You are on page 1of 21

BAGIAN IKM LAPORAN MANAJEMEN

FAKULTAS KEDOKTERAN JANUARI 2018


UNIVERSITAS TADULAKO

POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) LANSIA

Disusun Oleh :
IHWAN UKHRAWI ALY
N 111 15 033

Pembimbing :
dr. NUR INDRIYANI
dr. I NYOMAN WIDJAJANYA, M.Kes

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut WHO, yang termasuk katagori lansia, adalah mereka yang


berusia 65 tahun ke atas (AS dan Eropa Barat). Sedangkan di negara-negara
Asia, lansia adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas. Pengkategorian
lebih detail dikemukakan oleh Durmin dalam Arisman (2007), yang
membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75
tahun). Sementara di Indonesia, M. Alwi Dahlan dalam Arisman (2007)
menyatakan bahwa orang dikatakan lansia jika telah berumur di atas 60
tahun. Sementara Notoatmodjo (2007) mengemukakan, bahwa lansia
merupakan tahap akhir siklus kehidupan. Lansia juga merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang
mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Lansia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Lansia
dimulai paling tidak saat puber dan prosesnya berlangsung sampai
kehidupan dewasa. Menurut Depkes RI (2000), konteks kebutuhan lansia
akan dihubungkan secara biologis, sosial dan ekonomi. Menurut Permenkes
No.25 tentang Rencana Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016-2019,
disebutkan pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit
atau gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi
dan lingkungan yang membuthkan pelayanan kesehatan secara terpadu
dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja secara interdisiplin.

Menjadi tua adalah proses seumur hidup yang tidak bisa dihindari.
Merupakan perubahan yang progresif terhadap fisik, jiwa dan status social
individu. Keberhasilan pembinaan kesehatan dengan pendekatan siklus
hidup yang dimulai sejak seorang ibu mempersiapkan kehamilannya sampai
bayi lahir, balita anak usia sekolah dan remaja, dewasa dan pralanjut usia

2
akan sangat menentukan kuantitas dan kualitas kehidupan dan kesehatan
lanjut usia di kemudian hari. Bila pelayanan kesehatan di semua tahapan
siklus hidup dilakukan dengan baik, maka dapat dipastikan bahwa kualitas
kehidupan di masa lanjut usia akan menjadi lebih tinggi.

Posbindu merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan


terhadap lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja
Puskesmas (Departemen Kesehatan RI,2016). Dasar pembentukan Posbindu
yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia dengan
sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung yaitu
pralansia 45-59 tahun, lansia 60-69 tahun, dan lansia resiko tinggi yaitu usia
lebih dari 70 tahun. Sedangkan sasaran yang tidak langsung adalah keluarga
di mana lansia berada, masyarakat di lingkungan lansia, organisasi sosial
yang bergerak di dalam pembinaan kesehatan lansia, petugas kesehatan yang
melayani kesehatan lansia dan masyarakat luas (Departemen Kesehatan RI,
2006).

Pada tahun 2016 posbindu di wilayah Puskesmas Wani berjumlah 22,


yang tersebar dari 10 desa dalam wilayah kerja puskesmas wani. yaitu desa
wani I, wani II, Wani III, Wani Lumbumpetigo, Nupabomba, Guntarano,
Bale, Wombo Mpanau, Wombo Induk dan desa Wombo Kalonggo.
Kegiatan Posbindu yang dilaksanakan adalah pemeriksaan kesehatan,
pengobatan, penyuluhan. Meskipun demikian kegiatan posyandu lansia
belum optimal karena belum semua warga lansia memanfaatkan keberadaan
posbindu atau posyandu lansia tersebut.

Pada tahun 2016 Jumlah Pralansia dan lansia sebanyak 2.557 orang dan
Pralansia dan lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan dengan jumlah
kunjungan sebanyak 595 orang, yang tidak mendapat pelayanan kesehatan
1962 orang. Hal yang membuat lansia tidak datang ke pelayanan kesehatan
dikarenakan beberapa faktor dari masyarakat lansia tersebut seperti

3
melakukan pekerjaan rumah, berkebun, serta berbagai alasan. (Profil
Puskesmas Wani, 2016).

1.2 Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di


Puskesmas Wani?
2. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) di Puskesmas Wani?

4
BAB II

IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Profil UPT Puskesmas Wani

Puskesmas Wani merupakan puskesmas yang berada di


wilayah kerja Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala dengan
luas wilayah 302,64 Km2.Wilayah kerja puskesmas wani terdiri dari 10
desa, yaitu desa wani I, wani II, Wani III, Wani Lumbumpetigo,
Nupabomba, Guntarano, Bale, Wombo Mpanau, Wombo Induk dan
desa Wombo Kalonggo.

Letak puskesmas Wani kurang lebih 25 Km dari ibu kota Palu,


dengan batas wilayah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Labuan


2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palu Utara Kota
Palu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Ampibabo dan
Kecamatan Parigi Mautong, dan
4. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Palu Utara Kota Palu
dan Teluk Palu.
Tabel 1.
Jumlah Penduduk di Wilayah kerja Puskesmas Wani Tahun 2016

No Nama Desa Jumlah Dusun Jumlah Penduduk

1. WANI I 5 1.638
2. WANI II 4 2.867
3. WANI III 2 892
4. LUMBU MPETIGO 3 1.165
5. WOMBO MPANAU 2 1.142
6. WOMBO INDUK 3 1.183
7. WOMBO KALONGGO 3 809

5
8. NUPABOMBA 6 3.135
9. GUNTARANO 3 1.621
10. BALE 5 1.354
JUMLAH 36 15.806

2.2 Tujuan Pelaksanaan Posbindu


Tujuan diadakannya Posbindu adalah untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan. Jadi dengan adanya Posbindu
diharapkan adanya kesadaran dari usia lanjut untuk membina kesehatannya
serta meningkatkan peran serta masyarakat termasuk keluarganya dalam
mengatasi kesehatan usia lanjut. Fungsi dan tugas pokok Posbindu yaitu
membina lansia supaya tetap bisa beraktivitas, namun sesuai kondisi
usianya agar tetap sehat, produktif dan mandiri selama mungkin serta
melakukan upaya rujukan bagi yang membutuhkan.

2.3 Bentuk Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan di Posbindu meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai
alat pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang
diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi dan
mencatat perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan
(BPPK) Usia Lanjut atau catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan
di Puskesmas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia
lanjut dikelompok sebagai berikut:
a) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living)
melipui kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan/minum,
berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
b) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan
mental emosional dengan menggunakan pedoman 2 menit.

6
c) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh
(IMT);
d) Pengukuran tekanan darah dengan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama 1 menit;
e) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan Talquist atau Sahli;
f) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus);
g) Pemeriksaan adanya protein dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit ginjal;
h) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bila mana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan;
i) Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok usia lanjut;
j) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota kelompok
usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (public health nursing)
k) Pemberian Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penyuluhan contoh
menu makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia
lanjut serta menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah
tersebut;
l) Kegiatan olah raga seperti senam lansia, gerak jalan santai dan lain
sebagainya untuk meningkatkan kebugaran.

2.4 Pengelolaan Posbindu


Posbindu sebagai tempat sebagai pemberdayaan masyarakat, yang
akan berjalan dengan baik dan optimal apabila memenuhi beberapa
komponen pokok, yaitu : adanya proses kepemimpinan, terjadinya proses
pengorganisasian, adanya anggota dan kader serta tersedianya pendanaan.

7
a) Kepemimpinan
Posbindu merupakan kegiatan dari oleh dan untuk masyarakat.
Untuk pelaksanaanya memerlukan orang yang mampu mengurus dan
memimpin penyelenggaraan kegiatan tersebut sehingga kegiatan yang
dilaksanakan mencapai hasil yang optimal. Pemimpin Posbindu
bisanya berasal dari anggota Posbindu itu sendiri.
b) Pengorganisasian
Ciri dari suatu proses pengorganisasian dapat dilihat dari adanya
pembagian tugas, penunjukan kader, jadwal kegiatan yang teratur dan
sebagainya. Struktur organisasi Posbindu sedikitnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, Bendahara dan beberapa seksi dan kader.
c) Kader
Jumlah kader di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota
kelompok, volume dan jenis kegiatannya, yaitu sedikitnya 3 orang.

2.5 Sarana dan Prasarana


Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu, dibutuhkan sarana dan prasarana
penunjang antara lain:
a) Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)
b) Meja dan kursi
c) Alat tulis
d) Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)
e) Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur
tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium sederhana
termometer.
f) Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut

8
2.6 Identifikasi Masalah
Pada laporan manajemen ini, permasalahan utama yang menjadi
kendala pelaksanaan program Posbindu Lansia Puskesmas Wani adalah
masih kurangnya kelompok usia lanjut yang mendapatkan pelayanan
kesehatan selama berjalannya program di tahun 2016.

Berdasarkan hal tersebut maka indikator utama yang menjadi


permasalahan pada program Posbindu Lansia di wilayah kerja Puskesmas
Wani adalah :
 Input :
- Tenaga kesehatan yang turut serta dalam pelaksanaan
Posbindu masih kurang, selama berjalannya program ini yang
turut ikut serta adalah penanggung jawab program yaitu
seorang bidan dan dibantu 1 orang anggotanya dengan
profesi yang sama serta kader-kader dari masing-masing
desa, sedangkan untuk dokter dan apoteker jarang mengikuti
program ini dikarenakan kesibukan pelayanan di Puskesmas.
- Sarana dan prasarana yang masih kurang seperti pemeriksaan
laboratorium
 Proses :
- Secara keseluruhan proses pelaksanaan pelayanan Posbindu
belum sepenuhnya tahapannya dilaksanakan
 Output :
- Kehadiran lansia yang masih kurang dan perlu ditingkatkan

9
BAB III
PEMBAHASAN

Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap


Lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja
Puskesmas(Departemen Kesehatan RI ,2005). Keterpaduan dalam Posbindu
berupa keterpaduan pada pelayanan yang dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia
yang memiliki berbagai macam penyakit. Dasar pembentukan Posbindu yaitu
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama lansia. (Departemen
Kesehatan RI ,2005).

1. Input
- Tenaga kesehatan yang turut serta dalam pelaksanaan Posbindu masih
kurang, selama berjalannya program ini yang turut ikut serta adalah
penanggung jawab program yaitu seorang bidan dan dibantu 1 orang
anggotanya dengan profesi yang sama serta kader-kader dari masing-
masing desa, sedangkan untuk dokter dan apoteker jarang mengikuti
program ini dikarenakan mengutamakan pelayanan di Puskesmas.
Selama ini tenaga kesehatan yang turun dalam pelaksanaan posbindu
dibantu oleh kader-kader desa yang telah diberikan pembinaan dan
pelatihan.
- Sarana dan pra sarana seperti alat-alat pemeriksaan penunjang
laboratorium yang masih kurang seperti pemeriksaan hemoglobin,
pemeriksaan gula darah, kolesterol, asam urat yang stripnya sudah tidak
ada atau terbatas.

10
Input Puskesmas
SDM Terdapat dua orang yang terdiri dari satu orang
pembantu pemegang program posbindu yang
merangkap menjadi apoteker, satu anggota program
yang bertugas melakukan pencatatan. Dan satu lagi
anggota puskesmas sukarela yang ditugaskan sesuai
jadwal membantu pelaksanaan posbindu, serta kader –
kader dari desa atau dusun
Sarana dan Terdapat alat dan bahan yang digunakan saat
Prasarana dilapangan serta terdapat akomodasi untuk menuju ke
tempat pelaksanaan Posbindu.
Akses Mudah diakses
Pendanaan Sumber pembiayaan berasal dari alokasi dana program
Puskesmas Wani.
Pencatatan Hasil Kegiatan Posbindu di lapangan dicatat pada buku
masing-masing yang dipegang oleh lansia (Sampul
warna merah) serta laporan dari puskesmas pembantu
di rekap di buku album pencatatan puskesmas.

2. Proses
Masalah yang muncul pada proses program ini adalah mekanisme
pelaksanaan kegiatan tidak semuanya dilakukan sesuai pedoman. Menurut
pedoman mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
5 tahapan/5 meja sebagai berikut:

11
a. Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan
Pada Posbindu Puskesmas Wani, tahap pertama dilakukan sesuai
pedoman, dibantu oleh kader yang bertugas memanggil nama lansia yang
akan telah mendaftar.
b. Tahap kedua: Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001 hal yang perlu dinilai pada pencatat kegiatan sehari-hari meliputi :
makan / minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur,
buang air besar atau kecil dan sebagainya. Kegiatan melakukan pekerjaan
diluar rumah seperti :berbelanja, mencari nafkah, pengajian dan lain-lain.

12
 Kategori A
Apabila usia lanjut sama sekali tidak mampu melakukan
kegiatan sehari-hari, sehingga sangat tergantung orang lain
(ketergantungan)
 Kategori B
Apabila ada gangguan dalam melakukan sendiri, hingga
kadang-kadang perlu bantuan (ada gangguan)
 Kategori C
Apabila usia lanjut masih mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari tanpa bantuan sama sekali (mandiri).

Pada Posbindu Puskesmas Wani tahap kedua yang dilaksanakan


hanyalah penimbangan berat badan, dan dilakukan pengukuran tinggi
badan, adapun pertanyaan tentang kebiasaan sehari-hari tidak dilakukan
pencataan di buku

c. Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan


pemeriksaan status mental
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2013, Pemeriksaan Status Mental menggunakan pedoman metode 2 menit
melalui 2 tahap pertanyaan :
Pertanyaan tahap 1 :
1. Apakah anda mengalami sukar tidur?
2. Apakah anda sering merasa gelisah?
3. Apakah anda sering murung dan atau menangis sendiri?
4. Apakah anda sering merasa was-was atau khawatir?
Bila ada 1 atau lebih jawaban ”ya” lanjutkan pada pertanyaan tahap 2
Pertanyaan tahap 2 :
1. Apakah lama keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam
sebulan?
2. Apakah anda mempunyai masalah atau banyak pikiran?

13
3. Apakah anda mempunyai keluhan atau masalah dengan keluarga
atau orang lain?
4. Apakah anda menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran
dokter?
5. Apakah anda cenderung mengurung diri dalam kamar?
Bila 1 atau lebih jawaban ”ya” maka usia lanjut memiliki masalah
emosional
Pada Posbindu Puskesmas Wani, tahap 3 yang dilakukan pengukuran
tekanan darah dan pemeriksaan fisik (jika ada dokter yang ikut dalam
kegiatan Posbindu), dan tidak dilakukan pemeriksaan status mental.

d. Tahap keempat : Laboratorium sederhana


Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Kesehatan,
2001, meliputi pemeriksaan Hemoglobin untuk deteksi anemia
menggunakan metode Sahli, atau Talquist, atau Cuprisulfat, dan
pemeriksaan urin untuk deteksi gangguan ginjal, dan Diabetes

Gambar 1. MetodeTalquist Gambar 2. MetodeSahli

Gambar 3 Combour Test

14
Pada Posbindu Puskesmas Wani pemeriksaan laboratorium sederhana
yang dilakukan adalah pemeriksaan gula darah, asam urat dan kolesterol
yang dilayani selama persediaan strip masih ada, kadang jika bahan habis
pakai yang dibawa terbatas makaanya dilakukan pemeriksaan
laboratorium pada pasien yang memiliki riwayat DM, asam urat maupun
kolesterol tinggi. Namun pemeriksaan ini jarang lansia yang tertarik untuk
memeriksa dikarenakan pemeriksaannya harus dibayar.

e. Tahap Kelima: Pemberian penyuluhan dan konseling


Penyuluhan dan konseling diberikan berdasarkan hasil pada tahap 1
sampai 4.
Pada Posbindu Puskesmas Wani penyuluhan dan konseling sudah
dilaksanakan oleh petugas puskesmas (bidan atau perawat) ataupun dokter.
Meskipun memang dalam pelaksanaannya penyuluhan dilakukan
tergantung situasi dan kondisi posbindu, karena sebagian besar posbindu
di puskesmas wani masih berukuran kecil, sehingga inisiatif untuk
melakukan penyuluhan dilakukan saat edukasi pemberian obat kepada
lansia sekaligus memberikan edukasi tentang penyakitnya.

3. Output
Sasaran Posbindu dapat dibagi menjadi dua kelompok di mana kelompok
yang pertama adalah sasaran langsung kelompok Lansia yaitu berusia 65-69
tahun dan kelompok Lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
Adapun sasaran kelompok tidak langsung adalah, keluarga yang mempunyai
Lansia, masyarakat di lingkungan Lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan Lansia,petugas kesehatan usia lanjut, dan
masyarakat luas (Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan, 2001).
Melalui pedoman ini diketahui bahwa output dari program ini adalah usia
lanjut. Pada output program ini belum mencapai target. Menurut data yang
diambil dari Profil Puskesmas Wani Pada tahun 2016, Jumlah lansia yang terdata

15
sebanyak 2.557 orang yang terbagi atas lansia berjenis kelamin laki-laki sebanyak
1.247 orang dan perempuan 1.310 orang. adapun cakupan lansia yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di posbindu sebanyak 595 orang atau sekitar 23,27% dari jumlah
lansia yang terdata di wilayah kerja puskesmas wani, sehingga cakupan lansia yang
tidak mendapatkan pelayanan kesehatan di posbindu sebanyak 1.962 orang.
Menurut wawancara dengan penanggung jawab program hal ini
disebabkan karena banyaknya lansia yang terkadang tidak datang saat
pelayanan Posbindu Lansia dikarenakan sibuk bekerja atau berkebun, tidak
ada yang mengantar, lupa waktu pelaksanaan Posbindu, sedang sakit, atau pun
malas untuk datang. Oleh karena kendala tersebut sehingga pada progam
posbindu wani tersebut cakupan lansia yang belum mendapatkan pelayanan
kesehatan masih tinggi. Adapun inisiatif dari penanggung jawab program
untuk mengatasi ini yakni dengan cara, mengevaluasi setiap dusun atau desa
dimana lansianya jika saat pagi kurang yang berpartisipasi maka diinisiatif
dilakukan sore dengan harapan kendala-kendala yang terjadi pada lansia saat
pagi hari akibat berbagai kesibukan, bias hadir posbindu yang dilakukan sore
hari.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Program Posbindu Lansia di Puskesmas Wani sudah cukup baik, namun
masih perlu peningkatan dari input yakni jumlah tenaga kesehatan yang masih
kurang saat pelaksanaan kegiatan (dokter dan apotek yang tidak selalu hadir
saat pelayanan), proses yakni pelaksanaan kegiatan yang belum semuanya
dilakukan sesuai dengan PedomanPembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Kesehatan, 2001 di tahap 1 yang harus memiliki 5 meja untuk melakukan
registrasi hingga konseling, tahap 2 pencatatan kegiatan sehari-hari, di tahap 3
pemeriksaan status mental, di tahap 4 pemeriksaan laboratorium dilakukan
setiap pelayanan Posbindu kepada setiap lansia baik yang telah didiagnosis
berkaitan dengan pemeriksaan tersebut maupun yang belum, sedangkan pada
output yakni belum mencapai target namun perlu ditingkatkan agar lansia
yang mendapat pelayanan bisa mencapai 100 %.

4.2 Saran
Untuk meningkatkan program ini perlu, Peningkatan SDM yang turun saat
pelaksanaan program serta pembekalan kembali kepada seluruh petugas
kesehatan yang ikut serta sehingga semua tahap kegaitan Posbindu
dilaksanakan, dan mengoptimalkan kunjungan rumah apabila lansia tidak
datang saat pelayanan Posbindu.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. 2015. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia


Lanjut. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
2. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu
Lanjut Usia.Komisi Nasional Lanjut Usia. Jakarta
3. Depkes RI. 2013. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program.Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta
4. Puskesmas Wani 2016. Profil Puskesmas Wani Tahun 2016
5. Notoatmojdo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni dan
Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
6. Depkes RI, 2016, Pedoman Penyelenggaraan Posbindu, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2016, Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016, Jakarta.

18
Lampiran Dokumentasi

Gambar 1. Kegiatan Posbindu Lansia di Desa Nupabomba

Gambar 2. Melakukan anamnesis hingga penatalaksanaan pada Posbindu


Lansia di Desa Bale

19
Gambar 3. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan Posbindu Lansia di
Desa Bale

Gambar 4. Melakukan Penyuluhan dan Konseling

20
Gambar 5. Aktivitas di Posbindu Dusun Kinta

21

You might also like