You are on page 1of 5

Buta Huruf_5 Usia 15-44

2014 2015 2016


Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P Laki-Laki Perempuan L+P
[12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20]
Kabupaten
Pacitan 0.79 0.00 0.39 0.45 0.00 0.22 0.07 0.00 0.03
Ponorogo 0.18 0.13 0.15 0.53 1.65 1.08 0.66 0.14 0.41
Trenggalek 0.13 0.32 0.22 0.33 0.35 0.34 0.12 0.84 0.49
Tulungagung 0.30 0.00 0.14 0.16 0.26 0.21 0.00 0.16 0.08
Blitar 0.31 0.64 0.46 1.20 0.56 0.88 0.33 0.88 0.60
Kediri 0.38 0.22 0.30 0.42 0.42 0.42 0.29 0.60 0.45
Malang 0.56 0.95 0.75 0.46 1.23 0.84 0.78 1.28 1.03
Lumajang 1.26 1.56 1.42 0.56 1.47 1.03 1.36 1.35 1.35
Jember 2.01 4.53 3.31 1.29 3.07 2.19 1.26 2.63 1.95
Banyuwangi 0.97 1.34 1.15 0.44 2.13 1.28 0.84 0.79 0.82
Bondowoso 0.89 2.30 1.62 1.07 2.75 1.93 1.50 3.63 2.57
Situbondo 3.32 5.69 4.53 2.95 2.76 2.86 1.94 4.76 3.43
Probolinggo 2.52 5.57 4.12 2.22 4.35 3.32 1.86 3.89 2.91
Pasuruan 0.74 2.22 1.48 0.77 3.43 2.10 1.03 1.43 1.23
Sidoarjo 0.06 0.28 0.17 0.00 0.14 0.07 0.11 0.10 0.11
Mojokerto 0.29 0.43 0.36 0.44 0.06 0.25 0.06 0.69 0.37
Jombang 0.00 0.03 0.02 0.52 0.09 0.31 0.33 0.22 0.28
Nganjuk 0.55 0.86 0.71 0.00 0.16 0.08 0.18 0.00 0.09
Madiun 0.00 0.44 0.22 0.28 0.73 0.51 2.10 0.41 1.25
Magetan 0.29 0.00 0.14 0.28 0.12 0.20 0.50 0.19 0.35
Ngawi 0.64 1.74 1.21 0.90 1.01 0.96 1.30 2.25 1.78
Bojonegoro 1.79 1.61 1.69 0.82 0.71 0.76 0.59 0.70 0.65
Tuban 0.75 1.36 1.05 1.65 1.59 1.62 1.00 1.42 1.21
Lamongan 0.00 0.48 0.24 0.40 0.58 0.49 0.24 0.00 0.12
Gresik 0.11 0.00 0.05 0.00 0.28 0.14 0.00 0.14 0.07
Bangkalan 2.07 6.40 4.37 2.74 3.33 3.05 1.50 4.43 3.04
Sampang 5.19 13.20 9.33 5.57 10.47 8.10 3.69 7.45 5.67
Pamekasan 2.08 4.91 3.52 1.73 6.37 4.12 2.15 3.63 2.91
Sumenep 2.40 8.62 5.66 1.50 4.80 3.25 1.25 3.46 2.40
Kota
Kota Kediri 0.00 0.00 0.00 0.21 0.00 0.11 0.00 0.38 0.19
Kota Blitar 0.71 0.00 0.35 0.41 0.59 0.50 0.33 0.59 0.46
Kota Malang 0.13 0.00 0.06 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 0.07
Kota
0.43 0.20 0.32 0.21 1.23 0.72 0.15 0.41 0.28
Probolinggo
Kota
0.18 0.20 0.19 0.15 0.51 0.33 1.10 0.25 0.67
Pasuruan
Kota
0.00 0.24 0.12 0.00 0.00 0.00 0.62 0.00 0.31
Mojokerto
Kota Madiun 0.00 0.38 0.19 0.13 0.00 0.06 1.27 0.38 0.83
Kota
0.16 0.57 0.37 0.28 0.10 0.19 0.27 0.45 0.36
Surabaya
Kota Batu 0.22 0.00 0.11 0.00 0.09 0.05 0.29 0.00 0.15
JAWA TIMUR 0.88 1.97 1.43 0.83 1.64 1.24 0.78 1.39 1.09
Buta huruf menurut Umberto Sihombing tahun 2001 adalah kelompok masyarakat yang tidak mungkin mendapatkan
pelayanan pendidikan sekolah karena sebagian besar mereka telah berusia lanjut sedangkan usia sekolah pada umumnya sudah masuk
jalur persekolahan dan umumnya berasal dari keluarga miskin yang tidak mampu memikul biaya pendidikan yang diperlukan.

Pada era internet sekarang masih kita dapati beberapa masyarakat yang mengalami buta huruf pada usia produktif yakni 15 –
44 tahun hal ini menunjukan bahwa penyebaran informasi masih kurang merata didaerah lain. Terutama pada daerah kabupaten yang
dominan memiliki akses yang sangat susah.

Dari data yang didapat dapat di ketahui bahwa pada tahun 2014 jumlah kasus buta huruf untuk jenis kelamin laki - laki
sejumlah 5,19 berada pada kabupaten Sampang dan 0,71 berada pada kota Blitar dan jenis kelamin kelamin perempuan jumlah kasus
buta huruf sebesar 13,2 berada di kabupaten Sampang dan 0.57 berada pada kota Surabaya. Dapat disimpulkan untuk tahun 2014
jumlah kasus buta huruf terbanyak diperoleh jenis kelamin perempuan dan berada pada kabupaten Sampang.

Dari data yang didapat dapat di ketahui bahwa pada tahun 2015 jumlah kasus buta huruf untuk jenis kelamin laki - laki
sejumlah 5,57 berada pada kabupaten sampang dan 0,41 berada pada kota blitar dan jenis kelamin kelamin perempuan jumlah kasus
buta huruf sebesar 10,47 berada di kabupaten Sampang dan 1.23 berada pada kota Probolinggo. Dapat disimpulkan untuk tahun 2015
jumlah kasus buta huruf terbanyak diperoleh jenis kelamin perempuan dan berada pada kabupaten Sampang.

Dari data yang didapat dapat di ketahui bahwa pada tahun 2016 jumlah kasus buta huruf untuk jenis kelamin laki - laki
sejumlah 3,69 berada pada kabupaten Sampang dan 1.27 berada pada kota Madiun dan jenis kelamin kelamin perempuan jumlah
kasus buta huruf sebesar 7,45 berada di kabupaten Sampang dan 0.59 berada pada kota Blitar. Dapat disimpulkan untuk tahun 2016
jumlah kasus buta huruf terbanyak diperoleh jenis kelamin perempuan dan berada pada kabupaten Sampang.

Dari data yang diperoleh mulai dari tahun 2014 – 2016 dapat disimpulakan bahwa jumlah kasus buta huruf tertinggi selama 3
tahun berturut – turut terdapat di kabupaten Sampang dengan jenis kelamin perempuan. Kasus tertinggi dialami pada tahun 2014
dengan angka 13,2 namun selama 3 tahun tersebut pada Kabupaten Sampang telah mengalami penurunan jumlah kasus. Pada jenis
kelamin laki – laki jumlah kasus buta huruf tidak setinggi angka jumlah kasus pada perempuan namun angka pada jenis kelamin laki –
laki mengalami fluktuatif (kenaikan dan penurunan).

Kasus buta huruf lebih dominan berada pada daerah kabupaten dibanding dengan daerah perkotaan dapat diketahui kasus buta
huruf merupakan masalah yang multifaktor ( dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor) diantaranya :
1. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi kasus buta huruf sebab seseorang yang
memiliki kesempatan mengenyam pendidikan dapat dipastikan seseorang tersebut melek huruf atau bisa membaca dan
menulis dengan benar. Membaca dan menulis merupakan dasar dari dunia pendidikan. Apabila salah satu keluarga tidak
memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan maka dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain untuk tidak
dapat bersekolah.

2. Ekonomi
Status ekonomi dapat kita ketahui dengan pendapatan keluarga. Pendapatan keluarga yang rendah lebih dominan
memilih tidak mengenyam pendidikan karena uang yang didapat keluarga tersebut sudah terbatas dan hanya bisa di bagi
untuk kebutuhan sehari – hari dan bagi mereka pendidikan merupakan kebutuhan sampingan yang tidak harus dipenuhi.

3. Budaya
Budaya merupakan cara hidup yang mengatur bagaimana seseorang menentukan sikap saat berhubungan dengan orang
lain. Budaya berkembang dalam suatu kelompok masyarakat secara turun menurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dimana budaya terbentuk dari beberapa unsur yaitu politik, adat istiadat, agama, bahasa, pakaian, perkakas, dan
karya seni. Budaya dapat mempengaruhi gender atau peran sosial baik laki – laki maupun perempuan. Dimana dari data
diatas dapat diketahui jenis kelamin perempuan yang memiliki jumlah kasus tertinggi menunjukan bahwa paradigma
masyarakat mengenai peran sosial seorang perempuan sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurus semua aktivitas
rumah tidak memerlukan pendidikan yang tinggi bahkan tidak perlu mengenyam dunia pendidikan, berbeda dengan peran
sosial laki – laki yang dituntut untuk bekerja memberi nafkahn kepada keluarga maka dari itu pendidikan dirasa sangat
penting untuk bisa bersaing didunia kerja.

4. Wilayah
Perbedaan kondisi wilayah di kabupaten dan kota sangatlah berbeda dimulai dari akses dan fasilitas yang diperoleh
jauh berbeda. Di kota kita bisa mendapatkan beberapa fasilitas termasuk sekolahan, perguruan tinggi dan tempat kerja atau
peluang kerja yang besar sedangkan di daerah kabupaten fasilitas yang didapatkan cukup terbatas seperti jarak antar
sekolah dan tempat kerja sangatlah jauh dan sulit diakses sehingga banyak masyarakat yang tidak bisa menjangkau
fasilitas tersebut,
Upaya pemerintah dalam pemberantasan buta huruf di Indonesia dengan membuat program wajib belajar 9 tahun bagi
anak – anak usia sekolah dan program kejar paket bagi siswa yang tidak lulus ujian nasional dan pendidikan non formal
melalui program taman bacaan masyarakat sebagai sumber informasi dan pusat pembelajaran masyarakat. Selain itu
pemerintah dapat menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi melalui program kuliah kerja nyata dimana mahasiswa
terjun langsung di tengah masyarakat dan terlibat dalam proses pembelajaran pendidikan membaca.
Pemerintah juga menggalakan program BOS (Bantuan operasional Sekolah) untuk mempermudah masyarakat yang
kurang mampu tetap dapat mengenyam bangku pendidikan dengan beberapa subsidi yang diterima bahkan presiden
menggalakan program kartu indonesia pintar itu juga dirasa sangat membantu masyarakat yang kurang mampu.

Disusun oleh :
Isnaini Rahmawati
Nilam Cahya N
Rika Ariyani
Annysa Almira
Karina Amalia S

You might also like