You are on page 1of 17

HAKIKAT EKOLOGI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Ekologi
Yang diampu oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si dan
Bapak Drs. Agus Dharmawan, M.Si

Oleh
Offering H
Kelompok 4
Ajhar (170342600068)
Annysa Vero S. (160342606295)
Lita Neldya P. (160342606223)
Sendy Devi R. (160342606282)
Monny Efuji P. (120342422458)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
Januari 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah Ekologi diperkenalkan oleh Ernest Haeckel (1869), berasal dari bahasa Yunani,
yaitu: Oikos = Tempat Tinggal (rumah) Logos = Ilmu, telaah. Oleh karena itu Ekologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan sesamanya dan
dengan lingkungnya. Odum (1993) menyatakan bahwa ekologi adalah suatu studi tentang
struktur dan fungsi ekosistem atau alam dan manusia sebagai bagiannya. Struktur ekosistem
menunjukkan suatu keadaan dari sistem ekologi pada waktu dan tempat tertentu termasuk
keadaan densitas organisme, biomassa, penyebaran materi (unsur hara), energi, serta faktor-
faktor fisik dan kimia lainnya yang menciptakan keadaan sistem tersebut.
Fungsi ekosistem menunjukkan hubungan sebab akibat yang terjadi secara
keseluruhan antar komponen dalam sistem. Ini jelas membuktikan bahwa ekologi merupakan
cabang ilmu yang mempelajari seluruh pola hubungan timbal balik antara makhluk hidup
yang satu dengan makhluk hidup lainnya, serta dengan semua komponen yang ada di
sekitarnya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai
komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air,
kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem
yang saling mempengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan ekonomi
energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makanan manusia dan tingkat tropik.
Ekologi mencoba memahami hubungan timbal balik, interaksi antara tumbuh-
tumbuhan, binatang, manusia dengan alam lingkungannya, agar dapat menjawab pertanyaan;
dimana mereka hidup, bagaimana mereka hidup dan mengapa mereka hidup disana.
Hubungan- hubungan tersebut demikian kompleks dan erat sehingga Odum (1971)
menyatakan bahwa ekologi adalah “Environmental Biology“.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian ekologi?
2) Bagaimana sejarah dan perkembangan ekologi?
3) Apa saja ruang lingkup ekologi?
4) Bagaimana kaitan ekologi dengan ilmu-ilmu lain?
5) Bagaimana struktur organisasi kehidupan dalam kajian ekologi?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian ekologi.
2) Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan ekologi.
3) Untuk mengetahui ruang lingkup ekologi.
4) Untuk mengetahui kaitan ekologi dengan ilmu-ilmu lain.
5) Untuk mengetahui struktur organisasi kehidupan dalam kajian ekologi.
BAB II

BAHASAN

2.1 Pengertian Ekologi

Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oikos, yang berarti rumah atau tempat
tinggal, dan logos yang berarti ilmu yang mempelajari. Secara harfiah maka ekologi
mempunyai pengertian yaitu ilmu yang mempelajari ketata rumah tanggaan organisme hidup.
Haeckel (1896) mengatakan bahwa ekologi ialah pengetahuan mengenai keseluruhan
hubungan berbagai organisme dengan lingkungannya dan dengan faktor organik dan
anorganik. Ekologi sebagai suatu disiplin ilmu tumbuh melalui peri kehidupan alamiah
(natural history). Definisi yang lain dikemukakan oleh Krebs (1985) sangat sederhana,
modern, dan koprehensif bahwa ekologi adalah penelaahan ilmiah mengenai interaksi yang
menentukan penyebaran dan kelimpahan organisme.

Ada beberapa ilmuwan lain yang mengemukakan pendapatnya mengenai ekologi,


antara lain Tansley (1935) mengemukakan bahwa ekologi ialah hubungan timbale balik
(interaksi) antara makhluk hidup (organism) dengan lingkungannya, dimana sifat interaksi ini
aktif dan dinamis. Kormondy (1969) mendefinisikan ekologi sebagai suatu ilmu pengetahuan
yang mempelajari ekonomi alam semesta. Yang dipelajari disini adalah materi, energy dan
informasi. Kormondy menitik beratkan pada interaksi antara organisme dengan
lingkungannya baik lingkungan yang organic maupun anorganik. Pakar yang lain yaitu
Odum (1971) menguraikan definisi ekologi jauh lebih kompleks yaitu interaksi antara
organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan yangsifatnyahidup (biotis)
maupunlingkungan yang takhidup (abiotis).

2.2 Sejarah dan Perkembangan Ekologi

Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur sepanjang sejarah. Namun


sejarah perkembangannya kurang begitu jelas. Catatan Hipocratus, Aristoteles, dan filosofi
lainnya merupakan naskah-naskah kuno yang berisi rujukan tentang masalah-masalah
ekologi. Walaupun pada waktu itu belum diberikan nama ekologi. Dimulai pada abad ke-16
dan ke-17 yang timbul dari natural history dan kemudian berkembang menjadi satu ilmu
yang sistematik, analitik dan objektif mengenai hubungan organisme dan lingkunganya itu
ekologi. Nama tersebut baru dikemukakan oleh seorang ahli biologi Jerman yang bernama
Earns Haeckel (1834-1919) pada tahun 1860.

Sekitar tahun 1900, ekologi diakui sebagai ilmu dan berkembang terus dengan cepat.
Apalagi disaat dunia sangat peka dengan masalah lingkungan dalam mengadakan dan
memelihara mutu peradaban manusia. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mendasarinya
dan selalu berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Ekologi berkembang karena adanya interaksi manusia (man and culture) dan alam
(nature), yang sebenarnya telah berlangsung sejak sejarah mencatat eksistensi kehidupan di
planet bumi ini.Ilmu ekologi berkaitan dengan manusia dibutuhkan kehadirannya dalam
dunia ilmu pengetahuan, dikarenakan kemampuannya dalam memberikan landasan teoritik
dan konseptual yang berguna untuk memaknai dan memahami fenomena dan fakta hubungan
interaksional manusia dan alam serta perubahan sosial dan ekologis (ecological change) yang
terjadi di alam.Perubahan ekologis itu, terutama berkenaan dengan munculnya destabilitas
ekosistem sejak terjadinya penurunan jumlah dan kualitas sumberdaya alam oleh karena
meningkatnya jumlah populasi dan kualitas aktivitas manusia.Perubahan ekologis adalah
dampak yang tidak dapat dielakkan dari interaksi manusia dan alam yang berlangsung dalam
konteks pertukaran (exchange). Proses pertukaran itu sendiri melibatkan energi, materi dan
informasi yang saling diberikan oleh kedua belah pihak (kedua sistem yang saling
berinteraksi).

Manusia meminta materi, energi dan informasi dari alam dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup (pangan-sandang-papan atau sustenance needs) mereka.Sementara itu alam,
lebih banyak mendapatkan energi, materi dan informasi dari manusia dalam bentuk waste
and pollutant (termasuk radio-active waste) yang lebih banyak mendatangkan kerugian bagi
kehidupan seluruh penghuni planet bumi.

Secara keseluruhan mekanisme-mekanisme adaptif (adaptive mechanism) tersebut


menghasilkan akibat yang sama, yaitu: cenderung terus-menerus menggerus sumberdaya
alam secara cepat, memperlemah daya dukung lingkungan (weakening the carrying capacity
of the ecosphere) yang mengarah pada terjadinya krisis ekologi (ecological crisis) secara
berkepanjangan. Krisis ekologi di planet bumi yang sangat tampak nyata itu antara lain
ditunjukkan oleh situasi seperti:

1) Kelangkaan sumber pangan yang mengakibatkan bencana kelaparan dan insiden gizi buruk
yang makin meluas
2) Kelangkaan sumber energi, pasca habisnya fossil-fuel energy yang makin serius
3) Pemburukan kualitas kehidupan akibat polusi dan ledakan penduduk di atas habitat yang
makin sempit
4) Eskalasi erosi, banjir, dan longsor akibat ekspansi kegiatan manusia hingga ke kawasan
rawan bencana alam
5) Biodiversity loss akibat eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan, dan last but not least
6) Kriminalitas, perilaku menyimpang, dan masalah sosial lain akibat tingginya kompetisi
karena terbatasnya relung kehidupan yang memadai bagi kehidupan lestari.

Dalam kehidupan, manusia memerlukan udara (O2) serta sumber protein nabati dan
hayati sebagai sumber kelangsungan hidupnya.Oleh karenanya telah sejak lama manusia
memanfaatkan ekosistem hutan/taman sebagai penyedia energi dan materi manusia. Untuk
memperoleh O2, dan sumber proteinnya manusia mengembangkan berbagai macam cara dan
peralatan (teknologi) memperoleh/menghasilkan sumber-sumber tersebut. Praktek bertanam
pohon yang telah berlangsung berabad-abad memberikan pelajaran-asli (indigenous
knowledge) yang berguna bahwa bentuk pohon, jenis pohon atau jenis tanaman akan
memberikan kehidupan bagi makhluk hidup lain. Karenanya masuk hutan dan menebang
pohon dan mengambil buah sembarangan dalam suku Baduy dilarang, karena akan
membahayakan populasi keseluruhan jenis pohon dan hewan (ekosistem) yang ada (Senoaji,
2003). Sedangkan bagi komunitas Karampuang di Sulawesi lembaga adat melarang memukul
tandang buah Enau pada saat dewan adat belum bangun, jangan pula memukul tandang buah
Enau pada saat ayam sudah masuk kandangnya, yang memiliki makna jangan menyadap Enau
di pagi hari dan jangan pula menyadap Enau di petang hari. Hal tersebut merupakan himbauan
untuk menjaga keseimbangan ekosistem, khususnya hewan dan burung, karena menyadap
pohon Enau pada pagi hari dikhawatirkan akan mengganggu ketentraman beberapa jenis
satwa yang bersarang di pohon Enau tersebut, demikian pula pada sore hari akan menggangu
satwa yang akan kembali ke sarangnya (Andi dan Syarifuddin, 2007).
Dari perspektif dinamika kependudukan, krisis ekologi bermula dari jumlah penduduk
manusia di planet bumi yang terus meningkat secara signifikan (dua milyar jiwa di akhir abad
19 menjadi sekitar enam milyar jiwa di akhir abad 20).Destabilitas kesetimbangan ekosistem
itu bisa dijelaskan oleh sifat hubungan interaksional antara manusia dan alam yang lebih
banyak berada dalam mekanisme pertukaran yang timpang dibandingkan beberapa abad yang
lalu manakala jumlah penduduk masih terbatas. Makin terbatasnya ruang kehidupan
(Lebensraum) sebagai akibat tekanan penduduk, telah memaksa manusia untuk
mengembangkan proses pemanenan energi dan materi yang semakin eksploitatif. Alam
dipaksa untuk terus berkompromi terhadap kehadiran manusia yang semakin berlipat
jumlahnya. Dua akibat yang pasti dari proses ini adalah: kehancuran lingkungan dan
kemiskinan.
Dari perspektif developmentalisme, modernitas peradaban yang disongsong melalui
strategi pertumbuhan telah menumbuhkan growth-mania-syndrome hampir di seluruh negara
di dunia.Sindroma ini telah memaksa pemerintahan di setiap negara memacu pembangunan
melalui eksploitasi sumberdaya alam secara besar-besaran dan habis-habisan tanpa
mengindahkan usaha konservasi secara seimbang.Dalam hal ini alam dipandang sebagai
energi-pembangunan yang seolah memiliki kemampuan tak terbatas. Proses penyesuaian
“organisasi sistem kehidupan” yang harus dilakukan secara cepat, telah menyebabkan
mekanisme pertukaran berlangsung dalam suasana chaotic-organization dimana alam semata-
mata menjadi obyek kooptasi, dominasi dan pemuasan kebutuhan manusia tanpa ada ruang
dan waktu yang mencukupi baginya untuk meregenerasi dan memberdayakan kemampuannya
di alam. Artinya, harkat dan martabat alam menjadi sangat rendah saat berhadap-hadapan (vis
a vis) dengan martabat manusia. Proses pertukaran materi, energi dan informasi antara alam
dan manusia tak hanya menjadi tidak setara (inequal) lagi, namun juga makin multi-
dimensional (melibatkan faktor-faktor yang tidak sederhana: sosial, politik, ekonomi,
teknologi, dan budaya) serta menghasilkan ekses-ekses yang dampaknya tidak saja lokal,
melainkan juga global.
Dalam sebuah rumah tangga alam, selalu terkandung asumsi bahwa kondisi internal
suatu sistem ekologi (ekosistem) akan senantiasa berada dalam kondisi yang dinamis atau
berubah-ubah sesuai bekerjanya kekuatan-kekuatan pengaruh alam (lingkungan atau
environment) dan living organism (terutama manusia) dalam melakukan aktivitas.
Pertumbuhan penduduk yang berjalan sangat pesat dan mengarah pada krisis pangan
merupakan kekhawatiran pertama tentang kelangsungan hidup umat manusia di planet
bumi.Setelah itu, industrialisasi yang memproduksi berbagai sampah berbahaya dan
mengancam status kesehatan manusia menjadi ancaman berikutnya.Kehancuran ekosistem
hutan, tanah, udara dan air sebagai akibat tekanan penduduk yang makin tinggi serta aktivitas
ekonomi yang sangat eksploitatif, merupakan keprihatianan komunitas dunia yang juga
dirasakan meluas.
Dalam hal ini, krisis ekologi global yang menghantui banyak orang adalah
berlangsungnya proses-proses technometabolism (proses pengubahan bahan dan materi
melalui sentuhan teknologi yang rakus energi) yang terjadi pada masyarakat industri maju.
Berbeda dengan natural metabolism, proses produksi industrial itu mengandalkan input
materi, bahan baku dan sumberdaya alam serta energi extra-tinggi (yang didatangkan dari luar
sistem ekologi setempat) dan sekaligus menghasilkan sampah beracun yang sangat
membahayakan eksistensi bumi dan isinya. Proses-proses produksi berlangsung dalam
suasana heavy-pressure on ecosystem, dimana aktivitas pertukaran dan perekonomian
dilangsungkan melalui platform kelembagaan ekonomi korporatisme-kapitalisme yang sangat
rakus terhadap sumber energi tak terbarukan.Tiga sub-sistem (biologi, sosial, dan ekologi)
yang ditelaah pada sistem “masyarakat konsumsi energi tinggi” menunjukkan kecenderungan-
kecenderungan yang mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan “masyarakat berburu dan
meramu ataupun pertanian tradisional”.
Semua parameter pada masyarakat konsumsi energi tinggi mengarah pada percepatan
tercapainya doomsday scenario (skenario kiamat) bagi planet bumi. Industri-industri
berteknologi modern yang sangat rakus energi di kebanyakan negara-negara maju, setiap hari
menghasilkan karbondioksida 12000 kali lebih besar daripada apa yang dihasilkan oleh
masyarakat pertanian di seluruh planet bumi. Dampak langsung yang ditimbulkan adalah
green-house effect (pemanasan global), produksi CFC (Chlorofluorocarbons) berlebihan,
sampah industri berbahaya termasuk sampah nuklir, dan munculnya berbagai degenerative
and infectious diseases bagi semua mahluk di planet bumi akibat aktivitas industri padat
energi.
Berkaca pada berbagai permasalahan diatas bahwa agar ekologi dapat serasi dan
selaras dengan lingkungannya maka kita harus dapat menilai kualitas ekologi yang dimiliki
oleh suatu tapak, melalui derajat penilaian yang menggambarkan status keadaan yang dimiliki
oleh lingkungan tersebut.Status keadaan lingkungan disebut baik jika nilai kualitasnya tinggi
dan sebaliknya.Penilaian kualitas ekologi suatu tapak memerlukan indikator yang berasal dari
komponen ekologi.Komponen ekologi merupakan indikator yang dapat diukur secara
kuantitatif atau dijelaskan secara kualitatif.Komponen tersebut ialah siklus energi, kestabilan
lingkungan abiotik, daya lenting (balik) lingkungan, suksesi ekologi, biodiversitas, nilai unik
tapak, dan kestabilan spesies (Thompson dan Steiner, 1997).
Lingkungan alam memiliki suatu keteraturan. Lingkungan hidup disadari atau tidak
oleh kita, memiliki kemajemukan pola, organisasi dan hubungansatu sama lain. Pola
keteraturan disadari, karena unsur-unsurnya dapat diduga sebelumnya. Manusia dengan
berbagai keterbatasan panca inderanya (pandangan mata dan penglihatan) dapat
mengantisipasi alam melalui berbagai cara, walaupun umumnya mengandalkan pada
generalisasi pengalamannya dimasa lampau. Manusia dengan pandangan mata dan
pendengarannya, seringkali lupa bahwa makhluk hidup lain memandang lingkungan hidup
berbeda dengan apa yang manusia pandang. Setiap orang dapat melihat dan mendengar di
lingkungan sekitarnya, mencium bau tanpa sengaja dan memiliki cita rasa yang tidak
tajam.Manusia juga telah biasa menginterpretasi fenomena alam lingkungan hidup di
sekelilingnya sebagai sesuatu yang biasa terjadi.Kemampuan manusia memahami fenomena
alam dibatasi oleh pengetahuan tentang alamnya serta skala ruang dan waktu. Pemahaman
manusia terhadap lingkungannya karena indera manusia banyak dibantu oleh pemanfaatan
teknologi.Manusia semakin sadar bahwa kegiatannya memiliki dampak terhadap lingkungan
alam, tetapi manusia harus tahu bahwa dia merupakan bagian dari lingkungan.
Perilaku manusia terhadap lingkungan disebabkan karena perilaku manusia
dipengaruhi oleh beberapa faktor dasar, pendukung, pendorong dan persepsi, serta faktor
lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.Di antara faktor-faktor pengaruh
adalah faktor dasar, yang meliputi pandangan hidup, adat istiadat, kepercayaan dan kebiasaan
masyarakat.Faktor pendukung meliputi pendidikan, pekerjaan, budaya dan strata sosial.
Sebagai faktor pendorong meliputi sentuhan media massa baik elektronik maupun tertulis,
penyuluhan, tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Sejauh mana penyerapan informasi oleh
seseorang tergantung dimensi kejiwaan dan persepsi terhadap lingkungan, untuk selanjutnya
akan direfleksikan pada tatanan perilakunya. (Ritohardoyo, 2006).
Selanjutnya tatanan perilaku seseorang dapat digambarkan dalam suatu daur bagan,
yaitu rangkaian unsur hubungan interpersonal, sistem nilai, pola pikir, sikap, perilaku dan
norma (Ritohardoyo, 2006). Pada dasarnya manusia sebagai anggota masyarakat sangat
tergantung pada lahan dan tempat tinggalnya.Di sini terdapat perbedaan antara lahan dan
tempat tinggal.Lahan merupakan lingkungan alamiah sedangkan tempat tinggal adalah
lingkungan buatan (binaan). Lingkungan binaan dipengaruhi oleh daur pelaku dan sebaliknya.
Dalam pengelolaan lingkungan hidup kita juga membutuhkan moralitas yang berarti
kemampuan kita untuk dapat hidup bersama makhluk hidup yang lain dalam suatu tataran
yang saling membutuhkan, saling tergantung, saling berelasi dan saling memperkembangkan
sehingga terjadi keutuhan dan kebersamaan hidup yang harmonis. Refleksi moral akan
menolong manusia untuk membentuk prinsip-prinsip yang dapat mengembangkan relasi
manusia dengan lingkungan hidupnya. Manusia harus menyadari ketergantungannya pada
struktur ekosistem untuk dapat mendukung kehidupannya itu sendiri. Manusia harus dapat
beradaptasi dengan lingkungan hidup yang menjadi tempat ia hidup dan berkembang
(Sunarko dan Kristiyanto, 2008)
2.3 Ruang Lingkup Ekologi
Kreb pada tahun 1972 menyatakan “Ecology” adalah ilmu yang mempelajari interaksi-
interaksi, penyebaran dan jumlah dari organism. Definisi ini mencakup distribusi
(penyebaran) organisma itu, jumlah dari organism dan dimana tempat mereka, dan apa
kedudukan mereka dalam ekosistem itu. Ekologi akan mempelajari 3 tingkatan komponen
dalam suatu areal tertentu yaitu individu organism, populasi yang terdiri dari individu-
individu spesies yang sama, dan komunitas yang terdiri dari sejumlah populasi-populasi.
Ekologi mempelajari hubungan timbal balik antara organism dan lingkungan fisik dan
lingkungan biotiknya; yang juga menekankan pada kelompok-kelompok organism yaitu
populasi, yang merupakan kumpulan dari spesies-spesies dan komunitas. Hal ini menekankan
bagaimana kedudukan fungsionalnya dalam ekosistem dan habitat apa tempat tinggalnya.
Ekologi menerangkan jarring-jaring makanan, toleransi terhadap faktor lingkungan, siklus
hara lingkungan dan mekanisma penyebaran. Ekologi juga memulai untuk mengerti
bagaimana individu mengambil makanan untuk tetap hidup pada lingkungan fisik yang
tersedia, dan akhirnya untuk dapat berkembangbiak melestarikan jenisnya. Hal ini merupakan
ekologi fisiologis yang menekankan hubungan yang dinamik dari individu-individu pada
lingkungan abiotiknya dan sumber-sumber alam lainnya.
Miller beranggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu ekosistem yang
tersusun oleh berbagai komponen atau kesatuan. Dalam suatu ekosistem satu atau sekelompok
komponen tak dapat berdiri sendiri terlepas dari kelompok kesatuan lain. Konsep model
pemikiran Miller dapat dituangkan dalam bentuk grafik (Gambar 1.1).

Menurut konsep tersebut bagian-bagian atom akan membentuk satuan atom. Satuan atom
akan membentuk satuan molekul, dan satuan-satuan molekul seterusnya akan membentuk satuan
protoplasma, demikian proses pembentukan satuan lainnya. Dalam model tersebut ditampilkan
batas wilayah kerja ilmu ekologi, yaitu batas terbawah adalah tingkat organisme atau tingkat
individu dan batas teratas adalah tingkat biosfer.

Secara ringkas, ruang lingkup ekologi dapat digambarkan melalui spektrum biologi, yang
menggambarkan aras-aras organisasi kehidupan sebagai berikut :

1. Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang kompleks,
seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
2. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti yang
terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang menjadi pemisah dari
satuan dasar lainnya.
3. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya jaringan
otot.
4. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai fungsi
tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada tumbuhan.
5. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti kerja
sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung dengan tangan.
6. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
7. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada suatu
daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng di Ujung
Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di Jawa Barat.
8. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati suatu
daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan lainnya.
Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau Sumatra atau
populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan mujair.
9. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan timbal
balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik yang hidup
maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara bersama-sama
membentuk suatu sistem ekologi.
10. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-kira 9000
m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan tanah, dan beberapa ribu
meter di bawah permukaan laut.

2.4 Kaitan Ekologi dengan Ilmu-ilmu lain

Ekologi mempunyai perkembangan yang berangsur-angsur, ekologi telah diketahui dan


diaplikasikan sejak dulu dan terus berkembang. Dari perkembangan tersebut semakin terlihat
bahwa ekologi mempunyai hubungan dengan ilmu-ilmu lainnya. Dapat dikatakan bahwa ekologi
merupakan ilmu dasar dari semua cabang ilmu yang ada. Untuk mengerti hubungan antara
organisme dengan lingkungan, maka semua bidang ilmu yang dapat menerangkan tentang
komponen-komponen makhluk hidup dan lingkungan itu sangat diperlukan. Misalnya mengenai
pencemaran hutan, perkembangan penduduk, masalah makanan, penggunaan energi, kenaikan
suhu bumi karena efek rumah kaca atau pemanasan global dan lainnya, ini berarti juga harus
berbicara mengenai ilmu kimia, fisika, pertanian, kehutanan, ilmu gizi, klimatologi dan lain
sebagainya.
Dengan jelasnya ekologi ini berkaitan dengan ilmu-ilmu lainnya seperti:

1. Ekologi dengan Ilmu Biologi


Penyebaran adaptasi dan aspek-aspek fungsi organisme dari komunitas ini dipelajari dalam
ilmu biologi yang erat kaitannya dengan ekologi. Seperti taksonomi, morfologi, fisiologi,
genetika.
2. Ekologi dengan Ilmu Fisika
Ekologi yang berkaita dengan ilmu fisika ini berperan dalam hal faktor fisik (energi dan
mineral) seperti sinar matahari, suhu dan lain sebagainya, yang mana pada setiap tinggkat
menghasilkan sistem fungsional yang khas. Dan dimana sistem itu saling berinteraksi dan
saling ketergantungan satu sama lain.
3. Ekologi denagn Ilmu Kimia
Ekologi yang berkaitan dengan ilmu kimia ini berperan dalam proses sintesis dan analisis
kimiawi dalam tubuh organisme.
4. Ekologi dengan Ilmu Bumi dan Antariksa
Ekologi dengan ilmu bumi dan antariksa ini terutama berperan pada pergantian musim,
perubahan siang malam, erosi, sedimentasi, gravitasi dan lain sebagainya.
5. Ekologi dengan Ilmu Teknologi
Ekologi dengan ilmu teknologi ini berperan dalam penelitian ekologi secara kuantitatif dari
ekosistem yang besar dan kompleks. Dengan ilmu teknologi ini menggunakan model
matematika serta penggolahan secara komputer maka akan diramal apa yang akan terjadi bila
suatu parameter dalam model itu diubah dan ini akan menimbulkan bidang baru yang dikenal
dengan ekologi statistik.
6. Ekologi dengan Ilmu Ekonomi
Ekonomi juga berasal dari kata “oikos” dan “nomics” yang berarti manajemen. Jadi ekonomi
adalah manajemen tempat hidup atau manajemen lingkungan. Sebagai sumber energy bagi
ekologi adalah sinar matahari, Sedangkan sumber “energy” bagi ekonomi adalah uang.
Sebenarnya ekonomi dengan ekologi mempunyai hubungan yang sesuai akan tetapi banyak
orang menganggap bahwa ekonomi dengan ekologi merupakan dua hal yang bertentangan.
Oleh karena itu, ahli ekonomi perlu mempelajari ekologi, sehingga didalam mendapatkan
keuntungan maksimal juga memperoleh kualitas lingkungan yang maksimum.
7. Ekologi dengan Ilmu Sosial
Ekologi berkaitan dengan ilmu social ini menjadi penting bila komponen manusia
dimasukkan kedalam cakupan ekosistem.

Jadi, semua ilmu-ilmu lainnya ini sangat berkaitan erat dengan ilmu ekologi. Ilmu
ekologi dengan ilmu lainnya ini sangat berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan dengan
lainnya, hal ini dikarenakan saling ketergantungan satu sama lain saling timbal balik dan saling
melengkapi.

2.5 Struktur Organisasi Kehidupan dalam Kajian Ekologi

Dalam ruang lingkup Biologi, organisme yang dipelajari, khususnya makhluk hidup
terdiri atas berbagai tingkatan organisasi kehidupan. Tingkatan organisasi yang dipelajari
dimulai dari yang paling sederhana hingga tingkatan yang kompleks. Tingkatan organisasi
kehidupan dimulai dari molekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, individu, populasi,
ekosistem, hingga ke tingkatan bioma (Campbell, et al, 2004).
1. Organisasi kehidupan tingkat individu. Individu merupakan organisme yang tersusun oleh
kumpulan sistem organ. Kumpulan sistem organ tersebut membentuk individu. Adanya
berbagai sistem organ yang memiliki fungsi berbeda, membuat suatu individu mampu
melakukan fungsi hidupnya dengan baik. Contoh organisasi kehidupan tingkat individu
adalah seekor kucing, seekor ular, dan seorang manusia.
2. Organisasi kehidupan tingkat populasi.Organisasi kehidupan tingkat populasi terbentuk oleh
spesies atau individu yang sejenis. Populasi sendiri merupakan kelompok yang terdiri atas
spesies sejenis atau sama dan mendiami suatu habitat. Habitat merupakan tempat hidup suatu
makhluk hidup.
3. Organisasi kehidupan tingkat komunitas.Komunitas merupakan sekelompok populasi yang
hidup dalam suatu daerah dan menempati lingkungan yang sama. Komunitas merupakan
organisasi kehidupan yang memiliki banyak objek untuk diamati. Contohnya, komunitas
sungai terdapat populasi katak, populasi udang, dan populasi plankton.
4. Organisasi kehidupan tingkat ekosistem.Ekosistem merupakan beberapa macam populasi
yang berinteraksi dengan lingkungannya tempat mereka hidup baik dengan komponen biotik
maupun komponen abiotiknya. Di dalam ekosistem, organisasi kehidupan berlangsung
sangat kompleks. Antarpopulasi terdapat suatu hubungan simbiosis serta siklus energi dan
materi. Siklus energi ini terjadi melalui suatu peristiwa makan dimakan yang membentuk
sebuah rantai makanan. Bahkan terdapat siklus energi yang lebih luas dan rumit dalam suatu
jaring-jaring makanan.
5. Organisasi kehidupan tingkat bioma.Bioma merupakan organisasi kehidupan yang cukup
beragam, khususnya jenis makhluk hidup di dalamnya. Bioma adalah satuan daerah daratan
yang luas di bumi bercirikan sejenis tumbuhan dominan di daerah tersebut. Contohnya bioma
gurun, bioma taiga, bioma hutan hujan tropis, dan bioma tundra.
6. Organisasi tingkat biosfer (lapisan kehidupan) adalah seluruh planet bumi beserta makhluk
hidup yang ada di dalamnya.

Hubungan Antar komponen dalam ekosistem adalahsuatu interaksi dalam ekosistem yang
menyediakan nutrisi untuk setiapmakhluk hidup yang sangat diperlukan untuk pemeliharaan diri,
pertumbuhan, dan perkembangbiakan. Contohnya hubungan simbiosis dan kompetisi.
1. Hubungan Simbiosis, merupakan hubungan dua organisme yang hidup bersama dalam suatu
hubungan nutrisi yang erat.
2. Hubungan Kompetisi, merupakan hubungan persaingan antar makhluk hidup untuk
mempertahankan hidupnya.

Aliran Energi yang Melintasi Ekosistem merupakan perpindahan aliran energi yang
terjadi dari komponen komponen di dalam ekosistem, di bagi menjadi dua yaitu rantai makanan
dan jaring – jaring makanan.
1. Rantai makanan, merupakan proses makan dan dimakan di antara organisme dengan urutan
satu arah yang mengakibatkan terjadinya perpindahan energi dari satu organisme ke
organisme yang lainnya.
2. Jaring-jaring Makanan, rantai-rantai makanan yang saling berhubungan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme
dengan lingkungannya.
B. Sejarah ekologi ditemukan oleh para peneliti dahulu yang menetapkan bahwa ekologi
merupakan timbul karena adanya hubungan timbale balik antara organisme dengan
lingkungannya. Semakin lama ekologi mengalami perkembangan akibat dari interaksi
antara adanya interaksi antara makhluk hidup dengan alam atau lingkungan.
C. Ruang lingkup ekologi mencakup tentang individu, populasi, komunitas, ekosistem serta
biosfer.
D. Semakin berkembangnya zaman, ekologi memiliki banyak keterkaitan dengan ilmu-ilmu
lain yang hubungannya saling melengkapi dan saling terikat.
E. Struktur organisasi kehidupan dalam ekologi dimulai dari molekul, sel, jaringan, organ,
sistem organ, individu, populasi, ekosistem, hingga ke tingkatan bioma
DAFTAR RUJUKAN

Andi M. A. dan Syarifuddin, 2007.Mengungkap Kearifan Lingkungan Sulawesi Selatan. PPLH


Regional Sulawesi, Maluku dan Papua, Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI dan
Masagena Press, Makasar.

Campbell, J.B., L.G. Reece dan Mitchell. 2004. Biologi. Edisi kelima. Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.

Irwan, Z. D. 2015. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan Pelestariannya. PT


Bumi Aksara. Jakarta

Kormondy, E.J. (1969). Concepts of Ecology. Prentice-Hall Inc., New Jersey.


Odum, E.P. (1971). Fundamentals of Ecology.3rd. ed. W.B. Saunders Co. Philadelphia.

Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ritohardoyo, Su. 2006. Bahan Ajar Ekologi Manusia. Program Studi Ilmu Lingkungan, Sekolah
Pascasarjana, UGM, Yogyakarta

Senoaji, G. 2003. Kearifan Lokal Masyarakat Baduy Dalam Mengelola Hutan dan
Lingkungannya, Tesis S 2 Ilmu Kehutanan, UGM, Yogyakarta.

Sunarko dan Kristiyanto, E, 2008. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi : Tinjauan Teologis
atas Lingkungan Hidup. Kanisius, Yogyakarta.

Thompson GF, FR Stainer. 1997. Ecological Design and Planning. J Wiley. New York.

Utomo, S.W,dkk. Modul Ekologi. (Online) http://repository.ut.ac.id/4305/1/BIOL4215-M1.pdf.


Diakses pada tanggal 25 Januari 2018.

Wardhana, W. 1999. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Indonesia, Jurusan Biologi. Depok

You might also like