You are on page 1of 1
ke dalam watasnya. Ptolemaeus menyampaikan batasnya sampai ke Riqqah. Bangsa Arab sendiri memasukkan Semenanjung Sinai, Palestin dan Suriah (Syria) ke dalam jazirahnya. Tetapi kalau yang kita maksud dengan jazirah Arab itu, iaitu negeri- negeri yang biasanya diduduki oleh bangsa Arab, maka akan jelaslah bahwasanya watas-watas tanah itu tidak dapat ditetapkan menurut satu ukuran, tetapi harus menurut perkisaran dan pertukaran masa. Di zaman dahulu tempat tempat yang didiami oleh bangsa Arab itu memanjang sampai ke tepi sungai Furat sebelah barat dan sampai pula ke tepi sungai Nil, sebab di zaman pemerintahan Raja-raja Fir‘aun bangsa Arab itu menegakkan khemahnya juga di pinggir Sungai Nil sampai ke pinggir Lautan Merah. Bangsa Mesir sendiri mempunyai pandangan sejak zaman _ purbakala bahwasanya tanah-tanah yang di sebelah timur negeri mereka sampai ke watas negeri Babil hanya terhitung satu negeri saja, iaitu negeri Arab. Apalah bedanya dengan orang Sumatera yang datang ke tanah Minahasa misalinya, walaupun dia orang Bengkulen atau orang Tapanuli, namun semuanya mereka hitungkan saja satu asal, iaitu orang Sumatera. Lantaran itu maka pembicaraan kita sekarang ialah memandang jazirah Arab menurut pandangan sekarang, bukan pandangan purbakala. Sampai sekarang masih banyak lagi tumpak-tumpak Tanah Arab itu yang belum diketahui, meskipun penyelidikan ke jurusan itu tiada pernah dihentikan. Ahli-ahli pengetahuan dari hal bumi dari bangsa Amerika paling akhir ini amat bersungguh-sungguh melanjutkan penyelidikan itu, yakni sejak Raja Ibnu Saud mengizinkan suatu maskapai Amerika membuka suatu tambang minyak yang paling besar di Alhassa.

You might also like