You are on page 1of 14

1.4.

Landasan Teori

1.4.1. Faktor Fisika

1.4.1.1 Kebisingan

Bising merupakan suara yang tidak dikehendaki yang menimbulkan berbagai macam

gangguan, yaitu: gangguan pendengaran, fisiologis, komunikasi, gangguan tidur dan

psikologis.11

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan

pendengaran.12

Pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Kebisingan sebesar 85 dBA untuk

lingkungan kerja yang oleh tenaga kerja masih dapat dihadapi dalam pekerjaannya sehari-hari

tidak mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan untuk waktu kerja terus menerus tidak

lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.8

Sumber kebisingan

Di Industri, sumber kebisingan dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:

a. Mesin misalnya generator, mesin diesel pembangkit listrik dan mesin-mesin produksi,

b. Vibrasi misalnya roda gigi.

c. Pergerakan udara, gas dan cairan misalnya pada pipa penyalur cairan & gas, outlet pipa,

dan gas buang.

Peralatan dan mesin-mesin di industri dapat menimbulkan kebisingan. Kebisingan dapat

terjadi karena mengoperasikan mesin-mesin produksi yang sudah cukup tua, terlalu sering
mengoperasikan mesin-mesin, sistem perawatan dan perbaikan mesin-mesin produksi yang

tidak sesuai ketentuan.13

Klasifikasi kebisingan

Di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar, yaitu :

1. Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise). Kebisingan ini

merupakan nada-nada murni pada frekuensi yang beragam., contohnya suara

mesin, suara kipas dan sebagainya.

b. Kebisingan tetap (Brod band noise). Kebisingan dengan frekuensi terputus dan

Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steadynoise).

Perbedaannya adalah brod band noise terjadi pada frekuensi yang lebih bervariasi

(bukan nada murni).

2. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tigajenis, yaitu:

a. Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise) yaitu kebisingan yang selalu berubah-

ubah selama rentang waktu tertentu.

b. Intermiten noise yaitu kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat

berubah-ubah.

c. Kebisingan impulsif (Impulsive noise).14

Bahaya kebisingan

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kebisingan pada sistem pendengaran yaitu:

1. Noise Induced Hearing Loss (NIHL)

NIHL adalah gangguan pendengaran akibat bising di suatu lingkungan kerja dalam jangka

waktu lama dan terus menerus. Penurunan pendengaran sensorineural pada kedua telinga ini
pada awalnya tidak disadari, karena belum mengganggu percakapan sehari-hari. Faktor lama

pajanan, intensitas kebisingan, umur serta faktor lain akan berpengaruh terhadap penurunan

pendengaran tersebut. Faktor yang mempercepat NIHL adalah pajanan intensitas kebisingan

melebihi NAB (>85 dBA selama 8 jam).15

2. Temporary Threshold Shift

Temporary Threshold Shift adalah kurang pendengaran akibat bising sementara, merupakan

efek jangka pendek dari pemaparan bising berupa kenaikan ambang sementara yang kemudian

setelah berakhirnya pemaparan terhadap bising akan kembali normal.

3. Permanent Threshold Shift

Permanenet Threshold Shift adalah kurang pendengaran akibat bising tetap, merupakan

kenaikan ambang pendengaran yang bersifat ireversibel.

4. Acoustic Trauma

Acoustic trauma adalah gangguan pendengaran yang disebabkan pemaparan tunggal terhadap

intensitas yang tinggi dan secara tiba-tiba.

Pengukuran Kebisingan

Pengukuran Standar Batas Tingkat Kebisingan menjadi suatu hal sangat penting

dilakukan di lingkungan kerja dan proses industri jika dikaitkan dengan masalah kesehatan.

Kondisi lingkungan kerja dengan tingkat kebisingan yang tinggi jika berlangsung dalam jangka

waktu lama dan terus menerus maka dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi

kesehatan orang orang yang berada di lingkungan tersebut. Untuk meminimalisir dan

pencegahan hal tersebut maka dalam setiap lingkungan kerja terutama yang berhubungan dengan
proses industri diharuskan melakukan pengukuran tingkat kebisingan suara yang dihasilkan dari

proses industrinya.14

cara atau metode pengukuran tingkat kebisingan di lokasi kerja, yaitu :

Pengukuran dengan metode titik sampling Pengukuran ini dilakukan jika tingkat

kebisingan yang diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa titik lokasi saja.

Pengukuran ini juga dapat dilakukan dalam rangka mengevalusai kebisingan yang disebabkan

oleh suatu peralatan sederhana seperti kompresor/generator. Pada pengukuran dengan metode

ini, jarak pengukuran dari titik sumber suara harus dicantumkan, misalnya 3 meter dari

ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon pada alat pengukur yang

digunakan.16

Tempat kerja yang melebihi NAB harus menerapkan Program Konservasi

Pendengaran/Hearing Conservation Program (HCP)Program Konservasi Pendengaran meliputi:

a. Pemantauan Kebisingan

Alat ukur untuk pengukuran kebisingan di tempat kerja adalah Sound Level Meter dan

untuk personal monitoring digunakan Noise Dosimeter.


Gambar 1.2 Alat ukur kebisingan

Sebelum melakukan pengukuran yang pertama harus dilakukan adalah identifikasi

bahaya apakah di area kerja terdapat sumber bahaya dari mesin atau aktifitas pekerjaan yang

dapat menimbulkan kebisingan, bisa juga dengan melakukan Work Through Survey yaitu

survey ke tempat kerja dan melakukan identifikasi bahaya. Langkah selanjutnya melakukan

pengukuran kebisingan dengan Sound Level Meter, perlu diketahui bahwa noise adalah

menggunakan fungsi logaritma, karena rentang pendengaran manusia sangat lebar dengan

satuan desible (dBA). Lakukan pengukuran secara periodik baik tempat kerja maupun

personal monitoring, bandingkan data pengukuran dengan Nilai Ambang Batas.16

b. Test Audiometri/Pendengaran

Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas kebisingan melebihi

NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan minimal 1 tahun sekali. Audiometri test

juga harus dilakukan pada karyawan baru/rotasi/mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan

intensitas kebisingan yang cukup tinggi.


c. Pengendalian Kebisingan

Langkah efektif untuk pencegahan gangguan pendengaran adalah dengan melakukan

pengendalian pada sumber bahaya dengan melakukan eliminasi, subtitusi, engineering,

administrasi. Pada tahap perencanaan pastikan memilih peralatan dengan efek kebisingan

paling rendah, mesin dengan intensitas kebisingan tinggi jauhkan dari area yang terdapat

banyak pekerja disana. Jika mesin tersebut masih bising lakukan pemasangan barier, pasang

peredam jika perlu total enclosure/partial enclosure.

Untuk Tahap Administrasi bisa melakukan hal-hal sebagai berikut

1. Berlakukan area tersebut sebagai area terbatas, hanya boleh dimasuki personil yang

terlatih, menggunakan Alat Pelindung Pendengaran

2. Pengaturan jadwal kerja sesuai NAB, misal 85 dBA bekerja selama 8 jam, 88 dBA

bekerja selama 4 jam, dst

d. Alat Pelindung Diri/Alat Pelindung pendengaran

Pemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam upaya pencegahan

gangguan pendengaran, ada 2 jenis:

1. Ear plug/sumbat telinga

2. Ear muff tutup telinga


Gambar 1.3 Alat pelindung pendengaran

Setiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai Noise Reduction Rate (NRR), secara prinsip

Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah:

Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – NRR (dBAC)

Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%, dengan

mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus diatas

menjadi

Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%]

Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan pelindung ganda

yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan

– pilih NRR terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus:

Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) – [(NRR-7)*50%] – 5

Hal yang penting dalam Alat Pelindung Pendengaran ini adalah berikan pelatihan

penggunaannya yang tepat, gambar dibawah adalah contoh penggunaan Alat Pelindung

Pendengaran.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan Alat Pelindung Pendengaran adalah :

1. Dapat melindungi pekerja dari kebisingan

2. Nyaman dipakai dan efisien

3. Masih bisa berkomunikasi ketika digunakan, karena jika berlebihan dapat

menimbulkan bahaya lainnya misal tidak dapat mendengar isyarat atau sirene

tanda bahaya.

e. Training Motivasi

Berikan penjelasan ke karyawan tentang akibat kebisingan serta bagaimana cara

mencegahnya, buktikan bahwa tidak ada orang yang kebal terhadap kebisingan dengan

memberikan data catatan rekam medis audiometri serta data pengukuran area kerja.

f. Pemeliharaan Catatan

Pelihara data pengukuran area kerja, audiometri test karyawan dan evaluasi secara berkala.

Lakukan upaya teknis untuk area kerja yang memiliki tingkat kebisingan melebihi NAB.1
1.4.1.2 Penerangan

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan

.Intensitas penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan

kerja. Tempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup untuk dapat melihat dengan

baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat dan jenis pekerjaan dimana

pekerjaan yang teliti memerlukan intensitas penerangan yang besar.

a. Persyaratan penerangan buatan, umumnya menggunakan energi listrik

1. Penerangan listrik harus cukup intensitasnya sesuai dengan jenis pekerjaan.

2. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan suhu udara di tempat kerja

mengalami pertambahan yang berlebihan

3. Sumber penerangan listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang

tepat, menyebar merata tidak berkedip tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan

bayangan yang mengganggu.

b. Faktor yg menentukan besarnya pencahayaan

1. Ukuran obyek.

2. Derajat kontras

3. Luminensi : brightness: terangnya lapangan penglihatan yg tergantung dari penerangan

dan pemantulan obyek/permukaan.

4. Lamanya melihat.

5. Jenis Pencahayaan

a. Pencahayaan lokal adalah cahaya yang memancarkan langsung dari sumbernya ke

permukaan bidang kerja tempat tenaga kerja melaksanakan aktivitasnya.


b. Pencahayaan umum adalah rata-rata intensitas penerangan yang terdapat dalam

lingkungan kerja tempat tenaga kerja melakukan aktivitasnya.

Penerangan dikatakan buruk apabila memiliki intensitas penerangan yang tidak sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dilaksanakan, distribusi yang tidak merata, mengakibatkan kesilauan dan

kurangnya kekontrasan.

Akibat pencahayaan yang buruk bagi kesehatan:

 Menyebabkan kelelahan mata dengan gejala pegal-pegal disekitar mata, mata merah dan

berair, pandangan kabur/rangkap dan miopa.

 Pencahayaan yang tidak menetap dapat menyebabkan kerusakan sel-sel syaraf pada

retina.

 Pencahayaan yang terlalu tinggi dan tidak merata dan kesilauan dapat menyebabkan mata

memerah, pandangan gelap/kabur, rusak sel syaraf pada retina, buta.18

1.4.1.3 Iklim Kerja

Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan

suhu radiasi. Kombinasi keempat faktor tersebut bila dihubungkan dengan produksi panas oleh

tubuh dapat disebut dengan tekanan panas. Indeks tekanan panas disuatu lingkungan kerja adalah

perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan udara, dan panas

metabolisme sebagai hasil aktivitas seseorang.

Suhu tubuh manusia dapat dipertahankan secara menetap oleh suatu sistem pengatur suhu

(thermoregulatory system). Suhu menetap ini adalah akibat keseimbangan diantara panas yang

dihasilkan didalam tubuh sebagai akibat metabolisme dan pertukaran panas diantara tubuh

dengan lingkungan sekitar. Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24 derajat Celsius

sampai 27 derajat Celsius.

Beberapa istilah dalam iklim kerja :

1. Suhu kering (Dry Bulb Temperature) adalah suhu yang ditunjukan oleh thermometer

suhu kering.

2. Suhu basah alami (Natural Wet Bulb Termometer) adalah suhu yang ditunjukan oleh

thermometer bola basah alami.

3. Suhu bola (Globe Temperature) adalah suhu yang ditunjukan oleh thermometer bola.

4. Indeks Suhu Basah dan Bola (Wet Bulb Globe Temperature Index) yang selanjutnya

disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil

perhitungan Antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.14

Macam Iklim kerja

Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri telah menimbulkan suatu

lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu, yang dapat berupa iklim keja panas

dan iklim kerja dingin.

Iklim kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan

oleh gerakan angin, kelembaban, suhu udara, suhu radiasi dan sinar matahari. Panas sebenarnya

merupakan energi kinetik gerak molekul yang secara terus menerus dihasilkan dalam tubuh

sebagai hasil samping metabolisme dan panas tubuh yang dikeluarkan kelingkungan sekitar.

Agar tetap seimbang antara pengeluaran dan pembentukan panas maka tubuh mengadakan usaha

pertukaran panas dari tubuh kelingkungan sekitar melalui kulit dengan cara konduksi, konveksi,

radiasi dan evaporasi.


1. Konduksi, merupakan pertukaran diantara tubuh dan benda-benda sekitar dengan melalui

sentuhan atau kontak. Konduksi akan menghilangkan panas dari tubuh apabila benda-benda

sekitar lebih dingin suhunya, dan akan menambah panas kepada tubuh apabila benda-benda

sekitar lebih panas dari tubuh manusia.

2. Konveksi, adalah petukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui kontak udara

dengan tubuh. Pada proses ini pembuangan panas terbawa oleh udara sekitar tubuh.

3. Radiasi, merupakan tenaga dari gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang

lebih panjang dari sinar matahari.

4. Evaporasi, adalah keringat yang keluar melalui kulit akan cepat menguap bila udara diluar

badan kering dan terdapat aliran angin sehingga terjadi pelepasan panas dipermukan kulit,

maka cepat terjadi penguapan yang akhirnya suhu badan bisa menurun.

Pengukuran Iklim kerja

Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran besarnya tekanan

panas salah satunya dengan mengukur ISBB atau Indeks Suhu Basah dan Bola (Tim

Hiperkes, 2004), macamnya adalah:

1. Untuk pekerjaan diluar gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering

2. Untuk pekerjaan didalam gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Alat yang dapat digunakan adalah Arsmann psychrometer untuk mengukur suhu basah,

temometer kata untuk mengukur kecepatan udara dan termometer bola untuk mengukur suhu

radiasi. Selain itu pengukuran iklim kerja dapat mengunakan questemt digital.
Iklim kerja panas

Pengaruh akibat tekanan panas terhadap kesehatan pekerja

a. Pengaruh terhadap daya kerja dan effisiensi kerja

b. Gangguan kesehatan, kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis :

1. Miliria rubra (heat resh): pori-pori membesar, kulit merah dan terasa gatal.

2. Kejang panas (heat cramp):

3. Heat stroke: gangguan kesadaran, suhu badan mencapai 40oC dan kulit kering tidak

berkeringat:ginjal hati dan pembuluh darah.

4. Sengatan panas: paparan panas ringan, pingsan.

5. Kelelahan karena panas (heat exhaustion): haus, sempoyongan, pucat, sakit kepala,

mual, gelisah, delirium, dehidrasi.

Iklim Kerja Dingin

1. Chillbains (reaksi abnormal pembuluh darah mengecil): bekerja dalam jangka waktu

lama, bengkak, memerah, panas dan sakit disertai gatal.

2. Trench foot (kerusakan anggota badan terutama kaki akibat suhu dingin): ischemis,

pucat, nadi tak terasa, kesemutan, kaku dan terasa berat.

3. Frost bite (membekunya sebagian tubuh): suhu terlalu rendah dibawah titik beku, jika

TK belum beraklimatisasi gejala gangrene yang tetap.

Cara Pencegahan yang dapat dilakukan antara lain yaitu

1. Menurunkan kondisi iklim kerja panas melalui perbaikan ventilasi maupun pemasangan

penyegar udara

2. Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat dengan pedoman pada Variasi Waktu kerja

berdasarkan nilai ISBB.


3. Aklimasi tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang baru

4. Penyediaan air minum

5. Tidak mempekerjakan pekerja yang sakit ginjal dan jantung pada tempat kerja panas

6. Mengenakan pakaian kerja dan asupan gizi yang memadai

7. Disediakan ruang adaptasi yang dipergunakan untukpenyesuaian dengan suhu diluar

ruangan baik sebelum maupun sesudah bekerja.14

You might also like