You are on page 1of 11

PENGARUH MASSAGE EFFLEURAGE TERHADAP TINGKAT

NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF PADA IBU BERSALIN


DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN 2015

Sri Wahyuni*, Endang Wahyuningsih

STIKES Muhammadiyah Klaten

ABSTRAK

Tindakan mengusap-usap abdomen secara perlahan seirama dengan


pernapasan saat kontraksi, digunakan supaya ibu tidak memusatkan perhatiannya
pada kontraksi dengan menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Nyeri
persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang terkait
dengan kontraksi uterus dilatasi dan penipisan serviks serta penurunan janin
selama persalinan. Sebagian besar persalinan (90%) disertai nyeri, bahkan sampai
nyeri hebat. Penanganan non farmakologi merupakan salah satu alternatif untuk
mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh massage effleurage
terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten.Jenis penelitian yang digunakan adalah
kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan quasy eksperimen dengan
rancangan one group pretest-posttest tanpa kelompok kontrol. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan non probobality sampling
dengan metode purposive sampling sebanyak 28 responden. Teknik pengumpulan
data menggunakan lembar observasi skala nyeri NRS. Analisa data menggunakan
uji paired T-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri responden pada
kelompok sebelum diberikan massage effleurage pada rata-rata 5,11 dan setelah
diberikan massage effleurage rata-rata 2. Hasil analisis data selanjutnya
didapatkan hasil statistik signifikan p 0,000;α=0,05.Simpulan massage effleurage
berpengaruh untuk menurunkan nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu
bersalin di bangsal bersalin RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten. Saran
hasil penelitian dapat digunakan sebagai alternatif terapi untuk mengurangi nyeri
persalinan kala I fase aktif persalinan.

Kata Kunci : massage effleurage, nyeri persalinan kala I fase aktif, ibu bersalin
44 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

I. PENDAHULUAN
Menurut data WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang (Joseph,
2010). Menurut pendapat James (2005) yang menyatakan adanya rasa takut
dan kecemasan atau ansietas terjadi pada 90% ibu melahirkan (multi atau
primigravida).Partus lama rata-rata di dunia menyebabkan kematian ibu
sebesar 8% dan di Indonesia sebesar 9%. Dari hasil survei (SKRT 2012)
diketahui bahwa partus lama merupakan komplikasi penyebab kematian ibu
yang terbanyak nomor 5 di Indonesia (Amiruddin, 2013).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006).Kala I persalinan
adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan
serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm)
pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multigravida kira-kira 7 jam (Prawirohardjo, 2008). Proses kala I disertai
nyeri yang merupakan suatu proses fisiologi, merupakan pengalaman yang
subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi
dan penipisan serviks (Arifin, 2008).
Upaya untuk mengatasi nyeri persalinan dapat menggunakan metode
non farmakologi. Metode non farmakologi mempunyai efek non invasif,
sederhana, efektif, dan tanpa efek yang membahayakan, meningkatkan
kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontol perasaannya dan
kekuatannya. Untuk itu masyarakat banyak yang memilih metode non
farmakologi di bandingkan metode farmakologi. Metode non farmakologi
yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri persalinan antara lain
homeopathy, massage effleurage, imajinasi, umpan balik biologis, terapi
musik, akupresure, massage counterpresure, hipnobirthing, waterbirth,
relaksasi dan akupuntur (Danuatmaja B & Meliasari M, 2008).
Ada dua teknik pemijatan abdomen yang dilakukan dalam persalinan
yaitu counterpresssure dan effleurage.Massage atau pijatan pada abdomen
(effleurage) adalah bentuk stimulasi kulit yang digunakan selama proses
persalinan dapat menimbulkan efek relaksasi (Moondragon, 2006). Relaksasi
yang dialami ibu merangsang otak untuk menurunkan kadar hormon
adrenalin dan meningkatkan produksi oksitosin yang merupakan faktor
penting timbulnya kontraksi uterus yang adekuat (Chapman,2006).
Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 12
Januari 2014 di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten, yaitu
persalinan pada bulan 01 Desember 2014 – 31 Desember 2014 berjumlah
Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih, Pengaruh Massage Effleurage …. 45

265 ibu bersalin, 43 diantaranya ibu bersalin secara tindakan seperti induksi/
stimulasi, 60 ibu bersalin secara SC, 20 ibu bersalin secara VE, dan 142
sisanya ibu bersalin secara normal.Dari studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti diperoleh hasil banyak ibu inpartu belum mengetahui tentang
teknik pengurangan rasa nyeri persalinan. Nyeri persalinan yang tidak dapat
diatasi dapat berakibat pada kegawatan janin dan kegawatan pada ibu.
Berdasarkan uraian tersebut dan melihat banyaknya ibu inpartu yang
belum mengetahui tentang manajemen pengurangan rasa nyeri maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Massage effleurage
terhadap tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di RSU
PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten”.

II. METODE PENELITIAN


Jenis penelitian yang akan digunakan adalah kuantitatif dengan desain
penelitian Quasy-Eksperimen dengan rancangan one group pre test-post test
design tanpa kelompok control. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
bersalin normal di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu, Klaten pada bulan
Desember sejumlah 142 orang ibu bersalin normal. Sampel dalam penelitian
ini adalah ibu bersalin normal primigravida yang ada di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Maret
sampai Mei 2015.
Peneliti mengambil sampel 20% dari 142 jumlah populasi,
perhitungannya yaitu :S = 20% x 142 =28,4 di bulatkan menjadi 28 orang.
Untuk mengantisipasi klien yang drop out maka jumlah sampel ditambah
10% menjadi 31 orang tanpa kelompok kontrol. Jadi, sampel dalam
penelitian ini sebanyak 31 ibu bersalin primigravida yang mengalami nyeri
persalinan kala I fase aktif di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu.
Teknik pengambilan subjek dengan purposive sampling dengan kriteria
inklusi dan eksklusif. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah Inpartu
primigravida kala I fase aktif pembukaan 4-6 cm, Usia 20-35 tahun, Ibu
inpartu dengan umur kehamilan 37-40 minggu, Ibu dapat di ajak
berkomunikasi, Bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah Ibu mengalami penyulit persalinan, Ibu bersalin dengan
tindakan (SC, induksi persalinan dan vacum ekstraksi), Ibu yang tidak bisa
diajak berkomunikasi, Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi untuk data demogravi, dan skala NRS untuk tingkat nyeri. Untuk
analisis data menggunakan uji statistic paired t-tes.
46 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

III. HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data yang bersifat
kategori yaitu data demografi ibu inpartu meliputi usia, pendidikan,
dan pekerjaan yang digambarkan dalam bentuk prosentase.

a. Karakteristik reponden berdasarkan umur


Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
usia di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Tahun 2015
(N=28)
Umur Frekuensi Presentase
20 – 25 16 57,1
26 – 30 11 39,3
31 – 35 1 3,6
Jumlah 28
Sumber : Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden
paling banyak adalah usia 20-25 tahun sebanyak 16 responden
(57,1%) dan usia responden paling sedikit adalah usia 31-35 tahun
sebanyak 1 responden (3,6%).
b. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Tabel 4.2. Frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pendidikan di RSU PKU Muammadiyah Delanggu Tahun
2015 (N=28)

No Pendidikan Frekuensi Presentase


1 SD 1 3,6
2 SMP 10 35,7
3 SMA 15 53,6
4 PT 2 7,1
Jumlah 28
Sumber : Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa berdasarkan
tingkat pendidikan, responden yang paling banyak berpendidikan
SMA yaitu 15 responden (453,6%) dan yang paling sedikit
berpendidikan SD yaitu 1 responden (7,1%).
Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih, Pengaruh Massage Effleurage …. 47

c. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


Tabel 4.3. Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten
Tahun 2015 (N=28)

No Pekerjaan Frekuensi Persentase


1 IRT 13 46,4
2 PNS 2 7,1
3 Karyawati 7 25
4 Wiraswasta 6 21,4
Jumlah 28
Sumber : Data Primer Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pekerjaan


reaponden paling banyak IRT 13 responden (46,4%) dan paling
sedikit PNS 2 responden (7,1%).
d. Karakteristik responden berdasarkan skala nyeri
Tabel 4.4. Analisis pengaruh massage effleurage terhadap tingkat
nyeri persalinan kala I fase aktif di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten (N=28)

Waktu N Mean ±SD Median Minimum –


Pengukuran Maksimum
Tingkat Nyeri
Sebelum 28 5,11± 0,875 5 4–6
Sesudah 28 2 ± 1,155 2 0–4
Sumber : Data Primer Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan tingkat nyeri persalinan


sebelum diberikan perlakuan adalah nyeri tingkat sedang (rata-rata
5,11) dan setelah diberi perlakuan adalah nyeri tingkat ringan (rata-
rata 2).

2. Analisis bivariat
Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov
Test dengan hasil nilai P sebelum massage effleurage adalah 0,029 dan
nilai P sesudah massage effleurage adalah 0,153 maka dapat dilanjutkan
dengan melakukan uji Paired T-test untuk mengetahui perbedaan tingkat
nyeri sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
48 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

Tabel 4.5. Analisis pengaruh massage effleurage terhadap tingkat nyeri


persalin kala I fase aktif di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu Klaten Tahun 2015 (N=28)

Waktu N Minimum Maksimum Mean Std. T P


Pengukuran devisiasi
Tingkat
Nyeri
Sebelum 28 4 6 5,11 0,875 14,507 0.000
Sesudah 28 0 4 2 1,155
Sumber : Data Primer Tahun 2015

Setelah diakukan uji Paired T-test dari tabel hasil statistik


didapatkan nilai p sebesar 0.000. Dengan demikian nilai p lebih kecil dari
α (5%) atau 0.05 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima, maka massage
effleurage berpengaruh menurunkan tingkat nyeri persalinan kala I fase
aktif.

B. Bahasan
1. Usia
Berdasarkan karakteristik responden dari usia, responden yang
paling banyak berusia 20-25 tahun sebanyak 16 responden (57,1%) dan
paling sedikit usia 31-35 tahun sebanyak 1 responden (3,6%). Hasil
penelitian tersebut dilihat dari rata-rata usia responden menunjukkan
kelompok usia yang relatif aman untuk melahirkan (Kumala, 2012)
menjelaskan usia ini secara fisik sangat ideal untuk menikah dan hamil
karena di usia ini fungsi organ reproduksi masih optimal. Kematangan
mental dan emosional di usia ini juga jauh lebih siap.
Pada persalinan usia kurang dari 20 tahun dan usia di atas 35
tahun banyak beresiko terhadap kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan
dan persalinan pada ibu dengan usia 20-35 tahun merupakan kelompok
umur kesehatan reproduksi yang optimal. Persalinan dipengaruhi oleh
usia karena usia merupakan pencetus timbulnya nyeri karena semakin
bertambahnya usia seseorang akan berubah dan berbeda sesuai dengan
usia (Wiknjosastro, 2005). Usia reproduksi sehat adalah usia yang baik
untuk hamil, bersalin, nifas dan sehat secara fisik, mental, dan
kesejahteraan social secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan system dan fungsi, serta proses reproduksi dan bukan hanya
kondisi yang bebas dari penyakit atau kecacatan (Kusmiran, 2011).
Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih, Pengaruh Massage Effleurage …. 49

Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi nyeri


persalinan menurut Shewen, Scoloveno & Weingarten (1999) cit ask
midwife 2011. Diantaranya adalah usia yang menerangkan wanita
dengan usia muda mengalami peningkatan nyeri dibandingkan usia tua
karena memiliki kontraksi rahim yang kuat, serviks lebih lembut dan
kurang sensitive dibandingkan dengan wanita usia muda. Penelitian
yang dilakukan oleh Lydwdina (2011) dengan judul presepsi nyeri pada
persalinan normal. Dari 447 perempuan ditemukan nyeri pada awal
persalinan menurun secara nyata dengan meningkatnya usia.
2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pendidikan
responden pada kelompok paling banyak adalah SMA yaitu 15
responden (53,6%) dan paling sedikit berpendidikan SD yaitu sebanyak
1 responden (3,6%). Tingkat pendidikan secara umum mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam menerima dan memahami informasi
kondisi dan lingkungan sekitarnya, sehingga mempengaruhi cara
pandang dan pemilihan copping dalam menyelesaikan masalah.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
pengetahuan. Pendidikan responden mempengaruhi pengetahuan
responden, karena semakin tinggi pendidikan responden maka semakin
mudah untuk menerima informasi baru (Notoatmodjo, 2012)
Pendidikan berkaitan dengan pemahaman seseorang dan
memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada umumnya berguna
dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku, pola pengambilan
keputusan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesadaran dan
pemahaman terhadap stimulus. Respon terhadap nyeri persalinan setiap
orang berbeda karena adaptasi yang digunakan individu berbeda sesuai
dengan tingkat pendidikan. Individu dengan tingkat pendidikan rendah
menggunakan adaptasi yang mal adaptif sedangkan individu dengan
tingkat pendidikan tinggi menggunakan adaptasi yang adaptif (Perry &
Potter, 2005). Dengan demikian pendidikan yang rendah akan
berdampak pada pemahaman terhadap terjadinya nyeri maupun
penatalaksanaan nyeri.
Penelitian yang dilakukan oleh Lydwina (2011) dengan judul
Presepsi nyeri pada persalinan normal didapatkan hasil dari 155 ibu
bersalin menunjukkan pendidikan lebih tinggi berhubungan rasa nyeri
lebih rendah pada fase aktif. Wanita berpendidikan tinggi menghadapi
nyeri lebih baik dari pada wanita berpendidikan rendah.
50 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dari peneliti adalah


pendidikan berpengaruh terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
Responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA atau PT tingkat
skala nyerinya rata-rata 5 sedangkan SD dan SLTP skala nyerinya rata-
rata 6. Dapat disimpulkan semakin tinggi pendidikan semakin mudah
beradaptasi secara adaptif dalam mengatasi nyeri persalinan.
3. Pekerjaan
Berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak adalah IRT
yaitu 13 responden (46,4%) dan yang paling sedikit bekerja sebagai
PNS yaitu 2 responden (7,1%). Potter & Perry (2005) menyatakan
bahwa tingkat pekerjaan bukan merupakan variabel langsung yang
dapat mempengaruhi tingkat nyeri, namun pekerjaan menimbulkan
efek keletihan yang akan meningkatkan presepsi seseorang terhadap
rasa nyeri yang dialami dan menurunkan kemampuan copping, karena
tidak dapat memusatkan perhatian terhadap relaksasi yang diberikan
yang di harapkan dapat mengurangi nyeri. Berdasarkan hasil penelitian,
analisis dari peneliti adalah pekerjaan tidak begitu berpengaruh
terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif.
4. Skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan massage effleurage
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa rata-rata nyeri sebelum
dilakukan massage effleurage rata-rata nyeri persalinan yang dialami
responden adalah 5,11 dengan tingkat nyeri sedang dan rata-rata nyeri
persalinan sesudah pemberian massage effleurage sebesar 2 dengan
tingkat nyeri ringan.
Nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam
tubuh ke otak dan diikuti oleh fisik, psikologis maupun emosional
dikemukakan oleh Uliyah dan Hidayat (2010).
Nyeri persalinan disebabkan oleh dua hal, antara lain karena
kontraksi uterus, adanya dilatasi serviks, pendataran dan peregangan
mulut rahim. Ciri dari nyeri persalinan kala I adalah semakin sering
bertambah kuat serta lebih lama sakitnya sesuai dengan yang
dikemukakan Simkim, yaitu dalam persalinan sejati kontraksi akan
bertambah kuat, panjang dan berdekatan waktunya.
Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih, Pengaruh Massage Effleurage …. 51

5. Pengaruh massage effleurage terhadap nyeri persalinan kala I fase aktif


pada ibu bersalin
Berdasarkan hasil analisis pengaruh massage effleurage terhadap
penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif didapatkan nilai
p=0,000; α=0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pemberian massage effleurage sangat berpengaruh terhadap nyeri
persalinan kala I fase aktif di RSU PKU Muhammadiyah Delanggu
tahun 2015. Perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pemberian
massage effleurage dapat digunakan untuk intervensi pada saat
mengalami nyeri persalinan.
Hal ini sesuai sebagaimana dinyatakan oleh peneliti sebelumnya
bahwa sumber nyeri persalinan adalah iskemia jaringan, peregangan
segmen bawah rahim, penipisan dan pembukaan serviks. Semakin
besar dilatasi pembukaan serviks semakin meningkat pula intensitas
nyeri, faktor-faktor inilah yang perlu dikontrol untuk mencegah atau
mengurangi nyeri persalinan. Ibu yang berkonsentrasi menikmati
massage effleurage membuat ibu menjadi relaks dan tenang sehingga
oksitosin akan mengalir, oksitosin sangat berpengaruh dalam kontraksi
uterus, oksitosin yang mengalir lancar dalam tubuh ibu saat ibu
menjelang persalinan membuat kontraksi ibu menjadi adekuat,
kontraksi rahim yang adekuat berbanding lurus dengan pembukaan
serviks. Semakin adekuat kontraksi rahim, semakin cepat pembukaan
dan penipisan serviks.
Teori Simkin,P, (2008) yang menyatakan bahwa faktor psikis
dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat penting
mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Menurut Maramis
(2005) kecemasan tingkat sedang memungkinkan seseorang untuk
memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain.
Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang lebih terarah. Sehingga ibu dapat memusatkan
perhatian untuk berkonsentrasi dalam mendapatkan dan merasakan
massage effleurage sesuai yang diarahkan oleh peneliti. Sesuai dengan
riset yang menunjukkan bahwa massage effleurage dapat
mempengaruhi psikologis ibu inpartu dalam hal ini massage effleurage
dapat membuat rileks, mengurangi ketegangan otot, dan menekan
produksi hormon stress. Begitu ibu menjadi relaks dan tenang, otaknya
akan kembali ke mode primitif dan oksitosin akan mengalir, sehingga
akan segera dibanjiri dengan endorphin yang menghilangkan nyeri
(Chapman, 2006).
52 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 10, Juni 2015

C. Keterbatasan Penelitian
Untuk menghindari faktor subjektifitas, pengumpulan data tentang
intensitas nyeri tidak dilakukan peneliti. Namun telah diupayakan
semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil yang baik dengan
meminta bantuan orang lain untuk melakukan pengukuran (Bidan dan
fisioterapis). Untuk menentukan parameter nyeri seharusnya dengan
pemeriksaan kadar endorphin, namun karena keterbatasan sumber daya
sehingga dalam penelitian ini tidak dilakukan pemeriksaan kadar
endorphin, tetapi telah diupayakan semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang baik dengan menggunakan NRS yang sudah
terbukti validitas dan reliabilitasnya.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan
Berdasarkan (Umur, Pendidikan dan Pekerjaan) umur responden
rata-rata adalah 20-25 tahun, pendidikan responden SMA dan pekerjaan
responden ibu rumah tangga. Skala nyeri ibu sebelum dilakukan
massage effleurage pada persalinan kala I fase aktif didapatkan nilai
rata-rata 5,11 yaitu tingkat nyeri sedang. Skala nyeri ibu sesudah
dilakukan massage effleurage pada persalinan kala I fase aktif
didapatkan nilai rata-rata 2 yaitu tingkat nyeri ringan.Hasil penelitian
menunjukan bahwa massage effleurage berpengaruh untuk menurunkan
nyeri persalinan kala I fase aktif pada ibu bersalin di bangsal Bersalin
RSU PKU Muhammadiyah Delanggu Klaten.
B. Saran
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bidan melalui
seminar ataupun pelatihan mengenai manajemen atau teknik rasa nyeri
saat persalinan dengan kolaborasi staf bagian fisioterapi dan
mengaplikasikan tindakan ini untuk menangani masalah nyeri persalinan
saat kala I fase aktif sehingga penggunaan obat analgesik dapat
diminimalkan.
Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih, Pengaruh Massage Effleurage …. 53

DAFTARPUSTAKA

. 2012. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Diaskes Tanggal 30 November


2014 Jam 20.30 WIB. Di dapat dari www.dinkesjatengprov.go.id
Amiruddin,R. 2013. Faktor Resiko Kejadian Partus Lama di RSIA Siti Fatimah
Arifin, L. 2008. Teknik Akupresur pada persainan.Trans Info Medika. Jakarta.
Chapman,V. 2006. TheMidwife’s Labour and Birth Handbook. Blackwell
Publishing, Oxford
Danuatmaja,B.2008. Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. Puspa Swara, Jakarta.
Harckness, Dickner. 2008. Medical Surgical Nursing, Total Patient Care, 9nd ed.
Mosby Company. St. Louis.
Judha, M. 2012. Teori Pengukuran & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Kumalasari, I. 2012. Kesehatan Reproduksi. Salemba Medika. Jakarta
Maramis,W.F. 2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press,
Moondragon. 2008. Effleurage & Massage. Diakses tanggal 03 Desember 2014.
http://www.moondragon.org/pregnancy/effleurage.html
Notoatmojo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta.
Prawirohardjo, S. 2008.Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Potter, P, A., & Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume
2. Jakarta: EGC.
Riskesdas 2013. Kementrian Kesehatan RI. Jakarta
Saifuddin,A B, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sawono Prawirohardjo, Jakarta.
Simkin,P. 2008. Buku Saku Persalinan. EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Bedah Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sawono
Prawirohardjo, Jakarta.

You might also like