Professional Documents
Culture Documents
DI DALAM KOTA
ABSTRACT
ABSTRAK
Berjalan kaki merupakan salah satu pemilihan moda transportasi di dalam kota.
Karakteristik pejalan kaki dipengaruhi oleh kecepatan bergerak pejalan kaki,
lingkungan sosial dan kualitas pelayanan. Akses pejalan kaki perlu diperhitungkan
secara tepat, guna menciptakan ruas pedestrian yang nyaman dan aman. Kajian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pejalan kaki dengan cara
menganalisa fasilitas pelayanan dan karakteristik pejalan kaki di dalam kota
menggunakan metode observasi yang paling efektif. Metode observasi diperlukan
untuk mengamati pejalan kaki secara langsung dan tidak langsung. Beberapa
metode observasi yaitu, metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3),
metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6), metode observasi
survey/pengamatan secara langsung dan metode observasi angket/kuesioner. Hasil
kajian menunjukkan metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3)
menunjukkan karakteristik pejalan kaki dan kualitas pelayanan pejalan kaki.
Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) menunjukkan karakteristik
pejalan kaki yang lebih lengkap dan kualitas pelayanan pejalan kaki. Metode
observasi survey/pengamatan langsung, mendapatkan data karakteristik rute pada
ruas pedestrian dan non pedestrian yang menunjukkan tingkat pelayanan pejalan
kaki. Metode observasi angket/kuesioner mendapatkan data karakteristik rute,
waktu tempuh pejalan kaki yang menunjukkan tingkat pelayanan pejalan kaki.
Dari kajian tersebut, dapat disimpulkan metode observasi video (Corel Video
Studio Pro X6) lebih akurat untuk melakukan pengamatan pejalan kaki dan
kualitas pelayanannya. Faktor terpenting dalam kecepatan bergerak pejalan kaki
yang paling mendominasi yaitu umur, jenis kelamin, barang bawaan, ada/tidaknya
partner, akses termudah/terpendek ke lokasi tujuan serta waktu tempuh yang
sebanding dengan kualitas pelayanannya.
PENDAHULUAN
Salah satu pemilihan moda transportasi adalah berjalan kaki. Berjalan adalah cara
transportasi yang paling efisien dan efektif untuk mencapai tujuan singkat secara
langsung atau setelah menggunakan mode transportasi lainnya (Nazir et al., 2012).
Berjalan dilakukan dengan secara sendiri atau berkelompok dengan berbagai
tujuan (Rastogi et al., 2013). Pentingnya berjalan menciptakan kebutuhan besar
akan fasilitas pejalan kaki yang memadai untuk mempertahankan hubungan yang
berkelanjutan untuk transfer intermodal. Hal ini membutuhkan penyediaan fasilitas
berjalan yang eksklusif (Hasan et al., 2015). Pejalan kaki merupakan bagian dari
sistem transportasi yang tidak kalah pentingnya dibandingkan moda transportasi
lainnya. (Florez et al., 2014).
Pejalan kaki adalah orang yang berjalan kaki dengan cara berjalan atau berlari di
trotoar atau ruas pedestrian. Di beberapa komunitas, mereka yang bepergian
menggunakan roda kecil seperti sepatu roda, skateboard, skuter, serta pengguna
kursi roda juga disebut pejalan kaki (Austroads, 2009). Pejalan kaki juga dikenal
sebagai pengguna risiko paling tinggi dibandingkan dengan pengguna jalan
lainnya. Ini karena, pejalan kaki lebih terpapar bahaya saat menggunakan jalan
Pejalan kaki memiliki karakteristik tertentu dan biasanya karakteristik pejalan
kaki dipengaruhi oleh hal-hal lain (Bilema et al., 2016).
Selain itu, pejalan kaki harus memiliki kondisi yang mendukung perjalanan seperti
karakteristik lingkungan sosial dan pelayanan untuk pejalan kaki. Karakteristik
lingkungan menyangkut struktur ruang lingkungan disekitar ruas pejalan kaki
(Yao et al., 2016). Pelayanan ruas pedestrian harus memiliki beberapa kualitas
seperti aksesibilitas, kenyamanan, keandalan, keamanan, keselamatan dan
keramahan di ruas pedestrian (Florez et al., 2014). Kenyamanan merupakan
syarat utama dalam perencanaan fasilitas pejalan kaki dan merupakan salah satu
cara memilih rute tercepat (Weinstein et al., 2007). Pejalan kaki berjalan di mana
mereka merasa nyaman (fasilitas pedestrian) dan ketika mereka tidak merasa
nyaman, mereka berjalan di tempat lain (Corraza et al., 2016). Jalan kendaraan
harus sesuai dengan jalur pejalan kaki sehingga pengalaman berjalan yang positif
dapat diciptakan untuk pejalan kaki (Shah, 2010).
Fasilitas pejalan kaki dibagi menjadi dua jenis yaitu, tidak terganggu dan
terganggu. Bila fasilitas pejalan kaki tidak terpengaruh oleh mode perjalanan
bermotor maka dikenal sebagai fasilitas pejalan kaki yang tidak terganggu atau
fasilitas pejalan kaki di luar jalan dan sebaliknya. (HCM, 2010). Sedangkan,
fasilitas pejalan kaki yang terganggu adalah fasilitas yang terpengaruh oleh mode
transportasi lainnya atau hambatan. Hambatan yang terdapat di fasilitas pejalan
kaki berupa adanya aktivitas yang dapat mengganggu rute perjalanan pejalan kaki
(pedagang, parkir) di ruas pedestrian. Fasilitas pejalan kaki di luar jalan hanya
melayani lalu lintas non-bermotor dan terpisah dari lalu lintas kendaraan bermotor
sejauh lalu lintas tersebut tidak mempengaruhi kualitas layanan mereka (Sahani et
al., 2013).
Ada tiga kategori umum dari fasilitas pejalan kaki eksklusif yaitu, jalan setapak,
area lintas arus, dan tangga. Ambang batas tingkat pelayanan untuk setiap kategori
berbeda, namun semuanya didasarkan pada konsep ruang per pejalan kaki, yang
merupakan ukuran kenyamanan pejalan kaki dan mobilitas (Sahani et al., 2013).
Lingkungan perkotaan memainkan peran penting terhadap keputusan pejalan kaki
untuk berjalan dan memilih karena pejalan kaki mendengar, melihat, mencium dan
merasakan lingkungan sekitar (Zacharias, 2010).
Di daerah pemukiman (urban area) dan di kawasan pusat bisnis, ruas pejalan kaki
sering mengalami masalah dengan arus lalu lintas kendaraan. Sehingga
berdampak pada penundaan arus, meningkatnya kecelakaan lalu lintas dan
keselamatan jiwa pejalan kaki yang disebabkan oleh kurangnya fasilitas untuk
pejalan kaki. (Zheng et al., 2016).
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan pejalan kaki dengan cara
menganalisa fasilitas pelayanan dan karakteristik pejalan kaki yang berfokus di
dalam kota menggunakan metode observasi yang paling efektif.
PERBANDINGAN METODE
Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mengetahui kualitas pelayanan dan
karakteristik pejalan kaki di kota. Salah satunya adalah observasi. Observasi
adalah suatu pengamatan yang dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan cara
berinteraksi atau survey secara langsung ke lokasi. Pengamatan tidak langsung
adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat. Alat yang biasa
digunakan adalah kamera.
1. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3) (Yan et al., 2014)
Dalam metode ini observasi yang dilakukan yaitu pengambilan data dengan
menggunakan video. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan kamera yang
diletakkan di tempat yang dapat melihat secara langsung ruas pedestrian. Waktu
yang digunakan untuk observasi ini dipilih pada hari kerja dan akhir pekan.
Perangkat lunak yang digunakan dalam metode ini adalah corel video studio pro
x3. Perangkat lunak ini digunakan untuk menganalisis video penangkapan.
Namun, dalam penggunaannya perangkat lunak ini masih sederhana. Waktu yang
dibutuhkan diukur saat penumpang bergerak dalam jarak tertentu S. Dan waktu
yang dibutuhkan adalah perekam dan diberi nama 1 T, 2 T, ..., sesuai dengan
rumus V = S / T, sehingga kecepatan yang sesuai dari setiap orang adalah 1 V, 2
V (Yan et al., 2014).
2. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) (Zhao, 2016)
Waktu yang dibutuhkan diukur saat pejalan kaki bergerak dalam jarak yang
ditentukan S. Waktu yang dibutuhkan adalah perekam dan diberi nama T, sesuai
dengan rumus V = S / T, sehingga kecepatan masing-masing orang adalah V
(Zhao, 2016).
Data yang diambil yaitu berupa volume arus pejalan kaki, volume arus lalu lintas,
dan data penggunaan lahan di wilayah studi sebagai data primer untuk analisis ini.
Sehingga didapatkan karakteristik rute yang mempengaruhi karakteristik pejalan
kaki (Nakamura, 2015).
Isi dari metode kuesioner yaitu berupa informasi tentang pengguna seperti usia,
jenis kelamin, tempat dan karakteristik pejalanan yang diambil (karakteristik rute)
serta kuesioner yang menanyakan alasan mengapa orang memilih untuk berjalan
kaki. Alasan yang dinyatakan oleh pejalan kaki yaitu seperti kecepatan, kedekatan
(interaksi antar pejalan kaki), kenyamanan, menghindari kebingungan,
keterbatasan parkir (jika membawa kendaraan) dan aksesibilitas (Florez et al.,
2014).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X3) (Yan et al., 2014)
Metode ini harus dilakukan diminimal dua tempat berbeda. Hal ini disebabkan
perlunya dilakukan perbandingan arus karakteristik pejalan kaki (jenis kelamin,
usia, jenis sepatu yang digunakan, waktu, jarak, kecepatan). Kemudian dilakukan
identifikasi hal apa saja yang mempengaruhi karakteristik pejalan kaki (Yan et al.,
2014).
K
e
c
e
p
a
t
a
n
m/s
Umur
K
e
c
e
p
a
t
a
n
m/s
Dari grafik tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa, kecepatan bergerak pejalan
kaki dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki pejalan kaki. Karakteristik
tersebut adalah, umur dan jenis sepatu yang digunakan pejalan kaki. (Yan et al.,
2014).
Salah satu karakteristik yang dimiliki pejalan kaki adalah umur. Ternyata
diketahui bahwa, umur menjadi hal yang penting karena mempengaruhi
kemampuan fisik dan persepsi pejalan kaki terhadap lingkungan sekitar (Hodgson
et al., 2014). Bagi anak-anak dengan rentang umur 0-15 tahun, dapat dipastikan
kecepatan bergerak mereka lebih lambat. Dikarenakan mereka belum memiliki
kemampuan untuk bertindak normal dan biasanya perlu ditemani oleh orangtua.
Bagi orang dewasa diatas umur 60 tahun meskipun kemampuan fisiologisnya
terganggu, pejalan kaki yang lebih tua menunjukkan kecepatan yang sama di
antara mereka terutama pada pola akselerasi bergerak mereka (Menz et al., 2013).
Selain itu, pada observasi ini diketahui juga bahwa penggunaan sepatu juga dapat
mempengaruhi kecepatan seseorang, terutama wanita yang menggunakan sepatu
hak tinggi, sandal atau flatshoes (Yan et al., 2014).
2. Metode observasi video (Corel Video Studio Pro X6) (Zhao, 2016)
Berikut ini profil kecepatan empat kelompok orang, yaitu remaja putri, remaja
putra, lansia dan anak-anak. Secara umum, para pemuda memiliki kecepatan
tercepat dan anak-anak memiliki kecepatan paling lambat.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi orang dewasa muda mencapai
87,7% dari semua. Kecepatannya bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin. Hasil
statistik menunjukkan kecepatan rata-rata laki-laki muda adalah 1.14-1,40 m/s,
dan kecepatan rata-rata perempuan adalah 1.05-1,35 m/s yang 5% lebih lambat
dari pada laki-laki (Zhao et al., 2016).
b. Barang bawaan
Tas belanja atau barang bawaan ini tidak hanya mempengaruhi kecepatan diri,
tapi juga dapat mempengaruhi kecepatan pejalan kaki (Patra et al., 2017).
Menurut penelitian ini diketahui bahwa pejalan kaki yang membawa barang
bawaan (mungkin lebih besar) tidak hanya mempengaruhi kecepatannya sendiri
tapi juga dapat mempengaruhi kecepatan pejalan kaki di dekatnya (Zhao et al.,
2016).
Dari data tersebut diketahui bahwa proporsi pejalan kaki tanpa barang bawaan
adalah 34,9%, barang bawaan yang kecil (seperti tas kecil) memiliki proporsi
pejalan kaki sebesar 49,1%, barang bawaan yang berukuran sedang dan besar
memiliki proporsi berjalan sebesar 16%. Pejalan kaki dengan barang bawaan tidak
atau kecil berjalan lebih cepat daripada pejalan kaki dengan barang. (Zhao et al.,
2016).
Dari hasil penelitian ini akan didapatkan perbandingan rata-rata arus pejalan kaki
pada segmen jalan pedestrian dan non pedestrian. Hasil yang dapat dipastikan
bahwa rata-rata arus pejalan kaki akan lebih di segmen jalan pedestrian.
Perhitungan rata-rata per jam oleh setiap segmen ruas jalan diubah menjadi
pejalan kaki per jam. Setelah didapatkan perhitungan rata-rata per jam maka
dilakukan pengukuran faktor aksesibilitas. Sehingga, akan didapatkan
karakteristik rute dengan mengidentifikasi rute jalan dan perhitungan jalan
terpendek ke lokasi tujuan (Nakamura, 2015).
Selain itu dari penelitian ini juga memberikan bukti empiris yang berguna untuk
pengembangan jaringan jalan yang berkualitas bagi pejalan kaki pada skala
lingkungan. Kurangnya pengetahuan tentang dampak karakteristik jalan
lingkungan terhadap akses pejalan kaki membuat perbaikan jalan ke situs
individual terbatas yang berguna untuk menghindari dampak negatif pada lalu
lintas. Hasil penelitian ini dapat membantu mengidentifikasi di mana dan
perbaikan apa yang harus dilakukan. Hal ini sangat penting untuk perbaikan jalan
yang menghubungkan beberapa tujuan di dekatnya untuk pejalan kaki di pusat
kota (Nakamura, 2015).
Di Brazil, sekelompok pejalan kaki membenarkan pilihan untuk berjalan kaki agar
"menghindari kebingungan". Aspek ini terkait dengan atribut kepercayaan dan
keamanan, yang berarti bahwa pengguna ini menganggap bahwa melakukan
perjalanan dengan sistem transportasi lain dapat menjadi lebih kompleks dan
melibatkan unsur-unsur yang berada di luar kendali mereka, seperti waktu tunggu,
ketersediaan transportasi umum dan pencarian parkir. Selain itu, keterbacaan dari
rute berjalan dan pengalaman sebelumnya dalam mengambil rute seperti
kenyamanan pengambilan rute. Pejalan kaki juga disebutkan sebagai faktor positif
untuk berjalan dalam kondisi lingkungan sosial (kelompok yang menyenangkan),
yang menunjukkan bahwa teman-teman mendorong perjalanan berjalan dan,
dalam kasus pertandingan di Maracanã, ini juga merupakan elemen yang relevan
(Florez et al., 2014)
Tiga perempat pejalan kaki yang memiliki kendaraan mengungkapkan bahwa
pilihan untuk berjalan kaki dilakukan karena kesulitan parkir. setengah pejalan
kaki yang diwawancarai memiliki mobil dan sepertiga dari pejalan kaki
melakukan perjalanan lebih lama dari 20 menit dan menambahkan fakta bahwa
persepsi kualitas berbanding terbalik dengan waktu tempuh (sesuai dengan hasil
kuesioner komplementer), dapat disimpulkan bahwa ada sekelompok individu
yang rentan terhadap perubahan dari berjalan ke mode bermotor, terutama mobil
dan taksi (Florez et al., 2014).
Selain itu, pejalan kaki diminta untuk mengevaluasi kualitas perjalanan berjalan
dari lokasi asal mereka ke lokasi tujuan, sesuai dengan masing-masing mode
utama yang digunakan (Carreno et al., 2012).
Tabel 5. Penilaian terhadap kualitas pelayanan pejalan kaki
Penilaian Skor
1 Sangat Buruk
2 Buruk
3 Teratur
4 Bagus
5 Sangat Bagus
Sumber: Carreno et al., 2012.
Semakin lama waktu tempuh yang digunakan (karakteristik rute) maka, semakin
buruk nilai evaluasi yang didapatkan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
karakteristik dari pejalan kaki dapat mempengaruhi kualitas pelayanan pedestrian.
(Sahani et al., 2013). Orang cenderung berjalan lebih jauh dan lebih sering berada
di ruas pedestrian dengan kualitas yang bagus (Kelly et al., 2011).
KESIMPULAN
Karakteristik pejalan kaki yang mendominasi adalah umur, barang bawaan, jenis
kelamin dan ada/tidaknya partner berjalan. Karakteristik rute meliputi akses
pejalan kaki termudah dan terpendek ke lokasi tujuan. Semakin lama nilai tempuh
(rute) maka, semakin buruk nilai evaluasi (kualitas pelayanan) yang didapatkan.
Sehingga kualitas pelayanan pejalan kaki akan baik apabila jarak semakin dekat.
REFERENSI
Bahari, Noor Iza., Arshad, Ahmad Kamil., Yahya, Zahrullaili. 2014. Assessing
Pedestrian Profile According to Age and Gender in Central Business
District, Kuala Lumpur, Malaysia. Malaysia.
Cieslak, Iwona., Szuniewicz, Karol. 2015. The quality of pedestrian space in the
city: a case study of Olsztyn. Poland.
Corazza, Maria Vittoria., Mascio, Paola Di., Moretti , Laura. 2016. Managing
sidewalk pavement maintenance: A case study to increase pedestrian
safety. Italy.
Hodgson, F. C., Page, M., & Tight, M. 2014. A Review of factors which influence
pedestrian use of the streets : Measuring pedestrian accessibility. ITS
Working Paper 581 (pp. 1–34).
Lv, Wei., Fanng, Zhiming., Wei, Xiaoge., Song, Weiguo., Liu, Xuan., 2013.
Experiment and modelling for pedestrian following behavior using
velocity-headway relation, China.
Montufar, M., Arango, J., Porter, M., and Nakagawa, S. 2007. Pedestrians normal
walking speed and speed when crossing a street. Transportation Research
Record 2002, Transportation Research Board, Washington, DC, 90–97
Nakamura, Kazuki. 2015. The Spatial Relationship between Pedestrian Flows and
Street Characteristics around Multiple Destinations. Japan.
Nazir, Md. Imran., Adhikary, Sajal Kumar., Hossain, Quazi Sazzad, Ali, Syed
Ashik. 2012. Pedestrian Flow Characteristics in Khulna Metropolitan
City. Bangladesh.
Shah, M.Z. 2010. Rating Pedestrian Facilities With P-Index and The Application
of Google Map. Malaysia.
Shah, Jiten H., Joshi, Gaurang J., Parida, Purnima M., Arkatkar, Shiriniwas.
2016. Determination of Pedestrian Level of Service for Undivided
Stairways at Suburban Rail Stations in Developing Countries. Washington
D.C.
TD, Prabhu., Sarkar, P.K. 2016. Pedestrian Warrants For Developing Countries
By Simulation Approach. India.
Yan, Jian-bo., Zhao, Zhe., Liang, Dong., Ye, Shen-qiang. 2014. Pedestrian Flow
Characteristic of Typical Metro Station near the Commercial Property.
China.
Yao, Haowei., Wang, Qing e., Zhao, Zhe., Zheng, Yuanpan., Liang, Dong. 2016.
Pedestrian Flow Characteristics in Different Union of Metro Station.
China.
Zacharias, J. 2010. Pedestrian Behavior and Perception in Urban Walking
Environment. Journal of Planning Literature. Vol. 16, pp. 3-18.
Zhao, Zhe., Liang, Dong. 2016. Pedestrian Flow Characteristic of Metro Station
along with the Mall. China.