You are on page 1of 108

Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas

Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri

di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

MIA NUR FAUZIAH


NIM: 1111104000001

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF
JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2015

Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001

Effect of Abdominal Stretching Exercises Against Menstrual Pain Intensity

(Dysmenorrhea) of Adolescent Girl at SMK Al Furqon Bantarkawung

Brebes

xviii + 71 pages + 6 tables + 5 images + 2 schemes + 8 attachments

ABSTRACT

Dysmenorrhea is one of the most common gynecological problems experienced


during adolescence, is very disturbing activities and often require the patient to
rest and leave the activity. The aim of research is to determine the effect of
abdominal stretching exercises on the intensity of menstrual pain (dysmenorrhea)
in adolescent girl. This study is a pre-experiment with one group pretest-posttest
design. Purposive sampling with total sample of 33 adolescent girl who
experience menstrual pain is used. The results using Wilcoxon obtains a
significant value 0.000 (p <0.05), it means that there is a significant influence on
the intensity of exercise abdominal stretching menstrual pain in adolescent girl
with dysmenorrhea. Abdominal stretching exercises is recommended for
adolescent girl to use and as a part of nursing interventions to overcome
dysmenorrhea.

Keyword: abdominal stretching exercises, adolescent, Dysmenorrhea

References: 52 (years 1989-2014)

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juli 2015

Mia Nur Fauziah, NIM: 1111104000001

Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas Nyeri Haid


(Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung
Kabupaten Brebes

xviii + 71 halaman + 6 tabel + 5 gambar + 2 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Dismenore merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami
saat masa remaja, sangat mengganggu aktivitas bahkan seringkali mengharuskan
penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya. Tujuan penelitian untuk
mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid
(dismenore) pada remaja putri. Penelitian ini merupakan penelitian pre-
experiment dengan one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel
dengan cara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 33 remaja putri
yang mengalami nyeri haid. Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon diperoleh
nilai signifikan 0,000 ( p < 0,05 ) artinya terdapat pengaruh yang bermakna
latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid pada remaja putri
dengan dismenore. Latihan abdominal stretching disarankan untuk digunakan
remaja dan sebagai bagian dari intervensi keperawatan untuk mengatasi
dismenore.

Kata kunci: Dismenore, Remaja, Latihan Abdominal Stretching

Referensi: 52 (tahun 1989-2014)

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Mia Nur Fauziah

Tempat, Tgl, Lahir : Jakarta, 07 Mei 1993

Alamat : Dusun Kosambi Rt 004/ Rw 007

Desa Jipang Kecamatan Bantarkawung

Kabupaten Brebes Jawa Tengah

No. Telp/ HP : 085718597477

e-mail : miamiut_seven@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. TK RA Al-Hamid Jipang, Jawa Tengah

2. SDN Jipang 02 , Bantarkawung, Jawa Tengah

3. MTs N Bantarkawung, Jawa Tengah

4. MAN Brebes 02, Jawa Tengah

5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

1. Bendahara OSIS MTs N Bantarkawung 2007-2008

2. Wakil Ketua Penggalang Putri Pramuka Mts N Bantarkawung 2007-2008

3. Anggota OSIS MAN Brebes 02 2010-2011

4. Staf Ahli Departemen Pengembangan Minat dan Bakat Badan Eksekutif

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2011-2012.

5. Staf Ahli Departemen Perekonomian dan Kewirausahaan Badan Eksekutif

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan 2012-2014.

viii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Subhanahuwata‟ala, kita memuji, meminta


pertolongan dan memohon pengampunan kepada-Nya, dan kita berlindung
kepada Allah dari keburukan diri dan kejahatan amal perbuatan kita. Aku
bersaksi tidak ada Dzat yang berhak di ibadahi kecuali Allah, dan aku bersaksi
bahwa Muhammad itu Rasulullah Shollallahu „alaihi wasalam.
Atas berkat rahmat, karunia, dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan
skiripsi yang berjudul “Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap
Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon
Bantarkawung Kabupaten Brebes”.
Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan
bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. D e d e R o s y a d a M a selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, S KM., M.Kes., selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Ketua Program Studi dan
Ibu Ernawati, S. Kp., M. Kep., Sp. KMB., selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Maulina Handayani, S. Kp., M. Sc., selaku Dosen Pembimbing
Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk beliau yang telah
membimbing dan memberi motivasi selama 4 tahun duduk di bangku
kuliah.
5. Ibu Ratna Pelawati, S. Kp., M. Biomed. dan Ns. Waras Budi Utomo,
S.Kep., M.KM., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih sebesar-besarnya

ix
untuk beliau yang telah meluangkan waktu serta memberi arahan dan
bimbingan dengan sabar kepada penulis selama proses pembuatan
proposal skripsi ini.
6. Bapak / Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu
pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Orang tuaku, Ibu Yuliana dan Bapak Sukatno yang telah mendidik,
mencurahkan semua kasih sayang tiada tara, mendo‟akan keberhasilan
penulis, serta memberikan bantuan baik moril maupun materil kepada
penulis selama proses menyelesaikan proposal skripsi ini. Tak lupa, Aa
Rizal, Teh Esa, Dede Ghalin, dan Dede Almer ponakan tercinta serta
seluruh keluargaku yang selalu memberikan semangat tanpa pamrih.
8. Teman-teman PSIK2011, BEM PSIK 2011-2014, Devi, Dewi, Ikna, Jessi,
dan teman-teman lainnya yang telah memberi inspirasi, menghibur,
memberi masukan, mengundang tawa dan telah banyak membantu selama
menjadi mahasiswa di UIN Jakarta.
9. Kakak Nurwanto, Kakak Fitrotun Nisa dan Kakak Ujang yang telah
membantu menyelesaikan skripsi ini.

Pada akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh
dari sempurna, namun penulis harapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
yang memerlukannya.

Wallahul Muwaffieq Ilaa Aqwaamieth Tharieq


Wassalamu’alaykum. Wr. Wb

Ciputat, Juli 2015

Mia Nur Fauziah

x
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii
ABSTRACT ......................................................................................................iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ v
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI. .................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
E.Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9


A. Konsep Teori .................................................................................. 9
1. Nyeri .......................................................................................... 9
1.1 Definisi Nyeri ..................................................................... 9
1.2 Intensitas Nyeri ................................................................ 11
2. Menstruasi ............................................................................... 13
2.1 Definisi Menstruasi .......................................................... 13
2.2 Siklus Menstruasi ............................................................. 15

xi
2.3 Tanda dan Gejala Menstruasi ........................................... 19
3. Dismenore ................................................................................ 20
3.1 Definisi Dismenore .......................................................... 20
3.2 Penyebab Dismenore ......................................................... 21
3.3 Derajat Dismenore ........................................................... 21
3.4 Klasifikasi Dismenore ...................................................... 23
3.5 Tanda dan Gejala Dismenore ............................................ 24
4. Latihan Stretching .................................................................... 25
4.1 Definisi Latihan Stretching ............................................... 25
4.2 Manfaat Latihan Stretching .............................................. 25
4.3 Tehnik Latihan Stretching ................................................ 26
5. Remaja .................................................................................... 30
5.1 Definisi Remaja ................................................................. 30
5.2 Ciri Masa Remaja .............................................................. 31
B. PenelitianTerkait .......................................................................... 34
C. Kerangka Teori ............................................................................. 36

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN


HIPOTESIS .................................................................................................... 37
A. Kerangka Konsep ......................................................................... 37
B. Definisi Operasional .................................................................... 38
C. Hipotesis ...................................................................................... 40

BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 41


A. Desain Penelitian ......................................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 42
C. Populasi dan Sample .................................................................... 42
1. Populasi ................................................................................... 42
2. Sample ..................................................................................... 43
D. Pengumpulan Data ....................................................................... 45
1. Sumber Data ........................................................................... 45
2. Tahap Pengumpulan Data ........................................................ 45

xii
3. Alat Pengumpulan Data .......................................................... 48
E. Pengolahan Data ........................................................................... 50
F. Analisis Data ................................................................................. 51
G. Etika Penelitian ............................................................................ 51
H. Alur Penelitian ............................................................................. 52

BAB V HASIL PENELITIAN .................................................................... 56


A. Profil SMK Al Furqon Bantarkawung ......................................... 56
B. Hasil Analisa Univariat ................................................................ 57
C. Hasil Uji Normalitas .................................................................... 58
D. Hasil Analisa Bivariat .................................................................. 58

BAB VI PEMBAHASAN.............................................................................. 60
A. Interpretasi Hasil Penelitian ......................................................... 60
B.Keterbatasan Penelitian................................................................. 69

BAB VII KESIMPULAN ............................................................................. 70


A. Kesimpulan .................................................................................. 70
B. Saran............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR SINGKATAN

AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

FPS-R : Faces Pain Scale Revised

FSH : Follicle Stimutating Hormone

Gn RH : Gonadotropin-Releasing Hormone

ICC’s : Interclass Correlation Coefficients

LH : Luteinizing Hormone

NRS : Numeric Rating Scale

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

UIN : Universitas Islam Negeri

VAS : Visual Analog Scale

VDS : Verbar Descriptor Scale

WHO : World Health Organization

xiv
DAFTAR BAGAN

Halaman
2.1 Kerangka Teori 36
3.1 Kerangka Konsep 37

xv
DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis 10
3.1 Definisi Operasional 38
4.1 Kelompok Latihan Abdominal Stretching 53
5.1 Distribusi Rata-rata Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah 56
Latihan Abdominal Stretching
5.2 Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal 57
Stretching pada Remaja dengan Dismenore
5.3 Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan 57
Abdominal Stretching

xvi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Skala Analog Visual 11
2.2 Skala Nyeri Numerik 12
2.3 Verbal Rating Scale 13
2.4 Faces Pain Scales Revised 13
2.5 Siklus Menstruasi 19

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Penelitian

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3. Kuisiner Karakteristik Responden

Lampiran 4. Skala Nyeri Faced Pain Scale Revised

Lampiran 5. Pedoman Latihan Abdominal Stretching

Lampiran 6. Hasil Olahan SPSS

Lampiran 7. Dokumen Perizinan

xviii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang tumbuh dan berkembang, salah

satu tahap pertumbuhan dan perkembangannya adalah masa remaja. Masa

remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa, biasanya

mulai usia 10-19 tahun (Widyastuti, 2009 dalam Ramadani, 2014). Remaja

mengalami perubahan dalam tiga aspek yaitu perkembangan psikososial

yang menyatakan bahwa remaja berusaha untuk mencari jati diri,

perkembangan kognitif yang merupakan kemampuan berpikir dan

perubahan fisik (Efendi, 2009).

Perubahan fisik pada remaja merupakan tanda-tanda pubertas yang

terjadi karena perubahan hormonal, sehingga dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan penampilan pada remaja (Soetjiningsih, 2010).

Perubahan fisik pada remaja juga ditandai dengan percepatan

pertumbuhan. Percepatan pertumbuhan dapat dilihat dari pertambahan

tinggi badan yang mencapai 90% sampai 95%, kenaikan berat badan yang

mencapai 59% dan adanya pertambahan jaringan lemak terjadi karena

adanya perubahan hormonal dalam tubuh (Soetjiningsih, 2010). Salah satu

perubahan fisik/biologis adalah remaja putri mulai mengalami

menstruasi/haid (Kumalasari, Intan., Andhyantoro, Iwan., 2012).

Menstruasi merupakan proses keluarnya darah yang terjadi secara

periodik atau siklik endometrium yang secara fisiologis menandakan

terbuangnya sel telur yang sudah matang dan merupakan pertanda masa

1
2

reproduktif pada kehidupan seorang perempuan (Bobak, 2004).

Menstruasi dimulai antara usia 12-15 tahun dan berlangsung mencapai

usia 45-50 tahun (Progestian, 2010 dalam Ningsih, 2011). Keluhan-

keluhan yang sering muncul pada saat menstruasi adalah mudah

tersinggung, gelisah, sukar tidur, gangguan konsentrasi, payudara

mengalami pembesaran dan gangguan yang berkenaan dengan masa haid

berupa dismenore (Manuaba, 2009).

Salah satu keluhan yang paling sering dirasakan oleh remaja saat

menstruasi yaitu dismenore. Dismenore merupakan salah satu masalah

ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia

dan gejala yang timbul karena adanya kelainan dalam rongga panggul

sangat mengganggu aktivitas perempuan, bahkan seringkali mengharuskan

penderita beristirahat dan meninggalkan aktivitasnya (Bobak, 2 004). Pada

penelitian Klein dan Litt di Amerika, melaporkan bahwa prevalensi

dismenore 59,7%, dengan nyeri haid berat sebanyak 12%, nyeri sedang

37%, dan nyeri ringan 49% (Anurogo, 2011).

Dismenore dikategorikan menjadi dua yaitu (1) dismenore primer

berkaitan dengan nyeri haid yang terjadi tanpa terdapat kelainan anatomis

alat kelamin, sedangkan (2) dismenore sekunder yaitu nyeri haid yang

berhubungan dengan kelainan anatomis yang jelas atau masalah patologis

di rongga panggul (Manuaba, 2010). Berdasarkan hal tersebut, peneliti

memfokuskan penelitian ini pada dismenore primer. Hal ini didukung oleh

penelitian di China tahun 2010 menunjukkan sekitar 41,9%-79,4% remaja

wanita mengalami dismenore primer. 31,5%-411,9% terjadi pada usia 9-


3

13 tahun dan 57,1%-79,4% pada usia 14-18 tahun (Gui-zhou, H, 2010).

Prevalensi dismenore di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari

54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder (Santoso,

2008).

Dismenore primer pada umumnya terjadi setelah 1-3 tahun dari

menarche (Ningsih, 2011). Secara nasional rata-rata usia menarche 13-14

tahun terjadi pada anak Indonesia (Riskesdas, 2010). Berdasarkan hal

tersebut maka dismenore akan terjadi pada remaja berusia 16-17 tahun.

Sehingga remaja pada usia tersebut sedang berada dalam pendidikan

jenjang SMA dan sederajatnya (Ningsih, 2011).

Dismenore dapat menimbulkan dampak bagi kegiatan atau aktivitas

para wanita khususnya remaja. Jika seorang siswi mengalami dismenore,

aktivitas belajar mereka di sekolah terganggu dan tidak masuk sekolah.

Sebagai contohnya seorang siswi yang mengalami dismenore tidak dapat

berkonsentrasi belajar dan motivasi belajar akan menurun karena

dismenore yang dirasakan pada proses belajar mengajar dan kadang ada

yang meminta izin untuk pulang karena tidak tahan terhadap dismenore

yang mereka rasakan (Cicilia dkk, 2013). Dibuktikan oleh penelitian

Omvidvar, S di Amerika Serikat bahwa dismenore mengakibatkan 23,6%

dari penderitanya tidak masuk sekolah (Sophia, 2013).

Banyak cara untuk menghilangkan atau menurunkan nyeri haid, baik

secara farmakologis maupun non farmakologis. Manajemen non

farmakologis lebih aman digunakan karena tidak menimbulkan efek

samping seperti obat-obatan (Ningsih, 2011). Terdapat beberapa cara yang


4

dapat dilakukan untuk mengatasi dismenore adalah mandi air hangat,

meletakkan botol hangat di perut, exercise/latihan, dan menghindari

merokok (Nathan, 2005 dalam Ningsih, 2011). Selanjutnya menurut

French (2005) modifikasi gaya hidup untuk mengatasi dismenore yaitu

diet rendah lemak, exercise, dan hentikan meerokok, serta dapat juga

dengan pemberian supleemen, pengobatan herbal ala jepang, akupuntur,

akupresur, terapi bedah dan terapi horizon.

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa exercise dapat

mengatasi dismenore. Selain itu exercise lebih aman digunakan karena

menggunakan proses fisiologis (Woo & Mc Eneaney, 2010). Hal ini

didukung hasil penelitian Daley (2008) yang menyatakan exercise efektif

dalam menurunkan nyeri haid (dismenore). Hasil penelitian lain yang

terkait adalah penelitian Istiqomah (2009) menyatakan senam dismenore

efektif untuk mengurangi dismenore pada remaja.

Wong, et al. (2008) menyatakan bahwa latihan dengan

menggerakkan panggul, posisi lutut-dada, dan latihan pernapasan dada

dapat bermanfaat untuk mengurangi dismenore. Menurut penelitian

Ningsih (2011) tentang efektifitas paket pereda (abdominal stretching)

untuk menurunkan intensitas nyeri haid pada remaja di SMA Kecamatan

Curup dapat disimpulkan bahwa paket pereda yang terdiri dari terapi

minum air putih dan abdominal stretching exercise efektif dalam

menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan dismenore.


5

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh

peneliti pada tanggal 19 Desember 2014 dengan membagikan kuesioner

pada 303 remaja putri di SMK Al furqon 153 remaja putri diantaranya

mempunyai riwayat nyeri haid, didapatkan data bahwa penanganan yang

telah dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri haid adalah

dengan obat analgesik sebanyak 28 orang, dibiarkan saja sebanyak 55

orang, tidur sebanyak 34 orang dan menangis sebanyak 36 orang

sedangkan untuk latihan fisik terutama latihan abdominal stretching tidak

pernah dilakukan. Permasalahan di atas menarik perhatian peneliti untuk

melakukan penelitian mengenai terapi alami dengan menggunakan latihan

fisik dalam rangka membantu mengurangi dan mengatasi dismenore

khususnya pada remaja putri.

B. Rumusan Masalah

Angka prevalensi dan morbiditas dari dismenore masih cukup tinggi

dan kurang mendapatkan perhatian dari dunia kesehatan atau keperawatan.

Hal ini dikarenakan banyak wanita yang dikondisikan untuk menerima

rasa sakit itu sebagai sesuatu yang normal dan bersifat psikis, walaupun

hal itu menghambat aktivitas mereka sehari-hari dan menurunkan kualitas

hidup wanita khususnya pada remaja. Mengingat masih seringnya timbul

masalah dismenore pada remaja yang dapat mengganggu aktivitas belajar

serta secara tidak langsung juga berdampak pada produktivitas dan

kualitas hidup remaja, maka perlu adanya penelitian untuk mencari

alternatif terapi yang mudah dilakukan, aman, dan tidak memerlukan biaya

atau pengeluaran yang banyak untuk mengurangi dan mengatasi masalah


6

nyeri haid tersebut salah satunya dengan menggunakan latihan abdominal

stretching.

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dari penelitian ini

adalah sejauh manakah pengaruh latihan abdominal stretching terhadap

intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas

nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum latihan

abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes.

b. Mengetahui tingkat nyeri haid (dismenore) setelah latihan

abdominal stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes.

c. Mengetahui sejauh mana pengaruh latihan abdominal stretching

terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di

SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.


7

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai

tambahan referensi dan pengembangan penelitian tentang pengaruh

latihan abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid

(dismenore) pada remaja putri SMK Al Furqon Bantarkawung.

2. Bagi Peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan

wawasan mengenai penanganan dismenore dengan cara non

farmakologis yaitu salah satunya adalah latihan abdominal stretching.

3. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu topik pembahasan

terutama di Keperawatan Maternitas untuk menambahkan cara

menangani dismenore dengan menggunakan jenis terapi non-

farmakologi.

4. Bagi Perawat

Manfaat penelitian ini bagi perawat sebagai pedoman dalam

pemberian asuhan keperawatan khususnya intervensi latihan

abdominal stretching untuk menurunkan nyeri haid (dismenore) pada

remaja yang menderita dismenore.

5. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang

latihan abdominal stretching dalam membantu mengatasi dismenore,


8

sehingga aktivitas dapat tetap dijalankan meskipun dalam keadaan

menstruasi.

6. Bagi Remaja Putri

Setelah diberikan latihan abdominal stretching diharapkan

remaja putri dapat memberikan informasi ke orang lain dan

menerapkan latihan abdominal stretching yang merupakan salah satu

jenis terapi non-farmakologi dalam penanganan dismenore.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan

tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah latihan abdominal

stretching pada remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten

Brebes. Jenis penelitian ini adalah pre-experiment design dengan

rancangan one group pretest-posttest design. Jumlah sampel yang

digunakan sebanyak 33 remaja putri yang mengalami nyeri haid. Metode

pengambilan data dengan mengisi lembar pengukuran tingkat nyeri Faces

Pain Scale Revised (FPS-R). Penelitian dilaksanakan di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes pada bulan April-Mei.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Nyeri

a. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat

subjektif. Keluhan sensorik yang dinyatakan seperti pegal, linu,

ngilu dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri. Nyeri

merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi

diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan

berubah (Muttaqin, 2008).

Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya berhubungan

dengan adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut

mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang baru

saja terjadi (Muttaqin, 2008).

Nyeri kronis merupakan suatu keadaan yang berlangsung

secara konstan atau intermiten dan menetap sepanjang suatu

periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan

yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan

penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis adalah suatu keadaan

ketidaknyamanan yang dialami individu yang berlangsung selama

enam bulan atau lebih (Muttaqin, 2008).

9
10

Tabel 2.1 Perbedaan Nyeri Akut dan Nyeri Kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Awitan (onset) Mendadak Terus menerus dan

intermiten

Intensitas Ringan sampai berat Ringan sampai

berat

Durasi < 6 bulan >6 bulan

Respon Otonom - Konsisten dengan Tidak ada respon

respons stres simpatis somnolen

- Frekuensi jantung ↑

- Volume sekuncup

- Tekanan darah ↑

- Dilatasi pupil ↑

- Tegangan otot ↑

- Motilitas

gastrointestinal ↓

- Aliran saliva ↓

Komponen Cemas Depresi, mudah

Psikologis dan marah,menarik

respon lainnya diri, tidur

terganggu, libido

menurun, nafsu

makan menurun.
11

b. Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran keparahan nyeri yang

dirasakan oleh seseorang. Pengukuran intensitas nyeri bersifat

subjektif dan individual. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

objektif dilakukan dengan menggunakan respon fisiologi tubuh

terhadap nyeri yang dirasakan seseorang (Tamsuri, 2007).

Intensitas nyeri seseorang dapat diukur dengan menggunakan

skala nyeri (Smeltzer dan Bare, 2001). Skala nyeri tersebut adalah:

1) Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale merupakan skala nyeri yang

berbentuk garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus

menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. VAS

adalah pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena

klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari

pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter, 2005).

Gambar 2.1 Skala Analog Visual

2) Numeral Rating Scale (NRS)

Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa

nyerinya sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala

numeral dari 0-10 atau 0-100. Angka 0 berarti “no pain” dan 10

atau 100 berarti “severe pain” (nyeri hebat). NRS lebih


12

digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Skala paling efeektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah

intervensi terapeutik (Potter & Porry, 2005).

Gambar 2.2 Skala Nyeri Numerik

3) Verbal Rating Scale (VRS)

Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk

menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda, range dari

“no pain” sampai “nyeri hebat” (extreme pain). VRS dinilai

dengan memberikan angka pada setiap kata sifat sesuai dengan

tingkat intensitas nyerinya. Sebagai contoh, dengan

menggunakan skala 5-point yaitu none (tidak ada nyeri) dengan

score “0”, mild (kurang nyeri) dengan skore “1”, moderate

(nyeri yang sedang) dengan skore “2”, severe (nyeri keras)

dengan skor “3”, very severe (nyeri yang sangat keras) dengan

skor “4”.

Keterbatasan VRS adalah adanya ketidakmampuan

pasien untuk menghubungkan kata sifat yang cocok untuk level

intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan pasien yang buta

huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan (Potter &

Perry, 2005).
13

Gambar 2.3 Verbal Rating Scale (VRS)

4) Faces Pain Scale-Revised

Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat

dari wajah yang tersenyum untuk „tidak ada nyeri‟ sampai

wajah yang berlinang air mata untuk „nyeri paling buruk‟.

Kelebihan dari skala wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan

sendiri rasa nyeri dialaminya sesuai dengan gambar yang telah

ada dan membuat usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih

sederhana (Potter & Perry, 2005).

Gambar 2.4 Faces Pain Scale-Revised (FPS-R)

2. Menstruasi

a. Definisi Menstruasi

Menurut Benson (2008), Menstruasi atau haid adalah

perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai

pelepasan (dekuamasi) endometrium. Pada dasarnya menstruasi

merupakan proses katabolisme dan terjadi dibawah pengaruh


14

hormon hipofisis dan ovarium. Menstruasi pertama, disebut

menarke, biasanya terjadi pada usia 8-13 tahun. Berakhirnya

menstruasi, menopause, normalnya terjadi pada usia 49-50 tahun.

Interval antara periode menstruasi bervariasi sesuai usia,

keadaan fisik dan emosi, serta lingkungan. Siklus menstruasi

normal umumnya tetap setiap 28 hari, tetapi interval 24-32 hari

masih dianggap normal kecuali siklusnya sangat tidak teratur. Pada

awal dan akhir masa reproduksi, siklus menstruasi mungkin tidak

teratur dan tidak dapat diperkirakan, sebagai akibat kegagalan

ovulasi. Saat mencapai maturitas, kira-kira dua per tiga wanita

mempertahankan periodisitas yang kurang lebih teratur, kecuali

saat hamil, stres atau sakit (Benson, 2008).

Durasi rata-rata perdarahan menstruasi adalah 3-7 hari

tetapi dapat pula bervariasi. Kehilangan darah rata-rata pada

periode menstruasi normal sekitar 35-90 ml. Kira-kira tiga per

empat darah ini hilang dalam 2 hari pertama. Wanita berusia < 35

tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka

yang berusia >35 tahun (Benson, 2008).

Cairan menstruasi mengandung darah, sel epitel vagina dan

endometrium yang terkelupas, lendir serviks, dan bakteri.

Prostaglandin dapat ditemukan pada darah menstruasi, bersama

dengan enzim dan fibrinolisin dari endometrium. Fibrinolisin ini

mencegah menggumpalnya darah menstruasi kecuali terjadi

perdarahan yang berlebihan. Namun demikian, dapat terbentuk


15

bekuan darah kecil yang rapuh dan kekurangan fibrin dalam vagina

karena adanya mikro protein dan glukosa dalam keadaan basa

(Benson, 2008).

Faktor-faktor berikut yang dapat mempengaruhi perdarahan

menstruasi: (1) fluktuasi kadar hormon ovarium, hipofisis,

prostaglandin dan kadar enzim, (2) variabilitas sistem saraf

otonom, (3) perubahan vaskularisasi (statis, spasme-dilatasi), (4)

faktor-faktor lain (misal, status nutrisi dan psikologis yang tidak

biasa) (Benson, 2008).

b. Siklus Menstuasi

Siklus menstruasi pada manusia paling mudah dimengerti

jika proses ini dibagi menjadi empat fase berdasarkan perubahan

fungsional dan morfologis di dalam ovarium dan endometrium

(Heffner, 2006):

1) Fase Folikular

Secara konvensional fase ini dikenal sebagai fase

pertama yang merupakan suatu fase pada siklus menstruasi

sampai terjadinya ovulasi. Sekelompok folikel ovarium akan

mulai matang, walaupun hanya satu yang akan menjadi folikel

dominan, yang disebut sebagai folikel de Graaf.

Perkembangan folikel dari bentuk primordial atau bentuk

istirahatnya dalam ovarium dimulai selama beberapa hari

sebelum dimulainya menstruasi pada siklus sebelumnya.

Setelah satu siklus berakhir, kematian dari korpus luteum yang


16

telah diprogram menyebabkan penurunan sekresi hormon yang

drastis (Heffner, 2006).

Hari pertama perdarahan menstruasi ditetapkan sebagai

hari pertama fase folikular. Selama 4-5 hari pertama fase ini,

perkembangan folikel ovarium awal ditandai oleh proliferasi

dan aktivitas aromatase sel granulosa yang diinduksi oleh FSH.

FSH menstimulasi sintesis reseptor LH yang baru pada sel

granulosa, yang kemudian memulai respons LH (Heffner,

2006).

Selama fase folikular tengah hingga akhir, kadar

estradiol dan inhibin B terus meningkat dalam sirkulasi akan

menekan sekresi FSH, sehingga mencegah pengambilan folikel

yang baru. Peningkatan estradiol dalam sirkulasi yang sangat

tinggi dan terus-menerus menimbulkan efek yang tidak

diharapkan pada kelenjar hipofisis: peningkatan eksponensial

pada sekresi LH. Ovarium juga menunjukkan respons yang

meningkat terhadap gonadotropin. Akhirnya, kadar estrogen

yang tinggi menyebabkan pertumbuhan jaringan endometrium

yang melapisi uterus (Heffner, 2006).

2) Fase Ovulatoir

Fase dalam siklus menstruasi ini ditandai oleh lonjakan

sekresi LH hipofisis, yang memuncak saat dilepaskannya ovum

yang matang melalui kapsul ovarium. 2-3 hari sebelum onset

lonjakan LH, estradiol dan inhibin B yang bersikulasi


17

meningkat secara cepat dan bersamaan. Sintesis estradiol

berada dalam keadaan maksimal dan tidak lagi bergantung

pada FSH. Progesteron mulai meningkat saat lonjakan LH

menginduksi sintesis progesteron oleh sel granulosa (Haffner,

2006).

Kunci dari ovulasi adalah efek umpan balik positif

estrogen pada sekresi LH pada pertengahan siklus. Efek

peningkatan estrogen yang bersirkulasi lebih jauh lagi

diperkuat dengan adanya progesteron ovarium. Lokasi kerja

umpan balik positif estrogen pada siklus pertengahan terhadap

sekresi LH tampaknya terjadi di dalam sel-sel neuroendokrin

hipotalamus dan gonadotropin hipofisis (Haffner, 2006).

3) Fase Luteal

Setelah ovulasi, gambaran morfologis dan fungsional

yang dominan pada ovarium adalah pembentukan dan

pemeliharaan korpus luteum. Pada manusia, sel luteal membuat

estrogen dan inhibin dalam jumlah besar. Progesteron pada

kadar yang meningkat ini mencegah estrogen untuk

menstimulasi lonjakan LH yang lain dari hipofisis. Selain itu,

pada keadaan terdapatnya kombinasi antara tingginya

konsentrasi progesteron dan estrogen, frekuensi denyut GnRH

praovulatoir menurun, menyebabkan sekresi FSH dan LH

hanya pada garis dasar. Peningkatan sekresi FSH menjelang

akhir fase lateral bergantung pada penurunan kadar


18

progesteron, estradiol, dan inhibin dalam sirkulasi yang masih

berlangsung. Pemberian antagonis estrogen seperti klomifen

sitrat pada fase luteal bermakna secara klinis menyebabkan

peningkatan kadar FSH dalam sirkulasi dan mengawali

penambahan folikel (Haffner, 2006).

4) Fase Menstruasi

Hari pertama menstruasi menandai permulaan siklus

berikutnya. Sekelompok folikel yang baru telah direkrut dan

akan berlanjut menjadi folikel yang matang, dan salah satunya,

akan berevolusi. Fenomena yang disebut menstruasi sebagian

besar merupakan peristiwa endometrial yang dipicu oleh

hilangnya dukungan progesteron terhadap korpus luteum pada

siklus nonkonsepsi. Protease pemecah matriks dan lisosom

yang dikendalikan secara hormonal tampaknya terlibat.

Protease pemecah martiks merupakan bagian dari golongan

enzim metaloproteinase yang substratnya mengandung kolagen

dan matriks protein lainnya. Pada akhirnya, penurunan

progesteron pramenstruasi berhubungan dengan penurunan

aktivitas 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase (Haffner,

2006).
19

Gambar 2.5 Siklus Menstruasi

c. Tanda dan Gejala Menstruasi

Menurut Bobak (2004) tanda dan gejala menstruasi yang

dirasakan oleh remaja adalah:

1) Payudara terasa berat, penuh, membesar dan nyeri tekan.

2) Nyeri punggung, merasa rongga pelvis semakin penuh.

3) Nyeri kepala dan muncul jerawat.

4) Iritabilitas atau sensitifitas meningkat.

5) Metabolisme meningkat dan diikuti dengan rasa keletihan.

6) Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C.

7) Serviks berawan, lengket, tidak dapat ditembus sperma,

mengering dengan pola granular.

8) Ostium menutup secara bertahap.

9) Kram uterus yang menimbulkan nyeri (Dismenore).


20

3. Dismenore

a. Definisi Dismenore

Dismenore (nyeri haid) adalah nyeri kejang otot (spasmodik)

di perut bagian bawah dan menyebar ke sisi dalam paha atau

bagian bawah pinggang yang terjadi menjelang haid atau selama

haid akibat kontraksi otot rahim. Nyeri haid diduga terkait dengan

produksi hormon progesteron yang meningkat. Hormon

progesteron dihasilkan oleh jaringan ikat kelenjar indung telur

(corpus luteum) setelah melepaskan sel telur matang setiap bulan.

Hormon tersebut memperbesar ketegangan mulut rahim hingga

lubang mulut rahim menjadi sempit, akibatnya otot-otot rahim

lebih kuat berkontraksi untuk dapat mengeluarkan darah haid

melalui mulut rahim yang sempit. Kontraksi otot rahim yang

menyebabkan kejang otot yang dirasakan sebagai nyeri. Keluhan

nyeri haid berkurang atau malahan hilang setelah kehamilan atau

melahirkan anak pertama. Hal ini karena regangan pada waktu

rahim membesar dalam kehamilan membuat ujung-ujung saraf di

rongga panggul dan sekitar rahim menjadi rusak (Harmanto, 2006).

Dismenore didefinisikan sebagai menstruasi yang terasa

nyeri. Rasa nyeri sering digambarkan sebagai nyeri kram pada

abdomen bagian bawah yang terjadi selama haid (Schwartz, 2004).


21

b. Penyebab Dismenore

Menurut Wratsongko (2006), ada beberapa penyebab nyeri

haid (dismenore) sebagai berikut:

1) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding rahim.

2) Hormon prostaglandin yang tinggi.

3) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid.

4) Infeksi daerah panggul.

5) Endometriosis (terutama jika terjadi setelah usia 20 tahun).

6) Tumor jinak rahim.

7) Postur tubuh kurang baik (sikap yang salah).

8) Secara anatomis rahim tidak berkembang optimal.

9) Diperberat jika stres psikis atau kecemasan berlebihan.

c. Derajat Dismenore

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada

awal menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda.

Menurut Manuaba (2007), dismenore dibagi menjadi tiga tingkat

keparahan, yaitu:

1) Dismenore ringan

Seseorang akan mengalami nyeri atau masih dapat

ditolerir karena masih berada pada ambang rangsang,

berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-

hari.
22

Dismenore ringan terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 1-4, untuk skala wajah dismenore ringan terdapat

pada skala nyeri dengan tingkatan 1-2 (Leppert, 2004 dalam

Rakhma, 2012).

2) Dismenore Sedang

Seseorang mulai merespon nyerinya dengan merintih dan

menekan-nekan bagian yang nyeri, diperlukan obat penghilang

rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan kerjanya.

Dismenore sedang terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 5-6, untuk skala wajah dismenore sedang terdapat

pada skala nyeri dengan tingkatan 3 (Leppert, 2004 dalam

Rakhma, 2012).

3) Dismenore berat

Seseorang mengeluh karena adanya rasa terbakar dan ada

kemungkinan seseorang tidak mampu lagi melakukan

pekerjaan biasa dan perlu istirahat beberapa hari dapat disertai

sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan

sakit perut.

Dismenore berat terdapat pada skala nyeri dengan

tingkatan 7-10, untuk skala wajah dismenore berat terdapat

pada skala nyeri dengan tingkatan 4-5 (Leppert, 2004 dalam

Rakhma, 2012).
23

d. Klasifikasi Dismenore

1) Dismenore Primer

Dismenore primer adalah perasaan sakit di bagian perut

bawah yang terjadi karena ketidakseimbangan hormon, tanpa

kelainan organ dalam pelvis. Nyeri primer akan dialami oleh

sebagian wanita normal (Harmanto, 2006).

Menurut Morgan (2009), dismenore primer adalah

menstruasi yang sangat nyeri, tidak berkaitan dengan penyebab

fisik yang nyata. Dismenore primer muncul berupa serangan

ringan, kram pada bagian tengah, bersifat spasmodis yang

dapat menyebar ke punggung atau paha bagian dalam.

Umumnya ketidaknyamanan dimulai 1-2 hari sebelum

menstruasi, namun nyeri paling berat selama 24 jam pertama

menstruasi dan mereda pada hari kedua.

Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore

primer adalah haid yang nyeri tanpa penyebab yang jelas

biasanya terjadi segera sesudah pubertas dan muncul pada

setiap periode haid berikutnya (Waller, 2005).

2) Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder menurut Morgan (2009), adalah

menstruasi yang sangat nyeri, berkaitan dengan penyakit

panggul yang nyata. Dismenore sekunder mungkin disebabkan

oleh kondisi endometriosis, polip atau fibroid uterus, penyakit

radang panggul, perdarahan uterus disfungsional, prolaps


24

uterus, maladaptasi pemakaian AKDR, produksi kontrasepsi

yang tertinggal setelah abortus atau melahirkan, atau kanker

ovarium atau uterus. Dismenore sekunder dimulai setelah usia

20 tahun dan nyeri bersifat munilateral.

Sedangkan dalam Kamus Saku Perawat, dismenore

sekunder adalah haid yang nyeri pada wanita yang sebelumnya

selama bertahun-tahun sudah memiliki periode haid yang

normal. Dismenore ini terjadi akibat endometritis dan

cenderung memburuk ketika terjadi peningkatan kongesti lokal

(Waller, 2005). Dismenore sekunder ditandai dengan adanya

kelainan organ dalam pelvis. Hal seperti ini harus dilakukan

pemeriksaan yang serius. Mungkin ada kista, mioma atau

tumor di rahim (Harmanto, 2006).

e. Tanda dan Gejala Dismenore

Menurut Wratsongko (2006), tanda dan gejala dismenore

adalah:

1) Kram yang nyeri dan hebat selama haid.

2) Dismenore primer timbul berulang secara teratur sejak pertama

kali haid.

3) Dismenore sekunder jika terjadi setelah bertahun-tahun

mengalami siklus haid.

4) Rasa kram dan nyeri yang menusuk ini terasa di perut bagian

bawah, punggung bawah, dan paha.

5) Kadang-kadang disertai mual/muntah, diare.


25

6) Berkeringat banyak, badan terasa lemah.

4. Latihan Stretching

a. Definisi Latihan Stretching

Exercise merupakan salah satu manajemen non farmakologis

yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis

(Woo & McEneaney, 2010).

Stretching (peregangan) adalah aktivitas fisik yang paling

sederhana. Stretching merupakan suatu latihan untuk memelihara

dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan (Senior, 2008).

Adapun salah satu cara exercise/latihan untuk mengurangi

intensitas nyeri haid adalah dengan melakukan abdominal

stretching exercise (Thermacare, 2010 dalam Ningsih, 2011).

b. Manfaat Latihan Stretching

Menurut Alter (2008) dalam Putra (2012), manfaat stretching

antara lain:

1) Meningkatkan kebugaran fisik seorang atlet.

2) Mengoptimalkan daya tangkap, latihan dan penampilan atlet

pada berbagai bentuk gerakan yang terlatih.

3) Meningkatkan mental dan relaksasi fisik.

4) Meningkatkan perkembangan kesadaran tubuh.

5) Mengurangi risiko keseleo sendi dan cedera otot (kram).

6) Mengurangi risiko cedera punggung.

7) Mengurangi rasa nyeri otot dan ketegangan otot.


26

8) Mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (dismenore) bagi

atlet wanita.

c. Teknik Latihan Abdominal Stretching

Adapun langkah-langkah latihan abdominal stretching adalah

sebagai berikut:

1) Cat Stretch

Posisi awal: tangan dan lutut di lantai.

a) Punggung dilengkungkan, perut digerakkan ke arah lantai

senyaman mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat

lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan

bersuara, lalu relaks.

b) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala

menunduk ke lantai. Tahan selama 10 detik sambil dihitung

dengan bersuara, lalu relaks.

c) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh

mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan

bersuara, lalu relaks.


27

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

2) Lower Trunk Rotation

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai,

kedua lengan dibentangkan keluar.

a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan

lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20

detik sambil dihitung dengan bersuara.

b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin

dengan lantai. Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan

selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian

kembali ke posisi awal.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

3) Buttock/Hip Stretch

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk.

a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha

kiri diatas lutut.

b) Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah dada

senyaman mungkin. Tahan selama 20 detik sambil dihitung


28

dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal dan

relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

4) Abdominal Strengthening: Curl Up

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di tekut, kaki di lantai,

tangan di bawah kepala.

a) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah

langit-langit. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan

bersuara.

b) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan

otot-otot perut dan bokong.

c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut,

tahan selama 20 detik.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.


29

5) Lower Abdominal Strengthening

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan

dibentangkan sebagian keluar.

a) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan punggung

bawah ke lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan

bokong.

b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik

tumit dan bola, kencangkan otot bokong. Jangan

melengkungkan punggung.

Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.

6) The Bridge Position

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku

di lantai, lengan dibentangkan sebagian keluar.

a) Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otot-

otot perut dan bokong.

b) Angkat pinggul dan dan punggung bawah untuk

membentuk garis lurus dari lutut ke dada.


30

Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara,

kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

5. Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa

kanak-kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO

(2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja

seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan

bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja

tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap

dimasukkan ke dalam kelompok remaja (Efendi, 2009).

Masa remaja yang secara literatur berarti “tumbuh hingga

mencapai kematangan”, secara umum berarti proses fisiologis,

sosial, dan kematangan yang dimulai dengan perubahan pubertas

(Wong et al, 2008). Pubertas (puberty) adalah perubahan cepat

pada kematangan fisik yang meliputi perubahan tubuh dan

hormonal yang terutama terjadi selama masa remaja awal

(Santrock, 2003).

Masa remaja dibagi menjadi masa remaja awal dan masa

remaja akhir (Santrock, 2003). Masa remaja awal (early


31

adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah

pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas,

berlangsung antara usia 13 tahun sampai 16-17 tahun (Santrock,

2003; Jahja, 2011). Masa remaja akhir (late adolescence), yaitu

usia matang secara hukum berkisar antara usia 16-17 tahun hingga

18 tahun (Jahja, 2011).

b. Ciri Masa Remaja

Beberapa perubahan yang terjadi masa remaja,diantaranya

perubahan biologis, sosial, kognitif, dan emosional (Wong et al,

2008).

1) Perubahan Biologis/ Fisik

Terdapat lima perubahan fisik yang terjadi pada masa

remaja, yaitu pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu

tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-

organ reproduksi, perubahan komposisi tubuh serta perubahan

sistem sirkulasi dan sistem respirasi yang berhubungan dengan

kekuatan dan stamina tubuh. Perubahan fisik yang terjadi, yang

paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya

tinggi dan berat, serta kematangan seksual (Santrock, 2003).

Perubahan fisik pada masa remaja merupakan hal yang

sangat penting dalam kesehatan reproduksi karena pada masa

ini terjadi pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai

kematangan, termasuk organ-organ reproduksi sehingga


32

mampu melaksanakan fungsi reproduksi. perubahan yang

terjadi yaitu:

a) Munculnya tanda-tanda seks primer: terjadinya haid yang

pertama (menarche) pada perempuan dan mimpi basah pada

remaja laki-laki.

b) Munculnya tanda-tanda seks sekunder yaitu:

 Pada remaja laki-laki: tumbuhnya jakun, penis dan

buah zakar bertambah besar, terjadinya ereksi dan

ejakulasi, suara bertambah besar, dada lebih lebar,

badan berotot, tumbuh kumis di atas bibir, cambang

dan rambut di sekitar kemaluan dan ketiak.

 Pada remaja perempuan: pinggul melebar, pertumbuhan

rahim dan vagina, tumbuh rambut di sekitar kemaluan

dan ketiak, payudara membesar (Pinem,2009).

2) Perubahan Kognitif

Berpikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan

berpikir abstrak. Pada tahap ini, yaitu periode operasional

formal, merupakan tahap Piaget yang keng ke empat dan

terakhir. Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan

aktual, yang merupakan ciri berpikir konkret (Wong et al,

2008). Piaget juga mengatakan bahwa remaja termotivasi untuk

memahami dunia dan menyesuaikan berpikirnya untuk

mendapatkan informasi baru (Santrock, 2003).


33

Remaja dalam pandangan Piaget, secara aktif

membangun dunia kognitif mereka, dimana informasi yang

didapatkan tidak langsung diterima begitu saja kedalam skema

kognitif mereka (Jahja, 2011). Dengan kata lain, pada saat ini

mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada

situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian

peristiwa yang mungkin terjadi seperti kemungkinan kuliah dan

bekerja, memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat

berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua,

dan akibat tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.

Pada saat ini, pikiran mereka dapat dipengaruhi oleh prinsip-

prinsip logis daripada hanya persepsi dan pengalaman mereka

sendiri. Kemampuan penalaran yang ilmiah dan cara berpikir

logis formal meningkat pada masa ini (Wong et. al, 2008).

3) Perubahan Sosial

Proses untuk memperoleh kematangan pada remaja

penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua

(Wong et.al, 2008). Remaja menginginkan kebebasan, tetapi di

sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai

kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri

untuk memikul tanggung jawab terkait dengan kemandirian

(Jahja, 2011).
34

4) Perubahan Emosional

Masa remaja adalah masa stres emosional, yang timbul

dari perubahan fisik yang sedemikian cepat pada masa pubertas

(Hall dalam Aghla, 2004). Peningkatan emosional yang terjadi

secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal sebagai masa

storm & stress. Segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini

merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru

yang berbeda dari masa sebelumnya (Jahja, 2011).

6. Penelitian Terkait

Beberapa penelitian terkait dismenore dan exercise pada remaja putri

adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Abbaspour Z. MSc et al (2006) dengan

judul “ The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea”

menunjukkan bahwa intensitas nyeri pada kelompok intervensi

mengalami penurunan nyeri haid (8,59-4,63) pada periode ketiga dan

2,84 pada periode keempat (p < 0,01). Sedangkan untuk kelompok

kontrol intensitas nyeri tidak signifikan. Hasil lain menunjukkan

bahwa pada akhir siklus, siswa melaporkan rasa sakit mereka yaitu

10% tidak ada rasa sakit, 40% ringan, 44% sedang, 3% berat dan 2%

sangat parah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata durasi

nyeri menurun dari 7,15-4,22 pada periode ketiga dan 2.23 pada

periode keempat untuk kelompok intervensi (p < 0,01) sedangkan

untuk kelompok kontrol tidak signifikan.


35

2. Penelitian yang dilakukan Istiqomah (2009) dengan judul “Efektivitas

senam dismenore dalam mengurangi dismenore pada remaja putri di

SMU N 5 Semarang” menyatakan bahwa senam dismenore efektif

untuk mengurangi dismenore pada remaja dengan hasil penelitian

menunjukkan nilai t hitung 4,525, lebih besar dari t tabel (1,761) dan

nilai signifikansi hasil uji Paired Sample t-Test yaitu 0,000 yang

nilainya lebih kecil dari taraf kesalahan (α) 0,05 atau dengan

signifikansi 95% maka nilai di luar daerah penerimaan Ho, artinya Ho

ditolak dan Ha diterima.

3. Penelitian yang dilakukan Maya dkk (2013) dengan judul penelitian “

Manfaat Penambahan Latihan Otot Diafragma Pelvis pada Latihan

Otot Abdomen terhadap Dismenore Primer pada Remaja Putri”

menyatakan bahwa terdapat berbedaan nyeri haid sebelum dan sesudah

dilakukan penambahan latihan otot diafragma pelvis pada latihan otot

abdomen dengan rata-rata nyeri haid pada latihan otot abdomen

(Latihan I) adalah 3.19 dan nyeri haid pada latihan otot diafragma

pelvis pada latihan otot abdomen (Latihan II) adalah 2,13.


36

C. Kerangka Teori
Latihan abdominal
stretching

Remaja Menstruasi
Tanda dan Gejala Nyeri
- Perubahan Biologis 1. Tetap
- Dismenore/ nyeri haid 2. Menurun
- Perubahan Kognitif 3. Meningkat
- Payudara terasa berat, penuh, membesar
- Perubahan Sosial
dan nyeri tekan.
- Perubahan Emosional
- Nyeri punggung, merasa rongga pelvis
(Wong dkk, 2008)
semakin penuh.
- Nyeri kepala dan muncul jerawat.
- Iritabilitas atau sensitifitas meningkat.
- Metabolisme meningkat dan diikuti dengan
rasa keletihan.
- Suhu basal tubuh meningkat 0.2-0.40C.
- Ostium menutup secara bertahap.
(Bobak, 2004)

Keterangan: Bagan 2.1 Kerangka Teori

: variabel yang tidak diteliti

: variabel yang diteliti


37

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu kerangka berpikir yang

menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen

dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2012). Sedangkan variabel didefinisikan

sebagai karakteristik subjek penelitian yang berubah dari satu subjek ke

subjek lain. Variabel independen (latihan abdominal stretching) adalah

variabel yang bila berubah akan mengakibatkan perubahan pada variabel

lain, sedangkan variabel dependen (nyeri haid) adalah variabel yang

berubah akibat perubahan pada variabel independen, dan variabel yang

berubah akibat perubahan pada variabel independen (Hidayat, 2011).

Intensitas Nyeri
Remaja yang Latihan
1. Tetap
mengalami abdominal
2. Menurun
dismenore stretching
3. Meningkat

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

37
38

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Latihan Latihan Abdominal SOP gerakan Observasi responden 1. Ya= 1 Ordinal
abdominal Stretching adalah suatu latihan abdominal
stretching latihan peregangan otot stretching
yang digunakan responden
untuk mengatasi nyeri haid
(dismenore) pada responden
yang sedang mengalami
nyeri haid.
39

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
2. Nyeri Haid Nyeri haid adalah rasa tidak Instrumen Faces Mengisi instrumen Data skala nyeri Rasio
(Dismenore) nyaman yang paling sering Pain Scale- FPS-R FPS-R dengan
dirasakan oleh remaja putri Revised (FPS-R) hasil:
pada saat mengalami 0= tidak nyeri
menstruasi. 1= sedikit nyeri
2= sedikit lebih
nyeri
3= lebih nyeri
4= jauh lebih
nyeri
5= nyeri paling
buruk/ tak
tertahankan
40

C. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat

sementara dari suatu penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang

kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo,

2010). Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat pengaruh latihan abdominal stretching terhadap intensitas

nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes.


41

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif –preexperiment

design bertujuan untuk menguji hubungan sebab-akibat terhadap

perlakuan (Haryati, 2009). Penelitian ini menggunakan pendekatan one

group pretest posttest design adalah penelitian ini dilakukan dengan cara

kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian

diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2008). Peneliti memilih

jenis penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan abdominal

stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri

yang mengalami dismenore.

Rancangan penelitian dapat digambarkan seperti dibawah ini.

K 01 X 02

Keterangan:

K : Subjek

01 : nilai pretest (sebelum diberi latihan)

X : Latihan abdominal stretching

02 : nilai posttest (setelah diberi latihan)

41
42

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang digunakan adalah SMK Al Furqon

Bantarkawung Kab. Brebes. Peneliti memilih SMK Al Furqon

Bantarkawung sebagai lokasi penelitian dengan alasan SMK Al Furqon

Bantarkawung adalah lokasi yang berada di desa tempat peneliti tinggal

dan masih banyak remaja yang mengalami dismenore yang belum tahu

penanganan yang dilakukan selain meminum obat analgesik misalnya

dengan olahraga atau latihan abdominal stretching, dan belum pernah

dilakukan penelitian mengenai pengaruh latihan abdominal stretching

terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK Al

Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Penelitian ini dilakukan pada

bulan April-Mei 2015 di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten

Brebes.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah

153 siswi SMK Al-Furqon Bantarkawung yang mempunyai riwayat

nyeri haid.
43

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling dimana pengambilan sampel secara purposive

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya (Notoatmodjo, 2010).

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja yang mengalami

dismenore dan memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Siswi yang mengalami nyeri haid pada hari pertama menstruasi

dalam tiga bulan terakhir berturut-turut.

2) Siswi yang tidak memiliki riwayat menggunakan terapi

farmakologis selama nyeri haid.

3) Siswi yang memiliki siklus haid yang teratur selama 28 hari.

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Menderita penyakit ginekologis tertentu (dismenore sekunder).

2) Mengalami dismenore berat.


44

Penulis membuat perhitungan besar sampel minimal dengan

menggunakan uji hipotesis beda dua mean dengan derajat kemaknaan

5% dan kekuatan uji 90% dengan rumus sebagai berikut:

n = 2.σ2 (Z1-α/2 + Z1-β)2

( μ1- μ2)2

Keterangan:

n = Besar sampel minimal

σ2 = Standar deviasi

Z1-α =Nilai Z pada derajat kemaknaan tertentu yang ditetapkan

peneliti (90%, 95%, 99% = 1,64; 1,96; 2,58)

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji (power) tertentu yang

ditetapkan peneliti (80%, 90%, 95%, 99% = 0,84; 1,28;

1,64; 2,33)

μ1 = rata-rata tingkat nyeri pada penelitian sebelumnya

μ2 = rata-rata tingkat nyeri yang ditentukan peneliti

Sedangkan perhitungan besar sampel yang digunakan dengan

menggunakan nilai rata-rata penurunan intensitas nyeri haid

berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh

Abbaspour Z. MSc et al (2006) diperoleh μ1 (4,63) dan μ2 (2,84).

Estimasi dilakukan pada derajat kemaknaan 5% kekuatan uji 90%.


45

Berdasarkan rumus besar sampel minimal di atas didapatkan

adalah:

n= 2. (0,236)2 . (1,96 + 1,28)2

(5,75 – 5,55)2

= 30

Jadi, diperlukan sampel dengan 30 orang. Untuk menghindari

adanya sampel drop out dan sebagai cadangan penelitian maka

ditambahkan 10% dari jumlah sampel minimal: 10% x 30 = 3 orang.

Maka total sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 + 3 = 33 orang.

D. Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Data primer merupakan data sumber pertama yang diperoleh

dari individu atau secara perorangan misalnya hasil wawancara atau

hasil pengisian kuesioner yang dilakukan oleh peneliti (Sugiyono,

2012). Data primer diperoleh dengan cara memberikan lembar

pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain Scale-Revised).

2. Tahap Pengumpulan Data

a. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditujukan kepada Kepala

Sekolah SMK Al-Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.


46

b. Setelah peneliti mendapatkan izin dari Kepala Sekolah SMK Al

Furqon Bantarkawung, peneliti menyiapkan diri dengan melakukan

latihan abdominal stretching.

c. Peneliti datang ke SMK Al Furqon lalu mensosialisasikan kegiatan

yang akan dilakukan di SMK Al Furqon. Peneliti juga meminta

kerjasama dari guru selama penelitian berlangsung dan

memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian, serta meminta ijin disediakan ruangan untuk

pelaksanaan latihan abdominal stretching.

d. Peneliti menentukan jumlah dan nama responden yang termasuk

kriteria inklusi dengan total berjumlah 33 siswi.

e. Peneliti mengumpulkan responden dalam satu ruangan.

f. Peneliti menjelaskan tujuan prosedur penelitian dan teknik

penelitian pada responden.

g. Peneliti meminta persetujuan dari calon responden untuk

berpartisipasi dalam penelitian. Setiap responden diberikan

kebebasan untuk memberikan persetujuan atau menolak untuk

menjadi subjek penelitian. Setelah calon responden menyatakan

bersedia untuk mengikuti prosedur penelitian, maka responden

diminta untuk menanda tangani lembar informed consent yang

telah disiapkan peneliti.


47

h. Setelah responden mengisi lembar informed consent, kemudian

responden diminta untuk mengisi data demografi meliputi nama,

usia, kelas, alamat, dan nomor kontak.

i. Peneliti memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri pada

responden dan menjelaskan cara mengisi lembar pengukuran

tingkat nyeri.

j. Peneliti memberikan penjelasan mengenai latihan abdominal

stretching dan lama waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari

latihan abdominal stretching yang akan dijalani responden.

k. Peneliti menginformasikan bahwa teknik abdominal stretching

dilakukan oleh responden saat nyeri haid hari pertama dan akan di

observasi oleh peneliti.

l. Peneliti membagikan pedoman latihan abdominal stretching.

m. Pelaksanaan latihan abdominal stretching dilakukan di ruang kelas

SMK Al Furqon Bantarkawung pukul 15.00 WIB.

n. Peneliti mengajarkan latihan abdominal stretching pada responden

selama satu hari sampai responden benar-benar hafal dan paham

tekniknya.

o. Peneliti membagi kelompok untuk lebih awal diajarkan latihan

abdominal stretching sesuai tanggal haid bulan sebelumnya.

p. Setelah peneliti mengajarkan latihan abdominal stretching,

menunggu sampai responden menstruasi.


48

q. Saat terjadi dismenore pada menstruasi hari pertama, responden

melaporkan pada peneliti melalui via sms atau telpon, lalu peneliti

memberikan lembar pengukuran tingkat nyeri (Faces Pain Scale-

Revised), selanjutnya responden mengisi skala nyeri yang

dirasakan saat itu.

r. Responden melakukan teknik abdominal stretching sendiri saat

nyeri haid dan di observasi oleh peneliti. Hasil observasi

didokumentasikan pada lembar observasi abdominal stretching.

s. 15 menit setelah selesai melakukan teknik abdominal stretching,

peneliti meminta responden untuk mengisi kembali lembar

pengukuran skala nyeri (Faces Pain Scale-Revised).

t. Peneliti memberikan reinforcement positif pada semua responden

atas keterlibatannya dalam penelitian.

3. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu

lembar pengukuran tingkat nyeri. pengukuran intensitas nyeri haid

pada penelitian ini menggunakan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R).

Alat ini digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata nyeri

(Visual Desriptor Scale). Faces Pain Scale-Revised menggunakan

wajah yang tersenyum untuk angka 0 pada garis paling kiri yang

menunjukkan tidak terasa nyeri sampai wajah yang berlinang air mata

untuk angka 5 pada garis paling kanan menunjukkan nyeri sangat tak

tertahankan/ nyeri hebat (Potter & Perry, 2005).


49

Gambar 4.1 Faces Pain Scale-Revised Instrumen

Faces Pain Scale-Revised (FPS-R) merupakan skala yang

mudah dipahami dan digunakan. Alat ini juga sudah teruji validitas

dan reliabilitasnya berdasarkan hasil penelitian Li, Liu dan Herr

(2007) dengan membandingkan empat skala nyeri yaitu Numeric

Rating Scale (NRS), Verbal Descriptor Scale (VDS), Faces Pain

Scale Revised (FPS-R) dan Visual Analog Scale (VAS) pada pasien

pasca bedah menunjukkan keempat skala nyeri memberikan hasil uji

validitas dan reliabilitas yang baik. Uji reliabilitas menggunakan

Intraclass Correlation Coefficients (ICC’s) dan keempat skala

menunjukkan konsistensi penilaian (0,673-0,825) serta mempunyai

kekuatan uji (r=0,71-0,99).

Untuk pengukuran dengan Faces Pain Scale-Revised (FPS-R),

responden diminta untuk menandai salah satu wajah yang dianggap

menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan.


50

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah proses pengumpulan data selesai

dilakukan. Peneliti melakukan pengolahan data secara bertahap. Adapun

tahapan pengolahan data terdiri dari empat tahap menurut Hastono (2007)

adalah sebagai berikut:

a. Editing, pada tahap ini peneliti memeriksa kelengkapan isian

kuesioner, kejelasan penulisan jawaban, relevansi, dan konsisten

dengan pertanyaan. Setelah peneliti melakukan pengecekan pengisian

kuesioner maka kuesioner yang tidak lengkap, tidak jelas, tidak

relevan atau tidak konsisten dengan pertanyaan akan diklarifikasi

kepada responden. Tujuannya untuk memudahkan peneliti dalam

menganalisa data.

b. Processing, pada tahap ini peneliti memproses data dengan cara

melakukan entry data dari masing-masing responden ke dalam

program komputer. Data dimasukkan sesuai nomor responden pada

kuesioner dan jawaban responden, kemudian dimasukkan ke dalam

program komputer dalam bentuk angka sesuai dengan skor jawaban

yang telah ditentukan ketika coding.

c. Cleaning, merupakan tahap akhir pengolahan data. Peneliti mengecek

kembali data yang telah dimasukkan, setelah dipastikan tidak ada

kesalahan maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu analisis data sesuai

dengan jenis data.


51

F. Analisa Data

Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan

program komputerisasi melalui tahapan sebagai berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara

ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data univariat

yang dianalisis pada penelitian ini adalah menggambarkan intensitas

nyeri pada responden.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan

antara dua variabel, yaitu mengidentifikasi perbedaan intensitas nyeri

haid sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. Pada

penelitian ini analisis yang digunakan adalah uji T-test dependen jika

datanya terdistribusi normal namun jika datanya tidak terdistribusi

normal menggunakan uji wilcoxon.

G. Etika Penelitian

Penelitian ini menggunakan manusia sebagai subjek sehingga tidak

boleh bertentangan dengan etik. Penelitian yang akan dilakukan harus

mengikuti aturan etik penelitian yaitu adanya persetujuan dari responden

(Setiadi, 2007). Bentuk etika penelitian antara lain adalah:


52

1. Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Tujuan lembar persetujuan adalah supaya responden mengetahui

maksud, tujuan dan dampak yang mungkin terjadi selama dilakukan

penelitian. Jika subjek penelitian bersedia menjadi responden, maka

subjek harus bersedia menandatangani lembar persetujuan dan akan

diteliti oleh peneliti dengan tetap menghormati hak-haknya sebagai

subjek penelitian.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan klien, maka peneliti tidak akan

mencantumkan nama klien pada lembar pengumpulan data, sebagai

gantinya digunakan inisial dan nomor responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden dan informasi

yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai

dokumentasi penelitian.

4. Asas Kemanfaatan

Peneliti harus secara jelas mengetahui manfaat dan resiko yang

mungkin terjadi. Penelitian boleh dilakukan apabila manfaat yang

diperoleh lebih besar daripada resiko atau dampak negatif yang akan

terjadi. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur

penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal

mungkin bagi subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat

populasi (beneficence). Penelitian yang dilakukan harus bebas dari


53

penderitaan yaitu dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

kepada subjek khususnya jika menggunakan tindakan khusus (Setiadi,

2007).

H. Alur Penelitian

1. Peneliti mendapat persetujuan pengambilan data dari pembimbing.

2. Peneliti membuat surat permohonan izin penelitian di bagian akademik

fakultas.

3. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian yang

dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan ditujukan kepada Kepala Sekolah

SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes.

4. Pada hari pertama peneliti meminta izin dari Kepala Sekolah SMK Al-

Furqon Bantarkawung. Kemudian setelah mendapatkan izin:

- peneliti mencari responden dan masuk ke setiap ruangan untuk

mengidentifikasi remaja putri yang mengalami dismenore dengan

membagikan lembaran identitas diri dan pertanyaan mengenai

nyeri haid (dismenore).

- Peneliti memilih calon responden sesuai dengan kriteria inklusi

yang sudah ditetapkan dan langsung mengelompokan sesuai

tanggal haid terakhir menjadi tiga kelompok.

5. Hari kedua, peneliti dengan dibantu oleh wakasek kurikulum untuk

mengumpulkan calon responden di ruang serbaguna:


54

6. Peneliti memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan serta meminta kesediaan remaja

putri untuk menjadi responden.

7. Setelah remaja putri bersedia menjadi responden dan menandatangani

lembar persetujuan, peneliti menjelaskan alur penelitian yang akan

dilaksanakan.

8. Peneliti mengumumkan kelompok yang sudah dibentuk sesuai tanggal

haid terakhir sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kelompok Latihan Abdominal Stretching

Kelompok Hari Pertama Tanggal Jumlah


Haid Terakhir Latihan Responden
10-15 Maret 8 April 15 orang
1

16-22 Maret 10 April 7 orang


2

23-30 maret 20 April 11 orang


3

9. Peneliti mengajarkan abdominal stretching sampai responden hafal

dan melakukannya dengan benar (responden diminta mengulang dan

didampingi oleh peneliti) sesuai kelompok yang telah dibentuk.

10. Peneliti menjelaskan cara pengukuran skala nyeri haid pada setiap

kelompok (form penilaian nyeri akan dibawa pulang oleh responden

dan di isi di rumah ketika responden nyeri haid).

11. Latihan dilaksanakan pada pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai di

ruang serbaguna.
55

12. Peneliti memonitor laporan skala nyeri saat responden sedang haid

dengan proses menanyakan setiap hari pada responden yang

mengalami haid disertai skala nyeri.


56

BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini peneliti akan menjabarkan beberapa temuan selama melakukan

penelitian yang dibahas dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil

penelitian ini telah menjawab permasalahan yang telah dihipotesiskan.

A. Profil SMK Al Furqon Bantarkawung

SMK Al Furqon Bantarkawung sudah berdiri sejak tahun 1998 yang

dibangun oleh Yayasan Pendidikan Al Furqon beralamat di Jl. Raya

Bantarkawung Kabupaten Brebes Propinsi Jawa Tengah Kode Pos 52274.

Tahun 2014, siswa SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 662

siswa dengan rician 218 siswa kelas X, 246 siswa kelas XI, dan 198 siswa

kelas XII. Sekolah ini memiliki ruang kelas sebanyak 21 ruang serta ruang

lain yang mendukung proses belajar mengajar siswa seperti ruang

laboratorium komputer, ruang perpustakaan, ruang mesin dan ruang

pemasaran. Pelaksana harian SMK Al Furqon Bantarkawung saat ini dijabat

oleh Bapak M. Shodiq Triyugo Prabowo, S. Ag dan dibantu oleh 4 wakil

kepala sekolah seperti wakasek kurikulum, kesiswaan, humas serta sarana dan

prasarana. Guru di SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 44 orang dan

Staf Tata Usaha di SMK Al Furqon Bantarkawung berjumlah 10 orang.

56
57

SMK Al Furqon Bantarkawung memiliki visi dan misi, yaitu:

Visi:

Menjadi SMK yang unggul dan mampu bersaing dalam menciptakan tenaga

kerja yang shaleh dan shalehah pada bidangnya yang mampu bersaing di

pasar kerja tingkat nasional.

Misi:

1. Membekali siswa menjadi manusia ber-IMTAQ.

2. Membekali siswa memiliki ilmu pengetahuan di bidang bisnis

manajemen dan komputer.

3. Membekali siswa menjadi pelaku bisnis yang terampil.

4. Menanamkan mental mandiri dan semangat berwirausaha.

B. Hasil Analisa Univariat

Tabel 5.1

Distribusi Rata-rata Intensitas nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan

Abdominal Stretching pada Remaja Putri dengan Dismenore

Variabel Mean Min-Max

Intensitas Nyeri Haid

Sebelum Latihan 2,79 2-3

Sesudah Latihan 1,21 0-2

Berdasarkan tabel 5.1 hasil analisis rata-rata nyeri haid yang dialami

oleh responden sebelum melakukan abdominal stretching adalah 2,79 dengan

nilai minimum 2 dan nilai maksimum 3, sedangkan hasil setelah melakukan

abdominal stretching rata-rata 1,21 dengan nilai minimum 0 dan nilai

maksimum 2.
58

C. Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Shapiro-Wilk untuk

mengetahui data terdistribusi normal atau tidak karena jumlah sampel yang

diteliti < 50. Data yang di uji adalah data sebelum dan sesudah latihan

abdominal stretching.

Tabel 5.2

Uji Normalitas Data Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal Stretching

pada Remaja Putri dengan Dismenore

Jenis Data Statistic Df p

Sebelum Latihan 0,505 33 0,000

Sesudah Latihan 0,783 33 0,000

Berdasarkan tabel 5.2 hasil uji normalitas diperoleh nilai p = 0,000

untuk data sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching. Karena nilai p

< 0,05 maka data dikatakan tidak terdistribusi normal.

D. Hasil Analisa Bivariat (Uji Wilcoxon)

Tabel 5.3

Perbedaan Intensitas Nyeri Haid Sebelum dan Sesudah Latihan Abdominal

Stretching pada Remaja Putri dengan Dismenore

n Mean p
(minimum-maksimum)
Sebelum Latihan 33 2,79 (2-3) 0,000

Sesudah Latihan 33 1,21(0-2)


59

Berdasarkan tabel 5.3 hasil analisis bivariat dengan uji wilcoxon diperoleh

nilai significancy 0,000 ( p < 0,05 ) artinya ada perbedaan yang bermakna

intensitas nyeri sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching pada

remaja putri dengan dismenore.


60

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang

dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan

penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan

penelitian.

A. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang telah diperoleh akan dibahas dan

diinterpretasikan berdasarkan teori yang terkait dan hasil penelitian

sebelumnya. Hasil penelitian ini akan menjelaskan tentang tujuan

penelitian yang telah ditetapkan yaitu mengetahui pengaruh latihan

abdominal stretching terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada

remaja putri di SMK Al Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes serta

menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Adapun

pembahasan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Skala Nyeri

Peneliti menggunakan skala nyeri Faced Pain Scales-Revised

atau skala wajah untuk mengkaji nyeri pada responden, skala tersebut

lebih mudah dipahami oleh responden karena membuat usaha

mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana dan responden dapat

menunjukkan sendiri rasa nyeri yang dialaminya sesuai dengan gambar

yang telah ada. Skala nyeri Faced Pain Scales-Revised telah digunakan

60
61

juga pada penelitian Rakhma (2012) untuk melihat gambaran derajat

dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok menunjukkan hasil 60 siswi

yang mengalami derajat ringan, 44 siswi yang mengalami derajat nyeri

sedang dan 25 siswi mengalami derajat nyeri berat.

Skala Faced Pain Scales-Revised digunakan karena tergolong

mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat ekspresi wajah

responden pada saat bertatap muka tanpa kita menanyakan keluhannya

juga dapat diketahui skalanya. Pada penelitian ini peneliti melihat

secara langsung raut muka responden saat mengalami nyeri haid

sebelum dan sesudah latihan abdominal stretching.

2. Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum diberi Latihan

Abdominal Stretching

Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel

5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid sebelum diberi latihan

abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 2,79 dengan skala

nyeri maksimum 3 dan skala nyeri minimum 2.

Remaja yang mengalami nyeri haid (dismenore) disebabkan

oleh kejang otot uterus, dismenore merupakan kondisi yang normal

terjadi pada wanita yang sedang mengalami menstruasi, nyeri haid

muncul dapat dipengaruhi oleh faktor fisik dan psikis seperti stress

pengaruh dari hormon prostaglandin. Selama dismenore, terjadi

kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga

menyebabkan vasospasme dari arteriol uterin yang menyebabkan

terjadinya iskemia, disintegrasi endometrium, perdarahan dan kram


62

pada abdomen bagian bawah yang merangsang rasa nyeri saat

menstruasi (Morgan dan Hamilton, 2009).

Penelitian Siahaan (2012) mengenai penurunan tingkat

dismenore pada mahasiswi fakultas ilmu keperawatan unpad dengan

menggunakan yoga menunjukkan hasil penelitian tingkat dismenore

sebelum dilakukan yoga 50% responden mengalami dismenore dengan

kategori nyeri sedang dan 10% berada pada kategori nyeri berat

tertahankan. Hal ini berhubungan pengeluaran prostaglandin yang

dipengaruhi oleh hormon progesteron selama fase luteal dari siklus

menstruasi dan mencapai puncaknya saat menstruasi. Nyeri menstruasi

yang dialami remaja sebelum latihan abdominal stretching disebabkan

karena adanya peningkatan produksi prostaglandin sehingga

menyebabkan hiperaktivitas uterus (Price, 2006). Prostaglandin juga

merangsang kontraksi ritmik ringan miometrium uterus. Kontraksi ini

membantu mengeluarkan darah melalui vagina sebagai darah haid.

Kontraksi uterus yang terlalu kuat akibat produksi berlebihan

prostaglandin menyebabkan kram haid (dismenore) yang dialami oleh

remaja (Sherwood, 2011).

Penelitian Wahyuni (2012) tentang efektifitas terapi kombinasi

abdominal exercise dan minum kunyit asam terhadap dismenore pada

remaja putri menunjukkan bahwa remaja putri yang mengalami

dismenore sebelum dilakukan intervensi paling banyak yaitu berada

pada tingkat nyeri sedang sebanyak 21 orang (55,3%). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tingkat nyeri pada responden sebelum dilakukan


63

terapi rata-rata berada pada skala nyeri sedang, hal ini disebabkan

karena adanya faktor stres yang akhirnya menyebabkan banyak

mengalami dismenore.

Stres yang dialami oleh remaja bisa disebabkan oleh banyak

hal diantaranya stres dapat dipicu karena mau menghadapi ujian, stres

karena kehilangan atau bertengkar dengan pacar atau orang yang

disayangi bisa membuat remaja menjadi depresi dan stres jika terlalu

dipikirkan kemudian kehidupan sekolah jugaa menjadi salah satu

faktor penyebab stres pada remaja. Dibuktikan dengan penelitian

Purwanti (2014) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian dismenore menyatakan bahwa remaja yang mengalami stres

dan dismenore sejumlah 87,9% sedangkan remaja yang tidak stres

yang mengalami dismenore sebanyak 60%. Ini menunjukkan bahwa

kejadian dismenore lebih berpeluang tejadi pada remaja yang

mengalami stres dibandingkan remaja yang tidak mengalami stres.

Hal ini karena remaja yang stres, tubuh akan memproduksi

hormon adrenalin, estrogen, progesteron dan prostaglandin yang

berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus

secara berlebihan sedangkan progesteron bersifat menghambat

kontraksi. Peningkatan kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan

rasa nyeri. Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga

menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan dapat

menjadikan nyeri ketika menstruasi (Handrawan, 2008).


64

Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama

dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam,

walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat

rasa nyeri adalah kram bagian perut bawah, tetapi dapat menyebar ke

daerah pinggang dan paha. Rasa nyeri disertai dengan rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, dan iritabilitas (Morgan dan hamilton,

2009).

3. Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Setelah diberi Latihan Abdominal

Stretching

Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel

5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid setelah diberikan latihan

abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 1,21 dengan nilai

maksimum skala nyeri 2 dan nilai minimum skala nyeri 0.

Olahraga merupakan salah satu manajemen non farmakologis

yang lebih aman digunakan karena menggunakan proses fisiologis.

Penelitian yang mendukung adalah penelitian Sophia (2013)

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

kebiasaan olahraga dengan kejadian dismenore. Siswi yang jarang

berolah raga memiliki kemungkinan resiko 1,2 kali lebih besar

mengalami dismenore daripada siswi yang sering berolahraga. Adanya

hubungan kebiasaan olahraga terhadap kejadian dismenore dapat

disebabkan karena olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi

yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat

melakukan olahraga tubuh akan menghasilkan endorphin. Endorphin


65

dihasilkan oleh otak dan susunan saraf tulang belakang. Sesuai dengan

teori Endorphin-Enkephalin mengenai pemahaman mekanisme nyeri

adalah ditemukannya reseptor opiate di membran sinaps dan kornu

dorsalis medulla spinalis. Terdapat tiga golongan utama peptide opioid

endogen, yaitu golongan enkephalin, beta-endorphin, dan dinorphin.

Beta-endorphin yang dikeluarkan saat olah raga sangat efektif untuk

mnengurangi rasa nyeri (Ehrenthal, 2006).

Salah satu olahraga yang dapat dilakukan untuk menurunkan

intensitas nyeri haid (dismenore) adalah dengan melakukan abdominal

stretching. Abdominal stretching yang dilakukan pada saat dismenore

untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas otot

dapat meningkatkan kebugaran, mengoptimalkan daya tangkap,

meningkatkan mental dan relaksasi fisik, meningkatkan perkembangan

kesadaran tubuh, mengurangi ketegangan otot (kram), mengurangi

nyeri otot dan mengurangi rasa sakit pada saat menstruasi (Alter, 2008

dalam Ningsih, 2011).

Latihan peregangan otot atau stretching juga dapat

memperbaiki postur tubuh dan menghindari rasa sakit yang terjadi

pada leher, bahu, dan punggung. Tujuan latihan peregangan otot

adalah membantu meningkatkan oksigenasi atau proses pertukaran

oksigen dan karbohidrat di dalam sel serta menstimulasi aliran

drainase sistem getah bening, sehingga dapat meningkatkan kelenturan

otot dengan cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya yang

alamiah dan dapat memelihara fungsinya dengan baik serta


66

memperbaiki elastisitas atau fleksibilitas jaringan tubuh serta

mengurangi kram pada otot (Ningsih, 2011).

Hal ini sesuai dengan teori Gate Control yang dikemukakan

oleh Wall, bahwa pada impuls nyeri dihantarkan saat sebuat

pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan

tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi

untuk menghilangkan nyeri. Pemblokan ini dapat dilakukan melalui

mengalihkan perhatian ataupun dengan tindakan relaksasi. Latihan

abdominal stretching merupakan salah satu bentuk relaksasi dari

teknik relaksasi yang dapat menurunkan nyeri dengan cara

merelaksasikan otot-otot yang mengalami spasme yang disebabkan

oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjaddi vasodilatasi

pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang

mengalami spasme dan ismkemik (Siahaan, 2012).

4. Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas

Nyeri Haid (Dismenore)

Berdasarkan data hasil penelitian ini, tingkat nyeri haid

(dismenore) setelah latihan abdominal stretching lebih rendah apabila

dibandingkan dengan sebelum latihan abdominal stretching

Serupa dengan penelitian Puji (2009) pada remaja putri di

SMUN 5 Semarang tingkat nyeri sebelum melakukan senam

dismenore terbanyak adalah skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi

(53%), untuk skala nyeri ringan berjumlah 1 siswi (7%) dan skala

nyeri berat berjumlah 6 siswi (40%). Setelah melakukan senam


67

didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 11 siswi (73,33%), skala nyeri

sedang sebanyak 4 siswi (26,67%) dan tidak ada siswi yang

mengalami nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami

dismenore dapat mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri saat

menstruasi. Bedanya dengan penelitian ini adalah intervensi yang

diberikan yaitu latihan abdominal stretching sedangkan penelitian Puji

(2009) intervensi yang diberikan adalah senam dismenore.

Penelitian Ningsih (2011) pada remaja putri di SMAN

Kecamatan Curup didapatkan bahwa kelompok remaja dengan paket

pereda mempunyai peluang 14,339 kali dapat menurunkan intensitas

nyeri haid dibandingkan kelompok kontrol setelah dikontrol oleh

kecemasan dan keletihan. Dengan kata lain paket pereda yang terdiri

dari terapi minum air putih dan abdominal stretching exercise terbukti

efektif dalam menurunkan intensitas nyeri pada remaja dengan

dismenore setelah dikontrol oleh kecemasan dan keletihan. Sedangkan

pada penelitian ini latihan abdominal stretching tidak dikombinasi

dengan air putih serta tidak dikontrol oleh kecemasan dan keletihan.

Hasil penelitian terkait yang mendukung adalah penelitian Laili

(2012) pada remaja putri SMAN 2 Jember rata-rata tingkat nyeri haid

sebelum senam dismenore pada remaja yang mendapatkan terapi

senam dismenore 5,8 (nyeri sedang) dan remaja yang tidak

mendapatkan terapi senam dismenore 4,6 (nyeri sedang). Setelah

senam dismenore rata-rata tingkat nyeri haid pada remaja yang


68

mendapatkan terapi senam dismenore 3,67 (nyeri ringan) dan remaja

yang tidak mendapatkan terapi senam dismenore 4,6 (nyeri sedang).

Senam yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan jumlah

dan ukuran pembuluh darah, yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh

termasuk organ reproduksi sehingga aliran darah menjadi lancar dan

hal tersebut dapat menurunkan gejala dismenore. Meningkatkan

volume darah yang mengalir ke seluruh tubuh termasuk organ

reproduksi, hal tersebut dapat memperlancar pasokan oksigen ke

pembuluh darah yang mengalami vasokontriksi, sehingga nyeri haid

dapat berkurang (Laili, 2012).

Sedangkan untuk latihan abdominal stretching itu sendiri tidak

beda jauh dengan senam, yaitu dapat membantu meningkatkan

oksigenasi atau proses pertukaran oksigen dan karbohidrat di dalam sel

serta menstimulasi aliran drainase sistem getah bening, sehingga dapat

meningkatkan kelenturan otot dengan cara mengembalikan otot-otot

pada panjangnya yang alamiah dan dapat memelihara fungsinya

dengan baik serta memperbaiki elastisitas atau fleksibilitas jaringan

tubuh serta mengurangi kram pada otot (Ningsih, 2011).


69

Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat nyeri haid pada tabel

5.1 dapat diketahui bahwa, tingkat nyeri haid setelah diberi latihan

abdominal stretching adalah rata-rata skala nyeri 1,21 dimana sebelum

latihan abdominal stretching rata-rata skala nyeri 2,79. Jadi pada

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh latihan

abdominal stretching dalam mengurangi intensitas nyeri pada remaja

dengan dismenore.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dari

penelitian ini. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa keterbatasan

dalam melaksanakan penelitian. Keterbatasan penelitian tersebut antara

lain adalah sebagai berikut:

1. Siklus menstruasi remaja ada beberapa yang ternyata tidak teratur,

dimana kadang-kadang maju lebih kurang satu minggu dan kadang-

kadang mundur lebih kurang satu minggu, sehingga peneliti sulit untuk

menjadwalkan mulai melakukan latihan abdominal stretching sesuai

prosedur. Pada penelitian ini peneliti mulai mengajarkan abdominal

stretching lebih awal, yaitu satu minggu sebelum menstruasi.

2. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada saat satu minggu sebelum

Ujian Nasional sehingga sampel yang diambil hanya kelas X dan XI

jadi tidak tersebar rata. Karena ada Ujian Nasional kelas X dan XI juga

libur satu minggu maka jadwal latihan yang seharusnya minggu itu di

majukan lebih awal sebelum liburan.


70

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Rata-rata intensitas nyeri haid (dismenore) sebelum latihan abdominal

stretching adalah 2,79 dan setelah latihan abdominal stretching adalah

1,21.

2. Ada penurunan rata-rata intensitas nyeri haid (dismenore) setelah

diberikan latihan abdominal stretching dengan skala nyeri maksimum

2 dan skala minimum 0.

3. terdapat pengaruh yang bermakna latihan abdominal stretching

terhadap intensitas nyeri haid (dismenore) pada remaja putri di SMK

Al Furqon Bantarkawung dengan nilai p = 0,000.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Mengaplikasikan abdominal stretching dalam memberikan asuhan

keperawatan pada remaja yang mengalami dismenore.

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Memasukkan materi tentang terapi non farmakologis yaitu salah

satunya abdominal stretching ke dalam kurikulum pendidikan

keperawatan, sebagai tindakan mandiri perawat yang dapat digunakan

dalam praktik pelayanan keperawatan.

70
71

3. Bagi Instansi Pendidikan Terkait

Masih minimnya pengetahuan remaja dan para guru mengenai nyeri

haid yang dapat menurunkan frekuensi aktivitas sehari-hari, oleh

karena itu instansi pendidikan perlu mensosialisasikan informasi

kesehatan tersebut guna membantu mengatasi masalah khususnya pada

remaja putri terkait nyeri haid.

4. Bagi Remaja

Remaja perlu menerapkan abdominal stretching pada saat mengalami

nyeri haid, memberikan informasi dan mengajarkan latihan abdominal

stretching pada temannya yang mengalami nyeri haid.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Perlu dilakukan penelitian tentang terapi non farmakologis lain

yang dapat digunakan untuk mengatasi dismenore pada remaja

putri, misalnya dengan kombinasi penggunaan terapi musik atau

aroma terapi pada saat melakukan abdominal stretching.

b. Perlu dilakukan penelitian serupa dengan sampel yang lebih besar,

memperluas populasi dan ada kelompok kontrol (tanpa latihan

abdominal stretching).

c. Penelitian selanjutnya lebih mempersiapkannya dari jauh hari

karena penelitian yang terkait kegiatan seperti Ujian nasional sudah

ditentukan jadwal oleh pemerintah.


DAFTAR PUSTAKA

Abbaspour, Z et al. (2006). The Effect of Exercise on Primary Dysmenorrhea.


Nursing & Midwifery, Ahwaz Jondishapoor University of Medical
Sciences. Iran: J Res Health.

Aghla, U. (2004). Mengakrabkan Anak pada Ibadah. Jakarta: Almahira.

Anurogo, Dito. (2011). Segala Sesuatu Tentang Nyeri Haid.


http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&dn=20080619164804 .
Diakses 15 November 2014 pukul 17:18 WIB.

Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Benson, Ralph C. (2008). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.

Cicilia, F dkk. (2013). Hubungan Dismenore dengan Aktivitas Belajar Remaja


Putri di SMA Kristen 1 Tomohon. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Journal
Keperawatan (e-Kep).

Daley, A. J. (2008). Exercise and primary dysmenorrhoea: a Comprehensive and


critical review of the literature. Sport Medicine: Adis Data International.
Diperoleh 3 November 2014 dari
http://web.ebscohost.com/eshost/pdfviewer/pdfviewer?sid=61f2d1adb3f44
9-

Efendi, Ferry. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik


dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Febriana, Maya. (2013). Manfaat Penambahan Latihan Otot Diafragma Pelvis


pada Latihan Otot Abdomen terhadap Dismenore Primer pada remaja
Putri. Akademi Kebidanan Graha Mandiri Cilacap. Jurnal Ilmiah
kebidanan Vol 4. 145-149.
French, Linda. (2005). American Family Physician. [ Serial Online]
http://www.findarticles.com/p/articles/mi Di akses pada 10 November
2014.

Gui-zhou, H. (2010). Prevalence of Dysmenorrhoea in Female Students in a


Chinese University: A Prospective Study. Health Journal.

Harmanto, Ning. (2006). Herbal untuk Keluarga Ibu Sehat dan Cantik dengan
Herbal. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Haryati. (2009). Pengaruh Progresif Muscle Relaxation Terhadap Status


Fungsional Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Kanker dengan
Kemoterapi Di Rs. Wahidin Suduro Husaodo Makassar. Depok :
Universitas Indonesia.
Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.

Heffner, Linda J. (2006). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Hendrawan. (2008). Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik


Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Laili, Nurul. (2012). Perbedaan Tingkat Nyeri haid (Dismenore) sebelum dan
sesudah senam dismenore pada remaja putri di SMAN 2 Jember.
Skripsi. Program studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.

Li, L., Liu, X., Herr, K. (2007). Poetoperative pain intensity assessment: a
comparation of four scales in Chinese Adult. Diperoleh 23 November
2014 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17371409?dopt=Abstract

Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi


Wanita. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ide Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

McCaffery, M.,Beebe, A., et al. (1989). Pain: Clinical manual for nursing
practice. Mosby St. Louis, MO.

Morgan, Geri. (2009). Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC.

Morgan dan Hamilton. (2009). Obstetri dan Ginekologi Panduan Praktik. Jakarta:
EGC.

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Ningsih, Ratna. (2011). Efektivitas Paket Pereda terhadap Intensitas Nyeri pada
Remaja dengan Dismenore di SMAN Kecamatan Curup. Tesis.
Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: TIM.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Puji, Istiqomah. (2009). Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi


Dismenore Pada Remaja Putri di SMU N 5 Semarang. Skripsi.

Purwanti, Endang dkk. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


dismenore pada siswi kelas X di SMK NU Ungaran. STIK Ngudi
Waluyo. Program Studi DIV Kebidanan.

Putra, S. A., dan Hamid, N. A. (2012). Pengaruh Latihan Peregangan terhadap


Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Las di Kec. Seberang
Ulu II Palembang. Poltekkes Kemenkes Palembang.
Ramadani, Aulia Noorvita. (2014). Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan
Kejadian Dismenore pada Siswi di SMP N 2 Demak Tahun 2014.
Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran.

Riskesdas. (2010). Kesehatan Reproduksi. Badan Penelitian Pengembangan


Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Santoso. (2008). Angka Kejadian Nyeri Haid pada Remaja Indonesia. Journal of
Obstetrics & Gynecology.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Schwartz, M. William. (2004). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC.

Senior. (2008). Latihan Peregangan. Diperoleh 10 Desember 2014 dari


http://www.cymbermed.cbn.net.id.

Sherwood, Lauralee. (2011). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem Edisi 6.


Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzzane C dan Brenda G. Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Volume 1 & 2. Jakarta:
EGC.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Sagung


Seto : Jakarta.

Sophia, Frenita dkk. (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Dismenore


pada Siswi SMK Negeri 10 Medan Tahun 2013. Mahasiswa
Departemen Epidemiologi FKM USU.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Tamsuri. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.


Thermacare. (2010). Abdominal Stretching Exercises for Menstrual Pain.
Diperoleh 10 Desember 2014 dari
http://www.chiromax.com/Media/Abstretch.pdf.

Wahyuni, Sri., Indahsari, L.N. (2014). Efektifitas Terapi Kombinasi Abdominal


Exercise dan Minuman Kunyit Asam terhadap Dismenore pada Remaja
Putri di Pondok Pesantren Manba’u Chafidhil Qur’an Desa
Tambakselo Wirosari Grobogan. Departemen Maternitas. Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung.

Waller, Barbara F. (2005). Kamus Saku Perawat. Jakarta: EGC.

Watsongko, Madyo. (2006). 205 Resep Pencegahan & Penyembuhan Penyakit


dengan Gerakan Shalat. Jakarta: Qultum Media.

Wong, D. L., Eaton, M. H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2008). Buku Ajar Keperawatan Pedriatik Wong. Jakarta: EGC.

Woo, P & McEneaney, M. J. (2010). New Strategies to treat primary


dysmenorrhea. The Clinical Advisor. Diperoleh 10 Desember 2014 dari
http://proquest.umi.com/pqwdweb?index=6&did=2195246451.
LAMPIRAN
Lampiran 1

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap

Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di

SMK Al-Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes

Peneliti : Mia Nur Fauziah


NIM : 1111104000001
No. Hp : 085718597477 / 081298107187

Saya, mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, bermaksud

melakukan penelitian tentang Pengaruh Latihan Abdominal Stretching

Terhadap Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al-

Furqon Bantarkawung Kabupaten Brebes. Saudara dimohon kesediaannya

untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara bersifat sukarela

dan saudara boleh memutuskan atau menolak untuk tidak mengikuti penelitian ini

tanpa ada akibat apapun.

Saya menjamin bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi

siapapun. Bila selama berpartisipasi saudara merasakan ketidaknyamanan maka

saudara mempunyai hak untuk berhenti berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya

akan menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan dan hanya akan

dipergunakan untuk keperluan penelitian.

Adapun hasil dari penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai masukan bagi

remaja dalam menurunkan intensitas nyeri haid (dismenore).


Setelah saya memberikan penjelasan tentang penelitian, saya sangat

mengharapkan partisipasi saudara dan selanjutnya saya mohon saudara bersedia

untuk menanda tangani lembar persetujuan (informed consent) menjadi

responden. Atas perhatian dan kesediaan saudara berpartisipasi, saya ucapkan

terima kasih.

Jakarta, April 2015

Peneliti

Mia Nur Fauziah


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa saya bersedia

menjadi responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh Mia Nur Fauziah.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap

Intensitas Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al-Furqon

Bantarkawung Kabupaten Brebes”.

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami

prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, dan manfaat dari penelitian ini.

Saya menyadari bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak akan menimbulkan

dampak negatif bagi saya. Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam

penelitian dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa

paksaan dari pihak manapun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi menjadi

responden dalam penelitian ini.

Demikian pernyataan persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk

dapat dipergunakan seperlunya.

Bantarkawung, April 2015


Responden

(.................................)
*diisi peneliti

Lampiran 3
KUISIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

Petunjuk Pengisian :
Isilah data sesuai dengan item pertanyaan yang diminta di bawah ini.

1. Nama :

2. Usia :

3. Kelas :

4. Alamat :

5. No. Hp :

6. Tanggal pertama haid terakhir :


*diisi peneliti

Lampiran 4
SKALA PENGUKURAN NYERI
FACES PAIN SCALE REVISED (FPS-R)

Petunjuk Pengukuran Nyeri


Berilah tanda silang (X) pada salah satu angka di bawah ini yang

menggambarkan tingkat nyeri yang anda rasakan pada saat mengalami nyeri haid

(dismenore). Semakin besar angka maka semakin berat keluhan.

Keterangan :

0 = Tidak Nyeri

1 = Sedikit Nyeri

2 = Sedikit Lebih Nyeri

3 = Lebih Nyeri

4 = Jauh Lebih Nyeri

5 = Nyeri Tak Tertahankan/Sangat Nyeri


PEDOMAN LATIHAN bahu tetap di lantai. Tahan selama 20
ABDOMINAL STRETCHING detik sambil dihitung dengan bersuara.

Adapun langkah-langkah latihan


abdominal stretching adalah sebagai
berikut:

1) Cat Stretch
Posisi awal: tangan dan lutut di lantai. b) Putar perlahan kembali lutut ke kiri
a) Punggung dilengkungkan, perut sedekat mungkin dengan lantai.
digerakkan ke arah lantai senyaman Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan
mungkin. Tegakkan dagu dan mata selama 20 detik sambil dihitung dengan
melihat lantai. Tahan selama 10 detik bersuara, kemudian kembali ke posisi
sambil dihitung dengan bersuara, lalu awal.
relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.


3) Buttock/Hip Stretch
b) Kemudian punggung digerakkan ke atas
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut
dan kepala menunduk ke lantai. Tahan
ditekuk.
selama 10 detik sambil dihitung dengan
a) Letakkan bagian luar pergelangan kaki
bersuara, lalu relaks.
kanan pada paha kiri diatas lutut.
b) Pegang bagian belakang paha dan tarik
ke arah dada senyaman mungkin. Tahan
selama 20 detik sambil dihitung dengan
bersuara, kemudian kembali ke posisi
c) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan awal dan relaks.
ke depan sejauh mungkin. Tahan
selama 20 detik sambil dihitung dengan
bersuara, lalu relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

4) Abdominal Strengthening: Curl Up


Latihan dilakukan sebanyak 3 kali. Posisi awal: berbaring terlentang, lutut di
2) Lower Trunk Rotation tekut, kaki di lantai, tangan di bawah
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut kepala.
ditekuk, kaki di lantai, kedua lengan a) Lengkungkan punggung dari lantai dan
dibentangkan keluar. dorong ke arah langit-langit. Tahan
a) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat selama 20 detik sambil dihitung dengan
mungkin dengan lantai. Pertahankan bersuara.
6) The Bridge Position
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut
ditekuk, kaki dan siku di lantai, lengan
dibentangkan sebagian keluar.
a) Ratakan punggung di lantai dengan
b) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan otot-otot perut dan
mengencangkan otot-otot perut dan bokong.
bokong. b) Angkat pinggul dan dan punggung
c) Lengkungkan sebagian tubuh bagian bawah untuk membentuk garis lurus
atas ke arah lutut, tahan selama 20 dari lutut ke dada.
detik. Tahan selama 20 detik sambil dihitung
dengan bersuara, kemudian perlahan
kembali ke posisi awal dan relaks.

Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.


5) Lower Abdominal Strengthening
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.
ditekuk, lengan dibentangkan sebagian
keluar.
a) Letakkan bola antara tumit dan bokong.
Ratakan punggung bawah ke lantai
dengan mengencangkan otot-otot perut
dan bokong.

b) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada


sambil menarik tumit dan bola,
kencangkan otot bokong. Jangan
melengkungkan punggung.

Latihan dilakukan sebanyak 15 kali.


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Sebelum latihan 33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 2,79 ,072

95% Confidence Interval for Lower Bound 2,64


Mean Upper Bound 2,94

5% Trimmed Mean 2,82


Median 3,00

Variance ,172

Sebelum latihan Std. Deviation ,415

Minimum 2

Maximum 3

Range 1

Interquartile Range 0

Skewness -1,476 ,409

Kurtosis ,187 ,798

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Sebelum latihan ,483 33 ,000 ,505 33 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Setelah latihan 33 100,0% 0 0,0% 33 100,0%


Descriptives

Statistic Std. Error

Mean 1,21 ,113

95% Confidence Interval for Lower Bound ,98


Mean Upper Bound 1,44

5% Trimmed Mean 1,24

Median 1,00

Variance ,422

Setelah latihan Std. Deviation ,650

Minimum 0

Maximum 2

Range 2

Interquartile Range 1

Skewness -,232 ,409


Kurtosis -,575 ,798

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Setelah latihan ,295 33 ,000 ,783 33 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Sebelum latihan 33 2,79 ,415 2 3


Setelah latihan 33 1,21 ,650 0 2

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 33 17,00 561,00
b
Setelah latihan - Sebelum Positive Ranks 0 ,00 ,00
c
latihan Ties 0
Total 33
a. Setelah latihan < Sebelum latihan
b. Setelah latihan > Sebelum latihan
c. Setelah latihan = Sebelum latihan

a
Test Statistics

Setelah latihan
- Sebelum
latihan
b
Z -5,179
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

You might also like