Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN
2.2.2 Eksplorasi.............................................................................................. 15
i
2.2.8 Pemasaran ........................................................................................... 103
2.5 Peran Good Mining Practice dalam Pembangunan yang Berkelanjutan ..... 121
3.3 Pelatihan dan Kompetensi dalam Aspek Teknis Pertambangan .................. 129
ii
3.5 Kontrol Operasi dan Prosedur ...................................................................... 132
iii
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
Didasari oleh pemikiran pada tahun 1972 dari Club of Rome mengenai daya
dukung Bumi untuk manusia yang berjudul Limits to Growth. Istilah Pembangunan
Berkelanjutan muncul pertama kali pada tahun 1987 di dalam Brundtland Report yang
mendefinisikan sustainable development atau pembangunan berkelanjutan sebagai
pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengurangi kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seiring berkembangnya
pemikiran mengenai sustainable development, pada tahun 2002 muncul laporan Mining,
Minerals and Sustainable Development (MMSD) yang berisi mengenai penerapan
pembangunan berkelanjutan untuk industri pertambangan.
Kaidah pertambangan yang baik disusun sebagai panduan bagi pertambangan Indonesia
untuk menjalankan rangkaian proses pertambangan dari hulu ke hilir yang
berdampingan dengan aspek-aspek penunjang yang secara detail akan dijelaskan dalam
laporan ini guna menuju pada pembangunan yang berkelanjutan.
1
1.2 Masalah yang dihadapi
Saat ini pertambangan dituntut bukan hanya mengekstrak sumber daya mineral
namun manfaatnya harus dapat dioptimalkan untuk seluruh stakeholder dengan juga
meminimalkan risiko dan dampak negatif dari kegiatan pertambangan.Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu panduan yang dapat digunakan oleh industri pertambangan dan
pemerintah untuk mencapai hal tersebut.
Dalam upaya mewujudkan hal tersebut maka perlu disusun suatu kaidah yang
mengatur tentang pertambangan yang baik.
Tujuan disusunnya kaidah pertambangan yang baik ini adalah sebagai petunjuk
bagi pelaku kegiatan pertambangan dalam menjalankan kegiatan pertambangan serta
bagi pemerintah dalam mengawasi kegiatan pertambangan.
2
DAFTAR BACAAN
3
BAB 2
KONSEP DASAR PENERAPAN KAIDAH TEKNIK
PERTAMBANGAN YANG BAIK
Seringkali kita mendengar istilah Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik (Good
Mining Practice: GMP) di setiap proses pertambangan. Pengertian mengenai GMP ini
menjadi sangat penting agar tidak diinterpretasikan dalam arti yang lain. Untuk itu, kita
mulai dengan pengertian dari pertambangan itu sendiri.
4
2.1 Konsep Dasar Penerapan Kaidah Pertambangan Yang Baik
1. Lingkungan hidup
2. Kesehatan dan keselamatan kerja
3. Konservasi sumber daya
4. Corporate social responsibility
5. Good corporate governance
6. Standardisasi
7. Keterbukaan informasi terhadap publik
8. Kepatuhan hukum
Penerapan dari seluruh kegiatan pertambangan dari hulu ke hilir (lingkaran 1) dan
aspek/kegiatan penunjang yang tidak kalah pentingnya(lingkaran 2) wajib dikelola
dengan sistem manajemen tambang yang baik (lingkaran 3) merupakan konsep yang
dikembangkan dalam penerapan konsep GMP ini. Konsep tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
5
Gambar 2.1 Prinsip Pelaksanaan Good Mining Practice
Baru saja kita memahami apa itu makna dari GMP secara umum. Setelah
memahami makna GMP, perlu kita ketahui isi dari lingkaran kesatu pada gambar 2.1,
yaitu kegiatan pertambangan mulai dari hulu hingga ke hilir, mulai dari penyelidikan
umum hingga pasca tambang.
7
Gambar 2.2 Contoh dari outcrop dari granit di Gunung Silesian Stones, Polandia
(Pudelek, 2008)
8
Gambar 2.3 Sketsa kegiatan tracing float (Sumber: ilmutambang.com)
Pada kelokan sungai sebelah dalam diambil beberapa genggam endapan pasir lalu
dicuci dengan dulang atau lenggang (pan/batea/horn). Bila dari dalam dulang itu
ditemukan serpihan mineral berharga, maka pendulangan di kelokan sungai diteruskan
ke hulu sampai serpihan mineral berharga itu tak ditemukan lagi. Selanjutnya pencarian
serpihan itu dilakukan ke kiri-kanan tepian sungai dengan cara mendulang tumpukan
pasir yang ada di tepian sungai tersebut. Pekerjaan ini diteruskan ke lereng-lereng bukit
disertai dengan penggalian sumur uji dan parit uji sampai serpihan itu menghilang dan
sumber serpihan yang berupa endapan primer itu ditemukan. Tetapi mungkin juga
sumber serpihan mineral berharga itu tidak ditemukan.
9
Gambar 2.4 Pembuatan sumur uji untuk melihat lapisan tanah (Sumber: emiusa.org)
Bentuk penampang sumur uji bisa empat persegi panjang, bujur sangkar, bulat
atau bulat telur (ellip) yang kurang sempurna. Macam – macam bentuk penampang
sumur uji dapat dilihat pada gambar 2.5. Bentuk penampang yang paling sering dibuat
adalah empat persegi panjang; ukurannya berkisar antara 75 x 100 m sampai 150 x 200
m sedangkan kedalamannya tergantung dari kedalaman endapan bahan galiannya atau
batuan dasar (bedrock)nya dan kemantapan (kestabilan) dinding sumur uji. Bila tanpa
penyangga kedalaman sumur uji itu berkisar antara 4-5 m.
Agar dapat diperoleh gambaran yang representatif mengenai bentuk dan letak
endapan bahan secara garis besar, maka digali beberapa sumur uji dengan pola yang
teratur seperti empat persegi panjang atau bujur sangkar (pada sudut-sudut pola tersebut
digali sumur uji) dengan jarak-jarak yang teratur pula (100 - 500 m), kecuali bila
keadaan lapangan atau topografinya tidak memungkinkan.
10
Dampak negatif kegiatan ini terjadi bila jumlah dan ukuran sumur uji atau parit uji
besar, maka volume tanah atau batuan yang tergali juga banyak. Hal ini dapat
menyebabkan perusakan lahan yang lumayan besarnya, tetapi berhubung kegiatan ini
relatif cepat dan dengan mudah dapat dilakukan penimbunan kembali ke dalam sumur
uji atau parit uji tersebut, maka dampaknya tak berarti (insignificant).Dengan ukuran,
kedalaman dan jarak sumur uji yang terbatas tersebut, maka volume tanah yang digali
juga terbatas dan luas wilayah yang rusak juga sempit.
0,8-1,5 m
2-3 m
45o-80o
11
ditentukan. Selanjutnya untuk menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat
dibuat parit-parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya.
Arah penggalian yang sejajar dan tegak lurus dapat dilihat di gambar 2.7.
12
c) Electromagnetic method
4. Metode seismik (seismic method)
Tiga metode yang pertama pengukurannya dapat dilakukan baik dari udara
(airborne), di permukaan bumi (terrestrial), di bawah tanah (underground/ subsurface)
dan di atas permukaan air (surface water based). Sedangkan metode seismik hanya
dapat dilaksanakan di permukaan tanah. Penelitian dengan metode geofisika pada
umumnya berlangsung relatif cepat walaupun kadang-kadang dapat mencakup daerah
yang cukup luas.
Jika daerah penyelidikannya sangat luas dapat merusak keanekaragaman flora dan
fauna, karena adanya pembabatan (land clearing) dan getaran akibat peledakan buatan.
Tetapi berhubung penyelidikan in berlangsung relatif cepat dan upaya revegetasinya
mudah, maka dampak negatifnya dapat diabaikan.
13
2.2.1.6 Penyelidikan dengan Metode Geokimia (Geochemistry)
Metode geokimia dipergunakan untuk merekam perubahan-perubahan komposisi
kimia yang sangat kecil, yaitu dalam ukuran parts permillion (ppm), pada contoh air
permukaan (air sungai), air tanah, lumpur yang mengendap di dasar sungai, tanah dan
bagian-bagian dari tanaman (pepohonan) seperti pucuk daun, kulit pohon dan akar yang
disebabkan karena di dekatnya ada endapan bahan galian atau endapan bijih (ore body).
Salah satu conoth kegiatan prospeksi geokimia dapat dilihat pada gambar 2.9.
Gambar 2.9 Salah satu kegiatan eksplorasi geokimia, pendeskripsian lapisan tanah dan
unsur-unsur yang terdapat di lapisan tanah tersebut
(sumber: barudakgudang.wordpress.com)
Pada dasarnya semua endapan bahan galian pada saat terbentuk akan
“merembeskan” sebagian kecil unsur kimia atau logam yang dikandungnya ke lapisan
batuan di sekelilingnya. ”Rembesan” unsur kimia atau logam inilah yang ditelusuri
14
dengan metode geokimia. Oleh sebab itu prospeksi geokimia biasanya dilakukan di
sepanjang aliran sungai dan daerah aliran sungai (DAS) serta di daratan.
Walaupun telah dilakukan pengeboran dengan pola yang teratur, akan tetapi
berhubung kemampuan pengeborannya sangat terbatas, maka bentuk endapan yang
sebenarnya belum dapat dipastikan. Kecuali bila yang dihadapi adalah endapan
sekunder seperti endapan eluvial, fluvial atau aluvial yang umumnya letaknya tidak
terlalu dalam (10-15 m).Kegiatan pengeboran tangan di satu titik tidak pernah
berlangsung lama dan daerah yang terpengaruh oleh kegiatan tersebut juga tidak terlalu
luas.
2.2.2 Eksplorasi
Sebagai suatu industri yang padat modal, padat teknologi, dan padat sumberdaya,
serta mengandung resiko yang tinggi, industri pertambangan menjadi hal yang sangat
unik dan membutuhkan usaha yang lebih untuk dapat menghasilkan sesuatu yang positif
dan menguntungkan. Banyaknya disiplin ilmu dan teknologi yang terlibat di dalam
industri ini mulai dari geologi, eksplorasi, pertambangan, metalurgi, mekanik dan
15
elektrik, lingkungan, ekonomi, hukum, manajemen, keuangan, sosial budaya, dan
komunikasi, sehingga menjadikan industri ini cukup kompleks.
Kalau kegiatan eksplorasi menjanjikan adanya suatu harapan bagi pelaku bisnis
pertambangan, barulah kegiatan industri pertambangan dapat dilaksanakan. Kegiatan
eksplorasi dilakukan karena ada tujuan (goal) yang diharapkan oleh badan/pihak
perencana eksplorasi tersebut.
16
Mengendalikan (penambahan/pengurangan) jumlah cadangan, dimana cadangan
merupakan dasar dari aktivitas penambangan,
Mengendalikan atau memenuhi kebutuhan pasar atau industri,
Diversifikasi sumberdaya alam,
Mengontrol sumber-sumber bahan baku sehingga dapat berkompetisi dalam
persaingan pasar.
Kegiatan eksplorasi dapat dimulai setelah target endapan yang akan dieksplorasi
telah ditetapkan. Prosedur berikut merupakan prosedur umum yang diterapkan dalam
suatu program eksplorasi (lihat gambar 2.10):
17
4. Melakukan survei geologi pendahuluan dan pengambilan beberapa contoh
(samples) untuk dapat menghasilkan gambaran awal berdasarkan kriteria seleksi
geologi yang telah ditetapkan pada daerah terpilih;
5. Mencari informasi pada tambang-tambang endapan sejenis yang telah ditutup
maupun sedang beroperasi, dan mencoba menerapkannya jika mempunyai kondisi
geologi yang mirip. Jika ternyata mempunyai kondisi yang tidak sesuai, maka
perlu dilakukan modifikasi/penyesuaian;
6. Jika beberapa pendekatan memberikan hasil yang positif, maka perlu disiapkan
suatu program sosialisasi dengan komunitas lokal, berupa transfer
informasi/gambaran mengenai kegiatan yang akan dilakukan; dan
7. Menyusun program dan budget eksplorasi untuk pekerjaan-pekerjaan lanjutan,
dengan elemen-elemen kunci sebagai berikut:
a. Program geologi tinjau dan pemetaan,
b. Program survei dan sampling geokimia,
c. Program survei geofisika,
d. Program pemboran dan sampling,
e. Program evaluasi dampak pencemaran lingkungan.
Dalam upaya untuk memperoleh bukti-bukti nyata yang rinci dan meyakinkan,
maka harus mampu mengambil contoh (samples) dari endapan bahan galian yang
berada di dalam tanah. Cara-cara pengambilan contoh itu akan dijelaskan lebih lanjut di
subbab selanjutnya.
18
Gambar 2.10 Pentahapan Kegiatan Eksplorasi (Syafrizal, 2011)
19
2.2.2.1 Pengeboran Inti (Core Drilling)
Pengeboran inti dilakukan agar bentuk, letak atau posisi endapan bahan galiannya
dapat diketahui dengan pasti. Untuk memperoleh inti bor, alat bor putar (rotary drill)
harus dilengkapi dengan mata bor berlubang (hollow drill bit), tabung inti bor (core
barrel) dan penangkap inti bor (core catcher). Arah pengeboran dapat vertikal maupun
horisontal, tetapi yang paling sering adalah pengeboran vertikal hingga mencapai batuan
dasar (bedrock) dengan pola pengeboran dan jarak bor (spasi) yang teratur, sehingga
akan diperoleh sejumlah inti bor yang representatif.
Bila ke semua inti bor itu telah selesai diselidiki di laboratorium, akan diketahui
mutu atau kadar mineral berharganya dan sifat-sifat fisik-mekanik-kimia-mineraloginya
secara lengkap. Contoh dari pengerjaan pengeboran inti dapat dilihat pada gambar 2.11.
2.2.2.2 Pengeboran Sumur Uji (Test Pit) atau Sumuran Dalam (Test Shaft)
Sumur uji atau sumuran dalam dilakukan untuk mengetahui variasi ketebalan dan
bentuk endapan bahan galian. Sumur uji hanya dapat dilakukan pada daerah
penyelidikan yang relatif datar dan diperkirakan dangkal sedangkan sumuran dalam
20
untuk bahan galian dengan letak endapan relatif dalam (>5m). Penggalian sumur itu
harus memakai pola yang teratur (sistematis), misalnya pola empat persegi panjang atau
bujur sangkar dengan jarak yang teratur pula, misalnya 100 x 200 m atau 100 x 100 m
yang kemudian dapat dibuat semakin rapat bila seandainya menginginkan data atau
contoh (samples) yang lebih banyak. Kedalaman sumur uji atau sumuran dalam harus
mampu mencapai batuan dasar (bedrock)nya agar dapat diketahui variasi ketebalan dan
bentuk endapan bahan galiannya. Contoh tanah atau batuan yang terkumpul kemudian
dianalisis di laboratorium.
Jika jumlah sumuran itu banyak dan ukuran penampangnya besar, maka volume
tanah atau batuan yang tergali juga besar. Oleh sebab itu bila maksud dan tujuan
penggalian kedua sumur itu sudah tercapai, maka tanah atau batuan hasil galian itu
harus ditimbunkan kembali ke dalam sumur yang bersangkutan.
Volume tanah atau batuan yang tergali bisa sedikit, tetapi bisa juga banyak
tergantung dari jumlah dan ukuran terowongan buntu yang digali. Harus diupayakan
agar tanah atau batuan hasil galian itu tidak meluncur terlalu jauh di lereng bukit yang
bersangkutan agar tidak mencemari lingkungan hidup dan pada waktunya nanti bisa
lebih mudah ditimbunkan kembali kedalaman terowongan buntu.Contoh dari
terowongan adit dapat dilihat pada gambar 2.12.
21
Gambar 2.12 Terowongan adit di Tambang Nenthead, Inggris (Ashley Dace, 2011)
Tujuan dari studi kelayakan adalah untuk menentukan apakah suatu bahan galian
dapat diusahakan secara komersial. Tahapan atau Tingkatan Studi sebelum suatu proyek
dibawa ke tahap produksi, biasanya dua atau tiga tahapan harus dilalui terlebih dahulu,
yaitu:
b. Tahap Pra-Kelayakan
Data yang digunakan lebih lengkap dan kualitasnya lebih baik.
22
Beberapa pekerjaan paling tidak telah dilakukan untuk semua aspek penting
dari proyek seperti pengujian metalurgi bijih, geoteknik, lingkungan, dan
sebagainya.
Bagi perusahaan tambang besar, studi pra-kelayakan ini cenderung masih
dianggap sebagai dokumen intern. Perusahaan yang lebih kecil sering
menggunakan dokumen ini untuk mencari dana di pasar modal untuk
membiayai studi-studi selanjutnya.
23
b. Metode penambangan
c. Tahapan penambangan dan penimbunan batuan penutup
d. Kemajuan tambang per tahun dan desain akhir tambang
e. Perencanaan kegiatan peledakan
f. Rencana produksi dan umur tambang
g. Kebutuhan peralatan dan tenaga kerja
h. Perlakuan sisa cadangan yang tidak tertambang
4. Geoteknik Tambang
a. Penyelidikan lapangan
b. Studi/pengujian laboratorium sifat fisik dan mekanik
c. Pengolahan data hasil penyelidikan lapangan dan uji laboratorium
d. Rekomendasi teknis geoteknik pertambangan
7. Infrastruktur
a. Tenaga Listrik
b. Air
c. Tenaga Kerja
d. Lokasi Pemukiman (jika belum ada)
e. Jalan / Kesampaian Daerah
f. Fasilitas Pelabuhan (Gambar 2.14)
8. Pengangkutan
a. Jarak angkut
b. Jenis, jumlah dan kapasitas alat angkut
c. Lokasi dan kapasitas penimbunan
25
d. Lokasi pelabuhan
9. Persyaratan Lingkungan
a. Badan-Badan Air Permukaan dan Air Tanah
b. Penimbunan Batuan / Tanah Penutup (Penyaliran Air Asam Tambang)
c. Habitat Satwa Liar
d. Arkeologi, dan lain-lain
10. Evaluasi Finansial
a. Kondisi Pasar
b. Kebutuhan Modal
26
c. Metode Pembiayaan
d. Cash Flow Analysis
e. Ongkos kapital dan operasi penambangan
f. BESR dan/atau BECOG
g. NPV, ROI, Payback Period, dan sebagainya.
A. Fungsi Perencanaan
27
Gambar 2.15 Diagram iteratif proses perencanaan tambang (Runge Mining, 1997)
1. Menghasilkan tonase bijih pada tingkat produksi yang telah ditentukan dengan
biaya yang semurah mungkin.
2. Menghasilkan aliran kas (cash flow) yang akan memaksimalkan beberapa kriteria
ekonomik seperti rate of return atau net present value.
28
C. Masalah Perencanaan Tambang
Agar perencanaan tambang dapat dilakukan dengan lebih mudah, masalah ini
biasanya dibagi menjadi tugas-tugas sebagai berikut:
2. Perancangan pushback
Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk menambang
habis cadangan bijih tersebut mulaid ari titik masuk awal hingga ke batas akhir
dari pit. Perancangan pushback atau tahap-tahap penambangan ini membagi
ultimate pit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil dan lebih mudah
dikelola. Hal ini akan membuat masalah perancangan tambang tiga dimensi yang
kompleks menjadi lebih sederhana. Pada tahap ini elemen waktu sudah mulai
dimasukkan ke dalam rancangan penambangan karena urut-urutan penambangan
pushback telah mulai dipertimbangkan.
3. Penjadwalan produksi
Menambang bijih dan lapisan penutupnya (waste) di atas kertas, jenjang demi
jenjang mengikuti urutan pushback, dengan menggunakan tabulasi tonase dan
kadar untuk tiap pushback yang diperoleh dari tahap 2. Pengaruh dari berbagai
kadar batas (cut off grade) dan berbagai tingkat produksi bijih dan waste
29
dievaluasi dengan menggunakan kriteria nilai waktu dari uang, misalnya net
present value. Hasilnya akan dipakai untuk menentukan sasaran jadwal produksi
yang akan memberikan tingkat produksi dan strategi kadar batas yang terbaik.
5. Pemilihan alat
Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan penutup
dari tahap 4) dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap periode waktu. Dengan
mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat angkut dan alat muatnya
dapat dihitung untuk setiap periode (setiap tahun). Jumlah alat bor untuk
peledakan serta alat-alat bantu lainnya (dozer, grader, dll.) dihitung pula.
Peta-peta yang dihasilkan dalam tahap 1), tahap 2) dan tahap 4) merupakan peta
tampak atas (plan/level maps).
30
2.2.4 Konstruksi
Tanggul
Parit
32
l. Ventilasi;
m. Shaft; dan/atau
n. Alat angkut tambang bawah tanah
2. Fasilitas pengolahan dan/atau pemurnian, yang meliputi:
a. Area penimbunan (stockpile)komoditas tambang;
b. Pabrik pengolahan dan/atau pemurnian; dan/atau
c. Fasilitas penampung sisa hasil pengolahan dan/atau pemurnian
3. Sarana dan prasarana penunjang, yang meliputi:
a. Klinik;
b. Kantor;
c. Tempat penimbunan bahan bakar cair;
d. Workshop dan warehouse;
e. Sentral tenaga listrik;
f. Jembatan timbang; dan/atau
g. Pelabuhan.
34
Tabel 2.1 Klasifikasi Metode Penambangan (Hartman, 1987)
35
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi
Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan antara
metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan pada system
penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada kebutuhan akan penyaliran
dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogi akan menentukan syarat-syarat
pengolahan.
3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan
batuan sekelilingnya.
Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan pada system penambangan
terbuka dan pemilihan klas metode dalam system tambang bawah tanah
(swasangga, berpenyangga atau ambrukan)
a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)
b. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastik, nisbah, dan lain-lain)
c. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
d. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
e. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada kondisi
tanpa penyangga)
4. Konsiderasi ekonomi
Faktor-faktor ini akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas, masa
pengembalian dan keuntungan. Faktor ini meliputi:
5. Faktor teknologi
Kondisi paling cocok antara kondisi alamiah endapan dan metode penambangan
adalah yang paling di inginkan sedangkan metode yang tidak cocok tidak banyak
pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi akan mempengaruhi pada kegiatan
pendukung tambang (pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk dalam faktor
teknologi:
6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja, tetapi
juga meliputi lingkungan sosial-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam faktor
lingkungan adalah:
37
STUDI KONSEPTUAL
Penilaian karakteristik fisik dan kuantitas
overburden dari beberapa metode,
tataletak dan sistem penambangan
STUDI REKAYASA
kuantifikasi dan pembandingan konsep-
konsep yang dihasilkan terdahulu sehingga
dihasilkan rancangan dan biaya yang pasti
38
Skala penambangan
Laju produksi
Selektivitas
Persyaratan pekerja
Keluwesan ekstraksi
Kapan ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih? Jawabannya bukan hal
yang sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini (mengerti tentang
mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi geomekanik yang dimodifikasi
berdasarkan kondisi massa batuan di daerah penambangan.
39
Tujuan utama dalam pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan
mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi yang paling sesuai
dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman berperan utama dalam
pengambilan keputusan, yang memerlukan banyak pertimbangan berdasarkan evaluasi
rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap seperti pada Gambar 2.17, yaitu
studi konseptual, studi rekayasa, dan studi rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah
laporan rekayasa final.
40
Tabel 2.2 Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih Dan Batuan Serta Geometri Cadangan (Hartman, 1987)
41
Tabel 2.3 Pemilihan Metode Penambangan Bawah Tanah Berdasarkan Kekuatan Bijih
Dan Batuan Serta Geometri Cadangan (Hartman, 1987)
Tidak terlepas dari pedoman di atas, terdapat pedoman umum dalam menentukan
apakah akan menggunakan tambang bawah tanah atau tambang terbuka. Metode
tambang bawah tanah diterapkan jika kedalaman endapan, dan atau nisbah pengupasan
(stripping ratio) overburden terhadap bijih (atau batubara atau mineral berharga
lainnnya) menjadi sangat besar untuk ditambang dengan metode tambang terbuka.
42
b. Segala macam peralatan dari yang kecil sampai yang besar dapat dipakai,
sehingga produksinya bisa besar.
c. Segala jenis bahan peledak dapat dimanfaatkan dan dapat diperoleh nisbah
peledakan (blasting ratio) yang tinggi.
43
jenjang. Pembuatan pemuka kerja lebih dari satu yang dapat terdapat pada beberapa
jenjang bertujuan untuk memastikan cukup tersedianya muka kerja yang terkupas untuk
menjamin kemenerusan produksi (tidak ada delay kerja). Setelah didahului dengan
aktivitas pengupasan lapisan penutup, pengupasan dan penggalian bijih dilakukan
secara seksama sehingga biaya penggalian bijih dan lapisan penutup dapat dibayar dari
penjualan bijih yang tergali, dan untuk operasional jangka panjang target pembukaan
sampai pit limit terpenuhi. Contoh dari open pit mining dapat dilihat di gambar 2.18.
44
B. Tambang Kuari
Tambang kuari adalah jenis tambang terbuka yang diterapkan untuk menambang
endapan-endapan bahan galian industri atau mineral industri (industrial minerals),
misalnya penambangan batu gamping, marmer, granit, andesit dan sebagainya. Contoh
dari tambang kuari dapat dilihat pada gambar 2.20.
Gambar 2.19 Variasi Dari Berbagai Open Pit Mining (Hartman, 1987)
45
Kuari dapat menghasilkan material atau hasil tambang dalam bentuk pecah-pecah
(loose/broken material) ataupun potongan batu dengan bentuk yang teratur (dimensional
stones). Namun demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa istilah Quarrying hanya
diterapkan pada tambang bahan galian mineral non-logam yang menghasilkan
dimensional stones, sedangkan tambang bahan galian mineral non-logam yang
menghasilkan bentuk pecah-pecah (loose/broken material) tetap disebut open pit.
Berdasarkan letak endapan yang digali atau arah penambangannya secara garis
besar kuari dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Side hill type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri
yang letaknya di lereng bukit atau endapannya membentuk bukit. Berdasarkan
jalan masuk ke pemuka penambangan dibedakan menjadi dua, yaitu :
b. Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang
terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Jadi tempat kerjanya digali ke arah
bawah sehingga membuat cekungan (pit). Berdasarkan jalan masuk ke pemuka
kerja, memiliki tiga kemungkinan jalan masuk, yaitu:
46
Jalan masuk zig-zag
Kuari tipe pit dengan jalan masuk zig-zag diterapkan pada cadangan endapan
bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang terletak pada daerah yang
datar, namun demikian jalan akses jalan dibuat zig-zag.
Gambar 2.22 Kuari Tipe Pit Dengan Jalan Masuk Spiral (Sumber: uk-rocks.net)
Gambar 2.23 Kuari Tipe Pit Dengan Jalan Masuk Langsung (Sumber: vincistone.com)
47
C. Open Cast Mining
Pada open pit mining, tanah penutup dikupas dan ditransportasikan ke suatu
daerah pembuangan yang tidak ada endapan mineral di bawahnya, sedangkan open cast
mining yang hampir sama dengan metodenya dengan open pit mining, tetapi berbeda
pada satu hal yaitu tanah penutup tidak dibuang ke daerah pembuangan tetapi diangkut
langsung ke daerah yang berbatasan dan telah ditambang. Penambangan material disini
terdiri dari penggalian dan pengangkutan sekaligus penimbunan (=casting), yang pada
umumnya dikombinasikan oleh suatu alat saja.
D. Auger Mining
Auger mining adalah sebuah metode penambangan untuk permukaan dengan
dinding yang tinggi atau penemuan singkapan (outcrop recovery) dari batubara dengan
pemboran ataupun penggalian bukaan ke dalam lapisan di antara lapisan penutup.Auger
mining dilahirkan sebelum 1940-an adalah metode untuk mendapatkan batubara dari sisi
kiri dinding tinggi setelah penambangan permukaan secara konvensional. Penambangan
batubara dengan auger bekerja dengan prinsip skala besar dragbit rotary drill. Tanpa
merusak batubara, auger mengekstraksi dan menaikkan batubara dari lubang dengan
memiringkan konveyor atau pemuatan dengan menggunakan loader ke dalam
truk.Keuntungan menggunakan metode ini adalah:
48
2) Volume perusakan tinggi dalam waktu yang singkat.
3) Tingkat polusi suara rendah.
4) Tidak memerlukan medium pembilas untuk membersihkan kompresor ataupun
pompa pembilas.
Kondisi endapan yang dapat menggunakan metode ini adalah endapan yang
memiliki bentuk tabular dan berlapis, kemiringannya mendekati horisontal,
keseragaman bijih tinggi, kadar dapat sangat rendah dan kedalamannya dangkal atau
terbatas sampai ketinggian dinding dimana auger ditempatkan (Pfleider, 1973).
Pengembangan dan persiapan daerah untuk auger mining adalah tugas yang
mudah jika dilakukan bersamaan dengan pemakaian metode open cast atau open pit.
Setelah kondisi dinding tinggi, auger drilling dapat ditempatkan pada lokasi.Semua
aplikasi penambangan dengan menggunakan auger, diterapkan pada dinding tinggi atau
singkapan dari batubara di daerah pegunungan dan dirangkaikan dengan metode
penambangan open pit atau open cast .
49
Ada 2 (dua) jenis penambangan di dalam metode ini yaitu placer mining dan
solution mining. Placer mining menggunakan air untuk menggali, mentransportasi dan
mengkonsentrasikan mineral-mineral berat. Solution mining adalah metode yang
membuat cair mineral-mineral sehingga dapat ditransportasikan dengan menggunakan
air atau cairan pelarut. Placer mining terdiri dari hydraulicking dan dredging,
sedangkan solutionmining terdiri dari boreholeextraction dan leaching.
1. Material di tempat memungkinkan terdesintegrasi oleh aksi tekanan air (atau aksi
mekanik ditambah hidrolik).
2. Ketersediaan supply air pada head yang diperlukan.
3. Ketersediaan ruang untuk penempatan waste.
4. Konsetrasi berat adalah mineral yang berharga, memungkinkan ke pengolahan
mineral sederhana.
5. Pada umumnya, gradient alamiah dan rendah sudah memungkinkan transportasi
hidrolik dari mineral.
6. Dapat mematuhi peraturan-peraturan lingkungan yang berhubungan dengan air
dan pembuangan waste.
Tinggi jenjang yang disemprot pada umumnya berkisar antara 5–15 m, tetapi
dapat mencapai 60 m (Morrison & Russell, 1973). Gambar 2.26 memperlihatkan contoh
penambangan dengan menggunakan metode hydraulicking.
50
Gambar 2.26 Hydraulicking di PT Tambang Timah, Bangka
1. Mekanik
Bucket line (endless chain of buckets revolving along ladder).
Bucket-wheel suction (buckets discharge in suction pipeline).
Dripper (showel, grapple, or dragline mounted on barge).
2. Hidraulik
Suction (open intake suction line).
Cutter head (evcavation by rotating cutter on suction line).
Gambar 2.27 dan Gambar 2.28 menunjukkan salah satu placer mining: dredging
mekanik.
51
Gambar 2.27 Placer Mining : Dredging Mekanik (Hartman, 1987)
Gambar 2.28 Kapal Keruk “Rasep” PT Tambang Timah Menambang Biji Timah Di
Perairan Bangka
Pada borehole mining , air di injeksi melalui lubang bor ke dalam formasi mineral
yang kemudian dilarutkan, dicairkan atau slurries menjadi mineral berharga dan
dipompakan ke permukaan melalui lubang bor. Kadang-kadang suatu reagen
ditambahkan ke air, yang membentuk leaching kimia.
52
Contoh mineral yang dapat dieksploitasi dengan borehole mining adalah
evaporites (garam, potash, dan trona dengan dissolusi, belerang dengan melting (frasch
process), phospat, kaolin, oil sand, batubara, gilsonite, uranium dengan slurrying
(percobaan) dan uranium dan liquite dengan leaching kimia.
Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada
ekstraksi, hal itu dilengkapi benefication dalam tahap awal dari pengolahan mineral
(Lastra dan Chase, 1984). Akibatnya, biaya produksi cenderung relatif lebih rendah
daripada metode penambangan konvensional. Sebagai perbandingan (Bhappu, 1982),
menunjukkan untuk tambang tembaga, biaya produksi total yang diperkirakan untuk
metodeopen pit sekitar US$ 5,00–US$ 6,80/ton sedangkan leaching insitu sekitar US$
3,60–US$ 4,40/ton.
53
Gambar 2.29 Solution Mining: Leaching (Hartman, 1987)
Aplikasi dari leaching insitu sejauh ini dibatasi pada tembaga dari uranium,
dengan emas dan perak dengan leaching timbunan. Studi percobaan mengindikasikan
bahwa banyak logam seperti mangan, emas-perak, aluminium, dan cobalt-nikel, adalah
kandidat utama untuk leaching insitu (Porter et. al., 1982). Leaching insitu dari lignite
juga sedang diteliti (Sadler dan Huang, 1981).
54
(c) Endapan bahan galian yang letaknya sangat dalam masih tetap dapat ditambang
dengan menguntungkan.
(a) Kondisi kerjanya berat dan keselamatan kerjanya memerlukan perhatian khusus.
(b) Produksi tambang relatif kecil karena peralatan yang dipakai hanya yang
berukuran kecil.
(c) Penggunaan bahan peledak boros dan harus memiliki kualifikasi tinggi.
55
Gambar 2.30 Skema Tambang Bawah Tanah Ideal (Hartman, 1987)
Awal tahap tambang bawah tanah dimulai dari persiapan pembukaan tambang
bawah tanah. Yang dimaksud dengan persiapan pembukaan tambang bawah tanah
merupakan semua pekerjaan dalam rangka penyiapan atau pembangunan fasilitas kerja
untuk kelancaran produksi tambang bawah tanah (Sulistianto, 2008). Pekerjaan ini
dibagi menjadi dua bagian menurut Sulistianto (2008), yaitu:
56
Fasilitas kerja di permukaan berfungsi untuk membantu atau menunjang kegiatan
di bawah tanah, meliputi jalan angkut, gedung perkantoran, gudang peralatan, gudang
bahan baku dan bahan bantu, perbengkelan, stasiun bahan bakar minyak, gudang bahan
peledak, pembangkit tenaga listrik, dan emplasemen (stockyard)(Sulistianto, 2008).
Fasilitas bawah tanah menurut Sulistianto (2008) berupa lubang-lubang bukaan
berfungsi sebagai:
1. Jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan alat angkut yang bergerak; truk, lori,
skip dan cage
2. Menempatkan peralatan; trafo, sistem telekomunikasi, ban berjalan, winch, fan,
pipa air, pipa angin, pipa lumpur, dan ruang makan (crib room)
3. Mengangkut material; peralatan penyangga (kayu, balok, besi profil, steel arches,
hydraulic props, rock bolt, resin dll), bahan peledak dan perlengkapannya, air,
udara segar, dan batu hasil penambangan
4. Lubang khusus ventilasi
5. Untuk penirisan, sumur dan open channel
6. Keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan).
Mengingat fungsinya yang sangat spesifik, maka selain karyawan tambang yang
sedang bertugas dilarang masuk, kecuali bagi orang-orang tertentu yang mendapat izin
seperti siswa/mahasiswa praktek, dan tamu tertentu (Sulistianto, 2008).
57
1. Bentuk dan Geometri Lubang Bukaan
Bentuk dan geometri (ukuran) lubang bukaan disesuaikan dengan fungsinya.
Lubang bukaan dapat berbentuk lingkaran, tapal kuda, segi empat, ataupun trapesium
(lihat Gambar 2.31) (Hartman, 1987).
58
2. Teknik Penggalian Lubang Bukaan
Penggalian suatu lubang bukaan menurut Sulistianto (2008) dapat dilakukan
dengan salah satu dari beberapa metode penggalian yang umum, seperti:
59
Gambar 2.34 Contoh dari tunnel boring machine (Sumber: deereault.com)
Apabila batuan sangat kuat dan kompak dan tidak ada alat lain yang tersedia atau
dapat digunakan, maka digunakan peledakan untuk menggali terowongan. Pertama –
tama dibuat lubang – lubang ledak (blasthole) dengan diameter, kedalaman dan pola
tertentu, menggunakan mesin bor jack hammer atau jumbo drill. Tipe mesin bor yang
akan dipilih tergantung pada diameter lubang tembak dan kecepatan pemboran yang
diinginkan (Sulistianto, 2008).
Secara garis besar, siklus penggalian suatu lubang bukaan menurut Sulistianto
(2008) adalah sebagai berikut:
60
3. Material Penyangga dan Perkuatan Lubang Bukaan
Tidak semua lubang bukaan yang dibuat dalam batuan memerlukan penyanggaan.
Hal ini terutama tergantung pada kekuatan massa batuan dan/atau endapan mineralnya,
dan beberapa faktor lain seperti massa batuan dan/atau endapan mineralnya, dan
beberapa faktor lain seperti beban batuan, ukuran lubang bukaan, kondisi air tanah,
struktur geologi, dan tegangan batuan (Sulistianto, 2008).
1. Material Penyangga
a. Pasangan balok kayu
b. Kombinasi kayu dan besi baja
c. Pasangan besi baja (steel arch, steel rib)
d. Pasangan beton monolit
2. Material Penyangga
a. Baut batuan (rock bolt)
b. Beton semprot (shotcrete)
c. Beton semprot dan anyaman kawat (shotcrete and wiremesh)
61
4. Sistem Ventilasi
Jika lubang bukaan semakin panjang, maka aliran udara bebas semakin berkurang
sehingga temperatur udara di dalam lubang bukaan semakin panas. Udara di dalam
lubang bukaan akan semakin lembab, mengakibatkan kondisi kerja tidak nyaman.
Pekerja mengeluarkan banyak keringat, cepat lelah, dan pusing karena kandungan
oksigen dalam udara tambang semakin sedikit. Kondisi ini dapat diatasi dengan suatu
sistem ventilasi, yaitu mengalirkan udara segar ke dalam tambang (Sulistianto, 2008).
Tujuan dari sistem ventilasi dalam tambang bawah tanah menurut Sulistianto (2008)
adalah:
1. Untuk menjamin agar kandungan oksigen dalam udara tambang memenuhi bagi
kebutuhan pernapasan pekerja, untuk proses mesin-mesin yang digunakan.
2. Agar tercapai temperatur udara yang nyaman sepanjang jam kerja.
3. Untuk menghilangkan atau menurunkan konsentrasi partikel debu penggalian.
4. Untuk menurunkan konsentrasi gas-gas yang mengganggu misalnya CO2, gas
berbahaya misalnya methan, dan gas beracun misalnya CO,NO, NO2.
Teknik pengaliran udara segar ke dalam tambang ada dua macam, yaitu sistem
ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan. Pada sistem ventilasi alam, udara akan
mengalir secara alamiah ke dalam tambang karena perbedaan temperatur dan tekanan di
kedua ujung lubang bukaan yang elevasinya berbeda. Kemampuan sistem ini terbatas
hanya untuk lubang bukaan yang sederhana (tidak bercabang-cabang) dan dangkal.
Pada sistem ventilasi buatan, udara segar dimasukkan ke dalam tambang menggunakan
kipas angin (fan) bertenaga besar. Kipas angin ini dapat berfungsi sebagai pendorong
udara (blower) atau sebagai pengisap udara (exhauster) (Sulistianto, 2008).
Kebutuhan minimum oksigen dalam udara segar bagi seorang pekerja yang harus
disediakan oleh sistem ventilasi agar kondisi kerja relatif nyaman ditunjukkan pada
Tabel 2.4.
62
Tabel 2.4 Kebutuhan Minimum Oksigen Dalam Udara Untuk Pekerja
5. Sistem Penirisan
Air yang ada di dalam tambang bawah tanah, apabila jumlahnya berlebihan dapat
mengganggu aktivitas dalam tambang, merusak penyangga (kayu), bahkan dapat
membahayakan tambang secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan suatu sistem untuk
memindahkan air keluar tambang atau ke permukaan, yaitu sistem penirisan (drainage
system).
Jenis pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal atau pompa submersible.
Jenis pompa submersible lebih menguntungkan karena pompa akan mati secara
otomatis jika air habis, dan akan hidup secara otomatis pula jika permukaan air
mencapai ketinggian katup isap dari pompa tersebut (Sulistianto, 2008).
63
6. Sistem Penerangan Lampu
Keadaan di dalam tambang bawah tanah akan selalu gelap baik siang maupun
malam. Untuk itu diperlukan jaringan penerangan lampu listrik dengan tujuan untuk
memperlancar aktivitas penambangan, dan meningkatkan keselamatan kerja
(Sulistianto, 2008).
Titik-titik lampu ditempatkan baik di jalan masuk utama, jalan angkut, maupun di
tempat penggalian berlangsung. Untuk menghindari terjadinya kebakaran akibat
hubungan pendek (short-circuiting), maka kabel yang digunakan harus terbungkus dan
terisolasi dengan baik (Sulistianto, 2008).
64
Gambar 2.35Metode penambangan glory hole
65
2. Cara kerjanya relatif mudah dan sederhana, sehingga tak perlu karyawan terampil
(skilled labours).
3. Relatif aman.
1. Produksi kecil, yaitu 50-100 ton/hari, karena banyak pekerjaan yang ditangani
secara manual, sehingga pendapatan kecil, berarti keuntungan juga kecil.
2. Sulit mempertahankan jenjang-jenjangnya karena kesulitan dalam menurunkan
batuan hasil peledakan.
B. Gophering
Gophering yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis, tidak perlu
mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development works) dan arah
penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih. Oleh karena itu ukuran
lombong juga tidak tentu, tergantung dari ukuran endapan bijih di tempat itu dan tanpa
penyanggaan. Metode gophering mempunyai nama lain, yaitucoyoting (di Indonesia
disebut lubang tikus atau lubang marmot) (lihat Gambar 2.36).
Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana, tanpa
penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis, oleh sebab itu sangat
cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya rendah (a.l. Mexico, Amerika Latin,
Asia dan Afrika). Metode penambangan ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang:
66
Segi Positif Gophering
1. Produksinya rendah.
2. Mencemari lingkungan hidup di sekitarnya.
3. Kurang memperlihatkan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerjanya.
C. Shrinkage Stoping
Shrinkage stoping merupakan suatu cara penambangan yang termasuk overhand
stoping.Tiap bagian (slice) dibor dan diledakkan dari bawah, tumpukan hasil peledakan
itu akan dibiarkan di lantai untuk dipakai sebagai:
67
tambang. Tetapi bila nanti blok yang bersangkutan sudah selesai ditambang, maka
seluruh hasil penggalian yang berupa broken ore diambil semua, dan lombong
akan kosong.
Metode penambangan ini umumnya cocok untuk endapan – endapan bijih yang:
1. Kekuatan batuan : kuat s/d cukup kuat dan tidak mudah terbakar.
2. Kekuatan bijih : kuat dan solid.
3. Bentuk endapan : vein (urat) dan bukan endapan sulfida.
4. Kemiringan endapan : > 45o atau >70o
5. Ukuran endapan : 1-2 m atau < 3 m
6. Kadar bijih : tinggi, homogen, uniform, dan tidak bisa di-sorting.
7. Kedalaman : dangkal – moderat < 750 m
68
2. Bila country rock mudah runtuh karena getaran-getaran peledakan (ground
vibration), maka pada dinding lombong akan timbul ratakan-retakan kecil
(spalling) yang akan menyebabkan dilution
3. Bila endapan yang sudah terpecahkan (broken ore) terlalu lama berada dalam
lombong, dimana endapan tersebut mengandung mineral-mineral sulfida
(terutama copper-sulfides) ; chalcosite : Cu2S, bormite : Cu5FeS4, chalcopyrite :
CuFeS2, dan lain lain) yang mudah teroksidasi oleh udara, maka broken ore itu
dapat menjadi kompak kembali.
4. Pengaruh proses kimia tersebut juga dapat menyulitkan proses metalurgi. Untuk
menghindari hal tersebut, sebaiknya lombong tidak dibuat terlalu panjang
sehingga broken ore dapat segera dikeluarkan.
5. Labour intensive
6. Biaya cukup tinggi
D. Sublevel Stoping
Metode sublevel stoping yang untuk versi modern-nya disebut juga Vertical
Crater Retreat (VCR) adalah cara pelombongan vertikal ke atas menggunakan
peledakan. Ilustrasi dari metode penambangan sublevel stoping dapat dilihat di gambar
2.37.
69
Gambar 2.37 Sublevel stoping (Sumber: ob-research.com)
70
Segi Positif Sublevel Stoping
1. Sistem mekanis konvensional: alat gali, muat, dan angkut bergerak dari satu
tempat ke tempat lain misal coalcuttingmachine, loadingmachine, shuttlecar.
2. Sistem mekanis kontinu: alat gali, muat, dan angkut tidak bergerak misalnya
continuousminer, beltconveyor.
71
Ukuran pilar (atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus
diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap atau berat
overburden di atas penggalian, lebar penggalian, dan kekuatan batuan di sekitar
penggalian. Jika ditentukan rasio lebar pilar dengan lebar penggalian 3 : 1 misalnya,
maka jika lebar pilar 18 m berarti lebar penggalian maksimum 6 m.
72
Segi positif metode room and pillar
1. Produktivitas cukup tinggi : 14 ton clean coal atau 30-80 raw coal/man-shift
2. Biaya penambangan: moderat (relative cost: 30 %)
3. Recovery: cukup sampai baik (dengan ekstraksi pilar: 70-90 %) dilusi rendah
sampai tinggi (0 - 40%).
4. Cocok untuk mekanisasi penuh
5. Operasinya terpusat
6. Cocok untuk berbagai variasi kondisi batuan atap
7. Ventilasi bagus karena banyak lubang bukaan.
73
Syarat penerapan metode stope and pillar
1. Diperlukan ground control yang kontinyu di belakang penggalian jiha batuan dan
bijih tidak kompeten; tegangan di lubang bukaan makin dalam makin besar.
2. Untuk mekanisasi diperlukan investasi yang mahal
3. Beberapa endapan bijih tertinggal sebagai pilar
4. Ventilasi kurang baik karena kecepatan aliran udara rendah.
74
Gambar 2.39 Metode stope and pillar pada tambang skala menengah menggunakan
mesin bor, scraper, dan rail haulage (Hartman, 1987)
a. bijih sendiri
b. bijih berkadar rendah (low grade ore)
c. waste atau barren rock
a. kayu (timber)
b. beton (concrete)
c. dinding/tembok (masonry)
d. material pengisi yang bisa berupa pasir, tanah, tailing, waste
e. roof bolting terutama untuk batuan samping
f. rock bolting yang berlapis-lapis
75
g. cable bolt
h. split set, swellex
i. baja (steel)
j. anyaman kawat (wire mesh)
k. jangkar pra tegang (pre-stress anchor)
l. suntikan kimia (chemical grouting)
m. cement grouting
n. resin grouting
76
Gambar 2.40 Skema penambangan cut and fill(Kelapstick, 2008)
Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang memiliki sifat-sifat seperti
berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang kurang
kompak, kadang-kadang perlu temporary support
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak
3. Bentuk endapan: bijih tabular, atau cebakan (endapan) dengan batas kurang
teratur atau banyak batuan “kosong” (barren rock) di antara endapan bijihnya
4. Kemiringan endapan: 35o – 90o ; untuk yang berbentuk vein
5. Ukuran endapan: 4 – 40 m, tetapi yang umum adalah 10 - 12 m.
6. Kadar bijih: nilai yang tinggi, mining recovery-nya harus diusahakan tinggi
7. Kedalaman: dangkal atau dalam
77
dapat dipakai sebagai filling material, sehingga tidak perlu diangkut ke luar
tambang.
5. Karena memakai material pengisi, maka: pemakaian penyangga kayu (timber)
bisa dikurangi, surface subsidence dapat dicegah, kemungkinan kebakaran juga
berkurang, Pembusukan juga berkurang.
6. Ventilasi bisa dihemat atau dikurangi, karena bagian-bagian yang kosong bisa
ditutup dengan material pengisi, sehingga tak ada tempat penyimpanan gas-gas
beracun.
7. Penambangan bisa dilakukan di beberapa lombong sekaligus, sehingga produksi
bisa diatur besar kecilnya.
Penerapan cut and fill untuk endapan yang tipis, tetapi kaya disebut: resuing.
Endapan bijih yang tipis tetapi perlu penambangan yang lebar untuk mendapat ruang
kerja yang leluasa dan enak. Jika ditambang selebar ore body tidak mungkin, jadi
terpaksa diperlebar. Konsekuensinya country rock diambil lebih dahulu. Batuan
samping diambil sebagian untuk filling material dan sebagian dibuang melalui ore pass.
Badan bijih yang tersingkap di bor dan diledakkan ke arah atap. Resuing ini cocok
untuk endapan bijih yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang kurang
kompak, kadang-kadang perlu temporary support
78
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak
3. Bentuk endapan: mempunyai bidang batas yang jelas antara endapan bijih dan
batuan samping
B. Stull Stoping
Stull stoping merupakan metoda penambangan yang menggunakan penyangga
kayu (timber), dan penyangga tersebut dipasang langsung dari hanging wall ke foot
wall. Penyangga ini disebut stull(lihat Gambar 2.41). Penyangga ini bisa dipasang
dengan jarak yang beraturan (sistematis), tetapi bisa juga hanya dipasang setempat-
setempat bila keadaan batuan memungkinkan.Metode penambangan ini cocok untuk
endapan bijih yang memiliki sifat-sifat seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: agak kuat, sehingga tak perlu disangga secara langsung selama
penambangan berlangsung
2. Kekuatan batuan samping: mudah pecah menjadi bongkah-bongkah (slabs),
sehingga perlu penyanggaan
3. Bentuk endapan: vein
4. Kemiringan endapan: tidak terlalu berpengaruh
5. Ukuran endapan: antara 1-3 m, yaitu ketebalan yang masih bisa dicapai oleh
penyangga kayu tanpa sambungan (timber)
6. Kadar bijih: nilai yang tinggi, karena ongkos penambangannya juga tinggi,
sehingga perolehan penambangan (mining recovery) harus tinggi
7. Kedalaman: moderat (<1.1km)
79
Gambar 2.41 Contoh penyanggaan stull set lengkap
80
lepas).
1. Pillar robbing, yaitu pengambilan pillar dari daerah yang telah ditinggalkan,
terutama bila pillar ini berupa endapan bijih yang berkadar tinggi.
2. Pembuatan undercut pada cara penambangan block caving.
3. Membuat underground station, ore storage atau ore bin.
4. Menggali bagian-bagian endapan yang sukar dicapai dengan metoda
81
penambangan sistematis lain, misalnya ore shoot.
Metode square set stoping cocok untuk endapan-endapan yang mempunyai sifat
sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah serta mudah runtuh. Bijih-bijih primer yang keras dapat
berubah menjadi mudah runtuh disebabkan oleh :
a. Adanya soft material intercalation, yaitu penyisipan batuan lunak pada
endapan bijih itu sendiri.
b. Adanya pelapukan terhadap mineral-mineral sulfida yang biasanya dalam
bentuk pocket atau lensa-lensa, akibatnya akan memberi pengaruh lebih lunak
dari batuan sekitarnya.
c. Adanya struktur geologi yang memperlemah endapan bijih, misal adanya
joint, fault, fold, cracks, dan lain-lain
2. Kekuatan batuan samping: lemah serta mudah runtuh
3. Bentuk endapan: tak perlu memiliki batas-batas yang baik atau jelas dilihat,
misalnya mempunyai ore shoot, pocket, dan lain-lain
4. Kemiringan endapan: berbentuk urat bijih, mempunyai kemiringan > 45o
5. Ukuran endapan: minimum 3,5 m
6. Kadar bijih: sangat tinggi, sehingga diperlukan perolehan tambang (mining
recovery) yang tinggi untuk dapat menutupi ongkos-ongkos produksi yang sangat
mahal
7. Kedalaman: dalam(<2.6 km)
1. Dapat dipergunakan untuk menambang segala macam ukuran dan bentuk endapan
bijih, asal kemiringan > 45o; sering disebut luwes dalam arti dapat menambang
segala macam bentuk endapan.
2. Dapat dipakai untuk endapan-endapan dan batuan samping yang keadaannya
sangat lunak dan mudah runtuh.
3. Memungkinkan dilakukannya penambangan dengan mining recovery yang tinggi
yaitu > 90% (high mining extraction).
82
4. Ventilasi lebih mudah diatur.
5. Cara penambangannya dapat memberi keamanan kerja yang tinggi.
1. Top slicing
2. Sub level caving
3. Block caving
4. Longwall
A. Top Slicing
Top slicing adalah suatu cara penambangan untuk endapan-endapan bijih dan
lapisan penutup (overburden) yang lemah atau mudah runtuh.Penambangan dilakukan
selapis demi selapis dari atas kebawah pada lombong yang disangga. Kalau lombong
sudah selesai digali, maka penyangga diatasnya dibiarkan runtuh sedikit demi sedikit
atau secara bertahap. Metode ini akan memungkinkan perolehan tambang yang tinggi,
83
walaupun sering terjadi dilution.Metode penambangan ini cocok untuk endapan bijih
yang memiliki sifat-sifat seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah sehingga akan segera runtuh bila dibuat lubang galian
dibagian bawahnya (undercut)
2. Kekuatan batuan samping: lemah - kuat
3. Bentuk endapan: endapan yang teratur dan jelas batasnya, sehingga tidak
memerlukan selective mining.
4. Kemiringan endapan: > 60˚ atau boleh mendatar
5. Ukuran endapan: berukuran besar. Tetapi untuk ukuran yang tipis, yaitu 2-3 meter
dan kemiringan yang besar, harus mempunyai batuan samping yang kuat agar
tidak terjadi pengotoran (dilution)
6. Kadar bijih: cukup tinggi
7. Kedalaman: dangkal
1. Bila endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan tambangnya
sangat tinggi (90-95%).
2. Bila batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang terjadi.
3. Termasuk metode penambangan bawah tanah yang dapat berproduksi besar.
4. Dapat mengadakan pengambilan contoh batuan (sampling) didalam lombong
secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang pasti.
84
5. Pada waktu hujan, penirisan menjadi sibuk karena air hujan masuk dari retakan-
retakan.
B. Sublevel Caving
Sublevel caving merupakan suatu cara penambangan yang mirip dengan top
slicing tetapi menambangnya dari sub level; artinya penambangan dimulai dari atas
kebawah dan tiap penambangan pada suatu level dilakukan secara lateral atau meliputi
seluruh ketebalan bijih. Endapan bijih diantara dua sub-level ditambang dengan cara
meruntuhkan atau mengambrukan. Suatu tumpukan bekas penyangga (timber mat) akan
terbentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga akan memisahkan endapan bijih yang
pecah dari lapisan penutup diatasnya.Cara ini sering juga disebut: sub drift caving, sub
level slicing, sub slicing, slicing and caving, sub level slicing with ore caving. Ilustrasi
dari sublevel caving dapat dilihat pada gambar 2.43. Cara ini cocok untuk endapan-
endapan bijih yang memiliki sifat-sifat seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah tetapi batuan tidak runtuh untuk beberapa waktu dengan
penyanggaan biasa tetapi endapan ini akan runtuh bila penyanggaan ini diambil.
2. Kekuatan batuan samping: lemah yang dapat pecah menjadi bongkah-bongkah,
dan akan menjadi penyangga batuan terhadap timber di bawahnya.
3. Bentuk endapan: agak homogen karena tambang pilih tak mungkin dilakukan
4. Kemiringan endapan: tidak begitu penting
5. Ukuran endapan: sebaiknya > 3 meter
6. Kadar bijih: sedang sampai tinggi
7. Kedalaman: dangkal -moderat
85
Gambar 2.43 Metode Penambangan Sub-level Caving (Hartman, 1987)
1. Produktivitas atau produksi per man shift besar; lebih besar dari top slicing.
2. Cara penambangan ini termasuk cara penambangan yang agak murah.
3. Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing, walaupun banyak
udara bersih yang lolos melewati timber mat, pecahan-pecahan bijih dan batuan
penutup.
4. Kemungkinan kebakaran kecil, karena penggunaan penyangga kayu sedikit,
kecuali pada endapan-endapan sulfida.
5. Tidak ada pillar bijih yang ditinggalkan.
6. Bisa mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari berbagai
lombong yang berbeda-beda kadarnya.
7. Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih, sehingga
sekaligus dapat berproduksi.
8. Cara penambangan ini dapat lebih murah dan aman untuk penambangan dibatuan
yang mudah runtuh, karena memanfaatkan kecenderungan mudah runtuhnya
batuan samping dan lubang-lubang penghubung tidak perlu dipelihara demikian
juga untuk level yang sudah selesai ditambang.
86
Segi Negatif Sublevel Caving:
C. Block Caving
Suatu cara penambangan yang dimulai dengan membuat suatu undercut terhadap
suatu blok endapan bijih. Untuk membuat awal tuntuhan berjalan lancar, maka undercut
sebaiknya dibuat antara 2,5 - 6,0 m tingginya. Sebelum undercut diruntuhkan, harus
disangga dulu memakai pillar-pillar. Jika pillar-pillar ini dibuang, maka blok akan
runtuh secara perlahan-lahan. Ilustrasi dari block caving dapat dilihat pada gambar 2.44.
Corongan bijih (ore chute) harus banyak, agar pengambilan bijih yang pecah
(broken ore) dapat merata dan batas antara bijih dan lapisan penutup teratur, sehingga
kemungkinan terjadinya pengotoran (dilution) karena bercampurnya bijih dengan
lapisan penutup dapat dibatasi atau dikurangi.Diatas cadangan bijih yang ditambang
87
jangan ada bangunan penting, karena penambangan ini akan menimbulkan
amblesan.Cara ini cocok utnuk endapan bijih yang memiliki sifat-sifat seperti berikut:
1. Kekuatan bijih: lemah sehingga mudah pecah atau runtuh dan dapat dipisahkan
dari block disebelahnya
2. Kekuatan batuan samping: lemah sehingga mudah pecah menjadi bongkah-
bongkah yang lebih besar dari pada bongkah bijih, dimana tekanannya akan
membantu memecah endapan bijih dibawahnya.
3. Bentuk endapan: homogen karena tidak mungkin dilakukan tambang pilih.
Sebaiknya antara endapan bijih dan lapisan penutup (capping) ada perbedaan fisik
yang mudah dilihat, sehingga pengotoran (dilution) pada drawpoints dapat
dihindari. Endapan bijih sebaiknya tidak mudah bereaksi dengan udara, oleh
karena itu tidak cocok untuk endapan bijih sulfida
4. Kemiringan endapan: tidak menjadi soal, tetapi jika berbentuk urat bijih
sebaiknya memiliki kemiringan > 65˚
5. Ukuran endapan: ketebalan > 3m; tinggi > 35 m
6. Kadar bijih: tidak perlu bernilai tinggi
7. Kedalaman: moderat
88
Segi negatif block caving
1. Persiapan penambangan tahap pertama membutuhkan biaya besar dan waktu yang
lama.
2. Perawatan draw points dan saluran-saluran yang dilalui bijih (ore passes) umunya
sulit dan mahal.
3. Peroleh tambang rendah (70 - 80%), dan pengotoran sering terjadi, terutama
menjelang akhir penambangan.
4. Cara ini tidak luwes, dalam arti kata:
a. sukar diubah ke sistem penambangan yang lain.
b. produksinya tak dapat dihentikan terlalu lama, karena dapat menyebabkan
macetnya proses penurunan.
5. Ukuran dari broken ore tak dapat dikontrol
D. Long Wall
Long wall digunakan di endapan horizontal tabular, biasanya batubara. Bentuk
lay-out penambangan dapat dilihat pada gambar2.45. Long-wall diterapkan untuk
endapan batubara yang:
Oleh sebab itu penyangga harus segera dipasang di dekat medan kerja (front)
penambangan. Persiapan dan penambangannya sama dengan room and pillar, tetapi
medan kerja dibuat panjang, kadang-kadang dapat mencapai 330 meter. Bilamana
lombong sudah terlalu lebar (> 15 m), biasanya ditimbun dengan material pengisi guna
mencegah agar atap tidak mudah runtuh. Arah penggalian dapat advancing ataupun
retreating.
Sistem long wall kini juga mengalami perubahan, yaitu menjadi short wall
mining, yaitu yang semula medan kerjanya antara 100 - 250 meter menjadi hanya 30 -
60 meter. Cara penambangannya sama seperti pada long wall, hanya ukuran medan
kerjanya lebih pendek
89
Gambar 2.45Panel penambangan dengan metode Long-wall (Hartman,1987)
90
1. Pemberaian & pengggalian
Untuk hasil akhir crushed stone: ANFO (Bahan peledak), ripper/alat garu (untuk
material lunak, shovel/backhoe, dozer, cangkul-belencong, rotary, chain, atau
wire-rope saw; flame-jet channeler, water-jet channeler, palu-baji, linggis, sekop,
smooth blasting.
2. Pemuatan & Pengangkutan
Untuk hasil akhir crushed stone: shovel, wheel loader, sekop, scraper, dragline,
conveyor, truck, crane, dan hoist.
Pemilihan peralatan yang sesuai dengan kondisi tambang serta kondisi operasi
yang diinginkan dipengaruhi oleh berbagai faktor (Sulistianto, 2008). Faktor-faktor
tersebut menurut Sulistianto (2008) adalah dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
91
Berkaitan dengan kualitas dan efektivitas rancangan detil, termasuk diantaranya
kecanggihan perangkat antarmuka (interface) manusia-mesin, tingkat teknologi
yang diterapkan dan jenis pengendali.
3. Faktor Pendukung
Faktor-faktor ini ditunjukkan dalam pelayanan dan perawatan (service &
maintenance), ketersediaan suku cadang dan dukungan dari pabrik pembuat.
4. Faktor Biaya
Merupakan faktor yang paling kuantitatif.
Kegiatan pemindahan tanah yang mencakup dua unit operasi, penggalian dan
penangkutan, merupakan inti dari kegiatan penambangan. Oleh karena itu pemilihan
peralatan untuk kegiatan tersebut merupakan tugas utama yang harus dilakukan.
Peralatan lainnya akan mengikuti karena sifatnya menunjang kedua kegiatan tersebut
atau unjuk pekerjaan lainnya (Sulistianto, 2008).
Pada saat ini umumnya endapan bahan galian yang ditemukan di alam sudah jarang
yang mempunyai mutu atau kadar mineral berharga yang tinggi dan siap untuk dilebur
atau dimanfaatkan. Oleh sebab itu bahan galian tersebut perlu menjalani pengolahan
bahan galian (PBG) agar mutu atau kadarnya dapat ditingkatkan sampai memenuhi
kriteria pemasaran atau peleburan. Keuntungan yang bisa diperoleh dari proses PBG
tersebut antara lain adalah:
92
3. Mengurangi kehilangan (losses) logam berharga pada saat peleburan.
4. Proses pemisahan (pengolahan) secara fisik jauh lebih sederhana dan
menguntungkan daripada proses pemisahan secara kimia.
Perbedaan utama antara pengolahan bahan galian (PBG) dengan pemurnian dengan
metalurgi ekstraktif adalah pada PBG, bijih / mineral akan tetap menjadi bijih / mineral,
sedangkan pada pemurnian dengan metalurgi ekstraktif, bijih / mineral akan menjadi
logam (metal). PBG dan pemurnian sama sama akan mengubah kadar logam sehingga
meningkat dan mengubah sifat – sifat fisik dan kimia bijih / mineral.
93
2.2.6.1 Pengolahan Bahan Galian (PBG)
Tahap-tahap utama dalam proses PBG dapat dilihat pada Gambar 2.46.
Peremukan I
(crushing/comminution)
Pengayakan oversize
(screening/sieving)
Peremukan II
undersize
(crushing)
Penggerusan
(grinding)
Klasifikasi
(classification)
Konsentrasi
(concentration)
Konsentrat Ampas
(concentrate) (tailing)
Kominusi atau pengecilan ukuran merupakan tahap awal dalam proses PBG yang
bertujuan untuk:
94
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
Kominusi ada 2 (dua) macam, yaitu :
Peremukan adalah proses reduksi ukuran dari bahan galian / bijih yang langsung
dari tambang (ROM = run of mine) dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 100
cm) menjadi ukuran 20-25 cm bahkan bisa sampai ukuran 2,5 cm.Peralatan yang
dipakai antara lain adalah:
1. Jaw crusher
2. Gyratory crusher
3. Cone crusher
4. Roll crusher
5. Impact crusher
6. Rotary breaker
7. Hammer mill
95
Produk dari proses pengayakan/penyaringan ada 2 (dua), yaitu:
Penggerusan adalah proses lanjutan pengecilan ukuran dari yang sudah berukuran
2,5 cm menjadi ukuran yang lebih halus.
E. Klasifikasi (Classification)
Peningkatan kadar atau konsentrasi dilakukan agar bahan galian yang mutu atau
kadarnya rendah dapat diolah lebih lanjut, yaitu diambil (di-ekstrak) logamnya. Sifat-
sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalam proses konsentrasi adalah:
1. Perbedaan berat jenis atau kerapatan untuk proses konsentrasi gravitasi dan media
berat.
2. Perbedaan sifat kelistrikan untuk proses konsentrasi elektrostatik.
3. Perbedaan sifat kemagnetan untuk proses konsentrasi magnetik.
4. Perbedaan sifat permukaan partikel untuk proses flotasi.
1. Pemilahan (Sorting)
Bila ukuran bongkahnya cukup besar, maka pemisahan dilakukan dengan tangan
(manual), artinya yang terlihat bukan mineral berharga dipisahkan untuk dibuang.
96
2. Konsentrasi Gravitasi (Gravity Concentration)
Konsentrasi gravitasi yaitu pemisahan mineral berdasarkan perbedaan berat jenis
dalam suatu media fluida, jadi sebenarnya juga memanfaatkan perbedaan
kecepatan pengendapan mineral-mineral yang ada.
a. Hanya sesuai untuk proses konsentrasi dengan jumlah umpan yang tidak
terlalu besar.
b. Karena prosesnya harus kering, maka timbul masalah dengan debu yang
berterbangan.
a. Ferromagnetic, yaitu bahan galian (mineral) yang sangat kuat untuk ditarik
oleh medan magnet. Misalnya magnetit (Fe3 O4).
b. Paramagnetic, yaitu bahan galian yang dapat tertarik oleh medan magnet.
Contohnya hematit (Fe2 O3), ilmenit (Se Ti O3) dan pyrhotit (Fe S).
c. Diamagnetic, yaitu bahan galian yang tak tertarik oleh medan magnet.
Misalnya : kwarsa (Si O2) dan feldspar [(Na, K, Al) Si3 O8].
97
Jadi produk dari proses konsentrasi yang berlangsung basah ini adalah:
a. Pembuih (frother)
b. Kolektor / pengumpul (collector)
c. Penekan / pencegah (depresant)
d. Pengatur keasaman (pH regulator)
98
3. Pengeringan (Drying)
Bahan galian (mineral/bijih) yang mengalami PBG harus ditangani dengan cepat
dan seksama, baik yang berupa konsentrat basah dan kering maupun yang berbentuk
ampas (tailing). Penanganan material ini dibagi menjadi 3, yaitu:
99
1. Pemisahan (separation), yaitu pembuangan unsur, campuran (compounds) atau
material yang tidak diinginkan dari bijih (sumber metal = source of metal).
2. Pembentukan campuran (compound foramtion), yaitu cara memproduksi material
yang secara struktur dan sifat-sifat kimianya berbeda dari bijihnya (sumbernya).
3. Pengambilan/produksi metal (metal production), yaitu cara-cara memperoleh
metal yang belum murni.
4. Pemurnian metal (metal purification), yaitu pembersihan, metal yang belum
murni (membuang unsur-unsur pengotor dari metal yang belum murni), sehingga
diperoleh metal murni.
oksida & hidroksida : Fe 2 O3, Fe Ti O 3, Al 2 O3 nH 2O
sulfida : Cu Fe S 2, Pb S, Zn S
sumber metal (bijih)
karbonat, nitrat, borat : Mn CO 3
silikat : Zn Si O 4
pembentukan campuran
produk : campuran/paduan metal (metal compound)
(compound formation)
produksi metal
produk : metal kotor/belum murni (impure metal)
(metal production)
pemurnian metal
produk : metal murni (high purity metal)
(metal purification)
A. Pirometalurgi (Pyrometallurgy)
Pirometalurgi merupakan suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi
panas. Suhu yang dicapai ada yang hanya 50° - 250°C (proses Mond untuk pemurnian
nikel), tetapi ada yang mencapai 2.000°C (proses pembuatan paduan baja). Yang umum
dipakai hanya berkisar 500° - 1.600°C; pada suhu tersebut kebanyakan metal atau
paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.
100
Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat
mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan
dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic).
B. Hidrometalurgi (Hydrometallurgy)
Hidrometalurgi merupakan proses ekstraksi metal dengan larutan reagen encer (<
1 gram mol) dan pada suhu < 100° C. Reaksi kimia yang dipilih biasanya yang sangat
selektif; artinya hanya metal yang diinginkan saja yang akan bereaksi (larut) dan
kemudian dipisahkan dari material yang tak diinginkan.
a. Metal yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah.
b. Metal yang larut tersebut harus dapat “diambil” dari larutannya dengan mudah
dan murah.
c. Unsur atau metal lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses
berikutnya.
d. Mineral-mineral pengganggu (gangue minerals) jangan terlalu banyak menyerap
(bereaksi) dengan zat pelarut yang dipakai.
e. Zat pelarutnya harus dapat “diperoleh kembali” untuk didaur ulang.
f. Zat yang diumpankan (yang dilarutkan) jangan banyak mengandung lempung
(clay minerals), karena akan sulit memisahkannya.
g. Zat yang diumpankan harus porous atau punya permukaan kontak yang luas agar
mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah.
h. Zat pelarutnya sebaiknya tidak korosif dan tidak beracun (non-corrosive and non-
toxic), jadi tidak membahayakan alat dan operator.
C. Elektrometalurgi (Electrometallurgy)
101
2.2.7 Pengangkutan
Oleh karena itu sistem pengangkutan di tambang bawah tanah adalah sangat vital
dalam kelangsungan produksi tambang. Berdasarkan peranannya, sistem pengangkutan
tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
102
Suatu tambang bawah tanah biasanya memiliki beberapa stope yang menghasilkan
bijih lepas atau broken ore. Bijih lepas tersebut tidak secara langsung diangkut ke
permukaan tanah, tetapi dibawa melalui crosscut, atau drift, atau level, dan
dikumpulkan di suatu tempat penimbunan bawah tanah (underground storage / pit
bottom).
Setelah bahan tambang diangkut ke stockpile/ ROM, pada tahap selanjutnya akan
dibawa menuju tempat pengolahan. Setelah bahan diolah, hasil pengolahan akan dibawa
ke pelabuhan untuuk dibawa ke tempat penjualan/pemasaran. Pengangkutan pada
permukaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan truk ataupun beltconveyor.
2.2.8 Pemasaran
Pendapatan dari tambang dihasilkan dari pemasaran. Kegiatan ini harus bisa
membayar kembali investasi awal dari perusahaan, karena pendapatan adalah dasar
yang terbesar dalam mengukur faktor ekonomi tambang sehingga lebih sensitif
mengubah penerimaan daripada mengubah faktor – faktor lain dari jenis pengeluaran.
Penerimaan ditentukan oleh kadar, kualitasrecovery, dan harga dari produk. Oleh
karenanya, harga dari komoditas tambang sejauh ini sangat sulit untuk diestimasi dan
diluar dari kontrol estimator. Walaupun mengabaikan inflasi, harga pembelian secara
103
lebar bervariasi terhadap waktu,kecuali komoditas tambang yang bisa dikontrol dengan
tepat, mereka mengarah untuk mengikuti bentuk siklus.
104
6. Mencapai titik dimana perusahaan mencapai kepuasan dalam menjalankan
tanggung-jawabnya
Setelah memahami isi dari lingkaran kesatu, perlu kita ketahui isi dari lingkaran
kedua dari gambar 2.1, yaitu kegiatan penunjang seperti lingkungan hidup, kesehatan
dan keselamatan kerja, konservasi sumber daya, corporate social responsibility, good
corporate governance, standardisasi, keterbukaan informasi terhadap publik dan
kepatuhan hukum.
Perubahan Penjelasan
Topografi Perubahan sementara terhadap topografi yang diakibatkan oleh
operasi penambangan mencakup jalan akses dan jalan angkut,
area penimbunan,topsoil, pabrik pemrosesan, serta infrastruktur
pendukung. Perubahan permanen mencakup lubang pit; tempat
waste dump, serta fasilitas penyimpanan tailing.
Flora dan vegetasi Dampak langsung pada komunitas flora dan vegetasi biasanya
terjadi selama pembukaan lahan untuk tambang, pembuangan
batuan sisa, pabrik pemrosesan, fasilitas penyimpanan tailing dan
infrastruktur yang terkait
Fauna Dampak pertambangan pada fauna secara umum dapat dibagi
menjadi primer atau sekunder. Dampak primer pertambangan
pada fauna adalah pengrusakan habitat langsung akibat aktivitas
pembukaan lahan dan penggalian. Dampak sekunder berkaitan
dengan berbagai tingkatan aktivitas yang mengganggu di luar
area langsung pertambangan, misalnya jalan akses dan angkut,
jalur kabel listrik, koridor pemipaan dan infrastruktur lain, hewan
liar dan aktivitas tenaga kerja pada umumnya.
105
Hidrologi air permukaan pembuatan lubang terbuka, penimbunan, pembuangan batuan
dan air tanah sisa, fasilitas penyimpanan tailing, pabrik pemrosesan dan
infrastruktur seringkali mengganggu jalur aliran air alam.
Gangguan terhadap pola aliran air dapat mengakibatkan
kelangkaan air pada sistem pengairan ke bagian hilir dari
pembangunan pertambangan, atau efek lokal yang tak terlihat
pada beberapa jenis vegetasi, yang mungkin bergantung pada
aliran-aliran air yang terputus-putus.
Kontaminasi tanah dan Reaksi kimia pada batuan sisa dan tailing berpotensi merusak
air pertumbuhan tanaman dan mengakibatkan kontaminasi di air
permukaan maupun air tanah. Selain itu, operasi penambangan
dan pemrosesan melakukan transportasi, penyimpanan dan
penggunaan berbagai bahan berbahaya, seperti bahan bakar, zat
reagen proses, pelumas, bahan peledak, larutan kimia dan cat.
Jika bahan-bahan ini tidak dikelola dengan baik, akan berpotensi
mengkontaminasi udara, tanah atau air, dan berpotensi
menyebabkan risiko yang terus menerus terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan.
Pengelolaan masalah lingkungan ini jika dilakukan dari awal, yaitu dari studi
kelayakan, dapat membantu meminimalkan dampaknya. Namun demikian, tak
terhindarkan adanya dampak residual saat operasi penambangan dan pemrosesan sudah
selesai, dan masalah ini harus dikelola dengan prioritas berikut: bahaya dan risiko
keamanan publik, potensi sumber polusi yang berkelanjutan, penggunaan lahan dan
kebutuhan sumberdaya di masa depan dan, kecocokan dengan ekologi, harapan
masyarakat, estetika, serta biaya.
106
untuk mempertimbangkan masalah penutupan dan penyelesaian tambang sejak tahap
sangat awal di dalam perencanaan tambang.
107
3. Pengurangan risiko dan pertanggungjawaban hukum:
a. menjamin tersedianya dukungan keuangan dan materi untuk penutupan
tambang melalui estimasi biaya penutupan tambang sejak dini
b. mengurangi pertanggungjawaban hukum secara kontinu, dengan cara
mengoptimalkan operasi selama usia aktif tambang yang sesuai dengan
rencana penutupan
c. mengurangi kemungkinan terkena pertanggungjawaban hukum yang
berkaitan dengan bahaya dan risiko keamanan publik dan lingkungan
d. menurunkan pertanggungjawaban hukum yang terus menerus terhadap lokasi
tambang, dan memudahkan pengembalian hak penambangan dan pemulihan
jaminan.
108
Gambar 2.49 Contoh pertambangan yang merusak lingkungan
Sarana keselamatan kerja, di samping alat pelindung diri (APD) seperti pakaian
kerja, helm, sepatu kerja, masker untuk debu/gas/sinar, di tambang bawah tanah
dilengkapi dengan sistem komunikasi. Sistem komunikasi ini mulai dari yang sederhana
seperti bunyi/suara, warna, gerakan tangan, sampai yang modern seperti intercom dan
telepon.
109
karena sistem hidrolik tidak bekerja, rem tidak berfungsi, dll. Selanjutnya, kecelakaan
akibat kondisi kerja tidak aman misalnya pekerja kejatuhan bongkah batu yang tiba-tiba
jatuh dari atap terowongan.
Oleh karena itu dalam setiap pekerjaan selalu ada prosedur kerja baku (standard
operating procedure = SOP) yang harus ditaati oleh setiap pekerja. Apabila prosedur
kerja baku itu ditaati, maka penyebab kecelakaan yang diakibatkan oleh kelalaian dan
kecerobohan pekerja dapat dihindari. Inilah kunci pokok sistem keselamatan kerja di
pertambangan.
Contoh dari pertambangan yang aman dan teratur dan selalu menggunakan SOP
dapat dilihat pada gambar 2.50 sedangkan tambang yang liar tanpa K3 dapat dilihat
pada gambar 2.51.
110
2.3.3 Good Corporate Governance
Ada empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep GCG (Kaen, 2003;
Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency, accountability, dan responsibility. Keempat
komponen tersebut penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti
dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan juga dapat menjadi penghambat
aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan tidak menggambarkan
nilai fundamental perusahaan (Kaihatu, 2006).
Secara umum terdapat lima prinsip dasar dari GCG menurut Kaihatu (2006),
yaitu:
111
5. Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara di
dalam memenuhi hak – hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
112
Untuk menjawab permasalahan tersebut diatas beberapa hal yang perlu
dipersiapkan sebelum pelaksanaan program CSR, yaitu sebagai berikut:
113
5. Evaluasi pelaksanaan program CSR
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program CSR
sesuai dengan perencanaan, sehingga dapat dijadikan acuan dalam perencanaan
dan pelaksanaan di saat yang akan datang.
6. Mengukur outcome keberhasilan dari program CSR
Proses untuk mengetahui apakah program CSR yang dilakukan memberikan
dampak yang positif tidak saja dilihat dari sisi sosial, ekonomi dan budaya
penerima program, namun terpenting adalah dapat mengukur kualitas dampak
program tehadap pola pikir, perspektif, dan mindset terhadap dirinya sendiri,
lingkungan sekitarnya dan perusahaan tambang.
Dengan tahapan pola pengembangan GMP di bidang CSR tersebut, tujuan akhir
adalah secara kualitas untuk mendapatkan pola pikir, dan perspektif yang positif bagi
masyarakat, dan secara kuantitas dapat meningkatkan tingkat sosial, ekonomi dan
budaya masyakat tersebut, Diharapkan maka license to operate bagi perusahaan
tambang telah didapatkan dari masyarakat sekitarnya.
114
d. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola usaha dan keterampilan
teknis usaha
e. Penguatan institusi/lembaga lokal (baik lembaga pemerintahan maupun non
pemerintah) melalui peningkatan kapasitas leadership dan pengelolaan
lembaga
f. Peningkatan dan pembangan kualitas SDM
3. Community Services (Pelayanan Kepada Masyarakat), yang berupa:
Bantuan pembangunan infrastruktur yang dapat menunjang community relation
dan community empowerment.
2.3.5 Standardisasi
Hak memperoleh informasi merupakan salah satu hak asasi manusia. Hal itu
dijamin dalam Pasal 28F UUD 1945, yaitu:
115
Keterbukaan informasi terhadap publik juga merupakan salah satu ciri penting
negara yang demokratis, maka dari itu perlu ada perwujudan keterbukaan informasi
demi penyelenggaraan negara demokratis yang baik. Hal itu dijami dengan UU No. 14
tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Kepatuhan hukum merupakan suatu hal yang mutlak harus dilakukan agar
pertambangan tidak bermasalah dengan permasalahan hukum. Salah satu contoh hukum
yang harus dipatuhi pada industri pertambangan adalah persoalan izin pertambangan.
IUP adalah izin usaha yang paling umum digunakan untuk para penambang di
Indonesia oleh Bupati/Walikota, Gubernur, atau Menteri. IUPK biasa diberikan kepada
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) oleh Menteri. IUP diberikan hanya untuk satu
jenis komoditas saja. Apabila ada komoditas lain yang terdapat Wilayah Izin Usaha
Pertambangan (WIUP) dan penambangan ingin mengelola komoditas tersebut,
penambang diharuskan mengajukan IUP baru. IUP sendiri dibagi menjadi 2 tahap,
yaitu:
Selain IUP, UU No. 4/2009 mengakui berlakunya Kontrak Karya (KK) dan
Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) hingga berakhirnya
kontrak/perjanjian masing-masing. KK dan PKP2B sebagian besar ditandatangani oleh
116
pemerintah dan pelaku usaha sebelum berlakunya UU No. 4/2009. Contoh dari
pertambangan yang menggunakan regulasi atau tidak bisa dilihat pada gambar 2.52.
Gambar 2.52 Pertambangan yang diregulasi (kiri) dan pertambangan liar (kanan)
2.4.1 Perencanaan
117
2. Prosedur adalah rencana yang menerangkan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk menjalankan suatu kegiatan.
4. Metodeadalah rencana yang menerangkan tindakan-tindakan yang harus
dilakukan untuk menjalankan suatu kegiatan.
5. Standard yaitu suatu gambaran pencapaian yang diharapkan dari kegiatan-
kegiatan yang direncanakan.
6. Anggaran yaitu rencana mengenai penerimaan dan pengeluaran uang dalam suatu
kegiatan.
7. Program, adalah rencana komprehensif yang menyangkut pemakaian sumber daya
secara integratif termasuk jadwal pelaksanaan kegiatan-kegiatan.
Di samping itu perencanaan juga dapat dilihat dari sudut jangkauan waktu atau
kurun (horizon) perencanaannya. Ada rencana yang jangkauan waktunya panjang atau
lebih dikenal lagi dengan sebutan rencana janka panjang (strategis), misalkan rencana
untuk 5 tahun mendatang. Di lain pihak ada rencana yang jangkauan waktunya lebih
pendek, misalkan rencana untuk satu tahun bahkan satu bulan mendatang, yang disebut
sebagai rencana operasional (taktis).
1. Mendefinisikan persoalan yang direncanakan dengan jelas dan baik sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
2. Mengumpulkan informasi-informasi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan
yang mungkin akan terjadi dalam rangka pencapaian tujuan tersebut.
3. Melakukan analisis terhadap informasi yang dapat dikumpulkan dan
mengklasifikasikannya atas kepentingannya.
4. Menetapkan batasan-batasan perencanaan.
5. Menetapkan alternatif-alternatif rencana.
6. Memilih rencana yang akan dipakai dari alternatif-alternatif yang ada.
7. Menyiapkan langkah-langkah pelaksanaan yang lebih rinci serta penjadwalan
pelaksanaannya.
8. Melakukan pemeriksaan ulang (review) terhadap rencana yang diusulkan sebelum
rencana dilaksanakan.
118
2.4.2 Pengorganisasian
Sebelum mencari orang untuk ditempatkan dalam satu posisi tertentu maka
terlebih dahulu ditetapkan struktur organisasi yang akan dipakai. Masing-masing posisi
pada organisasi tersebut kemudian harus dijelaskan lingkup tugas, tanggung jawab, dan
keahlian serta keterampilan yang diisyaratkan yang dikenal sebagai uraian jabatan (job
description) dan persyaratan jabatan (job requirement). Berdasarkan kedua hal inilah
baru dilakuan proses pengorganisasiantersebut.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam tahapan staffing ini pada dasarnya
adalah sebagai berikut:
119
2.4.3 Pelaksanaan
Aspek lain yang sangat penting dalam pengaturan adalah koordinasi. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan koordinasi antara lain adalah sebagai berikut:
1. Rentang kendali (span of control) yaitu banyaknya orang yang masih dapat
dikendalikan oleh seseorang secara efektif. Pada dasarnya makin banyak bawahan
yang harus dikendalikan maka koordinasi yang semakin sulit. namun harus pula
diingat bahwa jenis pekerjaan dan tingkat manajemen juga mempengaruhi
kemampuan tersebut.
2. Hirarki organisasi sesedikit mungkin sehingga perintah atau informasi jangan
sampai terlambat atau menyimpang.
3. Adanya kesatuan komando.
2.4.4 Pengontrolan
Berkenaan dengan tahapan proses ini perlu dikenal adanya suatu kondisi tertentu
dalam organisasi yaitu fenomena kelompok formal dan informal dalam suatu organisasi.
Kelompok formal adalah kelompok yang dapat dilihat pada struktur organisasi resmi
120
yang dibentuk oleh manajemen untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan tertentu.
Namun demikian dapat timbul suatu kelompok informal yang berbeda dengan
kelompok formal. Kelompok ini bisa membentuk struktur yang kuat dengan pemimpin
sendiri serta mungkin aturan-aturan sendiri pula.
Kelompok informal ini bisa mendukung organisasi tetapi juga bisa menghambat
organisasi. Tahapan pengawsanini harus bisa mengatasi kemungkinan hambatan dari
kelompok informal ini. Bagaimana menjaga hubungan antar individu dan juga antar
kelompok formal-informal harus dilakukan dengan baik.
2.4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah proses penetapan apa yang telah dicapai, yaitu proses evaluasi
kinerja, dan jika diperlukan dilakukan perbaikan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Kegiatan ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan perencanaan sebab pada
kegiatan pengendalian inilah dilihat apakah yag direncanakan tersebut dapat dicapai
atau tidak.
Inti konsep pembangunan berkelanjutan sebagian besar dipengaruhi oleh ide dari
The World Commission on Environment and Development sebagai pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa mengganggu pemenuhan kebutuhan generasi
121
yang akan datang (Gladwin et al, 1995). Pengertian ini telah dipahami secara luas dan
didukung oleh pemerintah, korporat perusahaan dan organisasi di seluruh dunia. Konsep
tersebut pada industri pertambangan mineral, batubara dan panas bumi mempunyai titik
berat pada isu “demokrasi, keadilan, dan pemerataan” yang harus melibatkan antar dan
inter-generasi. Konsep ini hanya dapat terlaksana dengan baik jika melibatkan segenap
pelakunya (stakeholder) secara optimal dalam bentuk kemitraan. Sementara pola pikir
yang mendasarinya ialah “social justice and equity” (keamanan hukum dan kesetaraan)
pendekatan holistik, komprehensif, terpadu, menghargai keanekaragaman atau
pluralisme serta berwawasan jangka panjang.
Seluruh rangakaian kegiatan positif yang disebutkan akan dapat tercapai apabila
pertambangan melaksanakan prinsip GMP yang telah dijelaskan pada sub-bab
sebelumnya. Sehingga, GMP adalah suatu cara agar pertambangan dapat mendukung
pembangunan yang berkelanjutan.
122
Gambar 2.53 Garis waktu sustainable development dan pertambangan (Lins, 2007)
123
DAFTAR BACAAN
Hartman et al. 1992. SME Mining Engineering Handbook 2nd Ed. Colorado:
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc.
124
Monks, R.A.G., Minow, N. 2003. Corporate Governance 3rd Edition. Oxford:
Blackwell Publishing.
Priester, M., Hentschl, T., Benthin, B., 1993. Tools for Mining: Techniques and
processes for Small Scale Mining. Braunschweig: GTZ.
125
BAB 3
PENERAPAN KONSEP KAIDAH TEKNIK
PERTAMBANGAN YANG BAIK DALAM ASPEK
TEKNIS PERTAMBANGAN
Maka dari itu, perlu adanya manajemen dalam industri pertambangan. Dalam
buku ini, akan dijelaskan dari aspek teknis pertambangan. Sesuai dengan penjelasan
pada Bab sebelumnya, Penerapan Konsep Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik
dalam Aspek Teknis Pertambangan akan diuraikan melalui beberapa butir berikut:
126
Secara umum,sistem manajemen, dimodifikasi dari Barrick (2014), dapat
dirumuskan pada gambar 3.1.
Penilaian
PROAKTIF • Pelatihan dan Kompetensi
Identifikasi dan • Manajemen Resiko
Analisis • Penilaian Kinerja dan
Manajemen Data Perbaikan
Terus
Menerus
KEPATUHAN
Kontrol
Mengurangi
• Kontrol Operasional dan
kemungkinan
Prosedur
resiko
Gambar 3.1Sistem Manajemen (dimodifikasi dari Barrick, 2014)
127
General Manager
1. Penyelidikan Umum
2. Eksplorasi
3. Studi Kelayakan
4. Konstruksi
5. Operasi Penambangan
6. Pengolahan dan Pemurnian
7. Pengangkutan
8. Pemasaran
9. Pasca Tambang
128
6. Ventilasi Tambang
Sesuai dengan Permen ESDM nomor 6 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Penerapan Kompetensi Profesi Bidang Pertambangan Mineral dan Batubara, kelancaran
pelaksanaan usaha pertambangan mineral dan batubara perlu ditunjang dengan tenaga
yang profesional di bidang pertambangan mineral dan batubara. Pedoman teknis
penerapan kompetensi bidang teknis pertambangan menurut ESDM (2007) meliputi:
1. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar ini terdiri dari:
129
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Komunikasi
c. Motivasi berprestasi
d. Perencanaan dan pengelolaan pekerjaan
2. Kompetensi teknis
Kompetensi teknis untuk bidang teknis pertambangan meliputi:
a. Kompetensi teknis geologi/eksplorasi, yang meliputi:
i. Pengkajian geologi (geological assesment)
ii. Pemetaan geologi
iii. Pemboran geologi
iv. Percontoan geologi dan kualitas bahan galian
v. Manajemen database geologi
vi. Korelasi dan/atau interpretasi geologi
vii. Permodelan geologi dan perhitungan sumberdaya dan/atau cadangan
bahan galian
viii. Geoteknologi tambang
ix. Pengendalian dan penjaminan kualitas bahan galian (grade control and
quality assurance) serta rekonsiliasi tambang
x. Aplikasi aspek – aspek K3 dan lingkungan pertambangan dalam eksplorasi
b. Kompetensi teknis perencanaan tambang, yang meliputi:
i. Studi kelayakan tambang
ii. Perencanaan tambang jangka panjang
iii. Perencanaan tambang jangka pendek
iv. Perencanaan pemboran dan peledakan
v. Perencanaan sarana pendukung penambangan
vi. Perencanaan reklamasi tambang
vii. Evaluasi dan pengembangan tambang
viii. Geologi dan geoteknologi tambang dalam perencanaan tambang
ix. Prinsip K3 dan lingkunga pertambangan dalam perencanaan tambang.
c. Kompetensi teknis pertambangan, yang meliputi:
i. Pelaksanaan rencana tambang
ii. Pengelolaan pemboran dan peledakan
130
iii. Pengelolaan operasi penambangan
iv. Kepatuhan terhadap pengendalian kualitas/kadar bahan galian
v. Pengelolaan sarana pendukung penambangan
vi. Pengelolaan stockpile tambang
vii. Pelaksanaan reklamasi tambang
viii. Geoteknologi tambang dalam operasi tambang
ix. Prinsip K3 dan lingkunga pertambangan dalam perencanaan tambang.
d. Kompetensi teknis manajemen proyek
e. Kompetensi teknis finansial pertambangan, yang meliputi:
i. Akutansi tambang
ii. Perencanaan ekuangan tambang
iii. Manajemen kas
iv. Audit keuangan internal tambang
f. Kompetensi teknis pemasaran tambang
g. Kompetensi teknis pengolahan, yang meliputi:
i. Perencanaan produksi dan pengembangan
ii. Pengendalian kualitas dan kuantitas pengolahan bahan galian
iii. Pengecilan ukuran
iv. Pengelompokan ukuran (sizing)
v. Pengawairan (dewatering)
vi. Penanganan bahan dan penyimpanan (material handling and storage)
vii. Konsentrasi graviti
viii. Konsentrasi non graviti
ix. Pirometalurgi
x. Pyro-refining
xi. Elektrometalurgi
xii. Penanganan bahan sisa proses
3. Kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial pada pertambangan minerba terdiri dari:
a. Etika bisnis dan komitmen terhadap organisasi
b. Anggaran
c. Kepekaan terhadap lingkungan sosial dan budaya
131
d. Wawasan bisnis
e. Kepemimpinan
f. Pengambilan keputusan
g. Penulisan dan penyampaian laporan
h. Kerja sama
4. Prosedur pengujian (assessment) kompetensi
5. Profil jabatan
132
Berdasarkan temuan dalam manajemen risiko, kontrol operasi dan prosedur
didesain untuk memastikan pekerjaan dapat dilakukan dengan baik. Ada beberapa
contoh umum untuk kontrol operasi dan prosedur yang harus dilakukan di industri
pertambangan untuk aspek teknis pertambangan, seperti:
Perusahaan juga harus mematuhi peraturan yang berlaku sehingga harus dilakukan
audit internal mengenai kepatuhan terhadap peraturan. Kegiatan ini akan menangani
masalah mengenai sistem secara keseluruhan maupun membantu suatu site dalam
mengatasi masalah tersebut. Melalui audit juga dapat dilakukan suatu proses untuk
mengidentifikasi adanya keberhasilan suatu tempat dan berusaha membawanya
kesuksesan tersebut ke tempat lain.
Secara teratur perusahaan harus memiliki review dan peningkatan dari manajemen
teknis pertambangannya.
133
DAFTAR BACAAN
Daily, A.F. 1968. Dredges and Hydraulicking. Sec. 8.5 in Surface Mining, E.P.
Pfleider, ed. New York: AIME. pp. 503-527.
Hartman et al. 1992. SME Mining Engineering Handbook 2nd Ed. Colorado:
Society for Mining, Metallurgy, and Exploration, Inc.
134
Hubbard, Douglas (2009). The Failure of Risk Management: Why It's Broken and
How to Fix It. John Wiley & Sons. p. 46
Lastra, M.K., & Chase, C.K. (1984). Critical parameters in the dump and heap
leaching of gold, silver, copper and uranium: permeability, solution delivery and
solution recovery. California: Society of Mining Engineers of AIME.
New South Wales Government. 2011. Minerals Industry Safety and Health Risk
Management Guide.
Osa, R.P. 2008. Investasi Pada Bisnis Pelabuhan Muat Batubara Terpadu, Sebagai
Strategi Optimasi Keuntungan PT. Metasindo Sentral Dinamika pada Industri Batubara.
Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Pfleider, E.P. 1973. Open Pit and Strip-Mining System and Equipment. Sec. 17 in
SME Mining Engineering Handbook, Vol. 1, A.B. Cummins and I.A. Given, eds. New
York: AIME.
135
Porter, J.W., Price, R.A., McCrossan, R.G., 1982. London: The Western Canada
Sedimentary Basin. Philosophical Transactions of the Royal Society.
Priester, M., Hentschl, T., Benthin, B., 1993. Tools for Mining: Techniques and
processes for Small Scale Mining. Braunschweig: GTZ.
Schlitt, W.J. 1984. The Role of Solution Management in Heap and Dump
Leaching. In Au and Ag Heap and Dump Leaching Practice. Edited by J.B. Hiskey.
New York: American Institute of Mining, Metallurgical, and Petroleum Engineers. pp.
69-83
136
Stoner, J. A. F. Dan Wankel, C. 1986. Management: 3rd ed. Englewood Cliff:
Prentice Hall International.
Turner, T.M. 1975. The Dredge and Open Pit Mining. New York: Winter Meeting
No. 75-AO-59, AIME
137
BAB 4
CHECKLIST PENERAPAN KAIDAH TEKNIK
PERTAMBANGAN YANG BAIK DALAM ASPEK
TEKNIS PERTAMBANGAN
Setelah hal – hal diatas dipelajari, perlu diadakan pengecekan sejauh mana GMP
telah diterapkan. Checklist ini dibuat berdasarkan pemaparan pada Bab 3 dan SKKNI
Perencanaan Tambang Terbuka Jangka Panjang, Survey Tambang Terbuka, Survey
Tambang Bawah Tanah, Pemboran dan Peledakan Tambang Bawah Tanah,
Penyanggaan, dan Ventilasi Tambang. Checklist ini masih bersifat umum. Berikut ini
checklist penerapan GMP pada aspek Teknis Pertambangan.
138
i. Mengenali pasar
ii. Mengendalikan anggaran
i. Pasca Tambang
j. Survey Tambang Terbuka
i. Mempersiapkan alat survei untuk pengukuran
ii. Mengukur poligon
iii. Mengukur situasi dan menentukan koordinat dan tinggi
dari permukaan laut
139
n. Penyanggaan
i. Menyiapkan bahan dan peralatan penyangga
ii. Mengangkut bahan dan peralatan penyangga
iii. Melakukan penyanggaan
iv. Memeriksa dan merawat hasil penyangga
v. Melakukan penyanggaan hidrolik prop dan mekanik
prop (Tambang batubara bawah tanah)
4. Manajemen Resiko
a. Melakukan komunikasi dan konsultasi
b. Menetapkan konteks dan cakupan
c. Identifikasi kejadian yang tidak diinginkan
d. Analisis dan evaluasi resiko yang dihadapit
e. Pertimbangan kontrol resiko yang dihadapi
f. Melakukan penanganan resiko
g. Pengamatan dan evaluasi manajemen resiko
5. Kontrol Operasi dan Prosedur
a. Adanya SOP secara tertulis dan jelas untuk teknis
pertambangan
b. Mengimplementasikan standar kerja
c. Adanya sistem pemantauan dan pengontrolan untuk kinerja
proses pertambangan
140
a. Adanya database ketercapaian dalam teknis pertambangan
b. Menyusun dan mempresentasikan laporan
c. Analisis database ketercapaian secara teratur
Untuk mempermudah penerapan GMP, maka dibuat matriks GMP mulai dari
penyeledikan umum hingga pemasaran. Tabel 4.1 menunjukkan matriks GMP pada
tahap penyelidikan umum. Tabel 4.2 menunjukkan matriks GMP pada tahap eksplorasi.
Tabel 4.3 menunjukkan matriks GMP pada tahap studi kelayakan. Tabel 4.4
menunjukkan matriks GMP pada tahap konstruksi. Tabel 4.5 menunjukkan matriks
GMP pada tahap pengolahan bahan galian. Tabel 4.6 menunjukkan matriks GMP pada
tahap pengangkutan. Tabel 4.7 menunjukkan matriks GMP pada tahap penjualan.
141
Tabel 4.1 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Penyelidikan Umum (Sullivan, 1992)
1 Penyelidikan Tahapan kegiatan 1.Penelusuran Mencari outcrop/singkapan. Peta situasi wilayah yang
Umum pertambangan tebing-tebing di Bila ada mineralisasi, letak akan ditingkatkan ke
untuk tepi sungai dan dan kedudukannyanya tahap Eksploitasi dan
mengetahui lereng-lereng bukit dipetakan.Rock samples sekitarnya,minimum skala
kondisi geologi juga dilakukan di 1:2.000
regional dan laboratorium
indikasi adanya
2. Penelusuran Metode untuk menemukan Peta lokasi titik-titik
mineralisasi
jejak serpihan letak sumber serpihan outcrop kemudian
mineral mineral (mineral cuts = disusun menjadi peta
(tracingfloat) float) yang umumnya cropline sebagai acuan
berupa urat bijih (vein) awal menentukan
endapan primer di tempat- keadaan bahan galian
tempat yang elevasinya
tinggi. Caranya adalah
dengan mencari serpihan
atau potongan mineral-
mineral berharga (emas,
intan, kasiterit, dll) yang
keras, tidak mudah larut
142
dalam asam maupun basa
lemah dan memiliki berat
jenis yang tinggi dimulai
dari kelokan di hilir sungai.
143
kedalaman sumur uji itu
berkisar antara 4 - 5 m
dengan jarak-jarak yang
teratur pula (100-500m),
kecuali bila keadaan
lapangan atau topografinya
tidak memungkinkan
144
tertutup oleh lapisan batuan
yang relatif lunak (a.l.
lapisan sedimenter atau
batuan yang sangat lapuk)
145
Tabel 4.2 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Eksplorasi (Sullivan, 1992)
146
menggunakan block 3.Kompleks
model maupun inverse a)Tereka 200<x≤400m
distance b)Terindikasi 100<x≤200m
c)Terukur ≤100m.
147
Tabel 4.3 Matriks Good Mining Practices Pada Studi Kelayakan (Sullivan, 1992)
148
berisi ANDAL, Prosedur pemilihan
RKL, dan RPL metode penambangan
kepada pihak- terbagi 4 tahap :
pihak terkait
1.Studi Konseptual
(penilaian Peta rencana penambangan dan
1.Karakter Spasial reklamasi,minimal skala 1:2.000,
karakteristik fisik dan Endapan
kuantitas output dari menggambarkan:
beberapa metode, tata 2.Kondisi Geologi dan a.Tahapan dan blok-blok yang
letak, dan sistem Hidrogeologi akan ditambang
2.Pemilihan penambangan)
Metode dan 3.Sifat-sifat dan b.Tahapan dan blok wilayah yang
Teknis 2.Studi Rekayasa Investigasi Geoteknik akan direklamasi per tahun
Penambangan (kuantifikasi dan
pembandingan 4.Konsiderasi c.Jalan tambang
konsep-konsep yang Ekonomi
dihasilkan terdahulu 5.Faktor Teknologi d.Lokasi timbunan waste, tailing
sehingga dihasilkan dan mineral ikutan serta bahan
rancangan dan biaya 6.Faktor Lingkungan galian yang belum dapat
yang pasti) dipasarkan
3.Studi Rancangan
Rinci (spesifikasi dan
gambar konstruksi
dari metode yang
149
dipilih)
4.Laporan Rekayasa
Final (keputusan
investasi, pengadaan
peralatan, jadwal
pelaksanaan)
Faktor yang
mempengaruhi
pemilihan peralatan :
150
material
2.Jarak angkut
material
3.Target produksi
4.Kapasitas alat
5.Teknologi
6.Dana yang tersedia
7.Peraturan
pemerintah
8. Penggantian suku
cadang (spare parts),
Perawatan
9. Pembelanjaan
(anggaran), dan lain-
lain
Informasi tentang 1.Data harga jual
kelayakan tambang komoditi tambang di
dipandang dari segi pasaran
ekonomis, Bagian laporan kelayakan
4.Evaluasi
mempertimbangkan 2.Data pengurusan tambang ditinjau dari aspek
Ekonomi
umur tambang dengan perijinan, eksplorasi, ekonomis
melampirkan rencana pembebasan lahan,
investasi (modal tetap, konstruksi, peralatan
modal kerja, sumber penambangan,
151
dana), perhitungan pengangkutan,
biaya produksi pengolahan
(termasuk pemantauan (komponen modal
lingkungan&K3), tetap)
pendapatan, cashflow,
rate of return 3.Data komponen
(DCFROR/IRR), modal kerja dan
Break Even Point sumber dana
(BEP), payback 4.Data harga dan
period, analisis pemakaian bahan
kepekaan dan resiko. bakar, oli, dan ban
5.Data gaji karyawan
dsb
152
Tabel 4.4 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Konstruksi (Sullivan, 1992)
153
kapasitas&dimensi
kendaraan yang melalui
jalan,
8.pertimbangan K3,
9.Dampak Penggalian
untuk membuat jalan,
10.Pertimbangan
rancangan spiral vs
switchback
Syarat:
Untuk penanganan tanah 1.Tinggi tumpukan
pucuk(topsoil yang subur) topsoil maks 6m agar
yang akan digunakan pada unsur hara masih bagus,
3. Pengupasan 2.Ditanami cover crop Peta kemajuan
tahap reklamasi. Penimbunan
Tanah Pucuk sementara agar tidak tambang yang
disposal waste harus
dan Tanah erosi, siap
dibedakan dengan disposal
Penutup 3.Backfill dilakukan 3 dieksplotasi
untuk menjaga kemurnian
stock tanah subur dan bulan setelah
membedakan perawatannya. penyimpanan sementara
topsoil saat unsur hara
masih bagus
154
Pembangunan:
1.Office,
2.Warehouse, Pertimbangan K3, Peta lokasi
4. Pembangunan 3.Pabrik pengolahan dan accessibility, urgensi dan sarana dan
Sarana pemurnian, fungsi keberadaan prasarana yang
prasarana 4.Pembangkit Listrik (atau sarana&prasarana menunjang
Tambang instalasi Genset), tersebut mempengaruhi aktivitas
5.Mess pegawai, penentuan lokasi pertambangan
6.Pelabuhan untuk
pengangkutan produk yang
siap dijual (jika diperlukan)
Tabel 4.5 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Pengolahan Bahan Galian (Sullivan, 1992)
155
untuk memperoleh untuk secondary crushing. Cone berukuran lebih
produkta bahan crusher digunakan pada tertiary besar/kasar (sand)
galian yang crusher. mengendap di
bersangkutan Grinding: proses reduksi ukuran bijih bagian bawah
yang berukuran halus (±25 mm). (dasar) disebut
Media penggerusan : Ball mill, rod underflow.
mill, pebble mill, autogenous mill,
SAG.
Pengolahan dengan metoda
Pencucian
Konsentrasi adalah pemisahan mineral
dan
berdasarkan responnya terhadap
konsentrasi Konsentrat,
gravitasi, elektrostatik, magnetik.
(pencucian Produk dari klasifikasi middling, dan
Proses dengan konsentrasi gravitasi
dilakukan di tailing
antara lain Dense Medium Separator,
washing
sluice box, spiral concentrator,jigging,
plant)
shaking table.
Proses PBG menggunakan air, reagen Kepmen Pertambangan
dan zat kimia lainnya. Maka limbah dan Energi
PBG harus dikelola sebelum dialirkan No.1211.K/008/M.PE/199
Pengelolaan produk yang
ke lingkungan luar tambang. Aman 5 tentang upaya
dan memenuhi syarat
secara B3 dan memenuhi baku mutu pencegahan dan
pemantauan baku mutu air
air limbah bagi Usaha dan kegiatan penanggulan perusakan
Lingkungan limbah
pertambangan (KepMen LH dan pencemaran
no.113/2003, 202/2004, Lingkungan. Setiap
no.04/Th.2006,no. 09/Th.2006) serta menjelang pergantian
156
suasana kerja yang sesuai dengan K3 tahun, perusahaan
tambang menyampaikan
rencana tahunan yang
menyangkut upaya
pengelolaan dan
pemantauan lingkungan.
Antara lain: rencana
peruntukan lahan,
jadwal/pelaksanaan
pekerjaan dan
penyelesaiaan tiap tahap
reklamasi, luas lahan yang
akan direklamasi,
parameter lingkungan
yang akan dipantau.
Kepmen Pertambangan
dan Energi 555
157
Tabel 4.6 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Pengangkutan (Sullivan, 1992)
158
Tabel 4.7 Matriks Good Mining Practices Pada Tahap Penjualan (Sullivan, 1992)
Proses pencarian
konsumen dan
1.Promosi / penjualan
memperdagangkan
komoditi tambang
Kegiatan untuk
memperdagangkan
Kontrak perjanjian Omzet
Penjualan/ atau menjual hasil-
7 penjualan bahan penjualan
Pemasaran hasil penambangan dan Kegiatan untuk
galian.
pengolahan bahan menentukan
galian 2.Penelitian dan peningkatan
Pengembangan kapasitas produksi
Produksi dan atau nilai jual /
nilai guna komoditi
tambang
159