You are on page 1of 15

RESPON BERBAGAI VARIETAS PADI SAWAH

(Oryza sativa L.) YANG DITANAM DENGAN PENDEKATAN TEKNIK


BUDIDAYA JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TEGEL

RESPONS OF PADDY RICE (Oryza sativa L.) VARIETIES THAT


PLANTED WITH CULTIVATION APPROACHMENT OF JAJAR
LEGOWO AND TEGEL SYSTEM

Haryanto Sitinjak1, Idwar2


Department of Agrotechnology, Agriculture Faculty, University of Riau
HR. Subrantas street KM 12.5 Simpang Baru, Pekanbaru, 28293
Haryantositinjak88@yahoo.com

ABSTRACT

This Researh was aimed to determine growth and the best paddy rice
variety with cultivation approacment and of jajar legowo and tegel system. The
research was conducted at the farmer’s wet rice field in Sikek village, Rimba
Melintang subdistrict, Rokan Hilir regency and start from Juni to October 2014.
This research utilized Randomized Blok Design (RBD) factorial, The first factor
was paddy rice, consist of 4 varieties: Inpara 4, Inpari 30, IR 64 and Situ
Bagendit. The second factor was cultivation approachment, consist of jajar
legowo and tegel system. The treatment consist of 8 combination with 3
replication so obtained 24 plot units. Parameters observed were the plant height,
number of total tillers, number of productive tillers, age out of tassel, long of
tassel, harvest, amount of grain per tassel, amount of dry grain per plot,
percentage of unhusked grain per plot and weight of 1000 grains. Data were
analyzed using Analysis of Variance (ANOVA). The data were further tested by
Duncan new multiple range test (DNMRT) at the level 5%. The research result
showed that planting paddy rice of Inpari 30 variety with approachment of jajar
legowo cultivation technique 4:1 indicated better yield than tegel system.
Keywords: Paddy rice, Jajar legowo 4:1, tegel system

PENDAHULUAN
Padi merupakan bahan makanan dan lahan rawa pasang surut
pokok bagi sebagian besar penduduk (Hairmansis dkk., 2012).
Indonesia, oleh karena itu produksi Beberapa faktor penyebab
padi harus cukup tersedia. Upaya rendahnya produksi padi sawah di Riau
peningkatan produksi padi nasional adalah terjadinya alih fungsi lahan,
dihadapkan pada masalah ekosistem masih ada yang menggunakan benih
yang bervariasi tempat tanaman padi padi varietas lokal dan penggunaan
dibudidayakan. Tanaman padi dapat pupuk yang tidak sesuai anjuran. Selain
beradaptasi pada beragam ekosistem, itu rendahnya produktivitas padi di
antara lain lahan sawah irigasi, lahan Provinsi Riau antara lain disebabkan
sawah tadah hujan, lahan kering (gogo) oleh rendahnya indeks pertanaman (IP)

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau

JOM Faperta Vol. 2 No.2 Oktober 2015


padi, meskipun potensi lahan sawah Tujuan dari penelitian ini
irigasi, 276.533 ha dan padi gogo untuk mengetahui pertumbuhan dan
2.965.251,20 ha, dengan indeks produksi varietas padi yang terbaik
pertanaman 2 x seluas 11.360 ha dan 1 dengan pendekatan teknik budidaya
x 114.612 ha (BPS, 2007). jajar legowo dan sistem tegel.
Penggunaan varietas unggul
merupakan salah satu metode BAHAN DAN METODE
perbaikan teksnis budidaya yang sangat Penelitian telah dilaksanakan di
erat kaitannya dengan peningkatan lahan sawah milik petani di Desa
produktivitas padi sawah. Varietas Pematang Sikek, Kecamatan Rimba
unggul yang sering digunakan adalah Melintang, Kabupaten Rokan Hilir
varietas unggul yang berdaya hasil dengan ketinggian tempat 75 meter
tinggi (Aryunis dkk., 2008). Varietas diatas permukaan laut. Penelitian telah
padi unggul yang digunakan adalah dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai
varietas Inpara 4, Inpari 30, Situ dari bulan Juni 2014 sampai bulan
bagendit dan IR 64 yang memberikan Oktober 2014.
nilai ekonomis yang banyak bagi Bahan yang digunakan dalam
perkembangan suatu usaha pertanian, penelitian ini adalah varietas padi
diantaranya umur relatif pendek, Inpara 4, Inpari 30, Situ Bagendit, IR
rumpun lebih banyak, toleran tehadap 64, Pupuk Urea, Pupuk TSP, Pupuk
hama dan penyakit, lebih respon KCl, insektisida Matarin dan Decis,
terhadap pupuk, kemurnian jenis benih rodhentisida Klerat dan air.
unggul lebih menjamin hasil yang Alat yang digunakan dalam
tinggi, pertumbuhan tanaman seragam, penelitian ini adalah cangkul, garu,
rendemen beras tinggi, mutu beras timbangan duduk, timbangan analitik,
lebih seragam, sesuai selera konsumen oven, meteran, ember, sabit, tali rafia,
serta mempunyai daya adaptasi yang plastik pagar, penggaris, kamera, buku
tinggi terhadap lingkungan sehingga dan alat tulis.
dapat memperkecil biaya penggunaan Penelitian ini di laksanakan
input (Soemartono dkk., 1982). secara eksperimen menggunakan
Mengingat kondisi yang sulit, rancangan acak kelompok (RAK)
langkah-langkah yang sangat faktorial. Faktor pertama terdiri dari 4
berpeluang besar dalam peningkatan taraf dan faktor kedua terdiri dari dua
produksi di Riau adalah mengikut taraf.
sertakan petani-petani padi sawah di Faktor pertama adalah varietas
daerah-daerah sentra produksi padi. padi (V) yang terdiri dari :
Selanjutnya, untuk meningkatkan V1 : Inpara 4
produktifitas lahan sawah yang masih V2 : Inpari 30
ada saat ini dapat dilakukan pendekatan V3 : IR 64
pertanian tanaman terpadu (PTT) yaitu V4 : Situ Bagendit
salah satu alternatif teknik untuk Faktor kedua adalah pendekatan teknik
meningkatkan produktifitasnya melalui budidaya (T) yang terdiri dari :
penerapan sistem tanam Jajar legowo T1: Pendekatan Teknik Budidya Jajar
yang merupakan rekayasa cara tanam Legowo
tegel agar terdapat ruangan yang luas T2: Sistem Tegel.
memanjang kesatu arah di antara dua Parameter yang diamati adalah
barisan tanaman padi. tinggi tanaman, jumlah anakan total,
jumlah anakan produktif, umur keluar

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
malai, panjang malai, umur panen, menggunakan Analysis of Variance
jumlah gabah per malai, berat kering (ANOVA) dan dianalisis lebih lanjut
gabah, persentase gabah bernas dan menggunakan uji Duncan’s New
berat 1000 butir gabah. Multiple Range Test (DNMRT) pada
Data yang diperoleh dari hasil taraf.5%.
penelitian dianalisis secara statistik

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tinggi Tanaman (cm)
Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata terhadap
bahwa interaksi antara teknik budidaya tinggi tanaman. Hasil uji lanjut
dengan varietas memberikan pengaruh DNMRT taraf 5% dapat dilihat pada
tidak nyata dan untuk faktor teknik Tabel 1.
budidaya dan faktor varietas

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada perlakuan berbagai varietas tanaman
.padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 89,00 bc 94,80 a 91,90 a
Inpari 30 78,20 e 82,60 de 80,40 c
Situ Bagendit 88,26 bc 91,86 ab 90,06 a
IR 64 83,93 cd 87,56 bcd 85,75 b
Rerata T 84,85 b 89,20 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 1 menunjukkan teknik cara penanaman pada jajar legowo


budidaya sistem tegel dengan varietas yaitu 4:1, dimana setiap empat baris
Inpara 4 memberikan hasil lebih tinggi dikosongkan satu baris tanaman padi.
pada parameter tinggi tanaman dengan Pertambahan tinggi tanaman pada
tinggi 94,80 cm dan berbeda nyata sestem tegel lebih tinggi daripada jajar
dengan perlakuan lainnya kecuali pada legowo
perlakuan teknik budidaya sistem tegel Hal ini disebabkan karena tajuk
dengan varietas Situ Bagendit. Hal ini tanaman yang semakin rapat karena
dikarenakan masing-masing varietas populasi tanaman yang lebih banyak
mempunyai sifat yang berbeda. Selain dan mengakibatkan kualitas cahaya
faktor genetik, faktor lingkungan dan yang diterima menjadi menurun.
sistem budidaya juga mempengaruhi Semakin banayak populasi tanam pada
pertumbuhan dan perkembangan suatu lahan maka pertumbuhan tinggi
tanaman. Pada sistem teknik budidaya tanaman akan semakin cepat karena
jajar legowo populasi tanaman lebih tanaman saling berusaha mencari sinar
sedikit daripada sistem tegel, karena

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
matahari yang lebih banyak yang panjang, intensitas sinar matahari
(Nursanti, 2009). yang menembus kanopi (tajuk)
Faktor varietas pada parameter pertanaman ke bagian bawah
tinggi tanaman varietas Inpara 4 pertanaman di atas permukaan tanah
berbeda nyata dengan Inpari 30 tetapi akan jauh berkurang (Anonim, 2014).
berbeda tidak nyata pada varietas Situ Faktor teknik budidaya sistem
bagendit dengan IR 64. Hal ini tegel menunjukkan perbedaan yang
disebabakan oleh setiap varietas nyata dengan teknik budidaya jajar
berbeda sifat genetiknya yang legowo pada parameter tinggi
mempengaruhi tinggi tanaman. Sesuai tanaman. Pada teknik budidaya sistem
dengan Suprihatno (2010) bahwa tegel menunjukkan hasil yang tertinggi
tinggi rendahnya batang tanaman yaitu 89,20 cm daripada teknik
dipengaruhi sifat atau ciri yang budidaya jajar legowo 4:1 yaitu 84,85
mempengaruhi daya hasil varietas. cm. Hal ini terjadi karena populasi
Berdasarkan karakteristik tinggi tanaman pada teknik budidaya sistem
tanaman varietas yang memiliki tinggi tegel lebih banyak dibandingkan
tanaman pendek dapat diakibatkan dengan teknik budidaya jajar legowo
oleh beberapa faktor seperti faktor 4:1. Sesuai dengan pendapat Nursanti
iklim ataupun faktor lainnya. Varietas (2009) bahwa populasi tanaman dalam
yang mempunyai batang yang pendek baris semakin banyak maka semakin
akan lebih banyak menyerap sinar meningkatkan tinggi tanaman.
matahari dibandingkan dengan
penyerapan sinar matahari oleh
varietas yang tinggi. Dengan batang
namun untuk faktor teknik budidaya
Jumlah Anakan Total (batang) dan faktor varietas menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap jumlah
Hasil sidik ragam anakan total. Hasil uji lanjut DNMRT
menunjukkan bahwa interaksi antara taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2.
teknik budidaya dengan varietas
menunjukkan pengaruh tidak nyata

Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan total (batang) pada perlakuan berbagai


varietas.tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 17,73 bc 13,93 d 15,83 c
Inpari 30 18,80 b 17,06 bc 17,93 b
Situ Bagendit 19,73 b 16,00 cd 17,86 b
IR 64 23,60 a 17,53 bc 20,56 a
Rerata T 19,96 a 16,13 b
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 2 menunjukkan Teknik (1988), tanaman padi berpotensi untuk
Budidaya jajar legowo 4:1 dengan pembentukan anakan produktif terlihat
varietas IR 64 menunjukkan hasil yang dari jumlah anakan, tetapi tidak
tertinggi pada parameter jumlah anakan selamanya demikian karena
total yaitu 23,60 batang dan berbeda pembentukan anakan juga dipengaruhi
nyata dengan perlakuan lainnya. oleh lingkungannya. Menurut
Perlakuan Inpari 30 jajar legowo dan Suparyono dan Setyono (1993)
Situbagendit jajar legowo berbeda tanaman akan membentuk anakan
nyata dengan Inpara 4 sistem tegel dan produktif sesuai dengan potensi hasil
Situbagendit sistem tegel, tetapi yang tergambar dari jumlah anakan
berbeda tidak nyata dengan Inpara 4 yang terbentuk.
jajar legowo, Inpari 30 sistem tegel dan Faktor teknik budidaya jajar
IR 64 sistem tegel. Menurut Husna legowo 4:1 menunjukkan hasil pada
(2010) jumlah anakan akan maksimal parameter jumlah anakan total yang
apabila tanaman memiliki sifat genetik berbeda nyata dengan teknik budidaya
yang baik ditambah dengan keadaan sistem tegel. Hal ini disebabkan
lingkungan yang menguntungkan atau populasi tanaman yang lebih sedikit
sesuai dengan pertumbuhan dan sehingga mengurangai persaingan
perkembangan tanaman. dalan penyerapan unsur hara dan sinar
Faktor varietas padi IR 64 matahari hal ini sesuai dengan
memberikan hasil terbanyak pada pendapat Husna (2010) bahwa jumlah
parameter jumlah anakan total yaitu anakan maksimum juga ditentukan oleh
20,56 dan berbeda nyata terhadap populasi tanaman, sebab populasi
varietas lainnya. Menurut Arrudeau tanaman menentukan serapan radiasi
dan Vergara (1992), kemampuan matahari, hara mineral serta budidaya
masing-masing varietas berbeda dalam tanaman itu sendiri. Populasi tanaman
menghasilkan anakan, hal ini yang lebih sedikit persaingan sinar
disebabkan oleh faktor genetik yang matahari dan unsur hara sangat sedikit
dimiliki dari masing-masing varietas dibanding dengan populasi tanaman
juga berbeda. Menurut Ismunadji dkk. yang banyak.

Jumlah Anakan Produktif (batang)


Hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan
bahwa interaksi antara teknik budidaya produktif. Hasil uji lanjut DNMRT
dengan varietas, faktor teknik budidaya taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3.
dan faktor varietas menunjukkan

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 3. Rata-rata jumlah anakan produktif (batang) pada perlakuan berbagai
varietas tanaman padi sawah terhadap Teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 15,60 c 11,73 d 13,66 c
Inpari 30 18,33 b 16,66 bc 17,50 a
Situ Bagendit 18,13 b 13,20 d 15,66 b
IR 64 21,06 a 15,46 c 18,26 a
Rerata T 18,28 a 14,26 b
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 3 menunjukkan interaksi kemampuan dalam pembentukan


teknik budidaya jajar legowo 4:1 jumlah anakan yang dipengaruhi oleh
dengan varietas IR 64 menunjukkan faktor genetik yang terdapat pada
hasil yang tertinggi pada parameter masing-masing varietas. Menurut
jumlah anakan produktif dan berbeda Arrudeau dan Vergara (1992) bahwa
nyata dengan semua perlakuan. Hal ini kemampuan masing-masing varietas
diduga karena dengan perlakuan berbeda dalam menghasilkan anakan,
teknik budidaya jajar legowo 4:1 hal ini disebabkan oleh faktor genetik
memiliki pengurangan populasi yang dimiliki dari masing-masing
tanaman sehingga pertumbuhan dan varietas juga berbeda. Jumlah anakan
perkembangan tanaman lebih baik. produktif yang dihasilkan merupakan
Menurut Husna (2010) bahwa jumlah gambaran dari jumlah anakan yang
anakan maksimum atau jumlah dihasilkan sebelumnya.
anakan produktif juga ditentukan oleh Faktor teknik budidaya jajar
jarak tanam, sebab jarak tanam legowo 4:1 menunjukkan hasil yang
menentukan radiasi matahari, hara tertinggi pada parameter jumlah
mineral serta budidaya tanaman itu anakan produktif yaitu 18,28 batang
sendiri. Jarak tanam yang lebar akan dan berbeda nyata pada teknik
memperkecil persaingan dalam budidaya sistem tegel. Hal ini
memperoleh sinar matahari dan unsur disebabkan sistem penanaman pada
hara dibandingkan dengan jarak tanam teknik budidaya jajar legowo 4:1 lebih
yang rapat. Jumlah anakan produktif luas daripada teknik budidaya sistem
juga dipengaruhi oleh faktor genetik tegel, sehingga tanaman padi dalam
varietas tersebut. memperoleh unsur hara dan sinar
Faktor varietas IR 64 matahari lebih optimal. Yoshida
memberikan hasil tertinggi pada (1981) menjelaskan bahwa kerapatan
parameter jumlah anakan produktif tanaman berpengaruh pada tumbuhan
yaitu 18,26 batang dan berbeda nyata anakan total dan anakan produktif.
dengan varietas lainnya, kecuali pada Tanaman padi dalam suatu rumpun
varietas Inpari 30. Hal ini disebabkan yang tumbuh berdekatan akan
perbedaan jumlah anakan produktif mengalami persaingan dalam
pada setiap varietas memiliki penyerapan hara dari dalam tanah.
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Persaingan dalam penyerapan hara
tidak terjadi jika jarak tanam yang
lebar.

Umur Keluar Malai (HST)


menunjukkan pengaruh nyata terhadap
Hasil sidik ragam menunjukkan umur keluar malai. Hasil uji lanjut
bahwa interaksi antara teknik budidaya DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada
dengan varietas dan faktor teknik Tabel.4.
budidaya menunjukkan pengaruh tidak
nyata, namun faktor varietas

Tabel 4. Rata-rata umur keluar malai (HST) pada perlakuan berbagai varietas
tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 61,00 b 60,00 b 60,50 b
Inpari 30 66,00 a 65,33 a 65,66 a
Situ Bagendit 52,00 c 51,33 c 51,66 c
IR 64 51,66 c 53,00 c 52,33 c
Rerata T 57,66 a 57,41 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 4 menunjukkan perlakuan dan IR 64 pada umur keluar malai.


varietas Inpari 30 pada jajar legowo 4:1 Perbedaan keluar malai pada varietas
berbeda tidak nyata dengan perlakuan disebabkan oleh perbedaan genotif
varietas Inpari 30 pada sistem tegel yaitu lamanya fase vegetatif dari
tetapi berbeda nyata dengan varietas masing-masing varietas. Pertumbuhan
lainnya. Hal ini disebabkan oleh faktor fase vegetatif tanaman berakhir dengan
genetik tanaman sangat mempengaruhi keluarnya malai yang disebut dengan
umur keluar malai sehingga perlakuan fase generatif. Pada tahap ini tanaman
teknik budidaya tidak terlalu mulai mengalokasikan hasil
berpengaruh. Hal ini sesuai dengan asimilatnya untuk malai. Apabila
pendapat Arraudeau dan Vergara tanaman memiliki fase vegetatif yang
(1992) bahwa perbedaan umur keluar panjang, maka akan memperlambat
malai disebabkan faktor genetik tanam proses pembentukan malai. Maisura
yakni umur tanaman. (2001) menambahkan bahwa
Faktor varietas menunjukkan meningkatnya pertumbuhan vegetatif
varietas Inpari 30 berbeda nyata akan meningkatkan pertumbuhan
dengan varietas Inpara 4, Situ Bagendit pembentukan dan perkembangan.malai.

Panjang Malai (cm)


Hasil sidik ragam menunjukkan dengan varietas menunjukkan
bahwa interaksi antara teknik budidaya pengaruh tidak nyata
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
namun untuk faktor teknik budidaya malai. Hasil uji lanjut DNMRT taraf
dan faktor varietas menunjukkan 5% dapat dilihat pada Tabel 5.
pengaruh yang nyata terhadap pnjang

Tabel 5. Rata-rata panjang malai (cm) pada perlakuan berbagai varietas tanaman
padi .sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 23,83 a 24,26 a 24,05 a
Inpari 30 24,00 a 24,57 a 24,28 a
Situ Bagendit 23,75 a 24,19 a 23,97 a
IR 64 22,82 b 22,53 b 22,67 b
Rerata T 23,53 b 23,96 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %

Tabel 5 menunjukkan bahwa keluar malai disebabkan oleh faktor


perlakuan varietas IR 64 berbeda nyata genetik tanaman yakni umur tanaman
dengan vareitas lainnya, namun pada dan faktor lingkungan. Peningkatan
teknik budidaya jajar legowo 4:1 dan panjang malai biasanya disebabkan
teknik budidaya sistem tegel tidak oleh bertambahnya jumlah anakan yang
berbeda nyata tehadap parameter menghasilkan malai, bila jumlah
panjang malai. Hal ini dapat terjadi anakan sedikit maka panjang malai
bahwa teknik budidaya yang berbeda yang terbentuk juga akan pendek.
pada setiap varietas tidak Peningkatan panjang malai akan
mempengaruhi panjang malai. Panjang mempengarui banyaknya hasil. Hal ini
malai lebih cenderung dipengaruhi dari dapat dinyatakan bahwa setiap
faktor genetik dan lingkungan. Bahwa bertambahnya panjang malai maka
jarak tanam merupakan salah satu cara akan tumbuh cabang-cabang tangkai
untuk menciptkan faktor-faktor gabah yang menghasilkan gabah yang
lingkungan dan hara dapat tersedia lebih banyak.
secara merata bagi setiap individu Faktor teknik budidaya sistem
tanaman. Panjang malai pada teknik tegel menghasilkan panjang malai
budidaya sistem tegel cenderung lebih tertinggi yaitu 23,96 cm dan berbeda
panjang daripada teknik budidaya jajar nyata pada teknik budidaya jajar
legowo 4:1. Hal ini disebabkan karena legowo 4:1. Hal ini diduga pada teknik
tanaman bersaing dalam memperoleh budidaya sistem tegel memiliki
sinar matahari. populasi tanaman yang lebih banyak
Faktor varietas Inpara 4 berbeda dibandingkan dengan teknik budidaya
tidak nyata dengan Inpari 30 dan jajar legowo. Pengurangan populasi
Situbagendit tetapi berbeda nyata pada tanaman maka akan meningkatkan
varietas IR 64. Hal ini disebabkan panjang malai tanaman, karena antara
bahwa panjang malai disebabkan faktor tanaman yang satu dengan tanaman
genetik dari varietas tersebut. Menurut yang lain tidak terjadi perebutan dalam
Arraudeau (1992) perbedaan umur memperoleh cahaya matahari.
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Umur Panen (HST)
Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata terhadap
bahwa interaksi antara teknik budidaya umur panen. Hasil uji lanjut DNMRT
dengan varietas dan faktor teknik taraf 5 % dapat dilihat pada Tabel 6.
budidaya menunjukkan pengaruh tidak
nyata namun faktor varietas

Tabel 6. Rata-rata umur panen (HST) pada perlakuan berbagai varietas tanaman
padi .sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 106,00 b 105,00 b 105,50 b
Inpari 30 120,00 a 120,00 a 120,00 a
Situ Bagendit 99,00 d 99,33 d 99,16 c
IR 64 100,00 d 99,66 d 99,83 c
Rerata T 106,25 a 106,00 a
Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji
DNMRT pada taraf 5%.

Tabel 6 menunjukkan yang baik dan fase generatif yang


perlakuan varietas Inpari 30 jajar baik pula sehingga tanaman padi
legowo 4:1 berbeda tidak nyata yang malainya keluar lebih cepat
dengan perlakuan Inpari 30 sistem akan memiliki masa umur panen
tegel tetapi berbeda nyata dengan yang relatif lebih singkat. Maisura
perlakuan lainnya. Hal ini diduga (2001) menambahkan bahwa umur
umur panen tanaman lebih berbunga sangat erat hubungannya
dipengaruhi oleh faktor genetik dengan umur panen, dimana pada
tanaman. Sesuai dengan pendapat umumnya apabila tanaman cepat
Manurung dan Ismunadji (1998) mengeluarkan malai maka akan
bahwa umur panen dapat ditentukan cepat pula mengalami panen.
oleh fase pertumbuhan vegetatif

Jumlah Gabah per Malai (biji)


namun faktor varietas menunjukkan
Hasil sidik ragam pengaruh nyata terhadap jumlah gabah
menunjukkan bahwa interaksi antara per malai. Hasil uji lanjut DNMRT
teknik budidaya dengan varietas dan taraf 5% dapat dilihat pada Tabel.7.
faktor teknik budidaya menunjukkan
pengaruh tidak nyata

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 7. Rata-rata jumlah gabah per malai (biji) pada perlakuan berbagai varietas
tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya.
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 110,21 bc 120,80 b 115,51 b
Inpari 30 195,17 a 183,08 a 189,12 a
Situ Bagendit 99,26 cd 93,01 d 96,14 c
IR 64 75,01 e 85,22 de 80,11 d
Rerata T 119,91 a 120,53 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 7 menunjukkan bahwa padi tersebut. Panjang malai terpanjang


pelakuan varietas Inpari 30 berbeda dapat dilihat pada varietas Inpari 30.
nyata pada semua perlakuan varietas, Faktor varietas menunjukkan
tetapi berbeda tidak nyata terhadap hasil tertinggi pada jumlah gabah per
teknik budidaya jajar legowo 4:1 dan malai yaitu 189,12 butir pada varietas
Teknik budidaya sistem tegel pada inpari 30 dan berbeda nyata pada
parameter jumlah gabah per Malai. semua varietas. Hal ini disebakan
Faktor teknik budidaya tidak memberi faktor genetik tanaman itu sendiri.
perbedaan nyata terhadap jumlah gabah Varietas Inpari 30 memiliki potensi
per malai. Hal ini disebabkan jumlah hasil panen yang lebih tinggi
gabah dalam satu malai tergantung sifat dibandingkan dengan varietas lainnya.
genetik tanaman terutama panjang Menurut Arrandeau dan Vergara
malai, cabang malai dan proses (1992) menytakan bahwa faktor paling
fotosintesis yang dihasilkan tinggi penting untuk memperoleh hasil gabah
sehingga gabah yang dihasilkan juga yang tertinggi adalah jumlah anakan
tinggi. Menurut Sutaryo dkk. (2005), produktif dan jumlah malai yang
panjang malai berkolerasi positif dan terbentuk. Semakin banyak anakan
sangat nyata dengan hasil gabah. Suatu produktif yang menghasilkan malai
varietas padi dengan malai yang maka semakin banyak pula gabah yang
panjang diharapakan mampu dihasilkan.
meningkatkan produksi dari tanaman

Berat Kering Gabah per Plot (kg)


Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata terhadap
bahwa interaksi antara teknik budidaya berat kering gabah per plot. Hasil uji
dengan varietas dan faktor teknik lanjut DNMRT taraf 5% dapat dilihat
budidaya menunjukkan pengaruh tidak pada Tabel 8.
nyata namun faktor varietas

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 8. Rata-rata berat kering gabah per plot (kg) pada perlakuan berbagai
varietas .tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 8,38 b 8,46 b 8,42 b
Inpari 30 14,36 a 14,66 a 14,51 a
Situ Bagendit 8,91 b 9,23 b 9,07 b
IR 64 9,34 b 9,02 b 9,18 b
Rerata T 10,24 a 10,34 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 8 menunjukkan bahwa faktor genetik. Faktor genetik berkaitan


perlakuan varietas Inpari 30 berbeda dengan kemampuan tanaman padi
nyata dengan perlakuan varietas mengoptimalkan produksi. Berat kering
lainnya, tetapi pada faktor teknik gabah juga dipengaruhi oleh panjang
budidaya jajar legowo dan teknik malai dan jumlah anakan yang
budidaya sistem tegel berbeda tidak terbentuk. Menurut Vergara (1985)
nyata pada parameter berat kering faktor penting untuk memperoleh hasil
gabah per plot. Hal ini disebabkan oleh gabah yang tinggi adalah jumlah
faktor genetik tanaman itu sendiri, anakan dan jumlah malai yang
sehingga faktor teknik budidaya tidak terbentuk. Semakin banyak anakan
memberi perbedaan nyata terhadap yang menghasilkan malai maka akan
berat kering gabah per plot. Hasil semakin banyak pula gabah yang
tertinggi diperoleh pada varietas inpari dihasilkan.
30 dengan kedua teknik budidaya yang Faktor varietas padi pada
berbeda. Hal ini disebabkan perbedaan varietas Inpari 30 menunjukkan hasil
varietas padi yang ditanam pada lahan yang tertinggi yaitu 14,51 kg dan
yang sama akan memberikan hasil bebeda nyata pada semua perlakuan.
produksi tanaman yang berbeda. Berat Hal ini disebabkan perbedaan varietas
kering gabah atau hasil produksi yang padi yang ditanam pada lahan yang
dihasilkan masing masing varietas padi sama juga akan mempengaruhi
ini dipengaruhi oleh sifat genetik suatu produksi. Jumlah anakan produktif,
varietas. Menurut Gardner dkk. (1991), jumlah malai yang terbentuk dan
pembungaan dan pembuahan serta panjang malai akan mempengaruhi
pengisian biji merupakan peristiwa produksi tanaman padi. Hal ini dapat
penting dalam produksi tanaman terjadi karena dapat dipengaruhi faktor
budidaya. Proses ini dikendalikan oleh genetik tanaman itu sendiri.

Persentase Gabah Bernas per Plot (%)


Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata terhadap
bahwa interaksi antara teknik budidaya persentase gabah bernas per plot. Hasil
dengan varietas dan faktor teknik uji lanjut DNMRT taraf 5% dapat
budidaya menunjukkan pengaruh tidak dilihat pada Tabel 9.
nyata namun faktor varietas

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 9. Rata-rata persentase gabah bernas per plot (%) pada perlakuan berbagai
varietas tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 54,40 b 63,77 b 59,08 b
Inpari 30 86,51 a 86,48 a 86,49 a
Situ Bagendit 61,78 b 58,30 b 60,04 b
IR 64 61,67 b 62,30 b 61,98 b
Rerata T 66,09 a 67,71 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 9 menunjukkan bahwa Faktor genetik berkaitan dengan


perlakuan varietas Inpari 30 berbeda kemampuan tanaman padi
nyata terhadap semua perlakuan mengoptimalkan produksi dalam
varietas laiannya, tetapi pada faktor pengaturan pengisian biji dengan
teknik budidaya jajar legowo 4:1 dan mengalokasikan hasil fotosintesis
teknik budidaya sistem tegel tidak secara tepat, sehinga pasokan hasil
berbeda nyata pada parameter fotosistesis ke dalam biji menjadi tidak
persentase gabah bernas per plot. Hal kekurangan dan akhirnya biji menjadi
ini diduga perbedaan persentase gabah bernas.
bernas juga disebabkan karena masing- Menurut IRRI kriteria
masing varietas memiliki faktor genetik persentase gabah bernas dibagi ke
yang berbeda dalam pembentukan dalam 5 kelompok yaitu sangat subur >
bunga pada setiap malai, terbentuk biji 90 %, subur sebagian 50-74 %, steril <
dan terisi atau tidaknya biji. Menurut 50 % dan tidak subur 0 %. Dapat
Gardner dkk. (1991), pembungaan dan dilihat dari rata-rata hasil persentase
pembuahan serta pengisian biji gabah bernas ketiga varietas yaitu 63-
merupakan peristiwa penting dalam 73 %, sehingga ketiga varietas ini
produksi tanaman budidaya. Proses ini termasuk ke dalam kriteriasubur
dikendalikan oleh faktor genetik. sebagian.

Berat 1000 Biji Gabah (g)


Hasil sidik ragam menunjukkan menunjukkan pengaruh nyata terhadap
bahwa interaksi antara teknik budidaya berat 1000 biji gabah. Hasil uji lanjut
dengan varietas dan faktor teknik DNMRT taraf 5% dapat dilihat pada
budidaya menunjukkan pengaruh tidak Tabel 10.
nyata namun faktor varietas

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
Tabel 10. Rata-rata berat 1000 biji (g) gabah pada perlakuan berbagai varietas
tanaman padi sawah terhadap teknik budidaya
Teknik Budidaya (T)
Varietas Padi Rerata V
Jajar legowo 4:1 Sistem tegel
(V)
Inpara 4 27,48 b 27,39 b 27,43 b
Inpari 30 20,83 c 20,48 c 20,66 c
Situ Bagendit 29,04 a 28,76 ab 28,90 a
IR 64 28,43 ab 28,72 ab 28,57 a
Rerata T 26,44 a 26,33 a
Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti oleh huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak
nyata menurut uji lanjut DNMRT pada taraf 5 %.

Tabel 10 menunjukkan ramping dan panjang, Varietas Inpari


perlakuan varietas Inpari 30 berbeda 30 bentuk biji gemuk dan pendek,
nyata terhadap semua perlakuan sehingga berat 1000 bijinya lebih
varietas lainnya, tetapi pada faktor ringan dari pada Varietas Situ
teknik budidaya tidak berbeda nyata, Bagendit. Hal ini sesuai Menurut
namun untuk faktor varietas Mugnisyah dan Setiawan (1990),
menunjukkan perbedaan yang nyata. menyatakan bahwa rata-rata bobot biji
Hal ini menunjukkan bahwa faktor cenderung menjadi ciri yang tetap dari
genetik mempengaruhi berat 1000 biji setiap varietas yaitu bentuk dan ukuran
karena berhubungan dengan bentuk dan biji. Bahan kering dalam biji diperoleh
ukuran biji. Bentuk dan ukuran biji dari hasil fotosintesis yang terdapat
varietas Situ Bagendit gemuk dan lebih pada bagian tanaman pada saat
panjang, sehingga menunjuk berat pertumbuhan berlangsung, yang
1000 biji tertinggi. Varietas Inpara 4 selanjutnya dapat digunakan untuk
dan IR 64 mempunyai bentuk biji pengisian biji (Kamil, 1986).

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah per plot, dan berat 1000 biji pada
dilkakukan, dapat disimpulkan bahwa: tanaman padi.
1. Perlakuan teknik budidaya dengan 2. Kombinasi perlakuan teknik
varietas menunjukkan pengaruh budidaya jajar legowo 4:1 dengan
nyata terhadap parameter jumlah Varietas Inpari 30 menunjukkan
anakan produktif dan menunjukkan perlakuan yang tertinggi pada
pengaruh yang tidak nyata terhadap produksi padi yaitu pada parameter:
parameter tinggi tanaman, jumlah panjang malai, jumlah gabah per
anakan total, umur keluar malai, malai, berat kering gabah per plot,
umur panen, panjang malai, jumlah persentase gabah bernas dan berat
gabah per malai, berat kering gabah 1000 biji pada tanaman padi.
per plot, persentase gabah bernas 3. Faktor teknik budidaya
menunjukkan pengaruh yang tidak
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
nyata pada semua parameter, kecuali 5. Berdasarkan hasil per plot yang
pada parameter tinggi tanaman, diperoleh bahwa padi varietas
jumlah anakan total, jumlah anakan Inpara 4 menghasilkan gabah
produktif dan panjang malai pada sebanyak 8,42 kg/plot atau 1650
tanaman padi. kg/ha (1,65 ton/ha), Inpari 30
4. Faktor varietas menunjukkan menghasilkan gabah sebanyak 14,51
pengaruh yang nyata pada semua kg/plot atau 2845 kg/ha (2,845
parameter pada tanaman padi dan ton/ha), Situ Bagendit menghasilkan
pada varietas Inpari 30 gabah 9,07 kg/plot atau 1778 kg/ha
menunjukkan hasil produksi yang (1,778 ton/ha) dan IR 64
tertinggi dari varietas padi lainnya. menghasilkan gabah 9,18 kg/plot
atau 1800 kg/plot (1,8 ton/ha).

SARAN
sebaiknya menggunakan varietas
Untuk mendapatkan unggul Inpari 30 dengan pendekatan
pertumbuhan dan produksi padi sawah teknik budidaya jajar legowo.
yang tinggi di Desa Pematang Sikek
Kecamatan Rimba Melintang

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014 Tanaman Padi. Tahun 2006. Badan Pusat
Dikutip dari Statistik. Propinsi Riau.
http://www.academia.edu/5333
018/Uji Adaptasi Varietas Gardner, P.F.,R.T. Pearce dan R.L.
Unggul Padi Sawah. Mitchell. 1991. Fisiologi
Tanaman Budidaya.
Arraudeau. M.A dan B.S. Vergara. Diterjemahkan oleh H. Sosilo.
1992. Pedoman Budidaya Universitas Indonesia Press.
Padi Gogo. BPTP. Sukarami. Jakarta.

Aryunis., I. Muhammad, F. Tafzi, Hairmansis A, Supartopo, Kustianto


Esrita, W. Yunita dan Y. B, Suwarno, Pane H. 2012.
Ratna. 2008. Peningkatan Perakitan dan
Produksi Padi Melalui pengembangan varietas
Pemanfaatan Varietas unggul baru padi toleran
Unggul Baru Hasil Litbang rendaman air inpara 4 dan
Iptek Nuklir Di Desa Jurnal Lahan Suboptimal,
Rambah Kecamatan Tanah 1(2) Oktober 2012 169 inpara
Tumbuh Kabupaten Bungo. 5 untuk daerah rawa banjir .
Jurnal Pengabdian pada Jurnal Litbang Pertanian. 31:1.
Masyarakat No. 46
Husna, Y. 2010. Pengaruh
Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. Penggunaan Jarak Tanam
Propinsi Riau Dalam Angka Terhadap Pertumbuhan

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015
dan Produksi Padi Sawah Nursanti, R. 2009. Pengaruh Umur
(Oryza sativa L.) Varietas IR Bibit dan Jarak Tanam
42 dengan Metode SRI Terhadap Pertumbuhan dan
(System of Rice Produktivitas Tanaman Buru
Intensification). Jurnal Hotong (Setaria italica (L.)
Jurusan Agroteknik. Fakultas Beauv). Skripsi Program Studi
Pertanian. Universitas Riau. Agronomi. Fakultas Pertanian.
Vol 9 Hal 2-7. Institut Pertanian Bogor. Hal
27-28.
IRRI, 2002. Standard Evaluation
Sytem for Rice (SES). Soemartono, S. Bahrin, R. Hardjono.
International Rice Research 1982. Bercocok Tanam Padi.
Institute (IRRI).Los Banos. C.V. Yasaguna. Jakarta.
Philipines. 56 p
Suparyono dan A. Setyono. 1993.
Ismunadji, M.,S. Partohardjono, M. Padi. Penebar Swadaya.
Syam, dan A. Widjono. 1988. Jakarta.
Padi. Buku I Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Suprihatno, B. 2010. Deskripsi
Pangan. Bogor. Varietas Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi,
Kamil, J. 1986. Teknik Benih. Badan Penelitian dan
Angkasa Raya. Padang. Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
Maisura. 2001. Daya Interaksi
Sukamandi.
Antara Beberapa Varietas
Sutaryo B, A. Purwantoro, dan
Dengan Berbagai Devisiensi
Nasrullah. 2005. Seleksi
Air Fase Tumbuh Tanaman
beberapa kombinasi untuk
Kedelai (Glycine Max L.
ketahanan terhadap
Merril) Berdasarkan
keracunan aluminium. Jurnal
Pertumbuhan Produksi Dan
Ilmu Pertanian. Vol. 12 No.
Kandungan Prolinnya. Tesis
1,2005:20-31.
S2 Pasca Sarjana Universitas
Andalas. Padang. Tidak Vergara, S.B. 1985. Physiological and
Dipubilasikan. Morphological Adaptability
of Rice Varieties to Climate.
Manurung dan Ismunadji. 1988.
In Climate and Rice. IRRI.
Morfologi dan Fisiologi Padi.
Philippines.
Padi Buku1. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman
Yoshida, S.1981. Fundamental of
Pangan. Bogor.
rice crop science. International
Rice Recearch Institute.
Mugnisyah, W.Q. dan A. Setiawan.
1990. Pengantar Produksi
Benih. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Riau
JOM Faperta Vol. 2 No. 2 Oktober 2015

You might also like