You are on page 1of 10

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI


SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi
Siswa Sekolah Menengah Pertama
Tatang Herman
ABSTRACT
In this reform era, high level thinking ability is a necessary. This ability is however, not well-nurtured,
since most lessons at school, especially math, does not provide students with the ability to develop
their high thinking ability. This experiment study, therefore, is conducted to explore SMP students’
high level mathematical thinking and disposition through problem-based learning. The samples of
this study are year 2 students in three SMPs in Bandung whereas the instruments in the study are
test, mathematical disposition scale, and observation sheet. The findings, among others, suggest
that open problem-based and structured problem-based learning are significantly better than con-
ventional learning in improving students’ high level mathematical thinking ability based on school
qualification difference and students’ intelligence. This different high level mathematical thinking abil-
ity is not gender based. In addition, the findings also suggest that the mathematical disposition ability
of students who received open problem-based learning is better than that of those who received
structured problem-based learning.

Key words: problem-based learning, high level thinking, open problem, structured problem.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat sentral dalam matematika di sekolah menurut Depdiknas (2004) adalah:
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang- (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kes-
Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), misal- impulan, (2) mengembangkan aktivitas kreatif yang meli-
nya, menunjukkan akan peran strategis pendidikan dalam batkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengem-
pembentukan SDM yang berkualitas. Karakter manusia bangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu,
Indonesia yang diharapkan menurut undang-undang membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, (3)
tersebut adalah manusia yang beriman dan bertaqwa, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, maju, cerdas, kre- dan (4) mengembangkan kemampuan menyampaikan
atif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab, informasi dan mengkomunikasikan gagasan. Dengan
produktif, serta sehat jasmani dan rohani. Upaya efektif demikian, matematika sebagai bagian dari kurikulum pen-
untuk membentuk karakter manusia seperti ini dapat di- didikan dasar, memainkan peranan strategis dalam pen-
lakukan melalui peningkatan kaulitas pendidikan. ingkatan kualitas SDM Indonesia.
Pada era informasi global seperti sekarang ini, Mengingat peranannya yang sangat penting dalam
semua pihak memungkinkan mendapatkan informasi se- proses peningkatan kualitas SDM, maka upaya peningka-
cara melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber tan kualitas pembelajaran matematika, khususnya pada
dan dari berbagai penjuru dunia. Untuk itu, manusia di- tingkat pendidikan dasar, memerlukan perhatian yang
tuntut memiliki kemampuan dalam memperoleh, memilih, serius. Upaya ini menjadi sangat penting mengingat be-
mengelola, dan menindaklanjuti informasi itu untuk diman- berapa penelitian yang menerangkan bahwa hasil pembe-
faatkan dalam kehidupan yang dinamis, sarat tantangan, lajaran matematika di sekolah belum menunjukkan hasil
dan penuh kompetisi. Ini semua menuntut kita memiliki yang memuaskan (Djazuli, 1999). Rendahnya hasil yang
kemampuan berpikir kritis, kreatif, logis, dan sistematis. dicapai dalam evaluasi nasional matematika ini, menun-
Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui kegiatan jukkan bahwa kualitas pemahaman siswa dalam matema-
pembelajaran matematika karena tujuan pembelajaran tika masih relatif rendah. Pemahaman dalam matematika

ISSN : 1907 - 8838 47


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Tatang Herman

sudah sejak lama menjadi isu penting. Tidak sedikit ha- Belajar tidak lagi dipandang sebagai proses transfer pen-
sil riset dan pengkajian dalam pembelajaran matematika getahuan untuk kemudian disimpan dalam sistem memori
berkonsentrasi dan berupaya menggapai pemahaman, siswa melalui praktek yang diulang-ulang dan penguatan.
namun sudah diyakini oleh kebanyakan bahwa untuk Siswa harus diarahkan agar mendekati setiap persoalan/
mencapai pemahaman dan pemaknaan matematika tidak tugas baru dengan pengetahuan yang telah ia miliki (prior
segampang membalik telapak tangan. knowledge), mengasimilasi informasi baru, dan mengkon-
Salah satu penyebab rendahnya kualitas pemaha- struksi pemahaman sendiri.
man matematika siswa di SD dan SMP menurut hasil sur- Dalam Kurikulum 2004 disebutkan bahwa standar
vey IMSTEP-JICA (1999) di kota Bandung adalah karena kompetensi matematika yang harus dicapai siswa dalam/
dalam proses pembelajaran matematika guru umumnya dari kegiatan pembelajaran. Standar kompetensi yang di-
terlalu berkonsentrasi pada latihan menyelesaikan soal maksud, bukanlah penguasaan matematika sebagai ilmu,
yang lebih bersifat prosedural dan mekanistis daripada melainkan penguasaan akan kecakapan matematika yang
pengertian. Dalam kegiatan pembelajaran guru biasan- diperlukan untuk dapat memahami dunia sekitar, mampu
ya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan bersaing, dan berhasil dalam kehidupan. Standar kompe-
contoh soal, dan menberikan soal-soal latihan. Menurut tensi yang dirumuskan dalam Kurikulum 2004 mencakup
Armanto (2002) tradisi mengajar seperti ini merupakan pemahaman konsep matematika, komunikasi matematis,
karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pem- koneksi matematis, penalaran, pemecahan masalah,
belajaran di Indonesia. Pembelajaran matematika konven- serta sikap dan minat yang positif terhadap matematika.
sional bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan Dengan demikian, model pembelajaran konvensional
matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), yang dilakukan oleh kebanyakan guru, seperti yang telah
siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berori- dikemukakan di atas, tidak sesuai lagi dengan target dan
entasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas tujuan kurikulum ini. Dalam Kurikulum 2004 (Depdiknas,
yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. 2004), secara eksplisit dikemukakan,
Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi
pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan Diharapkan, dalam setiap kesempatan, pembelajaran
masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis. matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang
sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan men-
Akibatnya, kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa san-
gajukan masalah-masalah yang kontekstual, siswa secara
gat lemah karena kegiatan pembelajaran yang biasa di- bertahap, dibimbing untuk menguasai konsep-konsep
lakukan hanya mendorong siswa untuk berpikir pada tata- matematika (h. 5).
ran tingkat rendah.
Kondisi ini secara kasat mata ditunjukkan oleh hasil Menyikapi permasalahan-permasalahan yang timbul
survey internasional The Third International Mathematics dalam pendidikan matematika sekolah kita, terutama yang
and Science Study (TIMSS) bahwa kemampuan siswa berkaiatan dengan perstasi belajar siswa, praktek pem-
SMP kelas dua Indonesia dalam menyelesaikan soal-soal belajaran di kelas, pentingnya meningkatkan kemampuan
tidak rutin (masalah matematis) sangat lemah, namun berpikir matematis tingkat tinggi (Henningsen & Stein,
relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal tentang fakta 1997; Suryadi, 2005), dan fokus Kurikulum 2004, maka
dan prosedur(Mullis, Martin, Gonzales, Gregory, Garden, upaya inovatif untuk menanggulanginya perlu segera
O’Connor, Krostowski, & Smith, 2000). Hal ini membukti- dilakukan. Salah satu alternatif solusi yang dapat men-
kan bahwa terhadap masalah matematika yang menuntut gentaskan permasalahan dalam pendidikan matematika
kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa SMP kelas dua ini adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran
Indonesia jauh di bawah rata-rata internasional, bahkan melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Fokus
dengan beberapa negara tetangga sekalipun, seperti Ma- utama dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran
laysia, Singapura, dan Thailand. Melihat keadaan seperti ini adalah memposisikan peran guru sebagai perancang
ini, upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran ter- dan organisator pembelajaran sehingga siswa mendapat
utama dalam pengembangan kemampuan berpikir tingkat kesempatan untuk memahami dan memaknai matematika
tinggi siswa menjadi penting dan esensial. melalui aktivitas belajar.
Untuk menjawab permasalahan di atas, pemerintah, PBM merupakan suatu pendekatan pembelajaran
dalam hal ini Depdiknas, telah memperbaharui kurikulum yang diawali dengan menghadapkan siswa dengan ma-
sekolah. Perubahan dilakukan tidak saja dalam restruk- salah matematika. Dengan segenap pengetahuan dan
turisasi substansi matematika yang dipelajari, namun kemampuan yang telah dimilikinya, siswa dituntut untuk
yang sangat mendasar adalah pergeseran paradigma dari menyelesaikan masalah yang kaya dengan konsep-kon-
bagaimana guru mengajar ke bagaimana siswa belajar. sep matematika. Karakteristik dari PBM di antaranya

48 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

adalah: 1) memposisikan siswa sebagai self-directed Berdasarkan rumusan masalah dan kajian teoritis di
problem solver melalui kegiatan kolaboratif, 2) mendo- atas, selanjutnya diajukan beberapa hipotesis penelitian
rong siswa untuk mampu menemukan masalah dan men- berikut ini.
gelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan 1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
merencanakan penyelesaian, 3) memfasilitasi siswa un- matematis tingkat tinggi, antara siswa yang mendapat-
tuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian dan kan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terbuka,
implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusikan PBM terstruktur, dan pembelajaran konvensioanal.
informasi, 4) melatih siswa untuk terampil menyajikan 2. Terdapat interaksi antara pembelajaran dan tingkat
temuan, dan 5) membiasakan siswa untuk merefleksi kemampuan matematika siswa dalam peningkatan ke-
tentang efektivitas cara berpikir mereka dalam menyele- mampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa.
saikan masalah. 3. Terdapat interaksi antara pembelajaran dan kualifi-
Pemilihan tipe masalah yang menguntungkan untuk kasi sekolah dalam peningkatan kemampuan berpikir
disuguhkan kepada siswa dalam PBM sangatlah pent- matematis tingkat tinggi siswa.
ing. Tipe masalah yang digunakan dalam PBM dianta- 4. Terdapat interaksi antara pembelajaran dan perbe-
ranya adalah masalah terbuka (open-ended problem daan gender dalam peningkatan kemampuan berpikir
atau ill-structured problem) dan masalah terstruktur matematis tingkat tinggi siswa.
(well-structured problem). Dalam masalah terstruktur, un- 5. Terdapat interaksi antara kualifikasi sekolah dan per-
tuk menjawab masalah yang diberikan siswa dihadapkan bedaan gender dalam peningkatan kemampuan ber-
dengan sub-submaslah dan penyimpulan. Sedangkan pikir matematis tingkat tinggi siswa.
dalam masalah terbuka, siswa dihadapkan dengan ma- 6. Terdapat perbedaan disposisi matematis antara siswa
salah yang memiliki banyak alternatif cara untuk menyele- yang mendapatkan PBM terbuka dengan siswa yang
saikannya dan memiliki satu jawaban atau multijawaban mendapatkan PBM terstruktur.
yang benar. Untuk kepentingan penelitian ini, keenam hipotesis
Mengacu pada latar belakang di atas, masalah yang di atas selanjutnya diuji dan dianalisis sehingga diperoleh
dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan menjadi be- kejelasan faktor-faktor yang berpengaruh secara signifi-
berapa submasalah berikut. kan terhadap peningkatan kemampuan berpikir matematis
1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan tingkat tinggi siswa. Berdasarkan inferensi statistik ini, se-
berpikir tingkat tinggi dari kelompok siswa yang mengi- lanjutnya dapat dilakukan analisis lebih lanjut sehingga
kuti PBM terstruktur, PBM terbuka, dan pembelajaran diperoleh hasil penelitian yang lebih rinci.
konvensional? Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemuka-
2. Apakah dalam peningkatan kemampuan berpikir tingkat kan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
tinggi siswa terdapat suatu interaksi antara pembelaja- berikut.
ran yang digunakan dengan kualifikasi sekolah? 1. Tersusunnya deskripsi hasil penelitian secara kom-
3. Apakah dalam peningkatan kemampuan berpikir prehensif tentang perbedaan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa terdapat suatu interaksi antara matematis tingkat tinggi menurut penggunaan pem-
pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan belajaran berbasis masalah terbuka, pembelajaran
matematika siswa? berbasis masalah terstruktur, dan pembelajaran kon-
vensional, serta kaitan antara model pembelajaran
4. Apakah dalam peningkatan kemampuan berpikir
tersebut dengan kemampuan matematika siswa, kuali-
tingkat tinggi siswa terdapat suatu interaksi antara
fikasi sekolah, dan perbedaan gender.
pembelajaran yang digunakan dengan perbedaan
gender? 2. Tersusunnya deskripsi hasil penelitian secara kompre-
hensif tentang perbedaan disposisi matematis siswa
5. Apakah dalam peningkatan kemampuan berpikir
menurut penggunaan pembelajaran berbasis masalah
tingkat tinggi siswa terdapat suatu interaksi antara
terbuka dan pembelajaran berbasis masalah terstruk-
kualifikasi sekolah dengan perbedaan gender?
tur.
6. Apakah terdapat perbedaan disposisi matematis dari
3. Tersusunnya kesimpulan dan implikasi teoritis pene-
kelompok siswa yang mengikuti PBM terbuka dan
litian yanh bermanfaat bagi guru, calon guru, dosen,
PBM terstruktur?
atau insan pendidikan lainnya untuk meningkatkan
kemampuan berpikir matematis siswa pada khusus-

ISSN : 1907 - 8838 49


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Tatang Herman

nya, dan meningkatkan kualitas sumber daya generasi kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang menerima
penerus bangsa pada umumnya. kegiatan pembelajaran matematika konvensional (biasa).
Untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap kemam-
Metode Penelitian puan berpikir matematis tingkat tinggi, dalam penelitian
ini dipilih tiga faktor yaitu kualifikasi sekolah, kemampuan
Studi yang dilakukan merupakan penelitian eks-
matematika (kecerdasan matematis) siswa, dan perbe-
perimen dengan desain kelompok kontrol pretes-postes.
daan gender. Kualifikasi sekolah dibedakan kedalam
Unit-unit eksperimen ditentukan dengan memilih sekolah
tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Kemampuan
berdasarkan tiga kualifikasi, sebagai plot utama peneli-
matematika siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu tinggi,
tian. Selanjutnya, pembelajaran sebagai perlakukan yang
sedang, dan rendah, sedangkan faktor gender dibedakan
dilakukan dibedakan kedalam tiga kategori, dan demikian
kedalam laki-laki dan perempuan. Untuk menganalisis
juga untuk kemampuan umum matematika (kecerdasan
data penelitian digunakan analisis variansi (Anova) dua-
matematis) siswa dikelompokkan kedalam tiga kategori.
jalur dan satu-jalur.
Dengan demikian desain eksperimen dalam penelitian ini
adalah seperti berikut.
A O X1 O Hasil Penelitian
A O X2 O Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi
A O O Berdasarkan tes Kemampuan Berpikir Matematis
Tingkat Tinggi (KBMTT), yang terdiri atas Tes-1, Tes-2,
Pada penelitian ini, setiap kelompok pada awal ke-
dan Tes-G (gabungan dari Tes-1 dan Tes-2) dilihat ber-
giatan diberi pretes (O), diberi perlakuan dan pada akhir
dasarkan variasi peringkat sekolah dan pendekatan pem-
kegiatan diukur dengan postes (O) yang ekuivalen dengan
belajaran, hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 1 beri-
pretes. Sedangkan X1 dan X2 masing-masing merupakan
kut ini.
perlakuan yaitu PBM terbuka dan PBM terstruktur. Kelas

Tabel 1: Skor KBMTT Berdasarkan Peringkat Sekolah % Pendekatan Pembelajaran

Catatan: PBM = Pembelajaran Berbasis Masalah

50 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Data pada Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir
faktor peringkat sekolah berpengaruh terhadap kemam- matematik tingkat tinggi siswa. Nilai probabilitas 0,000
puan berpikir matematik tingkat tinggi. Sekolah dengan menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak
peringkat baik cenderung memperoleh rerata skor lebih terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
baik daripada rerata skor pada sekolah cukup dan seko- matematik tingkat tinggi antara siswa pada ketiga kategori
lah kurang untuk masing masing Tes-1, Tes-2, maupun sekolah yang berbeda ditolak secara signifikan. Demikian
Tes-G. Tampak juga bahwa rerata skor Tes-2 relatif lebih halnya dengan faktor pendekatan pembelajaran yang
kecil dari rerata skor Tes-1 pada setiap kriteria peringkat memberikan pengaruh terhadap kemampuan berpikir
sekolah maupun pendekatan pembelajaran. Di samping matematik tingkat tinggi siswa. Nilai probabilitas 0,000
itu, rerata skor berdasarkan pendekatan pembelajaran menunjukkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan ti-
terdapat kecenderungan bahwa rerata skor siswa yang dak ada perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
memperoleh pembelajaran berbasis masalah terbuka matematik tingkat tinggi antara siswa yang mendapatkan
lebih baik daripada rerata skor siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran berbeda, ditolak secara sig-
pembelajaran berbasis masalah terstruktur maupun pem- nifikan. Ini berarti bahwa terdapat interaksi antara variasi
belajaran konvensional. kualifikasi sekolah dengan variasi pendekatan pembela-
Hasil analisis statistik selanjutnya memperlihatkan jaran yang digunakan, seperti diperjelas pada Gambar 1
bahwa peringkat sekolah memberikan pengaruh yang berikut ini.

Gambar 1: Interaksi Kualifikasi Sekolah-Pendekatan Pembelajaran

Siswa pada kualifikasi sekolah baik dan sedang katan paling kecil diperoleh kelompok siswa yang mem-
menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir matema- peroleh pendekatan konvensional. Dengan demikian,
tik tingkat tinggi paling besar pada kelas dengan pembe- dapat dikemukakan bahwa pendekatan pembelajaran
lajaran terbuka dan diikuti peningkatan siswa pada kelas memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbe-
dengan pembelajaran terstruktur. Untuk sekolah kategori daan peningkatan kemampuan berpikir matematik tingkat
kurang, peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok siswa tinggi siswa.
yang memperoleh pendekatan pembelajaran terstruktur,
diikuti dengan peningkatan kelompok siswa yang mem-
peroleh pendekatan pembelajaran terbuka, dan pening-

ISSN : 1907 - 8838 51


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Tatang Herman

Disposisi Matematis G. Kesimpulan


Selain kompetensi kognitif yang diharapkan terca- Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan
pai dari kegiatan pembelajaran matematika, hal lain yang sebagai berikut:
diharapkan pula terbangun di dalam diri siswa adalah 1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terbuka dan
disposisi matematis yang positif. Dalam pembelajaran PBM terstruktur secara signifikan lebih baik dalam
berbasis masalah, disposisi siswa terhadap matematika meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat
tercerminkan dari aktivitas yang dilakukan siswa, seperti tinggi siswa dibanding pembelajaran konvensional (bi-
pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan ma- asa). Namun, antara PBM terbuka dan PBM terstruktur
salah (tugas), rasa percaya diri dalam menyelesaikan ma- tidak ditemukan adanya perbedaan yang berarti dalam
salah, keinginan untuk mencari cara alternatif, ketekunan, meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat
semangat, dan kecenderungan untuk melakukan refleksi tinggi siswa.
terhadap cara berpikir yang telah dilakukannya.
2. a) Peningkatan kemampuan berpikir matematis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa disposisi tingkat tinggi siswa dari sekolah kualifikasi baik
matematis siswa yang mendapatkan PBM menunjuk- dan cukup, lebih baik secara signifikan dibanding-
kan hal-hal yang positif, seperti: (1) Kebanyakan siswa kan dengan siswa dari sekolah kualifikasi kurang.
(77,2%) mentayakan senang belajar matematika melalui
b) Untuk meningkatkan kemampuan berpikir
pemecahan masalah. (2) Sebagaian besar siswa (72,8%)
matematis tingkat tinggi;
merasa tertantang dalam belajar matematika melalui pem-
ecahan masalah. (3) Mayoritas siswa (90%) berpendapat (1) PBM terbuka dan PBM terstruktur lebih tepat
bahwa pemecahan masalah perlu dilakukan melalui kerja untuk siswa dari sekolah baik dan cukup,
kelompok. (4) Sebagian besar siswa (72,8%) menyatakan (2) Pembelajaran konvensional.lebih tepat untuk
bahwa selalu ada cara lain untuk menyelesaikan masalah. sekolah kualifikasi kurang.
(5) Kebanyakan siswa (82,8%) percaya bahwa dirinya 3. Siswa dengan kemampuan matematika lebih tinggi;
memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah. (6) a) Mencapai peningkatan kemampuan berpikir
Sebagian besar siswa (82,2%) memandang perlu meng- matematis tingkat tinggi yang lebih besar diband-
hargai pendapat orang lain. (7) Mayoritas siswa (86,2%) ingkan dengan pada siswa yang berkemampuan
berpendapat bahwa belajar matematika melalui pemeca- matematika rendah. Namun, pada tes yang tidak
han masalah bermanfaat untuk kehidupan. (8) Lebih dari terkait langsung dengan materi bahan ajar, tidak
setengah dari keseluruhan siswa (65,5%) menyatakan ditemukan perbedaan peningkatan kemampuan
perlunya memikirkan cara lain yang lebih baik dalam me- yang berarti.
nyelesaikan masalah. (9) Kebanyakan siswa (71,7%) me-
b) Pada PBM terbuka dan pembelajaran biasa, ke-
nyatakan perlunya mengikuti cara yang dilakukan teman
mampuan matematika tidak berperan terhadap ke-
dalam menyelesaikan masalah, jika cara tersebut lebih
mampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa.
baik daripada caranya.
Namun, pada PBM terstruktur, siswa berkemam-
Gambaran disposisi matematis yang diperoleh dari puan matematika lebih tinggi memperoleh pen-
respon siswa di atas, dikuatkan lagi dengan hasil obser- ingkatan kemampuan berpikir lebih baik daripada
vasi yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil siswa berkemampuan matematika lebih rendah.
observasi menunjukkan bahwa dalam kegiatan pembe-
4. a) Peningkatan kemampuan berpik matematis tingkat
lajaran aktivitas siswa belajar tampak lebih mengemuka
tinggi siswa laki-laki lebih sesuai dengan PBM
daripada kegiatan guru mengajar. Umunya siswa menun-
terbuka daripada PBM terstruktur. Untuk siswa
jukkan: semangat dan ketekunan yang cukup tinggi dalam
perempuan, PBM terstruktur lebih sesuai daripada
menyelesaikan masalah, aktif berdiskusi dan saling mem-
PBM terbuka, meskipun keduanya tidak memberi-
bantu dalam kelompok, dan tidak canggung bertanya atau
kan perbedaan peningkatan kemampuan berpikir
minta petunjuk kepada guru.
yang berarti.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah terdapat per-
b) Pada semua tingkatan kemampuan matematika,
bedaan disposisi terhadap matematika antara siswa yang
siswa laki-laki mencapai peningkatan kemampuan
mendapatkan PBM terbuka dan PBM terstruktur, dilaku-
berpikir matematis tingkat tinggi yang lebih baik
kan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney. Berdasar-
daripada siswa perempuan.
kan hasil uji statistik ini, dapat disimpulkan bahwa siswa
yang mendapatkan PBM terbuka menunjukkan disposisi 5. Pada berbagai kualifikasi sekolah, perbedaan gender
matematis lebih baik secara signifikan daripada siswa tidak memberikan perbedaan peningkatan kemam-
yang mendapatkan PBM terstruktur. puan berpikir matematis tingkat tinggi.

52 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

6. Kualitas disposisi matematis siswa dengan PBM ter- yang telah dimilikinya untuk membantu memahami materi
buka lebih baik daripada dengan PBM terstruktur. baru tersebut. Dalam proses memahami ini menurut King
(1994), individu dapat membuat inferensi tentang informa-
Penelitian ini memusatkan perhatian pada upaya si baru itu, menarik perspektif dari beberapa aspek pada
meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat pengetahuan yang dimilikinya, mengelaborasi materi baru
tinggi siswa SMP melalui kegiatan pemecahan masalah dengan menguraikannya secara rinci, dan menggenerasi
sebagai aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari proses hubungan antara materi baru dengan informasi yang telah
pembelajaran matematika. Karekteristik utama dari PBM ada dalam memori siswa. Aktivitas mental seperti inilah
ini adalah sajian bahan ajar yang berupa masalah, disiap- yang membantu siswa mereformulasi informasi baru atau
kan untuk memicu dan memacu terjadinya interaksi multi- merestrukturisasi pengetahuan yang telah dimilikinya
arah antarkomunitas kelas sehingga tercipta iklim belajar menjadi suatu struktur kognitif yang lebih luas/lengkap
dan mengajar yang kondusif. Hasil penelitian ini menun- sehingga mencapai pemahaman mendalam.
jukkan bahwa proses pemecahan masalah yang dilaku- Proses pengkonstruksian pengetahuan seperti yang
kan melalui interaksi kooperatif antarsiswa dan intervensi dikemukakan Vygotsky paling tidak dapat diilustrasikan
guru yang proporsional dapat meningkatkan kemampuan dalam beberapa tahap seperti pada Gambar 2 Tahap
berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP. Dengan perkembangan aktual (Tahap I) terjadi pada saat siswa
demikian, hasil penelitian ini membuktikan bahwa pembe- berusaha sendiri menyudahi konflik kognitif yang diala-
lajaran berbasis masalah dapat digunakan sebagai salah minya. Perkembangan aktual ini dapat mencapai tahap
satu model pembelajaran matematika yang berlandaskan maksimum apabila kepada mereka dihadapkan masalah
pada proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa. menantang sehingga terjadinya konflik kognitif di dalam
Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, dirinya yang memicu dan memacu mereka untuk meng-
ketika individu dihadapkan dengan informasi baru, ia akan gunakan segenap pengetahuan dan pengalamannya
menggunakan pengetahuan siap dan pengalaman pribadi dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Gambar 2: Tiga Tahap Pengkonstruksian Pengetahuan

ISSN : 1907 - 8838 53


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Tatang Herman

Sementara perkembangan potensial (Tahap II) ter- masukan-masukan eksternal. Proses kognitif seperti ini,
jadi pada saat siswa berinteraksi dengan pihak lain dalam pada tingkat perkembangan yang lebih tinggi diakibatkan
komunitas kelas yang memiliki kemampuan lebih, sep- oleh rekonseptualisasi terhadap masalah atau informasi
erti teman dan guru, atau dengan komunitas lain seperti sedemikian sehingga terjadi keseimbangan (keharmon-
orangtua. Perkembangan potensial ini akan mencapai isan) dari apa yang sebelumnya dipandang sebagai per-
tentangan atau konflik (Sabandar, 2005). Pada level ini,
tahap maksimal jika pembelajaran dilakukan secara ko-
diperlukan intervensi yang dilakukan secara sengaja oleh
operatif (cooperative learning) dalam kelompok kecil dua
guru atau yang lainnya sehingga proses asimilasi dan
sampai empat orang dan guru melakukan intervensi se-
akomodasi berlangsung dan mengakibatkan terjadinya
cara proporsional dan terarah. Dalam hal ini guru dituntut
keseimbangan (equilibrium).
terampil menerapkan teknik scaffolding yaitu membantu
kelompok secara tidak langsung menggunakan teknik Perkembangan kognitif berlangsung akibat terjadin-
bertanya dan teknik probing yang efektif, atau memberi- ya pengkonstruksian pengetahuan secara terus-menerus
kan petunjuk (hint) seperlunya. dan berkelanjutan sejalan dengan perkembangan struktur
kognitif (skema) yaitu kumpulan dari objek dan proses
Selanjutnya dalam proses pengkonstruksian penge-
yang koheren (bertalian secara logis). Menurut Piaget,
tahuan ini terjadi rekonstruksi mental yaitu berubahnya
skema merupakan basic building block of thinking (Wool-
struktur kognitif dari skema yang telah ada menjadi skema
folk, 1987), sehingga suatu skema bisa tidak saling terkait
baru yang lebih lengkap. Proses internalisasi (Tahap III)
dan spesifik atau bisa terurut dan rumit (Bhattacharya &
menurut Vygotsky (Wegerif, 2000) merupakan aktivitas
Han, 2001). Proses perkembangan skema yang terjadi
mental tingkat tinggi jika terjadi karena adanya interaksi
melalui konflik kognitif dalam Pembelajaran Berbasis Ma-
sosial. Jika dikaitkan dengan teori perkembangan men-
salah (PBM), yang merupakan implikasi teoritis terpenting
tal yang dikemukakan Piaget, internalisasi merupakan
dari penelitian ini, dapat divisualisasikan melalui Gambar 3.
proses penyeimbangan struktur-struktur internal dengan

Gambar 3: Perkembangan Skema melalui Konflik Kognitif dalam PBM

Masalah yang disajikan dalam PBM memicu ter- S1,n dan S2,1, S2,2, …, S2,n dikatakan sebagai kapasitas men-
jadinya konflik kognitif antara skema S1 yang telah ada gambang karena masih bermuatan konflik kognitif pada
di dalam diri siswa dengan skema lain S2 berupa objek tingkat yang lebih rendah, sehingga belum bertautan an-
yang dipelajari yang terkandung dalam masalah. Skema tara yang satu dengan lainnya. Hubungan antarsubskema
S1 memuat subskema S1,1, S1,2, …, S1,n yang tidak lain akan terjalin manakala terjadi intervensi dari pihak lain
merupakan objek-obkek mental yang telah ada di dalam yang memiliki kemampuan lebih, dalam hal ini guru atau
kognisi siswa. Sementara skema S2 memuat subskema teman (peers). Struktur hubungan yang terbentuk dalam
S2,1, S2,2, …, S2,n sebagai objek dan proses yang terkait setiap individu bisa beragam bergantung pada kapasitas
dengan materi yang dipelajarai. Subskema S1,1, S1,2, …, siswa dan model intervensi yang diberikan, sehingga alur

54 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007


PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI
SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

pemahaman (trajectory of understanding) siswa bisa ber- getahui pengetahuan siap siswa (prior knowledge) dan
beda-beda. Apabila S1 dan S2 telah terjembatani melalui mempertimbangkan berbagai alternatif solusi masalah
koneksi antarunsur Si,j, maka melalui proses internalisasi, yang berada dalam koridor pengetahuan siswa.
atau generalisasi dan abstraksi reflektif, terbentuklah jali- 6. PBM terbuka dan PBM terstruktur berkontribusi ter-
nan langsung yang kuat antara S1 dan S2 sehingga mem- hadap pembentukan disposisi positif siswa terhadap
bentuk skema baru yang lebih kompleks. matematika. Oleh karena itu, kedua pendekatan pem-
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari peneli- belajaran ini dapat digunakan untuk meningkatkan
tian ini, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut. kompetensi afektif siswa, bukan saja terhadap sikap
1. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) terbuka dan yang positif, namun juga terhadap kecenderungan
PBM terstruktur secara signifikan lebih baik daripada berpikir dan berbuat pada hal yang positif.
pembelajaran konvensional dalam meningkatkan ke- 7. Tiga komponen yang berperan sentral dalam PBM
mampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa SMP, adalah sajian bahan ajar yang berupa masalah, inter-
baik ditinjau dari perbedaan kualifikasi sekolah, tingkat aksi antarkomunitas kelas, dan intervensi guru. Untuk
kemampuan matematika siswa, ataupun perbedaan memadukan ketiga komponen ini menjadi satu kes-
gender. Dengan demikian, PBM sangat potensial diter- atuan yang tidak terpisahkan menuntut persiapan dan
apakan di lapangan dalam upaya meningkatkan kuali- perencanaan pembelajaran yang memadai serta me-
tas pendidikan. merlukan pengetahuan yang cukup dan pandangan
2. Berdasarkan hasil penelitian ini, PBM terbuka maupun positif guru tentang pembelajaran berpaham konstruk-
PBM terstruktur keduanya dapat diimplementasikan di tivisme. Atas dasar itu, hasil penelitian ini dapat dija-
sekolah-sekolah yang memiliki kualifikasi cukup dan dikan bahan untuk memperkaya wawasan para calon
kualifikasi baik atau identik dengan sekolah-sekolah guru dan para guru di lapangan.
yang memiliki siswa dengan kemampuan awal paling 8. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembela-
tidak cukup baik. Namun untuk sekolah-sekolah den- jaran yang memusatkan perhatian kepada siswa dan
gan kualifikasi kurang, disarankan PBM terstruktur ha- diharapkan dilakukan oleh para guru matematika di
rus dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan PBM sekolah untuk mencapai kompetensi matematis sep-
terbuka. erti termuat dalam Kurikulum 2004. Oleh karena itu,
3. Melakukan pembelajaran melalui proses pemecahan guru harus berupaya mengubah cara mengajar kon-
masalah bukan merupakan hal yang mudah baik bagi vensional dengan PBM. Upaya guru ini harus didu-
guru maupun bagi siswa. Oleh karena itu, agar pem- kung oleh banyak pihak seperti pihak sekolah, orang-
belajaran berbasis masalah berhasil, maka implikasi tua, dan pemegang kebijakan.
teoritis dari hasil penelitian ini perlu dijadikan landasan 9. Penelitian ini mengungkap sebagian peran PBM ter-
utama. hadap peningkatan kemampuan kognitif dan afektif
4. Tersedianya masalah untuk siswa merupakan syarat siswa, namun masih relatif bersifat umum. Untuk me-
awal yang harus dipenuhi dalam PBM dan merupakan lengkapi kajian tentang peran PBM terhadap pemben-
bagian yang tak terpisahkan dari bahan ajar. Masalah tukan karakter pembelajar, penelitian lanjutan yang
yang relevan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dipandang perlu dilakukan diantaranya adalah model
matematis tingkat tinggi siswa adalah berupa masalah- PBM yang efektif untuk topik dan tingkatan sekolah
masalah kontekstual nonrutin (contextual problems). tertentu atau model PBM realistik untuk meningkatkan
Soal pemecahan masalah ini bisa dirancang dalam kompetensi matematis tertentu.
bentuk masalah terbuka ataupun masalah terstruktur.
Submasalah-submasalah yang dibuat pada masalah
terstruktur harus lebih merupakan bentuk intervensi ti-
dak langsung yang diberikan secara tertulis.
5. Dalam mengimplementasikan PBM, hal-hal yang pent-
ing diperhatikan guru adalah: (1) sajian bahan ajar beru-
pa masalah harus memicu terjadinya konflik kognitif di
dalam diri siswa, (2) tidak perlu cepat-cepat memberi-
kan bantuan kepada siswa, agar perkembangan ak-
tual siswa maksimal, intervensi yang diberikan harus
minimal dan ketika benar-benar dibutuhkan siswa, dan
(3) agar intervensi yang dilakukan efektif, perlu men-

ISSN : 1907 - 8838 55


EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007
Tatang Herman

DAFTAR PUSTAKA Mullis, I.V.S., Martin, M.O., Gonzales, E.J., Gregory, K.D.,
Garden, R.A., O’Connor, K.M., Krostowski, S.J., &
Armanto, D. 2002. Teaching Multiplication Realistically in Smith, T.A. 2000. TIMSS 1999: International Math-
Indonesian Elementary Schools. Utrecht: Disserta- ematics Report. Boston: ISC.
tion Utrecht University.
Sabandar, J. 2005. Pendekatan Konflik Kognitif pada
Djazuli, A. 1999. Kebijakan Strategi Konwil Jawa Barat Pembelajaran Matematika dalam Upaya Meng-
dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Matemati- embangkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif.
ka. Makalah Disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional, FMIPA
Nasional Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. UNPAD, 27 Agustus
FPMIPA IKIP Bandung, 6-7 Agustus.

Depdiknas. 2004. Kurikulum Mata Pelajaran Matematika


SMP. Jakarta: Depdiknas, Suryadi, D. 2005. Penggunaan Pendekatan Pembelajaran
Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan dan
Henningsen, M., & Stein, K. 1997. Mathemtical Tasks and Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Ke-
Student Cognition: Classroom Based Factors that mampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi Siswa
Support and Inhibit High-Level Mathematical Think- SLTP. Disertasi UPI. Tidak Dipublikasikan.
ing and Reasoning. Journal for Research in Math-
ematics Education, 28, 524-549. Wegerif, R. 2000. Teaching and Learning Thinking as a
Process of Implication. Proceeding of III Conference
IMSTEP-JICA. 1999. Permasalahan Pembelajaran for Sociocultural Research, Sao Paulo, July 16th -
Matematika SD, SLTP, dan SMU di Kota Bandung. 20th.
Bandung: FPMIPA IKIP Bandung.
Wollfolk, A.E. 1987. Educational Psychology. Englewood
King, A. 1994. “Guiding Knowledge Construction in the Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Classroom: Effects of Teaching Children How to
Question and How to Explain.” American Education-
al Research Journal, 34(2), 338-368.

56 ISSN : 1907 - 8838 EDUCATIONIST No. I Vol. I Januari 2007

You might also like