You are on page 1of 17

PLANT SURVEY

I. Definisi
Plant survey adalah salah satu cara awal yang dilakukan untuk mengidentifikasi
bahaya-bahaya potensial yang terdapat pada lingkungan kerja, dengan cara mempelajari
alur produksi yang digunakan dan dilanjutkan dengan melihat secara langsung ke
lapangan atau tempat kerja . Apabila dilakukan hanya pada satu kali kunjungan dan tidak
melakukan pengukuran, juga sering disebut sebagai walk through survey.
Kegiatan plant survey dilakukan dalam sebuah tim yang terdiri dari dokter dan tenaga
kesehatan terkait untuk melakukan observasi, wawancara, dan pengukuran dengan
menggunakan daftar tilik yang telah disusun sebelumnya.
Dalam bahasa Indonesia, sering digunakan istilah ’Kunjungan Perusahaan’ namun
tidak selalu tepat, karena istilah tersebut digunakan untuk semua kegiatan berkunjung ke
perusahaan, termasuk hanya melihat bagaimana suatu produk dibuat.

II. Tujuan
Tujuan kegiatan plant survey bagi dokter layanan primer adalah:
1. Tujuan umum :
Agar dokter secara langsung melihat lingkungan kerja dan proses kerja suatu
komunitas pekerja yang dapat merupakan faktor risiko gangguan kesehatan dan
kecelakaan yang mungkin terjadi, sehingga memahami pengaruh lingkungan
terhadap kesehatan.
2. Tujuan khusus :
a. Mampu mengidentifikasi bahaya potensial/faktor risiko terhadap kesehatan
dan keselamatan pekerja di suatu perusahaan/tempat kerja yang berhubungan
dengan masalah kesehatan pasien
b. Mampu mengidentifikasi gangguan kesehatan yang mungkin timbul dengan
adanya bahaya potensial tertentu di suatu tempat kerja
c. Mampu menjelaskan upaya perlindungan dan pencegahan yang telah atau
dapat dilakukan oleh perusahaan
d. Mampu memberikan rekomendasi untuk perbaikan upaya kesehatan dan
keselamatan kerja bagi pekerja di suatu perusahaan, yang bersifat evidence-
based (berdasarkan referensi yang mutakhir)
III. Walk Through Survey
Walk Through survey adalah survei untuk mendapatkan informasi yang relatif
sederhana tapi cukup lengkap dalam waktu yang relatif singkat sehingga diperlukan
upaya pengumpulan data untuk kepentingan penilaian secara umum dan analisa
sederhana. Walk Through Survey dan Check list Walk through survey merupakan teknik
utama yang penting untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi potensi bahaya di
lingkungan kerja yang dapat memberikan efek atau gangguan pada kesehatan pekerja
yang terpajan.
Sebelum melakukan walk through survey perlu diperhatikan masalah kerahasiaan
perusahaan (trade secrecy) dan konfidensialitas pekerja. Sebelum melakukan pemotretan
perlu dimintakan ijin terlebih dahulu kepada pimpinan perusahaan. Ada dua lasan untuk
melarang pemotretan : Pertama trade secrecy dan kedua adalah safety. Ada beberapa
sensor pemadam api yang bekerja dengan adanya cahaya.
Keuntungan dari melakukan survey ini termasuk :
a. Memperoleh satu pandangan umum tentang seluruh operasional
b. Dapat mengidentifikasi kunci dari kebahayaan di area tempat kerja
c. Mengakses keefektifitas terhadap metode control pada tempat
Pada saat ‘walk-through’, pihak okupasi kesehatan dapat menanyakan hal-hal seperti
berikut :
a. Apakah suatu tindakan pengukuran diperlukan di area ini?
b. Jika iya, bahaya (hazard) apa yang perlu diukur?
c. Dimana sebaiknya diukur?
d. Pekerja mana yang sering terpapar?
e. Kapan seharusnya pengukuran tersebut dibuat?
f. Kesimpulan apa yang dapat diambil setelah hasil didapatkan?

IV. Bahaya Potensial (Hazard)


Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya
kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Potensi bahaya mempunyai
potensi untuk mengakibatkan kerusakan dan kerugian kepada :
a. Manusia yang bersifat langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan,
b. Properti termasuk peralatan kerja dan mesin-mesin,
c. Lingkungan, baik lingkungan di dalam perusahaan maupun di luar
perusahaan,
d. Kualitas produk barang dan jasa,
e. Nama baik perusahaan.
Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan dasar untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat dipergunakan untuk mengadakan upaya-
upaya pengendalian dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja yang mungkin
terjadi. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari
berbagai faktor, antara lain :
a. Faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada peralatan
kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri;
b. Faktor lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di
dalam lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan
baku, baik produk antara maupun hasil akhir;
c. Faktor manusia, merupakan potensi bahaya yang cukup besar terutama
apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut tidak berada dalam
kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Beberapa jenis potensi bahaya yang terdapat pada perusahaan atau komunitas pekerja,
yaitu:
1. Potensi bahaya fisik, yaitu potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya:
terpapar kebisingan intensitas tinggi, suhu ekstrim (panas & dingin),
intensitas penerangan kurang memadai, getaran, radiasi.
2. Potensi bahaya kimia, yaitu potesni bahaya yang berasal dari bahan-bahan
kimia yang digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat
memasuki atau mempengaruhi tubuh tenga kerja melalui : inhalation (melalui
pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran pencernaan), skin contact
(melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh tenaga
kerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk
potensi bahaya debu, gas, uap, asap, bahan beracun (toksisitas), cara masuk
ke dalam tubuh.
3. Potensi bahaya biologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau ditimbulkan
oleh kuman-kuman penyakit yang terdapat di udara yang berasal dari atau
bersumber pada tenaga kerja yang menderita penyakit-penyakit tertentu,
misalnya : TBC, Hepatitis A/B, Aids,dll maupun yang berasal dari bahan-
bahan yang digunakan dalam proses produksi
4. Potensi bahaya fisiologis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau yang
disebabkan oleh penerapan ergonomi yang tidak baik atau tidak sesuai
dengan norma-norma ergonomi yang berlaku, dalam melakukan pekerjaan
serta peralatan kerja, termasuk : sikap dan cara kerja yang tidak sesuai,
pengaturan kerja yang tidak tepat, beban kerja yang tidak sesuai dengan
kemampuan pekerja ataupun ketidakserasian antara manusia dan mesin.
5. Potensi bahaya Psiko-sosial, yaitu potensi bahaya yang berasal atau
ditimbulkan oleh kondisi aspek-aspek psikologis ketenagakerjaan yang
kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian seperti : penempatan tenaga
kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat, kepribadian, motivasi,
temperamen atau pendidikannya, sistem seleksi dan klasifikasi tenaga kerja
yang tidak sesuai, kurangnya keterampilan tenaga kerja dalam melakukan
pekerjaannya sebagai akibat kurangnya latihan kerja yang diperoleh, serta
hubungan antara individu yang tidak harmonis dan tidak serasi dalam
organisasi kerja. Kesemuanya tersebut akan menyebabkan terjadinya stres
akibat kerja.
6. Potensi bahaya dari proses produksi, yaitu potensi bahaya yang berasal
atau ditimbulkan oleh bebarapa kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi, yang sangat bergantung dari: bahan dan peralatan yang dipakai,
kegiatan serta jenis kegiatan yang dilakukan.

V. Menentukan Cara Pengamatan


Hasil pengamatan dan observasi di lapangan akan dianalisa berdasarkan standar
penentuan risiko. Penulisan laporan berdasarkan pengamatan dan klarifikasi dari pihak
manjemen.
Aktivitas pengamatan ini meliputi beberapa rangkaian yaitu:
1. Opening conference
2. Walkthrough survey
3. Closing conference
Kriteria risiko dari suatu aktivitas ditetapkan berdasarkan:
1. Jenis pekerjaan yang dilakukan dan aktivitas yang berisiko.
2. Lingkungan tempat bekerja.
3. Alat yang dipakai untuk bekerja.
4. Kompetensi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
5. Literature review.
6. Riwayat kecelakaan atau hampir celaka sebelumnya.
7. Besarnya akibat yang pernah tercatat atau pernah dilaporkan oleh karena
mengerjakan jenis pekerjaan tertentu dengan alat tertentu.
8. Berbagai kemungkinan yang tidak terprediksi.

Risk Assesment
Risk (R) = E x P
1. R : Risiko
2. E : Effect = Severity hazard
(Berapa besar resiko)
3. P : Likelihood of Accurancy (kemungkinan terjadinya)

Efek
Adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu bahaya.
Kriteria :
1. Insignificant/tidak significant
2. Minor
3. Moderate
4. Mayor
5. Irreversibel

Tingkat keparahan efek bahaya akibat kecelakaan kerja:

Tingkat Kriteria Penjelasan

1 Insignificant Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil

Memerlukan perawatan P3K, langsung dapat ditangani,


2 Minor
kerugian materi sedang

Memerlukan perawatan medis, memerlukan bantuan pihak luar,


3 Moderate
kerugian materi cukup besar
Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara
4 Mayor
total, kerugian materi besar

Catastropic/
5 Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar
bencana
Probability
Merupakan keseringan munculnya situasi tidak aman yang mengakibatkan efek yang telah
teridentifikasi.
Probability situasi tidak aman dikategorikan kedalam lima klasifikasi:

Tingkat Kriteria Penjelasan

Almost certain/hampir Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi/setiap


A
pasti kegiatan yang dilakukan

Likely/cenderung Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua


B
mungkin terjadi kondisi

Moderate/mungkin Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi


C
dapat terjadi tertentu

Unlikely/kecil
Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi
D kemungkinannya
tertentu, namun kecil kemungkinan terjadi
terjadi

Rare/jarang sekali Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi
E
terjadi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-tahun

Penilaian resiko (R)


Secara analogi matematis, risiko merupakan perkalian antara tingkat keparahan efek bahaya
dengan probabilitinya.

Matrix Penilaian Risiko

Peluang Akibat
1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E
C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

E : Extreme risk/Risiko ekstrim, memerlukan penanganan/ tindakan segera


H : High risk/Risiko tinggi, memerlukan perhatian pihak senior manajemen
M : Moderate risk, harus ditentukan tanggung jawab manajemen terkait
L : Low risk/

VI. Profil Pekerja


Biodata Pekerja 1
Nama : Tn. Z
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 44 th
Anak ke : Ke-1 dari 2 bersaudara
Status : Menikah
Alamat : Kaliabang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam

Biodata Pekerja 2
Nama : Tn. J
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 42 th
Anak ke : Ke-2 dari 3 bersaudara
Status : Menikah
Alamat : Kaliabang
Pendidikan : SMA
Agama : Islam

Biodata Pekerja 3
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 38 th
Anak ke : Ke-2 dari 2 bersaudara
Status : Menikah
Alamat : Cakung
Pendidikan : SMA
Agama : Islam

VII. Profil Tempat Kerja


1. Sektor Pekerjaan : Informal
2. Alamat Kantor : Kp. Pulo Timaha RT013-008 Kec Babelan, Kab Bekasi
3. Jam Kerja : 08.00-17.00 WIB
4. Jumlah Pekerja : 3 orang

VIII. Alur Pelaksanaan Kegiatan


Dalam melakukan pekerjaan dibutuhkan proses mulai dari memotong kayu
menggunakan mesin potong (dipotong dan diukur sesuai dengan model yang di
pesan), perakitan kayu, penghalusan kayu (menyerut kayu menggunakan mesin serut
kayu dan amplas), dan finishing (mengecat dengan cat plitur).
1. Memotong kayu
Dalam memotong kayu pekerja memotong menggunakan mesin alat potong. Pekerja
berdiri pada saat memotong kayu.
2. Perakitan kayu
Kayu yang telah dihaluskan kemudian dirakit dan di susun sesuai bentuk pesanan
pelanggan menggunakan alat kerja berupa palu, paku, dan lem.
3. Penghalusan kayu
Setelah kayu disusun sesuai model pesanan, kayu dihaluskan. Proses penghalusan
kayu dilakukan dua kali, pertama menggunakan mesin penghalus kayu, kedua
dilakukan secara manual menggunakan amplas. Dari proses penghalusan
menghasilkan debu dan kebisingan oleh mesin.
4. Finishing
Setelah kayu dirakit kayu yang sudah jadi dicat menggunakan cat kayu dan kemudian
diplitur. Tahap selanjutnya adalah memasang gagang lemari, kaca, dan asesoris
lainnya. Pada tahap ini menggunakan alat palu, paku dan lem kayu. Pada proses ini
pekerja terpapar oleh uap cat kayu dan plitur yang digunakan.

VIII. RISK ASSESMENT


1. Memotong Kayu
Cedera yang mungkin terjadi dapat berupa pegal-pegal, low back pain, hernia nukleus
pulposus karena pekerja akan melakukan gerakan berdiri-membungkuk berulang kali
dalam waktu 3-4 jam. Pada proses ini pekerja juga terpapar oleh suara bising mesin
pemotong kayu selama berjam-jam dan pekerja tidak menggunakan penutup telinga
saat bekerja.
2. Perakitan Kayu
Pada tahap ini terdiri dari proses menyatukan kayu-kayu yang sudah dibentuk
menggunakan paku. Pada proses ini pekerja merakit kayu dalam posisi berdiri,
membungkuk dan jongkok. Proses ini juga menggunakan alat kerja berupa palu, paku,
lem, dan meteran. Barang-barang yang sudah digunakan tidak dirapikan dan
cenderung ditaruh sembarangan. Cedera yang mungkin terjadi berupa pegal-pegal,
hernia nucleus pulposus (karena gerakan berdiri, membungkuk dan jongkok), dan
cedera terkena alat kerja.
3. Penghalusan Kayu
Pada tahap ini pekerja menghaluskan permukaaan kayu dengan menggunakan mesin
serut kayu, dimana mesin serut kayu menghasilkan suara bising dan debu kayu. Pada
proses ini dapat terjadi risiko terhirup debu kayu dan terapapar suara bising mesin
serut kayu. Pekerja biasanya melakukan penghalusan kayu selama 3-4 jam.
4. Finishing
Pada tahap ini, cat yang digunakan pekerja dapat menguap dan terhirup oleh pekerja.
Pekerja juga berisiko terkena alat-alat tajam yang digunakan saat bekerja.

Risk Assesment
Risk (R) = E x P
 R : Resiko
 E : Effect = Severity hazard
(Berapa besar resiko)
 P : Likelihood of Accurancy (kemungkinan terjadinya)
Efek
Adalah akibat yang ditimbulkan dari suatu bahaya dengan kriteria :
 Insignificant/tidak significant
 Minor
 Moderate
 Mayor
 Irreversibel
Tabel 1. Tingkat Keparahan Efek Bahaya Akibat Kecelakaan Kerja
Tingkat Kriteria Penjelasan
1 Insignificant Tidak ada cidera, kerugian materi sangat kecil
2 Minor Memerlukan perawatan P3K, langsung dapat ditangani, kerugian
materi sedang
3 Moderate Memerlukan perawatan medis, memerlukan bantuan pihak luar,
kerugian materi cukup besar

4 Mayor Cidera yang mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total,


kerugian materi besar

5 Catastropic/ bencana Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar

Probability
Merupakan keseringan munculnya situasi tidak aman yang mengakibatkan efek yang telah
teridentifikasi.

Tabel 2. Probability Situasi Tidak Aman Dikategorikan Kedalam Lima Klasifikasi

Tingkat Kriteria Penjelasan

A Almost certain/hampir Suatu kejadian akan terjadi pada semua kondisi/setiap


pasti kegiatan yang dilakukan

B Likely/cenderung Suatu kejadian mungkin akan terjadi pada hampir semua


mungkin terjadi kondisi

C Moderate/mungkin Suatu kejadian akan terjadi pada beberapa kondisi tertentu


dapat terjadi

D Unlikely/kecil Suatu kejadian mungkin terjadi pada beberapa kondisi


kemungkinannya tertentu, namun kecil kemungkinan terjadi
terjadi
E Rare/jarang sekali Suatu insiden mungkin dapat terjadi pada suatu kondisi
terjadi yang khusus/luar biasa/setelah bertahun-tahun

Penilaian resiko (R)


Secara analogi matematis, risiko merupakan perkalian antara tingkat keparahan efek bahaya
dengan probabilitinya. penilaian risiko dapat dilihat pada table matrix penilaian risiko
dibawah.

Tabel 3. Matrix Penilaian Resiko


Peluang Akibat

1 2 3 4 5

A H H E E E

B M H H E E

C L M H E E

D L L M H E

E L L M H H

E : Extreme risk/Risiko ekstrim, memerlukan penanganan khusus di tingkat managemen


puncak/ penanganan segera/ kondisi darurat
H : High risk/Risiko tinggi, memerlukan perhatian pihak senior manajemen dan melakukan
tindakan perbaikan secepat mungkin
M : Moderate risk, harus ditentukan tanggung jawab manajemen terkait/ kondisi bukan
darurat
L : Low risk/ Risiko rendah, kendalikan dengan prosedur rutin yang berlaku
Table 4. Mengenal Hazard Pada Para Tukang Mebel di CV. Wira Praja

Bahaya Potensial Yang sudah dilakukan


Bi K
Critical Gangguan Kecelakaan
No ol i Psiko Peralatan Jumlah Pekerja
Task Fisik Ergonomi Kesehatan Peraturan APD yang mungkin
o m logi Kerja
gi ia
1. Memotong Cedera - - Melakukan gerakan - Low back pain Mesin - - Nyeri pada
Kayu karena berdiri dan membungkuk (LBP), potong punggung
mata pisau berulang kali dalam Musculosceletal kayu bawah.
mesin waktu 3-4 jam. disorders Cedera akibat
potong (MSD), vulnus penggunaan
kayu dan amputatum, mesin potong.
suara induced hearing Suara mesin
bising loss. yang bising
menyebabkan
kehilangan
pendengaran.
2. Perakitan Cedera - - Melakukan gerakan - Vulnus Palu, paku, - -
Kayu karena berdiri dan membungkuk punctum, dan lem.
terkena serta berjongkok berulang vulnus Tertusuk paku,
alat kerja kali excoriasi, terkena alat-
yang tidak kontusio, Low alat yang
dirapihkan back pain digunakan dan
kembali (LBP), dan alat-alat yang
Musculosceletal berserakan.
disorders
(MSD).
3. Penghalusa Terkena - - - Induced hearing Mesin serut - - Cedera akibat
n Kayu mesin loss, vulnus kayu dan penggunaan
serut kayu, laseratum, dan amplas mesin serut.
terhirup ISPA Terhirup 3 orang
serpihan serbuk kayu.
kayu, Suara mesin
cedera yang bising
telinga menyebabkan
karena kehilangan
suara pendengaran.
mesin
serut.
4. Finishing Terhirup - - - Infeksi Saluran Cat plitur, - - Terhirup uap zat
uap cat Pernafasan Atas cat kayu, kimia, terkena
kayu dan dan vulnus paku, palu, alat-alat yang
cat plitur punctum dan lem digunakan dan
yang alat-alat yang
digunakan berserakan
IX. IDENTIFIKAS FAKTOR RISIKO

Alat dan Identifikasi Faktor


Urutan Kerja Safety Effect Healthy Effect
Bahan Kerja Risiko

Memotong Kayu Mesin potong Terlalu mendadak Nyeri pada Low back pain
kayu punggung bawah, (LBP),
merubah posisi
terpapar suara Musculosceletal
berdiri ke posis bising dan terkena disorders (MSD),
pisau mesin vulnus
membungkuk dan
amputatum,
menjongkok. induced hearing
loss.
Alat mesin potong
yang tajam dan
bising.
Perakitan Kayu Palu, paku, Pekerja tidak Kaki atau tangan Vulnus punctum,
dan lem. terluka karena vulnus excoriasi,
berhati-hati dalam
terkena paku atau kontusio, Low
bekerja dan alat-alat alat kerja jatuh back pain (LBP),
mengenai kaki. dan
kerja yang tidak
Musculosceletal
dirapihkan. disorders (MSD).

Menghaluskan Mesin serut Tidak berhati-hati Terhirup serbuk- Induced hearing


Kayu kayu dan serbuk kayu, loss, vulnus
dalam menggunakan
amplas terkena pisau laseratum, dan
alat kerja, mesin mesin, dan ISPA
terpapar suara
serut kayu yang
bising selama
tajam dan bising. berjam-jam.

Finishing Cat kayu, cat Zat-zat cat yang Terhirup uap zat Infeksi Saluran
plitur, palu, kimia dan terkena Pernafasan Atas
digunakan mudah
paku, dan lem. alat kerja dan vulnus
menguap dalam suhu punctum
ruangan dan alat
kerja yang tidak
dirapihkan kembali.

14
Alat dan Safety Effect E P R
Urutan
Bahan Identifikasi Faktor Risiko
Kerja
Kerja
Memotong Mesin Terlalu mendadak merubah Nyeri pada punggung bawah,
Kayu potong terpapar suara bising dan
posisi berdiri ke posis
kayu terkena pisau mesin
membungkuk dan
2 C M
menjongkok.
Alat mesin potong yang
tajam dan bising.
Perakitan Palu, Pekerja tidak berhati-hati Kaki atau tangan terluka
Kayu paku, dan karena terkena paku atau alat
dalam bekerja dan alat-alat 2 C M
lem. kerja jatuh mengenai kaki.
kerja yang tidak dirapihkan.
Menghalusk Mesin Tidak berhati-hati dalam Terhirup serbuk-serbuk kayu,
an Kayu serut kayu terkena pisau mesin, dan
menggunakan alat kerja,
terpapar suara bising selama 2 C M
mesin serut kayu yang berjam-jam.
tajam dan bising.
Finishing Cat kayu, Zat-zat cat yang digunakan Terhirup uap zat kimia dan
cat plitur, terkena alat kerja
mudah menguap dalam
palu,
paku, dan suhu ruangan dan alat kerja 1 C L
lem.
yang tidak dirapihkan
kembali.

X. MANAJEMEN RISIKO
1. Pada risiko terjadinya MSD dan LBP, pekerja harus diberikan edukasi untuk tidak
bekerja secara tergesa-gesa dan harus hati-hati dalam hal ini yaitu pekerja sebaiknya
mengganti posisi dari berdiri ke membungkuk tidak terlalu cepat. Pekerja juga harus
beristirahat setiap 2 jam sekali dengan cara merenggangkan badan.
2. Pada risiko terjadinya vulnus punctum, vulnus excoriasi, dan kontusio harus lebih
berhati hati dalam bekerja, meningkatkan konsentrasi dengan makan gizi seimbang
dan berolah raga yang cukup serta istirahat yang cukup. Pekerja dianjurkan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan sepatu kerja.

15
3. Pada risiko terjadinya noise induced hearing loss akibat bekerja yang terlalu lama
pada ruangan dengan suara bising, pekerja di harapkan untuk membatasi waktu
kerja dan menggunakan penutup telinga (earplug).
4. Pada risiko terjadinya infeksi saluran pernafasan atas akibat zat kima yang
digunakan. Pekerja disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri berupa
masker atau pekerja mengecat kayu pada ruangan terpisah dengan ruangan lainnya.

XI. KESIMPULAN
1. Terdapat bahaya potensial secara fisik dan ergonomik terhadap kesehatan dan
keselamatan kerja para pekerja kayu di CV. Wira Praja
2. Setiap bahaya potensial dapat menyebabkan penyakit yang dapat mengganggu
kinerja pekerja, namun upaya pencegahan dapat dilakukan oleh pihak pekerja itu
sendiri.

XII. SARAN
1. Pihak Pekerja
 Berhati-hati dalam bekerja
 Menggunakan alat pelindung diri saat bekerja agar terhindar dari risiko cedera.
 Berolah raga rutin, makan makanan yang bergizi seimbang serta istirahat yang
cukup untuk meningkatkan konsentrasi

2. Pihak yang memperkerjakan


 Memberikan jaminan kesehatan bagi pekerjanya
 Mengupayakan tindakan preventif dan promotif
 Menyediakan fasilitas yang menunjang pekerja dalam melakukan pekerjaannya
seperti alat pelindung diri (masker, sarung tangan, sepatu dan earplug).

16
LAMPIRAN

17

You might also like