You are on page 1of 39

PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anak dipandang sebagai individu yang unik, yang punya potensi untuk tumbuh
dan berkembang ( Supartini, Yupi ). Anak bukanlah miniature orang dewasa,
melainkan individu yang sedang berada dalam proses tumbuh kembang dan
mempunyai kebutuhan yang spesifik. Sepanjang rentang sehat-sakit, anak
membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung
sehingga tumbuh kembangnya dapat terus berjalan. Orangtua diyakini sebagai
orang yang paling tepat dan paling baik dalam memberikan perawatan pada anak,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari


konsepsi sampai dewasa yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap
anak. Dimana terjadi proses interaksi terus menerus serta rumit antara faktor
genetika dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan maupun
lingkungan setelah dilahirkan. Setiap orang tua ingin menjadikan anaknya
mempunyai taraf kesehatan yang baik, namun banyak faktor yang mempengaruhi
terciptanya keinginan tersebut salah satunya adalah tumbuh kembang sang anak
itu sendiri.

A. PERKEMBANGAN KEPERAWATAN ANAK

Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat


mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang
dewasa, melainkan sebagai mahluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan
berbeda dengan orang dewasa.
Setiap perawat perlu memahami perspektif keperawatan anak sehingga dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada anak selalu berpegang pada prinsip
perawatan anak. Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi
seorang perawat anak dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien
anak maupun keluarganya. Isi bahasan perspektif keperawatan anak mencakup
perkembangan keperawatan anak, falsafah keperawatan anak, dan peran perawat
anak.

Untuk dapat memahami perkembangan keperawatan anak, kita diajak untuk


mempelajari evolusi kesehatan anak dan keperawatan anak.

Sebelum abad ke-19 : kesehatan anak kurang mendapat perhatian dari berbagai
pihak,jumlah tenaga kesehatan terutama dokter dan bidan sangat sedikit sementara
epidemic terjadi dibanyak tempat dan tidak ada kontrol

Akhir abad ke-19 : dikatakan sebagai abad kegelapan untuk kesehatan anak ( the
dark age of paediatric).

Pertengahan thn 1800 : mulai ada studi kesehatan anak yang dilakukan oleh
seorang tokoh kesehatan anak, yaituAbraham Jacobi yang melakukan
penyelidikan tentang kesehatan anak, khususnya pada tunawisma dan buruh.
Upayanya didukung oleh seorang wanita yang bernama Lilian Waldyang
mengembangkan pelayanan keperawatan yang juga berfokus pada pelayanan
social, program sosial, dan pendidikan khusus untuk orang tua dalam hal
perawatan anak sakit.

Awal tahun 1900 : perawatan isolasi berkembang sejak ditemukannya penyakit


menular. Orang tua dilarang untuk mengunjungi dan membawa mainan ke RS.
Akan tetapi, pada Thn 1940, ditemukan efek psikologis dari tindakan isolasi yaitu
anak menjadi stress selama di RS, begitupun dengan orang tuanya. Akhirnya,
orientasi pelayanan keperawatan anak berubah menjadi rooming in, yaitu orang
tua boleh tinggal bersama anaknya di RS selama 24 jam.
B. FALSAFAH DAN PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

1. FALSAFAH KEPERAWATAN ANAK

Falsafah keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang


dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang
berfokus keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma
(atraumatic care), dan manajemen kasus.

a. Perawatan berfokus pada keluarga (family centered care)

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak


bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga,
untuk itu, keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau
sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. Keperawatan anak perlu
memperhatikan kehidupan social, budaya, dan ekonomi dari keluarga dapat
menentukan pola kehidupan anak selanjutnya factor-faktor tersebut sangat
menentukan perkembangan anak dalam kehidupan dimasyarakat.

Kehidupan anak juga sangat ditentukan oleh bentuk dukungan keluarga, bila
dukungan keluarga sangat baik, maka pertumbuhan dan perkembangan anak
relatif stabil, tetapi apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka anak
akan mengalami hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.

Dengan demikian, dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak,


diperlukan keterlibatan keluarga. Seringkali didapatkan dampak cukup berarti
pada anak apabila ditinggal sendiri tanpa ada yang menemani seperti kecemasan
bahkan menjadi stres yang apabila dibiarkan maka upaya penyembuhan sulit
tercapai.

Kerjasama antara anak dan orang tua dapat terjalin hingga program perawatan
dirumah melalui peningkatan kemampuan dan keterampilan dalam perawatan
anak seperti tindakan mengukur suhu ketika panas dan dalam pemberian kompres
dingin/hangat.
b. Atraumatic care

Atraumatic care yang dimaksud disini adalah perawatan yang tidak


menimbulkan trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut difokuskan
dalam pencegahan terhadap trauma. Perhatian khusus kepada anak sebagai
individu yang masih dalam usia tumbuh kembang sangat penting karena masa
anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan
tersebut terdapat hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai
kematangan.

Beberapa kasus yang sering diumpai di masyarakat seperti peristiwa yang


dapat menimbulkan trauma pada anak adalah cemas, marah, nyeri dan lain-lain.
Apabila hal tersebut dibiarkan dapat menyebabkan dampak psikologis pada anak
dan tentunya akan menganggu perkembangan anak. Dengan demikian atraumatic
care diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi dampak psikologis
dari tindakan keprerawatan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan atau
aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma. Beberapa prinsip yang
dapat dilakukan oleh perawat, antara lain:

1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga

2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak

3) Mencegah atau mengurangi cedera ( injury) dan nyeri (dampak psikologis)

4) Tidak melakukan kekerasan pada anak

5) Modifikasi lingkungan fisik

c. Manajemen kasus

Pengelolaaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam


pemberian asuhan keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.Pendekatan psikologis yang
dilakukan yang mempersiapkan secara fisik, memberi kesempatan pada orang tua
dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua.
2. PARADIGMA KEPERAWATAN ANAK

Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berfikir dalam


penerapan ilmu keperawatan anak. Tanpa batasan dan lingkup keperawatan
tidak mudah dipahami secara jelas. Landasan berfikir tersebut terdiri dari 4
komponen, yaitu manusia dalam hal ini adalah anak, keperawatan, sehat sakit,
keperawatan dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Anak

Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak,
anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari 18 tahun dalam masa
tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologis,
social dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) , usia
bermain/ toddler ( 1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara satu dengan yang
lain mengingat latarbelakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan
tumbang yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses berkembang anak
memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial.

Respons emosi terhadap penyakit sangat bervariasi tergantung pada usia dan
pencapaian tugas perkembangan anak. Beberapa respon ini dapat dilihat pada
anak, mulai dari perkembangan bayi hingga remaja. Misalnya, saat terjadi
perpisahan dengan orang tua, maka respon yang dapat muncul yaitu menangis,
berteriak, menarik diri, dan menyerah pada situasi yaitu diam.

Karena anak merupakan anggota unit keluarga dalam suatu kultur masyarakat,
maka keperawatan anak tidak boleh hanya memperhatikan anak itu sendiri, akan
tetapi kultur keluarga dan masyarakat harus diperhatikan seperti masalah
pengetahuan keluarga, budaya, lingkungan dan lain-lain.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan, anak selalu diutamakan.
Pemberian prioritas ini oleh karena beberapa perbedaan antara anak dan dewasa,
antaranya :pertama, struktur fisik anak dan dewasa berbeda, mulai dari ukuran
besarnya hingga aspek kematangan fisik. Demikian juga ketahanan fisik anak
lebih rentang. Kedua, proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai
perbedaan dalam fungsi tubuh.Ketiga, kemampuan berfikir anak kurang sistematis
dibanding orang dewasa. Keempat, tanggapan terhadap pengalaman masa lalu
pada anak cenderung kepada dampak psikologis yang berdampak kepada tumbang
anak.

b. Sehat – sakit

Rentang sehat sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pada
pelayanan keperawatan pada anak. Dalam status kesehatan yang meliputi
sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap
waktu, selama dalam rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik
secara langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada dalam
rentang sehat, maka upaya perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai
mencapai taraf kesejahteraan baik fisik, social, maupun spiritual. Demikian
sebaliknya, apabila kondisi anak dalam kondisi kristis atau meninggal maka
perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga. Batasan sehat
secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan
social serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan ( WHO,1974 ).

c. Lingkungan

Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah


lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang berperan dalam perubahan
status kesehatan anak, seperti, keturunan, jenis kelamin, emosi dan lain-lain.

d. Keperawatan

Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan


kepada anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal
dengan melibatkan keluarga seperti adanya dukungan, pendidikan kesehatan, dan
upaya dalam rujukan ketenaga kesehatan dalam program perawatan anak.

C. PRINSIP – PRINSIP KEPERAWATAN ANAK

1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi individu yang unik

2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
dengan tahap perkembangannya.

3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan


peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.

4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus kepada


kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif
dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

5. praktek keperawatan anak mencakup kontarak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengakaji, mengintervensi, dan meningktkan kesejahteraan hidup,
dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral ( etik)
dan aspek hukum (legal).

6. tujuan praktek keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan


maturasi atau kematangan yang sehat pada anak dan remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

7. pada masa yang akan datang, kecendrungan keperawatan anak berfokus kepada
ilmu tumbuh kembang anak.

D. PERAN PERAWAT DALAM KEPERAWATAN ANAK

1. Care Giver

2. Sebagai advocate keluarga

3. Pencegah penyakit

4. Pendidikan
5. Konseling

6. Kolaborasi

7. Pengambil keputusan etik

8. Peneliti

E. LINGKUP PRAKTEK KEPERAWATAN ANAK

Lingkup praktek merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan


keperawatan yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan, dan dalam
batas profesi. Sedangkan praktik keperawatan itu sendiri merupakan tindakan
mendiri perawat profesional dengan melalui kerjasama secara kolaboratif dengan
klien dan tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Harus
berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan akan tumbuh kembang anak
sepertiasuh, asih, asah.

· Kebutuhan asuh

Merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan. Ex : gizi/nutrisi, pencegahan penyakit, lingkungan sehat, pakaian,
rekreasi, dll.

· Kebutuhan asih

Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau
memperbaiki psikologis anak.

· Kebutuhan asah

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk
mencapai tumbang yang optimal dengan memberikan stimulasi mental sejak dini.
A. Mortalitas dan Morbiditas Pada Bayi dan Anak-Anak

1. Mortalitas

a) Mortalitas Bayi

Angka mortalitas bayi merupakan jumlah kematian per 1000 kelahiran hidup
selama tahun pertama kehidupan, yang kemudian dibagi menjadi mortalitan
neonatal (usia <28 hari) dan mortalitas pascanatal (usia 28 hari-11 bulan)

Proporsi penyakit penyebab kematian bayi (Depkes, 2004): :

o Penyakit system pernafasan : 29,5 %

o Gangguan perinatal : 29,3 %

o Diare : 13,9 %

o Penyakit sistem syaraf : 5,5 %

o Tetanus : 3,68%

o Infeksi dan parasit lain : 3,5 %

Faktor – faktor yang meningkatkan resiko mortalitas bayi meliputi ras klit hitam,
gender laki – laki, gestasi pendek atau panjang, urutan kelahiran, usia maternal
dang tingkat pendidikan ibu. Adapun 4 penyebab utama dari terjadinya mortalitas
pada bayi yaitu anomali kongenital, gangguan yang berhubunngan dengan gestasi
pendek, BBlR yang tidak khas dan sindrom distress pernapasan.

Angka mortalitas bayi dan anak berguna untuk memantau dan mengevaluasi
keberhasilan program di bidang kesehatan, sebagai pengukur situasi demografi,
sebagai masukan dalam perhitungan proyeksi penduduk, dan untuk
mengidentifikasi kelompok penduduk yang mempunyai resiko kematian
tinggi.(Robby As,2007)

Di indonesia kesadaran masyarakat terhadap kesehatan mulai meningkat,


ijalankannya program-program kesehatan masyarakat seperti pembasmian malaria
dan cacar, Pembangunan baik ekonomi, sosial dan lainnya makin digalakkan (
Hugo dan kawan-kawan, 1987 ).

b) Mortalitas anak-anak

Mortalitas yangterjadi pada anak di atas usia 1 tahun , penyebab yang tersering
adalah cedera yang tidak di sengaja.

Penyebab kematian pada anak :

o Kekerasan pada anak

o Penyakit infeksi

o Kondisi perinatal

o Cedera seperti tenggelam, kecelakaan, luka bakar, asfiksiamekanis, keracunan

Untuk anak berusia lebih dari 1 tahun, angka kematiannya lebih kecil dari angka
kematian bayi. Anal berusia 5 sampai 14 tahun mempunyai angka kematian paling
rendah. Namun peningkatan terjadi selama masa remaja akhir terutama karena
cedera, pembunuhan, dan bunuh diri.

2. Morbiditas

Tidak seperti mortalitas, morbiditas sangat sulit didefenisikan dan mungkin


menunjukkan penyakit akut, penyakit kronik, atau ketidakmampuan. Sumber data
umum mencakup alas an datang kedokter, diagnosis saat masuk rumah sakit, atau
wawancara di rumah tangga. Tidak seperti mortalitas yang direvisi setiap tahun,
morbiditas jarang direvisi dan tidak selalu mewakili popilasi umum.
a) Morbiditas anak-anak

Banyak disebabkan oleh penyakit akut :

o Penyakit pernapasan : 50%

o Infeksi dan penyakit parasit : 11%)

o Cedera : 15 %,

o Ketidakmampuan yang dapat diukur dengan aktivitas dalam derajat tertentu,


misalnya hari tidak datang kesekolah dan hari berbaring ditempat tidur. Tipe
penyakit yang didapat anak bervariasi sesuai usia seperti ispa, pnemunia dan
cedera. Peningkatan angka morbiditas desebabkan karena terbatasnya akses
kesehatan, kemiskinan, derajat ketidakmampuan, dan pendidikan orang tua.

b) Morbiditas baru/penyakit sosial pediatric

Merupakan masalah psikolososial pada anak seperti sossioekonomi yang rendah,


keluarga orang tua tunggal, keluhan gangguan fisik kronik, keterampilan
membaca yang kurang.

B. Evolusi Pelayanan Kesehatan Anak Di Indonesia

Angka kematian Bayi dan Anak, khususnya bayi merupakan indikator yang
penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat,
karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat
tinggal orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial –
ekonomi orang tua si bayi.Pengaruh budaya, agama dan kepercayaan terhadap
kesehatan anak.

Secara umum AKB di Indonesia sejak awal abad ke-20 cenderung menurun
diawali masuknya industrialisasi dari Eropa ke Indonesia ( Hugo dan kawan –
kawan, 1987 ).
Berdasarkan pengamatan Cho dan peneliti lainnya ( 1980 ) turunnya angka
kematian pada dekade 1930-an ini lebih lambat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya karena adanya depresi ekonomi. Kesejahteraan masyarakat
nampaknya sudah mulai membaik pada tahun 1950-an dengan dijalankannya
program-program kesehatan masyarakat seperti pembasmian malaria dan cacar (
Hugo dan kawan-kawan, 1987 ). Perbaikan gizi keluarga dan masyarakat , serta
pembangunan kesehatan mempunyai andil yang cukup memadai dalam
menurunkan AKB. Demikian juga halnya dengan kesadaran masyarakat terhadap
kesehatan mulai meningkat, sejalan dengan meningkatnya tingkat pendapatan
masyarakat. Khususnya Pembangunan baik ekonomi, sosial dan lainnya makin
digalakkan, sehingga pendapatan masyarakat dan kesadaran akan kesehatan makin
meningkat.

Era globalisasi dan era informasi yang akhir-akhir ini mulai masuk ke Indonesia
telah membuat tuntutan-tuntutan baru di segala sektor dalam Negara kita. Tidak
terkecuali dalam sektor pelayanan kesehatan, era globalisasi dan informasi seakan
telah membuat standar baru yang harus dipenuhi oleh seluruh pemain di sektor
ini. Hal tersebut telah membuat dunia keperawatan di Indonesia menjadi
tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan keperawatan yang
berbasis teknologi informasi. Namun memang kita tidak bisa mnutup mata akan
hambatan-hambatan yang dihadapi oleh keperawatan di Indonesia, diantaranya
adalah keterbatasan SDM yang menguasai bidang keperawatan dan teknologi
informasi sevara terpadu, masih minimnya infrastruktur untuk menerapkan sistem
informasi di dunia pelayanan, dan masih rendahnya minat para perawat di bidang
teknologi informasi keperawatan.

Kualitas atau mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit bergantung kepada


kecepatan, kemudahan, dan ketepatan dalam melakukan tindakan keperawatan
yang berarti juga pelayanan keperawatan bergantung kepada efisiensi dan
efektifitas struktural yang ada dalam keseluruhan sistem suatu rumah sakit.
Pelayanan rumah sakit setidaknya terbagi menjadi dua bagian besar yaitu
pelayanan medis dan pelayanan yang bersifat non-medis, sebagai contoh
pelayanan medis dapat terdiri dari pemberian obat, pemberian makanan, asuhan
keperawatan, diagnosa medis, dan lain-lain. Ada pun pelayanan yang bersifat non
medis seperti proses penerimaan, proses pembayaran, sampai proses administrasi
yang terkait dengan klien yang dirawat merupakan bentuk pelayanan yang tidak
kalah pentingnya.

Pelayanan yang bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami


perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam proses
keperawatan dimulai dari pemasukan data secara digital ke dalam komputer yang
dapat memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi apa yang sesuai dengan
diagnosis yan sudah ditegakkan sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang
diharapkan oleh perawat setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua
proses tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC yang
sebelumnya telah dimasukkan ke dalam database program aplikasi yang
digunakan. Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga
kesehatan yang menggunakan teknologi informasi yaitu semua teknologi yang
berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat bantu yang tidak ada gunanya
tanpa intelektualitas dari penggunanya dalam hal ini adalah perawat dengan segala
pengetahuannya tentang ilmu keperawatan.

Contoh nyata yang dapat kita lihat di dunia keperawatan Indonesia yang telah
menerapkan sistem informasi yang berbasis komputer adalah terobosan yang
diciptakan oleh kawan-kawan perawat di RSUD Banyumas. Sebelum menerapkan
sistem ini hal pertama yang dilakukan adalah membakukan klasifikasi diagnosis
keperawatan yang selama ini dirasa masih rancu, hal ini dilakukan untuk
menghilangkan ambiguitas dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut
terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi efektifitas intervensi sampai
kepada upaya identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Sistem ini
mempermudah perawat memonitor klien dan segera dapat memasukkan data
terkini dan intervensi apa yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah
tersedia di setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam
dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah dilakukan.

C. Pengaruh Budaya, Agama dan Kepercayaan Terhadap Kesehatan Anak

Keyakinan keluarga tentang kesehatan, pola didik dan pola asuh terhadap anak
juga dipengaruhi oleh nilai budaya, agama dan moral yang dianutnya. Ini akan
mempengaruhi kesehatan anak bahkan dimulai sejak ia masih di dalam kandungan
ibunya. Setiap keluarga memiliki pandangan yang berbeda dalam membesarkan
anaknya, seperti yang memiliki perbedaan budaya antara keluarga dengan budaya
minang dan keluarga berbudaya batak. Hal-hal yang ditanamkan terhadap anak-
anak mereka berbeda sehingga pola hidup dan kesehatan anaknya juga berbeda
misalnya dalam kesehatan emosional.

1. Adat dan tradisi

Pemahaman berbagai keyakinan mengenai penyebab penyakitdan sakit, serta


praktik kesehatan tradisional. Makin banyak perawat mengetahui tentang nilai
keyakinan, dan adat kelompok etnis lain maka makin baik mereka memenuhi
kebutuhan keluarga dan anak.

o Relativitas budaya merupakan konsep suatu perilaku harus dinilai terlebih


dahulu dalam konteks budya asal terjadinya perilaku tersebut. Beberapa budaya
mengganggap gender anak dapat mempengaruhi persepsi suatu keluaraga tentang
implikasi penyakit. Pengertian penyakit atau tanda dan gejala suatu penyakit juga
dipengaruhi oleh budaya, beberapa budaya misalnya mengganggap diare sebagai
pembersihan tubuh.

o Hubungan dengan pemberi perawatan kesehatan , dalam banyak kelompok


budaya ibu memegang peranan penting dalam kesehatan sementara kelompok
lain orang tua sama – sama terlibat. Pendekatan terhadap anak juga dapat di
pengaruhi oleh budaya, misanya sebagain keompok merasa bahwa masuknya anak
ke rumah sakit merupakan masalah keluarga, anak di lepaskan tanpa campur
tangan keluarga di rumah sakit.

o Komunikasi , merupakan suatu distress kelompok karena komunikasi adalah


hal terpenting dalam pelayanan keperawatan. Kontak mata juga dapat dipandang
berbeda dalam beberapa budaya.

o Kebiasaan makan

o Keyakinan dan prkatik kesehatan merupakan bagian integral dari warisan


budaya kesehatan keluarga. Contohnya kekuatan alam, kekuatan supranatural,
ketidakseimbangan kekuatan.

o Praktik keseahtan merupakan altrnatif bagi mereka ketika penyembuhan di


rumah sakit tidak berhasil.

o Mitos yang dikaitkan dengan pengaruh pranatal.

2. Keyakinan religious

Dimensi religius merupakan pengaruh terpenting dalam kehidupan individu dan


memberikan makna terhadap kehidupan serta memberikan sumber cinta. Asuhan
keperawatan holistik ditingkatkan melalui integrasi asuhan spiritual dan
psikososial. Diantara banyak kematian dan penyakit diyakini sebagai dosa bagi
sebagian keperrcayaan dan menganggap bahwa tenaga kesehatan tidak akan
mampu melindungi mereka yang di hukum tuhan.

D. Keperawatan Pediatrik

Pediatrik berkenaan dengan kesehatan bayi, anak remaja, , pertumbuhan dan


perkembagannya dan kesempatannya untuk mencapai potensi penuh sebagai
orang dewasa.Lebih dari seabad yang lalu ilmu pediactrik muncul sebagai
kekhususan dalam menanggapi meningkatan kasadaran bahwa problem kesehatan
anak berbeda dengan orang dewasa dan bahwa respon anak terhadap sakit dan
stres berdeda beda sesuai dengan umur

1. Filosofi Asuhan

a) Asuhan berpusat Pada Keluarga (Family Centered Care)

Keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan individu mendukung,


menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi dalam memberikan
asuhan terhadap anak (Johson, 1989). System pelayanan dan personel harus juga
mendukung, menghargai, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi
keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan efektif (Duns
dan Trivette, 1996).

Dua konsep dasar dalam asuhan berpusat kemuarga yaitu:

o Memampukan, dengan menciptakan kesempatan dan cara bagi anggota


keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi terbaru mereka dan
untuk mendapatkan kemampuan dan kompetensi yang baru yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan anak-anak dan keluarga.

o Pemberdayaan, menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam


cara tertentu sehingga mempertahankan atau mendapat kontrol atas kehidupan
mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang dihasilkan dari perilaku
membantu yang mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka
sendiri (Duns dan Trivette, 1996).

Sebagai seorang perawat, kita harus mampu memfasilitasi keluarga dalam


pemberian tindakan keperawatan langsung, pemberian pendidikan kesehatan pada
anak, memperhatikan bagaimana kehidupan social, budaya dan ekonomi keluarga
sehingga dapat membantu mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari keluarga
tersebut dalam memberikan pelayanan keperawatan. Perawat juga melibatkan
keluarga dalam hal ini yaitu dengan cara mengajak kerjasama/ melibatkan dan
mengajarkan pada keluarga tentang perawatan anak ketika sehat maupun sakit.

b) Asuhan Atraumatik (Atraumatic care)

Tujuan utama : “DO NO HARM” atau pertama, jangan melukai yaitu :

o Mencegah/mengurangi anak berpisah dari orang tua

o Meningkatkan rasa kendali

o Mencegah/mengurangi trauma fisik dan nyeri

Contoh pemberian asuhan atraumatik meliputi:

o Pengembangan hubungan orang tua-anak selama dirawat dirumah sakit

o Menyiapkan anak sebelum pelaksanaan terapi dan prosedur yang tidak


dikenalinya

o Mengendalikan perasaan sakit

o Memberikan privasi pada anak

o Memberikan aktivitas bermain untuk mengungkapkan ketakutan dan


permusuhan

o Menyediakan pilihan untuk anak-anak

 Menghormati berbedaan budaya.


E. Peran Perawat Pediatrik

1. Hubungan terapeutik

Diterapkan dalam berkomunikasi dengan anak dan keluarga, bersifat empati dan
professional dengan memisahkan peran perawat dari keluarga tanpa mengganggu
kenyamanan anak dan keluarga

2. Family advocacy/caring

Advokasi meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui yankes yang


tersedia, diinformasikan tentang prosedur dan pengobatannya secara benar. Caring
berarti memberikan yankes secara langsung pada anak.

3. Disease prevention/Health promotion

Melakukan dan mengajarkan keluarga tentang bagaimana cara mencegah penyakit


baik dari luar maupun dari dalam tubuh.

4. Health education

Memberikan pendidikan kesehatan yang bertujuan membantu orangtua dan anak


memahami suatu pengobatan medis, mengevaluasi pengetahuan anak tentang
kesehatan mereka, memberi pedoman antisipasi

5. Support/counseling

Memberikan perhatian pada kebutuhan emosi melalui dukungan dan konseling.


Dukungan diberikan dengan mendengar, menyentuh dan kehadiran fisik untuk
memudahkan komunikasi nonverbal. Sedangkan, konseling dalam bentuk
pertukaran pendapat, melibatkan dukungan, penyuluhan teknik untuk membantu
keluarga mengatasi stress dan mendorong ekspresi perasaan dan pikiran. Yang
membantu keluarga mengatasi stress dan memampukan untuk mendapatkan
tingkat fungsi yang lebih tinggi.

6. Pengambil keputusan etis

Prinsipnya, tindakan yang ditentukan adalah yang paling menguntungkan klien,


dan sedikit bahayanya terhadap segala aspek yang berhubungan denagn
pelaksanaan asuhan keperawatan. Seperti dalam kerangka kerja mesyarakat,
standar praktik professional, hukum, aturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai
keluarga dan nilai pribadi perawat.

7. Coordination/Collaboration

Bekerjasama dengan spesialis / profesi lain dalam mengatasi kesehatan anak.

8. Peran restorative

Keterlibatan perawat secara langsung dalam aktivitas pemberi asuhan yang


dilakukan atas daar konsep teori yang berfokus pada pengkajian dan evaluasi
status yang berkesinambungan. Perawat punya tanggung jawab dan tanggung
gugat terhadap tindakannya.

9. Research
Melakukan praktik berasarkan penelitian, menerapkan metode inovatif dalam
memberikan intervensi pada anak, melakukannya berdasarkan penelitian dan
sesuai rasional.

10. Health care planning

Menggunakan perencanaan & metode yang tepat untuk perawatan anak. Perawat
melibatkan penyediaan layanan yang baru, peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan

11. Trend masa depan

Ada beberapa hal yang dituntut :

o Pengobatan penyakit (kuratif) menjadi promosi kesehatan (promotif)

o Filosofi asuhan berpusat pada keluarga bukan pilihan melainkan kewajiban

o Perawat dituntut meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan, komputer,


membuktikan keunikan peran mereka dan dituntut lebih mandiri dan melebihi
lingkungan asuhan terdahulu.

2.2 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK

A. Tahap Perkembangan

Kebanyakan para ahli menggolongkan pertumbuhan dan perilaku anak kedalam


berbagai tahap usia atau istilah yang menggambarkan kelompok usia, namun
dalam kenyataannya tahap-tahap tersebut bersifat semena karena tidak
mempertimbangkan keunikan dan perbedaan individu sehingga tidak dapat
diterapkan ke semua anak.Adapun urutan periode dan subperiode usia
perkembangan menurut Wong yaitu:

o Periode prenatal : konsepsi sampai dengan lahir. Cepat lajunya pertumbuhan


tergantung yang bersifat total membuat periode ini menjadi periode yang
terpenting dalam proses perkembangan.

o Masa bayi : lahir hingga 1 tahun. Masa bayi merupakan masa perkeembangan
kognitif , motorik dan social yang cepat.Bersama pemberi asuhan (orang tua ) ,
bayi membentuk dasar rasa percaya pada dunia dan dasar hubungan interpersonal
di masa yang akan datang.

o Masa kanak-kanak awal : 1 sampai 6 tahun. Periode ini mulai dari anak
mampu bergerak sendiri , berdiri sampai sang anak masuk sekolah , dicirikan
dengan aktivitas yang tinggi dan penemuan-penemuan.

o Masa kanak-kanak pertengahan : 6 sampai 11 atau 12 tahun (usia


sekolah).Dimana periode ini , si anak diminta untuk lebih sedikit menjauh dari
keluarga dan teralihkan pada interaksinya dengan social baik itu teman sebaya
maupun lingkungannya.

o Masa kanak-kanak akhir 11-19 tahun: periode transisi sampai dengan ambang
batas masa dewasa.

B. Pola Tumbuh Kembang

Pola tumbuh kembang bersifat jelas , dapat diprediksi , kontiniu , dan


progresif.Pola ini bersifat mendasar terhadap semua individi tetapi unik dalam hal
cara dan waktu pencapaiannya.

Kecendrungan arah
1. Sefalokaudal atau kepala-ke-kaki , ujung dari organism berekembang lebih
dahulu , sangat besar dan kompleks , sedangkan ujung bawah lebih kecil dan
sederhana dan terbentuk dikahir periode.

2. Proksimimodistal atau dekat ke jauh , konsep dari tengah ke perifer.

3. Differensiasi , perkembangan dari tahap operasional sederhana ke aktifitas


dan fungsi yang lebih kompleks.

Kecenderungan Urutan , Pada semua dimensi tumbuh-kembang terdapat urutan


yang jelas dan dapat diperkirakan , yang biasanya dialami oleh setiap anak.

Laju perkembangan , tidak sama dengan perkembangan dimana terdapat periode


akselerasi dan deselerasi pertumbuhan baik dalam pertumbuhan total maupun
pertumbuhan subsistem.

Periode Sensitif. Terdapat batasan waktu selama proses pertumbuhan ketika


organism berintekrasi dengan lingkungan tertentu dengan cara yang spesifik.
Periode yang disebut periodekritis , seneitif , rentan dan optimal adalah periode
dalam kehidupan organism ketika organism tersebut rentan terhadap pengaruh
positif atau negative.

C. Perbedaan Individual

Setiap anak tumbuh dengan keunikan dan caranya sendiri. Terdapat varisi yang
besar dalan hal usia pencapaian tahap perkembangan. Urutannya dapat diprediksi ,
namun tidak dengan waktunya. Gender merupakan factor yang berpengaruh
karena anak perempuan tampaknya lebih cepat dalam hal pertumbuhan fisiologis
di segala usia.

D. Pertumbuhan Biologis dan Perkembangan Fisik

1. Proporsi eksterna

Variasi laju pertumbuhan organ jarinagn dan system organ yang berbeda
menghasilkan perubahan yang signifikan pada proporsi tubuh pada anak-anak.
Kecenderungan perkembangan sefalokaudal paling nyata terlihat pada
pertumbuhan tubuh total. Selama perkembangan janin kepala merupakan bagian
tubuh yang paling cepat , dan pada usia gestasi 2 bulan kepala mencapai 50% dari
total panjang badan. Selama masa bayi , pertumbuhan batang mendominasi ,
tungkai merupakan bagian yang tumbuh paling cepat selama masa kanak-kanak.

2. Determinasi Biologis dari pertumbuhan dan Perkembangan

Gambaran paling menonjol dari masa kanak-kanak dan remaja dan pertumbuhan
fisik. Selama perkembangan berbagai jaringan di dalam tubuh mengalami
perubahan pertumbuhan , komposisi , dan struktur.Pertumbuhan linear atau tinggi
badan , hamper seluruhnay terjadi akibat pertumbuhan tualng rangka dan
dianggap sebagai pengukuran pertumbuhan umum yang stabil.

3. Perkembangan dan maturasi tulang rangka

Pengukuran yang paling akurat dari perkembangan umum adalah tulag rangka
atau usia tulang , pemeriksaan radio logis untuk menentuakn maturasi tulang. Usia
tulang rangka tampaknya lebih berhubungan erat dengan pengukuaran maturitas
fisiologis lainnya ( seperti awitan menarke ) daripada usia kronologis atau tinggi
badan. Usia tulang ini ditentukan dengan membandingkan mineralisasi pusat
osifikasi pusat tulang dan bentuk bentuk tulang yang terkait usia.pusat osifikasi
pertama kali muncul pada usia embrio dua bulan.

4. Maturasi neurogik

Berbeda dengan dengan jarinagn tubuh lainnya , yang tumbuh dengan cepat
setelah kelahiran , sistim saraf tumbuh secara proporsional lebih cepat sebelum
kelahiran. Pertumbuhannya terjadi secara cepat pada masa bayi sampai masa
kanak-kanak awal dan melambat pada masa kanak-kanak akhir dan remaja.
perkembangan neurologic terkadang digunakan sebagai indikator usia maturasi
pada minggu-minggu awal kehidupan.

5. Jaringan limfoid

Jaringan limpoid yang terdapat dalam nodus limfe , timus , limpa , konsil ,
adenoid , dan limfosit darah mengalami pola pertumbuhan yang tidak sama
dengan pola pertumbuhan jaringan lainnya. Jaringan limfoid berukuraan kecil,
tetapi telah berkembang dengan baik pada saat lahir. Jaringan ini mencapai ukuran
dewasa dengan cepat pada usia 6 bulan. Pada usia 10-12 bulan, jaringan ini
mencapai perkembangan maksimal yang kira-kira dua kali ukuran dewasa.
Pada masa remaja, terjadi penurunan yang cepat.

6. Perkembangan system organ

Semua jariangan dan sistim organ mengalami perubahan selama perkembangan.


Berapa diantaranya berkembang sangat mencolok , sedangkan yang lain lebih
samar. Perubahan tersebut berpengaruh pada pengkajian dan perawatan.
E. Perubahan Fisiologis

1. Metabolisme

Laju metabolism ketika tubuh sedang istirahat (laju metabolic basal atau basal
metabolic rate (BMR) menunjukkan perubahan yang jelas selama masa kanak-
kanak Tertinggi pada bayi baru lahir , BMR sangat berkaitan dengan proporsi area
permukaan tubuh terhadap ,masa tubuh , yang terus berubah seiring dengan
bertambahnya ukuran tubuh , proporsi sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki
semua usia dan meningkat selama masa pubertas melampaui BMR anak
perempuan.

Laju metabolism menentukan kebutuhan kalori anak. Kebutuhan enargi basal


pada bayi adadlah sekitar 108 kkal/ kg berat badan dan menurun menjadi 40
sampai 45 kkal/ kg saat maturasi .

2. Suhu

Suhu tubuh mencerminkan metabolisme , menunjukkan penurunan yang sama


dari masa bayi smapi maturasi . Termoregulasi merupakan suatu respon bayi yang
paling penting dalam masa transisi dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri.

Pada neonates yang sehat, hipotermi dapat menyebabkan konsekuensi metabolic


negative seperti hipoglikemi. Bayi dan anak kecil rentan terhadap fluktuasi suhu,
beespon terhadap perubahan suhu lingkungan, kerena menangis, marah,emosi,
aktifitas fisik, maupun karena infeksi.

3. Tidur dan Istirahat


Tidur merupakan fungsi proteksi yang dimiliki semua organisme , memungkinkan
terjadinya perbaikan dan pemulihan jarinagn setelah aktivitas. Seperti pada aspek
–aspek perkembangan ,pada setiap anak jumlah dan distribusi tidur berbagai usia
sangat beragam.Saat anak matang , terdapat perubahan total waktu yang mereka
gunakan untuk tidur dan jumlah waktu yang mereka gunakan untuk tidur nyenyak.

Bayi baru lahir, tidur selama waktu yang tidak digunakan dan aspek-aspek lain
dalam perawatannya.. selama akhir tahun pertama, sebagian anak tidur sepanjang
malam disertai tidur 1-2 kali siang harinya. Usia 3 tahun anak-anak tidak lagi tidur
siang, usia 4-10 tahun waktu tidur menurun dan meningkat pada priode pubertas.

F. Temperamen

Temperamen didifinisikan sebagai “cara berfikir, berperilaku atau bereaksi yang


menjadi cirri-ciri individu “ dan merujuk pada cara sesorang menjalani
kehidupannya.

Ada 9 ciri/atribyt temperamen:

1. Aktifitas : gerakan fisik seperti makan, tidur, madi, berpakain dan bermain

2. Ritrisitas : keteraturan fungsi fisiologis seperti lapar, tidur, eliminasi

3. Pendekatan(+) atau menarik diri (-) : terhadap stimulus baru

4. Kemampuan adaptasi

5. Ambang renposivitas : batas kekuatan stimulus untuk memunculkan reaksi

6. Intensitas reaksi : tingkat energy reaksi

7. Mood : jumlah perilaku menyenangkan dantidak menyenangkan


8. Distraksibilitas : mudah mengalihkan perhatian anak dengan stimulus
eksternal

9. Rentang perhatian dan Persistensi :ketekunan dan kontinuitas aktivitas


tampa peduli hambatan

Pola atribut temperamen :

1. The easy child

Anak-anak yang santabertemperamen mudah , memiliki kebiasaan yang teratur


dan dapat diprediksi , dan memiliki pendekatan yang positif terhadap stimulus
baru. Mereka terbuka dan dapat beradaptasi terhadap perubahan dan menunjukkan
intensitas mood yang ringan sampai sedang yang bisanya bersifat positif.

2. The difficult child

Anak-anak yang bertemperamen sulit biasanya sangat aktif , peka rangsangan dan
mempunyai kebiasaan yang tidak teratur.Respons menarik diri yang negative
merupakan cirri khas dari anak-anak ini. Mereka lebih membutuhkan lingkungan
yang lebih terstruktur.

3. The slow-to-warm-up child

Bereaksi sangat negative dan dengan intensitas ringan terhadap stimulus baru ,
dan kecuali jika ditekan , lambat beradaptasi terhadap kontak berulang.
SISTEM PERLINDUNGAN ANAK DI INDONESIA

2.1 Anak dalam aspek Hukum

Terdapat berbagai ragam pengertian tentang anak di Indonesia, dimana


dalamberbagai perangkat hukum berlaku penentuan batas anak yang berbeda-beda
pula. Batas usia anak merupakan pengelompokan usia maksimum sebagai wujud
kemampuan anak dalam status hukum. Hal tersebut mengakibatkan beralihnya
status usia anak menjadi usia dewasa atau menjadi subjek hukum yang dapat
bertanggungjawab secara mandiri terhadap perbuatan dan tindakan hukum yang
dilakukannya. Beberapa pengertian anak yang terdapat dalam berbagai peraturan
perundang-undangan di Indonesia antara lain adalah : 1. Menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata : Pasal 330 KUHPerdata : “Belum dewasa adalah mereka
yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap 21 tahun, maka
mereka tidak kembali dalam kedudukan belum dewasa.” 2. Menurut Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak : Pasal 1 angka 2 :
“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah
kawin.” 3. Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak : Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah
mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)
tahun dan belum pernah kawin.” 4. Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia : Pasal 1 angka 5 : “Anak adalah setiap manusia
yang berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk
anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi
kepentingannya.” 5. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak : Pasal 1 angka 1 : “Anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.” 6.
Menurut Hukum Adat : “Ukuran seseorang telah dewasa bukan dari umurnya,
tetapi dari ukuran yang dipakai adalah : dapat bekerja sendiri; cakap melakukan
yang diisyaratkan dalam kehidupan masyarakat; dapat mengurus kekayaan
sendiri.” Hal penting yang perlu diperhatikan dalam peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan anak adalah konsekuensi penerapannya
dikaitkan dengan berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, sosial politik, dan
budaya masyarakat.

2.2 Anak Dalam Pandangan Agama, Negara, dan Psikologis

2.2.1 Definisi

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, “anak adalah keturunan yang kedua atau
manusia yang masih kecil”. Pengertian anak ini bersifat secara umum. Untuk
lebih mengkhususkan definisi anak, maka definisi anak dapat di tinjau dari
beberapa segi, yaitu segi agama, negara, dan psikologis.

2.2.2 Pandangan Agama

Anak adalah amanah dari Tuhan yang harus kita jaga dan lindungi mereka. Anak
itu suci dalam keadaan fitrah yang dimana amal baik dan amal buruknya
merupakan cobaan atau ujian dari Tuhan.

Dari segi sifat, anak terbagi atas 2 macam yaitu:

Anak saleh

Anak saleh adalah anak yang tumbuh, bahkan setelahmenjadi manusiadewasa,


mengetahui dan mengamalkan kewajiban-kewajibannya terhadap Allah SWT,
orang tuanya, danmasyarakat di lingkungan hidupnya.

Anak durhaka

Anak durhaka adalah anak yang salah asuh dalam pertumbuhannya,setelah


dewasa, dia mengabaikan kewajiban-kewajibannya terhadap orang tuanya dan
masyarakat, bahkan melakukan perbuatan kebalikan dari kewajiban-kewajiban
kepada Allah SWT.

Di dalam Al-qur’an, anak itu di sebutkan bahwa, mereka merupakan kabar


gembira.Firman Allah SWT :
”Hai Zakaria, Sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan
(beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum
pernah menciptakan orang yang serupa dengan Dia.” ( Q.S , 19 : 7)

Anak telah menjadi perhatian ajaran islam sejak dia belum dilahirkan, bahkan
sejak dia belum berbentuk. Dalam ilmu fikih, anak belum termasuk ke dalam
kategori mukalaf, yaitu manusia dewasa yang dibebani kewajiban-kewajiban
agama seperti shalat dan puasa. Hanya saja, agar kelak anak bisa menjadi anak
yang saleh, orang tua dan masyarakat berkewajiban mendidiknya untuk mengenal
dan mengamalkan kewajiban-kewajiban tersebut sebelum dia dewasa.

2.2.3 Pandangan Negara

“Konvensi Hak Anak (KHA) mendefinisikan anak sebagai manusia yang


umurnya belum mencapai 18 tahun. Sedangkan dalam Undang-Undang
Perlindungan Anak, mendefinisikan “anak adalah seseorang yang belum berusia
18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dari segi pandang negara anak terbagi atas 5 macam yaitu:

Anak terlantar

Anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar, naik
fisik, mental, spiritual, maupun sosial.

Anak yang menyandang cacat

Anak yang menyandang cacat adalah anak yang mengalami hambatan fisik
dan/atau mental sehingga menganggu pertumbuhan dan perkembangannya secara
wajar.

Anak yang memiliki keunggulan

Anak yang memiliki keunggulan adalah anak yang mempunyai kecerdasan luar
biasa, atau memiliki potensi dan/atau bakat istimewa.

Anak angkat
Anak angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan
keluarga orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas
perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam lingkungan
keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.

2.2 Perlindungan anak

Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan


kondisi agar setiap anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi
perkembangan dan pertumbuhan anak tersebut secara wajar, baik fisik, mental,
maupun sosial. Hal tersebut adalah sebagai perwujudan adanya keadilan dalam
suatu masyarakat. Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan
harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu
sendiri, sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak menjadi berakibat
negatif. Perlindungan anak harus dilaksanakan secara rasional, bertanggungjawab
dan bermanfaat yang mencerminkan suatu usaha yang efektif dan efisien terhadap
perkembangan pribadi anak yang bersangkutan. Usaha perlindungan anak tidak
boleh mengakibatkan matinya inisiatif, kreativitas dan hal-hal lain yang
menyebabkan ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tak terkendali.
Sehingga anak menjadi tidak memiliki kemampuan dan kemauan dalam
menggunakan hak-haknya dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Dalam
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak dijelaskan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Hal tersebut didukung
dengan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 yang mengatur tentang tujuan perlindungan anak yaitu untuk
menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya
anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Perlindungan
anak dapat dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara
langsung, maksudnya kegiatan tersebut langsung ditujukan kepada anak yang
menjadi sasaran penanganan langsung. Kegiatan seperti ini, antara lain dapat
berupa cara melindungi anak dari berbagai ancaman baik dari luar maupun dari
dalam dirinya, mendidik, membina, mendampingi anak dengan berbagai cara,
mencegah kelaparan dan mengusahakan kesehatannya dengan berbagai cara, serta
dengan cara menyediakan pengembangan diri bagi anak. Sedangkan yang
dimaksud dengan perlindungan anak secara tidak langsung adalah kegiatan yang
tidak langsung ditujukan kepada anak, melainkan orang lain yang terlibat atau
melakukan kegiatan dalam usaha perlindungan terhadap anak tersebut. Dalam
Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
telah diatur bahwa yang berkewajiban dan bertanggungjawab terhadap
penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua. Jadi yang mengusahakan perlindungan bagi anak adalah
setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam
usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Perlindungan anak menyangkut berbagai
aspek kehidupan agar anak benar-benar dapat tumbuh dan berkembang dengan
wajar sesuai dengan hak asasinya. Dalam masyarakat, ketentuan-ketentuan yang
mengatur mengenai masalah perlindungan anak dituangkan pada suatu bentuk
aturan yang disebut dengan Hukum Perlindungan Anak. Hukum Perlindungan
Anak merupakan sebuah aturan yang menjamin mengenai hak-hak dan kewajiban
anak yang berupa : hukum adat, hukum perdata, hukum pidana, hukum acara
perdata, hukum acara pidana, maupun peraturan lain yang berhubungan dengan
permasalahan anak. Dalam bukunya yang berjudul Hukum dan Hak-Hak Anak,
mantan hakim agung, Bismar Siregar mengatakan bahwa masalah perlindungan
hukum bagi anak-anak merupakan salah satu sisi pendekatan untuk melindungi
anak-anak Indonesia, di mana masalahnya tidak semata-mata bisa didekati secara
yuridis saja tetapi juga perlu pendekatan yang lebih luas, yaitu ekonomi, sosial
dan budaya. Perlindungan khusus terhadap anak yang berada dalam situasi
darurat, misalnya anak yang sedang berhadapan dengan hukum serta anak dari
kelompok minoritas dan terisolasi diatur secara terperinci dalam Bab VIII Bagian
Kelima Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pasal
64 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 menjelaskan bahwa
perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum sebagaimana
yang dimaksud dalam Pasal 59 adalah meliputi anak yang berkonflik dengan
hukum dan anak korban tindak pidana, yang merupakan kewajiban dan
tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Penyelenggaraan perlindungan anak
berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak
meliputi :

a.non diskriminasi

b.kepentingan yang terbaik bagi anak

c.hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan

d.penghargaan terhadap pendapat anak.

Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar


dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai
dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas,
berakhlak mulia, dan sejahtera. Sebetulnya usaha perlindungan terhadap anak
telah cukup lama dibicarakan baik di Indonesia maupun di dunia internasional.
Sejak tahun lima puluhan perhatian ke arah terwujudnya peradilan anak telah
timbul dimana-mana. Perhatian mengenai masalah perlindungan anak ini tidak
akan pernah berhenti, karena disamping merupakan masalah universal juga karena
dunia ini akan selalu diisi oleh anak-anak. Sepanjang dunia tidak sepi dari anak-
anak, selama itu pula masalah anak akan selalu dibicarakan. Perhatian akan
perlunya perlindungan khusus bagi anak berawal dari Deklarasi Jenewa tentang
Hak-hak Anak tahun 1924 yang diakui dalam Universal Declaration of Human
Right tahun 1958. bertolak dari itu, kemudian pada tanggal 20 Nopember 1958
Majelis Umum PBB mengesahkan Declaration of The Rights of The Child
(Deklarasi Hak-hak anak). Sementara itu masalah anak terus dibicarakan dalam
konggres-konggres PBB mengenai The Prevention of Crime and The Treatment
of Offenders. Pada konggres ke I di Jenewa tahun 1955 dibicarakan topic
Prevention of Juvenile Delinquency. Pada tahun 1959 Majelis Umum PBB
kembali mengeluarkan pernyataan mengenai hak anak yang merupakan deklarasi
internasional kedua bagi hak anak. Tahun 1979 saat dicanangkannya Tahun Anak
Internasional, Pemerintah Polandia mengajukan usul bagi perumusan suatu
dokumen yang meletakkan standar internasional bagi pengakuan terhadap hak-hak
anak dan mengikat secara yuridis. Inilah awal perumusan Konvensi Hak Anak.
Tahun 1989, rancangan Konvensi Hak Anak diselesaikan dan pada tahun itu juga
naskah akhir tersebut disahkan dengan suara bulat oleh Majelis Umum PBB
tanggal 20 November. Konvenan ini kemudian diratifikasi oleh setiap bangsa
kecuali oleh Somalia dan Amerika Serikat. C. Instrumen Hukum Instrumen
hukum yang mengatur perlindungan hak-hak anak diatur dalam Konvensi PBB
tentang Hak-Hak Anak ( Convention on The Rights of The Child ) tahun 1989
(Convention on The Right of The Child, UNICEF, 1990 ), telah di ratifikasi oleh
lebih 191 negara. Indonesia sebagai anggota PBB telah meratifikasi dengan
Kepres Nomor 36 tahun 1990. Dengan demikian Konvensi PBB tentang Hak
Anak tersebut telah menjadi hukum Indonesia dan mengikat seluruh warga
Negara Indonesia. Lahirnya Konvensi Hak Anak Gagasan mengenai hak anak
pertama kali muncul pasca berakhirnya Perang Dunia I. Sebagai reaksi atas
penderitaan yang timbul akibat bencana peperangan terutama yang dialami oleh
kaum perempuan dan anak-anak, para aktivis perempuan melakukan protes
dengan menggelar pawai. Dalam pawai tersebut, mereka membawa poster-poster
yang meminta perhatian publik atas nasib anak-anak yang menjadi korban perang.
Salah seorang di antara aktivis tersebut, Eglantyne Jebb, kemudian
mengembangkan sepuluh butir pernyataan tentang hak anak yang pada tahun 1923
diadopsi oleh Save the Children Fund International Union. Untuk pertama
kalinya, pada tahun 1924, Deklarasi Hak Anak diadopsi secara internasional oleh
Liga Bangsa-Bangsa. Selanjutnya, deklarasi ini juga dikenal dengan sebutan
Deklarasi Jenewa Konvensi Hak-hak anak merupakan instrument hukum yang
berisi rumusan prinsip-prinsip universal dan ketentuan norma hukum mengenai
anak. Konvensi hak anak merupakan sebuah perjanjian internasional mengenai
hak asasi manusia yang memasukan masing-masing hak-hak sipil, hak politik, hak
ekonomi, hak sosial dan hak budaya. Secara garis besar Konvensi Hak Anak dapat
dikategorikan sebagai berikut, pertama penegasan hak-hak anak, kedua
perlindungan anak oleh negara, ketiga peran serta berbagai pihak (pemerintah,
masyarakat dan swasta) dalam menjamin penghormatan terhadap hak-hak anak.
Ketentuan hukum mengenai hak-hak anak dalam Konvensi Hak Anak dapat
dikelompokan menjadi: 1. Hak terhadap kelangsungan hidup (survival rights) Hak
kelangsungan hidup berupa hak-hak anak untuk melestarikan dan
mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan tertinggi
dan perawatan yang sebaik-baiknya. Konsekwensinya menurut Konvensi Hak
Anak negara harus menjamin kelangsungan hak hidup, kelangsungan hidup dan
perkembangan anak (Pasal 6). Disamping itu negara berkewajiban untuk
menjamin hak atas tarap kesehatan tertinggi yang bisa dijangkau, dan melakukan
pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer.
(Pasal 24). Implementasinya dari Pasal 24, negara berkewajiban untuk
melaksanakan program-program :

1.melaksanakan upaya penurunan angka kematian bayi dan anak

2.menyediakan pelayanan kesehatan yang diperlukan

3.memberantas penyakit dan kekurangan gizi

4.menyediakan pelayanan kesehatan sebelum dan sesudah melahirkan bagi ibu

5.memperoleh informasi dan akses pada pendidikan dan mendapat dukungan pada
pengetahuan dasar tentang kesehatan dan gizi

6.mengembangkan perawatan kesehatan pencegahan, bimbingan bagi orang tua,


serta penyuluhan keluarga berencana.

7.mengambil tindakan untuk menghilangkan praktik tradisional yang


berprasangka buruk terhadap pelayanan kesehatan.

Terkait dengan itu, hak anak akan kelangsungan hidup dapat berupa:
1.hak anak untuk mendapatkan nama dan kewarganegaraan semenjak dilahirkan
(Pasal 7)

2.hak untuk memperoleh perlindungan dan memulihkan kembali aspek dasar jati
diri anak (nama, kewarganegaraan dan ikatan keluarga) (Pasal 8)

3.hak anak untuk hidup bersama (Pasal 9), dan hak anak untuk memperoleh
perlindungan dari segala bentuk salah perlakuan (abuse) yang dilakukan orang tua
atau orang lain yang bertangung jawab atas pengasuhan (Pasal 19)

4.hak untuk memperoleh perlindungan khusus bagi bagi anak- anak yang
kehilangan lingkungan keluarganya dan menjamin pengusahaan keluarga atau
penempatan institusional yang sesuai dengan mempertimbangkan latar budaya
anak (Pasal 20)

5.adopsi anak hanya dibolehkan dan dilakukan demi kepentingan terbaik anak,
dengan segala perlindungan yang disahkan oleh pejabat yang berwenang (Pasal
21)

6.hak-hak anak penyandang cacat (disabled) untuk memperoleh pengasuhan,


pendidikan dan latihan khusus yang dirancang untuk membantu mereka demi
mencapai tingkat kepercayaan diri yang tinggi (Pasal 23)

7.hak anak menikmati standar kehidupan yang memadai dan hak atas pendidikan
(Pasal 27 dan 28).

Hak terhadap perlindungan (protection rights). Hak perlindungan yaitu


perlindungan anak dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi anak
yang tidak mempunyai keluarga, dan bagi anak pengungsi. Hak perlindungan dari
diskriminasi, termasuk:

1.perlindungan anak penyandang cacat untuk memperoleh pendidikan, perwatan


dan latihan khusus

2.hak anak dari kelompok masyarakat minoritas dan penduduk asli dalam
kehidupan masyarakat negara.
Perlindungan dari ekploitasi, meliputi :

1.perlindungan dari gangguan kehidupan pribadi.

2.perlindungan dari keterlibatan dalam pekerjaan yang mengancam kesehatan,


pendidikan dan perkembangan anak.

3.perlindungan dari penyalahgunaan obat bius dan narkoba, perlindungan dari


upaya penganiayaan seksual, prostitusi, dan pornografi.

4.perlindungan upaya penjualan, penyelundupan dan penculikan anak.

5.perlindungan dari proses hukum bagi anak yang didakwa atau diputus telah
melakukan pelanggaran hukum.

Hak untuk Tumbuh Berkembang (development rights) Hak tumbuh berkembang


meliputi segala bentuk pendidikan (formal maupun non formal) dan hak untuk
mencapai standar hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual,
moral dan sosial anak. Hak anak atas pendidikan diatur pada Pasal 28 Konvensi
Hak Anak menyebutkan :

1.negara menjamin kewajiban pendidikan dasar dan menyediakan secara cuma-


Cuma.

2.mendorong pengembangan macam-macam bentuk pendidikan dan mudah


dijangkau oleh setiap anak.

3.membuat imformasi dan bimbingan pendidikan dan ketrampIlan bagi anak.

4.mengambil langkah-langkah untuk mendorong kehadirannya secara teratur di


sekolah dan pengurangan angka putus sekolah.

2.3 Contoh kasus kekerasan terhadap anak

Mengenai kekerasan terhadap anak disini kami membahas tentang kekerasan yang
sangat amat tragis.Yaitu seorang anak yang bernama Bastien (AFP) anak asal
Paris.Untuk lebih jelasnya mari kita pahami kronologisnya.Seorang ayah di
Prancis tega menghabisi nyawa anak kandungnya yang masih berumur 3 tahun.
Sang ayah dengan kejam memasukkan sang balita ke dalam mesin cuci dan
kemudian menyalakannya.

Atas perbuatannya tersebut, sang ayah yang bernama Christophe Champenois (33)
dikenai tuduhan pembunuhan terhadap anak kecil oleh pengadilan setempat di
Meaux, Paris. Demikian seperti diberitakan kantor berita AFP dan dilansir Sydney
Morning Herald, Selasa (29/11/2011).

Insiden tragis tersebut terjadi di apartemen mereka, Germiny L'Eveque, Paris,


pada Jumat (25/11) lalu. Sang ayah, Champenois memasukkan anaknya yang
bernama Bastien dalam keadaan telanjang ke dalam mesin cuci. Hal ini dilakukan
untuk menghukum Bastien yang terlibat masalah di tempat penitipan anak.

Salah seorang saksi mata bernama Alice yang merupakan tetangga apartemen
mereka mengaku, dirinya sempat melihat kondisi jasad Bastien saat ibu sang anak
mendatangi apartemennya untuk meminta bantuan. Alice menyebut kondisi
Bastien saat itu sangat tragis.
"Saya sempat menggendong anak kecil itu di lengan saya, dia kaku, dalam
keadaan benar-benar telanjang. Semua tubuhnya putih, lemas, sungguh-sungguh
seperti sebuah mainan," terang Alice.

Menurut Alice, sang ibu datang dengan panik sambil menggendong Bastien untuk
meminta pertolongan. Bantuan pernapasan kepada Bastien sempat dilakukan, tapi
sayangnya nyawa Bastien tak terselamatkan.

Atas tindakannya ini, Champenois telah ditahan Kepolisian Prancis atas tuduhan
pembunuhan. Sedangkan sang ibunda juga ikut ditahan atas tuduhan lalai
mencegah terjadinya tindak kriminal dan lalai hingga menyebabkan seseorang
dalam bahaya. Kedua orangtua Bastien ditahan tanpa jaminan.

Sementara itu, Champenois membantah semua tuduhan yang dikenakan padanya.


Dia berdalih, anaknya tewas karena terjatuh di tangga. Namun, berdasar
keterangan saksi dan hasil visum terhadap jasad Bastien, ditemukan fakta bahwa
anak tersebut memang dimasukkan ke dalam mesin cuci. Selain itu, terungkap
juga bahwa Bastien pernah mengalami penganiayaan secara berulang-ulang, salah
satunya dikunci selama berjam-jam di dalam lemari.

Ditambah seorang pejabat setempat mengatakan bahwa keluarga Champenois


mendapat bantuan pekerja sosial sejak 2006 karena tekanan sosial dan psikologis.
Pada akhir bulan ini, tingkah laku Bastien dinilai agak aneh, di mana balita 3
tahun tersebut selalu tampak cemas.

You might also like