You are on page 1of 15

STATUS KESEHATAN GIG1 DAN MULUT DITINJAU DARI FAKTOR INDIVIDU

PENGUN.JUNG PUSKESMAS DKI JAKARTA TAHUN 2007

Indirawati Tjahja N dan Lannywati Ghani

Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi Jakarta

INDIVIDUAL FACTORS OF DENTAL AND ORAL HEALTH STA TUS AMONG


VISITOR OF PRIMERY HEALTH CARE IN DKI JAKARTA 2007

Ahstmct. Dental and oral health status is expressed in dental caries and periodontal
diseuses prevalence, which generally caused by poor oral hygiene, i.e. plaque
accumulation containing various bacteria. Tendency ofplaque formation exists in every
people in every age. The ,fact in the .fields showed that there are many dental and oral
diseases were in advanced condition, resulting in impossibility in endodontic treatment
(Rahui-djo A , , 2006). It was the results of the lack of public awareness and knowledge
ahoztt the importance of' dental and oral health, high dental care cost, and passive
attitrde of' dentists who delivered only curative treatment. The study used Cross
Section01 stztdy design and conducted on selected sub district primary health centers in
"'-
DKI .Jtrk~lrr.ttr. 0 1 1 Augrrst 23 Octobel- 2 "'
2007. The amount of people were 828
prsons conducted both gender with 15 years age and ever lived in Jakarta. They
par.ticiputed in lhis study which were flffirmed by informed consent. Data analyses were
using Chi Square and Logistic Regression by SPSS version 11.5. The result of this study
showed related signi3cant between variable age with dental and oral health statzts (p:
0.000I ) .

i Y a s M J O ~ .. ~Derlt~rland oral health statzo, DMF-T, OHIS, Gl

PENDAHULUAN berbagai kelompoli umur. ('. 4' Demikian


pula 61,5 % penduduk Indonesia tidak
Penyakit karies gigi dan penyakit
mengetahui cara menyiliat gigi yang baik,
periodontal hampir dialarni seluruh pen-
yaitu setelah maltan pagi dan sebelum tidur
dudul.c di dunia. Karies gigi dan penyakit
malam, padahal plak Iianya dapat dihilang-
periodontal umumnya disebabkan oleh lie-
kan dengan menyikat gigi.") Hasil Susenas
bersihan mulut yang buruk, sehingga ter-
2003 ('), menunjukltan bahwa 62,4% pen-
jadi aliumulasi plak yang mengandi~ng
duduli Indonesia mengalami gangguan
berbagai macam bakteri. ( I . 2' Penyebab
karang gigi dan gigi berlubang, serta pe- aktivitas selama 3,86 hari dalam satu
tahun, akibat sakit gigi. Kondisi ini menun-
nyakit gigi lainnya adalah plak. Plak yang
tidali dibersihkan alian men-jadi tempat jukkan bahwa penyakit gigi, walaupun
tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat
berliumpulnya miliroorganisme. Mikro-
menurunkan produktivitas kerja. (')
organisme tersebut akan mengeluarkan zat
yaig bersifat asam. ~ i i r o o r g a n i s m e Pada golongan usia lanjut penyakit
golongan streptococcus mutan bersifat karies gigi dan periodontal lebih menonjol,
menghancurkan jaringan keras gigilemail karena adanya gangguan fisiologis, meng-
Selain itu, plali juga merupakan penyebab akibatkan terganggunya fungsi pengunya-
utama lieradangan. Kecenderungan terjadi- han dan sendi rahang, serta mengganggu
nya plak ada pada setiap individu pada kenikmatan hidup. Meningliatnya kasus
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38, No. 2, 2010: 52 - 66

Menurut Blum tentang Status Kerehatan


I I

kehilangan gigi secara tajam berdasarkan


Menurut Blum (1974), Status
kelompok usia, menggambarkan bahwa
kesehatan seseorang atau masyarakat, ter-
upaya pelayanan kesehatan gigi untuk
masuk kesehatan gigi-mulut, dipengamhi
mempertahankan gigi selama mungkin
oleh empat faktor penting yaitu keturunan,
dalam rongga mulut belum terlaksana
lingkungan (fisik, biologi, sosial), perilaku,
dengan baik. Demikian pula, penanganan
dan pelayanan kesehatan. Faktor perilaku
penyakit gigi-mulut umurnnya cenderung
memegang peranan penting dalam mem-
hanya pada penyakit gigi, belum bersifat
pengaruhi status kesehatan gigi-mulut. (9)
komprehensif dan holistik, yaitu meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabili- Perilaku masyarakat tentang
tatif, yang ditujukan kepada semua pelihara diri terhadap kesehatan gigi, salah
golongan usia. (8) satunya diukur dengan variabel menyikat
gigi. Walaupun 77,2 % masyarakat telah
Umumnya, dokter gigi hanya me-
menyikat gigi, namun yang menyikat gigi
nerima dan mengobati pasien yang datang
sesuai anjuran hanya 8,l %. Ini terbukti
berobat gigi. Sedangkan, upaya promotif
pada masyarakat yang tidak merasakan
preventif masih kurang diperhatikan.
sakit, dan tidak bertindak apa-apa terhadap
Menurut Danvita, (4) menyatakan bahwa
penyakit tersebut. Hal ini disebabkan
sebelum memulai suatu perawatan pada
karena kurangnya kesadaran masyarakat
pasien, perlu diperhatikan tujuan dari
akan pentingnya kesehatan gigi, ketidak-
perawatan, yaitu mempertahankan keadaan
tahuan, biaya yang tinggi, perilaku dokter
gigi pasien selama mungkin di dalam
gigi yang pasif dan cenderung hanya
mulut. Selain itu, tindakan pencegahan
memberikan pelayanan kuratif. (7) Pe-
yaitu cara menyikat gigi dan berkumur-
nelitian di Inggris menyatakan bahwa
kumur dengan air putih atau obat kumur
faktor sosial merupakan faktor enentu
dengan maksud untuk menghilangkan
utama status kesehatan gigi-mulut. &I
plak, sisa makanan dan kuman yang
melekat pada perrnukaan gigi, gusi dan Menurut Diehnelt DE dan Kiyak
perrnukaan lidah. HA 'I1), dalam menentukan atau membuat
Kesehatan Gigi dan Mulut .. .... (Indira et. al)

buatu kebi.jakan perlu dipertimbangkan gungan, pengetahuan, sikap, tindakan dan


tentang falitor ekonomi dan sosial, dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan. Dengan
pendeltatan ini alian mengurangi tingkat diketahuinya status kesehatan gigi dan
Iaries. Demikian pula Hjerm A, ( I 2 ) , me- mulut, dan terkait dalam goal WHO tahun
laporkan bahwa di negara Swedia, yang 2020. Maka manfaat penelitian ini adalah
menyatakan bahwa faktor sosial ekonomi mampu mendorong masyarakat khususnya
berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan masyarakat Jakarta untuk mencari
~nulut, pada pasien usia 25 - 64 tahun. perawatan kesehatan gigi dan mulut yang
Selain itu, pendapat Hobdell M. ( I 3 ) , dibutuhkan dengan cara mengurangi gigi
melal~urkan,gocrlc WHO tentang kesehatan berlubang dan mengurangi pencabutan
gigi dan mulut 2020. Untuk karies gigi, gigi, karena karies gigi. Serta mengurangi
diantaranya adalah meng~lrangi gigi ber- kehilangan gigi karena penyakit peri-
lubang karena karies (D) dan mengurangi odontal pada usia diatas 15 tahun. ( I 3 )
pencabutan gigi ltarena liaries (M), pada
umur 18 tahun. 35-44 tahun dan 65-74
tahun. Juga i ~ n t ~ ~penyakit
lt periodontal, BAHAN DAN CARA
salah sati~nya adalah mengurangi Penelitian ini merupakan bagian
Itehilangan gigi liarena penyakit dari penelitian terintegrasi yang dilakukan
periodontal pada umurl8 tahun, 35- 44 di lima wilayah DKI Jakarta, yang meliputi
taliun dan 65 -74 tahun. wilayah Jakarta Utara, Jakarta Selatan,
N i c o l a ~ ~ ,2005 ( I 4 , menyataltan Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta
bahwa karies gigi dipengaruhi oleh umur, Pusat. Penelitian dilalculian di dua puluh
jenis Itelamin, lingli~~ngan fisik dan sosial, (20) puskesrnas kecamatan di Jakarta yang
pendidilian, lol\asi te~npattinggal, perilaku, meliputi puskesmas kecamatan cakung,
1tun.jungan ke dokter gigi, penggunaan cengkareng, cipete, duren sawit, jagakarsa,
tluoride, status merokok, kehamilan, pen- jatinegara, kalideres, kebayoran lama,
dapatan Iteluarga, dan pengaruh psilto- makasar, munjul, pademangan, pasar
sosial. Hal ini ditunjukkan dengan minggu, pasar rebo, penjaringan, pesang-
ti~igginyanilai DMF-T pada wanita, usia grahan, petuliangan, pulo gadung, tanjung
yang lebih tua, lingkungan tempat tinggal priok, tebet, dan puskesmas Tanah Abang.
(rural), berpenghasilan kurang, orang Seperti kita ketahui, Jakarta
berpendidikan rendali, jarang ke dokter merupakan daerah yang didiami berbagai
gigi. Hal i n i juga dipengarui kurangnya macam suku dan peradaban, berdasarkan
penggunaan fluoride, dan psikososial. laporan BPS, 2007, J ~ ~ m l apenduduk
h di
Falita di lapangan juga memperlihatlian DKI Jakarta berdasarlian hasi l estimasi
bahwa banyak penyakit gigi mulut yang Survei Sosial Eltonomi Nasional (Susenas)
ditangani dalam keadaan yang sudah 2006, sebanyak 8,96 juta jiwa, dengan luas
lanjut, sehingga tidak mungliin dilakukan wilayah 661,52 km2 yang berarti kepadatan
perawatan saluran akar. ( I 5 ) penduduknya mencapai 13,5 ribul km 2,
Tujuan penelitian ini adalah me- sehingga menjadikan propinsi DKI Jakarta
ngetahui status kesehatan gigi-mulut ter- sebagai wilayah yang terpadat penduduk-
liadap falitor individu yang melipi~tiusia, nya di Indonesia. ( I 6 )
jenis lielamin, pendidiltan, pekerjaan, pe- Penelitan dilalcsanaltan pada
ngeluaran. sumber biaya, jaralc ke dokter tanggal 23 Agustus hingga 2 Oktober
gigi, kebiasaan merokok, beban tang- 2007. Disain penelitian menggunakan
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38. No. 2, 2010: 52 - 66

pendekatan studi potong lintang ( cross buruk, nilai gabungan dari DMF-T, OHI-S
sectional). Pengumpulan data di lakukan dan GI memiliki nilai 1 .
dengan menggunakan formulir yang diisi
Indeks DMF-T adalah angka yang
oleh subyek tentang data-data subjek. menunjukkan jumlah gigi dengan karies
Kemudian, dilanjutkan dengan pemerik- pada seseorang atau sekelompok orang.
saan intra oral, yang meliputi pemeriksaan Angka D adalah gigi yang berlubang
DMF-T, GI dan OHIS. Sebelum pelaksana- karena karies gigi, angka M adalah gigi
an pengumpulan data dilakukan kalibrasi
yang dicabut karena karies, angka F adalah
pada peneliti di bawah pengawasan para
gigi yang ditambal atau ditumpat karena
pakar yang telah berpengalaman di
karies, T adalah treatment. Jadi DMF-T
lapangan. Kalibrasi dilakukan untuk me-
adalah penjumlahan D+M+F . ( I 7 )
nyamakan persepsi dan penilaian
pengumpul data. Sampel penelitian adalah OHI-S adalah indeks untuk meng-
subyek berusia 15 tahun keatas. Populasi ukur daerah permukaan gigi yang tertutup
dalam penelitian ini adalah laki-laki dan oleh oral debris dan kalkulus. OHIS ini
peretnpiran yang menetap di wilayah DKI adalah keadaan ltebersihan mulut dari
.laltarta dan bersedia berpartisipasi dalam responden yang dinilai dari adanya sisa
penelitian ini, dengan menandatangani makanan dan kalkulus (karang gigi) pada
infbrmed concent. Jumlah sampel 828 permukaan gigi dengan mengunakan
subjek. Alat yang digunakan dalam, indeks Oral Hygiene Index Simplrfed dari
penelitian ini adalah formulir isian untuk Green and Vermillion (1964) yang me-
hasil pemeriksaan intra oral. Pemeriksaan rupakan jumlah indeks debris (DI) dan
gigi dan mulut menggunakan kaca mulut, indeks ltalkulus (CI). ( I y 2 '
sonde dan excavator, serta alat dan bahan
penunjang lain, yaitu sarung tangan,
masker, kapas, alltohol 70%, senter, dan Skor OHIS : DI + CJ
disinfektan. Derajat kebersihan mulut secara
Untuk pemeriksaan status gigi dan klinik dihubungkan dengan skor OHI-S
mu l ut, d igunakan Compo.rite Indikator. adalah sebagai berikut :
('omposite Indikator adalah gabungan dari Baik. 0,O - 1,2
sqjumlah indiltator, dalam ha1 ini adalali
gabungan dari indikator DMF-T, OHIS Sedang 1,3 - 3.0
dan GI. DMF-T bernilai 1 , OHIS bernilai 1 Buruk 3,l - 6,O
dan GI bernilai 0, jadi berjumlah 2, dengan
Tujuan penggunaan OHIS ini
kriteria baik atau sehat. Sedangkan, kriteria
adalah mengembangkan suatu tehnik peng-
buruk bila penggabungan DMF-T + OHI-S
ukuran yang dapat dipergunakan untuk
+ GI bernilai 1 . ( I 7 ) Namun, untuk mem-
mempelajari epidemiologi dari penyakit
permudah analisis data, s t a t ~ ~kesehatan
s
periodontal dan kalkulus., untuk menilai
gigi dan mulut dibedakan menjadi dua
hasil dari cara sikat gigi, menilai kegiatan
katagori. yaitu ltatagori baik bernilai 2,O
kesehatan gigi dari masyarakat, serta
dan katagori burult.bernilai 1,O
menilai efek segera dan jangka panjang
Status kesehatan gigi dan mulut dari program pendidikan kesehatan gigi.
bernilai baik, bila nilai gabungan dari Green & Vermillion, 1964, menentukan
DMF-T, OHI-S dan GI memiliki nilai 2, enam permukaan gigi pilihan yang dapat
sedang status kesehatan gigi dan mi~lut mewakili semua segmen anterior dan
Kesehatan Gigi dan Mulut ...... (Indiraet. a/)

posterior ~nulut berdasarltan pemeriksaan indeks per orang diperoleh dengan cara
yang dilaltukan pada seluruh mulut. Untuk menjumlahkan skor kalkulus tiap permuka-
pemeriksaan OHI-S ini digunakan kaca an gigi dan dibagi oleh jumlah dari per-
mulut, sonde yang bengkok tanpa dis- mukaan gigi yang diperiksa.
*'
clo.c.ingsolution. ( ' . Indeks GI(gingiva1 Indeks) adalah
Keenam gigi yang diperiksa pada indeks kesehatan gusi. Indeks GI yang
OHI-S adalah permi~kaanfa.sial/ buccal dipergunakan dalam penelitian ini adalah
menurut Ainamo ( 1 975). Dalam penelitian
6 dan permultaan lingual dari gigi
epidemiologi penyakit periodontal, umum-
nya digunakan indeks untuk mengukur ada
Tiap permi~kaan gigi dibagi secara atau tidaknya penyakit periodontal dan
horizontal rne~i-jaditiga bagian : tingkat keparahannya, dengan mengguna-
I! 3 gitlgivul, 1 I3 bagian tengah dan 113 kan skala bertingkat. Kriteria indeks
inci.val. epidemiologi yang baik adalah mudah di-
gunakan, dapat dilakukan untuk me-
Unti~lt pemeriltsaan Dl-S (debris meriksa sebanyak mungkin populasi dalam
indeks) digunaltan sonde yang diletakkan waktu singkat, menentukan kondisi klinik
pada 113 inci.rcr1 dan digerakkan ke 113 seobyektif mungkin, dan menghasilkan
gingival sesuai dengan kriteria bila 0 : penilaian yang semaltsimal mungkin, dan
tidak ada debris. 1 : debris lunak menuti~pi mudah dianalisis secara statistilt. ( I 7 ) Indeks
tidak lebih dari 113 permukaan gigi, 2 : Ainarno menggunakan modifikasi gingival
debris lunak menutupi lebih 113 permuka- bleeding indeks, dengan penilaian dan
an. Tetapi, tidak lebih dari 213 permultaan kriteria, sebagai berikut.
gigi., dan 3 : debris lunak menutupi lebih
dari 21 3 permultaan gigi. Baik : tidak ada perdarahanl gusi normal,
dalam telitian ini diberi nilai 0 dan buruk
Skor dari debris indeks per orang bila ada perdarahan saat dilakukan
diperoleh dengan cara menjumlahkan sltor probing, atau adanya perdarahan spontan,
debris tiap permukaan gigi dan dibagi oleh berarti gusi tidak sehat, dalam penelitian
jumlah dari permukaan gigi yang di- ini diberi skor 1 .
peri ksa.
Kerangka Konsep

/
Kalltulus indeks (CI-S) diperoleh
dengan meletakkan sonde dengan baik
dalam di.stal gingival crevice dan digerak- Usia, Ses, Pendidikan,
I~anpada daerah .suhgingival dari jurusan Peker.jaan, Pengeluar-
kontak distal Ite daerah kontalt mesial (112 an, Su~nber Biaya,
Beban Tanggungan)
dari lingliaran gigi dianggap sebagai satu
I I
nit sltoring). Status Kesehatan
Kriteria CI-S untuk kalkulus adalah Gigi-Mulut
(DMF-T + OH/- Tindakan kes-gi-lut

r
0 : tidak terdapat kalkulus, I : kalkulus
S + GI)
.slrprcrgingival menutupi tidak lebih dari
113 permultaan gigi , 2 : kalkulus strpra- - Fasilitas Pelayanan
gingival menutupi lebih dari 113 tetapi Kesehatan Gi- Lut
tidalt lebih dari 213 permukaan gigi., 3 : - Jarak ke dokter gigi
kalkulus .supragingival menutupi lebih dari - Pemanfaatan
Fasilitas Kesehatan
213 permukaan gigi. Skor dari kalkulus
Bul. Penelit. Kesehat. Vol. 38. No. 2, 2010: 52 - 66

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Faktor lndividu


No Keterangan N (Jurnlah) Persentase
1 Jenis Kelarnin

2 Usia
Usia 35 tahun ke bawah
IJsia 2 35 tahun
Pendidikan
Ta~natSMP dan lebih tinggi
Tidak tamat SMP atau lebih
rendah
Pekerjaan
Bekerja
Tidak Bekerja
Pengeluaran
Kurang dari l juta
> I juta
Surnber Biaya
Biaya sendiri
Dari surnber lain
Jarak Ke dokter gigi
Jauh ( L 1 km)
Dekat (< 1 km)
Kebiasaan Merokok
Tidak Merolcok
Merokok
Beban tanggungan
Rendah
Tinggi
Pengetahuan
Baik
I<urang bailc
Sikap
Bai k
I<urang Bai k
Tindaltan
Baik
Icurang Baik
Pernanfatan Fasilitas
Kesehatan
Sakit , ke dokter gigi
Diobati sendiri bila sakit

Cara Pengambilan
- Data Primer darah ke puskesmas terpilih. bersedia, ber-
partisipasi dalam penelitian ini. Pengisian
Si~b~jekadalah peserta Riskesdas
yang datang untuk lnelakukan pemeriksaan kuesioner dilakukan secara mandiri oleh
subjek penelitian, dan didampingi oleh
Kesehatan Gigi dan Mulut ...... (Indira et. al)

peneliti. Tugas peneliti saat pengisian kue- skor kalkulus, demikian pula skor GI
sioner ini adalah menjelaskan apabila ada (gingival Indeks), yaitu me1ihat ada atau
pertanyaan dari subjek penelitian. Dengan tidaknya keradangan gusi.
cara ini diharapkan seluruh pertanyaan
dapat dijawab oleh subjek penelitian dan
data hasil pengisian dapat langsung diper- HASIL PENELITIAN
oleh. Untuk subjek yang telah lanjut usia, Tabel 3, menunjukkan tidak ada
buta huruf dan tidak dapat membaca hubungan yang signifikans antara jenis
karena mata yang rabun, pengisian kue- kelamin subyek dengan status kesehatan
sioner dibantu oleh peneliti. Lembar kue- gigi-mulut dengan nilai p : 0,487.
sioner berisikan pertanyaan mengenai data
individu melipi~ti usia, jenis kelamin, Tabel tersebut juga menunjukkan
pendidikan, pekerjaan, pengeluaran, adanya hubungan yang signifikans antara
sumber biaya berobat gigi, jarak ke pe- usia dengan status kesehatan gigi-mulut
layanan kesehatan gigi, kebiasaan me- dengan nilai p : 0,0001.
rokok, beban tanggungan, pengetahuan, Tabel 4 menunjukkan tidak ada
siltap, tindakan, dan pemanfaatan fasilitas hubungan yang signifikans antara pen-
kesehatan gigi. Pada subyek yang telah didikan, dengan status kesehatan gigi-
selesai mengisi kuesioner, selanjutnya mulut yang memiliki nilai p : 0,224
dilakukan pemeriksaan intraoral. Pe-
meriksaan intraoral dan pengisian lembar Tabel 4 juga menunjukkan tidak
ada hubungan yang signifikans antara pe-
status intraoral dilakukan oleh peneliti dan
kerjaan, dengan status kesehatan gigi-
dibantu oleh asisten penelitian. Pemeriksa-
an intraoral meliputi pemeriksaan jaringan mulut dengan nilai p : 0,693.
keras gigi (DMF-T), dan kebersihan mulut Analisis Bivariat
(OHJS)., yang meliputi skor debris dan

Tabel 2. Karakteristik Status Kesehatan Gigi-Mulut

No Keterangan N (Jurnlah) Persentase

1 DMF-T
Sehat (skor 16) 444 orang 53,6
Tidak sehat ( skor > 6) 384 orang 46,4
2 OHlS
Sehat ( skor rendah 1 3 ) 738 orang 89,l
Tidak Sehat (skor > 3) 90 orang 10,9
3 GI
Sehat (tidak ada perdarahan) 644 orang 77,s
Tidak sehat (ada perdarahan) 184 orang 22,2
4 Status Kesehatan Gigi-
Mulut
Icriteria bailc 791 orang 84,3
-
Kriteria buruk
--
1 30 orang 15,7
Hul. Pcnelit. Kesehat. Vol. 38. No. 2. 2010: 52 - 66

l'abel 3. Hnbungan Antara Jenis Kelamin, Usia dengan Status Kesehatan Gigi-Mulut
Jenis Status Kesehatan Gigi dan Mulut Total OR
Kelal-nin Tidak sehat Sehat (95% C1) P.value
N Yo N Yo N Yo
Perempuan 367 66,7 183 33,3 550 100 0,888 0,487
Laki-laki 178 64,O 100 36,O 278 100 (0,656 - 1,201)
.Iumlah 545 65,s 283 34,2 828 100
Usia
2 usia 35 th 271 73,6 97 26,4 368 100 0,527 0,000 1
(0,92 -0,7 10)
- ilsia 35 th 274 59,6 186 40.4 460 100

I'abel 4. Hubungan Antara Pendidikan, Pelterjaan dengan Status kesehatan Cigi-Mulut

Pendidikan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Total OR P value


Tidali sehat Sehat (95% Cl)
N ?/o N Yo N Yo

Diatas SMP 375 64.4 207 35,6 582 I00 1,235 0,224
Dibawah (0,897 - 1,699)
SMP 170 69,l 76 30,9 246 100
Julnlah
- 545 65,8 283 34,2 828 100
Pekeriaan
Tidak 96 67,6 46 32,4 142 100 1,102 0,693
bekerja (0,750 - 1,6 19)
belierja 449 65,s 237 343 686 100

Tabel 5. Hubungan Antara Pengeluaran, Sumber Biaya dengan Status kesehatan Cigi-Mulut

Pengeluaran Status Kesehatan Gigi dan Mulut Total OR P value


Tidak sehat Sehat (95% CI)

J LIIIIlah 545 65,s 283 34,2 828 100


Su~nber
Biaya
Biaya 412 65,6 216 34,4 628 100 1,041 0,883
sendiri (0,743 - 1,457)
Di biayai I33 66,5 67 333 200 100
Kesehatan Gigi dan Mulut ...... (Indira el. a/)

Tabel 6. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok,Jarak ke Drg dengan Status Kesehatan Gigi-
Mulut
---
ticbiasaan S t a t ~ Kesehatan
~s Gigi dan Mulut Total OR P value
Merokok Tidak sehat Sehat (95% C1)
- ..
N Yo N =Yo N Yo
Tidak 407 67.4 197 32,6 604 100 0,777 0,140
merokok (0,565 - 1,068)
Merokok 138 61,6 86 38,4 224 100
Julnlah 545 65,s 283 34,2 828 100
.larah ke Drg
Dekat 177 64,8 96 35,2 273 100 1,067 0,733
Jauh 368 66.3 187 33,7 555 100 (0,787 - 1,447)

Jumlah 545 65,s 283 34,2 828 100

Tabel 7. Hubungan Antara Beban Tanggungan, Prmanfaatan Fasilitas Kesehatan dengan


Status Kesehatan Gigi - Mulut

Beban Status Kesehatan Gigi dan Mulut Total OR P value


Tanggungan Tidak sehat Sehat (95% CI)
N Yo N Yo N =Yo

Rendah
Tinggi

Jumlah

Fasilitas
Kesehatan
Ke Drg 282 672 137 32,7 419 100 0,875 0,403
(0,657 - 1,166)
Diobati 263 64,3 146 35,7 409 100
sendiri
Jirmlah 545 65,s 283 34,2 828 100

Tabel 6 menunjukkan tidak ada Tabel di atas, menunjukkan tidak


hubungan yang signifikan antara kebiasa- ada hubungan yang signifikans antara
an ~neroliok, dan status kesehatan gigi- beban tanggungan, dan status kesehatan
mulut yang mempunyai nilai p : 0,140. gigi-mulut yang mempunyai nilai p :
Tabel 6 juga menunjukkan tidak ada 0,218. Tabel 7 menunjukkan tidak ada
hubungan yang signifikans antara jarak ke hubungan yang signifikan antara pe-
dokter gigi, dengan status kesehatan gigi- manfaatan fasilitas kesehatan dengan status
mulut dengan nilai p : 0,773 kesehatan gigi-mulut yang memiliki nilai p
: 0,403.
B L I ~Penelit.
. Kesehat, Vol. 38, No. 2. 2010: 52 - 66

Tabel 8, menunjukkan tidak ada Selain itu, tabel dibawah juga me-
1 11burigan yang signifikan antara penge- nunjukkan tidak ada hubungan yang
tahuan dengan status kesehatan gigi-mulut signifikans antara tindakan dengan status
dengan nilai p : 0,894. Tabel 8 juga me- kesehatan gigi-mulut yang mempunyai
nunjukkan tidak ada hubungan yang signi- nilai p : 0,908.
fikan antara sikap dengan status kesehatan
gigi-mulut yang memp~~nyainilai p :
0,544.

Tabel 8. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Status Kesehatan Gigi -
Mulut

Pengetahuan Status Kesehatan Gigi dan Mulut Total OR P value


Tidak sehat Sehat (95% Cl)
- N Yo N Yo N Yo
Raik 488 65,7 255 34.3 743 100 1.064 0.894

Sikap
Baik 461 66,3 234 33,7 695 100 0,870 0,544
Kurang baik 84 63,2 49 36,8 133 100 (0,592 - 1,282)
.Iumlah
-..-- - 545 65,s 283 34.2 828 100
Tindakan
Baik 450 66,O 232 34.0 682 100 0,960 0,908
(0,660 - 1,398)
ICurang baik 95 65,l 51 34.9 146 100

Tabel 9. Hasil Seleksi Bivariat Variabel lndependen Faktor lndividu dari Variabel Status
Kesehatan Gigi-Mulut

Variabel
- - - - Ind*nden
- P value
Jenis Kelamin dan status 0,487
Usia dan status 0,0001
Pendidihan dan status 0,224
Pekerjaan dan status 0,693
Pengeluaran dan status 0,768
Sumber Biaya dan status 0,883
.larah he drg dan status 0,753
i<t.biajaan ~nerokokdan status 0,140
Beban tanggungan dan status 0.2 18
Pengetahuan dan status 0,894
Sikap dan status 0,544
Tindahan dan status 0,908
Fasilitas kesehatan dan status 0,403
Kesehatan Gigi dan Mulut .. .... (Indira et. al)

usia seseorang berkaitan dengan pe-


Hasil seleksi bivariat, didapatkan
ngalaman hidup. Oleh karena itu, makin
hubungan antara variabel independen usia
tua usia seseorang makin banyak belajar
dan status kesehatan gigi-mulut, dengan p
dari pengalaman tentang pemeliharaan ke-
value < 0.05.
sehatan gigi, keluhan tentang sakit gigi,
keluhan sakit pada jaringan periodontium
PEMBAHASAN dan bagaimana cara-cara mengatasinya. (I9)
Status kesehatan gigi-mulut dalam Ditemukan ada hubungan yang ber-
penelitian ini, merupakan penggabungan makna antara variabel usia dan status
antara GI (Gingival Indeks), DMF-T kesehatan gigi-mulut, dengan nilai p:
(Decuy Missing Filling Teeth) dan OHIS 0,0001. Hal ini dapat dimengerti, bahwa
(Orcrl Hygiene Indeks Simplijided). Dari faktor usia berpengaruh terhadap status
liasil penelitian terlihat bahwa subjek kesehatan gigi-mulut. Semakin meningkat
dengan status kesehatan gigi dan mulut usia, status kesehatan gigi menurun. Dari
baik sebesar 84,3%, dan kurang sehat 1 5,7 beberapa penel itian para pakar, menunjuk-
% kan bahwa usia berperan penting terhadap
Bila dilihat satu persatu, didapatltan kesehatan, khususnya kesehatan gigi-
DMF-T bernilai sehat, skor 5 6, skor mulut. Pendapat Nicolau, 2005 (I5', juga
rendah, sebesar 53,6 %. DMF-T bernilai menyatakan bahwa karies gigi juga
tidak sehat, skor > 6, dan skor tinggi dipengaruhi oleh faktor usia, dan faktor-
sebesar 46,4 %. Kebersihan mulut I OHlS faktor lain. Hal ini ditunjukkan dengan
bernilai sehat, skor rendah 5 3., sebesar tingginya nilai DMF-T pada wanita. Hal
89. I %, sedang OHIS bernilai kurang baik, ini diperkuat dengan temuan peneliti lain
skor > 3, dan sebesar 10,9%. yang menyatakan bahwa peningkatan
Karakteristik Gingival Indeks, ber- karies gigi tidak terlepas dari faktor-faktor
nilai sehat bila sltor rendah, tidalt ada per- penyebab karies gigi, yaitu faktor langsung
darahan atau sehat sebesar 77,8%, dan GI dan tidak langsung. Usia merupakan faktor
bernilai kurang sehat,skor tinggi, ada tidak langsung yang menyebabkan
perdarahan sebesar 22,2 %. Namun bila di- eningkatan karies gigi. Menurut Carranza
gabungkan menjadi karakteristik status " penyakit periodontal khususnya gingi-
hesehatan gigi dan mulut, dengan kriteria vitis yang meningkat sesuai dengan ber-
baik, merupakan gabungan DMF-T ,OHIS, tambahnya usia. Pada usia 10 tahun preva-
GI. sebesar 84,3%, kriteria buruk sebesar lensi penyakit periodontal adalah 45%,
15,7%. pada usia 20 tahun menjadi 57%, usia 35
Bila ditinjau dari karakteristik, tahun menjadi 70%, dan pada usia 50
faktor individu subjek penelitian seperti tahun menjadi 80%. 2, Peningkatan
variabel jenis kelamin, subjek yang secara bertahap ini pada peradangan gusi
terbanyak datang ke puskesmas adalah diawali oleh gusi membengkak, merah,
perempuan yaitu 64,7 %. Sedang, laki-laki dan mudah berdarah. Kemudian, terjadi
35.3%. ini menunjukkan bahwa perempuan kerusakan jaringan penyangga gigi secara
lebih banyak waktu berkunjung ke puskes- bertahap, tanpa rasa sakit, akibatnya proses
mas untuk memeriksakan giginya di- penyakit itu akan berjalan terus tanpa
banding laki-laki. Bila ditinjau dari disadari oleh penderita. Akibatnya, gigi
variabel usia jumlah responden diatas atau menjadi goyang dan dapat tanggal sendiri.
sama dengan usia 35 tahun terbanyak. Hal ini terjadi pada usia 40 tahun. (2' Ini
Menurut Budiharto, menyatakan bahwa mendukung pernyataan bahwa tidak
Bul. Penelit. Kesehat. Vol. 38, No. 2,2010: 52 - 66

seorangpun dapat terhindar dari penyakit mulut. Menurut penelitian di Brazilia


periodontal. Demikian pula, pada golongan dilaporkan bahwa faktor sosial ekonomi
usia lanjut penyaltit karies gigi dan berpengaruh terhadap prevalensi karies
penyakit periodontal lebih menonjol, gigi. ( I 4 ) Demikian pula, penelitian yang
karena adanya gangguan fisiologis yang dilakukan di Finlandia pada responden usia
berakibat ter-ganggunya fungsi 30 - 64 tahun, faktor sosial ekonomi,
pengunyahan dan sendi rahang, sehingga sosial demografi berpengaruh terhadap
mengganggu kenikmatan hidup. frekuensi menyikat gigi dan kebersihan
mulut. (I9'
Ditemukan OHIS, DMF-T dan GI
berpengaruh terhadap pendidikan. Di- Menurut Sugiono, menunjukkan
ketahui dengan pendidikan tinggi ( SMP faktor jarak ~nempunyaihi~bungandengan
dan diatas SMP) subjelt lebih mengerti dan pemanfaatan gelayanan kesehatan gigi di
mengetahui makanan apa yang tepat untuk '
puskesmas. (2 Namun Akin menyatakan
menjaga kesehatan gigi-mulut. Dengan bahwa jarak bukan merupakan faktor
maltan maltanan yang berserat dan kasar, penting yang mempengaruhi pemanfaatan
menyebabkan mengunyah lebih lama, pelayanan k e ~ e h a t a n . ( ~Namun,
'' ada ha1
gerakan mengunyah ini sangat baik untuk lain yang berpengaruh yaitu transportasi.
kesehatan gigi. Menurut Zschock (1979) Walaupiln jarak tempat tinggal ke tempat
dalam Tjah.ja I ' I 7 ' menyatakan tingkat pelayanan kesehatan relatif dekat, karena
pendidikan berpengaruh terhadap utilisasi kesulitan transportasi pencapaiannya, pe-
pelayanan Itesehatan. Orang yang memiliki layanan menjadi kurang dimanfaatkan.
tingkat pendidikan formal tinggi cenderung
Berdasarkan laporan Sudin Kesmas
~nempunyai pengetahuan dan informasi
wilayah DKI Jakarta tahun 2007, faktor
yang lebih baik, sehingga status kesehatan-
jarak bukan merupakan ha1 yang utama,
nya pun akan lebih baik..
yang lebih penting adalah kesadaran
Pada variabel pengeluaran, didapat- masyaraltat akan pentingnya kesehatan gigi
kan tidak adanya berpengaruh terhadap dan mulut masih Iturang. (22)
DMFT, OHIS dan GI. Hal ini, dapat
Bila ditinjau dari sumber biaya
dimengerti karena rata-rata penghasilan
untuk berobat gigi, 75,s % rnenjawab
sub.jek I bulan berkisar 1 juta, sehingga
biaya sendiri. Sumber biaya berpengaruh
menyebabkan keengganan subyek untuk
terhadap pengeluaran atau penghasilan
datang ke pelayanan kesehatan gigi-mulut.
setiap bulan. Apabila untuk Itehidupan
Hal ini. sesuai pendapat Budiharto yang
sehari-hari masili kurang, dapat dimengerti
menyatakan bahwa status ekonomi altan
bila subyek kurang memperhatikan
bany ak memberi dampak pada pemenuhan
kesehatan gigi dan mulut mengingat biaya
kebutuhan primer, seltunder dan tertier
yang akan dikeluarkan tidak sedikit.
keluarga. Semakin tinggi status ekonomi,
Subyek harus berpikir dua kali, untuk
semakin mampu memenuhi kebutuhan
melakukan perawatan giginya, karena
hidupnya termasuk memilih bentuk
masyarakat masih memandang kesehatan
pelayanan kesehatan yang berkualitas. (I8'
gigi - mulut bukanlah keadaan yang
Demikian pula, dengan variabel pelterjaan,
prioritas. Berdasarkan laporan cakupan
jugs berhubungan dengan status ekonomi.,
perawatan gigi dan mulut, dilaporkan 39 %
semakin tinggi pendapatan, maka semakin
penduduk usia 15 tahun ke atas mem-
baik subyek dalam memperhatikan
punyai masalah kesehatan gigi - mulut,
kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan
rata-rata pasien datang ke puskesmas atau
Kesehatan Gigi dan Mulut ...... (Indiraet. al)

ke pelayanan kesehatan gigi sudah dalam pribadi misalnya pernah menderita sakit
keadaan lanjut, akibatnya gigi tersebut gigi. Sedang pengetahuan tentang
tidak bisa langsung ditamballditumpat, kesehatan gigi diperoleh secara pendidikan
nalnun harus dilakukan perawatan terlebih yang terencana dan terarah akan lebih
dahulu. Jika sudah demiltian perawatan mempercepat perubahan peri-laku
menjadi mahal, karena harus datang ber- seseorang atau kelompok masyarakat. ( I 9 )
ulang. Hal inilah yang menyebabkan
Menurut Notoatmodjo (2003) (26),
pasien semakin tidak mau atau kurang
sikap adalah reaksi atau respon seseorang
sadar akan pentingnya perawatan gigi dan
yang masih tertutup terhadap suatu
mulut. (23)
stimulus. Sikap subyek adalah ke-
Ditinjau dari variabel kebiasaan cenderungan untuk bertindak yang ber-
merokok, ditemukan subyek yang tidak kaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.
merokok 72,9 % Ditemukan adanya Sikap merupakan suatu evaluasi yang
hubungan positif antara frekuensi merokok positif, artinya bila hasil evaluasi positif
dengan penyakit periodontal. Kebiasaan maka seseorang akan cenderung mendekati
merokok dapat memperlambat dan meng- obyek. Misalnya hasil evaluasi yang
ganggu kualitas penyembuhan setelah dilakukan seseorang mengenai manfaat
terapi baik tindakan bedah rnaupun non menggosok gigi, ternyata manfaat meng-
bedah. Disamping itu hasil beberapa gosok gigi mampu menambah percaya diri
penelitian cro.ss .sectional antara perokok dalam pergaulan, maka orang tersebut akan
dan bukan perokok, ditemukan pada menyatakan setuju, untuk menggosok gigi
perokok cenderung mengalami akumulasi dua kali sehari.
kalkulus yang lebih banyak, dibanding
bukan perokok. '2J' Variabel tindakanlperilaku subyek
terjadi melalui proses adanya stimulus ter-
Beban tanggungan adalah beban
hadap organisme. Ada dua perilaku yaitu
yang ditanggung oleh individu baik anak,
istri maupun dirinya pribadi, dan dibiayai perilaku terbuka dan perilaku secara
kehidupannya. ( 2 5 ) Bila ditinjau dari tertutup. Perilaku terbuka adalah respons
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
variabel beban tanggungan, maka semaltin
tindakan nyata yang dengan mudah dapat
banyak jumlah anggota keluarga, akan me-
nyebabltan pengeluaran semakin banyak, diamati atau dapat dilihat orang. Perilaku
kesehatan gigi adalah semua tindakan yang
yang akan beraltibat pada pendapatan
dilaksanakan, berhubungan dengan
setiap bulannya, ini akan berpengaruh juga
kesehatan gigi dan mulut. Uji hubungan
terhadap akses pelayanan kesehatan.
antara tindakan dengan status kesehatan
Semakin besar jumlah anggota keluarga,
gigi-mulut didapatkan tidal< ada hubungan
maka semakin jarang akses layanan
antara tindakan dan status, ha1 ini bisa
kesehatan. Beban tanggungan ini berkaitan
dimengerti umumnya subyek datang ke
dengan status ekonomi subyek, semakin
puskesmas dalam keadaan sudah lanjut
banyak beban tanggungan, maka untuk
atau sakit, sehingga untuk dilakukan
pemenuhan kehidupan sehari-hari menjadi
penambalan sudah terlambat, harus dilaku-
berkurang, akibatnya berpengaruh terhadap
kesehatan gigi dan m ~ ~ l u t . kan perawatan saluran akar, sehingga
perawatan yang terbanyak adalah pemberi-
Pengetahuan subyek, diperoleh an resep atau pengobatan, tumpatan
secara alamiah dan secara pendidikan. Se- sementara dan pencabutan. (22'
cara alamiah diperoleh dengan pengalaman
Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 38. No. 2. 2010: 52 - 66

Pemanfaatan fasilitas kesehatan SARAN


adalah sarana yang dapat dimanfaatkan 1 . Dengan menyikat gigi secara baik dan
seseorang.atau masyarakat untuk men- benar, yaitu dua kali sehari, akan
dapatltan informasi tentang kesehatan gigi mengurangi terjadinya penyaltit karies
.Fasilitas kesehatan gigi tidak sernua gigi dan penyakit periodontal
lengkap dengan jenis pelayanan yang 2. Melakukan pelayanan kesehatan secara
dikehendaki pasien. Oleh karena itu peran menyeluruh, terpadu, merata, dapat
pemeliharaan Itesehatan gigi dan mulut diterima dan terjangkau oleh
sangat penting dilakukan. Anjuran kontrol masyarakat.
ke dokter gigi, baik itu dilakukan di 3. Diharapkan keikutsertaan masyarakat
praktek pribadi maupun di sarana dalam menjaga kesehatan gigi-mulut
kesehatan lain, yaitu 6 bulan seltali dengan menyikat gigi 2 kali sehari,
memegang peran penting. Ini dilakukan sehabis makan pagi dan sebelum tidur
bila gigi ingin di pertahankan selama malam
mungkin dalam rnulut. Kondisi pasien atau
4. Dokter gigi sebagai provider
responden dalam menjaga kesehatan secara
diharapkan dapat memberikan
keseluruhan juga memegang peran
pelayanan yang lebih maksimal kepada
penting. Karena tubuh manusia merupakan
masyarakat, sehingga masyarakat lebih
s u a t ~kesatuan
~ yang tidak terpisahkan, gigi
mengerti dan menyadari pentingnya
juga dapat menyebabkan fokal infeksi.
kesehatan gigi-mulut.
terhadap penyaltit yang lain.
5. Perlunya peningkatan perilaku
masyarakat tentang pentingnya
SIMPULAN
kesehatan gigi dan mulut, meskipun
1. 84,3 % pengunjung puskesmas di DKI
peran faktor sosial, lingkungan, juga
Jakarta memililti status kesehatan gigi
berpengaruh.
dan mulut baik, dan 15,7 % pengunjung
pusltesmas memiliki status kesehatan 6. Pentingnya tindak pencegahan pada
gigi dan t n ~ ~ lburuk.
ut penyakit karies gigi dan penyakit
2. Tingkat keparahan ltaries gigi pada periodontal, sebagai penyakit yang
pengunjung puskesmas rendah, terbukti terbanyak diderita di masyarakat
dari nilai DMF-T rendah (<6).
3. Tingltat kebersihan gigi dan mulut UCAPAN TERIMA KASlH
pengunjung puskesmas baik, terbukti
dari nilai OHlS (0,O - 1,2) Penulis mengucapkan terima kasih
4. Kesehatan gusi pengunjung puskesmas kepada Kepala Dinas DKI Jakarta, dan
baik, terbukti dari nilai Gingival Inu'ek.~ seluruh Kepala Puskesmas di 20 (dua
(GI) baik yaitu tidak ditemukan adanya puluh) Puskesmas Kecamatan di wilayah
perdarahan. DKI Jakarta, yang meliputi 5 wilayah
5 . Faktor usia berpengaruh terhadap status Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta
kesehatan gigi dan mulut. Barat, Jakarta Timur dan Jakarta Pusat
6. Penyakit karies gigi dan penyakit beserta staf. Demikian pula, penulis
pcriodontal merupaltan penyakit yang mengucapkan terima kasih kepada adik-
terbanyak diderita pada masyarakat, adik mahasiswa profesi Fakultas
khususnya di wilayah kecamatan Kedokteran Gigi Universitas Mustopo
terpilih di DKI Jakarta . (Beragama), beserta peneliti-peneliti lain
yang telah berpartisipasi dalam penelitian
Kesehatan Gigi dan Mulut ...... (Indira et. a[)

ini, sehingga penelitian bisa terlaksana Dent Oral Epidemiol, Munksgaard, 2001; 29:
167- 74.
dengan baik dan lancar.
13. Hobdell M, at al. Global Goals for Oral Health
DAFTAR RUJIJKAN 2020. International Dental Journal (2003) 53,
1. Carranza FA.. Glickman's Clinical Peri- 285- 88.
odontology. 91h edition, Philadelphia . W.B. 14. Nicolau B, Marcenes W, at al. The Life Course
Saunders 2003 : p : I00 -62,543,726 - 45. Approach : Explaining The Association
2. Carranza FA. Glickman's Clinical Between Height and Dental Caries in Brazilian
Periodontology. loth edition, Philadelphia Adolescents. London, Community Dent and
W .B. Saunders 2006 : p : 1 10-19,344 -70. Oral Epidemiology 2005: 33; 93 - 8.
3. Hudihal-to. Peran Kedokteran Gigi Masyarakat 15. Rahardjo A. Perkembangan Penyakit Gigi dan
Dan Pencegahan Dalam Pembangunan Mulut khususnya Karies Gigi dan
Kesehatan Gigi Di Indviesia, Jakarta, Pidato Penanganannya berdasarkan Paradigma Baru,
Pengukuhan Guru Besar FKG U.I. tahun 2002. Jakarta FKG UI, 12 September 2006.
ha1 1-10 16. Jakarta dalam Angka, 2007. Badan Pusat
4. I)al-\r ita R.R.. Pencegahan
Sakit Gigi dan Statistik Kotamadya Jakarta .
Mulut dipandang dari proses Patofisiologis., 17. Tjahja I. Peran Faktor Komposisional dan
Jakarta FKG UI, 2004 faktor Kontekstual Terhadap Status Kesehatan
5. Psotil Kesehatan Gigi Dan Mulut Di Indonesia Gigi- Mulut Dengan Menggunakan Analisis
Pada Pelita VI Jakarta, Departemen Kesehatan Multilevel. Disertasi , Jakarta, 2008.
1i.l. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 18. Budiharto. Kontribusi Perilaku Ibu Dan Plak
Direktorat Kesehatan Gigi, tahun 1999; 17 - Gigi Anak Terhadap Radang Gusi Anak,
69. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
0. Sus\ci Kcbehatan Nasional .Survei Kesehatan Indonesia, Jakarta; tahun 1998.
Rurnah Tangga. Sudut Pandang Masyarakat 19. Mettovaara H. L, et al. Cynical Hostiliy as a
mengenai Status Cakupan, Ketanggapan. Dan Determinant of Toothbrusing Frequency and
Sistem Pelayanan Kesehatan. Badan penelitian Oral Hygiene. Journal of Clinical
dan pengembangan Kesehatan Departemen Periodontology 2006;33:2 1-28.
Kesehatan RI, Jakarta Volume 3, tahun 2004.
20. Sugiono K. R, Beberapa Faktor yang
7. Kebi.jakan Pelayanan Kedokteran Gigi Mendorong Masyarakat Untuk memanfaatkan
Keluarga. Keputusan Menteri Kesehatan Poli Gigi di Puskesmas. Kumpulan Makalah
Nomel-14151 Menkesl SKlXl2005.. Direktorat Foril 11.. FKG Trisakti. Jakarta 1987.
Hina pelayanan Medik Dasar, Departemen
Kesehatan R.1.. Jakarta. 2006. 21. Akin JSCC et al. The Demand for Adult Out
Patient Services in The Bicol Region of The
8. Pedonian Upaya Pelayanan Kesehatan Gigi Philipines, Soc Sci Med 22(3) 1986.
dan Mulut di Puskesmas, Departemen
22. Laporan Tahunan Suku Dinas 5 Wilayah
Kesehatan RI. Direktorat Jendral Pelayanan
Jakarta. 2007.
Medik. Direktorat Kesehatan Gigi ,2000.
23. Kristanti C. M dan Hapsari D. Persepsi dan
9. Notoatmod.jo S. Promosi Kesehatan dan llmu
Motivasi Masyarakat Berobat Gigi Susenas
I'csilal\u. Jakarta. Rineka Cipta . 2007.
200 1. Badan Penelitian dan Pengembangan
10. Newtc>n T.J. and Bower E.J. The Sosial Deter- Kesehatan De~artemenKesehatan RI. Jakarta
minants ol' Oral tlealth : New Approaches to
Conceptualizing and Reseaching Complex
24. Wilson T. G., Komman K. S. Fundamental of
Causal Network. London, Community Dent
Periodontics Quintessence Chicago 1996; 281
and Oral Epidemiology 2005: 33; 25 - 34.
-317.
11. Diehnelt DE. Kiyak HA: Socioeconomic
25. Bachtiar A. Statistik dan Analisis Data, Jakarta
factors that affect lnternasional caries
2006,2007 dan 2008.
levels.Community Dent Oral Epidemiol,
Munksgaard, 200 1 . 26. Notoatmod.jo S. Pendidikan dan llmu Perilaku.
12. I ljcsni A. at al. Social Inequality in oral health Edisi ke 1. Jakarta PT. Asdi Mahasatya 2003.
and use of dental care in a sweden. Community

You might also like