You are on page 1of 14

MAKALAH FARMAKOGNOSI

EFEKTIFITAS MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)

Dosen pembimbing : Deviningsih S. Farm., Apt

Disusun oleh : Oktafiani Wulandari

PRODI FARMASI
STIKES PAGUWARMAS MAOS – CILACAP
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. KLASIFIKASI MAHKOTA DEWA

Kingdom : Plantae

Sub kingdom : Tracheophyta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Equisetopsida

Sub kelas : Magnoliidae

Ordo : Malvales

Famili : Thymelaeaceae

Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.

Menurut Harmanto (2004), mahkota dewa merupakan tumbuhan

yang berkembang dan tumbuh sepanjang tahun. Dalam pertumbuhannya,

mahkotadewa dapat mencapai ketinggian 1-2,5 m. Jika dirawat dengan

baik, tanaman ini dapat mencapai ketinggian 6 m. Secara morfologi,

tanaman ini memiliki akar,batang, daun, bunga, buah, dan biji.Buah

mahkota dewa merupakan ciri khas pohon mahkota dewa. Bentuknya

bulat,seperti bola. Ukurannya bervariasi, dari sebesar bola pimpong

sampai apel merah.Saat masih muda, kulitnya berwana hijau, saat sudah
tua warnanya berubahmenjadi merah marun (Gambar 1). Ketebalan kulit

sekitar 0,5-1 mm. Daging buahberwarna putih. Ketebalan daging

bervariasi, tergantung pada ukuran buah (Harmanto, 2004).

Mahkota dewa (Phaleriamacrocarpa L.) dari suku Thymelaceae.

Mahkota dewa tergolong tanaman perdu yangtumbuh dari dataran rendah

hingga ketinggian 1200meter di atas permukaan laut(1). Phaleria

macrocarpaini adalah tanaman tropis yang berasal dari Pulau Papua dan

banyak digunakan sebagai bahan obat untukmenyembuhkan kanker dan

diabetes melitus. Di kotakotabesar seperti Jakarta, Bandung, dan

Yogyakarta,mahkota dewa telah menjadi populer dan banyakdijual secara

komersial di toko-toko obat, apotik dan di rumah sakit. Mahkota dewa

bahkan telah menjaditanaman primadona sebagai obat serba

guna(2).Penampilan tumbuhan ini sangat menarik,terutama saat buahnya

mulai tua sehingga banyakdipelihara sebagai tanaman hias. Buah mahkota

dewasesungguhnya dapat dimakan, meskipun bijinyamengandung racun.

Buah mahkota dewa yang bulat,berwarna hijau ketika muda dan merah

marun ketikatua, dengan ukuran bervariasi dari sebesar bolapingpong

sampai sebesar apel dengan ketebalan kulit0,1-0,5 mm(3). Akhir-akhir ini,

tumbuhan mahkotadewa banyak digunakan sebagai obat tradisional,baik

secara tunggal maupun dicampur dengan obatobatantradisional lainnya.

Hal tersebut disebabkankarena tumbuhan mahkota dewa

mengandungsenyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid,resin, tanin ,

dan sebagainya yang berkhasiat untukantihistamin, antioksidan, obat asam


urat, liver,rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggisampai

kanker(4).Menurut Gotama, dkk (1999) di dalam kulitbuah mahkota dewa

terkandung senyawa alkaloid,saponin, dan flavonoid, sementara dalam

daunnyaterkandung alkaloid, saponin, serta polifenol.Mereka juga

melaporkan bahwa senyawa saponin diklasifikasikan berdasarkan struktur

aglikon ke dalam triterpenoid dan steroid saponin. Keduasenyawa tersebut

mempunyai efek anti inflamasi,analgesik, dan sitotoksik(5,6).

B. Kandungan Kimia Buah Mahkota Dewa

Menurut Harmanto (2003), buah mahkota dewa mengandung

alkaloid, saponin,flavonoid, polifenol, dan minyak atsiri. Hal ini didukung

oleh penelitian yangdilakukan oleh Lisdawati (2002) yang mengatakan

bahwa buah mahkota dewamengandung senyawa aktif seperti alkaloid,

saponin, flavonoid, polifenol, fenol,lignan, sterol, tannin, dan minyak

atsiri. Elimam dkk. (2009) melaporkan bahwasenyawa seperti phenolic,

terpenoid, flavonoid, dan alkaloid memiliki aktivitashormon juvenil

sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga.Serangga akan

terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahandari telur

menjadi larva, atau dari larva menjadi pupa, atau dari pupa

menjadidewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali

mengakibatkan kematianpada serangga (Aradilla, 2009).Saponin dikenal

sebagai insektisida dan larvasida. Saponin dapat menurunkantegangan

permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga


dindingtraktus menjadi korosif (Aminah dkk. 2001). Golongan ini terdapat

pada berbagaijenis tumbuhan sebagai pertahanan diri dari serangan

serangga karena saponinyang terdapat pada makanan yang biasa

dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan

penyerapan makanan. Menurut Davidson (2004) pada konsentrasi tinggi

saponin bersifat toksik.Flavonoid merupakan senyawa fenolik alam yang

potensial sebagai antioksidandan mempunyai bioaktivitas sebagai obat.

Flavonoid sering terdapat di selepidermis. Sebagian besar flavonoid

terhimpun di vakuola sel tumbuhan walaupun tempat sintesisnya ada di

luar vakuola (Yunilda, 2011). Beberapa fungsi flavonoid bagi tumbuhan

adalah pengaturan tumbuh, fotosintesis, antimikroba, antivirus,dan

pertahanan tumbuhan terhadap serangga.Alkaloid pada serangga bertindak

sebagai racun perut. Alkaloid dapat mendegradasi membran sel untuk

masuk ke dalam dan merusak sel. Selain itu, alkaloid juga bekerja dengan

mengganggu sistem kerja saraf larva dan menghambat kerja enzim

asetilkolinesterase (Cania, 2012).

C. AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA SENYAWA MAHKOTA

DEWA

Kurangnya kesadaran masyarakat dan perekonomian yang kurang

menentu, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesehatan

masyarakat pada umumnya, serta mempengaruhi kesehatan gigi pada

khususnya. Perawatan gigi yang kurang baik dapat menyebabkan masalah


kesehatan gigi.Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia

adalah karies gigi.Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak

struktur gigi.Penyakit ini menyebabkan gigi berlubang, nyeri dan

infeksi.Jika infeksi karena karies sudah mencapai syaraf gigi maka

perawatan yang dilakukan adalah perawatan saluran akar (root canal

treatment).Perawatan saluran akar adalah tindakan yang dilakukan untuk

mempertahankan gigi.

Tujuan utama perawatan saluran akar ialah menghilangkan bakteri

yang invasi di dalam saluran akar dan menciptakan lingkungan yang

asepsis sehingga bakteri tidak dapat bertahan hidup.

Berdasarkan temuan tersebut, ternyata penyebab infeksi saluran

akar tidak hanya satu macam bakteri tetapi berbagai macam bakteri yang

terlibat termasuk organisme anaerob seperti Porphyromonas, Bacterioides

gingivalis, Phorphyromonas bacterioides endodontalis, dan Prevotella

bacterioides buccae yang dinamakan Bacterioidesspesies (Agustin W,

2005). Bakteri mix saluran akar gigi adalah sejumlah bakteri (aerob dan

anaerob) yang terdapat di dalam saluran akar gigi, diperoleh dengan

menggunakan paper poin steril nomer 45 yang dimasukan ke dalam

saluran akar gigi dengan diagnosa nekrosis pulpa.

Perlunya sterilisasi saluran akar adalah untuk memusnahkan atau

mengurangi jumlah mikroorganisme secara nyata.Sterilisasi saluran akar

dilengkapi dengan medikamen saluran akar (Grossman, 1995).Pemberian

medikamen saluran akar bertujuan untuk memperoleh aktivitas


antimikroba di saluran akar, menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar,

mengontrol dan mencegah nyeri (Agustina, 2011).Diketahui juga bahwa

medikamen saluran akar berpotensi menimbulkan efek samping yang

berbahaya karena material ini adalah suatu agen terapeutik atau kimia yang

aktif dan toksik (Walton dan Torabinejad, 2002). Dengan kelemahan yang

dimiliki dari bahan medikamen saluran akar, perlu dikembangkan bahan

alami dengan kadar toksisitas rendah tetapi memiliki daya antibakteri yang

baik sebagai bahan medikamen saluran akar. Bahan alami khususnya

tumbuh-tumbuhan merupakan keanekaragaman hayati yang masih sangat

sedikit menjadi subjek penelitian ilmiah di Indonesia.Tanaman obat

Indonesia telah diketahui sebagai sumber yang potensial sebagai agen

antibakteria (Beatrice, 2010).Bahan alami yang mungkin bisa

dimanfaatkan sebagai bahan alternatif medikamen saluran akar adalah

buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa [Scheff.]Boerl).Mahkota dewa

merupakan tanaman obat tradisional yang sudah dikenal dan saat ini

semakin diminati masyarakat.Pemanfaatan tanaman mahkota dewa ini

secara tradisional adalah sebagai tanaman yang sejak lama dikenal dapat

memiliki khasiat untuk mengobati luka, diabetes, lever, flu, alergi, sesak

nafas, desentri, penyakit kulit, jantung, ginjal, dan kanker.Efek terapeutik

buah mahkota dewa erat hubungannya dengan senyawa kimia yang

terkandung di dalamnya.Telah diketahui bahwa biji mahkota dewa bersifat

toksik sedangkan daging buahnya tidak.Potensi penghambatan daging

buah mahkota dewa lebih besar jika dibandingkan dengan akar, kulit
batang, maupun daunnya (Kere, 2011).Komposisi aktif buah mahkota

dewa adalah tanin, flavonoid, saponin dan alkaloid (Wijoyo, 2012).

D. METODE PENELITIAN

Terdapat beberapa metode yang dapat di gunakan dalam pengujian

efektivitas antimikroba pada mahkota dewa , antara lain :

Dapat dilakukan dengan ekstraksi dengan menggunakan HPLC dan juga

dapat menggunakan metode dilusi. Sampel bakteri yang digunakan adalah

bakteri mix saluran akar gigi yang diperoleh dengan menggunakan paper

poin steril no 45.

Ekstraksi buah mahkotadewa dengan berat 1600 gram , diiris tipis dan

dikeringkan.setelah kering, diblender sampai menjadi serbuk halus

sebanyak 540 gram dengan pelarut metanol dan diuapkan dengan

evaparator sehingga diperoleh ekstrak cair buah mahkotadewa. Dan

digunakan konsentrasi ekstrak mahkotadewa 7%8%12,5%.

Dan cara pembuatanya dengan menimbang mahkotadewa (0,5 g)

ditimbang dan ditempatkan dalam 100 mL labu takar. Tambahkan 40 mL

metanol, diikuti oleh 10 mL dan 6M HCL. Campuran diaduk

menggunakan pengaduk magnetik. Campuran ditempatkan dalam labu

sampel (250 ml), yang melekat pada refluks selama 2 jam pada 90 C,

kemudian campuran disaring menggunakan kertas Whatman No.1

penyaring (Whatman, Inggris), dengan menggunakan Rotary Evaporator.


Pada suhu 40 C. ekstrak sampel dimuat pada kromatografi-cair kinerja

tinggi (HPLC). Uji antibakteri P. macrocarpa ekstrak buah dilakukan

dengan metode difusi . Semua mikroorganisme yang disebutkan di atas

diinkubasi pada 37 C selama 24 jam dengan inokulasi ke dalam kaldu

nutrisi. Suspensi kultur disiapkan dan disesuaikan. Percobaan dilakukan 3

kali.

E. HASIL PENGUJIAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa ekstrak buah mahkota dewa memiliki daya antibakteri serta mampu

menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi.

Konsentrasi 7%, 8%, 12,5% ekstrak buah mahkota dewa memiliki

efektivitas antibakteri sebagai bahan alternatif sterilisasi saluran akar gigi

terhadap bakteri mix saluran akar gigi. Dan senyawa flavonoid yang

terkandung dalam buah mahkota dewa (P.macrocarpa) adalah naringin

dan quercetin Selain itu, benih P. buah macrocarpa terkandung hanya

quercetin dengan nilai 0,452 mg / g. Disebutkan pula Phaleria Macocarpa

mengandung ester phorbol yang ada dalam biji buah yang digunakan

sebagai penghambat pertumbuhan jamur atau bakteri.


F. AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA SENYAWA MAHKOTA

DEWA

Akhir-akhir ini banyak penyakit-penyakit degeneratif seperti

kanker, jantung, artritis, diabetes, liver dsb. Salah satu dari penyakit

degeneratif yang paling ditakuti adalah kanker, yang biaya pengobatannya

mahal dan tidak ada jaminan bagi penderita untuk dapat sembuh secara

total, atau sewaktu-waktu dapat kambuh kembali. Sampai saat ini teknik

pengobatan kanker yang lazim dilakukan adalah dengan cara pembedahan,

radioterapi dan kemoterapi yang memerlukan waktu sangat panjang.

Penyakit degeneratif ini disebabkan karena antioksidan yang ada di dalam

tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas.

Radikal bebas adalah molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu

atau lebih elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat

reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada komponen sel seperti

DNA, lipid, protein dan karbohidrat. Kerusakan tersebut dapat

menimbulkan berbagai kelainan biologis seperti arterosklerosis, kanker,

diabetes dan penyakit degeneratif lainnya (Chen dkk, 1996). Peranan

antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal

bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel dan juga merusak

biomolekul, seperti DNA, protein, dan lipoprotein di dalam tubuh yang

akhirnya dapat memicu terjadinya penyakit degeneratif, seperti kanker,

jantung, artritis, katarak, diabetes dan hati (Silalahi, 2002). Untuk

menghindari hal tersebut, dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar atau


antioksidan eksogen, seperti Vitamin E, Vitamin C maupun berbagai jenis

sayuran dan buah-buahan. Sehubungan dengan hal tersebu dilakukan

pengujian terhadap bagian-bagian dari tanaman mahkota dewa yang

diduga potensial dalam menghasilkan bahan-bahan antioksidan.

G. METODE PENELITIAN

Pengujian ini dilakukan menggunakan metoda efek penangkapan

radikal bebas DPPH (Diphenyl picryl hydrazil) yang prinsipnya adalah

penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas. Dalam hal ini

DPPH menjadi sumber radikal bebas, untuk dipertemukan dengan ekstrak

bagian-bagian tanaman mahkota dewa yang menjadi antioksidan.

Penangkapan hidrogen dari antioksidan oleh radikal bebas, akan

menyebabkan terjadinya perubahan warna yang akan dideterminasi

menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 565 nm.

Dan ada pula metode lainya yaitu dengan metode ekstraksi serbuk

kering dimaserasi

dengan 80% metanol berair dan diekstraksi selama 72 jam sebelum filtrasi

(tiga kali). Filtrat yang diperoleh adalah terkonsentrasi pada tekanan

tereduksi (60 rpm pada 37∘C) .Ini ekstrak metanol mentah kemudian

fraksinasi, awalnya dengan heksana diikuti oleh kloroform. kloroform

tidak larut fraksi menjadi sasaran partisi dengan etil asetat dan air . Ekstrak

metanol dan fraksinya (Heksana, kloroform, etil asetat dan air) yang

refiltered dan diuapkan pada tekanan rendah (60 rpm pada 37∘C) untuk

menghapus kelebihan pelarut. Analisis screening fitokimia. Dalam rangka


untuk mengklasifikasikan jenis konstituen organik yang ada dalam sampel

tanaman,awal tes skrining fitokimia dilakukan pada sampel tanaman sesuai

dengan kualitatif dan kuantitatif metode Trease dan Evans [10] dan

Sofowora [11]. Konstituen organik yang diteliti adalah mereka

tercantum dalam Tabel 2. α-asam amino, karbohidrat, cyanogenic

glikosida, asam organik, gula pereduksi, glikosida saponin,dan kadar pati

tekad dilakukan pada ekstrak air. tes alkaloid digunakan dengan

penambahan 1% HCl. Penentuan flavonoid, glikosida, fenolik senyawa,

dan tanin dilakukan pada etanol ekstrak. Tes untuk steroid

dilakukan pada minyak bumi - ekstrak eter. Penentuan

physiochemical.Sampel bubuk kering ditentukan dengan menggunakan

metode pengeringan oven.

H. HASIL PENGUJIAN

Berdasarkan hasil analisis pengujian antioksidan dari bagian

tanaman mahkota dewa, diketahui bahwa yang memberikan daya inhibisi

di atas 50% hanya bagian buah muda bagian kulit buah. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa daya inhibisi buah mahkota dewa lebih tinggi dari

kulit batang, biji tua, daun, biji muda, ranting dan akar. Hal tersebut

mungkin disebabkan karena komposisi buahnya mengandung senyawa

flavonoid yang tinggi, disamping senyawa alkaloid, saponin, fenolik

hidrokuinon, tanin, steroid, mono terpen dan sesqui terpen (Arini dkk,

2003). Dan juga ekstrak terkonsentrasi menggunakan rotary evaporator

(Buchi, USA) di bawah tekanan rendah pada 35∘C. Itu hasil ekstrak dari P.
biji macrocarpa . Hasil tertinggi dari biji P. macrocarpa adalah fraksi

heksana(9,47%).

I. KESIMPULAN

Terdapat beberapa macam fungsi dari tanaman mahkota dewa (Phaleria

macrocarpa) Fungsi tersebut , terdapat pada seluruh bagian tanaman seperti

daum , buah , dan kulit buah. Dan yang paling banyak kandungan terdapat

pada kulit buah mahkota dewa. Studi ini menunjukkan bahwa P. macrocarpa

buah yang megandung kaempferol, myricetin, naringin, dan rutin sebagai

flavonoid. Selain itu, mesocarp, dan ekstrak biji yang ampuh sebagai agen

antimikroba. Kehadiran flavonoid dapat berkontribusi untuk kegiatan

antimikroba. Disarankan P. macrocarpa dapat dianggap sebagai sumber zat

antimikroba yang mungkin diterapkan dalam farmasi dan produk kosmetik.

Ekstrak buah mahkota dewa juga memiliki daya antibakteri serta mampu

menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri mix saluran akar gigi.

Dengan konsentrasi 7%, 8%, 12,5% ekstrak buah mahkota dewa memiliki

efektivitas antibakteri sebagai bahan alternatif sterilisasi saluran akar gigi

terhadap bakteri mix saluran akar gigi. Biji P. macrocarpa juga mempunyai

efektivit antioksidan dan sitotoksik. Hal ini sangat mungkin bahwa karena

adanya senyawa fenolik dan flavonoid dengan jumlah yang cukup unggul

dibanding senyawa lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah mendorong dan ,

menunjukkan potensi untuk P. macrocarpa sebagai sumber beberapa agen

terapi. Ekstrak n-butanol buah muda maupun buah tua memiliki daya

inhibisi yang lebih tinggi dibanding ekstrak pelarut etilasetat dan air.
DAFTAR PUSTAKA

Rohyami Y. 2008, Penentuan Kandungan Flavonoid dari Ekstrak Metanol

Daging Buah Mahkota Dewa .Jurnal Logika, Vol. 5. No.1. Hal 1-16

Siregar, B. 2011, Daya Antibakteri Ekstrak Buah Mahkota Dewa (Phaleria

macrocarpa [Scheff.]Boerl) terhadap Pertumbuhan Streptococcus

mutans (in vitro), Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Soeksmanto, A. 2006, Pengaruh Ekstrak Butanol Buah Tua Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa) terhadap Jaringan Ginjal Mencit (Mus musculus).J

Biodiversitas, Vol. 7.No. 3. Hal 278-281.

Soeksmanto, A., Hapsari, Y., Simanjuntak, P. 2007, Kandungan Antioksidan pada

Beberapa Bagian Tanaman Mahkota Dewa, Phaleria macrocarpa (Scheff)

Boerl.(Thymelaceae). J Biodiversitas, Vol. 8. No. 2. Hal 92-95.

Suryani, L., Stepriyani, S. 2007, Daya Antibakteri Infusa Daun Mahkota Dewa

(Phaleria macrocarpa) terhadap Staphylococcus aureus dan Eschericia

coli.Jurnal Mutiara Medika, Vol. 5. No. 1. Hal 23-28.

Sutanto, T. 2013, Asam Urat Deteksi Pencegahan Pengobatan, Yogyakarta, Buku

Pintar, Hal 95-96.

You might also like