You are on page 1of 8

1

Syok dan Terapi Cairan

SYOK (SHOCK)

Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi

untuk kebutuhan organ-organ di dalam tubuh. Shock juga didefinisikan sebagai

gangguan sirkulasi yang mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital

atau menurunnya volume darah yang bersirkulasi secara efektif. Pada hewan

yang mengalami syok terjadi penurunan perfusi jaringan, terhambatnya

pengiriman oksigen, dan kekacauan metabolisme sel sehingga produksi energi

oleh sel tidak memadai. Apabila sel tidak dapat menghasilkan energi secara

adekuat, maka sel tidak akan berfungsi dengan baik sehingga pada gilirannya

akan menimbulkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ, akhirnya dapat

menimbulkan kematian.

Pada syok yang kurang parah, kompensasi tubuh dapat berupa

peningkatan laju jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer (keduanya

secara refleks), sehingga hal tersebut dapat memelihara tahanan perifer dan

aliran darah ke organ-organ vital. Ketika syok bertambah parah, kompensasi ini

akan gagal.

Tipe Syok

Syok secara klasik dibagi menjadi tiga katagori, yaitu kardiogenik,

hipovolemik, dan distributif syok. Syok kardiogenik terjadi apabila jantung

gagal berfungsi sebagai pompa untuk mempertahankan curah jantung yang

memadai. Disfungsi dapat terjadi pada saat sistole atau diastole atau dapat

merupakan akibat dari obstruksi. Kegagalan sistole atau pengaliran darah


2
Syok dan Terapi Cairan

dapat diakibatkan oleh kardiomiopati terkembang (dilated cardiomyopathy)

yang menyebabkan buruknya kontraktilitas, atau toksin/obat yang

menyebabkan depresi atau kerusakan miokardium. Kegagalan diastole atau

pengisian jantung dapat diakibatkan oleh kardiomiopati hipertropik yang

mengakibatkan buruknya preload, regurgitasi seperti pada cacat katup,

tamponad atau fibrosis perikardiaum yang mengakibatkan rendahnya preload,

atau aritmia parah yang mengakibatkan buruknya preload dan kontraktilitas

takefisien.

Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%,

sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke

jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya volume

intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh secara akut atau

kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau kebakaran.

Syok distributif disebabkan oleh maldistribusi aliran darah karena

adanya vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang bersirkulasi secara

efektif tidak memadai untuk perfusi jaringan. Vasodilatasi perifer menimbulkan

hipovelemia relatif. Contoh klasik dari syok distributif adalah syok septik. Akan

tetapi, keadaan vasodilatasi akibat faktor lain juga dapat menimbulkan syok

distributif, seperti pacuan panas (heat stroke), anafilaksis, syok neurogenik, dan

systemic inflamatory response syndrome (SIRS). Syok septik merupakan

komplikasi umum yang dijumpai pada praktik hewan kecil dan dilaporkan

merupakan penyebab kematian yang paling umum pada unit perawatan intensif

bukan kardium.
3
Syok dan Terapi Cairan

Tipe-tipe syok tersebut bervariasi dalam etiologi, tanda klinik, dan

penanganan. Seringkali terjadi lebih dari satu tipe syok pada seekor pasien;

hewan yang mengalami syok distributif juga akan mengalami hipovolemi. Syok

distributif dan hipovolemik dapat menimbulkan syok kardiogenik.

Etiologi

Etiologi spesifik dari syok tidak diketahui, tetapi syok dapat terjadi karena

stres yang serius, misalnya karena trauma yang hebat, kegagalan jantung,

perdarahan, terbakar, anestesi, infeksi berat, obstruksi intestinal, anemia,

dehidrasi, anafilaksis, dan intoksikasi.

Tanda Klinik

Tanda klinik syok bervariasi tergantung pada penyebabnya. Secara

umum, tanda kliniknya dapat berupa apatis, lemah, membrana mukosa pucat,

kualitas pulsus jelek, respirasi cepat, temperatur tubuh rendah, tekanan darah

rendah, capillary refill time lambat, takikardia atau bradikardia (kucing), oliguria,

dan hemokonsentrasi (kecuali pada hemoragi).

Tekanan arteri rendah, membrana mukosa pucat, capiilarity refill time

(CRT) lambat (>2 detik), temperatur rektal rendah atau normal, takipnea, dan

ekstremitas terasa dingin merupakan tanda klinik syok kardiogenik dan

hipovolemik. Untuk membedakan syok kardiogenik dengan syok hipovolemik

dibutuhkan anamnesis lengkap dan evaluasi jantung.

Pasien yang mengalami syok septik awal, membrana mukosanya

mungkin masih merah, CRT cepat (<1 detik), takikardia, demam, dan terasa
4
Syok dan Terapi Cairan

hangat saat disentuh. Pada perkembangan selanjutnya, membrana mukosa

tampak “keruh”, CRT bertambah lambat (>2 detik), pulsus menjadi lemah, dan

ekstremitas menjadi dingin. Gambaran unik terjadi pada syok distributif pada

kucing yang seringkali menunjukkan bradikardia daripada tekikardia.

Penanganan

Tujuan penanganan syok tahap awal adalah mengembalikan perfusi dan

oksigenasi jaringan dengan mengembalikan volume dan tekanan darah. Pada

syok tahap lebih lanjut, pengembalian perfusi jaringan saja biasanya tidak

cukup untuk menghentikan perkembangan peradangan sehingga perlu

dilakukan upaya menghilangkan faktor toksik yang terutama disebabkan oleh

bakteri.

Pemberian oksigen merupakan penanganan yang sangat umum, tanpa

memperhatikan penyebab syok. Terapi lainnya tergantung pada penyebab

syok.

Terapi cairan merupakan terapi yang paling penting terhadap pasien

yang mengalami syok hipovolemik dan distributif. Pemberian cairan secara IV

akan memperbaiki volume darah yang bersirkulai, menurunkan viskositas

darah, dan meningkatkan aliran darah vena, sehingga membantu memperbaiki

curah jantung. Akibat selanjutnya adalah meningkatkan perfusi jaringan dan

memberikan pasokan oksigen kepada sel. Terapi awal dapat berupa

pemberian cairan kristaloid atau koloid. Pada hewan yang mengalami

hipovolemik dengan fungsi jantung normal, cairan Ringer laktat atau Ringer

asetat diberikan dengan cepat. Dosis yang direkomendasikan untuk syok


5
Syok dan Terapi Cairan

adalah 90 ml/kg IV untuk anjing dan 60 ml/kg IV untuk kucing. Seperempat dari

jumlah tersebut diberikan selama 5-15 menit pertama dan bersamaan dengan

itu dilakukan evaluasi terhadap respon kardiovaskular (kecepatan denyut

jantung, warna membrana mukosa, kualitas pulsus, dan CRT). Koloid atau

plasma pada dosis 22 ml/kg pada anjing dan 10-15 ml/kg pada kucing

digunakan untuk resusitasi syok. Kecepatan dan volume terapi cairan harus

dapat ditoleransi oleh individu pasien. Kecepatan dan jumlah pemberian cairan

dimonitor pada tekanan vena sentral dan pengeluaran urin.

Apabila perfusi jaringan berkurang karena kehilangan banyak darah,

secara ideal harus dilakukan transfusi darah dengan kecepatan tidak melebihi

22 ml/kg secara IV dan kontrol perdarahan harus dilakukan dengan baik. Bila

PCV menurun secara akut menjadi di bawah 20%, transfusi padatan sel darah

merah (packed red blood cells) atau darah total secara nyata memperbaiki

tekanan darah dan penghantaran oksigen ke jaringan.

Pada syok kardiogenik, terapi cairan yang terlalu cepat dapat berakibat

fatal karena akan meningkatkan beban kerja jantung dan selanjutnya

membahayakan sirkulasi. Terapi syok kardiogenik tergantung pada

penyebabnya. Jika syok disebabkan oleh kontraktilitas miokardium yang jelek,

disarankan penanganan dengan beta-agonist. Dobutamin merupakan beta-

agonist yang mampu meningkatkan curah jantung dan penghantaran oksigen,

tanpa menyebabkan vasokonstriksi, merupakan obat yang paling umum

digunakan untuk meningkatkan fungsi jantung. Jika hewan sedang diberikan

obat yang menekan miokardium (misalnya anestesia), maka pemberian obat


6
Syok dan Terapi Cairan

tersebut harus dihentikan. Perikardiosentesis harus dilakukan jika efusi

perikardium cukup banyak dan menyebabkan tamponad.

Pada syok distributif apabila hipotensi tetap terjadi walaupun telah

dilakukan terapi cairan yang cukup maka dibutuhkan pemberian vasopresor.

Oleh karena curah jantung dan tahanan pembuluh darah sistemik

mempengaruhi penghantaran oksigen ke jaringan, maka pada pasien hipotensi

harus dilakukan terapi untuk memaksimalkan fungsi jantung dengan terapi

cairan dan obat inotropik, dan/atau memodifikasi tonus pembuluh darah dengan

agen vasopresor.

Penggunaan glukokortikoid untuk menangani syok masih kontroversial.

Namun apabila digunakan, glukokortikoid harus digunakan pada penanganan

awal dan tidak diulang penggunaannya. Prednisolon direkomendasikan pada

dosis 22-24 mg/kg secara IV. Glukokortikoid kerja cepat (rapid-acting

glucocorticoid) yang lain yang tersedia dalam bentuk parenteral adalah

deksametason sodium fosfat, direkomendasikan pada dosis 2-4 mg/kg secara

IV.

Syok septik sering kali berkaitan dengan bakteri gram negatif, dan

antibiotik yang cocok untuk itu misalnya sepalosporin atau aminoglikosida dan

penisilin. Apabila menggunakan aminoglikosida, hewan harus dalam kondisi

hidrasi yang baik, karena aminoglikosida dapat mengakibatkan nefrotoksik.

Hewan yang sedang mendapatkan penanganan syok harus terus

dimonitor. Dua faktor yang sangat penting untuk dimonitor adalah tekanan dan

volume darah. Sebagai petunjuk dalam pemberian terapi dapat digunakan

parameter kardiovaskuler (kecepatan denyut jantung, warna membrana


7
Syok dan Terapi Cairan

mukosa, kualitas pulsus, CRT, tekanan vena sentral), kecepatan pernapasan,

temperatur, hematokrit, dan pengeluaran urin. Untuk mengevaluasi terapi

cairan pada syok karena perdarahan sangat penting dilakukan pengukuran

PCV (packed cell volume) dan TS (total solid). Tekanan gas dalam darah

sangat penting dalam penentuan dan memonitor keseimbangan asam-basa.

DAFTAR PUSTAKA

Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005. Textbook of Veterinary Internal


Medicine. Vol. 1. 6th Ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.

Fox, P. R. 2007. Critical care cardiology. In Proceedings of the World Small


Animal Veterinary Association. Sydney, Australia

Fuentes, V. L. 2007. Cardiovascular emergencies. In Proceedings of the


SCIVAC Congress. Rimini, Italy.

Kahn, C. M. dan S. Line. 2008. The Merck Veterinary Manual (E-book). 9th Ed.
Whitehouse Station, N.J., USA: Merck and Co., Inc.

King, L. 2008. Update on feline critical care. In Proceedings of the 33rd World
Small Animal Veterinary Congress. Dublin, Ireland.

Kirby, R. 2007. Shock and shock resuscitation. In Proceedings of the Societa


Culturale Italiana Veterinari Per Animali Da Compagnia Congress.
Rimini, Italy.

Lorenz, M. D., L. M. Cornelius, dan D. C. Ferguson. 1997. Small Animal


Medical Therapeutics. Philadelphia: Lippincott Raven Publisher.

Lorenz, M. D. dan L. M. Cornelius. 2006. Small Animal Medical Diagnosis. 2nd


Ed. Iowa, USA: Blackwell Publishing.

Sibuea, W. H., M. M. Panggabean, dan S. P. Gultom. 2005. Ilmu Penyakit


Dalam. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.

Silverstein, D. 2006. The different types of shock. In Proccedings of the


International Congress of the Italian Association of Companion Animal
Veterinarians. 19-21 Mei 2006. Rimini, Italy.
8
Syok dan Terapi Cairan

Silverstein, D. 2006. The use of vasopressors in shock patients. In Proccedings


of the International Congress of the Italian Association of Companion
Animal Veterinarians. 19-21 Mei 2006. Rimini, Italy.

Tello, L. H. 2007. Septic shock: What, when and how. In Proceeding of the
World Small Animal Veterinary Association Congress. Sydney,
Australia.

You might also like