You are on page 1of 9

Nama : Ari Wahyuningsih

NIM : 132110045

Progdi : FKIP/PBSI/5B

B. TES KOMPETENSI MENULIS

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kompetensi berbahasa paling


akhir dikuasai pembelajar bahasa setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan
membaca. Dibanding tiga kompetensi berbahasa yang lain, kompetensi menulis secara umum
boleh dikatakan lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan
sekalipun. Hal itu disebabkan kompetensi menulis menghendaki penguasaan berbagai insur
kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur
bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin sedemikian rupa sehingga menghasilkan
karangan yang runtut, padu, dan berisi.

jika dalam kegiatan berbicara orang harus menguasai lambang-lambang bunyi,


kegiatan menulis menghendaki orang untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual
dan aturan tata tulis, khususnya yang menyangkut masalah ejaan. Unsur situasi dan
pralinguistik yang sangat efektif membantu komunikasi dalam berbicara, tidak dapat
dimanfaatkan dalam menulis. Kelancaran komunikasi dalam suatu karangan sama sekali
tergantung pada bahasa yang dilambangvisualkan. Karangan adalah suatu bentuk sistem
komunikasi lambang visual. Agar komunikasi lewat lambang tulis dapat seperti yang
diharapkan, penulis haruslah menuangkan gagasannya ke dalam bahasa yang tepat, teratur,
dan lengkap. Dalam hubungan ini, sering kita dengar adanya kata-kata; bahasa yang teratur
merupakan manifestasi pikiran yang teratur pula.

1. Tugas Menulis Otentik


Tes kemampuan menulis, sebagaimana halnya dengan tes kemampuan berbicara,
cukup potensial untuk dijadikan tes yang bersifat pragmatik dan otentik. Pada umumnya,
aktivitas orang menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi
produktivitas bahasa itu sendiri, melainkan karena ada sesuatu yang ingin
dikomunikasikan lewat bahasa. Dengan kata lain, bahasa hanya merupakan sarana, dan
gagasan apa yang ingin dikomunikasikan pada hakikatnya lebih penting dari pada sarana
bahasa itu sendiri. Jadi, antara bahasa dan pesan yang diakndung adalah hubungan antara
unsur bentuk dan isi. Unsur bentuk berurusan dengan bagaimana cara mengungkapkan,
sedang unsur isi apa yang akan diungkapkan.
Hal tersebut haruslah mempunyai dampak langsung bagi tugas-tugas menulis
yang diberikan kepada peserta didik. Tugas menulis hendaklah bukan semata-mata tugas
untuk (memilih dan) menghasilkan bahsa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan
gagasan dengan memergunakan sarana bahasa tulis secara tepat. Dengan kata lain, tugas
menulis haruslah yang memungkinkan terlibatnya unsur linguistik dan ekstra linguistik,
unsur bahasa dan pesan, memberi kesempatan kepada pelajar untuk tidak saja berfikir
memergunakan (baca: menghasilkan) bahasa secara tepat, melainkan juga memikirkan
gagasan-gagasan apa yang akan dikemukakan. Tugas tersebut berarti melatih peserta
didik untuk mengomunikasikan gagasannya seperti halnya tujuan komunikatif penulisan
pada umumnya.
Tes kemampuan menulis yang hanya dimaksudkan mengungkap kemampuan
kebahasaan, atau lebih tepatnya unsur-unsur tertentu kebahasaan saja, cenderung bersifat
diskret atau kemungkinan integratif. Tes menulis yang demikian masih dapat juga
ditoleransi jika tes itu ditunjukan kepada pembelajar bahasa tahap awal. Unsur-unsur
kebahasaan yang diteskan biasanya berupa struktur dan kosakata. Misalnya contoh tes
berikut yang dikutip dari Amran Halim (1974: 103-5, saduran dari Hariss, 1979: -71-3).
 Kesesuaian subjek dengan bentuk kata kerja:
Buku itu (membaca/dibaca) si Amin
 Kesejajaran bentuk kata (kerja) dalam kalimat yang panjang:
Setelah dikupasnya mangga itu, lalu (memberi/diberinya) bergula,
(meletakkannya/diletakkannya) diatas piring, baru (memakannya/dimakannya).
 Tes pemakaian gaya bahasa dan kosakata:
Betapa sedih hatinya mendengar berita, bahwa orang tuanya yang sangat dicintainya
telah (mati/berpulang/meninggal/mampus/wafat).

Bentuk-bentuk tes mungkin berupa mengenal kesalahan, melengkapi kalimat,


ataupun membetulkan kalimat.

Setelah peserta didik dapat menghasilkan sendiri bahasa (target) untuk tujuan
berkomunikasi, walau sederhana, sebaiknya tugas menulis sudah diarahkan ke penulisan
yang pragmatik dan sekaligus otentik, membiarkan peserta didik memilih bentuk bahasa
sendiri untuk mengungkapkan gagasannya. Tugas ini akan memberanikan peserta didik
untuk berbuat. Kita tidak usah khawatir bahwa dengan memberikan kebebasan, peserta
didik akan berusaha menutupi kelemahannya dalam hal-hal tertentu dengan sengaja
menghindarinya, atau yang lazim disebut sebagai strategy of avoidance “strategi
penghindaran”. Kita harus menghargai fakta bahwa setiap orang memiliki strateginya
sendiri intuk mengemukakan gagasan, atau yang disebut sebagai communication
strategies. Namun, jika menduga peserta didik telah melakukan “strategi penghindaran”,
kita dapat memberikan mereka tes tentang hal-hal yang dianggap dihindari itu, mungkin
lewat tes tersetruktur atau kosakata.

2. Bentuk Tugas Kompetensi Menulis


Dilihat dari segi kompetensi berbahasa, menulis adalah aktivitas aktif produktif,
aktivitas menghasilkan bahasa. Dilihat dari pengertian secara umum, menulis adalah
aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama
mengemukakan gagasan melalui media bahasa. Aktivitas yang pertama menekankan
unsur bahasa, sedang yang kedua gagasan. Kedua unsur tersebutdalam tugas-tugas
menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi pendekatan yang sama. Artinya,
walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kompetensi berbahasa, penilaian
yang dilakukan hendaklah mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan
konteks dan isi. Jadi, penilaian tentang kemampuan peserta didik mengorganisasikan dan
mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasanyang tepat.
Tugas menulis seharusnya berupa tugas praktik langsung menulis dalam berbagai
bentuk dan jenis tulisan tang secara faktual dijumpai pada berbagai bidang kebutuhan.
Jadi, ia merupakan tugas menulis dalam arti yang sebenarnya, yaitu menulis untuk
menghasilkan karya tulis. Akan tetapi, berbeda halnya dengan tes berbicara, dalam
kondisi tertentu seperti dalam ujian yang hanya menyediakan waktu yang relatifsingkat
dan terbatas, ujian menulis dapat juga diberikan dalam bentuk objektif. Ujian menulis
bentuk objektif pilihan ganda telah menyediakan respon yang harus dipilih, maka kadar
koetenakannya juga lebih rendah. Kedua bentuk tugas menulis yang dimaksud berikut
dibicarakan.
a. Tugas Menulis dengan Memilih Jawaban
Tes kemampuan menulis bentuk objektif yang mampu menuntut peserta didik
untuk mempertimbangkan unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea
berdasarkan kalimat-kalimat (biasanya empat buah) yang disediakan. Tugas tersebut
menuntut peserta didik untuk menyusun gagasan secara tepat, menentukan kalimat
yang berisi gagasan pokok dan pikiran-pikiran penjelas, dan menentukan urutan
kalimat secara logis. Untuk mengerjakan tugas itu, peserta didik harus
mempertimbangkan ide tiap kalimat sekaligus dengan bahasanya. Dari segi bahasa,
mungkin terdapat kata-kata tertentu yang menandakan adanya hubungan antar kalimat
yang dapat dijadikan petunjuk.
Berikut diberikan contoh tes kemampuan menulis bentuk objektif :
1. Kita harus menghadapi dan berusaha mengatasinya.
2. Atau, jika tidak, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan bangsa
lain.
3. Kita menyadari betul bahwa tantangan pembangunan menghadang di segala
bidang.
4. Kita pasti berhasil asal mau bekerja keras, dan alternatif kain tidak ada.

Keempat kalimat diatas akan menjadi sebuah alinea yang baik jika disusun
dengan urutan:

A. (1) (4) (3) (2)


B. (3) (1) (4) (2)*)
C. (3) (4) (1) (2)
D. (1) (4) (2) (3)

b. Tugas Menulis dengan Membuat Karya Tulis


Tugas menulis untuk benar-benar menghasilkan karya tulis, apapun bentuknya,
haruslah mendapat prioritas dalam rangka mengukur kompetensi menulis peserta didik.
Karya tulis yang dihasilkan dapat sekaligus menunjukan kompetensi berbahasa tulis
dalam arti yang sebenarnya. Artinya, jika nilai seorang peserta didik tinggi, mesti tinggi
pula kompetensi menulisnya. Demikian juga sebaliknya. Dalam pandangan umum selama
ini kompetensi menulis sulit untuk dikuasai. Hal itu terbukti dari banyaknya orang
berpendidikan tinggi yang ternyata tidak dapat menulis dengan baik.
Ada berbagai jenis karya tulis yang masing-masing memiliki kekhasannya sendiri
yang dibutuhkan di dunia pekerjaan. Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, ia dapat
berkaitan dengan keperluan pekerjaan kantor, jurnalistik, penerbangan, dan lain-lain
seperti surat menyurat, resensi buku, menulis berita, menulis laporan, membuat laporan,
membuat tabel menulis artikel, iklan, dan sebagainya termasuk menulis kreatif yang
menghasilkan teks-teks kesastraan. Pemilihan jenis-jenis tulisan tersebut berkaitan
dengan kompetensi yang dibelajarkan dan jenjang pendidikan peserta didik. Dalam tahap
awal untuk merangsang pengembangan kognisi dan imajinasi peserta didik, kita dapat
memanfaatkan tugas-tugas menulis dengan rangsang tertentu seperti gambar, buku, atau
yang lain. Sebagian tugas menulis yang dimaksud dibawah dibicarakan dan kemudian
diikuti contoh rubik penilaiannya.
1) Menulis Berdasarkan Rangsang Gambar
Gambar sebagai rangsang tugas menulis baik diberikan kepada murid sekolah
dasar, atau pelajar bahasa (target) pada tahap awal, tetapi mereka telah mampu
menghasilkan bahasa walau masih sederhana. Gambar berfungsi sebagai pemancing
kognisi dan imajinasi serta pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan. Kompleksitas
gambar dapat bervariasi, tergantung tingkat kometensi berbahasa pembelajar yang
dituju. Namun, gambar yang dipakai untuk yugas tersebut sarus jelas sehingga tidak
membungungkan peserta uji. Berikut dicontohkan tugas menulis dengan rangsang
gambar (misalnya gambar seperti pada tugas berbicara diatas).
 Contoh tugas:
Dibawah ini disedianakn empat buah gambar yang membentuk sebuah cerita
(tunjukan gambar-gambarnya)
a. Buatlah sebuah karangan berdasarkan gambar itu yang panjangnya kira-kira satu
halaman. (sebagai bariasi misalnya: tiap satu gambar menjadi satu alinea)
b. Jangan lupa karangan harus diberi judul.
Adapun untuk menilai tugas menulis bentuk tersebut dapat memergunakan rubik
penilaian dalam tugas berbicara berdasarkan rangsang gambar di atas karena
kedua kegiatan berbahasa itu sama-sama menghasilkan bahasa, sedang yang
membedakan adalah untuk tugas berbicara menghasilkan bahasa lisan dan tugas
menulis bahasa tulis. Jadi, perbedaannya hanyalah pada sarana yang dipergunakan
untuk mengungkapkan bahasa. Rubik penilaian yang dimaksud sedikit diubah
menjadi rubik untuk menilai tugas menulis berdasarkan rangsang gambar
sebagaimana terlihat di bawah.
Tabel 11.11
Contoh Rubik Penilaian Menulis Berdasarkan Rangsang Gambar
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian dengan gambar
2 Ketepatan logika urutan cerita
3 Ketepatan makna keseluruhan cerita
4 Ketepatan kata
5 Ketepatan kalimat
6 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
2) Menulis Berdasarkan Rangsang Suara
Tugas menulis bentuk ini mirip dengan tugas yang diberikan untuk tugas
berbicara berdasarkan rangsang suara diatas. Hanya saja tanggapan yang dilakukan
peserta didik berupa kinerja lisan dan tertulis. Rangsang suara yang dipilih untuk
tugas menulis dapat berupa suara langsung atau melalui media tertentu. Suara
langsung adalah bentuk bahasa yang dihasilkan dalam komunikasi konkret seperti
percakapan, diskusi, atau ceramah yang diikutinya. Tugas menulis dengan rangsang
suara ini memang bersifat tumpang tindih dengan tes kemampuan mendengarkan.
Kemampuan mendengarkan peserta didik akan sangat memengaruhi hasil
karangannya (ayau untuk tugas berbicara: sangat memengaruhi kelancaran
pembicaraannya).
Tugas yang diberikan kepada peserta didik misalnya berbunyi sebagai berikut
 Dengarkan siaran sandiwara radio yang telah direkam ini dengan baik. Anda boleh
mencatat hal-hal yang penting. Setelah itu, anda diminta untuk menceritakannya
kembali secara tertulis.
Rubik penilaian yang dipergunakan juga mirip dengan rubik yang dipakai untuk
mencapai kinerja berbicara berdasarkan rangsang suara diatas.
Tabel 11.12
Contoh Rubik Renilaian Menulis Berdasarkan Rangsang Suara
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian isi tulisan sengan cerita
2 Ketepatan logika urutan cerita
3 Ketepatan makna keseluruhan cerita
4 Ketepatan kata
5 Ketepatan kalimat
6 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
3) Tugas Menulis Berdasarkan Rangsang Visual dan Suara
Sama halnya dengan tugas berbicara, tugas menulis juga dapat dilakukan
berdasarkan rangsangan visual dan suara. Contoh konkret rangsang yang dimaksud
adalah siaran televisi, video, atau berbagai bentuk rekaman sejenis.
Tugas bentuk ini terkait dengan kompetensi menyimak, namun juga terdapat
bentuk-bentuk lain yang memerlukan pengamatan dan pencermatan seperti gambar,
gerak, tulisan, dan lain-lain yang secara keseluruhan menyampaikan satu kesatuan
informasi. Tugas menonton siaran televisi dapat langsung di kelasatau di rumah
dengan menunjuk pada siaran tertentu. Tugas yang diberikan kepada peserta didik
misalnya berbunyi sebagai berikut
 Cermatilah siaran berita (juga: sinetron, dunia binatang, dan lain-lain) televisi
pada pukul 18.00 WIB. Catatlah hal-hal penting. Setelah itu, anda diminta
untukmenceritakannya kembali di depan kelas.
Penilaian yang dilakukan dapat memergunakan rubik seperti pada contoh penilaian
berdasarkan rangsang suara diatas dengan sedikit penambahan komponen.
Tabel 11. 13
Contoh Rubik Penilaian enulis berdasarkan Rangsang Visual dan suara
no Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Kesesuaian isi teks
2 Ketepatan logika urutan cerita
3 Ketepatan detil pristiwa
4 Ketepatan makna keseluruhan cerita
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
4) Menulis dengan Rangsang Buku
Buku sebagai bahan atau rangsang untuk tugas menulis sudah lazim san
banyak dilakukan di sekolah dan perguruan tinggi. Pada tingkat-tingkat sekolah yang
lebih rendah –sekolah dasar, menengah pertama, dan juga menegah atas- menulis
dengan rangsang buku lebih dimaksudkan untuk melatih peserta didik secara
produktif menghasilkan bahasa. Hal itu disebabkan isi karangan telah secara pasti
sebagaimana terdapat dalam buku sehingga tugas menulis itu sebenarnya berupa
latihan membahasakan sendiri isi pesan yang telah ditentukan.
Buku yang dijadikan rangsang tugas menulis dapat dibedakan kedalam buku
fiksi dan nonfiksi. Tugas menulis berdasarkan buku fiksi (cerita: cerpen, novel,
roman) inilah yang lebih banyak dilakukan untuk melatih kemampuan menukis
peserta didik. Pemilihan itu kiranya mempunyai alasan sebab buku cerita memang
menarik sehingga tugas menceritakan kembali secara tertulis (juga: secara lisan) akan
dilakukan dengan senang.
Untuk menilai hasil kinerja peserta didik menulis berdasarkan rangsang buku
di atas perlu disiapkan rubik penilaian. Komponen penilaian juga harus mencakup
unsur kebahasaan dan isis pesan. Di bawab dicontohkan contoh tugas dan rubik
penilaian, misalnya untuk menilai hasil menulis resendi atau timbangan baku.
 Buatlah sebuah tulisan yang berupa timbangan baku. Pada prinsipnya anda bebas
memilih buku yang dijadikan bahan penulisan, tetapi buku tersebut harus berupa
biografi seorang tokoh penting dunia.
Tabel 11.14
Contoh Rubik Penelitian Menulis Timbangan Buku
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi buku
2 Ketepatan penunjukan detail isi buku
3 Ketepatan argumentasi
4 Kebermaknaan keseluruhan tulisan
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan kalimat
7 Ketepatan stile penulisan
8 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
5) Menulis Laporan
Salah satu bentuk tugas otentik dalam pembelajaran adalah kerja proyek.
Dalam tugas ini peserta didik dilatih bekerja bersama dalam kelompok-kelompok
kecil untuk menghasilkan sebuah karya tertentu. Hasil kerja akhir proyek dapat
berbentuk macam-macam dan salah satunya adalah laporan tertulis. Tugas proyek bisa
berupa tugas melakukan penilaian kecil-kecilan (tetapi besar buat peserta didik),
misalnya menganalisis berita tentang pendidikan di sejumlah surat kabar,
menganalisis unsur fiksi (tema, penokohan, moral) dalam sejumlah fiksi, menganalisis
kandungan makna puisi-puisi anak di majalah atau koran minggu, dan lain-lain.
Kinerja tugas proyek menunjukan penguasaan pengetahuan, pemahaman
analisis, sintesis data, sampai dengan pemaknaan dan penyimpulan. Maka, penilaian
yang dilakukan harus juga mencakup hal-hal tersebut. Dibawah ini ditunjukan rubik
penilaian untuk tugas mengerjakan proyek “Analisis Berita Pendidikan di Surat
Kabar”.
Tabel 11.15
Contoh Rubik Penilaian Mengerjalan Proyek
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi berita
2 Organisasi penulisan
3 Ketepatan analisis data dan penyimpulan
4 Kebermaknaan keseluruhan tulisan
5 Ketepatan diksi
6 Ketepatan kalimat
7 Ketepatan stile penulisan
8 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
6) Menulis Surat
Surat merupakan salah satu jenis tulisan yang banyak ditemukan dan
dibutuhkan dalam kehidupan. Semua lembaga bahkan juga individu tidak dapat
melepaskan dari jasa surat-menyurat, baik yang masih tradisional maupun elektronik.
Jenis surat yang ditulis hendaknya ditekankan pada surat-surat resmi, atau penulisan
surat yang menuntut penggunaan bahasa secara benar. Penilaian hasil menulis surat
sebaiknya juga menggunakan rubik yang sengaja disiapkan untuk itu. Rubik penilaian
yang dimaksud dicontohkan di bawah.
Tabel 11.16
Contoh Rubik Penilaian Menulis Surat Resmi
No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja
1 2 3 4 5
1 Ketepatan isi surat
2 Kelengkapan unsur surat
3 Kepantasan format surat
4 Ketepatan kata
5 Ketepatan kalimat
6 Ejaan dan tata tulis
Jumlah skor
7) Menulis Berdasarkan Tema Tertentu
Tes kemampuan menulis yang paling sering diberikan kepada peserta didik
adalah dengan menyediakan tema atau sejumlah tema, dan ada kalanya sudah berupa
judul(-judul) yang harus dipilih salah satu diantaranya. Jika yang disediakan berupa
tema, peserta didik kebebasan untuk menjuduli karangan sepanjang mencerminkan
tema yang dimaksud.
Penilaian terhadap hasil karangan peserta didik sebaiknya juga menggunakan
rubik penilaian yang mencakup komponen isi dan bahasa masing-masing dengan
subkomponennya. Rubik penilaian yang dimaksud dicontohkan di bawah.

Tabel 11.17

Contoh Rubik Penilaian Mengarang dengan Tema Tertentu

No Aspek yang Dinilai Tingkat Capaian Kinerja


1 2 3 4 5
1 Kualitas isi karangan
2 Keakuratan dan keluasaan isi
3 Organisasi penulisan
4 Kebermaknaan keseluruhan tulisan
5 Ketepatan diksi
6 Ketepatan kalimat
7 Ejaan dan tata tulis
8 Kelengkapan sumber rujukan
Jumlah skor
c. Catatan tentang Teknik Penilaian Hasil Karangan
Penilaian Holistik Vs Penilaian Analitis. Penilaian yang dilakukan terhadap
karangan peserta didik dapat dilakukan secara holistis atau analitis. Menurut
Mueller (2008) kedua teknik penilaian tersebut, holistik dan analitik, sama-sama
dapat memergunakan rubik. Rubik penilaian analitik (analytic rubric),
sebagaimana terlihat pada contoh-contoh di atas, memerinci komponen (kriteria)
penilaian, melainkan semuanya menjadi satu kesatuan. Selain itu, penilaian
holistik dapat memergunakan penilaian verbal seperti sangat baik, baik, cukup.
Jadi penilaian yang diberikan bersifat global.
Berbagai rubik penilaian yang dicontohkan sebelumnya merupakan penilaian
karangan yang bersifat analitis. Semua rubik penilaian yang dicontohkan terdiri
dari komponen isi, pesan, gagasan, atau informasi yang ingin diekspresikan serta
komponnen kebahasaan yang dipakai untuk komponen mana saja yang telah baik
dan sebaliknya yang masih kurang untuk tiap peserta didik. Bahkan, bahkan kita
dapat membuat rubik penilaian sendiri sesuai dengan pandangan. Namun, dalam
rangka pembelajaran menulis di sekolah, secara garis besar penilaian harus
mencakup kedua komponen tersebut karena pemilihan terhadap dua hal itulah
yang menjadi inti pembelajaran menulis.
d. Penelitian portofolio
Pada umumnya, hasil karya mereka berwujud karya verbal, yaitu yang terdiri
dari berbagai jenis tulisan sebagaimana jenis-jenis tulisan yang ditegaskan diatas.
Salah satu tujuan portofolio adalah untuk menunjukan kemajuan belajar peserta
didik dari awalhingga akhir pembelajaran. Berdasarka jumlah skor dan besaran
skor per komponen yang dinilai, kita dapat melihat seberapa besar
merekamenunjukan peningkatan. Hal itu akan bermakna jika proses pembelajaran
lanjutan juga didasarkan atas umpan balik dari hasil penilaian sebelumnya.

You might also like