DEFINISI
‘Aiclasia merupakan suatu keadean khas yang ditandai
‘dengan tidak adanya peristaltis korpus esofagus bagian
‘sawah dan sfingter esofagus bagian bawah (SEB) yang
Sipertonik sehingga tidak bisa mengadakan relaksasi
secara sempurna pada waktu menelan makanan. Secara
‘stopatologik kelainan inl ditandal oleh degenerasi garulia
seleksus mienterikus, Akibat keadaan ini akan terjadi stasis
‘pakanan dan selanjutnya akan timbul pelebaran esofagus.
eadaan ini akan menimbulkan gejala dan komplikasi
ergantung dari berat dan lamanya kelainan yang terjaci,
Secara klinis akalasia dibagi dalam akalasia primer dan
=kalasia sekunder yang dihubungkan dengen etiologinya.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini relatit jarang dijumpai. Dari data Divisi
Gastroenterologi, Departemen llmu Penyakit Dalam FKUI/
SCM didapatkan 48 kasus dalam kurun waktu 5 tahun
(1984-1988). Sebagian besar kasus terjadi pada umur
pertengahan dengan perbandingan jenis kelamin yang
hampir sama, Hal ini sesuai dengan laporan-laporan
‘penulis-penulis lain. Di Amerika Serikat ditemukan sekitar
2000 kasus akalasia setiap tahun, sebagian besar pada
sia 25 - 60 tahun dan sedikit paca anak-anak. Dari
suatu penelitian internasional didapatkan bahwa angka
Kematian kasus ini dari 28 populasi yang berasal dari 26
negara didapatkan angka kematian tertinggi tercatat
i Selandia Baru dengan angka kematian standar 259
sedengkan yang terendah didapatkan dengan angka
kematian standar 0. Angka kematian ini diperoleh dari
seluruh kasus akalasia baik primer maupun sekunder.
Kelainan initidak diturunkan dan biasanya memerlukan
‘waktu bertahun-tahun hingga menimbulkan gejala
222
AKALASIA
HAA. Fuad Bakry F
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOG!
Secara umum, esofagus dibagi menjadi tiga bagian
fungsional yaitu sfingter esofagus bagian atas yang
biasanya selalu tertutup untuk mencegah refluks makanan
dari korpus esofagus ke tenggorokan. Bagian kedua yang
terbesar adalah korpus esofagus yang berupa tabung
iuskuletis dengan panjang sekitar 20 cm (8 inchi),
sedangkan bagian yang terakhir adalah sfingter esofagus
bbagian bawah (SEB) yang mencegah refluks makanan dan
asam lambung dari gaster ke korpus esofagus (Gambar
n.
Bila ditinjau dari etiok
bagian, yaitu :
‘Akalasia Primer. Penyebab yang jelas kelainan ini tidak
diketahui, Diduga disebabkan oleh virus neurotropik
kalasia ini dapat dibagi 2
Gambar 1. Letak anatomis esofagus dan gaster pada keadaan
normal
yang berakibat lesi pada nukleus dorsalis vagus pada
batang otak dan ganglia misenterikus pada esofagus. Di
samping itu faktor keturunan juga cukup berpengaruh
pada kelainan ini
Akalasia Sekund
Kelainan ini dapat disebabkan oleh
17431744
infeksi (eg: Penyakit Chagas), tumor intraluminer seperti
tumor kardia atau pendorongan ekstra luminer seperti
pseudokista pankreas. Kemungkinan lain dapat disebabkan
oleh obat antikolinergik atau paska vagotori,
Menurut Castell ada dua defek penting yang didapatkan
pada pasien akalasia:
1. Obstruksi pada sambungan esofagus dan gaster
akibat peningkatan SEB basal jauh di atas normal dan
‘gagalnya SEB untuk relaksasi sempurna, Beberapa
penulis menyebutkan adanya hubungan kenaikan SEB
dengan sensitifitas terhadap hormon gastrin. Panjang
SEB manusia 3-5 cm, sedangkan tekanan SEB basal
normal rata-rata 20 mmHg. Pada akalasia tekanan
SEB meningkat kurang lebih dua kali yaitu sekitar 50
mmbg. kadang-kadang didapatkan tekanan sebesar
nilai normal tinggi (Tabel 1). Gagalnya relaksasi SEB ini
disebabkan penurunan tekanan sebesar 30-40% yang
dalam keadaaan normal turun sampai 100% yang akan
mengakibatkan bolus makanan tidak dapat masuk ke
dalam gaster. Kegagalan ini berakibat tertahannya
makanan dan minuman di esofagus. Ketidak-
mampuan relaksasi sempurna akan menyebabkan
adanya tekanan residual; bila tekanan hidrostatik
disertai dengan gravitasi depat melebihi tekanan
residual makanan dapat masuk ke dalam gaster.
‘Tabel 1. Kriteria Manometrik dan Akalasia
Tekanan SEB 10-26 mmHg (+2 SB), dengan
relaksasi normal
Amplitudo peristaltis esofagus distal 50-110
mmHg (2 $8)
Tidak dijumpai kontraksi spontan, repetitif
atau simultan
Gelombang tunggal (<2 puncak)
5 waktu gelombang peristaltis esofagus distal
rerata 30 detik
Il. AkalasiaTekanan SEB meningkat >26 mmHg atau >30
mmHg
Relaksasi SEB tidak sempurna
Aperistaltis korpus esofagus
|. Normal
Tekanan intraesofagus meningkat (>gaster)
2. Peristaltis esofegus yang tidak normal disebabkan
karena aperistahtis dan dilatasi 2/3 bagian bawah korpus
esofagus. Akibat lemah dan tidak terkordinasinya
peristaltis, sehingga tidak efektif dalam mendorong
bolus makanan melewati SEB. Dengan berkembangnya
penelitian ke arah motilitas, secara obyektif dapat
ditentukan motilitas esofagus secara manometrik
pada keadaan normal dan akalasia
GASTROENTEROLOGI
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis subyektif yang terutame ditemukan adalah
disfagia, baik untuk makanan padet meupun cair yang
didapatkan pada lebih dari 90% kasus. Sifatnya pada
Permulaan hilang timbul yang dapat terjadi bertahun-
tahun sebelum diagnosis diketahui secara jelas. Letak
obstruksi biasanya dirasakan pada retrosternal bagian
bawah
Gejala lain yang sering didapatkan adalah regurgitasi
yaitu pada 70% kasus. Regurgitast ini berhubungan dengan
posisi pasien dan sering terjadi pada malam hari oleh
karena adanya akumulasi makanan pada esofagus yang
melebar. Hal ini dihubungkan dengan posisi berbaring,
Sebagei tanda bahwa reyuyitesi ini betasal dati esufayus
adalah pasien tidak merasa asam atau pahit. Keadaan
ini dapat berakibat aspirasi pneumonia, Pada anak-anak
‘gejala ini dihubungkan dengan gejala batuk pada malam
hari atau adanya pneumonia
Penurunan berat badan merupakan gejala ketiga
yang sering ditemukan. Hal ini disebabkan pasien takut
makan akibat timbulnya odinofagia. Gejala yang menyertai
keadaan ini adalah nyeri dada. Bila keadaan ini berlangsung
lama akan dapat terjadi kenaikan berat badan kembali
karena akan terjadi pelebaran esofagus akibat retensi
makanan dan keadaan ini akan meningkatkan tekanan
hidrostatik yang akan melebihi tekanan SEB. Gejala ini
berlangsung dalam 1 sampai 5 tahun sebelum diagnosis
ditegakkan dan didapatkan pada 50% kasus.
Nyeri dada didapatkan pada 30% kasus yang biasanya
tidak begitu dirasakan oleh pasien. Sifat nyeri dengan
lokasi substeral dan dapat menjalar ke belakang, bahu
rahang dan tangan yang biasanya dirasaken bila minum
air dingin. Gejala lain yang biasa didapatkan adalah akibat
‘Alealasia
Makanan yang
tot yang
berkorvats
Gambar 2. Diagram akalasia1745
‘semplikasi retensi makan dalam bentuk batuk-batuk dan,
“= eumonia aspirasi
"_ Pemeriksaan fisis tidak banyak membantu dalam
“=enentukan diagnosis akalsia, karena tidak menunjukkan,
‘==ala obyektif yang nyata. Mungkin ditemukan adanya
srunan berat badan, kadang-kadeng disertai anemia
es
DIAGNOSIS
“Getuk menegakkan diagnosis slain gejala Kins yang dapat
-Semberikan kecurigaan adanya akalasia perlu beberapa,
_semeriksaan penunjang seperti radiologis (esofagogram),
‘exdockopi saluran cerna atas dan manometri
__-Pemeriksaan radiologis dengan foto polos dada
2k2n menunjukkan gambaran kontur ganda di atas
Sediastinum bagian kanan, seperti mediastinum
‘=elebar dan adanya gambaran batas cairan dan udara.
‘Kz2daan ini akan didapatkan pada stadium lanjut. Pada
‘e=meriksaan fluoroskopi terlinat tidak adanya konstraksi
‘=sofagus. Pada pemeriksaan radiologis dengan barium,
‘22da ekalasia berat akan terlhat adanya cilatasi esofagus,
-s=ring berkelok-kelok dan memanjang dengan ujung distal
-Seruncing disertai permukaan halus berbentuk parah
‘eurung (Gambar 3), Pemeriksean radiologi lain yang dapat
“Siakukan adalah skintigrafi dengan memberikan makanan
"yang mengandung radioisotop dan akan memperlihatkan
iatasi esofagus tanpa kontraksi. Di samping itu juga
_Sidapatkan pemanjangan waktu transit makanan ke dalam
" gsster akibat gangguan pengosongan esofagus.
Pemeriksaan endoskopi pada pasien ini harus
" icersiapkan dengan balk dalam bentuk kumbah esofagus
-gengan memakai kanul besar. Tyjuan kumbah esofagus ini,
“entuk membersihkan makanan padat atau cair yang terdapat
‘G2lam esofagus, meskipun sudah dipuasakan dalam waktu
‘y2ng cukup lama, Seperti sigmoid, endoskopi agak suker
_ penilaiannya karena banyaknya lengkungan dan belokan,
"Pada kebanyakan pasien didapatkan mukosa normal.
" Kadang-kadang didapatkan hiperemia ringan difus pada
‘agian distal esofagus. Juga dapat ditemukan gambaran
Gambar 3. Gambaran radiologis akalasia
bercak putih pada mukosa, erosi dan ulkus akibat retensi
makanan. Bila ditiupkan udara akan menampakkan
kontraksi esofagus distal. Bila pemeriksaan diteruskan ke.
segmen gastroesofageal, sering dirasakan tahanan ringan
dan bila dengan hati-hati alat didorong dapat sampai ke
dalam gaster. Bila sukar melewati batas esofagus gaster
hharus dipikirkan kemungkinan keganasan atau striktur
jinak.
Daerah kardia gaster harus dievaluasi secermat
‘mungkin untuk menyingkirkan kemungkinan akalasia
sekunder akibat kanker, Biopsi harus dilakukan bila
didapatkan gambaran tidak normal pada kardia terutama
pade pasien di atas umur 50 tahun dengan gejala yang
cepat berkembang dalam waktu pendek. Endoskopi
pada akalasia celain untuk diagnostik juga dapat untuk
membantu terapi, sebagai alat pemasangan kawat
petunjuk arah sebelum tindakan dilatasi pneumatik
Pemeriksaan manometrik esofagus penting untuk
konfirmasi diagnostik. Penemuan-penemuan karakteristik,
adalah 1). tonus SEB tinggi, 2). relaksasi sfinkter tidak,
sempurna waktu menelan, 3). tidak adanya peristalsis,
esofagus, dan 4). tekanan korpus esofagus pada keadaan,
rahat lebih tinggi dari tekanan gaster.
Diagnosis banding akalasia primer adalah akalasia
sekunder seperti adenokersinuina yaslet yerny inelues ke
esofagus, karsinoma paru (sel oat), sarkoma sel retikulum,
arsinoma pankreas. Penyakit Chagas juga dapat memberikan
gambaran akalasia, akan tetapi biasanya disertal megakolon,
megaureter dan penyakit miokardial. Skleroderma juga
dapat memberikan gambaran seperti akelasia akan tetapi
gengguannya hanya pada kontraksi saja tanpa gangguan,
‘SEB, Pada tabel 2 dapat diihat perbandingan gambaran Klinis,
‘akalasia primer dan sekunder
“Fabel 2) PerBandingan Gan
dan Sekunder
Gejala
Primer Sekunder
Disfagia ringan s/diberat _sedang s/d berat
(1 tahun) (n< 6 bulan)
Nyeri dada ringan sampai Jarang
sedang
Berat badanturun —ringan(5kg) —_berat (15 ko)
Regurgitasi sedang s/d berat ringan
Komplikasi pant sedang Jarang
PENGOBATAN
Pengobatan akalasia antaralain dengan cara medikamentosa
ral, dilatasi atau peregangan SEB, esofagomiotomi dan
injeksi toksin botulinum (Botox) ke sfingter esofagus.1746
GASTROENTEROLOGI
Medikamentosa Oral
Preparat oral yang digunakan dengan harapan dapat
merelaksasikan SEB antara lain nitrat (isosorbid dinitrat)
dan calcium channel blockers (nifedipin dan verapami),
Meskipun pasien dengan kelainan ini khususnya pada
fase awal mendapat perbaikan klinis tetapi sebagian besar
pasien tidak berespon bahkan efek samping obat lebih
banyak ditemukan, Umumnya pengobatan ini digunakan
untuk jangka pendek untuk mengurangi keluhan pasien.
Pengobatan medikamentosa untuk memperbaiki
proses pengosongan esofagus pada akalasia, pertama
dengan pemberian amil nitrit pada waktu pemeriksaan
esofagogram yang akan berakibat relaksasi pada daerah
kardia. Saat ini isosorbid dinitrat dapat menurunkan
lekartait SEB Jett meningkatkatt penyusunyan esufeyus,
Obat-obat lain yang akan memberikan efek seperti di atas
adalah tingtur beladona, atrofin sulfat pada beberapa
kasus. Dengan ditemuken obat antagonis kalsium
nifedipin 10-20 mg peroral dapat menurunkan secara
bermakna tekenan SEB pasien dengan akibat perbaikan
proses pengosongan esofagus. Dengan pengobatan ini
didapatkan perbaikan gejala klinis pasien sampai dengan
18 bulan bila dibandingkan dengan plasebo. Pemakaian
preparat sub lingual, 15-30 menit sebelum makan
memberikan hasil yang lebih baik.
Dilatasi/ Peregangan SEB
Pengobatan dengan cara dilatasi secara bertahap akan
mengurangi keluhan sementara. Cara yang sederhana
dengan businasi Hurst, yang terbuat dari bahan karet yang
berisi airraksa dalam satuan ukuran F (french) mempunyai
4 jenis ukuran. Prinsip kerjanya berdasarkan gaya berat
dipakai dari ukuran yang terkecil sampai terbesar secara
period Keherhasilan huisinasi ini hanya pada 50% kasus
tanpa kambuh, 35% terjadi kambuh, sedangkan 15%
gagal
Cara yang diajurkan ialah dilatasi SEB dengan alet
yang dinamakan dilatasi pneumatik. Cara ini dipakai
lebih dari 30 tahun dengan hasil yang cukup baik. Hasil
terbaik didapatkan pada 75-85% kasus. Hasil dilatasi akan
lebih memuaskan setelah dilakuken beberapa kali. Jarang
didapatkan komplikasi seperti refluks gastroesofageal atau
perforasi esofagus. Teknik khusus untuk dilatasi ini tidak
hanya dalain berbayai ukurart akan Welapi jug terganitung
dari lamanya pengembangan SEB yang dapat berkiser
dari beberapa detik sampai S menit. Pengobatan cara ini
‘memerlukan seni dan pengalaman operatornya, Sebelum
pemasangan balon ini harus dilakukan dulu pengecekan,
tentang simetrinya, garis tengahnya harus diukur ager
tidak bocor.
Pasien puasa sejak malam hari dan keesokan
harinya dilakukan pemasangan dengan panduan
flouroskopi. Posisi balon setengah berada di atas hiatus
diafragmatika dan setengah lagi dalam gaster. Balon
dikembangkan secara maksimal dan secepat mungkin agar
pengembangan SEB seoptimal mungkin, selama 60 detik
setelah itu dikempiskan. Selanjutnya setelah 60 detik balon
dikembangkan kembali untuk beberapa menit lamanva.
Untuk satu kali pengobatan pengembangan balon tidak
melebini 2 kali
Tanda-tanda pengobatan berhasil bla pasien merasakan
nyeri bila balon ditiup dan segera menghilang bila balon
dikempiskan. Bila nyeri menetap, kemungkinan adanya
perforasi. Sesudah dilator dikeluarkan dimasukkan kontres
barium sebanyak 15-30 ml sampai bagian distal esofagus
melalui tuba nasogastrik, dengan posisi pasien berdir.
Bila pada pemeriksaan barium didapatkan perforasi
kecil, horus dlilakukan observasi secermat mungkin. Bila
tetap tanpa gejale dan terdapat kenaikan suhu, perlu
segera diberikan antibiotik. Pada keadaan ini cukup
dengan pengobatan konservatif saja. Akan tetapi bila
terjadi barium mengisi mediastinum dan dada kiri, perl
segera dilakukan tindakan operasi.
Castell dan Vantrappen menganjurkan pengobatan
akalasia dengan dilatasi karena prosedurnya cukup aman,
dan morbiditasnys kurang dibandingkan operasi. Care
lain yaitu dilatasi dengan menggunakan Bougie Savary-
Millard.
Esofagomiotomi
Tindakan bedah esofagomiotomi dianjurkan bila terdapat:
1). Beberapa kali 2 kali dlatasi pneumatik tidak berhasiy
2). Adanya ruptur esofagus akibat dilatasi: 3). Kesukaran
menempatkan dilator pneumatik karena dilatasi esofagus
yang sangat hebat; 4). Tidak dapat menyingkirkan
kemungkinan tumor esofagus; 5). Akelasia pada anak
berumur kurang dari 12 tahun.
Operasi esofagomiotomi distal (prosedur Heller)
juga memberikan hasil yang memuaskan. Perbaikan,
gejala didapatkan pada 80-90% kasus. Komplikasi yang
dapat terjadi adalah masih menetapnya gejala-gejale