You are on page 1of 14

KUALITAS PELAYANAN DAN KARAKTERISTIK PEJALAN KAKI

DI DALAM KOTA

Triafini Noviarti1, Ahmad Herison2, Siti Prizkanisa3


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung
3
Asisten Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung

ABSTRACT

Walking is one selection of transportation modes in the city. The characteristics of


pedestrians are influenced by pedestrians moving speed, social environment and
quality of service. Pedestrian access needs to be calculated appropriately, in order
to create a comfortable and safe pedestrian segment. This study aims to determine
quality of pedestrian services by analyze service facilities and pedestrian
characteristics in the city using most effective observation method. Observation
methods are needed to monitor pedestrians directly and indirectly. There are
several observation, video observation method (Corel Video Studio Pro X3),
video observation method (Corel Video Studio Pro X6), observation survey
method/direct observation and questionnaire observation method. The study
results show video observation method (Corel Video Studio Pro X3) about
pedestrian characteristics and pedestrian service quality. Video observation
methods (Corel Video Studio Pro X6) show more complete pedestrian
characteristics and quality of services. Observation method of survey/observation
directly, get data in form of route characteristic on pedestrian segment and non
pedestrian segment which shows pedestrian service level. Questionnaire
observation method result data in form of route characteristics, travel time
pedestrians that indicate level of pedestrian services. From this study, it can be
concluded with video observation method (Corel Video Studio Pro X6) is an
accurate method to observe pedestrians and quality of service. The most important
factor in pedestrian movement moves dominant is age, gender, luggage, partner
presence, easiest/shortest access to destination and proportional travel time to
quality of service.

Keywords: Characteristics of Pedestrian, Quality of Service, Observation.

ABSTRAK

Berjalan kaki merupakan salah satu pemilihan moda transportasi di dalam kota.
Karakteristik pejalan kaki dipengaruhi oleh kecepatan bergerak pejalan kaki,
lingkungan sosial dan kualitas pelayanan. Akses pejalan kaki perlu diperhitungkan
secara tepat, guna menciptakan ruas pedestrian yang nyaman dan aman. Kajian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pejalan kaki dengan cara
menganalisa fasilitas pelayanan dan karakteristik pejalan kaki di dalam kota
menggunakan metode observasi yang paling efektif. Metode observasi diperlukan
untuk mengamati pejalan kaki secara langsung dan tidak langsung. Beberapa
metode observasi yaitu, metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3),
metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6), metode observasi
survey/pengamatan secara langsung dan metode observasi angket/kuesioner. Hasil
kajian menunjukkan metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3)
menunjukkan karakteristik pejalan kaki dan kualitas pelayanan pejalan kaki.
Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) menunjukkan karakteristik
pejalan kaki yang lebih lengkap dan kualitas pelayanan pejalan kaki. Metode
observasi survey/pengamatan langsung, mendapatkan data karakteristik rute pada
ruas pedestrian dan non pedestrian yang menunjukkan tingkat pelayanan pejalan
kaki. Metode observasi angket/kuesioner mendapatkan data karakteristik rute,
waktu tempuh pejalan kaki yang menunjukkan tingkat pelayanan pejalan kaki.
Dari kajian tersebut, dapat disimpulkan metode observasi video (Corel Video
Studio Pro X6) lebih akurat untuk melakukan pengamatan pejalan kaki dan
kualitas pelayanannya. Faktor terpenting dalam kecepatan bergerak pejalan kaki
yang paling mendominasi yaitu umur, jenis kelamin, barang bawaan, ada/tidaknya
partner, akses termudah/terpendek ke lokasi tujuan serta waktu tempuh yang
sebanding dengan kualitas pelayanannya.

Kata kunci: Karakteristik Pejalan Kaki, Kualitas Pelayanan, Observasi.

PENDAHULUAN

Salah satu pemilihan moda transportasi adalah berjalan kaki. Berjalan adalah cara
transportasi yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan singkat secara
langsung atau setelah menggunakan mode transportasi lainnya (Nazir et al., 2012).
Berjalan dilakukan dengan secara sendiri atau berkelompok dengan berbagai
tujuan (Rastogi et al., 2013). Pentingnya berjalan menciptakan kebutuhan besar
akan fasilitas pejalan kaki yang memadai untuk mempertahankan hubungan yang
berkelanjutan untuk transfer intermodal. Hal ini membutuhkan penyediaan fasilitas
berjalan yang eksklusif (Hasan et al., 2015). Pejalan kaki merupakan bagian dari
sistem transportasi yang tidak kalah pentingnya dibandingkan moda transportasi
lainnya. (Florez et al., 2014).

Pejalan kaki adalah orang yang berjalan kaki dengan cara berjalan atau berlari di
trotoar atau ruas pedestrian. Di beberapa komunitas, mereka yang bepergian
menggunakan roda kecil seperti sepatu roda, skateboard, skuter, serta pengguna
kursi roda juga disebut pejalan kaki (Austroads, 2009). Pejalan kaki juga dikenal
sebagai pengguna risiko paling tinggi dibandingkan dengan pengguna jalan
lainnya. Ini karena, pejalan kaki lebih terpapar bahaya saat menggunakan jalan
Pejalan kaki memiliki karakteristik tertentu dan biasanya karakteristik pejalan
kaki dipengaruhi oleh hal-hal lain (Bilema et al., 2016).

Umumnya, karakteristik pejalan kaki dipengaruhi oleh kecepatan bergerak dari


pejalan kaki. Kecepatan bergerak sangat ditentukan oleh umur (Zhao et al., 2016).
Montufar et al., (2007) menemukan bahwa pejalan kaki muda berjalan lebih cepat
daripada pejalan kaki yang lebih tua.

Selain itu, pejalan kaki harus memiliki kondisi yang mendukung perjalanan seperti
karakteristik lingkungan sosial dan pelayanan untuk pejalan kaki. Karakteristik
lingkungan menyangkut struktur ruang lingkungan disekitar ruas pejalan kaki
(Yao et al., 2016). Pelayanan ruas pedestrian harus memiliki beberapa kualitas
seperti aksesibilitas, kenyamanan, keandalan, keamanan, keselamatan dan
keramahan di ruas pedestrian (Florez et al., 2014). Kenyamanan merupakan
syarat utama dalam perencanaan fasilitas pejalan kaki dan merupakan salah satu
cara memilih rute tercepat (Weinstein et al., 2007). Pejalan kaki berjalan di mana
mereka merasa nyaman (fasilitas pedestrian) dan ketika mereka tidak merasa
nyaman, mereka berjalan di tempat lain (Corraza et al., 2016). Jalan kendaraan
harus sesuai dengan jalur pejalan kaki sehingga pengalaman berjalan yang positif
dapat diciptakan untuk pejalan kaki (Shah, 2010).

Fasilitas pejalan kaki dibagi menjadi dua jenis yaitu, tidak terganggu dan
terganggu. Bila fasilitas pejalan kaki tidak terpengaruh oleh mode perjalanan
bermotor maka dikenal sebagai fasilitas pejalan kaki yang tidak terganggu atau
fasilitas pejalan kaki di luar jalan dan sebaliknya. (HCM, 2010). Sedangkan,
fasilitas pejalan kaki yang terganggu adalah fasilitas yang terpengaruh oleh mode
transportasi lainnya atau hambatan. Hambatan yang terdapat di fasilitas pejalan
kaki berupa adanya aktivitas yang dapat mengganggu rute perjalanan pejalan kaki
(pedagang, parkir) di ruas pedestrian. Fasilitas pejalan kaki di luar jalan hanya
melayani lalu lintas non-bermotor dan terpisah dari lalu lintas kendaraan bermotor
sejauh lalu lintas tersebut tidak mempengaruhi kualitas layanan mereka (Sahani et
al., 2013).

Ada tiga kategori umum dari fasilitas pejalan kaki eksklusif yaitu, jalan setapak,
area lintas arus, dan tangga. Ambang batas tingkat pelayanan untuk setiap kategori
berbeda, namun semuanya didasarkan pada konsep ruang per pejalan kaki, yang
merupakan ukuran kenyamanan pejalan kaki dan mobilitas (Sahani et al., 2013).
Lingkungan perkotaan memainkan peran penting terhadap keputusan pejalan kaki
untuk berjalan dan memilih karena pejalan kaki mendengar, melihat, mencium dan
merasakan lingkungan sekitar (Zacharias, 2010).

Di kebanyakan kota, jalan untuk kendaraan lebih diutamakan dibandingkan


dengan akses pejalan kaki. Hal ini mengakibatkan ruang untuk pejalan kaki
cenderung diabaikan. Selain itu, tindakan yang diambil untuk meningkatkan ruas
pedestrian cenderung tidak sesuai dengan kenyamanan pejalan kaki (Rahaman et
al., 2009). Menurut Cieslak et al. (2015), mengoptimalkan sistem lalu lintas
pejalan kaki merupakan aspek penting dalam mengembangkan ruang kota yang
ramah lingkungan. Dengan begitu, perlu dilakukannya pendesainan jalan yang
nyaman, aman dan ramah dengan pejalan kaki (Nakamura, 2015).

Di daerah pemukiman (urban area) dan di kawasan pusat bisnis, ruas pejalan kaki
sering mengalami masalah dengan arus lalu lintas kendaraan. Sehingga
berdampak pada penundaan arus, meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan
keselamatan jiwa pejalan kaki yang disebabkan oleh kurangnya fasilitas untuk
pejalan kaki. (Zheng et al., 2016).

Karakteristik pejalan kaki juga melibatkan kecepatan berjalan dan tingkat


pelayanan pedestrian (Level Of Service). LOS adalah istilah yang kompleks
untuk didefinisikan dari aspek perilaku pedalaman, karena tingkat kenyamanan
dan kemudahan dapat berbeda dari orang ke orang (Shah et al., 2016). Karena
setiap pejalan kaki memiliki karakteristik yang berbeda, kecepatan berjalan dan
LOS mungkin dipengaruhi oleh komposisi profil, pola, atau volume pejalan kaki
yang berbeda (Bahari et al, 2014).

Berdasarkan penelitian, Muraleetharan dan Hagiwara (2007) yang berfokus untuk


meneliti pengaruh tingkat pelayanan (Level Of Service) trotoar dan penyeberangan
terhadap perilaku dan atribut pilihan rute pejalan kaki. Ada persepsi serta
penilaian lingkungan yang objektif dan signifikan dalam berbagai cara dalam
memprediksi perilaku berjalan. Fasilitas pejalan kaki disediakan untuk
memudahkan orang-orang melakukan perjalanan jarak pendek. Tingkat pelayanan
menunjukkan kualitas ruang pejalan kaki yang berfungsi sebagai panduan
pengembangan standar untuk fasilitas pejalan kaki (Mohan et al., 2014).

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pejalan kaki dengan cara
menganalisa fasilitas pelayanan dan karakteristik pejalan kaki yang berfokus di
dalam kota menggunakan metode observasi yang paling efektif.

PERBANDINGAN METODE

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan dan
karakteristik pejalan kaki di kota. Salah satunya adalah observasi. Observasi
adalah suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara
berinteraksi atau survey secara langsung ke lokasi. Pengamatan tidak langsung
adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat. Alat yang biasa
digunakan adalah kamera.

Beberapa metode observasi yang dilakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan


dan karakteristik pejalan kaki di kota, adalah sebagai berikut:

1. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3) (Yan et al., 2014)

Dalam metode ini observasi yang dilakukan yaitu pengambilan data dengan
menggunakan video. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kamera yang
diletakkan di tempat yang dapat melihat secara langsung ruas pedestrian. Waktu
yang digunakan untuk observasi ini dipilih pada hari kerja dan akhir pekan.

Perangkat lunak yang digunakan dalam metode ini adalah corel video studio pro
x3. Perangkat lunak ini digunakan untuk menganalisis video penangkapan.
Namun, dalam penggunaannya perangkat lunak ini masih sederhana. Waktu yang
dibutuhkan diukur saat penumpang bergerak dalam jarak tertentu S. Dan waktu
yang dibutuhkan adalah perekam dan diberi nama 1 T, 2 T, ..., sesuai dengan
rumus V = S / T, sehingga kecepatan yang sesuai dari setiap orang adalah 1 V, 2
V (Yan et al., 2014).
2. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) (Zhao, 2016)

Dalam metode ini observasi dilakukan dengan menggunakan video untuk


mendapatkan karakteristik personal dari pejalan kaki. Perangkat lunak yang
digunakan untuk menganalisa hasil dari video tangkapan dalam metode ini adalah
corel video studio pro x6. Perangkat lunak ini lebih efisien dibandingkan dengan
perangkat lunak corel video studio pro x3 karena dalam pengolahan datanya lebih
efektif. Waktu yang digunakan untuk observasi ini dipilih pada hari kerja yang
merupakan jam sibuk.

Waktu yang dibutuhkan diukur saat pejalan kaki bergerak dalam jarak yang
ditentukan S. Waktu yang dibutuhkan adalah perekam dan diberi nama T, sesuai
dengan rumus V = S / T, sehingga kecepatan masing-masing orang adalah V
(Zhao, 2016).

3. Metode observasi survey/pengamatan secara langsung (Nakamura, 2015)

Dalam metode ini pengambilan data dilakukan dengan pengamatan secara


langsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan survey secara langsung
pada beberapa segmen jalan pedestrian dan non pedestrian. Pengambilan data
dilakukan secara acak pada segmen jalan dengan interval 5 (lima) menit per jam
di hari kerja dan akhir pekan.

Data yang diambil yaitu berupa volume arus pejalan kaki, volume arus lalu lintas,
dan data penggunaan lahan di wilayah studi sebagai data primer untuk analisis ini.
Sehingga didapatkan karakteristik rute yang mempengaruhi karakteristik pejalan
kaki (Nakamura, 2015).

4. Metode observasi angket/kuesioner (Florez et al., 2014)

Dalam metode ini pengambilan data dilakukan dengan cara membagikan


kuesioner. Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien
bila peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa
yang diharapkan dari responden.

Isi dari metode kuesioner yaitu berupa informasi tentang pengguna seperti usia,
jenis kelamin, tempat dan karakteristik pejalanan yang diambil (karakteristik rute)
serta kuesioner yang menanyakan alasan mengapa orang memilih untuk berjalan
kaki. Alasan yang dinyatakan oleh pejalan kaki yaitu seperti kecepatan, kedekatan
(interaksi antar pejalan kaki), kenyamanan, menghindari kebingungan,
keterbatasan parkir (jika membawa kendaraan) dan aksesibilitas (Florez et al.,
2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3) (Yan et al., 2014)

Metode ini harus dilakukan diminimal dua tempat berbeda. Hal ini disebabkan
perlunya dilakukan perbandingan arus karakteristik pejalan kaki (jenis kelamin,
usia, jenis sepatu yang digunakan, waktu, jarak, kecepatan). Kemudian dilakukan
identifikasi hal apa saja yang mempengaruhi karakteristik pejalan kaki (Yan et al.,
2014).

K
e
c
e
p
a
t
a
n

m/s

Umur

Grafik 1. Kecepatan Bergerak dengan Perbedaan Umur.


Sumber: Yan et al., 2014.

K
e
c
e
p
a
t
a
n

m/s

Hak Tinggi Flat Sandal

Grafik 2. Kecepatan Bergerak dengan Perbedaan Jenis Sepatu.


Sumber: Yan et al., 2014.

Dari grafik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kecepatan bergerak pejalan
kaki dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki pejalan kaki. Karakteristik
tersebut adalah, umur dan jenis sepatu yang digunakan pejalan kaki. (Yan et al.,
2014).

Salah satu karakteristik yang dimiliki pejalan kaki adalah umur. Ternyata
diketahui bahwa, umur menjadi hal yang penting karena mempengaruhi
kemampuan fisik dan persepsi pejalan kaki terhadap lingkungan sekitar (Hodgson
et al., 2014). Bagi anak-anak dengan rentang umur 0-15 tahun, dapat dipastikan
kecepatan bergerak mereka lebih lambat. Dikarenakan mereka belum memiliki
kemampuan untuk bertindak normal dan biasanya perlu ditemani oleh orangtua.
Bagi orang dewasa diatas umur 60 tahun meskipun kemampuan fisiologisnya
terganggu, pejalan kaki yang lebih tua menunjukkan kecepatan yang sama di
antara mereka terutama pada pola akselerasi bergerak mereka (Menz et al., 2013).

Selain itu, pada observasi ini diketahui juga bahwa penggunaan sepatu juga dapat
mempengaruhi kecepatan seseorang, terutama wanita yang menggunakan sepatu
hak tinggi, sandal atau flatshoes (Yan et al., 2014).

2. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) (Zhao, 2016)

Parameter dan karakteristik yang mempengaruhi kecepatan pejalan kaki adalah


sebagai berikut:

a. Jenis kelamin dan usia

Berikut ini profil kecepatan empat kelompok orang, yaitu remaja putri, remaja
putra, lansia dan anak-anak. Secara umum, para pemuda memiliki kecepatan
tercepat dan anak-anak memiliki kecepatan paling lambat.

Tabel 1. Karakteristik dan kecepatan pejalan kaki


Wanita Laki-laki
Kategori Lansia Anak-anak
muda muda
Proporsi
48,1% 39,6% 6% 6,3%
(%)
Kecepatan
1,05-1,35 1,14-1,40 1,00-1,28 0,96-1,23
(m/s)
Sumber: Zhao et al., 2016.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi orang dewasa muda mencapai
87,7% dari semua. Kecepatannya bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin. Hasil
statistik menunjukkan kecepatan rata-rata laki-laki muda adalah 1.14-1,40 m/s,
dan kecepatan rata-rata perempuan adalah 1.05-1,35 m/s yang 5% lebih lambat
dari pada laki-laki (Zhao et al., 2016).

b. Barang bawaan

Tas belanja atau barang bawaan ini tidak hanya mempengaruhi kecepatan diri,
tapi juga dapat mempengaruhi kecepatan pejalan kaki (Patra et al., 2017).
Menurut penelitian ini diketahui bahwa pejalan kaki yang membawa barang
bawaan (mungkin lebih besar) tidak hanya mempengaruhi kecepatannya sendiri
tapi juga dapat mempengaruhi kecepatan pejalan kaki di dekatnya (Zhao et al.,
2016).

Tabel 2. Karakteristik dan kecepatan pejalan kaki


Barang
Tanpa barang Barang
Kategori bawaan
bawaan bawaan kecil
sedang/besar
Proporsi (%) 34,9 49,1 16
Kecepatan
1,123 1,130 1,011
(m/s)
Sumber: Zhao et al., 2016.

Dari data tersebut diketahui bahwa proporsi pejalan kaki tanpa barang bawaan
adalah 34,9%, barang bawaan yang kecil (seperti tas kecil) memiliki proporsi
pejalan kaki sebesar 49,1%, barang bawaan yang berukuran sedang dan besar
memiliki proporsi berjalan sebesar 16%. Pejalan kaki dengan barang bawaan tidak
atau kecil berjalan lebih cepat daripada pejalan kaki dengan barang. (Zhao et al.,
2016).

c. Ada/tidak adanya partner

Tabel 3 menunjukkan bahwa fenomena yang menyertainya merupakan faktor


penting untuk mempengaruhi kecepatan pergerakan pejalan kaki, namun di sini
perbedaannya tidak signifikan, sebab data yang diambil kebanyakan pejalan kaki
adalah kelompok pemuda yang memiliki tingkat pergerakan setara.

Tabel 3. Karakteristik dan kecepatan pejalan kaki


Ada partner Tidak ada
Kategori
(sendiri) partner
Proporsi (%) 40,3 59,7
Kecepatan
1,098 1,1108
(m/s)
Sumber: Zhao et al., 2016.

Berdasarkan analisis tersebut, melalui pengamatan pejalan kaki di kota dengan


menggunakan video dan perangkat lunak, jenis kelamin, usia, barang bawaan, dan
ada/tidak adanya partner merupakan karakteristik pejalan kaki yang
mempengaruhi kecepatan berjalannya (Zhao et al., 2016). Hasil dari pengamatan
yang dilakukan dengan menggunakan video, juga diketahui ukuran tubuh
fisiologis yang berbeda (proporsi) atau persyaratan ruang psikologis akan
memiliki pengaruh signifikan terhadap kecepatan rata-rata dari pejalan kaki (Lv et
al., 2013). Parameter kalibrasi untuk perilaku pejalan kaki diidentifikasi dan
analisis sensitivitas dilakukan dengan mempertimbangkan kecepatan dan
karakteristik pejalan kaki dengan aliran sebagai ukuran sensitivitas (TD et al,
2016).

3. Metode observasi survey/pengamatan secara langsung (Nakamura, 2015)

Karakteristik rute merupakan faktor aksesibilitas penting untuk mengevaluasi


tingkat perkembangan pejalan kaki dan karakteritik pejalan kaki tersebut. Faktor
sekunder yang mempengaruhi karakteristik pilihan rute adalah keamanan dari
pemilihan rute perjalanan, daya tarik rute, kualitas ruas pedestrian, dan tidak
adanya waktu tunggu lampu lintas yang lama (Weinstein et al., 2007). Hasilnya
mungkin menyarankan agar desain jalan pedestrian saat ini tidak cukup untuk
menghasilkan hubungan yang berkontribusi terhadap pertumbuhan arus pejalan
kaki mereka (Nakamura, 2015).

Dari hasil penelitian ini akan didapatkan perbandingan rata-rata arus pejalan kaki
pada segmen jalan pedestrian dan non pedestrian. Hasil yang dapat dipastikan
bahwa rata-rata arus pejalan kaki akan lebih di segmen jalan pedestrian.
Perhitungan rata-rata per jam oleh setiap segmen ruas jalan diubah menjadi
pejalan kaki per jam. Setelah didapatkan perhitungan rata-rata per jam maka
dilakukan pengukuran faktor aksesibilitas. Sehingga, akan didapatkan
karakteristik rute dengan mengidentifikasi rute jalan dan perhitungan jalan
terpendek ke lokasi tujuan (Nakamura, 2015).

Selain itu dari penelitian ini juga memberikan bukti empiris yang berguna untuk
pengembangan jaringan jalan yang berkualitas bagi pejalan kaki pada skala
lingkungan. Kurangnya pengetahuan tentang dampak karakteristik jalan
lingkungan terhadap akses pejalan kaki membuat perbaikan jalan ke situs
individual terbatas yang berguna untuk menghindari dampak negatif pada lalu
lintas. Hasil penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi di mana dan
perbaikan apa yang harus dilakukan. Hal ini sangat penting untuk perbaikan jalan
yang menghubungkan beberapa tujuan di dekatnya untuk pejalan kaki di pusat
kota (Nakamura, 2015).

4. Metode observasi angket/kuesioner (Florez et al., 2014)

Di Brazil, sekelompok pejalan kaki membenarkan pilihan untuk berjalan kaki agar
"menghindari kebingungan". Aspek ini terkait dengan atribut kepercayaan dan
keamanan, yang berarti bahwa pengguna ini menganggap bahwa melakukan
perjalanan dengan sistem transportasi lain dapat menjadi lebih kompleks dan
melibatkan unsur-unsur yang berada di luar kendali mereka, seperti waktu tunggu,
ketersediaan transportasi umum dan pencarian parkir. Selain itu, keterbacaan dari
rute berjalan dan pengalaman sebelumnya dalam mengambil rute seperti
kenyamanan pengambilan rute. Pejalan kaki juga disebutkan sebagai faktor positif
untuk berjalan dalam kondisi lingkungan sosial (kelompok yang menyenangkan),
yang menunjukkan bahwa teman-teman mendorong perjalanan berjalan dan,
dalam kasus pertandingan di Maracanã, ini juga merupakan elemen yang relevan
(Florez et al., 2014)
Tiga perempat pejalan kaki yang memiliki kendaraan mengungkapkan bahwa
pilihan untuk berjalan kaki dilakukan karena kesulitan parkir. setengah pejalan
kaki yang diwawancarai memiliki mobil dan sepertiga dari pejalan kaki
melakukan perjalanan lebih lama dari 20 menit dan menambahkan fakta bahwa
persepsi kualitas berbanding terbalik dengan waktu tempuh (sesuai dengan hasil
kuesioner komplementer), dapat disimpulkan bahwa ada sekelompok individu
yang rentan terhadap perubahan dari berjalan ke mode bermotor, terutama mobil
dan taksi (Florez et al., 2014).

Aksesibilitas telah didefinisikan dengan cara yang berbeda dan umumnya


dianggap sebagai pengukuran yang mengungkapkan kemudahan bergerak di
antara lokasi atau juga kemudahan interaksi antar aktivitas (Florez et al., 2014).
Dengan kata lain, hal ini mewakili tingkat kenyamanan dalam mencapai tujuan
dengan menggunakan sarana transportasi. Saat diwawancari, para responden
membuat referensi untuk kemudahan perjalanan berjalan. Oleh karena itu, dapat
diartikan bahwa aspek ini merupakan ungkapan dari kondisi aksesibilitas yang
baik bagi pejalan kaki serta infrastruktur pejalan kaki yang cocok di sekitar kota
(Morris et al., 2009). Tabel 4 memberikan informasi apa saja yang bisa
didapatkan dari penggunaan metode observasi angket/kuesioner (Bilema et al.,
2016).

Tabel 4. Informasi yang diperoleh dari kuesioner.


No. Kualitas pelayanan Karakteristik pejalan kaki
Jarak Jenis kelamin
- Dibawah 100,100-200, 200-300, - Pria
300-350, diatas 350 - Wanita
1
Waktu (menit)
- Dibawah 10, 10-20, 21-30, 31-45,
diatas 45
Pengalaman berjalan kaki Usia (tahun)
- Tidak pernah - Dibawah 20
2 - Terkadang - 20-25
- Sering - 26-30
- Sering sekali - Diatas 30
Pengalaman yang terlibat dalam
kecelakaan lalu lintas
3 - Ya
- Tidak

Sumber: Bilema et al., 2016.

Selain itu, pejalan kaki diminta untuk mengevaluasi kualitas perjalanan berjalan
dari lokasi asal mereka ke lokasi tujuan, sesuai dengan masing-masing mode
utama yang digunakan (Carreno et al., 2012).
Tabel 5. Penilaian terhadap kualitas pelayanan pejalan kaki
Penilaian Skor
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Teratur
4 Bagus
5 Sangat Bagus
Sumber: Carreno et al., 2012.

Penilaian kondisi jalan diperlukan untuk mengakomodasi perjalanan pejalan kaki.


Fasilitas pejalan kaki di luar jalan hanya melayani lalu lintas non-bermotor dan
terpisah dari lalu lintas kendaraan bermotor sejauh lalu lintas tersebut tidak
mempengaruhi kualitas layanan mereka (Carreno et al., 2012).

Semakin lama waktu tempuh yang digunakan (karakteristik rute) maka, semakin
buruk nilai evaluasi yang didapatkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
karakteristik dari pejalan kaki dapat mempengaruhi kualitas pelayanan pedestrian.
(Sahani et al., 2013). Orang cenderung berjalan lebih jauh dan lebih sering berada
di ruas pedestrian dengan kualitas yang bagus (Kelly et al., 2011).

KESIMPULAN

Dari keempat metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pengambilan


data secara observasi (pengamatan) yang mudah dilakukan untuk mengamati
pejalan kaki adalah menggunakan video. Faktor penting dalam kecepatan
bergerak pejalan kaki adalah karakteristik pejalan kaki, rute dan kualitas
pelayanan.

Karakteristik pejalan kaki yang mendominasi adalah umur, barang bawaan, jenis
kelamin dan ada/tidaknya partner berjalan. Karakteristik rute meliputi akses
pejalan kaki termudah dan terpendek ke lokasi tujuan. Semakin lama nilai tempuh
(rute) maka, semakin buruk nilai evaluasi (kualitas pelayanan) yang didapatkan.
Sehingga kualitas pelayanan pejalan kaki akan baik apabila jarak semakin dekat.

REFERENSI

Austroads. 2009. Road Safety Audit. Austroads Publication. Sydney.

Bahari, Noor Iza., Arshad, Ahmad Kamil., Yahya, Zahrullaili. 2014. Assessing
Pedestrian Profile According to Age and Gender in Central Business
District, Kuala Lumpur, Malaysia. Malaysia.

Bilema, M.A.M., Haurula, M.M., Rahman. R. 2016. The Study of Relationship


Between Pedestrian and Safety based on the Theory of Planned Behaviour
at Batu Pahat, Johor. Malaysia.
Carreno, M., Williis, A., Stradling S. 2012. Quality of service for pedestrians:
closing the gaps in knowledge. Traffic and Transportation Studies, 326-
333.

Cieslak, Iwona., Szuniewicz, Karol. 2015. The quality of pedestrian space in the
city: a case study of Olsztyn. Poland.

Corazza, Maria Vittoria., Mascio, Paola Di., Moretti , Laura. 2016. Managing
sidewalk pavement maintenance: A case study to increase pedestrian
safety. Italy.

Florez, Josefina., Muniz, Juliana., Portugal, Licinio. 2014. Pedestrian quality of


service: Lessons from Maracanã Stadium. Brazil.

Hasan, Tanweer., Siddique, Ashfia., Hadiuzzaman, M., Musabbir, Sarder Rafee.


2015. Determining the Most Suitable Pedestrian Level of Service Method
for Dhaka City, Bangladesh, Through a Synthesis of Measurements.
Bangladesh.

Highway Capacity Manual. 2010. Transportation Research Board. Washington,


D.C.

Hodgson, F. C., Page, M., & Tight, M. 2014. A Review of factors which influence
pedestrian use of the streets : Measuring pedestrian accessibility. ITS
Working Paper 581 (pp. 1–34).

Kelly, C. E., Tight, M. R., Hodgson, F. C., Page, M. W. 2011. A comparison of


three methods for assessing the walkability of the pedestrian environment.
Journal of Transport Geography. 19(6). 1500-1508.

Lv, Wei., Fanng, Zhiming., Wei, Xiaoge., Song, Weiguo., Liu, Xuan., 2013.
Experiment and modelling for pedestrian following behavior using
velocity-headway relation, China.

Menz, H. B., Lord, S. R., & Fitzpatrick, R. C. 2013. Age-related differences in


walking stability. Age and Ageing of Oxford Journal, 32(2), England.137–
42.

Muraleetharan, T., Hagiwara, T. 2007. Overall Level-of-Service of the Urban


Walking Environment and Its Influence on Pedestrian Route Choice
Behavior: Analysis of Pedestrian Travel in Sapporo, Japan.

Montufar, M., Arango, J., Porter, M., and Nakagawa, S. 2007. Pedestrians normal
walking speed and speed when crossing a street. Transportation Research
Record 2002, Transportation Research Board, Washington, DC, 90–97

Mohan, Mitthun., Rastogi, Rajat., Chandra, Satish. 2014. Development of Level of


Service Criteria for Pedestrians. India.
Morris, J.M., Dumble, P.L. & Wigan, M.R. 2009. Accessibility indicators for
transport planning. Transportation Research A. 13, 91-109.

Nakamura, Kazuki. 2015. The Spatial Relationship between Pedestrian Flows and
Street Characteristics around Multiple Destinations. Japan.

Nazir, Md. Imran., Adhikary, Sajal Kumar., Hossain, Quazi Sazzad, Ali, Syed
Ashik. 2012. Pedestrian Flow Characteristics in Khulna Metropolitan
City. Bangladesh.

Patra, Monalisa., Sala, Eswar., Ravishankar, K.V.R. 2017. Evaluation of


Pedestrian Flow Characteristics Across Different Facilities inside a
Railway Station. India.

Rahaman, K. R., Dhar, T. K., Hossain, M. S. F., Khan, S. 2009. A Comprehensive


Approach to Model Pedestrians Safety in Dhaka City, Bangladesh. Vol.
12, No. 2, 2009, pp. 197–204.

Rastogi, Rajat., Ilango, T., Chandra. Satish. 2013. Pedestrian Flow


Characteristics for Different Pedestrian Facilities and Situations. Indian.

Sahani, Rima., Bhuyan, P.K. 2012. Level of Service Criteria of off-street


Pedestrian Facilities in Indian Context using Affinity Propagation
Clustering. India.

Shah, M.Z. 2010. Rating Pedestrian Facilities With P-Index and The Application
of Google Map. Malaysia.

Shah, Jiten H., Joshi, Gaurang J., Parida, Purnima M., Arkatkar, Shiriniwas.
2016. Determination of Pedestrian Level of Service for Undivided
Stairways at Suburban Rail Stations in Developing Countries. Washington
D.C.

TD, Prabhu., Sarkar, P.K. 2016. Pedestrian Warrants For Developing Countries
By Simulation Approach. India.

Weinstein, Asha., Bekkouche, Vanessa., Irvin, Katja., Schlossberg, Marc., 2007.


How Far, by Which Route, and Why? A Spatial Analysis of Pedestrian
Preference. California.

Yan, Jian-bo., Zhao, Zhe., Liang, Dong., Ye, Shen-qiang. 2014. Pedestrian Flow
Characteristic of Typical Metro Station near the Commercial Property.
China.

Yao, Haowei., Wang, Qing e., Zhao, Zhe., Zheng, Yuanpan., Liang, Dong. 2016.
Pedestrian Flow Characteristics in Different Union of Metro Station.
China.
Zacharias, J. 2010. Pedestrian Behavior and Perception in Urban Walking
Environment. Journal of Planning Literature. Vol. 16, pp. 3-18.

Zhao, Zhe., Liang, Dong. 2016. Pedestrian Flow Characteristic of Metro Station
along with the Mall. China.

Zheng, Yinan., Elefteriadou, Lily., Chase, Thomas., Schroeder, Bastian.,


Sisiopiku, Virginia. 2016. Pedestrian Traffic Operations in Urban
Networks. USA.

You might also like