You are on page 1of 29

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi data
Penelitian dengan judul “Motivasi Belajar, Kesiapan Belajar dan
Pemanfaatan Laboratorium terhadap Hasil Belajar” (Studi Pada Siswa Kelas
XI jurusan pemasaran tahun ajaran 2017/2018 SMK Batik 2 Surakarta)
terdapat empat variabel, yang terdiri dari tiga variabel terikat (dependen) dan
variabel bebas (independen). Adapun variabel – variabel tersebut sebagai
berikut:
a. Motivasi belajar sebagai variabel bebas pertama (X1)
b. Kesiapan belajar sebagai variabel bebas kedua (X2)
c. Pemanfaatan laboratorium sebagai variabel bebas ketiga (X3)
d. Hasil belajar sebagai variabel terikat (Y)
Penelitian ini menggunakan angket sebagai alat untuk memperoleh data
tentang motivasi belajar, kesiapan belajar, pemanfaatan laboratorium dan hasil
belajar. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan dokumentasi untuk
memperoleh data pendukung berupa daftar nama siswa dan nilai UTS kelas XI
SMK jurusan pemasaran tahun ajaran 2017/2018 SMK Batik 2 Surakarta.
Berdasarkan data penelitian penyebaran angket kepada Siswa Kelas XI jurusan
pemasaran tahun ajaran 2017/2018 SMK Batik 2 Surakarta, maka deskripsi
data variabel motivasi belajar (X1), variabel kesiapan belajar (X2), variabel
pemanfaatan belajar (X3) dan variabel hasil belajar (Y), diperoleh hasil sebagai
berikut :
a. Variabel Motivasi Belajar
1) Deskripsi Data
Tabel 4.1 Hasil deskripsi data variabel motivasi belajar (X1)

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
X1 64 38 59 49,67 7,069
Valid N
64
(listwise)

Sumber : Data Primer diolah, 2017


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah responden pada
penelitian ini adalah 64 orang. Data variabel motivasi belajar diperoleh
melalui kuesioner yang terdiri dari 15 item pernyataan. Skor ideal yang
diberikan maksimal 4 dan minimal 1 pada setiap item pernyataan. Skor
minimum yang diperoleh dari kuesioner variabel motivasi belajar adalah
sebesar 38 dan skor maximum adalah sebesar 59 dengan mean atau rata-
rata sebesar 49,67 dan nilai standar deviasi sebesar 7,069. Nilai standar
deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata-rata skor variabel
motivasi belajar. Menurut Hindrayani dan Totalia (2013: 28), bahwa
“nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean
menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai
minimum dan maksimumnya”. Berdasarkan teori tersebut dapat
diketahui 7,069 < 14,901. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak
terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.
b. Variabel Kesiapan Belajar
1) Deskripsi Data
Tabel 4.2 Hasil data Variabel kesiapan belajar

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
X2 64 55 112 85,06 17,806
Valid N
64
(listwise)

Sumber : ( Data Primer diolah, 2017)


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah responden pada
penelitian ini adalah 64 orang. Data variabel kesiapan belajar diperoleh
melalui kuesioner yang terdiri dari 29 item pernyataan. Skor ideal yang
diberikan maksimal 4 dan minimal 1 pada setiap item pernyataan. Skor
minimum yang diperoleh dari kuesioner variabel kesiapan belajar
adalah sebesar 55 dan skor maximum adalah sebesar 112 dengan mean
atau rata-rata sebesar 85,06 dan nilai standar deviasi sebesar 17,806
Nilai standar deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata-rata
skor variabel kesiapan belajar. Menurut Hindrayani dan Totalia (2013:
28), bahwa “nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean
menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai
minimum dan maksimumnya”. Berdasarkan teori tersebut dapat
diketahui 17,806 < 25,518. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak
terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.
c. Variabel Pemanfaatan Laboratorium
1) Deskripsi data
Tabel 4.3 Hasil data variabel pemanfaatan laboratorium

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
X3 64 40 78 62,87 11,642
Valid N
64
(listwise)

Sumber : (Data Primer diolah, 2017)


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah responden pada
penelitian ini adalah 64 orang. Data variabel pemanfaatan laboratorium
diperoleh melalui kuesioner yang terdiri dari 20 item pernyataan. Skor
ideal yang diberikan maksimal 4 dan minimal 1 pada setiap item
pernyataan. Skor minimum yang diperoleh dari kuesioner variabel
pemanfaatan laboratorium adalah sebesar 40 dan skor maximum adalah
sebesar 78 dengan mean atau rata-rata sebesar 62,87 dan nilai standar
deviasi sebesar 11,642. Nilai standar deviasi memiliki korelasi dengan
nilai mean atau rata-rata skor variabel pemanfaatan laboratorium.
Menurut Hindrayani dan Totalia (2013: 28), bahwa “nilai standar
deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean menunjukkan adanya
variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai minimum dan
maksimumnya”. Berdasarkan teori tersebut dapat diketahui 11,642<
18,861. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat
kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.
d. Variabel Hasil Belajar
2) Deskripsi data
Tabel 4.4 Hasil data variabel hasil belajar

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Y 64 35 95 66,86 12,269
Valid N
64
(listwise)

Sumber : (Data Primer diolah, 2017)


Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah responden/siswa
pada penelitian ini adalah 64 orang. Data variabel hasil belajar
diperoleh melalui dokumentasi nilai UTS tahun pelajaran 2017/2108
siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2. Skor minimum yang
diperoleh dari data nilai UTS variabel pemanfaatan laboratorium adalah
sebesar 35 dan skor maximum adalah sebesar 95 dengan mean atau rata-
rata sebesar 66,86 dan nilai standar deviasi sebesar 12,269. Nilai
standar deviasi memiliki korelasi dengan nilai mean atau rata-rata skor
variabel hasil belajar. Menurut Hindrayani dan Totalia (2013: 28),
bahwa “nilai standar deviasi yang lebih besar dari 30% nilai mean
menunjukkan adanya variasi atau kesenjangan yang besar antara nilai
minimum dan maksimumnya”. Berdasarkan teori tersebut dapat
diketahui 12,269 < 20,058. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa tidak
terdapat kesenjangan yang besar antara skor minimum dan maksimum.
2. Hasil Uji Prasyarat Analisis
Sebelum dilakukan analisis uji hipotesis, data yang digunakan untuk
analisis statistik dengan regresi berganda harus memenuhi uji persyaratan
analisis. Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
linieritas, uji heteroskedasitas dan uji multikolinieritas. Berikut hasil dari uji
prasyarat analisis:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang didapat
dalam penelitian berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat dideteksi
dengan software SPSS 23 for windows, yaitu dengan cara melihat Normal
P-P plot of regression residual. Berdasarkan pengolahan data yang
dilakukan terhadap data yang diperoleh, hasil uji normalitas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1 Grafik Normal P-Plot of Regression Standarized Residual


(Sumber : Data Primer yang diolah, 2017)
Menurut Hindrayani dan Totalia (2013: 157), suatu model regresi
dikatakan memiliki residual yang normal jika data menyebar di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Melalui gambar 4.1 diketahui
bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal, serta penyebaran titik-titik
tersebut membentuk garis diagonal. Hal ini berarti model regresi memenuhi
asumsi normalitas dan layak digunakan untuk memprediksi variabel hasil
belajar berdasarkan motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan
laboratorium.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui adanya hubungan yang linier
antara variabel motivasi belajar (X1), kesiapan belajar (X2) dan pemanfaatan
laboratorium (X3) dengan variabel hasil belajar (Y). Untuk mendeteksi
terjadinya linearitas dapat diketahui yaitu dengan melihat output ANOVA tabel
pada kolom sig. Apabila nilai sig. linearity < 0,05 maka hubungan antara dua
variabel dinyatakan linier. (Priyatno, 2010: 46) Hasil uji linieritas dalam
penelitian ini menggunakan SPSS 23 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil uji Linearitas pada output ANOVA Tabel

ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Y * X1 Between Groups (Combined) 4326,227 17 254,484 2,270 ,014
Linearity 1712,743 1 1712,743 15,276 ,000
Deviation from
2613,484 16 163,343 1,457 ,158
Linearity
Within Groups 5157,507 46 112,120
Total 9483,734 63
(Sumber : Data primer diolah, 2017)
Berdasarkan output ANOVA tabel, nilai sig linearity sebesar 0,000 nilai
tersebut kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara motivasi belajar
(X1) dan hasil belajar (Y) memiliki hubungan linier.
Tabel 4.6 Hasil uji Linearitas pada output ANOVA Tabel
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Y* Between Groups (Combined) 5569,984 32 174,062 1,379 ,187
X2 Linearity 1772,191 1 1772,191 14,037 ,001
Deviation from
3797,794 31 122,509 ,970 ,533
Linearity
Within Groups 3913,750 31 126,250
Total 9483,734 63
(Sumber : Data primer diolah, 2017)
Berdasarkan output ANOVA tabel, nilai sig linearity sebesar 0,001 nilai
tersebut kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara kesiapan belajar
(X2) dan hasil belajar (Y) memiliki hubungan linier.

Tabel 4.7 Hasil uji Linearitas pada output ANOVA Tabel

ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Y * X3 Between Groups (Combined) 5337,318 25 213,493 1,957 ,030
Linearity 2427,529 1 2427,529 22,247 ,000
Deviation from
2909,789 24 121,241 1,111 ,377
Linearity
Within Groups 4146,417 38 109,116
Total 9483,734 63
(Sumber : Data primer diolah, 2017)
Berdasarkan output ANOVA tabel, nilai sig linearity sebesar 0,000 nilai
tersebut kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa antara pemanfaatan
laboratorium (X3) dan hasil belajar (Y) memiliki hubungan linier.
c. Uji Multikoliniearitas
Uji prasyarat multikolinieritas dilakukan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi
korelasi, maka terdapat masalah multikolinearitas. Uji multikolinieritas dalam
penelitian ini menggunakan SPSS 23. Dasar pengambilan keputusan dengan
melihat nilai tolerance, jika nilai tolerance mendekati 1, maka tidak terjadi
multikolinieritas. Dasar pengambilan keputusan dengan cara lain dapat dilihat
pada nilai Varian Inflation Factor (VIF), jika nilai VIF setiap variabel di
sekitar angka 1 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Toleran
Model B Std. Error Beta t Sig. ce VIF
1 (Constant) ,343 10,315 ,033 ,974
X1 ,543 ,176 ,313 3,094 ,003 ,928 1,077
X2 ,210 ,071 ,305 2,974 ,004 ,902 1,108
X3 ,344 ,112 ,327 3,078 ,003 ,843 1,186
a. Dependent Variable: Y
Sumber : data primer diolah 2017
Dari tabel di atas menunjukan bahwa nilai tolerance masing-masing
variabel mendekati 1, dan nilai VIF masing-masing variabel di sekitar angka
1, sehingga hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel
independen tidak terdapat masalah multikolinieritas atau tidak ada hubungan
antar variabel independen.
d. Uji Heteroskedasitas
Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Hindrayani dan Totalia, 2010: 148). Metode
pengambilan keputusan pada uji heteroskedasitas dengan melihat scatterplot
yaitu jika titik-titik menyebar dengan pola yang tidak jelas diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heterokedasitas pada model regresi. Berdasarkan hasil uji heteroskedasitas
yang dilakukan dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.2 grafik scatterplot


(Sumber: Data primer yang diolah, 2017)

Melalui pengamatan grafik scatterplot pada gambar dapat dilihat bahwa titik-
titik yang digambarkan pada grafik tersebut menyebar di atas dan di bawah angka
0 serta tidak membentuk pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa pada
model regresi yang digunakan tidak terdapat masalah heteroskedasitas. Varian
residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain pada model tersebut
adalah tetap. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan untuk
memprediksi hasil belajar yang didasarkan pada variabel motivasi belajar,
kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Regresi Berganda
Regresi berganda adalah teknik untuk menentukan pengaruh antara dua atau
lebih variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen), dalam
regresi berganda model yang disusun akan melibatkan lebih dari satu variabel
independen (X). Perhitungan uji regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan software SPSS 23 For windows. Berdasarkan hasil pengolahan
data dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh berikut ini disajikan
hasil uji regresi berganda :
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,343 10,315 ,033 ,974
X1 ,543 ,176 ,313 3,094 ,003
X2 ,210 ,071 ,305 2,974 ,004
X3 ,344 ,112 ,327 3,078 ,003
a. Dependent Variable: Y
( Sumber : Data primer yang diolah, 2017)
Berdasarkan tabel 4.7 tentang hasil uji regresi berganda dapat dijabarkan
bahwa nilai constant sebesar 0,343, nilai motivasi belajar sebesar 0,543 nilai
kesiapan belajar sebesar 0,210 dan pemanfaatan laboratorium 0,344 Dari
penjabaran tersebut dapat dibuat suatu persamaan yaitu sebagai berikut:
Y = 0,343+0,543𝑋1+0,210𝑋2+ 0,344𝑋3
Keterangan :
Y = Hasil Belajar
X1 = Motivasi Belajar
X2 = Kesiapan Belajar
X3 = Pemanfaatan Laboratorium
Berdasarkan persamaaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut:
(1) Nilai 0,343 merupakan nilai constant yang menyatakan bahwa apabila
variabel motivasi belajar (X1), kesiapan belajar (X2) dan pemanfaatan
laboratorium (X3) sama dengan nol maka nilai hasil belajar adalah 0,343
(2) Koefisien regresi variabel motivasi belajar (X1) sebesar 0,543 artinya
motivasi belajar mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel hasil
belajar. Sedangkan koefisien 0,543 berarti bahwa peningkatan satu unit
variabel motivasi belajar dengan asumsi variabel bebas lain konstan akan
menyebabkan kenaikan hasil belajar siswa sebesar 0,543.
(3) Koefisien regresi variabel kesiapan belajar (X2) sebesar 0,210 artinya
kesiapan belajar mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel hasil
belajar. Sedangkan koefisien 0,210 berarti bahwa peningkatan satu unit
variabel kesiapan belajar dengan asumsi variabel bebas lain kontan akan
menyebabkan kenaikan hasil belajar sebesar 0,210.
(4) Koefisien regresi variabel pemanfaatan laboratorium (X2) sebesar 0,344
artinya pemanfaatan laboratorium mempunyai pengaruh yang positif terhadap
variabel hasil belajar. Sedangkan koefisien 0,344 berarti bahwa peningkatan
satu unit variabel pemanfaatan laboratorium dengan asumsi variabel bebas
lain kontan akan menyebabkan kenaikan hasil belajar sebesar 0,344.
Berdasarkan persamaan regresi di atas diketahui variabel motivasi belajar
memiliki nilai koefisien lebih besar dibandingkan dengan variabel kesiapan
belajar dan pemanfaatan laboratorium. Pemanfaatan laboratorium memiliki
nilai koefisien lebih besar dibandingkan dengan variable kesiapan belajar
sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data yang diperoleh dari
siswa sebagai respondennya, variabel motivasi belajar memberikan pengaruh
lebih besar terhadap hasil belajar siswa dibandingkan dengan pemanfaatan
laboratorium dan kesiapan belajar. Kesiapan belajar merupakan variabel
dengan nilai koefisien terendah yang berarti variabel tersebut memiliki
pengaruh yang paling kecil terhadap variabel hasil belajar
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
(1) Hipotesis
(H0) tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar,
kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium secara simultan terhadap hasil
belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun
2017/2018.
(Ha) terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, kesiapan
belajar dan pemanfaatan laboratorium secara simultan terhadap hasil belajar
siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun 2017/2018.
Kriteria Pengujian
H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas kurang dari 0,05 dan
F hitung > F tabel
H0 diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 dan
F hitung ≤ F tabel
(2) Nilai F hitung dan Probabilitas
Tabel 4.8 Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 4079,922 3 1359,974 15,100 ,000b
Residual 5403,813 60 90,064
Total 9483,734 63
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
(Sumber: Data primer yang diolah, 2017)
Berdasarkan tabel 4.8 hasil uji F pada tabel ANOVA dapat dilihat bahwa
nilai Fhitung adalah sebesar 15,100 dan nilai probabilitas dalam kolom Sig
adalah 0,000.
(3) Nilai F tabel
Nilai Ftabel menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan nilai df 1= k-1 (atau
4-1) = 3 dan df 2 = n-k-1 (atau 64 – 4 – 1) = 59. Hasil diperoleh untuk F tabel
sebesar 15,100
Keterangan :
dk : derajaat kebebasan
df 1 : derajat kebebasan sebagai pembilang
df 2 : derajat kebebasan sebagai penyebut
k : jumlah variabel yang akan diteliti
n : jumlah responden
(4) Kesimpulan
Berdasarkan uji F tersebut, diperoleh nilai F hitung sebesar 15,100 dan F
tabel 2,761 Hal ini menunjukkan F hitung > F tabel (15.100 > 2,761). Nilai
probabilitas pada kolom sig < 0,05 yaitu sebesar 0,000. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa dalam penelitian ini H0 ditolak dan Ha diterima yang
artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara variabel
motivasi belajar (X1), kesiapan belajar (X2) dan pemanfaatan laboratorium
(X3) terhadap hasil belajar (Y).
c. Uji T
Uji t digunakan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel.
(1) Hipotesis
(H0) Tidak dapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, kesiapan
belajar dan pemanfaatan laboratorium secara simultan terhadap hasil
belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun
2017/2018.
(Ha) Terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar, kesiapan
belajar dan pemanfaatan laboratorium secara simultan terhadap hasil
belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun
2017/2018.
Kriteria Pengujian
H0 ditolak dan Ha diterima apabila nilai probabilitas kurang dari 0,05 dan
thitung > ttabel
H0 diterima dan Ha ditolak apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 dan thitung
≤ ttabel
(2) Nilai Probabilitas dan t hitung
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Hasil uji t

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,343 10,315 ,033 ,974
X1 ,543 ,176 ,313 3,094 ,003
X2 ,210 ,071 ,305 2,974 ,004
X3 ,344 ,112 ,327 3,078 ,003
a. Dependent Variable: Y
(Sumber : Data primer diolah, 2017 )
Berdasarkan tabel 4.9 hasil uji t pada tabel coefficient dapat diketahui
bahwa nilai thitung variabel motivasi belajar (X1) sebesar 3.094 dan nilai
probabilitasnya adalah 0,003. Nilai thitung variabel kesiapan belajar adalah
sebesar 2,974 dan nilai probabilitasnya 0,004 variabel pemanfaatan
laboratorium adalah sebesar 3,078 dan nilai probabilitasnya adalah 0,003.
(3) Nilai t tabel
Nilai ttabel dapat dilihat pada tabel statistik menggunakan tingkat kesalahan
5% dengan derajat kebebasan df = n-k-1 atau 64 – 4 - 1 = 59 ( n merupakan
jumlah data dan k adalah jumlah variabel independen) t tabel yang diperoleh
adalah 1,671
Keterangan :
df : derajaat kebebasan
k : jumlah variabel yang akan diteliti
n : jumlah responden
(4) Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji t, maka dapat diperoleh kesimpulan untuk masing-
masing variabel independen sebagai berikut :
a. Variabel motivasi belajar
1) Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar
secara parsial terhadap hasil belajar.
2) Ha = terdapat pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar secara
parsial terhadap hasil belajar.
3) Nilai t hitung variabel motivasi belajar (X1) sebesar 3.094 sehingga
thitung > ttabel (3.094 > 1,671). Nilai probabilitas pada kolom sig < 0,05
yaitu sebesar 0,003. Nilai t dan probabilitas menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar (X1) secara parsial
terhadap hasil belajar (Y).
b. Variabel kesiapan belajar
1) Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kesiapan belajar
secara parsial terhadap hasil belajar.
2) Ha = terdapat pengaruh yang signifikan antara kesiapan belajar secara
parsial terhadap hasil belajar.
3) Nilai t hitung variabel kesiapan belajar (X2) sebesar 2,974 sehingga
thitung > ttabel (2,974 > 1,671). Nilai probabilitas pada kolom sig < 0,05
yaitu sebesar 0,004. Nilai t dan probabilitas menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kesiapan belajar (X2) secara parsial
terhadap hasil belajar (Y).
c. Variabel pemanfaatan laboratorium
1) Ho = tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfatan
laboratorium secara parsial terhadap hasil belajar.
2) Ha = terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan
laboratorium secara parsial terhadap hasil belajar.
3) Nilai t hitung variabel pemanfaatan laboratorium (X3) sebesar 3,078
sehingga thitung > ttabel (3,078 > 1,671). Nilai probabilitas pada kolom
sig < 0,05 yaitu sebesar 0,004. Nilai t dan probabilitas menunjukkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara pemanfaatan laboratorium
(X3) secara parsial terhadap hasil belajar (Y).
d. Koefisien Determinasi (R2)
1) Koefisien Determinasi (R2)
Analisis determinasi digunakan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh variabel independen secara serentak terhadap
variabel dependen. Koefisien determinasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Adjusted R square karena dalam regresi ini pengambilan sampel
melalui random dari populasi yang ditetapkan. Hasil perhitungan Adjusted
R square dapat dilihat pada output Model Summary.
Hasil pengujian koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Hasil uji determinasi simultan
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 ,656a ,430 ,402 9,490
a. Predictors: (Constant), X3, X1, X2
b. Dependent Variable: Y
(Sumber : Data primer yang diolah, 2017)
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat pula nilai Adjusted R square
sebesar 0,402, maka dapat disimpulkan bahwa sumbangan yang diberikan
variabel bebas terhadap variabel terikat sebesar 40,2%. Hal ini dapat
diartikan bahwa variabel bebas motivasi belajar (X1) kesiapan belajar (X2)
dan pemanfaatan laboratorium (X3) secara bersama-sama (simultan)
dinilai lemah memengaruhi variabel terikat hasil belajar (Y) karena kurang
dari 0,50 atau 40,2% sedangkan sisanya sebesar 59,8% dipengaruhi oleh
faktor lain.
2) Koefisien determinasi parsial
Analisis determinasi parsial digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil
perhitungan parsial (r2) dapat dilihat berdasarkan tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Parsial

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Model B Std. Error Beta T Sig. Zero-order Partial Part
1 (Constant) ,343 10,315 ,033 ,974
X1 ,543 ,176 ,313 3,094 ,003 ,425 ,371 ,302
X2 ,210 ,071 ,305 2,974 ,004 ,432 ,358 ,290
X3 ,344 ,112 ,327 3,078 ,003 ,506 ,369 ,300
a. Dependent Variable: Y
(Sumber: Data Primer yang diolah, 2017)
Berdasarkan tabel 4.11 hasil perhitungan koefisien determinasi parsial dapat
diketahui kontribusi dari pengaruh variabel motivasi belajar (X1) terhadap
hasil belajar (Y) secara parsial. Kontribusi pengaruh secara parsial diketahui
dari nilai parsial yang dikuadratkan (r2). Berdasarkan hasil perhitungan
dengan SPSS 23 menunjukkan untuk variabel motivasi belajar (X1) diperoleh
nilai parsial sebesar 0,371 yang kemudian di kuadratkan r2 menjadi 0,3712 =
0,1376 = 13,76%. Hal ini berarti variabel motivasi belajar memberikan
kontribusi dalam meningkatkan hasi belajar sebesar 13,76%, sedangkan
untuk variabel kesiapan belajar (X2) menunjukkan nilai parsial sebesar 0,358
yang kemudian dikuadratkan (r2) menjadi 0,3582 = 0,1281= 12,81%. Hal ini
berarti variabel kesiapan belajar (X2) memberikan kontribusi dalam
meningkatkan hasil belajar sebesar 12,81%. Dan untuk variabel pemanfaatan
laboratorium (X3) menunjukkan nilai parsial sebesar 0,369 yang kemudian
dikuadratkan (r2) menjadi 0,3692 = 0,1361= 13,61%. Hal ini berarti variabel
pemanfaatan leboratorium (X3) memberikan kontribusi dalam meningkatkan
hasil belajar sebesar 13,61%
B. Pembahasan

Dari hasil uji analisis data di atas, telah ditemukan pengaruh yang positif antara
motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium terhadap hasil
belajar. Hasil dari pengolahan data di atas akan dijelaskan bahasan dalam
menjawab hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Pengaruh motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan
laboratorium terhadap hasil belajar mata pelajaran peralatan transaksi
siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta Tahun
pelajaran 2017/2018
Persamaan garis regresi diperoleh Y = 0,343+0,543𝑋1+0,210𝑋2+ 0,344𝑋3
yang menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk variabel motivasi belajar
(X1) sebesar 0,543, variabel kesiapan belajar (X2) sebesar 0,210 variabel
pemanfaatan laboratorium (X3) sebesar 0,344 artinya motivasi belajar,
kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium memiliki pengaruh yang
positif terhadap hasil belajar, sehingga jika variabel motivasi belajar, kesiapan
belajar dan pemanfaatan laboratorium ditingkatkan, maka akan diikuti oleh
meningkatnya variabel hasil belajar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium, maka
akan semakin tinggi hasil belajar siswa, dan sebaliknya semakin rendah
motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium, maka akan
semakin rendah hasil belajar siswa
Pengujian hipotesis pertama menggunakan uji F diperoleh dengan Fhitung
sebesar 15,100 dan Ftabel 2,761. Hal ini menunjukkan bahwa Fhitung > Ftabel
(15,100 > 2,761). Nilai probabilitas pada kolom Sig. < 0,05 yaitu 0,000,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel motivasi belajar,
kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium secara simultan terhadap hasil
belajar. Besar kontribusi yang disumbangkan oleh adanya pengaruh variabel
motivasi belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium dapat dilihat
pada nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,402 atau 40,2%. Sedangkan
sisanya 59,8% (100% - 40,2%) dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti
seperti bakat, perhatian, minat yang merupakan faktor internal atau faktor
keluarga, lingkungan sekolah yang merupakan faktor eksternal.
Seseorang yang memiliki keinginan untuk belajar cenderung lebih
berhasil dalam belajar, dorongan/keinginan inilah yang disebut motivasi
belajar. Motivasi belajar yang dimiliki siswa-siswa dalam setiap kegiatan
pembelajaran sangat berperan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran tertentu (Nashar, 2004:11). Siswa-siswa tersebut akan dapat
memahami apa yang dipelajari dan dikuasai serta tersimpan dalam jangka
waktu yang lama. Siswa menghargai apa yang telah dipelajari hingga
merasakan kegunaannya didalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah
masyarakat.
Siswa yang bermotivasi tinggi dalam belajar memungkinkan akan
memperoleh hasil belajar yang tinggi pula, artinya semakin tinggi
motivasinya, semakin intens usaha dan upaya yang dilakukan. Siswa akan
semakin menopang upaya-upaya belajar dan gigih dalam belajar, seperti
memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan
oleh guru sehingga siswa mendapat hasil belajar yang diharapkan.
Seseorang yang memiliki motivasi belajar maka ia akan tergerak untuk
mempersiapkan kegiatan pembelajaran selanjutnya (Diyamti dan Mudjiono,
2013:98). Kegiatan tersebut termasuk dalam kesiapan belajar seseorang,
kesiapan belajar yang diperlukan oleh siswa sebelum mengikuti proses
belajar akan menjadi berguna dan berperan penting dalam alur suatu
pembelajaran. Kesiapan belajar yang baik akan menimbulkan efek yang baik
yaitu pada hasil belajar yang didapat siswa. Hamalik (2011:33)
mengemukakan bahwa murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan
kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.
Hasil belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intrinsik seperti
motivasi dan kesiapan belajar saja, tapi juga faktor eksternal yang termasuk
didalamnya adalah pemanfaatan laboratorium. Pemanfaatan laboratorium
memberikan pengaruh yang kuat terhadap hasil kompetensi siswa. Hal ini
disebabkan faktor dari laboratorium pemasaran itu sendiri. Kelengkapan alat-
alat di dalam laboratorium sangat mendukung kegiatan pembelajaran praktik.
Latihan secara terus-menerus yang dilakukan siswa dalam laboratorium akan
mengakibatkan peningkatan kemampuan psikomotorik siswa.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh motivasi
belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium terhadap hasil belajar
siswa kelas XI jurusan pemasaran tahun pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian
ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ponco D, Roni
F dan Latifah B (2017) yang berjudul “Pengaruh kesiapan belajar & motivasi
belajar terhadap hasil belajar di SMK 62 Jakarta”. Hasil penelitiannya bahwa
secara simultan maupun secara parsial variabel kesiapan belajar & motivasi
belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar nilai ulangan
jurusan Administrasi Perkantoran siswa di SMK 62 Jakarta dengan koefisien
determinasi R2 = 0,554 yang berarti variabel kesiapan belajar dan motivasi
belajar berpengaruh secara simultan sebesar 55,4%.
Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Risa H
dan Tri S yang berjudul Pengaruh penggunaan laboratorium pemasaran
terhadap hasil kompetensi siswa program keahlian tataniaga di SMK N 2
Nganjuk. Hasil penelitiannya bahwa secara simultan maupun secara parsial
variabel penggunaan laboratorium pemasaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap hasil kompetensi siswa program keahlian tataniaga di
SMK N 2 Nganjuk.
Penelitian ini berhasil mendukung hasil penelitian tersebut bahwa motivasi
belajar, kesiapan belajar dan pemanfaatan laboratorium mempengaruhi hasil
belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2017/2018 sebesar 40,2%. Seseorang yang memiliki motivasi
belajar dan kesiapan belajar memiliki kemajuan yang lebih baik
dibandingkan seseorang yang tidak memiliki motivasi dan kesiapan belajar.
Pemanfaatan laboratorium yang secara optimal juga turut mendukung
peningkatan hasil belajar peralatan transaksi, pembelajaran praktik secara
terus-menerus akan membantu siswa memiliki ketrampilan yang lebih baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil belajar siswa kelas XI jurusan
pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2017/2018 masih
tergolong sedang, hal ini tentu perlu ada perubahan baik perubahan dalam diri
siswa dan dalam kegiatan belajar mengajar peralatan transaksi maupun
pemanfaatan laboraotirum yang lebih baik, seperti membuat jadwal
penggunaan laboratorium, memperluas lahan bangunan laboratorium agar
pembelajaran lebih nyaman, aktivitas siswa dalam laboratorium dasar-dasar
penjualan di koperasi lebih banyak dengan mengikut sertakan siswa
melakukan stock opnam dan melakukan pembukuan.
Berdasarkan penelitian yang relevan dan kajian teori tersebut semakin
memperkuat hasil penelitian bahwa motivasi belajar, kesiapan belajar dan
pemanfaatan laboratorium secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
hasil belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta tahun
pelajaran 2017/2018
2. Pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran
peralatan transaksi siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2
Surakarta Tahun pelajaran 2017/2018
Perasamaan garis regresi diperoleh Y = 0,343+0,543𝑋1+0,210𝑋2+ 0,344𝑋3
yang menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk variabel motivasi belajar
(X1) sebesar 0,543 artinya setiap peningkatan satu satuan motivasi belajar
dengan asumsi variabel bebas lain konstan, maka akan menyebabkan
meningkatnya variabel hasil belajar sebesar 0,543. Sehingga terdapat
hubungan positif antara motivasi belajar terhadap hasil belajar. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi motivasi belajar siswa maka akan semakin
tinggi hasil belajar siswa, begitupun sebaliknya siswa yang tidak memiliki
motivasi belajar cenderung memiliki hasil belajar yang rendah.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa nilai thitung variabel
motivasi belajar sebesar 3.094 sehingga thitung > ttabel (3,094 > 1,671). Nilai
probabilitas pada kolom sig < 0,05 yaitu sebesar 0,003. Nilai t dan
probabilitas menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
motivasi belajar (X1) secara parsial terhadap hasil belajar (Y).
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi belajar terhadap hasil belajar peralatan transaksi
siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta. Motivasi belajar
adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Siswa yang memiliki motivasi
yang tinggi akan melakukan usaha belajar lebih intens, seperti mengerjakan
tugas dengan sungguh-sungguh, menyelesaikan tugas tepat waktu, tetap
belajar di kelas meski tidak ada guru, berusaha mengerjakan ulangan atas
usaha sendiri, mengerjakan soal yang belum dibahas, dan memiliki minat
terhadap mata pelajaran peralatan transaksi. Faktor eksternal seperti peran
guru dalam mendorong siswa dalam belajar juga akan mempengaruhi hasil
belajar. Adanya lingkungan yang kondusif dan suasana pembelajaran yang
menyenangkan akan mempunyai peranan dalam keberhasilan siswa dalam
belajar.
Penelitian ini bertolak belakang pada hasil penelitian yang dilakukan oleh
Damayanti dan Sukriyah (2015) yaitu Pengaruh Motivasi Belajar dan
Lingkungan Keluarga terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-A
SMP Negeri 2 Tanggulangin hasil penelitian tersebut menyatakan variabel
motivasi belajar berpengaruh negatif terhadap hasil belajar dimana tampak
bahwa dari hasil uji t motivasi belajar diperoleh (-2,437) dengan nilai sign.
0,020 (0,020 < 0,05), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Lingkungan keluarga
pada penelitian ini lebih dominan terhadap hasil belajar matematika siswa
kelas VIII-A SMP Negeri 2 Tanggulangin.
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara mptivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas XI mata
pelajaran peralatan transaksi Jurusan Pemasaran SMK Batik 2 Surakarta
Tahun Pelajaran 2017/2018. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Penelitian lain yang serupa, yaitu pengaruh
motivasi belajar dan displin belajar terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi kelas XI IPS di SMA 4 Siak (Hertoni, Sumarno &
Syabrus) memaparkan bahwa variabel motivasi berpengaruh lebih besar dari
variabel displin belajar, yaitu 56,4%. Indikator penelitian tersebut adalah (a)
Tekun menghadapi tugas, (b) Ulet menghadapi kesulitan, (c) Menunjukkan
minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) Lebih senang bekerja
mandiri, (e) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin, (f) Dapat mempertahankan
pendapatnya, (g) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, (h) Senang
memecahkan masalah-masalah soal
Penelitian yang dilakukan Sasmita (2013) pengaruh kesiapan belajar,
disiplin dan manajemen waktu terhadap motivasi belajar mata diklat
bekerjasama dengan kolega dan pelanggan pada siswa kelas X program
keahlian admisinistrasi perkantoran di SMK Negeri 2 Semarang juga
menggunakan indikator menurut Sardiman yang hampir sama yaitu, (a)
Lebih senang bekerja mandiri, (b) Tekun menghadapi tugas, (c) Ulet
menghadapi kesulitan, (d) Senang memecahkan masalah atau soal-soal, (e)
Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
Berbeda dengan kedua panelitian tersebut pada penelitian ini indikator
variabel motivasi dalam penelitian ini adalah (a) adanya hasrat dan
keinginan berhasil, (b) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (c)
adanya harapan dan cita-cita masa depan, (d) adanya penghargaan dalam
belajar, (e) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Pemilihan
indikator tersebut didasarkan pada latar belakang masalah yang ditemukan
bahwa motivasi siswa rendah karena adanya mindset siswa yang
memandang masa depan mereka hanya untuk bekerja sebagai pegawai toko
biasa. Pandangan siswa tersebut yang menjadikan keinginan berhasil
mereka rendah.
Penelitian ini menunjukkan varibel motivasi belajar memiliki pengaruh
yang paling besar diantara kedua varibel lain, yaitu nilai koefisien regresi
untuk variabel motivasi belajar (X1) sebesar 0,543. Ketika motivasi siswa
tinggi hal tersebut yang paling mempengaruhi keberhasilan hasil belajar
sisiwa.
Berdasarkan penelitian yang relevan dan kajian teori tersebut semakin
memperkuat hasil penelitian bahwa motivasi belajar berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2
Surakarta tahun pelajaran 2017/2018
3. Pengaruh kesiapan belajar terhadap hasil belajar mata pelajaran
peralatan transaksi siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2
Surakarta Tahun pelajaran 2017/2018
Perasamaan garis regresi diperoleh Y = 0,343+0,543𝑋1+0,210𝑋2+ 0,344𝑋3
yang menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk variabel kesipan belajar
(X2) sebesar 0,210 artinya setiap peningkatan satu satuan variabel kesiapan
belajar dengan asumsi variabel bebas lain konstan, maka akan menyebabkan
meningkatnya variabel hasil belajar sebesar 0,210 sehingga terdapat
hubungan positif antara kesiapan belajar terhadap hasil belajar. Hal ini
menunjukkan semakin tinggi pengaruh kesipan belajar yang dilakukan oleh
siswa maka akan semakin tinggi hasil belajar siswa, begitupun sebaliknya
siswa yang memiliki kesiapan belajar rendah maka hasil belajar cenderung
rendah.
Hasil uji hipotesis ketiga menunjukkan nilai thitung variabel kesiapan belajar
(X2) sebesar 2,974 sehingga thitung > ttabel (2,974 > 1,671). Nilai probabilitas
pada kolom sig < 0,05 yaitu sebesar 0,004. Nilai t dan probabilitas
menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel
kesiapan belajar (X2) secara parsial terhadap hasil belajar (Y).
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara kesipaan belajar terhadap hasil belajar peralatan transaksi
siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta. Jamies Drever
(dalam Slameto:59) mengatakan “tentang kesiapan dalam belajar adalah
kesediaan yang timbul dari dalam diri seseorang kesiapan ini perlu
diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya
sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik”.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sinta (2017) bahwa kesiapan belajar
berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Kesiapan belajar sangatlah
berpengaruh pada perkembangan perkembangan pribadi seseorang untuk
mematangkan kesediaanya dalam belajar tersebut, dengan begitu seseorang
akan mudah dan siap menerima sesuatu yang akan dipelajari dalam
pembelajaran itu sendiri.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Antara, Haris dan
Nuridja (2014) pengaruh kesiapan belajar dan transfer belajar terhadap hasil
belajar ekonomi di SMA Negeri 1 Ubud menggunakan indikator, yaitu (a)
kondisi fisik, (b) kondisi mental, (c) kondisi emosional, (d) kebutuhan, (e)
pengetahuan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam penelitian ini
indikator yang digunakan adalah (a) kondisi fisik, (b) kondisi mental, (c)
tempat belajar yang menyenangkan, (d) lingkungan yang tenang, (e) alat dan
kelengkapan, (f) faktor kehidupan, (g) atribut individual. Penggunaan
indikator tempat belajar yang menyenangkan, lingkungan yang tenang, alat
dan kelengkapan, faktor kehidupan, atribut individual dalam penelitian ini
karena indikator tersebut lebih cocok digunakan. Kondisi siswa yang siap
menerima pelajaran dari guru, dan berusaha merespon atas pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan oleh guru. Untuk mampu menjawab dengan benar
tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan yang diperoleh dengan cara
membaca materi pelajaran terlebih dahulu dirumah, menyedikan waktu untuk
belajar, tempat yang nyaman untuk belajar, dan dukungan dari orangtua
dengan menyediakan peralatan yang dibutuhkan akan membantu siswa
memiliki kesiapan belajar yang baik.
Variabel kesiapan belajar pada penitian ini memiliki pengaruh yang paling
kecil diantara kedua variabel lainnya dengan nilai koefisien regresi untuk
variabel kesipan belajar (X2) sebesar 0,210. Kesiapan yang dimiliki siswa
tidak terlalu berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar mata pelajaran
peralatan transaksi dibandingkan motivasi siswa dan pemanfaatan
laboratorium.
Berdasarkan penelitian yang relevan dan kajian teori tersebut semakin
memperkuat hasil penelitian bahwa kesiapan belajar berpengaruh signifikan
terhadap hasil belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2
Surakarta tahun pelajaran 2017/2018
4. Pengaruh pemanfaatan laboratorium terhadap hasil belajar mata
pelajaran peralatan transaksi siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK
Batik 2 Surakarta Tahun pelajaran 2017/2018
Perasamaan garis regresi diperoleh Y= 0,343+0,543𝑋1+0,210𝑋2+ 0,344𝑋3
yang menunjukkan bahwa koefisien regresi untuk variabel pemanfaatan
laboratoriu (X3) sebesar 0,344 artinya setiap peningkatan satu satuan variabel
pemanfaatan laboratorium dengan asumsi variabel bebas lain konstan, maka
akan menyebabkan meningkatnya variabel hasil belajar sebesar 0,344.
Sehingga terdapat hubungan positif antara pemanfaatan laboratorium
terhadap hasil belajar. Hal ini menunjukkan semakin tinggi pengaruh
pemanfaatan laboratorium yang dilakukan oleh siswa maka akan semakin
tinggi hasil belajar siswa, begitupun sebaliknya semakin rendah pengaruh
pemanfaatan laboratorium maka akan semakin rendah hasil belajar siswa.
Nilai thitung variabel pemanfaatan laboratorium (X3) sebesar 3,078
sehingga thitung > ttabel (3,078 > 1,671). Nilai probabilitas pada kolom sig <
0,05 yaitu sebesar 0,003. Nilai t dan probabilitas menunjukkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel pemanfaatan laboratorium (X3)
secara parsial terhadap hasil belajar (Y).
Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara pemanfaatan laboratorium terhadap hasil belajar peralatan
transaksi siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK Batik 2 Surakarta. Latihan
merupakan hal penentu dalam perkembangan psikomotorik. Melalui latihan
yang teratur dan terprogram, keterampilan yang maksimal akan dapat
ditingkatkan dan dipertahankan. Salah satu cara mengasah dan melatih
ketrampilan siswa adalah pemanfaatan laboratorium.
Semakin tinggi keterlibatan siswa dalam kegiatan praktikum semakin
tinggi pencapaian pemahaman dan ketrampilan proses siswa Widayanto
(2009). Menurut Abdul (2010), mutu pendidikan dipengaruhi oleh aktivitas
pembejalaran yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam kelas,
dilaboratorium, di bengkel kerja, dan di kancah belajar lainnya yang terwujud
dalam bentuk hasil belajar nyata yang dicapai oleh peserta didik berupa nilai
rata-rata dari semua mata pelajaran dalam satu semester. Kegiatan praktek di
laboratorium diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih memahami dan
mengerti konsep teori yang diberikan oleh guru saat di kelas. Penelitian yang
dilakukan oleh Olufunke pada tahun 2012 di 45 sekolah menengah atas
daerah selatan Nigeria menunjukkan bahwa ada pengaruh positif ketersediaan
dan pemanfaatan yang efektif pada alat-alat laboratorium terhadap prestasi
akademik siswa di sekolah.
Penelitian terdahulu yang yang dilakukan Meilani (2015) dalam penelitian
Pengaruh pemanfaatan laboratorium terhadap hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar “mengimplementasikan dan memelihara sistem kearsipan
program keahlian administrasi perkantoran di SMK Negeri 1 Cepu Tahun
Ajaran 2015/2016 menggunakan indikator menurut Muthoharoh.
menggunakan indikator a) Keanggotaan siswa di laboratorium, b) Frekuensi
kunjungan ke Laboratorium c) Kondisi laboratorium d) Aktivitas siswa di
laboratorium e) Penggunaan fasilitas belajar di laboratorium.
Penelitian lain mengenai pemanfaatan laboratorium, yaitu Analisis Sarana
dan Intensitas Penggunaan Laboratorium Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa SMA Negeri Se-Kota Tanjungbalai yang dilakukan oleh Nuada
M & Harahap F (2015) a) keadaan laboratorium, b) dokumentasi
laboratorium c) frekuensi pemanfaatan laboratorium, d) Perlengkapan, e)
Keterampilan pengelolaan laboratorium. Atau penelitian yang dilakukan oleh
Zikria (2015) yaitu, Efektivitas penggunaan laboratorium IPA dalam
pembelajaran Biologi di SMP Negeri 3 Palembang menggunakan indikator
menurut Yarmansyah : a) frekuensi penggunaan laboratorium, b) kelengkapan
alat dan bahan, c) kesesuaian materi dengan alat yang ada, d) alokasi waktu
yang cukup.
Berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya penelitian ini
menggabungkan indikator-indikator terdahulu, maka penelitian ini
menggunakan indikator a) keadaan laboratorium, b) dokumentasi
laboratorium c) frekuensi pemanfaatan laboratorium, d) Perlengkapan, e)
Keterampilan pengelolaan laboratorium, f) keanggotaan siswa di
laboratorium, g) aktivitas siswa di laboratorium. Penelitian ini
menggabungkan dua indikator yang berbeda, yaitu indikator menurut
Muthoharoh (2011) dan Nuada M & Harahap F (2015), penggabungan kedua
indikator tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan alat ukur yang lebih
efektif.
Variabel pemanfaatan laboratorium dalam penelitian ini memiliki
pengaruh lebih kecil dari variabel motivasi tetapi mempengaruhi lebih besar
dari variabel kesiapan. Melakukan pembelajaran secara praktik dalam
laboratorium yang dilakukan secara terus-menerus akan melatih kemampuan
ketrampilan siswa dan hasil belajar yang lebih baik. Frekuensi penggunaan
laboratorium, kelengkapan alat yang tersedia, adanya ruang nyaman dan luas,
keanggotaan siswa yang aktif dalam kegiatan laboratorium turut memberikan
pengaruh terhadap peningkatan hasil belajar.
Berdasarkan penelitian yang relevan dan kajian teori tersebut semakin
memperkuat hasil penelitian bahwa pemanfaatan laboratorium berpengaruh
signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas XI jurusan pemasaran SMK
Batik 2 Surakarta tahun pelajaran 2017/2018

You might also like