Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filariasis atau yang lebih dikenal dengan sebutan kaki gajah adalah
penyakit infeksi menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan
fisik, melainkan stigma sosial bagi penderita dan keluarganya dan berdampak
atau penyakit terabaikan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan
filariasis yaitu 25 juta laki-laki di dunia menderita hidrokel dan lebih dari 15
juta yang sebagain besar perempuan menderita limfedema. Salah satu negara
1
dilakukan berdasarkan keputusan WHO pada tahun 2000 yang
a Public Health Problem by the Year 2020”. Namun, hingga pada tahun 2015
kasus klinis filariasis di Indonesia masih tinggi yaitu berjumlah 13.032 kasus
dengan kasus klinis kronis filariasis terbanyak yaitu Nusa Tenggara Timur
(2.864 orang), Aceh (2.372 orang), dan Papua Barat (1.244 orang). Pada
ditangani maka kasus klinis akan bertambah dari 13.032 orang menjadi
B. Tujuan
2
BAB II
ISI
A. Pengertian Filariasis
malayi, dan Brugia timori ditularkan vektor nyamuk dan manusia sebagai
host definitif. Nyamuk genus Aedes, Anopheles, Culex dan Mansonia adalah
B. Etiologi Filariasis
Gambar 2.1. Cacing dewasa W.bancrofti Gambar 2.2. Cacing dewasa Brugia spp.
jantan (kiri) dan betina pada jaringan limfe dengan
(kanan) (CDC, 2016) pewarnaan hematoxylin and
eosin (H&E) diperbesar
400x (CDC, 2016)
3
Cacing dewasa W.bacnroftiberbentuk silindris, panjang, berwarna
mikrofilaria (Sastry and Bath, 2014). Cacing dewasa Brugia spp. hampir
2. Morfologi Mikrofilaria
4
Gambar 2.3. Mikrofilaria W.bancrofti
(CDC, 2016)
sedangkan pada siang hari banyak terdapat di kapiler organ dalam seperti
5
b. Wuchereriabancrofti tipe pedesaan (rural)
Aedes.
persawahan.
rawa.
6
3. Larva dalam tubuh nyamuk
lambung lalu bergerak menuju otot atau jaringan lemak di bagian dada.
30 µm, dengan ekor yang tumpul atau memendek. Pada stadium ini larva
infektif.
7
C. Vektor Filariasis
beberapa spesies nyamuk sebagai vektor utama dan spesies lainnya hanya
8
11. Jawa Tengah B. malayi, W. bancrofti Cx.quinquefasciatus,
Ma.uniformis
12. Kalimantan Barat B. malayi Ma.uniformis, An.nigerimus
13. Kalimantan Tengah B. malayi Ma.uniformis, An.nigerimus
14. Kalimantan Selatan B. malayi Ma.uniformis,
Ma.annulifera, Ma.annulata,
Ma.indiana, Ma.bonneae,
Ma.dives, An.nigerimus
15. Kalimantan Timur B. malayi Ma.bonnea, Ma.uniformis,
Ma.dives
16. NTB W. bancrofti An.subpictus
RI, 2004):
air. Ukurn telur kurang lebih 0,5 mm dan jumlah telur atau sekali bertelur
mencapai 100 sampai 300 butir, rata-rata 150 butir dengan frekuensi dua
atau tiga hari. Lama menetas dapat beberapa saat setelah terkena air,
9
hingga dua sampai tiga hari setelah berada di air. Telur menetas menjadi
jentik (larva).
yaitu instar I kurang lebih 1 hari, instar II kurang lebih 1-2 hari, instar III
kurang lebih 2 hari, dan instar IV kurang lebih 2-3 hari. Masing-masing
jantan dan betina. Pada pergantian kulit terakhir berubah menjadi pupa.
namun memerlukan udara. Belum ada perbedaan jantan dan betina. Pupa
menetas dalam 1-2 hari menjadi nyamuk. Pada umumnya nyamuk jantan
4. Nyamuk jantan dan nyamuk betina yang menetas dari kelompok telur
waktu senja. Perkawinan hanya terjadi cukup satu kali, sebelum nyamuk
betina pergi untuk menghisap darah. Umur nyamuk jantan lebih pendek
10
Gambar 2.7. Siklus hidup nyamuk (Woodsen, 2013)
11
tertentu (pistia, pelepah pohon, lain-lain)
enceng, dan lain- dan lain-lain)
lain)
Tingkat
Anopheles Mansonia Aedes Culex
pertumbuhan
Kepompong Sulit untuk membedakan secara cepat bagi yang belum berpengalaman
(Pupa)
Nyamuk - Proboscis sama - Sisik-sisik pada - Ujung abdomen - Pada ujung
dewasa betina panjang dengan sayap asimetris, meruncing kaki-kakinya
palpi berwarna coklat, dengan ujung terdapat
- Menularkan dan pucar cerci yang pulvilli
penyakit malaria bercampur menonjol jelas - Menularkan
dan filaria - Menularkan - Menularkan penyakit
penyakit filaria penyakit demam filaria
berdarah (DBD)
dan filaria
Sumber: Kemenkes RI, 2014
1. Genus Anopheles
12
a. Tempat perindukan nyamuk dan habitat larvaAnopheles
berpasir, dan An. punculatus lebih menyukai genangan air dengan dasar
13
kampung di tempat yang teduh. Anopheles punculatus hinggap di tanah di
2. Genus Culex
14
a. Tempat perindukan nyamuk dan habitat larva Culex
septik tank, jamban, saluran air yang tersumbat, selokan dan sumur yang
hewan sepanjang malam hari di dalam rumah dan di luar rumah. Spesies
(WHO, 2013).
15
3. Genus Aedes
kelapa dan lubang pohon. Selain itu juga banyak ditemukan di wadah
16
Gambar 2.19. Kontainer dan ban bekas sebagai tempat
perindukan nyamuk Aedes (WHO, 2013)
pada pagi dan sore hari. Ae.polynesiensis bersifat eksofagik dan eksofilik
4. Genus Mansonia
17
Gambar 2.22. Identifikasi nyamuk Mansonia(WHO, 2013)
18
b. Perilaku menggigit dan istirahat nyamuk Mansonia
Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, antara lain
19
a. Faktor cara nyamuk menghisap darah manusia
Gambar 2.25. Penularan mikrofilaria (L3) dari nyamuk ke manusia (Kemenkes RI, 2014)
(infektif).
20
Gambar 2.26. Perkembangan L3 hingga menjadi cacing dewasa dan
mengeluarkan mikrofilaria dalam tubuh manusia
(Kemenkes RI, 2014)
menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu lebih dari 3,5 bulan,
21
hari, sehingga dapat menjadi sumber penularan dalam periode
22
terhisap oleh nyamuk terlalu sedikit, maka kemungkinan terjadinya
juga sedikit.
telah ada dalam tubuh nyamuk tidak cukup waktunya untuk tumbuh
d. Hospes filaria
1. Patogenesis
perkembangan klinis Filariasis dapat dibagi menjadi fase dini dan fase
lanjut. Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena infeksi cacing
dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur. Pada fase
RI, 2014).:
jamur yang masuk melalui luka-luka kecil maupun besar. Keadan ini
24
dihancurkan (fagositosis) oleh sel Reticulo Endothelial System (RES),
(acute attack).
c. Kelenjar limfe tidak dapat menyaring bakteri yang masuk dalam kulit.
sebagai berikut:
limfe
dan orkitis.
25
mengalirkan cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe
2. Gejala Klinis
Gejala klinis Filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis.
Bancroft, B. malayi dan B. timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut
tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi oleh B.malayi dan B.
kemih dan alat kelamin, tetapi infeksi oleh B. malayi dan B. Timori tidak
RI, 2014)..
paha dan ketiak. Parut lebih sering terjadi pada infeksi B.malayi dan
26
dengan timbulnya limfangitis dan limfadenitis. Tetapi sebaliknya,
kiluria, hidrokel.
1) Limfedema
dibawah lutut, lengan di bawah siku dimana siku dan lutut masih
normal.
2) Lymph Scrotum
kecil pada kulit, yang dapat pecah dan membasahi pakaian. Ini
3) Kiluria
27
Adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan
4) Hidrokel
Hidrokel dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah zakar,
dilatih.
28
d) Hidrokel banyak ditemukan di daerah endemis W. bancrofti
bancrofti.
bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada tidaknya nodul (benjolan), mossy
terberat.
sembuh.
29
Tabel 2.4. Stadium Limfedema
Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium Stadium
No. Gejala Stadium 1
2 3 4 5 6 7
1. Bengkak menghilang menetap menetap menetap menetap menetap menetap
di kaki waktu dan dan dan
bangun meluas meluas meluas
tidur pagi
2. Lipatan tidak ada tidak dangkal dangkal dalam, dangkal, dangkal,
kulit ada kadang dalam dalam
dangkal
3. Nodul tidak ada tidak tidak ada kadang- kadang- kadang-
ada ada kadang kadang kadang
4. Mossy tidak ada tidak tidak tidak tidak ada kadang-
lesions ada ada ada ada kadang
(gambaran
seperti
lumut)
5. Hambatan tidak tidak tidak tidak tidak tidak ya
berat
Sumber: Kemenkes RI, 2014
F. Diagnosa Filariasis
1. Diagnosa Klinis
gejala klinis yang muncul pada penderita baik pada stadium akut maupun
lengan dan mammae. Gejala akut pada filariasis malayi dan filariasis
2. Diagnosis Parasitologi
30
ditemukan di dalam darah, urin dan cairan hidrokel. Cacing dewasa dapat
Soeyoko, 2014).
diatasi dengan menggunakan kaca obyek yang bersih. Cara lain untuk
31
b. Immunochromatographic Test (ICT)
2014).
32
d. Pemeriksaan cacing dewasa di dalam kelenjar atau saluran limfe
33
limfoedema karena cacing dewasa pada umumnya tidak ada pada
videomicroscopy
34
Secara Massal (POPM)Filariasis tidak dilakukan atau ditunda
jantung dan pembuluh darah, penduduk yang sedang sakit berat, penderita
citrate (DEC) 100 mg dan tablet albendazole 400 mg. Dosis obat
ditentukan berdasarkan umur, yaitu usia 2-5 tahun diberikan 1 tablet DEC
dan 1 tablet albendazole, usia 6-14 mendapat 2 tablet DEC dan 1 tablet
DEC dan 1 tablet albendazole (Kemenkes RI, 2017). Obat diberikan satu
35
a) Pengobatan Penderita Filariasis
tablet 500 mg dalam 3 hari pertama untuk orang dewasa. Dosis anak
di daerah non endemis, tidak perlu mendapat obat sebagai bagian dari
36
luka dan lesi kulit, tetapi apabila terdapat abses perlu dilakukan
a) Limfedema
buah zakar, perawatan luka dan lesi jika ada, dan dirujuk
37
3. Pengendalian dan Pemberantasan Vektor Filariasis
menurut spesies.
39
netsyang tidak adekuat, dan Indoor residual sprayingtelah
2013).
40
Gambar 2.31. Space spraying (WHO, 2013).
41
7) Repelen, obat nyamuk bakar, dan obat nyamuk mat elektrik
dari 6-8 jam. Obat nyamuk mat elektrik memiliki prinsip kerja
(WHO, 2013).
42
penghapusan sejumlah kategori habitat larva yang diketahui
2) Larvasida
43
membahayakan bagi organisme lain termasuk musuh alami larva
ikan(WHO, 2013)..
44
larva dan tahap dewasa. Contohnya methoprene dan pyriproxifen
(WHO, 2013).
45
DAFTAR PUSTAKA
46