You are on page 1of 21

LAPORAN JOURNAL READING DAN CRITICAL APPRAISAL

ILMU PENYAKIT MATA

“Efficacy and Safety of Azithromycin 1.5% Eye Drops in Paediatric

Population with Purulent Bacterial Conjunctivitis”

1. Judul JurnalEfficacy and Safety of Azithromycin 1.5% Eye Drops

in Paediatric Population with Purulent Bacterial Conjunctivitis

2. Resume Jurnal Efficacy and Safety of Azithromycin 1.5% Eye Drops in

Paediatric Population with Purulent Bacterial Conjunctivitis

Dominique Bremond-Gignac,1,2 Hachemi Nezzar,3,4 Paolo Emilio

Bianchi,5Riadh Messaoud,6 Sihem Lazreg,7 Liliana Voinea,8 Claude Speeg-

Schatz,9Dahbia Hartani,10 Thomas Kaercher,11 Beata Kocyla-

Karczmarewicz,12Joaquim Murta,13 Laurent Delval,14 Didier Renault,14

Frédéric Chiambaretta,3,15for the AZI Study Group1Service

d’Ophtalmologie, Centre Saint Victor, CHU d’Amiens, UniversitéPicardie

Jules Verne, Amiens, France2INSERM UMRS968, Institut de la Vision,

Université Paris 6, Paris, France Service d’Ophtalmologie, Hôpital Gabriel

Montpied, CHU ClermontFerrand, Clermont-Ferrand, France4IGCNC-

EA7282-UMR6284 ISIT, UFR Médecine, Université d’Auvergne,Clermont

Université, Clermont-Ferrand, France5University Eye Clinic, IRCCS Policlinico


San Matteo Foundation, Pavia,Italy6Service d’Ophtalmologie, Hôpital

Régional de la Madhia, CHU Tahar Sfarde Mahdia, Mahdia, Tunisie7Cabinet

d’Ophtalmologie, Blida, Algérie8Ophthalmology Department, University

Emergency Hospital, Bucharest,Romania9Service d’Ophtalmologie, CHU de

Strasbourg, Strasbourg, France10Service d’Ophtalmologie, CHU Mustapha,

Alger, Algérie 11Augenarztpraxis, Dossenheimer Landstr, Heidelberg,

Germany12Ophthalmology Department, The Children’s Memorial Health

Institute,Warsaw, Poland13Faculty of Medicine, Department of

Ophthalmology, Centro HospitalarUniversitário Coimbra, University of

Coimbra, Coimbra, Portugal14Laboratoires THÉA, Clermont-Ferrand,

France15EA 7281 R2D2, Laboratoire de Biochimie Médicale, Faculté de

Médecine,Université d’Auvergne, Clermont-Ferrand, France

Br J Ophthalmol 2014;98:739–745.

Pendahuluan

Konjungtivitis adalah infeksi mata yang paling umum terjadi pada

anak-anak dan menjadi alasan utama penyebab datang ke perawatan

gawat darurat anak. Kasus konjungtivitis bakteri yang terjadi pada anak-

anak sebanyak 70-80% dan 50% kasus pada orang dewasa. Konjungtivitis

bakteri ditandai dengan adanya cairan mukopurulen dan konjungtiva

hiperemis. Penyakit tersebut sangat menular yang tidak tergantung pada


usia, etnis, dan negara. Terapi yang diberikan untuk mengatasi

konjungtivitis bakteri adalah antibiotik topikal yang memberikan

kesembuhan lebih baik dibandingkan hanya dengan memberikan air

mata buatan. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengurangi tingkat

kekambuhan dan mencegah penyebaran infeksi.

Pada penelitian ini bertujuan untuk menentukan keefektifan dan keamanan

penggunaan obat tetes mata azitromisin 1,5%. Selain itu juga untuk

menentukan infeksi bakteriologis dan tingkat resolusi mikrobiologi.

Metode

Sampel dan Desain Peneletian

Penelitian ini merupakan penelitian multicentre, internasional,

randomized, investigator-masked, parallel-group yang membandingkan

efikasi dan keamanan penggunaan obat tetes mata azitromisin 1,5%

dengan tobramisin 0,3% pada pasien anak. Penelitian dilakukan

antara Desember 2008 sampai Februari 2011 di 21 center investigasi

delapan negara, yaitu Perancis, Jerman, Itali, Polamdia, Portugal, Rumania,

Aljazair, dan Tunisia. Prosedur penelitian sesuai dengan Good Clinical

Practice, the Declaration of Helsinki dan peraturan setempat. Etika

persetujuan diperoleh dari masing-masing negara yang bersangkutan


sebelum mendaftarkan sebagai sampel. Setelah tercatat sebagi sampel,

para orang tua atau wali mendapat informconsent secara tertulis.

Kriteria insklusi: anak-anak berumur 1 hari sampai 18 tahun dengan purulen

konjungtivitis bakteri dan injeksi konjungtiva pada setidaknya satu mata.

Kriteria ekslusi: bayi lahir premature, terdapat kelainan okular, telah

mendapatkan terapi antibiotik, dan imunosupresif. Sebanyak 286 pasien

telah memenuhi syarat secara acak dialokasikan dengan rasio 1:1.

Kelompok pertama diberikan obat tetes mata azitromisin 1,5% satu tetes

dua kali sehari pagi dan sore pada hari ke nol sampai hari kedua,

dankelompok kedua diberikan obat tetes mata tobramisin 0,3% 1-2 tetes

setiap 2 jam hingga 8x/hari pada hari ke nol sampai hari kesatu, selanjutnya

4x/hari pada hari kedua sampai keenam

Penilaian Studi dan Hasil

Penilaian Keefektifan Klisnis

Tanda-tanda utama pada konjunctiva bakteri yaitu injeksi konjunctiva

bulbar dan sekret purulen. Variabel efikasi primer adalah kesembuhan

klinis, dalam hal ini berarti sudah tidak ada injeksi konjunctiva bulbar dan

secret purulen pada hari ketiga pengobatan. Sedangkan variabel sekunder

adalah penyembuhan gejala pada hari ketujuh pengobatan, termasuk


gejala reaksi folliculo-papilar konjunctiva palpebra, eritema palpebra,

dan edema palpebra.

Penilaian Mikrobiologi

Swabbing konjunctiva diambil dari setiap mata yang terinfeksi pada hari ke

nol dimana hari sebelum diberi pengobatan dan hari ketujuh.

Spesimen bakteri dianalisis oleh laboratorium lokal menggunakan

klasifikasi Cagle. Sampel bakteriologis dikatakan bernilai positif

apabila bakteri yang diisolasi setelah kultur berada di atas ambang batas

pathogen. Resolusi mikrobiologi dinilai pada hari ketujuh pengobatan.

Penilaian Keamanan

Analisis keamanan didasarkan pada evaluasi efek samping; gejala yang

timbul termasuk sensasi benda asing, terbakar, menyengat, gatal,

lengket, dan penglihatan kabur; ketajaman visus dan pengobatan

tolerabilitas yang dilakukan oleh peneliti atau orang tua sample.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Sampel
Sebanyak 286 pasien yang memenuhi syarat secara acak. Dari pasien

tersebut, 203 (71,0%) dengan kultur bakteri awal pada atau di atas ambang

batas patogen dalam setidaknya satu mata termasuk dalam MFAS. Tujuh

pasien azitromisin 1,5% (4,8%) dan empat pasien tobramisin 0,3%

(2,9%) menarik diri dari penelitian. Dalam MFAS, 8 pasien azitromisin

diobati dan 11 pasien yang dirawat tobramisin dikeluarkan dari MPP.

Tidak ada mencolok antara kelompok perbedaan dalam MFAS

mengenai karakteristik awal. Usia rata-rata adalah 3,0 ± 3,4 tahun, dan

55,2% pasien berusia lebih muda dari 24 bulan. Secara keseluruhan, injeksi

konjunctiva bulbar terjadi pada 66,0% (p=0,559) pada awal penelitian, dan

sekret purulen sebesar 87,2%(p=0,729). Reaksi folliculo-papiler sebesar

52,2% (p=0,561), eritema palpebra 41,9% (p=0,673) dan edema palpebra

38,4% (p=0,548).

Kesembuhan Klinis

Pada hari ketiga pengobatan, angka kesembuhan klinis secara signifikan

lebih tinggi pada kelompok azitromisin (47,1%) dibandingkan dengan

kelompok tobramisin (28,7%) untuk pasien dalam MFAS dengan nilai p =

0,013. Pada hari ketujuh pengobatan, tidak ada perbedaan signifikan secara

statistik pada tingkat kesembuhan klinis antara kelompok azitromisin

(89,2%) dengan tobramisin(78,2%) dengan nilai p = 0,077. Perbaikan


tanda okular lainnya juga dicatat pada hari ketiga dan ketujuh

pengobatan, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara reaksi

folliculo-papiler, eritema palpebra, dan edema palpebra.

Resolusi Bakteri Mikroba penyebab yang paling sering diisolasi

adalah Haemophilus(31,5%), Staphylococcus aureus (17,7%), Streptococcus

pneumonia (14,8%), koagulase-negatif Staphylococcus (12,8%) dan

Staphylococcus epidermidis (11,3%). Secara keseluruhan, tingkat resolusi

bakteriologis pada hari ketujuh pengobatan adalah serupa pada

kedua kelompok, dengan tidak ada perbedaan mencolok antara

perlakuan (p=0,679). Tingkat resolusi yang lebih tinggi tercatat untuk

S. aureus pada pasien yang diobati dengan azitromisin (93,8%)

dibandingkan dengan tobramycin (75,0%). Namun, hal ini tidak

signifikan secara statistik (p=0,252)

Kesembuhan Klinis dan Resolusi Bakteri

Analisis tambahan dilakukan pada sub-kelompok pasien yang lebih muda

dari 24bulan menunjukkan kesembuhan klinis yang sama dan

tingkat resolusi bakteriologis dibandingkan dengan MFAS.


Kesembuhan klinis dicapai untuk persentase lebih tinggi dari pasien

yang diobati azitromisin (49,1%) dibandingkan dengan pasien yang diobati

pada tobramisin (67,3%) pada hari ketiga pengobatan dengan nilai p =

0,079. Sedangkan pada hari ketujuh pengobatan azitromisin86,0% dan

tobramisin 67,3% dengan nilai p = 0,020. Tingkat resolusi bakteriologis

pada hari ketujuh pengobatan adalah serupa pada kedua kelompok(p =

0,672).

Kesimpulan

Dalam studi ini, rejimen pengobatan singkat (3 hari) dengan azitromisin

1,5% tetes mata (satu tetes dua kali sehari) memberikan kesembuhan klinis

yang lebih cepat pada anak-anak dengan purulen konjungtivitis bakteri dari

pada tobramisin 0,3% tetes mata rejimen (setiap 2 jam untuk 2 hari,

kemudian empat kali sehari selama 5 hari). Bila dibandingkan dengan

tobramisin, kemanjuran azitromisin ditemukan secara signifikan lebih

unggul pada hari ketiga pengobatan dan non-inferior pada hari ketujuh

pengobatan.

Singkatnya, azitromisin 1,5% tetes mata merupakan pilihan terapi yang

efektif dan aman untuk purulen konjungtivitis bakteri pada pasien anak,

terutama dikisaran 0-2 tahun. Azitromisin memberikan tingkat superior

klinis obat pada hari ketiga pengobatan dibandingkan dengan


tobramisin, dikombinasikan dengan regimen dosis lebih nyaman.

Penyederhanaan terapi adalah manfaat utama jangka pendek rejimen ini

dua kali sehari.

Worksheet Critical Appraisal

Worksheet Critical Appraisal

Jurnal Terapi

Judul : Efficacy and Safety of Azithromycin 1.5% Eye Drops in Paediatric

Population with Purulent Bacterial Conjunctivitis. Br J Ophthalmol

2014;98:739–745.
1. Tujuan penelitian : To determine the efficacy and safety of

azithromycin 1.5% eye drops in a paediatric population with purulent

bacterial conjunctivitis. Pada penelitian ini bertujuan untuk

menentukan keefektifan dan keamanan penggunaan obat tetes

mata azitromisin 1,5%. Selain itu juga untuk menentukan infeksi

bakteriologis dan tingkat resolusi mikrobiologi.

2. What is theType study : Penelitian ini merupakan penelitian

multicentre,internasional, randomized, investigator-masked,

parallel-group. (RCT)

3. What is the reference population? What are the sampling frame and

sampling method? Penelitian ini merupakan penelitian multicentre,

internasional, randomized, investigator-masked, parallel-group

yang membandingkan efikasi dan keamanan penggunaan obat tetes

mata azitromisin 1,5% dengan tobramisin 0,3% pada pasien anak.

Penelitian dilakukan antara Desember 2008 sampai Februari

2011 di 21 center investigasi delapan negara, yaitu Perancis, Jerman,

Itali, Polamdia, Portugal, Rumania, Aljazair, dan Tunisia. anak-

anak berumur 1 hari sampai 18 tahun dengan purulen konjungtivitis

bakteri dan injeksi konjungtiva pada setidaknya satu mata. Kriteria

ekslusi: bayi lahir premature, terdapat kelainan okular, telah

mendapatkan terapi antibiotik, dan imunosupresif. Sebanyak 286


pasien telah memenuhi syarat secara acak dialokasikan dengan

rasio 1:1. Kelompok pertama diberikan obat tetes mata azitromisin

1,5% satu tetes dua kali sehari pagi dan sore pada hari ke nol sampai

hari kedua, dan kelompok kedua diberikan obat tetes mata

tobramisin 0,3% 1-2 tetes setiap 2 jam hingga 8x/hari pada hari ke

nol sampai hari kesatu, selanjutnya 4x/hari pada hari kedua sampai

keenam.

4. In an experimental study, how were subject assigned to groups? In a

longitudinal study how many reached final follow up? Sebanyak 286

pasien yang memenuhi syarat secara acak. Dari pasien tersebut, 203

(71,0%) dengan kultur bakteri awal pada atau di atas ambang batas

patogen dalam setidaknya satu mata termasuk dalam MFAS. Tujuh

pasien azitromisin 1,5% (4,8%) dan empat pasien tobramisin

0,3% (2,9%) menarik diri dari penelitian. Dalam MFAS, 8 pasien

azitromisin diobati dan 11 pasien yang dirawat tobramisin

dikeluarkan dari MPP. Tidak ada mencolok antara kelompok

perbedaan dalam MFAS mengenai karakteristik awal. Usia rata-

rata adalah 3,0 ± 3,4 tahun, dan 55,2% pasien berusia lebih muda

dari 24 bulan. Secara keseluruhan, injeksi konjunctiva bulbar terjadi

pada 66,0% (p=0,559) pada awal penelitian, dan sekret purulen

sebesar 87,2%(p=0,729). Reaksi folliculo-papiler sebesar 52,2%


(p=0,561), eritema palpebra 41,9% (p=0,673) dan edema palpebra

38,4% (p=0,548). Pada hari ketiga pengobatan, angka kesembuhan

klinis secara signifikan lebih tinggi pada kelompok azitromisin

(47,1%) dibandingkan dengan kelompok tobramisin (28,7%)

untuk pasien dalam MFAS dengan nilai p = 0,013. Pada hari ketujuh

pengobatan, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik pada

tingkat kesembuhan klinis antara kelompok azitromisin

(89,2%) dengan tobramisin(78,2%) dengan nilai p = 0,077.

Perbaikan tanda okular lainnya juga dicatat pada hari

ketiga dan ketujuh pengobatan, tetapi tidak ada perbedaan yang

signifikan antara reaksi folliculo-papiler, eritema palpebra, dan

edema palpebra.

5. What are the study factors and how are they measured? Tanda-

tanda utama pada konjunctiva bakteri yaitu injeksi konjunctiva

bulbar dan sekret purulen. Variabel efikasi primer adalah

kesembuhan klinis, dalam hal ini berarti sudah tidak ada injeksi

konjunctiva bulbar dan secret purulen pada hari ketiga pengobatan.

Sedangkan variabel sekunder adalah penyembuhan gejala pada hari

ketujuh pengobatan, termasuk gejala reaksi folliculo-papilar

konjunctiva palpebra, eritema palpebra, dan edema palpebra. Alat

yang digunakan slit lamp


Swabbing konjunctiva diambil dari setiap mata yang terinfeksi pada

hari ke nol dimana hari sebelum diberi pengobatan dan hari

ketujuh. Spesimen bakteri dianalisis oleh laboratorium lokal

menggunakan klasifikasi Cagle. Sampel bakteriologis dikatakan

bernilai positif apabila bakteri yang diisolasi setelah kultur

berada di atas ambang batas pathogen. Resolusi mikrobiologi dinilai

pada hari ketujuh pengobatan.

6. What are the outcame factors and how are they measured?

pengobatan singkat (3 hari) dengan azitromisin 1,5% tetes mata

(satu tetes dua kali sehari) memberikan kesembuhan klinis yang

lebih cepat pada anak-anak dengan purulen konjungtivitis bakteri

dari pada tobramisin 0,3% tetes mata rejimen (setiap 2 jam untuk 2

hari, kemudian empat kali sehari selama 5 hari). Bila dibandingkan

dengan tobramisin, kemanjuran azitromisin ditemukan secara

signifikan lebih unggul pada hari ketiga pengobatan dan non-

inferior pada hari ketujuh pengobatan.

7. What important potential confounder are considered? Bias seleksi

8. Are statistical test considered? The primary efficacy variable was

analysed in the MFAS using the exact Cochran–Mantel–Haenszel

(CMH) test stratified by age group.


9. Are the result clinicaly socially important? Kesembuhan klinis

dicapai untuk persentase lebih tinggi dari pasien yang diobati

azitromisin (49,1%) dibandingkan dengan pasien yang diobati pada

tobramisin (67,3%) pada hari ketiga pengobatan dengan nilai p =

0,079. Sedangkan pada hari ketujuh pengobatan azitromisin86,0%

dan tobramisin 67,3% dengan nilai p = 0,020. Tingkat resolusi

bakteriologis pada hari ketujuh pengobatan adalah serupa pada

kedua kelompok(p = 0,672).

10. What conclusions did the authors reach about hte research

question? Did they generate new hipotheses? Do you agree with the

conclusion? azitromisin 1,5% tetes mata merupakan pilihan terapi

yang efektif dan aman untuk purulen konjungtivitis bakteri pada

pasien anak, terutama dikisaran 0-2 tahun. Azitromisin memberikan

tingkat superior klinis obat pada hari ketiga pengobatan

dibandingkan dengan tobramisin, dikombinasikan dengan

regimen dosis lebih nyaman. Penyederhanaan terapi adalah manfaat

utama jangka pendek rejimen ini dua kali sehari.

Setuju dengan kesimpulan di atas berdasarkan hasil statistik

menggunakan terapi azitromisin 1,5% dan 0% pada kelompok

tobramisin 0,3%. Nilai p = 0,005.

CER = 100%
EER = 90% ARR = CER – EER = 10% RR = 0,9 RR < 1, terapi yang

diberikan dapat mengobati konjunctivitis bakteri. NNT primary end

points = = 10 Sehingga membutuhkan 10 orang yang

mendapatkan terapi untuk menyembuhkan 1 pasien yang terkena

konjunctivitis bakteri.

Tidak ada hipotesis baru.

Validitas1a. Apakah alokasi pasien terhadap terapi/perlakuan

dikalukan secara random?

Ya. Alokasi pasien dilakukan secara random.“On D0, eligible patients

were randomly allocated (1:1 ratio) to one of the two investigator-

masked study treatments.”Terdapat pada methode bagian treatment

administration (halaman740)

1b. Apakah randomisasi dilakukan tersembunyi?

Ya. Alokasi pasien dilakukan secara tersembunyi.“This multicentre,

international, randomised, investigator-masked, parallel-group study was

performed to compare the efficacy and safety of azithromycin

1.5%...”Terdapat pada methode bagian study design and patients

(halaman 739)
1c. Apakah antara subjek penelitian dan peneliti ‘blind’ terhadap

terapi/perlakuan yang diberikan?

Ya. Subjek penelitian dan peneliti tidak mengetahui pengalokasian

kelompok pasien dan perlakuan yang diberikan.“A ‘first ophthalmologist

investigator’ who was masked to thetreatment performed the

ophthalmologic examination, while asecond investigator was responsible

for dispensing medications and assessing tolerance and safety.”Terdapat

pada methode bagian studyassessments and outcomes (halaman740)

2a. Apakah semua subjek yang ikut serta dalam penelitian diperhitungkan

dalam hasil/kesimpulan? (Apakahpengamatannya cukup lengkap?)

Ya. Penelitian yang dilakukan sudahcukup lengkap.“Patients received

eitherazithromycin 1.5% eye drops, onedrop twice-daily (morning

andevening) from D0 to D2, or tobramycin 0.3% eye drops, one

totwo drops every 2 h on D0–1, up to 8 times/day, then one drop 4

times/dayon D2–6.””All patients were to attend three visits (D0, D3

and D7). A ‘first ophthalmologist investigator’ whowas masked to

the treatment performed the ophthalmologic examination, while a

second investigator was responsible for dispensing medications and

assessing tolerance and safety”.Terdapat pada methode bagian


treatment administration dan study assessments, outcomes (halaman

740)

2b. Apakah pengamatan yang dilakukan cukup panjang?

Ya. Pengamatan yang dilakukan cukup panjang untuk penelitian

konjungtivitis bakteri ini, yaitu selama tujuh hari. Selain itu, penyakit

tersebut merupakan self limiting dieseases yang sembuh sendiri selama

5-10 hari.

2c. Apakah subjek dianalisis padakelompok dimana subjek tersebut

dikelompokkan dalam randomisasi?

Ya. Subjek yang memenuhi kriteria dibagi menjadi dua kelompok

dan tetap berada pada kelompoknya masing-masing sampai

penelitian selesai dianalis.Terdapat dalam Figure 1. Study flowchart halaman

741

3a. Selain perlakuan yang dieksperimenkan, apakah subjek diperlakukan

sama?

Ya sama dalam setiap kelompok penelitian. Perlakuan yang diteliti

dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama yang diberikan

terapi azitromisin 1,5% dan kelompok kedua diberikan tobramisin

0,3%.“Patients received either azithromycin 1.5% eye drops,


onedrop twice-daily (morning andevening) from D0 to D2,

ortobramycin 0.3% eye drops, one totwo drops every 2 h on D0–1, up to

8times/day, then one drop 4 times/dayon D2–6.” Terdapat pada

methode bagian treatment administration(halaman 740)

3b. Apakah kelompok dalam penelitian sama pada awal penelitian?

Ya. Kedua kelompok sama secara statistik.“Eligible patients were

children(from 1 day to 18 years old) withpurulent bacterial

conjunctivitis, defined by mild to severe bulbar conjunctival

injection and purulent discharge in at least one eye. Patients were

excluded if they were premature new borns or had associated ocular

pathologies. Systemic or ocular antibiotics, anti-inflammatory or

immunosuppressive treatments were not authorised for use during

the study.”Terdapat pada methods bagian studydesign and patients

(halaman 739-740)

Importance

1. Berapa besar efek terapi? 10% pada kelompok penelitian

menggunakan terapi azitromisin 1,5% dan 0% pada kelompok tobramisin

0,3%. Nilai p = 0,005.

CER = 100%
EER = 90% ARR = CER – EER = 10% RR = 0,9 RR < 1, terapi yang diberikan

dapat mengobati konjunctivitis bakteri. NNT primary end points = = 10

Sehingga membutuhkan 10 orang yang mendapatkan terapi untuk

menyembuhkan 1 pasien yang terkena konjunctivitis bakteri.

2. Seberapa tepat estimasi efekterapi?

Jumlah sampel n=145 Jumlah sampel yang dievaluasi = 102Proporsi

pasien yang mengalami kejadian (p)p = = 1,42 = 124%SE = = = =

0,017= 1,7%

95%Cl = 95% ± 1,96 x 1,7%

95%Cl = 91,651% sampai 98,349%

Applicable

1. Apakah pasien yang kita miliki sangat berbeda dengan pasien

dalam penelitian?

Tidak. Pasien yang menjadi subjek penelitian dengan pasien yang

kita miliki tidak jauh berbeda.

2. Apakah hasil yang baik dari penelitian dapat diterapkan dengan

kondisi yang kita miliki?


Ya. Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan karena dilihat dari angka

kejadian konjunctivitis bakteri yang masih banyak dan terdapat

kesamaan status geografis antara tempat penelitian dengan kondisi

yang kita miliki.

3. Apakah semua outcome klinis yang penting dipertimbangkan(efek

samping yang mungkin timbul)?

Ya. Pada peneltian ini, peniliti sudah mempertimbangkan outcome klinis

yang mungkin terjadi. Efek sampingyang ditimbulkan sangat minimal dan

menghilang setelah selesai pengobatan.

4. Apakah sudah memahami harapan dan pilihan pasien?

Ya. Penelitian ini sudah sesuai dengan harapan dan pilihan paasien.

5. Apakah intervensi yang akan diberikan akan memenuhi harapan pasien?

Pasien siap akan konsekuensinya?

Ya. Apabila penelitian ini diterapkan maka harapan pasien akan terpenuhi

dalam penyembuhan penyakit konjunctivitis bakteri

Kesimpulan

Dari hasil penelitian validitas dan kepentingan, dapat disimpulkan

bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

You might also like