Professional Documents
Culture Documents
KATA PENGANTAR
1
2
DAFTAR ISI
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan
menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatarbelakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk
memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan
mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-
macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan
baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari fases ?
2. Apa saja macam-macam feses ?
3. Bagaimana dekomposisi dari feses ?
4. Bagaimanakah feses manusia yang normal ?
5. Bagaimanakah cara pengambilan sampel fases yang benar ?
6. Apa saja jenis pemeriksaan sampel fases ?
7. Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
8. Bagaimana cara penyimpanan dan pengiriman feses yang benar
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian feses
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Feces
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,
kolera,
Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buangairbesar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut
dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,
menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buangairbesar disebut
dengan diare atau mencret.
Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.
4
5
Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es
bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang
terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan
sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
5
6
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,
khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.
Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang
usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah
akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah
termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi
tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
C. Bau Feses
Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan
juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau
khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat
mengurangi bau feses atau tinja.
D. Dekomposisi Tinja
Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
o Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih
sederhana dan lebih stabil;
o Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami
dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang
6
7
dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap
kedalam tanah di bawahnya.
o Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses
dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik didalam massa yang tengah mengalami
dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat
berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau
anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari
tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang
relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada
siklus ini, pertama - tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya.
Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau
merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas
sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat
cepat, dari beberapa hari pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan
beberapa bulan, bahkan hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada
umunya, kondisi yang terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan
organisme pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang
menghambat pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri
dan protozoa, yang bersifat predator dan merusak.
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk penyubur tanaman (fertilizer).
Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang
telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan
nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli.
Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana
dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,
kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
E. Feses normal
7
8
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman.
Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang
rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak
cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal
3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Indikasi Pemeriksaan
a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
8
9
Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
Alat-alat
a. Sarung tangan
b. Spatel steril
c. Hand scoon bersih
d. Vasseline
e. Lidi kapas steril
f. Pot tinja
g. Bengkok
h. Perlak pengalas
i. Tissue
j. Tempat bahan pemeriksaan
k. Sampiran
Cara kerja
Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian
tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
9
10
Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian
diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
10
11
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur
darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat
merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna,
darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu
infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
a. Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
b. Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es
c. Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
d. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang
bercampur darah atai lendir
e. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.
f. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
g. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
h. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain
yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis
paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar
i. Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negatif),(+),(++),(+++) saja
a. Pemeriksaan Jumlah
11
12
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya
tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.
b. Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan
terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai
jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning
juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau
pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran
pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan
tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang
menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian
distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua
disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam
dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga
oleh melena.
c. Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh
kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna
seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan
rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
d. Pemeriksaan Konsistensi
12
13
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala
didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak
dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses
yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus
e. Pemeriksaan Lendir
1) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir
yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
2) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus
besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada
usus halus.
3) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
4) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous
colitis pada anxietas.
5) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal
anal.
6) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis,
disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
7) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon
Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
13
14
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit
Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri
basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
h. Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.
b. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit,
epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran
cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien
dari infeksi parasit tersebut.
pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting
adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
14
15
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit.
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus,
Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya.
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada
disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi
saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10%
pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.
e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal
tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan
setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin
didapatkan kristal hematoidin.
15
16
g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat
dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin
adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan
bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang.
Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat
sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko
juga harus diatasi.
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan
atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
c. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,
Bilirubin dalam feses / tinja
a. Darah samar
16
17
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.
Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak
dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan
darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh
kehilangan darah > 2 ml/ hari.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase /
oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
I. Metode benzidine basa
a. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah
hingga mendidih.
b. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
c. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.
d. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
üNegative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
hijauüPositif ( +)
(2+) biru bercampur hijauüPositif
(3+) biruüPositif
üPositif (4+) biru tua
17
18
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe,
chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat
menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan
asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus
obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu
disebut akholik.
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama
6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
18
19
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti
anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam
usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi
urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan
Fouchet
19
20
H. Tabel pemeriksaan
20
21
Hijau atau kuning hijau Makanan yang mengandung Makanan melalui usus dalam
banyak bayam, sayuran hijau waktu cepat hingga pigmen
lain. Pencahar yang barasal empedu belum sempat
sayuran teroksidasi
Merah Makanan yang mengandung Perdarahan yang berasal dari
banyak lobak merah (biet) saluran cerna bagian distal
21
22
a. Untuk menentukam adanya darah samar (tersembunyi) perdarahan dapat terjadi akibat adanya
ulkus,penyakit inflamasi atau tumor. Pemeriksaan samar sering disebut sebagai tes uji guaiase,
dapat dilakukan dengan cepat oleh perawat di klinik atau klien di rumah. Kertas guaiase yang
di gunakan untuk pemeriksaan sensitive terhadap adanya darah dalam feses. Makanan
tertentu,obat dan vitamin c dapat menjadikan pemeriksaan tidak akurat. Hasil positif palsu
dapat terjadi bila klien baru memakan daging merah,sayuran atau buah-buahan mentah atau
obat-obatan tertentu yang mengiritasi mukosa lambung dan mengakibatkan perdarahan, seperti
aspirin atau abat anti inflamasi nonsteroid (Nonsteroidal antI-inflamatory drugs/NSAID) yang
lain,steroid,sediaan besi dan anti koagulan. Hasil negatif palsu terjadi bila klien mengonsumsi
lebih dari 50 mg vitamin c/hari dari semua sumber baik dari diet dan suplemen 3 hari sebelum
pengukuran –sekalipun njika ada perdarahan.
b. Untuk menganalisis produk diet dan sekresi digestif. Sebagai contoh, jumlah lemak yang
berlebihan pada feses (steatore) dapat mengindikasi absorbsi lemak yang terjadi pada usus
halus. Penurunan jumlah empedu dapat mengiritasi obstruksi aliran empedu dari hati dan
kandung kemih ke dalam usus. Untuk pemeriksaan jenis ini, perawat perlu mengumpulkan dan
mengirim seluruh feses pada satu kali defekasi bukan sempel yang sedikit.
c. Untuk mendeteksi adanya telur dan parasit. ketika mengumpulkan spesimen untuk
pemeriksaan parasit sample yang harus di bawa ke laboratorium masih baru. Biasanya, ada tiga
spesimen feses yang di evaluasi untuk memastikan dan mengidentifikasi adanya organisme
sehingga dapet disusun pengobatan yang sesuai.
d. Untuk mendeteksi adanya bakteri atau virus. Pemeriksaan ini hanya membutuhkan sedikit
feses karena spesimen tersebut akan di kultur. Wadah atau penampung harus steril dan teknik
aseptik digunakan saat mengumpulkan spesimen. Feses perlu dikirim segera ke laboratorium.
Perawat perlu membuat catatan pada slip permintaan laboratorium bila klien mendapatkan
antibiotik.
e. Hal – hal yang perlu diperhatikan
Penyimpanan
a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
f. Mengumpulkan spesimen feses
Alat :
Pispot yang bersih
Sarung tangan
Wadah spesimen dari plastik berlebel dengan penutup, hapusan steril pada tabung untuk kultur
feses
Dua spatel
Tissue
Slip permintaan dari laoratorium yang terisi lenkap
Penyegar udara
Pemeriksaan feses untuk darah samar
23
24
Alat:
Pispot yang bersih
Sarung tangan
Dua spatel
Tissue
24
25
t. Bungkus spatel yang telah digunakan dengan tissue sebelum membuangnya kedalam wadah
pembuangan. Tindakan ini membantu mencegah penyebaran mikroorganisme melui kontak
dengan benda lain
u. Tutup wadah segera setelah spesimen berada di dalam wadah
v. Pastikan klien dalam keadaan nyaman
w. Kosongkan dan bersihkan pispot dan letakkan kembali ke tempatnya
x. Lepaskan sarung tangan
y. Gunakan penyegar udara untuk mrenghilangkan bau kecuali dikontra indikasikan untuk klien
(misalmnya semprotan yang meningkatkan dispenia)
z. Beri label dan kirimkan spesimen ke laboratorium
aa. Pastikan informasi yang benar terdapat pada slip permintaan laboratorium dan pada label yang
melekat di wadah specimen
bb. Atur spesimen agar di bawa ke laboratorium untuk kultur atau pemeriksaan parasit perlu segera
dikirim. Bila tidak memungkinkan ikuti petunjuk pada wadah spesimen. Pada beberapa
institusi pendinginan di indikasikan karena perubahan bakteriologis terjadi pada spesimen feses
dalam suhu ruangan. Jangan pernah meletakkan spesimen dalam tempat pendingin yang berisi
makanan dan obat-obatan untuk mencegah kontaminasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ø Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh dan merupakan salah satu sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks.
Ø Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu.
Ø Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras,
berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
Ø Syarat pengambilan feces yang harus diperhatikan yaitu :
a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
e. Pasien konstipasi
Ø Pemeriksaan feses terbagi atas 2 yaitu pemerisaan feses lengkap dan pemerisaan kultur feses.
Pemeriksaan feses lengkap terdiri dari pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik,
dan pemeriksaan kimia.
25
26
Ø Penyimpanan
a) Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila 1 jam/lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water
c) Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C
Ø Pengiriman
a) Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
b) Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate
Broth
B. Saran
Sebagai seorang mahasiswa analis kesehatan khususnya, kita seharusnya
menmpelajari tentang pemeriksaan feses yang benar sehingga jika praktiktikum
maupun pemeriksaan langsung dapat melakukannya dengan benar
DAFTAR PUSTAKA
26