You are on page 1of 13

ISSN : 1693-9883

Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 3, Desember 2009, 119 - 131

AMOBILISASI SEL LACTOBACILLUS


ACIDOPHILUS FNCC116 UNTUK
DEMINERALISASI LIMBAH KULIT UDANG
DALAM PENGOLAHAN KITIN
Ofa Suzanti Betha*, Siswa Setyahadi**, Herman Suryadi***
* UIN Syarif Hidayatullah, FKIK Program Studi Farmasi
** Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi - BPPT
*** Universitas Indonesia FMIPA, Departemen Farmasi

ABSTRACT
Chitin, a homopolimer, is the most abundant renewable natural resources after
cellulose. Chitin and its derivatives hold many applications in agriculture, textile,
pharmacy and medic. Chitin that extracted from waste shrimp shells by biological
fermentation has better quality than chemical procees. Demineralization of chitin by
biological procees use lactic acid as product of fermentation. Deproteinization of chitin
use proteolytic activity of enzyme that produce by bacteria in fermentation. Lacto-
bacillus acidophilus FNCC116 has been immobilized by entrapment methods and
2% sodium alginate in 0,2 M CaCl2 as the matric . The ability of immobilized Lacto-
bacillus acidophilus FNCC116 cell in fermentation was tested. The fermentation
that was carried out in medium which consist of 6% glukosa, 1,5% yeast extract,
0,003% MnSO4 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O and has been producted
2,24% lactic acid. Demineralization of waste shrimp shell with 30% immobilized
Lactobacillus acidophilus FNCC116 cell has successfully decreased ash content tol
1,18% and produced lactic acid maximum 2.24%. Immobilization of Lactobacillus
acidophilus FNCC116 cell promised an efficient method in bioproceesing of chitin
recovery.
Key words : Immobilization cell, chitin, Lactobacillus acidophilus.

ABSTRAK
Kitin merupakan salah satu polimer alam yang banyak tersedia dialam sesudah selulosa.
Kitin dan turunannya telah banyak digunakan diberbagai bidang diantaranya
pertanian, tekstil, khususnya farmasi dan kesehatan. Limbah kulit udang yang
merupakan sumber bahan baku pengolahan kitin menghasilkan kualitas kitin yang
lebih baik apabila diolah dengan cara biologi dibandingkan cara kimia. Pengolahan
kitin secara biologi menggunakan asam laktat untuk demineralisasi dan enzim pro-
tease hasil fermentasi bakteri untuk proses deproteinasi. Telah dilakukan penelitian

Corresponding author : E-mail : ofa_betha@yahoo.co.id.

119
terhadap kemampuan sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116 dalam proses
demineralisasi limbah kulit udang dalam ekstraksi kitin dengan tujuan untuk efisiensi
proses fermentasi. Proses amobilisasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan metoda
penjerapan sel di dalam matrik natrium alginat 2% yang selanjutnya direaksikan
dengan CaCl2 0,2M. Proses demineralisasi limbah kulit udang menggunakan sel amobil
Lactobacillus acidophilus FNCC116 30% dan medium yang terdiri dari 6% glukosa,
1,5% yeast, 0,003% MnSO4, 0,003% FeSO4.7H2O, 0,02% MgSO4.7H2O mampu
menghasilkan asam laktat sampai 2,24% dan mampu menurunkan kadar abu dalam
kulit udang sampai dengan 1,18%. Hasil penelitian ini menunjukkan, sel amobil
Lactobacillus acidophilus FNCC116 mampu menurunkan kadar abu dan kadar
protein kulit udang dalam tahapan pengolahan kitin secara biologi.
Kata kunci : Amobilisasi, kitin, natrium alginat, Lactobacillus acidophilus.

PENDAHULUAN sedang dikembangkan untuk diguna-


kan sebagai bahan baku dalam sedia-
Kitin merupakan suatu senyawa an obat lepas terkendali (4,5). Kitin,
polisakarida yang terdiri dari N- kitosan maupun turunannya juga
asetil glukosamin dan D-glukosamin diketahui memiliki aktivitas biologi
yang dihubungkan oleh ikatan gli- diantaranya antibakteri (6), anti-
kosida β,1→4. Ketersediaan senyawa koagulan (7), pengikat lemak (8,9)
ini di alam adalah kedua terbanyak yang potensial untuk digunakan
setelah selulosa. Kitin secara alami dalam terapi pengobatan. Diantara
berada dalam bentuk terikat pada aplikasi kitin dalam bidang kesehatan
protein, material anorganik terutama yang telah dipasarkan adalah kitin
kalsium karbonat, pigmen dan digunakan sebagai pembalut luka
lemak. Kitin ditemukan sebagai karena aktivitasnya yang dapat mem-
penyusun utama pada cangkang percepat penyembuhan luka (10, 11).
famili Crustaceae atau udang-udang Kitin yang berada di pasaran
(1). Kitin juga ditemukan pada umumnya didapatkan dari limbah
serangga, moluska, jamur (2). industri bahan pangan hasil laut.
Kitin dan senyawa turunannya Limbah hasil laut yang banyak
terutama kitosan, memiliki banyak digunakan adalah kulit udang,
kegunaan di berbagai bidang baik kepiting dan lobster. Proses ekstraksi
farmasi, kedokteran, biokimia, per- kitin secara kimia dilakukan melalui
tanian, pangan, tekstil, makanan, dan dua tahapan yaitu demineralisasi dan
lingkungan hidup. Dibidang farmasi, deproteinasi menggunakan asam
kitosan digunakan sebagai bahan kuat dan basa kuat. Proses secara
baku untuk berbagai sediaan obat kimia ini memiliki resiko dapat
diantaranya tablet, krim dan lotion menyebabkan hidrolisis polimer
(3). Kitosan dan turunannya juga kitin, sehingga akan mempengaruhi

120 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


sifat fisiologi kitin yang dihasilkan. proses inokulasi bakteri untuk setiap
Penggunaan bahan kimia juga akan kali proses fermentasi (17). Perkem-
menambah masalah pencemaran bangan bioteknologi selanjutnya
pada lingkungan (12). memberikan alternatif pemecahan
Sebagai alternatif proses eks- dengan proses amobilisasi bakteri.
traksi kitin telah banyak dilakukan Keuntungan dari teknologi amo-
penelitian dengan menggunakan cara bilisasi sel diantaranya, sel dapat
biologi. Cara ini dilakukan dengan bertahan hidup dalam waktu lama
menggunakan mikroorganisme dan dapat digunakan berulang-ulang
penghasil asam laktat dan enzim sehingga dapat meningkatkan efi-
proteolitik. Demineralisasi dilakukan siensi serta akan mengurangi biaya
dengan menginokulasikan kultur produksi (18).
bakteri asam laktat dan sumber Amobilisasi terhadap bakteri Lac-
karbohidrat ke dalam limbah udang. tobacillus acidophilus FNCC116. yang
Asam laktat yang dihasilkan oleh telah berhasil digunakan pada pene-
bakteri kemudian akan melarutkan litian ini untuk demineralisasi limbah
kalsium karbonat (13). Enzim pro- kulit udang pada proses ekstraksi
teolitik didapatkan dari bakteri kitin dengan tujuan agar bakteri
penghasil enzim proteolitik seperti dapat digunakan berulang kali se-
Bacillus sp (14), Pseudomonas sp (15). hingga dapat menghemat waktu dan
Demineralisasi dan deproteinasi biaya.
kitin secara biologi mempunyai ke-
untungan, diantaranya kualitas kitin METODOLOGI
yang dihasilkan lebih baik karena
tidak menggunakan asam kuat dan BAHAN DAN ALAT
basa kuat serta temperatur yang
tinggi, dapat menghemat energi, Lactobacillus acidophilus FNCC116
dapat dihasilkan produk sampingan (kultur koleksi BPPT yang didapat-
yang bisa dimanfaatkan (12). kan dari Universitas Gajah Mada),
Dari penelitian yang dilakukan limbah kulit udang (limbah PT
oleh Herwanto, Lactobacillus acidophi- Wironto Agung). Bahan kimia yang
lus FNCC116 telah digunakan pada digunakan antara lain : Natrium
proses demineralisasi untuk ekstraksi alginat (Fluka), CaCl2H2O (Merck),
kitin. Demineralisasi dan depro- medium MRS (Pronadisa), ekstrak
teinasi menggunakan cara biologi khamir (Pronadisa), pepton (Pro-
dengan kedua bakteri ini meng- nadisa), NaCl (Applichem), glukosa
hasilkan kitin dengan kualitas yang (Merck), agar bacto (Pronadisa),
lebih baik dari pada cara kimia (16). MgSO4.7H2O (Merck), MnSO4.7H2O
Penggunaan bakteri dalam pro- (Merck), FeSO 4.7H 2O (Merck), Na 2
ses fermentasi kitin menghadapi CO3 (Merck), NaOH (Merck), CuSO4
kendala diantaranya kerumitan (Merck), NaKC 4H 4O 6.4H 2O(), KCl

Vol. VI, No.3, Desember 2009 121


(Merck), KH 2PO 4 (Merck), C 3H 6O 3 Analisa Asam laktat
(Merck), natrium sitrat (Merck), Asam laktat dianalisa meng-
buffer Tris (Merck). gunakan metoda KCKT mengguna-
Shaker Incubator, refrigerated centri- kan kolom C18 dan dielusi dengan
fuge (Hitachi), centrifuge (Sigma), H2SO4 0,0005 N dalam aquadest pada
pHmeter (Inolab), spektrofotometer kondisi analisis dengan kecepatan
(UV, U-2001 Hitachi), thermomixer aliran 0,6 ml per menit dan tem-
(Eppendorf), HPLC (Merck), tim- peratur 60 0C. Absorbansi diukur
bangan, autoklaf, hot plate magnetic menggunakan detektor UV.
stirrer, pipet mikro, alat gelas seperti Proses Demineralisasi Limbah
cawan petri, beker gelas, erlenmeyer. Kulit Udang Menggunakan Sel
Amobil Lactobacillus acidophilus
Amobilisasi sel Lactobacillus FNCC116.
acidophilus FNCC116 Pengujian dilakukan pada kon-
Amobilisasi sel dilakukan de- sentrasi limbah kulit udang 10%, 20%
ngan cara mensuspensikan sel Lacto- dan 30% b/v,menggunakan medium
bacillus acidophilus FNCC116 larutan yang mengandung glukosa 6%,
natrium alginat konsentrasi 2%. ekstrak khamir 1,5%, MnSO4 0,003%,
Campuran homogen ini diteteskan FeSO4.7H2O 0,003% dan MgSO4.7H2O
pada larutan CaCl 2 .2H 2 O 0,2 M. 0,02%, dan konsentrasi sel amobil
Butiran sel amobil yang terbentuk 20%, 30% b/v kemudian diinkubasi
didiamkan selama 30 menit di dalam pada temperatur 370C selama 48 jam
larutan, kemudian dipisahkan dan dengan kecepatan putaran 150 rpm.
dicuci dengan larutan NaCl 0,9% Pengamatan dilakukan dengan
steril. mengukur pH medium dan kadar
asam laktat pada jam ke 6, 12, 18, 24,
Fermentasi Sel Amobil Lactobacil- 30, 36, 42 dan 48. Setelah 48 jam kulit
lus acidophilus FNCC116 udang dicuci dengan aquadest kemu-
Fermentasi sel amobil dilakukan dian dikeringkan dan diukur kadar
dengan konsentrasi sel bervariasi abu akhirnya.
mengggunakan medium yang me-
ngandung glukosa 6%, ekstrak Pengukuran Kadar Abu
khamir 1,5%, MnSO4 0,003% FeSO4. dalam Kulit Udang
7H2O 0,003% MgSO4.7H2O 0,02% dan Sebanyak 1 gram sampel yang
diinkubasi dengan putaran 100 rpm telah dikeringkan, dimasukkan ke
pada temperatur 370C. Pengamatan dalam cawan keramik yang telah
dilakukan pada jam ke 6, 12, 18, 24, disiapkan, dan ditimbang beratnya
30, 36 dengan mengukur pH dan terlebih dahulu kemudian kemudian
konsentrasi asam laktat. dibakar di dalam tanur, pada tem-

122 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


peratur 6000C – 8000C selama 3 jam amobil permukaan lebih rapat dan
Sampel didinginkan dalam desikator, kompak (Gambar 1 dan 2).
kemudian ditimbang dan dihitung Dalam penelitian kali ini, dila-
kadar abunya. kukan amobilisasi menggunakan
natrium alginat sebagai matrik
HASIL DAN PEMBAHASAN karena matrik ini yang paling banyak
digunakan sebagai matrik untuk
Amobilisasi sel Lactobacillus amobilisasi bakteri secara umum,
acidophilus FNCC116 harganya lebih murah dibandingkan
Amobilisasi sel Lactobacillus aci- matrik jenis lain (17). Alginat akan
dophilus FNCC116 berhasil dilakukan membentuk gel dengan ion-ion diva-
dan didapatkan bentuk butiran yang lent pada konsentrasi tinggi. Ke-
bulat. Hasil foto SEM dengan per- kakuan struktur gel alginat akan
besaran 50 kali memperlihatkan per- bertambah secara umum seiring
bedaan bentuk permukaan butiran dengan afinitasnya terhadap ion
yang sudah mengandung sel Lacto- berdasarkan urutan sebagai berikut,
bacillus acidophilus FNCC116 dengan Mn>Co>Zn>Cd>Ni>Cu>Pb>
butiran gel alginat yang masih Ca>Sr>Ba. Tidak semua ion-ion
kosong. Butiran alginat yang kosong ini dapat digunakan untuk amobi-
lebih beralur atau kasar sedangkan lisasi sel. Ion Ca2+ adalah ion yang
butiran gel yang mengandung sel paling umum digunakan untuk tujuan

Gambar 1. Foto SEM (perbesaran 50 x) butiran alginat 2%


tanpa sel bakteri

Vol. VI, No.3, Desember 2009 123


Gambar 2. Foto SEM (perbesaran 500 x) butiran alginat 2%
tanpa sel bakteri

amobilisasi sel karena toksisitasnya kalsium (19).


paling rendah. Kemampuan alginat Prosedur amobilisasi mengguna-
membentuk gel juga ditentukan oleh kan matrik natrium alginat ini sangat
kadar asam guluronat yang menyu- sederhana dan tingkat keberhasilan-
sun struktur alginat. Kekuatan gel nya tinggi. Butiran alginat dapat
ditentukan oleh ukuran molekul dan dibuat dalam jumlah banyak dalam
komposisi struktur yang menyusun waktu singkat dan dengan meng-
alginat. Tingginya kandungan asam gunakan peralatan yang sederhana.
guluronat didalam alginat akan Konsentrasi alginat untuk amobilisasi
menyebabkan alginat dapat meng- sel biasanya 1% - 5% tergantung pada
ikat ion divalent tadi lebih baik jenis alginat yang digunakan (17).
dibandingkan dengan alginat yang Pada proses amobilisasi ini konsen-
lebih sedikit mengandung asam trasi natrium alginat yang digunakan
guluronat sehingga akan meng- untuk kedua jenis bakteri sama yaitu
hasilkan gel yang lebih kuat dan lebih 2%. Butiran sel Lactobacillus acidophi-
stabil. Variable lain yang menentu- lus FNCC116 amobil yang diperoleh
kan proses pembentukan gel dengan berbentuk bulat, dengan ukuran di-
alginat adalah jenis dan viskositas ameter 1-3 mm berwarna putih susu,
alginat yang digunakan, pH, tem- sangat berbeda dengan warna larut-
peratur, adanya senyawa seperti an gel natrium alginat yang bening
EDTA atau sitrat dan konsentrasi ion (gambar 3 dan 4).

124 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Gambar 3. Foto SEM (perbesaran 50x) sel amobil Lactobacillus
acidophilus FNCC116 dalam alginat 2%

Gambar 4. Foto SEM (perbesaran 500 x) sel amobil Lactobacillus


acidophilus FNCC116 dalam alginat 2%

Vol. VI, No.3, Desember 2009 125


Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Dari hasil pengamatan pH dan
Sel Amobil terhadap pH dan kadar asam laktat dapat dilihat
Konsentrasi Asam Laktat bahwa fermentasi sel amobil Lacto-
pada Fermentasi Sel Amobil bacillus acidophilus FNCC116 sudah
Lactobacillus acidophilus dapat menghasilkan asam laktat pada
FNCC116 jam ke 6 dengan penambahan glukosa
Hasil pengamatan pH pada me- sebesar 6%. Pada masing-masing
dium A0 mulai dari jam ke 6 sampai medium jumlah asam laktat mening-
jam ke 36 menunjukkan terjadi kat sampai akhir fermentasi. Jika
penurunan pH mulai dari 5,8 menjadi dibandingkan antara jumlah asam
3,25. Medium B0 didapatkan penu- laktat pada setiap waktu pengamatan
runan dari 5,55 menjadi 2,78 sedang- terlihat bahwa dengan bertambahnya
kan medium C0 terjadi penurunan pH konsentrasi sel amobil maka konsen-
dari 5,45 menjadi 2,78 dan medium trasi asam laktat juga lebih besar.
D0 menghasilkan penurunan pH dari Pada jam ke 36 kadar asam laktat
5,45 hingga 2,73 (Tabel 1). paling tinggi dihasilkan oleh medium
Konsentrasi asam laktat dalam D0 (sel amobil 30%) (Tabel 1).
medium A0 meningkat dari jam ke 6 Secara umum pada fermentasi sel
mulai dari 0,183% hingga 0,995%. amobil tanpa kulit udang ini terlihat
Pada medium B0 konsentrasi asam bahwa penurunan pH terjadi ber-
laktat meningkat dari 0,225% hingga banding lurus dengan jumlah asam
0,973%. Medium C0 menghasilkan laktat yang dihasilkan setiap waktu-
asam laktat mulai dari 0,271% pada nya. Jumlah asam laktat meningkat
jam ke 6 hingga 1,037%. Medium D0 sampai pada jam ke 36 dan meng-
menghasilkan asam laktat pada jam hasilkan pH yang cukup rendah pada
ke 6 sebesar 0,354% sampai 1,175% keempat medium yaitu antara 3,25 –
pada akhir fermentasi (Tabel 1). 2,73.

Tabel 1. Pengaruh konsentrasi sel amobil terhadap pH dan konsentrasi


asam laktat pada fermentasi sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116

Jam ke pH Konsentrasi asam laktat %


Sel 15% Sel 20% Sel 25% Sel 30% Sel 15% Sel 20% Sel 25% Sel 30%
6 5,80 5,55 5,45 5,45 0,18 0,23 0,27 0,35
12 5,05 5,05 5,03 4,80 0,33 0,37 0,42 0,50
18 4,80 4,80 4,56 4,35 0,51 0,60 0,65 0,69
24 4,05 4,05 3,70 3,45 0,67 0,74 0,74 0,85
30 3,50 3,50 3,20 3,20 0,69 0,80 0,88 0,92
36 3,25 2,78 2,78 2,73 0,99 0,97 1,03 1,18

126 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Demineralisasi Kulit Udang terjadi penurunan kadar abu masing-
menggunakan Sel Amobil masing sebesar 94,76%, 93,78% dan
Lactobacillus acidophilus 93,78% (Tabel 3).
FNCC116 Hasil pengukuran pH medium E
Hasil pengamatan pH medium A terjadi penurunan pH mulai dari 5,65
mulai dari jam ke 6 sampai jam ke 48 menjadi 3,67, medium F dari 5,75
terjadi kecendrungan penurunan pH menjadi 3,93, sedangkan medium F
dari 5,45 menjadi 3,62. Pada medium turun dari 5,50 menjadi 4,13.
B, pH turun dari 5,25 hingga 3,63. Hasil pengukuran kadar asam
Medium C juga mengalami penurunan laktat pada medium E terjadi ke-
pH dari 5,67 menjadi 3,83. naikan mulai dari 0,34% sampai
Produksi asam laktat pada jam ke 1,71%. Pada medium F meningkat
6 medium A cendrung meningkat dari 0,37% menjadi 2% sedangkan
mulai dari jam ke 6 sebesar 0,80% medium G dari 0,33% menjadi 2,12%.
hingga pada jam ke 48 sampai 1,66%. Hasil pengukuran kadar abu
Pada medium B dihasilkan asam kulit udang medium E, F dan G
laktat mulai 0,92% hingga 2,01%. adalah 1,2%, 2,2% dan 2,1% atau
Medium C menghasilkan asam laktat terjadi penurunan kadar abu masing-
1,04% hingga 2,00% pada akhir jam masing sebesar 94,67% 90,22% dan
ke 48 (Tabel 2). 90,67% (Tabel 3).
Hasil pengukuran kadar abu Dari pengamatan pH pada proses
kulit udang medium A, B dan C demineralisasi dalama medium A, B
adalah 1,18%, 1,40% dan 1,40% atau dan C terlihat adanya penurunan pH

Tabel 2. Pengaruh konsentrasi sel amobil dan kulit udang terhadap pH


dan konsentrasi asam laktat pada demineralisasi menggunakan
sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116
pH Konsentrasi Asam Laktat (%)
Jam Sel 30% Sel 20% Sel 30% Sel 20%
ke Kulit udang Kulit udang Kulit udang Kulit udang
10% 20% 30% 10% 20% 30% 10% 20% 30% 10% 20% 30%
6 5,45 5,25 5,67 5,45 5,25 5,67 0,80 0,92 1,04 0,80 0,92 1,04
12 4,50 4,53 4,27 4,50 4,53 4,27 1,22 1,37 1,44 1,22 1,37 1,44
18 4,00 4,10 4,25 4,00 4,10 4,25 1,60 1,80 1,85 1,60 1,80 1,85
24 3,20 3,35 3,47 3,20 3,35 3,47 1,78 1,94 1,94 1,78 1,94 1,94
30 3,50 3,48 3,59 3,50 3,48 3,59 1,65 1,96 1,99 1,65 1,96 1,99
36 3,55 3,53 3,72 3,55 3,53 3,72 1,86 2,15 2,19 1,86 2,15 2,19
42 3,50 3,60 3,75 3,50 3,60 3,75 1,85 2,17 2,24 1,85 2,17 2,24
48 3,62 3,63 3,83 3,62 3,63 3,83 1,66 2,01 2,00 1,66 2,01 2,00

Vol. VI, No.3, Desember 2009 127


Tabel 3. Pengaruh konsentrasi sel amobil dan kulit udang
terhadap kadar abu kulit udang pada demineralisasi menggunakan
sel amobil Lactobacillus acidophilus FNCC116
Kadar Abu Hasil Fermentasi Penurunan Kadar Abu
Konsentrasi (%) (%)
Sel Amobil Konsentrasi Kulit udang Konsentrasi Kulit udang
10% 20% 30% 10% 20% 30%
30% 1,2 2,2 2,1 94,76 93,78 93,78
20% 1,18 1,4 1,4 94,67 90,22 90,67

sampai pada jam ke 24 kemudian naik sama terjadi pada medium C dimana
sedikit sampai pada jam ke 48 (Tabel asam laktat tertinggi dihasilkan pada
2). Kondisi pH pada demineralisasi jam ke 36 sebesar 2,24%. Dari hasil
kulit udang juga dipengaruhi oleh ini terlihat bahwa konsentrasi kulit
terbentuknya kalsium laktat yang udang dalam medium mempengaruhi
terbentuk dari reaksi asam laktat konsentrasi asam laktat yang diha-
dengan kalsium karbonat yang silkan sel amobil meskipun per-
terdapat pada kulit udang. Kalsium bedaannya tidak terlalu besar pada
laktat yang terbentuk akan menye- medium B dan C (Tabel 2).
babkan naiknya pH medium (Rao Pengukuran kadar abu kulit
dan Stevens, 2005) sehingga pH pada udang pada medium A B dan C me-
demineralisasi kulit udang tidak nunjukkan bahwa konsentrasi kulit
sampai serendah pada fermentasi udang 10% (medium A) menghasil-
tanpa kulit udang. Jika dibandingkan kan penurunan yang lebih besar dari
pH antara medium A B dan C terlihat pada medium B dan C. Konsentrasi
bahwa pH pada medium C sedikit udang 20% dan 30% menghasilkan
lebih tinggi dari medium B dan A produk fermentasi yang lebih banyak
(Tabel 2). Hal ini terjadi karena meskipun kadar abu sedikit lebih
perbedaan konsentrasi kulit udang. tinggi. Penurunan yang lebih besar
Dari pengamatan ini dapat dilihat dengan hasil yang banyak bisa jadi
bahwa konsentrasi kulit udang dicapai dengan menambah waktu
ternyata mempengaruhi pH medium. fermentasi mengganti medium pada
Konsentrasi asam laktat tertinggi waktu tertentu.
pada medium A dicapai pada jam Dari pengamatan pH medium E,
ke 36 sebesar 1,86% kemudian turun F dan G terlihat sama dimana terjadi
lagi sampai jam ke 48 sebesar 1,66%. penurunan pH sampai jam ke 24 dan
Pada medium B konsentrasi asam pH mengalami kenaikan lagi sampai
laktat masih terus meningkat sampai pada jam ke 48. pH terendah yang
didapatkan konsentrasi tertinggi dicapai hampir sama yaitu 3,01 3,2
pada jam 42 sebesar 2,17%. Hal yang dan 2,9.

128 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


Pengamatan konsentrasi asam jam ke 24 dan hampir sama setelah
laktat pada medium E, F dan G itu. Dari pengamatan ini dapat di-
menunjukkan bahwa asam laktat katakan bahwa perbedaan konsen-
tertinggi dapat dihasilkan pada jam trasi sel amobil menyebabkan perbe-
ke 42. Medium E menghasilkan asam daan waktu pencapaian konsentrasi
laktat tertinggi sebesar 1,89%, me- maksimum asam laktat dan tidak ber-
dium F sebesar 2,17% dan medium pengaruh besar pada konsentrasi
G 2,18%. Dari hasil ini terlihat bahwa maksimum yang dapat dihasilkan.
adanya pengaruh konsentrasi kulit Perbedaan kadar abu medium A
udang pada demineralisasi ini dibanding medium E juga tidak
walaupun perbedaannya tidak terlalu terlalu besar, yaitu 1,18% dan 1,2%.
besar antara medium F dan G. Pada medium B dan F dengan kadar
Pengukuran kadar abu kulit abu 1,4% dan 2,2% dan medium C
udang pada medium E, F dan G dan G dengan kadar abu 1,4% dan
menunjukkan penurunan yang paling 2,1% bisa dikatakan bahwa perbeda-
besar terjadi pada medium E dimana an konsentrasi sel amobil mempunyai
didapatkan kadar abu yang cukup pengaruh cukup besar (Tabel 3).
kecil yaitu 1,2%. Perbedaannya
cukup jauh dengan medium F dan G KESIMPULAN
dengan kadar abu yang hampir sama
yaitu 2,2 % dan 2,1%. Dari hasil ini Bakteri Lactobacillus acidophilus
dapat dilihat bahwa perbedaan FNCC116 dapat diamobilisasi meng-
konsentrasi kulit udang dalam me- gunakan gel alginat pada konsentrasi
dium memberikan pengaruh yang natrium alginat 2%.
berarti pada konsentrasi 10%, Sel amobil Lactobacillus acidophi-
sedangkan pada konsentrasi 20% dan lus FNCC116 dengan konsentrasi
30% pengaruhnya tidak begitu besar. 30%, berhasil digunakan pada demi-
Dari data pada tabel 2 dapat dilihat neralisasi dengan konsentrasi kulit
bagaimana pengaruh perbedaan udang 10% dan dapat menurunkan
konsentrasi sel 20% dan 30% ter- kadar abu kulit udang sampai 1,18%
hadap pH, konsentrasi asam laktat
dan kadar abu kulit udang. Pengaruh DAFTAR PUSTAKA
pH tidak terlalu besar dengan tidak
terlihatnya perbedaan pH yang 1. Kumar MNVR. 1999. Chitin and
bermakna pada semua medium. chitosan fibres : a review. Bulle-
Pengaruh konsentrasi sel pada tin Material Science. 22: 905-915.
demineralisasi dengan konsentrasi 2. Subramanyam C and SLN Rao.
udang 10%, 20% dan 30% menunjuk- 1987. An enzymic method for the
kan bahwa pada konsentrasi sel yang determination of chitin and
lebih besar menghasilkan konsentrasi chitosan in fungal cell walls.
asam laktat yang lebih besar sampai J.Bioscience. 12: 125–129.

Vol. VI, No.3, Desember 2009 129


3. Kumar MNVR. 2000. A review of Clinical evaluation of chitin and
chitin and chitosan application. J. chitosan in the management of
Reactive & Functional Polymers. 46: wounds. J. Veterinary & Animal
1 -27. Sciences. 3: 160-163.
4. Tiyaboonchai W. 2003. Chitosan 12. Beaney P, J Lizardi-Mendoza, M
Nanoparticles : A Promising Sys- Healy. 2005. Comparison of
tem for Drug Delivery. Naresuan chitin produced by chemical and
University Journal. 11: 51-66. bioprocessing methods. J Chem
5. Li, Ping et al. (2008).Chitosan- Technol Biotechnol. 80: 145-150.
Alginat Nanoparticles as a Novel 13. Healy M. A Green. 2003. Bio-
Drug Delivery System for Nife- processing of marine Crustacean
dipine. International J of Biomed shell waste. Acta Biotechnol. 23:
Sci. 4: 221-228. 151- 160.
6. Yadavs AV, SB Bhise. 2004. 14. Sini KT, S Santhosh, PT Mathew.
Chitosan: A potential biomaterial 2007. Study on the production of
effective against typhoid. Current chitin and chitosan from shrimp
Scienc., 87: 1176-1178. shell by using Bacillus subtilis fer-
7. Vongchan P. 2003. Anticoagulant mentation. J. Carbohydrate Re-
activities of the chitosan poly- search. 342: 2423-2429.
sulfate synthesized from marine 15. Yu Shi, Shih, S Ing-Lung, YM
crab shell by semi-heterogeneous Tzeng, SL Wang. 2000. Protease
conditions. J. Science Asia. 29: 115- produced by Pseudomonas
120. aeruginosa K-187 and its appli-
8. Guang fei Xu, Xiaodong Huang, cation in the deproteinization of
Lianglin Xiu, Jinbiao Wu, Yinqing shrimp and crabs shell wastes. J.
Hu. (2007). Mechanism study of Enzyme and Microbial Technology.
chitosan on lipid metabolism in 27: 3-10.
hyperlipidemic rats. Asia Pac J 16. Lukito AL. 2007. Modifikasi
Clin Nutr, 16: 313-317. Penggabungan Bio dan Kimia
9. Razdan A, D Pettersson. 1994. Proses Untuk Produksi Kitin.
Effect of chitin and chitosan on Jurusan Kimia FMIPA Universi-
nutrient digestibility and plasma tas Nusa Bangsa. 2007.
lipid concentration in broiler 17. Brodelius P, EJ Vandamme. 1987.
chickens. British Journal of Nutri- Immobilized cell systems. 407–463.
tion. 72: 277-288. In H.J. Rehm and G. Reed (ed)
10. Paul W, CP Sharma. 2004. Chi- Biotechnology Chapter 8. VCH
tosan and alginat wound dress- Pub.
ing : a short review. Trends Bio- 18. Kierstan MPJ, MP Coughlan.
material Artif. Organs. 18: 18-23. 1985. Immobilisation of cells and
11. Rao GDJ, NN Balasubramanian, enzymes by gel entrapment. 39-48.
BJ William, S Prathaban. 2007. In J Woodward (ed) Immobilised

130 MAJALAH ILMU KEFARMASIAN


cells and enzymes, a practical ap- In J.M. Guissan (ed) Methods in
proach. IRL Press. biotechnology, Immobilization of
19. Orive G, RM Hernandez, AR enzymes and cells 2nd ed. Humana
Gascon, JL Pedraz. 2006. Encap- Press.
sulation of cells in alginat gels.

Vol. VI, No.3, Desember 2009 131

You might also like