal:
Dingin dan panas Destruksi pd jaringan; stimulasi
yang ekstrim reseptor nyeri
c) Kimia
1) Iskemia Stimulasi reseptor nyeri karena
jaringan (sumb akumulasi asam laktat (dan kimia
atan arteri koroner). lainnya seperti bradikinin dan
enzim-enzim) dalam jaringan
2) Spasme otot. Stimulasi mekanik; menyebabkan
iskemia jaringan.

 Stimulasi Nociceptor:
Ketika ambang nyeri tercapai dan/atau terdapat jaringan cedera, maka akan dikeluarkan
substansi antara lain: serotonin, histamin, ion potasium, asam dan beberapa enzim. Substansi
tersebut menstimulasi reseptor nyeri (nociceptor). Area cedera juga akan mengeluarkan
bradykinin (vasodilator kuat dan dapat meningkatkan permeabilitas pembuluh) dan dapat
mendorong dilepaskannya histamin (zat kimiawi penyebab inflamasi).
Bradykinin & histamine menyebabkan area injuri menjadi kemerahan (rubor), bengkak
(edema), dan melunak.Bradykinin juga menstimulasi pelepasan prostaglandin.Prostaglandin
dapat menstimulasi reseptor nyeri dan mempertinggi efek bradykinin dan histamin.
Substansi P juga berperan sebagai stimulan terhadap nociceptor.Substansi P merupakan
neurotransmiter yang dapat mempertinggi pergerakan impuls melewati sinap saraf dari primary
afferent neuron ke second-order neuron.Nociceptor dapat pula secara langsung distimulasi oleh
kerusakan pada sel reseptor atau akibat dilepaskannya zat-zat kimia seperti bradykinin.

 Jalur nyeri

1. Jalur Ascendens
Serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan implus nyeri masuk ke medula spinalis di
akar saraf dorsal.Serat-serat memisah sewaktu masuk ke korda dan kemudian kembali menyatu
di kornu dorsalis posterior pada medula spinalis.Daerah ini menerima, menyalurkan, dan
memproses implus sensorik.Kornu dorsalis medula spinalis dibagi menjadi lapisan-lapisan sel
yang disebut lamina.Dua dari lapisan ini, yang disebut substansia gelatinosa, sangat penting
dalam transmisi dan modulasi nyeri.Dari kornu dorsalis, implus nyeri dikirim ke neuron-neuron
yang menyalurkan informasi ke sisi berlawanan medula spinalis di komisura anterior dan
kemudian menyatu di traktus lateralis, yang naik ke talamus dan struktur otak lainnya.Dengan
demikian, transmisi implus nyeri di medula spinalis bersifat kontrlateral terhadap sisi tubuh
tempat implus tersebut berasal.
Traktus neospinotalamikus adalah suatu sistem langsung yang membawa informasi
diskriminatif sensorik mengenai nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ ke daerah
talamus.Sistem ini barakhir di dalam nucleus posterolateral ventralis hipotalamus.Nyeri disebut
juga sensasi thalamus mungkin karena dibawa kesadaran oleh talamus.Sebuah neuron di
thalamus kemudian memproyeksikan akso-aksonnya melalui bagian posterior kapsula interna
untuk membawa implus nyeri ke korteks somatosensorik primer dan girus
pascacentralis.Dipostulasikan bahwa pola tersusun ini penting bagi aspek sensorik-diskriminatif
nyeri akut yang dirasakan yaitu, lokasi, sifat, dan intensitas nyeri.
Traktur paleospinotalamikus adalah suatu jalur multisinaps difus yang membawa implus
ke farmasio retikularis batang otak sebelum berakhir di nukleus parafasikularis dan nukleus
intralaminar lain di talamus, hipotalamus, nukleus sistem limbik, dan korteks otak depan. Karena
implus disalurkan lebih lambat dari implus di traktus neospinotalamikus, maka nyeri yang
ditimbulkannya berkaitan dengan rasa panas, pegal, dan sensasi yang lokalisasinya samar. Besar
kemungkinannya sensasi viseral disalurkan oleh sistem ini.Sistem ini sangat penting pada nyeri
kronik, dan memperantarai respons otonom terkait, perilaku emosional, dan penurunan ambang
sering terjadi.Dengan demikian, jalur paleospinotalamikus disebut sebagai suatu sistem
nosiseptor motivasional.

2. Jalur Descendens
Salah satu jalur descendens yang telah diidentifikasi sebagai jalur penting dalam sistem
modulasi nyeri adalah jalur yang mencakup tiga komponnen berikut:
a. Substans grisea periakuaduktus (PAG) dan substansia grisea periventrikel (PVG) mesensefalon
dan pons bagian atas yang mengelilingi akuaduktus Sylvius.

You might also like