You are on page 1of 13

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No.

4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

POTENSI ANTIBAKTERI AIR PERASAN BAWANG PUTIH (Allium


sativum L) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus

Shinta Anatasya Pajan1), Olivia Waworuntu1), Michael A. Leman1)


1)
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT
Garlic (Allium sativum L.) is a medicinal plant that is often used in everyday life and contains
Allicin which has antibacterial properties, allicin is a substance that is used by the garlic to protect
themselves from bacteria. This experiment to determine how much potential antibacterial garlic juice
on the growth of Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus is the bacteria that cause abscess.
This study is an experimental research laboratory and the method used in this study is serial dilution
method with turbidimetry and spectrophotometry as the test methods used garlic juice with
concentration of 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.125%, 1.56%, 0.78 %, and 0.39%, then the
proceed continue with recultural use Trypticase Soya Agar (TSA). To get the value of Minimal
Inhibitory Concentration (MIC) is done by observes at the turbidity in the tube and Minimum Kill
Concentration (MBC) was determined by observes at their colonies Staphylococcus aureus bacteria
on disk. The results showed that the juice of garlic (Allium sativum L.) has the ability inhibit the
growth of Staphylococcus aureus (MIC) at a concentration of 3.12%, while the ability to kill
Staphylococcus aureus (MBC) at a concentration of 6.25%.

Keywords: juice of garlic, Staphylococcus aureus, Antibacterial.

ABSTRAK

Bawang putih (Allium Sativum L.) merupakan salah satu tanaman obat yang sering digunakan
sehari-hari dan mengandung Allicin yang memiliki sifat antibakteri, allicin merupakan zat yang
digunakan oleh bawang putih untuk melindungi diri dari serangan bakteri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar potensi antibakteri air perasan bawang putih terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab terjadinya abses.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode serial dilusi dengan metode pengujian turbidimetri dan spektrofotometri
megunakan air perasan bawang putih dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%,
1,56%, 0,78%, dan 0,39%, kemudian dilanjutkan dengan rekulturasi mengunakan media Trypticase
Soya Agar (TSA). Untuk mendapatkan nilai Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dilakukan dengan
melihat kekeruhan pada tabung dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dengan cara
melihat adanya koloni bakteri Staphylococcus aureus pada piring petri. Hasil penelitian menunjukan
bahwa air perasan bawang putih (Allium sativum L.) memiliki kemampuan mengbambat pertumbuhan
Staphylococcus aureus (KHM) pada konsentrasi 3,12%, sedangkan kemampuan untuk membunuh
Staphylococcus aureus (KBM) pada konsentrasi 6,25%.

Kata Kunci: Air perasan bawang putih, Staphylococcus aureus, antibakteri

77
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN hipolidemik, hipoglikemik, antitrombotik,


Rongga mulut merupakan bagian antioksidan, dan antikanker sehingga
tubuh yang penting bagi manusia karena memiliki banyak manfaat seperti
rongga mulut yang tidak terjaga menurunkan tekanan darah,
kesehatannya akan menimbulkan berbagai menghilangkan pening di kepala,
macam penyakit. Salah satu bagian yang meredakan nyeri haid dan meredakan flu
terpenting dalam rongga mulut yaitu gigi- (Herbalajib.2016).
geligi. Gigi-geligi yang terjaga
Zat kimia yang terdapat dalam
kesehatannya dapat menunjang kesehatan
Bawang putih yang berperan pada rasa dan
rongga mulut, bahkan kesehatan tubuh
aroma yaitu Allicin. Kandungan
secara umum. Kondisi gigi-geligi yang
Allicin diperoleh ketika bawang putih
buruk dapat menyebabkan terjadinya
segar dicincang, dipotong, maupun
infeksi. Salah satu bakteri yang menjadi
dikunyah secara langsung. Zat ini juga
etiologi infeksi yaitu Staphylococcus
memiliki potensi sebagai antibakteri dan
aureus.
telah dibuktikan pada penelitian yang
Pada umumnya masyarakat di dilakukan oleh tim peneliti dari The
Indonesia lebih memilih antibiotik untuk University of Edinburgh tahun 1994, yang
menangani infeksi karena harganya yang menemukan bahwa Allicin dapat
terjangkau dan dapat diperoleh dengan membunuh bakteri yang resisten terhadap
mudah. Data Riset Kesehatan Dasar 2013 antibiotik.
menunjukkan bahwa proporsi penduduk
Penelitian yang dilakukan oleh
Indonesia yang mengobati diri sendiri
Annisa Indah tahun 2015 di Manado
dalam satu bulan terakhir dengan membeli
membuktikan bahwa ekstrak bawang putih
obat ke toko obat atau ke warung tanpa
dan perasan murni dari bawang putih
resep dokter adalah 26,4%. Hal ini dapat
memiliki potensi antibakteri terhadap
menyebabkan resistensi bakteri di
Staphylococcus aureus. Namun, dari
Indonesia meningkat akibat
penelitian tersebut belum diketahui
penyalahgunaan antibiotik.
konsentrasi hambat minimum dan
Staphylococcus aureus merupakan konsentrasi bunuh minimum dari air
bakteri yang selama ini dikenal telah perasan bawang putih terhadap
resisten terhadap berbagai antibiotik. Oleh pertumbuhan bakteri Staphylococcus
karena itu, saat ini telah dilakukan aureus.
berbagai penelitian menggunakan bahan
Berdasarkan uraian di atas, peneliti
atau tumbuhan herbal yang berpotensi
tertarik untuk melakukan penelitian lebih
menghambat pertumbuhan Staphylococcus
lanjut tentang potensi antibakteri air
aureus.
perasan bawang putih terhadap
Bawang putih (Allium sativum) pertumbuhan bakteriStaphylococcus
merupakan salah satu jenis rempah-rempah aureus, sehingga dapat diketahui nilai
yang sering digunakan sebagai bumbu konsentrasi hambat minimum (KHM) dan
masak. Selain sebagai bumbu masak, konsentrasi bunuh minimum (KBM) air
bawang putih juga memiliki efek perasan bawang putih terhadap
farmakologis seperti antibakteri, antijamur, pertumbuhan Staphylococcus aureus.

78
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Alat dan Bahan


METODE PENELITIAN Alat- alat yang digunakan dalam
Subjek Penelitian penelitian ini yaitu: Timbangan,
Bakteri Uji blender,gelas ukur, tabung reaksi dan rak
Bakteri Staphylococcus aureus yang tabung reaksi, kapas steril, pipet ukur, ose
digunakan dalam penelitian ini diperoleh steril, lampu spiritus,incubator, kain
dari Laboratorium Mikrobiologi Program saring,autoclave,piring petri, kain saring,
Studi Farmasi Fakultas MIPA Universitas oven. Bahan penelitian yang digunakan
Sam Ratulangi Manado. dalam penelitian ini yaitu: Air perasan
bawang putih (Allium sativum L), bakteri
Bahan Uji Bawang putih yang digunakan Staphylococcus aureus, brain heart
dalam penelitian ini diperolah dari Manado infusion broth (BHI-B), larutan BaCl2
dan pembuatan air perasan dari bawang 1,175% 0,1 mL, larutan H2SO4 1% 9,9
putih dilakukan di Laboratorium mL, akuades, larutan NaCL, trypticase
Mikrobiologi Program Studi Farmasi soya agar (TSA).
Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi
Manado. Langkah Kerja
Pembuatan air perasan bawang
Definisi Operasional putih dilakukan diLaboratorium
1. Air perasan bawang putih (Allium Mikrobiologi Program Studi Farmasi
sativum L) adalah hasil saring dari Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi
umbi bawang putih yang sudah Manado. Bawang putih yang digunakan
diblender hingga halus. Pembuatan sebanyak 500 gram kemudian kulit
konsentrasi dari air perasan bawang bawang putih dikupas lalu dicuci dengan
putih diperoleh dengan pengenceran air bersih, setelah dicuci dengan air bersih
bertingkat atau serial dilusi dengan bawang putih tersebut diblender hingga
menggunakan perbandingan 1:2 (w/v), halus, kemudian disaring dengan
sehingga diperoleh konsentrasi 100%, mengunakan kertas saring, dan air hasil
50%, 25%, 12,5%, 6,25%, 3,125%, penyaringan tersebut disimpan dalam botol
1,56%, 0,78%, 0,39%. kaca yang tertutup.
2. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus Sterilisasi alat dan bahan.
aureus adalah bakteri Staphylococcus Sterilisasi alat-alat yang digunakan,
aureus dapat dilihat setelah dilakukan disterilkan dengan oven pada suhu 180oC-
inkubasi selama 1x24 jam, jika larutan 200o C selama satu jam, sedangkan untuk
pada dalam tabung reaksi terlihat keruh, media disterilkan dengan autoclave pada
maka menandakan masih adanya suhu 200o C selama 15 menit.
pertumbuhan bakteri Staphylococcus Prosedur pengambilan bakteri
aureus, sementara jika larutan dalam Bakteri Staphylococcus aureus yang
tabung reaksi terlihat jernih, maka digunakan dalam penelitian ini merupakan
menandakan tidak adanya pertumbuhan stok bakteri murni yang diperoleh di
bakteri Staphylococcus aureus. laboratorium mikrobiologi Program Studi
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam
Ratulangi Manado. Bakteri ini disimpan
pada agar miring kemudian dimasukan ke

79
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

dalam wadah steril dan ditutup, sehingga diremajakan pada media agar miring,
sterilisasi terjaga. kemudian diambil koloninya dari media
Pembuatan media peremajaan bakteri agar miring dengan menggunakan jarum
Nutrient Agar (NA) ditimbang ose steril. Koloni yang diambil dimasukan
sebanyak 23 gram lalu dilarutkan dengan 1 kedalam media BHI-B dalam tabung
liter akuades mengunakan tabung reaksi kemudian diinkubasi 1 x 24 jam.
Erlenmeyer,kemudian dihomogenkan dan Setelah diinkubasi, dilakukan pembuatan
dituang ke dalam tabung reaksi steril yang suspensi Staphylococcus aureus sesuai
ditutup dengan aluminium foil. Media dengan standar kekeruhan McFarland 1.
tersebut disterilkan ke dalam autoclave Jika media BHI-B terlihat lebih keruh dari
pada suhu 121oC selama 30 menit sampai larutan McFarland 1, maka di tambahkan
media memadat pada kemiringan 30o. larutan salin steril sedikit demi sedikit
Pembuatan media suspensi bakteri dalam media BHI-B hingga kekeruhannya
BHI-B sesuai dengan standar kekeruhan
Media Brian Heart Infusion Broth McFarland 1.
(BHI-B) ditimbang sebanyak 37 gram dan Persiapan tabung reaksi perlakuan
dilarutkan dalam 1 liter akuades dalam Sebanyak 11 tabung reaksi steril
tabung Erlenmeyer, kemudian disiapkan. Setiap tabung uji diberi label 1-
dihomogenkan. Setelah homogen Media 9, kemudian tabung 10 diberi label K(+)
disterilisasi dalam autoclave pada suhu yang merupakan kontrol positif, yaitu
121° C selama 15 menit. tabung yang berisi Staphylococcus aureus
Pembuatan standar kekeruhan larutan setara dengan standar kekeruhan
McFarland 1. Larutan baku McFarland 1 McFarland 1. Tabung 11 diberi label K(-)
terdiri atas dua komponen yaitu larutan yang merupakan kontrol negatif, yaitu
BaCl2 1,175% dan H2SO4 1%. Larutan tabung berisi air perasan bawang putih
BaCl2 1,175% sebanyak 0,1 mL dicampur (Allium sativum L) dengan konsentrasi
dengan larutan H2SO4 1% sebanyak 9,9 100%. Tabung 1 diisi sebanyak 4 mL air
mL dan dikocok homogen. Nilai absorban perasan bawang putih (Allium sativum L)
larutan baku McFarland 1 setara jumLah konsentrasi 100%. Tabung 2-9 diisi
sel bakteri dengan kepadatan 0,3 x 109 dengan 2 mL media cair BHI. Kemudian
bakteri/mL. ambil 2 mL larutan dari tabung 1,
Peremajaan bakteri dimasukkan ke dalam tabung 2, dicampur
Bakteri Staphylococcus aureus yang hingga homogen sehingga didapat
disimpan di media agar yang berasal dari konsentrasi 50%. Hal yang sama dilakukan
bakteri biakan murni yang diperoleh di hingga tabung 9 hingga didapatkan semua
Laboratorium Mikrobiologi Program Studi konsentrasi air perasan dengan
Farmasi Fakultas MIPA Universitas Sam perbandingan 1:2 (w/v). Kemudian pada
Ratulangi Manado, diambil dengan setiap tabung diisi dengan bakteri
menggunakan jarum ose steril, lalu staphylococcus aureus yang sudah
ditanamkan pada media agar miring disetarakan dengan larutan McFarland
dengan cara menghapus, kemudian sebanyak 1 mL.
diinkubasi selama 1x24 jam. Pembuatan
suspensi bakteri sesuai standar kekeruhan
larutan McFarland 1% Bakteri yang telah

80
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Pembuatan media Trypticase Soy Agar


(TSA)
Sebanyak 40 g bubuk TSA Metode spektrofotometri
dilarutkan dalam 1 liter akuades dalam Pengamatan kekeruhan
tabung Erlenmeyer, kemudian menggunakan alat spektrofotometer yang
dihomogenkan. Setelah homogen media lebih akurat dalam menentukan kekeruhan
disterilisasi dalam autoclave pada suhu yang berfungsi untuk mengukur panjang
121oC selama 15 menit, dan media dituang gelombang serta nilai absorbansi
pada piring petri. kekeruhan yang ada pada setiap tabung
perlakuan.
Metode Pengujian Colony Counter
Metode dilusi cair/broth dilution test Hasil inkubasi dilanjutkan dengan uji
(serial dilution). Metode ini untuk rekulturasi untuk mengetahui konsentrasi
mengukur KHM dan KBM. Cara yang bunuh minimum dari air perasan bawang
dilakukan adalah dengan membuat seri putih menggunakan media TSA (trypticase
pengenceran agen antimikroba pada soya agar) pada piring petri dan diberi
medium cair yang ditambahkan dengan nomor sesuai dengan nomor tabung reaksi
mikroba uji. Larutan uji agen antimikroba dan diinkubasi kembali selama 1x24 jam,
pada konsentrasi terkecil yang terlihat bila dalam piring petri masih ditemukan
jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba koloni bakteri S.aureus maka air perasan
uji ditetapkan sebagai KHM, selanjutnya bawang putih tersebut tidak dapat
dikultur pada media agar dan diinkubasi membunuh bakteri tetapi bila tidak
selama 18-24 jam. Media agar yang ditemukan koloni bakteriS. aureus maka
terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan air perasan bawang putih tersebut dapat
sebagai KBM. membunuh bakteri, pertumbuhan bakteri
pada piring petri ditandai dengan adanya
Pengamatan dan Pengukuran bintik-bintik putih pada media
Metode Turbidimetri, setelah media agar.Perhitungan koloni bakteri dilakukan
tabung perlakuan diinkubasi selama 1x24 secara manual menggunakkan Colony
jam, semua tabung tersebut dilihat counter.
kekeruhannya secara visual. Apabila
kekeruhan masing-masing tabung masih Analisis Data
setara atau lebih keruh dari tabung K(+) Data hasil penelitian dihitung secara
yang berisi suspensi bakteri manual, kemudian diolah secara
Staphylococcus aureus sesuai standar komputerisasi menggunakan program
kekeruhan McFarland 1 berarti bakteri Microsoft Excel 2007. Data yang sudah
masih dapat bertumbuh, tetapi ketika ada diolah disajikan dalam bentuk gambar,
larutan dalam tabung terlihat mulai lebih tabel, dan tulisan.
jernih daripada tabung K(+) berarti
pertumbuhan bakteri mulai terhambat. Hal HASIL PENELITIAN
inilah yang menunjukkan konsentrasi Penentuan konsentrasi hambat
hambat minimum (KHM). minimum (KHM) air perasan bawang
putih terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dilakukan dengan pengujian

81
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

turbidimetri, serta pengukuran nilai Hasil pengujian turbidimetri pada


absorbansi dengan menggunakan perlakuan pertama sesudah inkubasi 1x24
Spektrofotometer UV-Vis setelah jam didapatkan bahwa tabung yang berisi
dilakukan inkubasi selama 1x24 jam pada air perasan bawang putih dengan
suhu 37oC. Penentuan KHM dengan konsentrasi 1,56% (tabung nomor 7)
metode turbidimetri ditentukan dengan terlihat mulai jernih. Hasil pengujian
melihat konsentrasi terendah pada tabung dengan metode turbidimetri pada
yang terlihat mulai jernih. perlakuan 1 dapat dilihat pada Gambar 1.

K- K+
7 6 5 4 3 2 1
9 8

Gambar 1. Hasil pengujian dengan metode turbidimetri pada perlakuan

Hasil pengujian dengan metode turbidimetri pada perlakuan 2 dapat dilihat pada Gambar 2.

K- K+

5 6 7 8 9
2 3 4
1

Gambar 2. Hasil pengujian dengan metode turbidimetri pada perlakuan 2

Gambar 2 menunjukkanbahwa perubahan pada perlakuan 2 yang berarti mulai terjadi


menjadi lebih jernih terlihat pada tabung 7, penghambatan bakteri. Pengamatan pada

82
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

perlakuan 1 dan 2 mendapatkan hasil yang air perasan bawang putih terhadap bakteri
sama bahwa tabung nomor 7 dengan Staphylococcus aureus dengan metode
konsentrasi 1.56% mulai terlihat jernih dan turbidimetri pada perlakuan pertama dan
pada konsentrasi selanjutnya larutan dalam kedua dapat dilihat pada Tabel 1.
tabung akan terlihat keruh. Hasil pengujian
Tabel 1.Hasilpengujian Air perasan bawang putih (Allium sativum L) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus denganmetodeturbidimetripadaperlakuanpertamadankedua
NomorTa Konsentrasi Air perasan bawang putih Hasil
bung (Allium sativum L) Perlakuan I Perlakuan II
1 100% - -
2 50% - -
3 25% - -
4 12,5% - -
5 6,25% - -
6 3,125% - -
7 1,56% - -
8 0,78% + +
9 0,39% + +
10 K(+) + +
11 K(-) - -
Keterangan: Tanda (+): larutan di dalamtabungterlihatkeruh,
artinyaterdapatpertumbuhanbakteri. Tanda (-): larutan di dalamtabungmulaijernih, yang
artinyapertumbuhanbakterimulai dihambat.

Tabel 1 menunjukkan tabung nomor 7 Pengujian kemudian dilanjutkan


memiliki hasil negatif, pada perlakuan dengan pengukuran nilai absorbansi
pertama dan kedua. Hal ini menunjukkan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
bahwa pada tabung tersebut, pertumbuhan untuk mendapatkan hasil pengukuran
bakteri mulai dapat terhambat. kekeruhan secara kuantitatif. Pengukuran
Berdasarkan hasil pengujian dengan dilakukan pada tabung nomor 1 hingga
metode turbidimetri pada perlakuan nomor 9, kontrol negatif, dan kontrol
pertama dan kedua, tabung dengan positif sebelum dan sesudah inkubasi 1x24
konsentraasi 1.56% (tabung nomor 7) jam. Panjang gelombang maksimum yang
ditetapkan sebagai konsentrasi hambat dapat diserap pada tabung-tabung
minimum air perasan bawang putih perlakuan yaitu 400 nm. Hasil pengukuran
(Allium sativum L) terhadap pertumbuhan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
bakteri Staphylococcus aureus. dapat dilihat pada Tabel 2.

83
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Tabel 2. Hasil uji KHM Air perasan bawang putih (Allium sativum L) terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dengan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
Konsentrasiair Hasil
perasan Perlakuan 1 Perlakuan II Selisih Hasil
bawang putih Sebelum SesudahI Ket
Sebelum SesudahI
(Allium Inkubasi nkubasi Inkubasi nkubasi
sativum L )
100% 4.000 3.875 3.993 3.950 - 0.168 -0.084 Turun
50% 4.000 4.000 3.847 2.699 - 1.148 -0.574 Turun
25% 3.847 3.996 3.844 3.314 - 0.679 -0.339 Turun
12,5% 3.504 2.960 3.277 2.946 - 0.875 -0.437 Turun
6,25% 3.007 2.516 2.997 2.572 - 0.916 -0.458 Turun
3,125% 2.918 2.342 2.757 2.260 - 1.073 -0.536 Turun
1,56% 2.105 2.793 2.097 2.744 1.335 0.667 Naik
0,78% 1.998 3.478 1.979 3.258 2.759 1.379 Naik
0,39% 1.947 3.607 1.888 3.508 3.280 1.640 Naik
K(+) 1.421 1.922 1.448 1.998 1.051 0.525 Naik
K(-) 4.000 4.000 3.962 3.978 0.016 0.008 Naik

Keterangan: “Tetap” atau “Turun” menunjukkan nilai absorbansi setelah inkubasi, sama atau
lebih kecil dibandingkan dengan absorbansi sebelum inkubasi, yang berarti pertumbuhan bakteri
dapat terhambat; “Naik” menunjukkan nilai absorbansi setelah inkubasi lebih besar dibandingkan
dengan nilai absorbansi sebelum inkubasi, yang berarti terdapat pertumbuhan bakteri.
mengatahui jika air perasan bawang putih
Berdasarkan hasil pengujian KHM dapat membunuh bakteri Staphylococcus
dengan menggunakan Spektrofotometer aureus sehingga dapat ditentukan
pada Tabel 2, penurunan nilai rata-rata konsentrasi bunuh minimum (KBM).
absorbansi pertama kali terjadi pada Penentuan KBM dilakukan dengan melihat
konsentrasi 3,125% baik pada perlakuan jika masih terdapat pertumbuhan bakteri
pertama maupun perlakuan kedua. setelah diinkubasi 1x24 jam pada piring
Berdasarkan pengujian menggunakan petri dengan cara menghitung jumLah
Spektrofotometer, konsentrasi hambat bintik-bintik putih yang terdapat pada kaca
minimum air perasan bawang putih piring petri menggunakan colony counter
terhadap bakteri Staphylococcus aureus (Gambar 2). Piring petri yang tidak
berada pada konsentrasi 3.125%. terdapat pertumbuhan koloni bakteri
Penelitian ini kemudian dilanjutkan ditentukan sebagai KBM. Hasil uji
dengan rekulturasi mengunakan media rekulturasi dapat dilihat pada Gambar 3
Trypticase Soya Agar (TSA), untuk dan 4.

84
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

85 62
koloni koloni
( Perlakuan 1 ) ( Perlakuan 2 )
Gambar 3. Hasil uji rekulturasi air perasan bawang putih ( Allium sativum L) terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureuspada konsentrasi 3,125%

( Perlakuan 1 ) ( Perlakuan 2 )
Gambar 4. Hasil uji rekulturasi air perasan bawang putih ( Allium sativum L) terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureuspada konsentrasi 6,25%

Pada Gambar 3 terlihat pertumbuhan Gambar 4 sudah tidak terlihat adanya


bakteri pada perlakuan 1 sebanyak 85 pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
koloni dan perlakuan 2 sebanyak 62 6.25%, maka dengan pengamatan ini dapat
koloni. Hal ini menunjukan bahwa pada ditentukan bahwa pada konsentrasi bunuh
konsentrasi 3.125% air perasan bawang minimum (KBM) adalah konsentrasi
putih tidak dapat membunuh bakteri, pada 6.25%.

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dilakukan serial dilusi, dengan mengaplikasikan


pengujian untuk mengetahui KHM dari air bakteri Staphylococcus aureus pada air
perasan bawang putih (Allium saivum L) perasan bawang putih dengan berbagai
terhadap pertumbuhan bakteri konsentrasi dan selanjutnya dilakukan
Staphylococcus aureus. Metode yang inkubasi selama 1x24 jam.
digunakan dalam penelitian ini adalah

85
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Pengujian yang dilakukan setelah itu, perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
inkubasi terhadap tabung-tabung perlakuan dengan cara mengukur nilai absorbansi
pada pengulangan 1 dan 2 dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
dengan metode turbidimetri dan pertumbuhan bakteri dengan menggunakan
spektofotometri. Pengujian dengan metode spektrofotometer UV-Vis.
turbidimetri dilakukan dengan melihat Hasil penelitian selanjutnya
kekeruhan yang terjadi pada tabung uji menggunakan spektrofotometer
secara visual setelah dilakukan inkubasi menunjukkan bahwa bahwa nilai
(Harmita, dkk, 2008). Pengujian dengan absobansi setelah inkubasi pada perlakuan
metode spektrofotometri dilakukan dengan pertama dan kedua mengalami perubahan
membandingkan nilai absorbansi yang (turun) dimulai pada konsentrasi 3,125%
dihasilkan sebelum dan sesudah inkubasi dan seterusnya ke konsentrasi yang lebih
dengan menggunakan spektrofotometer tinggi. Selanjutnya pada konsentrasi yang
UV-Vis (Magase H, Petesch B,.2011). lebih rendah dari konsentrasi 3,125% yaitu
Hasil penelitian dengan metode 1,56%-0,39% terjadi peningkatan nilai
turbidimetri, konsentrasi hambat minimum absorbansi (pada perlakuan pertama dan
air perasan bawang putih terhadap bakteri kedua) sesudah inkubasi dari nilai
Staphylococcus aureus yaitu pada absorbansi sebelum inkubasi yang
konsentrasi 1,56%. Hal ini terlihat dari menandakan bahwa pada ketiga
mulai jernihnya larutan dalam tabung konsentrasi tersebut masih terdapat
nomor 7 dengan konsentrasi 1,56% pada pertumbuhan bakteri. Nilai absobansi yang
perlakuan pertama dan kedua, yang berarti besar (bertambah) menunjukkan
pertumbuhan bakteri sudah dapat pertumbuhan bakteri terus berlangsung,
terhambat. Pada konsentrasi yang lebih sedangkan nilai absorbansi yang tetap atau
rendah yaitu konsentrasi 0,39%-0,78% berkurang menunjukkan pertumbuhan
larutan terlihat semakin keruh mendekati bakteri terhambat (Coyle MB,
kekeruhan dari tabung K(+) yang berisi Astutiningsih C, dkk, 2014). Dari hasil
bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini pengukuran menggunakan
disebabkan karena konsentrasi yang Spektrofotometer pada perlakuan pertama
rendah, sehingga kemampuan dari air dan kedua didapatkan bahwa KHM air
perasan tidak mampu menghambat perasan bawang putih terhadap
pertumbuhan bakteri, sehingga staphylococcus aureus yaitu pada
pertumbuhan bakteri dapat terjadi. konsentrasi 3,125%. Konsentrasi tersebut
Hasil turbidimetri (kekeruhan merupakan konsentrasi terkecil yang
secara visual) sebenarnya sudah cukup mengalami penurunan nilai absorbansi
menentukan KHM, tetapi karena itu pada pengulangan satu dan pengulangan
bersifat subjektif dan warna larutan bisa dua setelah dilakukan inkubasi 1x24 jam,
mencapai kecoklatan (pekat), maka hal yang menunjukkan terjadinya penurunan
tersebut dapat mempersulit pengamatan. pertumbuhan bakteri. Menurut teori
Selain itu, metode turbidimetri memiliki semakin tinggi konsentrasi suatu ekstrak
kelemahan yaitu mata manusia pada saat (dalam penelitian ini yaitu air perasan
pengamatan kekeruhan tidak bisa bawang putih) maka nilai absorbansinya
membedakan antara sel bakteri yang hidup akan semakin berkurang (Astutiningsih C,
dengan sel bakteri yang mati. Oleh karena dkk .2014).

86
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Perbedaan hasil pengukuran pada meningkatkan permeabilitas dinding


metode turbidimetri dan spektrofotometri bakteri yang menyebabkan gugus SH
disebabkan oleh perbedaan prinsip kerja (sulfihidril dan disulfide) pada asam amino
dari kedua metode tersebut.Pengujian sistin dan sistein hancur, gugus SH yang
dengan menggunakan metode turbidimetri hancur dapat menghambat sistesis enzim
bersifat subjektif karena pada metode ini protease yang merusak membran
pengamatan hanya dilakukan secara visual, sitoplasma pada dinding bakteri dan
serta kesulitan pengamatan pada larutan uji mengganggu metabolisme protein dan
yang pekat sehingga resiko terjadinya asam nukleat sehingga tidak terjadi
kesalahan lebih besar.Pada metode poliferasi pada bakteri. Penelitian lainnya
spektrofotometri memiliki hasil pengujian yang dilakukan oleh Feldberg et al
berupa data kuantitatif sehingga memiliki menyatakan bahwa allicin menunjukkan
kecermatan lebih tinggi dalam perincian aktivitas antimikroba dengan menghambat
nilai pengukuran yang dihasilkan sistesis RNA dengan cepat dan
(Hendayana S, dkk, 1994). menyeluruh. Disamping itu, sintesa DNA
Kemudian Penelitian dilanjutkan dan protein juga dihambat secara partial.
untuk mengetahui KBM dari air perasan Hal ini menunjukkan RNA adalah target
bawang putih terhadap staphylococcus utama dari aksi allicin. Kemampuan
aureus pada piring petri dengan senyawa inilah yang berperan untuk
menghitung pertumbuhan koloni yang mengahambat dan membunuh bakteri
ditandai dengan adanya bintik-bintik putih Staphylococcus aureus.
pada piring petri setelah dilakukan Beberapa studi In vitro telah
inkubasi kembali selama 1x24 jam. menunjukkan aktivitas bawang putih
Berdasarkan pengamatan dan perhitungan terhadap banyak tipe bakteri gram negatif
dengan Colony counterpada konsentrasi dan gram positif, seperti Escherichia,
3.125% (perlakuan pertama) masih Salmonella,Staphylococcus, streptococcus,
terlihat pertumbuhan koloni bakteri Klebsiella, Proteus, Bacillus, Clostridium,
sebanyak 85 koloni dan Konsentrasi dan Mycobacteriumtuberculosis. Pada
3.125% (perlakuan kedua) sebanyak 62 studi in vitro yang dilakukan pada ekstrak
koloni, selanjutnya pada konsentrasi bawang putih yang didapatkan dari
6.25% (pada perlakuan pertama dan bawang putih yang segar, langsung
kedua) sudah tidak ditemukan adanya diekstrak tanpa perlakuan tambahan lain,
pertumbuhan koloni bakteri. Dari hasil hasil menunjukkan aktivitas antibakteri
pengamatan dan perhitungan dengan yang kuat terhadap bakteri Staphylococcus
Colony counter dapat ditentukan bahwa aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan
konsentrasi 6.25% adalah konsentrasi Escherichia coli. Bahkan terhadap bakteri
bunuh minimum (KBM) air perasan yang biasanya resisten terhadap antibiotik,
bawang putih terhadap staphylococcus seperti Meticillin Resistant Staphylococcus
aureus. aureus (MRSA) atau strain bakteri yang
Berdasarkan penelitian National telah resisten terhadap beberapa
Nutrient Database For Reference bawang pengobatan antibiotik (E. coli,
putih memiliki kandungan agen Enterococcus spp. Shigella spp.) (Wang R,
antimikroba yang paling banyak salah dkk, 2007).
satunya yaitu allicin.Senyawa allicin dapat

87
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

Daya antibakteri bawang putih antimikroba ke dalam dinding sel bakteri


dikatakan lebih berpotensi terhadap bakteri gram negative (El-mahmood M, 2009).
gram positif seperti Staphylococcus aureus Potensi antibakteri airc perasan
dibanding bakteri gram negatif seperti bawang putih terhadap pertumbuhan
E.coli dan P. Aeruginosa. Hal ini mungkin Staphylococcus aureus merupakan
disebabkan karena bakteri-bakteri gram penelitian baru dan belum pernah
negatif memiliki kemampuan untuk untuk dilakukan sebelumnya. Berdasarkan
memproduksi suatu enzim yang dapat penelitian ini nilai konsentrasi hambat
menonaktifkan fitokonstituen dan minimum (KHM) ditentukan dengan
komponen bioaktif yang dimiliki ekstrak metode yang akurat menggunakan
bawang putih. Selain itu pula, selubung spektrofotometer UV-VIS yaitu pada
bakteri gram negatif yang secara alami konsentrasi 3,125% dan konsentrasi bunuh
memang lebih kompleks disbanding minimum (KBM) yang menggunakan
struktur selubung bakteri gram positif pengamatan visual dan colony counter
mempersulit proses penetrasi agen yaitu pada konsentrasi 6.25%.

KESIMPULAN dari daun teh (Camellia sinensis L.


Penelitian ini disimpulkan bahwa var Assamica). Jurnal Ilmiah
semakin tinggi konsentrasi suatu perasan farmasi sains dan komunitas
Semarang. 11(2): 55.
maka perasan tersebut berpotensi untuk
membunuh bakteri. Cai Y, Wang R, Pei F, dan Liang B. 2007.
Antimicrobial activity of allicin
SARAN alone and in combination with beta
1. Penelitian ini perlu dilanjutkan lactams against Staphylococcus spp.
And Pseudomonas aeruginosa. J
dengan uji toksisitas.
Antibiot.
2. Dapat dilakukan penelitian
mengenai uji daya hambat dan uji
Coyle MB. 2005. Manual of antimicrobial
konsentrasi hambat minimum
susceptibility testing. USA:
(KHM) air perasan bawang putih American society
(Allium sativum L) terhadap for microbiology; P 53-60.
partumbuhan bakteri lain yang
berasal dari rongga mulut. El-mahmood M. 2009. Efficacy of crude
extract of garlic (Allium sativum
DAFTAR PUSTAKA Linn.) against nosocomial Eschericia
coli, Staphylococcus aureus,
Streptococcus pneumoniea,
Anonim. 2003. Riset Kesehatan Dasar. Pseudomonas aeruginosa. J Med
Badan penelitian dan Plants Res.
pengembangan kesehatan.
kementrian kesehatan RI. European Committee for Antimicrobial
Susceptibility Testing (EUCAST).
Astutiningsih C, Setyani W, Hindratna H. 2003. Determination of minimum
2014. Uji daya antibakteri dan inhibitory concentrations (MICs) of
identifikasi isolate senyawa katekin antibacterial agents by broth

88
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 5 No. 4 NOVEMBER 2016 ISSN 2302 - 2493

dilution. Clinical Microbiology and Magase H, Petesch B, Matsuura H. 2011.


Infection. 9(8):1-7. Intake of garlic and its bioactive
components. New York: American
.Harmita, Radji M. 2008. Buku ajar society of nutrients.
analisis hayati. Jakarta: EGC; h. 12-
3.
Miran T, Wilchek M, Weiner L.2005. The
Hendayana S, Kadorohman A, Sumarna A, mode of action of Allicin : its ready
Supriatna A. 1994. Kimia analitik permeability through phospholipid
instrumen. Edisi1. IKIP: Semarang; membranes may contribute to its
h.30 Biological activity: New York:
Biochim Biophys.

89

You might also like