You are on page 1of 122
ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DAN EFISIENS! KANTONG LUMPUR BENDUNG RENTANG BARU - KADIPATEN JAWA BARAT. > Oleh : TATL KOMIRAWATI F. 19,0806 1986 JURUSAN MBEKANISASI PBRTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR TATI KOMIRAWATI (F 19,0806), Analisa Angkutan Sedimen dan Efisiensi Kantong Lumpur Bendung Rentang Baru ~ Kadipaten Jawa Barat (Di bawah bimbingan IR, H.ARIS PRIYANTO, M.AE.). RINGKASAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa angkutan sedimen yang melewati sungai Cimanuk di A.W.L.R. Monjot dan intake, kantong lumpur serta saluran primer Sindopraja yang meliputi konsentrasi, distribuei ukuran partikel dan jumlah angkutan sedimennya, efisiensi kantong lumpur serta periode pengurasannya, dJumlah angkutan sedimen yang melewati sungai Cimanuk di A.W.L.R. Monjot tahun 1985-1986 adalah 36 895 693 ton/ tahun, dengan distribuei ukuran partikel dari material de- sar terdiri dari 4.96 persen frakei kerikil dan 95.04 per- sen frakei pasir, Angkutan sedimen ini akan menjadikan gangguan bagi daerah aliran di bawahnya, Salah satu cara untuk mengurangi angkutan sedimen ada- ah dengan jalan menghalangi jalannya angkutan sedimen se~ belum masuk ke saluran irigasi atau reservoir, misalnya dengan membangun konstrukei kantong lumpur ("sand trap"), Bendung Rentang Baru merupakan suatu bangunan bendung yang dilengkapi dengan konstrukei pembilas bawah ("under sluice"), dinding pemisah ("devide wall") dan kantong lum- pur ("sand trap"), Menurut GARG (1976), konstruksi-kons- truksi di atas merupakan bagian dari bendung yang lengkap. Dengan adanya Bendung Rentang Baru, sebelum masuk ke intake angkutan sedimen dasar yang berupa frakei kasar dan yang lebih besarnya lagi dimasukkan ke pembilas bawah, ma- terial dasar yang diendapkan di bendung adalah 0,71 persen frakei kerikil, 85.76 persen fraksi pasir, 10.36 persen frakei debu dan 3.17 persen fraksi liat. Dengan demilcian, angkutan sedimen yang masuk ke intake merupakan angkutan sedimen melayang, dengan ukuran partikel terdiri dari 14.79 persen fraksi pasir, 53.29 persen fraksi debu dan 31.96 persen fraksi liat, Jumlah angkutan sedimen yang melewa- ti intake adalah 416 642 ton untuk periode musim hujan dan 108 569 untuk periode musim kemarau, Kantong lumpur yang ditempatkan di hilir intake, akan mengendapkan angkutan sedimen yang melewati intake sebelum masuk ke saluran primer, sehingga angkutan sedimen yang masuk ke saluran primer semakin berkurang. Jumlah angiu- tan sedimen yang diendapkan di kantong lumpur adalah se- besar 187 156 ton untuk periode musim hujan dan 42 657 ton untuk periode musim kemarau, dengan distribusi ukuran par- tikel yang diendapkan adalah 10.20 persen fraksi pasir, 73.58 persen fraksi debu dan 16.22 persen frakei liat, se- dangkan yang masuk ke saluran primer terdiri dari 3.53 per- sen frakei pasir, 51.94 persen frakei debu dan 4l:.53 per- sen frakei liat, dengan jumlah angkutan sedimen sebesar 229 505 ton untuk periode musim hujan dan 65 917 ton untuk periode musim kemarau, Berdasarkan jumlah angkutan sedimen yang masuk ke kantong lumpur dan yang keluar dari kantong lumpur masuk ke saluran primer diperoleh bahwa pada periode musim hujan efisionsi dari kantong lumpur adalah 44.92 persen dan un- tuk periode musim kemarau adalah 39.29 persen. Dengan dimensi volume efektif kantong lumpur 10 806 m>, periode pengurasan dilakukan 10 hari sekali untuk periode musim hujan dan 55 hari sekali untuk periode musim kenarau. Pengurasan dilakukan dengan cara hidrolis ("hydraulic flu- shing"), di mana bahan endapan dibuang ke sungai Cimanuk juga. ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DAN EFISIENSI KANTONG LUMPUR BENDUNG RENTANG BARU - KADIPATEN SAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian oleh TATI KOMIRAWATI F,19 0806 1986 SURUSAN MEKANISASI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DAN EFISIENSI KANTONG LUMPUR BENDUNG RENTANG BARU - KADIPATEN SAWA BARAT SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Jurusan Mekanisasi Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor oleh TATI KOMIRAWATI F.19 0806 dilahirkan 14 Desember 1963 di Ciamis Disetujui, November 1986 “DOSEN PEMBIMBING RIWAYAT HIDUP Penvlis dilahirkan pada tanggal 14 Desember 1963 di Ciamis. Orang tua bernama Atang Komaruddin dan Tis Puri- asih, Penulis merupakan anck ke dua dari empat bersauda- ra. Mulei masuk SD pada tahun 1970 dan lulus dari SMA pada tahun 1982, yang diselesaikan di Ciamis dan Tesikma- laya. Penulis masuk Institut Pertanian Bogor pada tahun 1982, melalui Proyek Perintis II dan masuk Fakultas Tek- nologi Pertanian, Jurusan Mekanisasi Pertanian pada tahun 1983. KATA PENGANTAR Dengan rahmat Tuhan Yang Mahaesa, penulis mengucap- kan syukur alhamdulillah kehadirat-Nya, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya maka penulisan skripsi ini dapat diselesaikan, Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada : 1. Ir, H, Aris Priyanto, MAE., sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, dorongan dan pengarahan selama study sehingga terwujudnya tulisan ini. 2. Ir, Sukandi Sukartaatmaja, MS., sebagai dosen penguji. 3, Ir, Gardjito, MSc., sebagai dosen penguji. 4. Ir. Bambang Kayanto, Dip.H. dan Abdul Rouf, BE.Dip.k., beserta staf lainnya yang telah memberikan bantuan dan pengarahan secara teknis selama pelaksanaan penelitian. Seluruh civitas academica dan sahabat tercinta di ling- kungan Institut Pertanian Bogor yang telah banyak mem- berikan bantuan dan dorongan selama penulis melakukan study. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempur- naan sangat dinarapkan, Harapan penulis, semoga tulisan ini dapat berguna bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, November 1986 Penulis Il. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR « DAFTAR ISI seeseecevecccscceesnceseseeceeeseesseeers. DAFTAR GAMBAR eeseeccecesevccteeeseccesesseeereees DAFTAR TABEL ssecseecsessssercceccseenseteceseseree DAFTAR LAMPIRAN ..esecesccceceeeesesees PENDAHULUAN . As LATAR BELAKANG oo... eeeeceeeceeeereeetrerseneeesee B. TUJUAN PENELITIAN .oeseccsecceseesseereceesereres TPINJAUAN PUSTAKA seeesesesecccreeeecessctereeseeeees A. PENGERTIAN SEDIMENTASI .eseseeseseceesereeeeeeees B, SIFAT-SIFAT PARTIKEL SEDIMEN TERPISAH 1, Ukuran Partikel Terpisah .. 2, Distribusi Ukuran Partikel sesessseseecerevees 3, Kecepatan Jatuh Partikel Terpisah seeeesseseee C. PENENTUAN ANGKUTAN SEDIMEN .....seceeeeeeeeeeeeee 1, Pengukuran Aliran ... 2, Pengambilan Contoh Air . By KOMBENtraSl sececeecessccccecenseeeeeeereesens 4, Penentuan Angkutan Sedimen s.ssseseseceeeesees De SEDIMEN CONTROL ....ssseceeeeesverccectenerserere 1, Kantong Lumpur .. 2, Dimensi Kantong Lumpur . 3. Kecepatan ALIran wessseseccecceeseecereetesees Halaman Ce ewuw ee 10 12 1a 16 18 18 20 22 23 26 Halaman 4, Bentuk Kantong Lumpur, Lokasi Pintu Bilas dan Intake ke Saluran .cececcccesccessceseseesees 28 5. Cara Pembuangan Bahan Endapan ..esseseseeeeee 33 . 35 35 B. ALAT DAN BAHAN cecsvsesevccvcccesesaceceeeccsoee 35 III, METODA PENELITIAN . A, TEMPAT DAN WAKTU ., C, METODA PENELITIAN ..eesecececceceeeeereeeeseeeee 3? Le Lapangan ceseesececeesseccracenrerenceccneses 3? 2, Laboratorium seveseceescceseereceresseveeeeee 38 ese 50 3. Pengolahan Data ... IV. PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN . A. ANGKUTAN SEDIMEN ..... B, EFISIENSI KANTONG LUMPUR ceseceeceseceeeeeeeeeee 60 C, PERIODE PENGURASAN KANTONG LUMPUR seseesseesseee 62 V. KESIMPULAN DAN SARAN ... . 65 A. KESIMPULAN ee escesesesees . 65 Be SARAN ssecavcevecceceecesscrecneresssseseeeseees 66 DAFTAR PUSTAKA sessasesececececevevsncerersersesees 110 Nomor 1. 2. 3. 3. 10. 1. 12, 13. 14. 15. 16. 17. . Ambang penahan sedimen ... DAFTAR GAMBAR Skema penggolongan sedimen .......ssseseeeeeeeeees Pergerakan sedimen pada beberapa kedalaman Gabungan dari peristiwa pelepasan dan pengangkutan sedimen dalam saluran .... Potongan melintang dan memanjang dari kantong lum~ PUP sees Kantong lumpur dengan saluran pembuang lurus dan intake ke samping .. Kantong lumpur dengan intake lurus dan saluran pem- buang ke samping ..... Kantong lumpur yang dilengkapi dengan dinding pemi- BAD ccecseserescnceccncseererscrcreneres denen eeeee Penyedot pasir (sand ejector) ...........+5 iaeties Kantong lumpur yang melengkung .. Kantong lumpur yang dilengkapi dengan saluran peng- ANEAD sececeeeetececereetereceeensetere Maeisiece slate Menentukan besarnya konsentrasi ...........0-05 te Menentukan spesifik gravity .eeesseseteeeseeseeees Menentukan distribusi ukuran partikel ....seeseeee Menentukan berat volume . Penentuan efisiensi kantong lumpur . Hubungan antara debit sedimen yang masuk ke kantong lumpur dan debit sedimen yang keluar dari kantong LUMPUT oe eee e cece ee eteeeetetereeee te DeaetiadieHe 14 22 25 28 29 31 32 REEBVYN ag 61 DAPTAR TABEL Nomor Halaman Distribusi ukuran partikel menurut USDA dan ISSS seseceseeeceees . sees 10 2, Distribusi ukuran partikel menurut AGU .... qu 3. Waktu pembacaan metoda pipet . 45 4, Waktu pembacaan metoda aerometer ...s.eseee 46 5. Hasil analisa ukuran partikel material desar di Sungai Cimanuk dan Bendung .. ree 56 Hasil analisa ukuran partikel yang masuk in- take, kantong lumpur dan saluran primer ... 58 Daftar debit sedimen yang masuk dan keluar dari Kantong LUMpUT seesesececsecenersenceetenee 59 8. Perhitungan efisiensi Kantong Lumpur ...... 60 9. Ukuran partikel yang melewati intake dan yang masuk ke saluran primer . stecteeereees 62 Nomor Halaman 1. Bangunan pembilas konvensional ...........seeeeeee 68 2, Pembilas bawah (undersluice) ......seeesee teeeeeee 70 3, Kantong lumpur (sand trap) . ae raa ia at eet Cee 4, Lengkung aliran sungai Cimanuk A.W.L.R. Monjot ... 73 5, Lengkung aliran intake Sindopraja ....s.sesesesee 7h 6. Lengkung aliran saluran primer Sindopraja ........ 75 7. Daftar debit aliran untuk sungai Cimanuk A.W.L.R. Monjot ... Hebe 8, Daftar debit aliran untuk intake dan saluran primer Sindopraja ... : + 79 9. Debit aliren harian rata-rata (m*/detix) untuk su- ngai Cimanuk A.W.L.R. Monjot tahun 1985-1986 ..... 80 10, Debit aliran harian rata-rata (w/detik) untuk in- take dan saluran primer Sindopraja tahun 1985-1986 82 ll. Debit sedimen hasil pengukuran di sungai Cimanuk A.W.L.R, Monjot untuk periode mein hujan . 8k 12, Debit sedimen hasil pengukuran di sungai Cimanuk A.W.L.R. Monjot untuk periode misim kemarau ...... 85 13. Debit sedimen hasil pengukuran di intake untuk pe- Fiode musim hujan sessecesessesererecerstensessees 86 14, Debit sedimen hasil pengukuran di intake untuk pe- riode musim kemarau . - 8 15, Debit sedimen hasil pengukuran di saluran primer untuk periode musim hujan . Heeeeee 88 16, Debit sedimen hasil pengukuran di saluran primer untuk periode musim kemarau ......seeseees secesees 89 17. Hubungan antara debit aliran dan debit sedimen un- tuk sungai Cimanuk A.W.L.R. Monjot ...eseeeeeee 90 18. Hubungan antara debit aliran dan debit sedimen un- tuk intake Sindopraja seecesecseessceteeeneneeee 91 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 19. Hubungan antara debit aliran dan debit sedimen untuk saluran primer Sindopraja seeesesseeeeesers 92 20. Debit sedimen harian rata-rata (ton/hari x i0°) untuk sungai Cimanuk @i A.W... Monjot tahun 1985 1986 Se uewais ieeeeOs 21. Debit sedimen harian rata-rata (ton/hari x 10%) untuk intake tahun 1985-1986 ........ 95 22, Debit sedimeh harian tate-rata (ton/hari x 103) untuk saluran primer tahun 1985-1986 .eesseserees 97 23, Distribusi_ukuran partikel sedimen di sungai Cim- 99 nuk AWWsL.R, MONJOt seeresecsevercccecseresesneus 2h. Distribusi ukuran partikel sedimen di sungai Cima~ nuk Bendung Rentang Bart ......e.seeeeeeee reece ++ 100 25. Distribusi ukuran partikel sedimen yang melewati intake ..... 102 26. Distribusi ukuran partikel Darras Haase ates Ba ceae ote teenie aacsicd 102 27. Distribusi ukuran partikel sedimen yang masuk sa- LUran Primer seceeseeeesesecserscstteeeteeees seve 103 28, Kumpulan foto-foto dari konstruksi Bendung Rentang Baru dan pengukuran pada waktu penelitian ....... 10h 29, Skema lokasi Bendung Rentang Baru 107 30. Daerah aliran sungai Cimanuk ... eanone see 108 31. Skema konstrukei kantong lumpur Sindopraja ...... 109 ‘I, PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Aktifitas manusia dan pengaruh alamnya, berperan penting dalam peningkatan laju erosi di daerah aliran eungai (DAS), Pengaruh dari kerusakan erosi mengaki- batkan terkelupasnya lapisan tanah permukaan yang su- bur (top soil), sehingga akibat dari erosi ini akan me- nyebabkan menurunnya produksi pangan, pendangkalan we- duk-waduk secara cepat yang akhirnya akan mengganggu operasi maksimal, demikian pula terhadap irigasi yang merupakan sarana pokok bagi peningkatan penyediaan pa- ngan, Dengan adanya aliran permukaan, partikel-partikel tanah yang terkelupas akan diangkut dan dipindahkan, yang mana sebagian tertahan di pohon-pohon, di cekungan, kolam-kolam dan sebagian lagi terus diangkut ke anak- anak sungai dan masuk ke sungai yang lebih besar yang merupakan angkutan sedimen (sediment transport). Dengan demikian, hampir setiap sungai mengangkut sedimen yang sumbernya berasal dari erosi, baik erosi lapisan (sheet erosion), erosi alur (rill erosion) maupun erosi parit (gully erosion) dan juga dari palung sungai itu sendiri. Partikel sedimen berusaha mengendap pada dasar su- ngai disebabkan oleh gaya gravitasi, tetapi sebagian la- gi tetap melayang di atas karena adanya turbulensi dari. aliran, Oleh karena itu aliran sungai tetap membawa partikel-partikel halus yang melayang bersama aliran sebagai angkutan melayang (suspended-load) dan angku- tan dasar (bed-load), Dari sungai ke intake selain air juga masuk bahan angkutan sedimen. Angkutan sedimen tersebut juga dapat mengalir terbawa aliran masuk ke saluran-saluran penga- iran dan selanjutnya masuk ke sawah Pemasukan angkutan sedimen ke intake, saluran-sa~ luran pengairan dan savah harus dibatasi baik jenis ma~ upun jumlahnya, Angkutan sedimen yang diperkenankan masuk ke sawah adalah frakei liat dan lempung, Liat dan lempung bahkan diperlukan untuk kesuburan tanaman, Oleh karena itu untuk. fraksi pasir atau yang lebih be- sarnya lagi, sama sekali harus dihindarkan masuk ke sa~ wah maupun ke saluran-saluran pengairan, Pengurangan angkutan sedimen diusahakan mulai dari intake, Sungai Cimanuk merupakan sungai utema di daerah Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu, Tuas daerah aliran sungai Cimanuk sampai di A.W.L.R. (Automatic Water Level Recorder) Jatibarang adalah se- besar 3322 Km°, Debit air pada musim hujan dapat men- capai 1016 m/detik, sedangkan debit air pada musi ke- marau sangat kecil, berkisar antara 11 m/detik, Per- bedaan yang besar antara debit makeimum dan debit mi- ninmum ini diperkirekan karena daerah alirannya sudah tererosi, Hal ini ditunjukan dari konsentrasi sedimen yang terbawa oleh aliran sungai Cimanuk, yang mana un- tuk konsentrasi terbesar adalah sebesar 10145 mg/liter, sedangkan konsentrasi terkecilnya adalah 137 mg/liter (ANONYMOUS, 1983). Bendung Rentang Baru yang dibangun di sungai Cima- nuk mempunyai dua buah intake, Intake yang sebelah ki- ri masuk ke saluran Cipelang dengen luas daerah penga- iran sebesar + 35.000 Ha, sedangkan intake yang sebelah kanan masuk ke saluran Sindopraja dengan luas daerah pengairan sebesar + 50.000 Ha, Kedua saluran tersebut dilengkapi dengan kantong lumpur (sand trap) den pintu pengurasnya serta regulation drop strukture yang ber- fungsi sebagai pengukur debit. Dengan adanya kantong lumpur pada setiap saluran, d@ibarapkan frakei pasir baik yang berupa angkutan se- @imen melayang maupun angkutan sedimen dasar dapat di- endapkan pada kantong lumpur tersebut, sehingga air yang masuk ke jaringan irigasi bebas dari frakei pasir, TUSUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1). Konsentrasi, distribusi ukuran partikel dan jumlah angkutan sedimen di lokasi A.W.L.R, Monjot. (2), Konsentrasi, distribusi ukuran partikel dan jumlah angkutan sedimen yang masuk ke saluran Sindopraja yang meliputi intake, kentong lumpur dan seluran primernya, (3). Efisiensi kantong lumpur untuk saluran Sindopraja. (4). Periode pengurasan kantong lumpur untuk saluran Sindopraja. II. TINJAUVAN PUSTAKA A. PENGERTIAN SEDIMENTASI Sedimentasi adalah pelepasan, pembawaan, pengang- kutan dan pengendapan tanah yang tererosi (DIREKTORAT JENDERAL PENGAIRAN, 1979), Sedangkan menurut MANAN (1979), sedimentasi adalah pengendapan-pengendapan dari bahan organik dan anorganik yang tersuspensi di dalam air dan diangkut oleh air . Hampir semua keru~ sakan yang menyebabkan terjadinya sedimen adalah hasil dari erosi dipercepat terutama erosi permukaan dan ero- si parit. Gabungan dari erosi dan sedimentasi menyebabkan pemisahan tekstur tanah yang dierosi dari tempat asal- nya (KOHKE dan BERTRAND, 1959), Efek dari sedimen di- pengaruhi oleh material alam dan keadaan tanah dari su- atu areal, Sedimen yang diendapkan pada suatu tempat dapat mengurangi kesuburan atau permeabilitas tanah (SCHWAB et al, 1981). Sedangkan sedimen yang diendap- kan di waduk-waduk akan memperpendek umur waduk tersebut, Dilihat dari mekanismenya, sedimen yang diangkut di dalam aliran atau anak sungai dapat dibagi dua go- longan, yaitu angkutan melayang (suspended load) dan angkutan dasar (bed load), Selain itu sesuai dengan aealnya sedimen dapat dibagi dalam dua golongan, yai- tu bed material transport yang asal materialnya dari saluran sendiri (dapat terdiri dari bed load dan sus- pended load) dan wash load yang material-materiainya didatangkan dari sumber-sumber luar saluran (erosi) dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan keadaan setempat, pada umunya wash load sebagai suspended lo- ad (BREUSERS, 1979). Penggolongan sedimen secara ske- ma dapat dilihat pada gambar 1. bed material transport mechanic US euspended load }+—wash load +! Gambar 1, Skema penggolongan sedimen (BREUSERS, 1979). Menurut SCHWAB et al. (1981),sedimen di saluran dibawa dalam bentuk pergerakan angkutan melayang (sus- pended load), angkutan loncatan (saltion load) dan angkutan dasar (bed load), Angkutan melayang adalah sedimen yang melayang dalam aliran air sedangkan ang- kutan daar adalah sedimen yang bergerak di sepanjang saluran oleh aliran air. Pergerakan sedimen secara loncatan terjadi apablia partikel melompat atau melan- bung sepanjang saluran, Besarnya angkutan sedimen dasar biasanya beriei partikel-partikel yang berat dan besar, seperti pasir, atu kerikil dan lain-lain, sedangkan angkutan melayang terdiri atas partikel-partikel yang lebih kecil, seper- ti tanah liat, lumpur dan pasir halus (AVERY, 1975). Faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan sedi- men dalam air adalah kecepatan aliran, sifat aliren (turbulensi), distribusi ukuren, diameter sedimen, si- fat kohesi, spesifix gravitasi material yang dibawa, kekasaran saluran, gangguan pada aliran dan kemampuan material untuk bergerak (SCHWAB et al., 1981). MAVIS, 1935 dalam SCHWAB et al. (1981) mengembang kan rumus untuk menghitung pergerakan partikel, yaitu: Vz = 0.152 al/9 (g ~ 1) 172 MV di mana: V, = kecepatan minimum ("critical threshold velocity") (meter/detik) W a = diameter partikel (mm) " @ spesifik gravitasi (gram/cc) Persamaan ini dibatasi pada diameter partikel yang ber- kisar antara 0.35 - 5.7 mm dan spesifik gravitasi atau berat jenis antara 1.83 - 2.64. Partikel sedimen tidsk selalu tetap pergerekannya, pada suatu tempat bergerak secara angkutan dasar (bod load), sedangkan di tempat lain bergerak sebagai ang- kutan melayang (suspended load). Pergerakan partikel secara angkutan dasar atau angkutan melayang atau ga- bungan dari kedua pergerakan tersebut menentukan dimana partikel tersebut diendapkan, Hal tersebut di- butuhkan karena model transpor menggambarkan ketergan- tungan endapan sedimen pada tempat asalnya (BORAH et ale, 1982). B, SIFAT-SIFAT DARI PARTIKEL SEDIMEN TERPLSAH 1, Usuren Partikel Sedimen Ukuran partikel sedimen dapat dinyatakan pada volume, diameter, berat, kecepatan jatuh atau ukuran mesh saringan (YUSWADI, 1982), Inter Agency Commitee on Water Resources, Sub- Commitee Sedimentation (ICWR-SS) (1957) dalam GUY (1969) menguraikan berbagai definisi mengenai ukuran partikel sedimen : a). (2). (3). (4). Nominal diameter adalah diameter bola yang men- punyai volume yang sama dengan volume partikel. Sieve diameter adalah diameter bole yang seta- ra dengan panjang sisi saringan yang dilalui partikel. Standard fall velocity adalah rata-rata kece- patan akhir dari patikel yang jatuh terpisah pada air destilasi yang tenang, keadsan tak terbatas dan pada temperatur 24°C. Standard fall diameter adalah diameter dari bo- 1a yang mempunyai berat jenis 2.65 dan juga mempunyai kecepatan tetap akhir yang sama 2 dengan kecepatan tetap akhir dari partikel pa- da keadaan terpisah, dalam air destilasi yang tenang, keadaan tak terbatas dan pada temper- atur 24°C, (5). Sedimentation diameter adalah diameter bola yang menpunyai kecepatan jatuh dan berat je~ nis yang sama dengan kecepatan jatuh dan berat jenis partikel dalam medium yang sama dan kea- daan yang sama pula, (6). Standard diameter sedimentation adalah diame- ter dari bola yang mempunyai berat jenis dan kecepatan jatuh yang sama dengan partikel. Distribusi Ukuran Partikel Berdasarkan United States Department of Agri- cultural (USDA) dan International Soil Service So- ciety (ISSS) dalam MICHAEL (1980), distribusi uku- ran partikel dibagi dalam empat kelas (Tabel 1), sedangkan menurut american Geophysical Union (AGU) dalam BREUSERS (1979), dibagi dalem enam kelas (Ta- bel 2). Untuk mengetahui dan menganalisa distribusi ukuran partikel sehingga dapat diketahui komposisi suatu contoh sedimen, dapat digunakan beberapa meto- da, yaitu : (1). Penyaringan bertingkat (2). Metoda Pipet © 10 (3). Metoda Aerometer (4). Vissual accumulation tube analysis (5). Penuangan (6). Metoda Lapangan Tabel 1. Distribusi ukuran partikel menurut USDA dan Isss Kelas Diameter partikel (mm) USDA Isss Kerikil >2 >2 Pasir sangat kasar 1-2 - Pasir kasar O.5-1 0O.2-2 Pasir 0.25 - 0.5 7 Pasir halus 0.10 ~ 0.25 0.02 = 0.2 Pasir sangat halus 0.05 ~ 0,10 - Debu 0,002 = 0.05 0,002 - 0.02 Liat < 0,002 < 0.002 3. Kecepatan Jatuh Partikel Terpisah Kecepatan jatuh suatu partikel sedimen terpi- sah berperan penting dalam menentukan ukuran mau- pum posisi partikel di sungai. Pergerakan parti- kel di sungai dipengaruhi oleh gaya-gaya gravita— si, gaya tahanan air, dan gaya akibat dari kecepa- tan air, Kecepatan dan arah gerak sedimen merupa- kan resultan dari kecepatan jatuh dan kecepatan aliran air, Kecepatan aliran turbulensi menyebab- kan partikel dengan ukuran tertentu tersuspensi. Tabel 2. Distribusi ukuran partikel menurut AGU Kelas Ukuran partikel Batu sangat besar Batu besar Batu menengah Batu kecil Kerakal besar Kerakal kecil Kerikil sangat kasar Kerikil kasar Kerikil menengah Kerikil halus Kerikil sangat halus Pasir sangat kasar Pasir kasar Pasir menengah Pasir halus Pasir sangat halus Debu kasar Debu menengah Debut halus Debu sangat halus Liat kasar Liat menengah Liat halus Liat sangat halus 2000 1000 0 250 1” 64 52 16 8 4 2 1 0.5 0.25 0.125 0.062 0.031 0.016 0.008 0.004 0,002 0,001 0.0005 0.00025 4000 2000 1000 500 250 1D 64 32 6 1 & & 2 1 0.5 0.25 0.125 0.062 0.031 0.016 0.008 0.004 0.002 0.001 0.0005 12 Peubah yang mempunyai hubungan dengan kecepatan ja~ tuh adalah (HSIEH WEN SHEN, 1978 dalam YUSWADI 1982): 0 WAR A, 4, 8, f, 8, F) = 0 L2f ai mana W = fall velocity 4 = kerapatan fluida “= kerapatan partikel sedimen A = viskositas dinamis @ = diameter partikel S, = shape factor 5, = kekasaran permukaan f = frekwensi getaran atau gulingan Fo= gaye apung Jika partikel dianggap berbentuk bola, angka Reynold yang diskibatkan kecepatan jatuh lebih ke- cil dari 0.1, didapat kecepatan akhir : 2 we (4-4e 23/ 18 OU C, PENENTUAN ANGKUTAN SEDIMEN Penentuan banyaknya angkutan sedimen dari aliran sangat sulit untuk sama dengan di lapang dan keadaan ini diatasi dengan cara pendekatan terhadap angkutan sedimen itu (SCHWAB et al., 1981). Selanjutnya SCHWAB et al. (1981), menyatakan bab- wa ada hubungan antara kecepatan, koneentrasi sedimen 13 dan debit dari suatu aliran dengan berbagai macam ke- dalaman, Besarnya debit sedimen adalah hasil kali an- tara kecepatan dan konsentrasi sedimen, Kecepatan ali- ran makin ke dasar sungai akan makin berkurang, kece- patan minimum terjadi pada dasar cungai. Sebaliknya konsentrasi sedimen makin ke dasar sungai akan makin bertambah dan mencapai maksimum pada dasar sungai. Keadean pergerakan sedimen ini terlihat pada gambar 2. " kecepatan konsentrasi debit aliran sedimen sedimen Gambar 2, Pergerakan sedimen pada beberapa kedalaman (SCHWAB et al., 1981). Distribusi sedimen yang berukuran halus akan mendekati seragam pada berbagai kedalaman dibandingkan dengan material yang kasar (SCHWAB et al., 1981). Total sedimen yang diendapkan di dasar saluran merupakan gabungan dari peristiwa pelepasan dan peng- angkutan oleh air, Kedua peristiva tersebut disebab- kan adanya butiran hujan dan aliran permukaan (KIRBY dan MORGAN, 1980). Secara skematis keadaan tersebut di atas ditunjukan dengan gambar 3, 14 Tanah pelepasan pengangkutan aliran butiran aliran permukaan hujan permukaan Total sedimen Gambar 3. Gabungan dari peristiwa pelepasan dan engangkutan sedimen dalam saluran tesa dan MORGAN, 1980) 1, Pengukuran Aliran Pada umumnya jumlah jarak vertikal yang diper- lukan dalam pengukuran aliran adalah antara 20 sam- pai 30 jarak vertikal, dengan jarak antar dud verti- kal tidak boleh. lebih besar dari 1/20 lebar sungai (SOEWARNO dan SUPRIHADI, 1982). Pengukuran kecepatan aliran ditentukan dengan (CAUGHRAN, 1976) : (1), Metoda satu titik Untuk kedalaman sungai yang lebih kecil dari 60 cm, dengan pengukuran kecepatan aliran pada titik 0,6 di bawah permukaan air. (2). Metoda dua titik Untuk kedalaman sungai yang lebih besar dari 60 cm, dengan pengukuran kecepatan aliran pada 15 titik 0.2 dan 0.8 di bawah permukaan air, Besarnya aliran dari suatu penampang sungai, adalah jumlah dari perkalian luas bagian-bagian ver- tikal dari penampang sungai dengan kecepatan aliran di tiap-tiap vertikal tersebut, dengan rumus seba~ gai berikut (DPMA, 1977). Qs Slaxv) Lf 4i mana Q = debit aliran (m?/detix) a = vas bagian-bagign vertikal dari su- atu penanpane (ae) kesepatan aliran dari bagian-bagian vertikal (m/detik) Saluran alami pada umunya mempunyai profil yang tidak beraturan, dengan demikian hubungan antara tinggi muka air (H) dengan debit aliran (Q) pada grafik tidak terletak pada suatu lengkung, sehingga @iperlukan lengkung aliran yang memenuhi semua ti- tik-titiknya. Pembuatan lengkung aliran dapat dilakukan de- ngan menggunakan metoda (SOEWARNO dan SUPRIHADI, 1982) : (1). Metoda Analitik Metoda ini ditentukan dengan cara kuadrat ter- kecil (lest square), dengan persamaan sebagai berikut : Q = AH? 4 BH4c /5f 16 (2). Metoda Logaritmik Persamaan yang digunakan adalah : Q@ = K(H = Ho)” /6/ (3). Metoda Arithmatik Untuk metoda ini diperlukan data tinggi mika air dan data debit eliran, minimum 10 buah yang tersebar baik dari muka air rendah sampai muka air tinggi. Lengkung aliran digambar de- ngan memakai “drafting ship curves", dan di- tentukan berdasarkan keseimbangan nilai ting- gi muka air dan debit aliran. (4). Metoda Arithmatik dan Logaritmik Pada metoda ini arah dan bentuk lengkung ali- ran ditentukan dengan metoda arithmatik, se- dangkan persamaamnya dibuat berdasarkan neto- da logaritmik, dengan persamaan seperti per- samaan /6/. Notasi di atas adalah : Q = debit aliran (m?/detik) Ho = tinggi muka air (m) Ho = tinggi muka air pada seat aliran sama de~ ngan nol (m) 4, B, C, K, n= konstanta 2. Pengambilan Contoh Air Pengambilan contoh air biasanya dilakukan se- suai dengan keperluannya. 17 Dua cara pengambilan contoh air (ANONYMOUS, 1985) (1). Point Integrated Method Dengan cara ini, alat pengambilan contoh air (water sampler) diletakan pada kedalaman tertentu, selanjutnya contoh air pada kedala- man itu diambil. Pengambilan selanjutnya di- lakukan pada kedalaman yang sama untuk bebera- pa tempat pada penampang melintang sungai se- suai dengan keperluannys, (2), Depth Integrated Method Berbeda dengan yang pertama, dengan cara ini alat pengambilan contoh air diturunkan sam- pai dasar sungai, kemudian dinaikkan lagi de- ngan waktu tertentu dan volume tertentu pula. Yengambilan contoh air yang dilakeanakan dengan kedua cara di atas, dianggap bahwa contoh yang diam- bil dapat mewakili seluruh penampang melintang ba- sah sungai pada saat itu, Dalam hubungan ini dike- mukakan dua sistem (SEXSI HIDROMETRI, 1985), (4). Equal Discharge Increment (E.D.1.) Dengan sistem ini sebelum pengambilan con- toh air dilakukan, perlu dilaksanakan penguku- ran debit. Setelah perhitungan besarnya debit selesai maka penampang basah dibagi tiga, ci- mana setiap bagian itu mewakili harga seperti- ga debit aliran, Kedua cara di atas yaitu Be 4 18 point intergrated mehtod dan depth intergrated method dapat dilakeanakan pada titik berat da- ri setiap sepertiga debit itu. (2), Equal Transit Rate (E.T.R.) Pada sistem ini pengambilan contoh air di- laksanakan pada jarak yang sama pada penampang melintang bersamaan dengan pengukuran debit. Jadi setiap pengukuran kecepatan aliran, dengan jarak yang sama pada penampang melintang itu selalu diikuti dengan pengambilan contoh air. Konsentrasi Konsentrasi merupakan perbandingan dari berat kering sedimen dalam satuan gram terhadap volume air yang mengandung sedimen dalam satuan centime- ter kubik (GUY, 1969). Metoda yang biasa digunakan untuk penentuan konsentrasi (GUY, 1969) : (1), Metoda Penguapan (2), Metoda Penyaringan Penentuan Angkutan Sedimen Sebagian besar dari sedimen diangkut dengan ca- ra suspensi dalam aliran turbulen atau suspenai ko- loidal dan bergerak mendekati kecepatan aliran su- ngai (HSI€H WEN SHEN, 1978 dalam YUSWADI, 1982). Berdasarkan pengukuran langsung di lapangan 19 maka besarnya angkutan sedimen dapat ditentukan de- ngan menggunakan persamaan (SEKSI HIDROMETRI, 1985): Qs = kx Ox w L0/ di mana Qs debit sedimen (ton/hari) Qw = debit aliran (m?/detik) T = konsentrasi (mg/liter) k = konstanta (0.0864), konversi dari satuan berat, volume dan waktu Angkutan sedimen harian dinyatakan sebagai be- vat sedimen layang yang diangkut selama schari oleh sungai dari tempat pengukuran, Bentuk persamaannya (MOHAMAD ARIF ILYAS, 1981) : Qs} = (1/24) (2 Qs, aty ) Gel = (0.0864 /24) (Fa, oy at, ) e/ Jika sehari dibagi sesuai dengan interval waktu, ma- ka persamaan /8/ menjadi : 2 ae = 98 0 Qa = 0.0864 2% % // 7 di mana Qs! = berat sedimen harian (ton) Qs, = debit sedimen (ton /nari) At, = interval waktu pengukuran (jam) Q = debit aliran (m?/detik) 20 konsentrasi sedimen (mg/liter) uf " B " banyalnya pengukuran dalam satu hari D, SEDIMENT CONTROL Pengurangan angkutan sedimen yang masuk ke salu- ran pengairan diusahakan mulai dari intake yang biasa- nya berada di sungai atau sebelum intake, Pengurangan angkutan sedimen ke saluran dapat dilakukan secara ber- tahap atau tidak sekaligus, sehubungan dengan sifat pergerakan dan besar diameter bahan sedimen yang harus dihindarkan (MOCHAMAD MEMED, 1981). Pengendalian besar butir dapat dilakukan dengan mengatur besar dan arah kecepatan aliran yang mengha- nyutkannya, Pengaturan atau pengendalian arah dan be- sarnya kecepatan aliran dapat dilakukan dengan “under- sluice" (pembilas) dan kantong lumpur (sand trap) yang @ilengkapi dengan "ejector", Selanjutnya dikatakan bahwa, angkutan sedimen da- sar dengan diameter butir-butir material sedimen yang besar dihindarkean masuk ke intake dengan suatu sistem bendung, sedangkan untuk angkutan sedimen melayang di- hindarkan masuk ke saluran pengairan dengan pembuatan kantong lumpur. GARG (1977), mengelompokan konstruksi pengontrol, atau pengelak sedimen menjadi dua jenis yaitu : (1), Silt Excluder Dibangun di atas dasar sungai dan merupakan salah (2), satu konstrukel pengelak sedimen dalam sistem ben- dung Silt Ejector atau Silt Extractor Dibangun di atas dasar saluran yang biasanya ter- letak di bagian hilir kantong lumpur, Beberapa macam konstruksi pengelak atau pengontrol sedimen (MOCHAMAD MEMED, 1981) : a). (2). (3). (4). yang a). (2), @). (4). (5). (6). (7), Bangunan bilas konvensional (Lampiran 1). aAmbang penahan pasir atau kerikil (Skimming wall) (Gambar 4), Pembilas bawah (Undersluice atau Tunnel excluder) (Lampiran 2), Kantong lumpur (Sand trap) (Lampiran 3). Faktor-faktor yang mempengaruhi angkutan sedimen masuk ke intake dari suatu bendung : Lokasi bendung terhadap liku-liku sungai yang mem pengaruhi arah dan kecepatan aliran dan lokasi in- take terhadap bendung dan sungai. Arah intake terhadap bendung atau aliran, ‘Type bendung. Bentuk, arah dan ukuran tembok sayap di udik intake. Pengaruh tinggi ambang dan lebar intake terhadap pemasukan sedimen, Ada atau tidaknya bangunan pengelek atau pengurang sedimen masuk ke intake. Type, bentuk dan ukuran konstruksi pengelak sedi- nen, (8), Tinggi dan lebar bendung, (9). Total bahan angkutan sedimen di sungai yang datang dari udik, (10). Cara eksploitasi pintu-pintu bendung, pintu-pintu intake dan pintu-pintu bangunan pengelak sedimen. Piatw intake skimaning wall a Gambar 4, Ambang penahan pasir atau kerikil (MOCHAMAD MEMED, 1981), 1. Kantong Lumpur (Sand Trap) Tujuan dari pembangunan kantong lumpur adalah untuk menghindarkan masuknya frakei pasir yang be- rupa angkutan sedimen melayang maupun angkutan se- dimen dasar yang berasal dari sungai melalui inta- ke, mengalir ke saluran sekunder, tersier serta sa- wah (MOCHAMAD MEMED, 1981). Butir-butir yang terkandung di dalam air dengan diameter lebih besar dari 0.065 mm harus diendapkan karena mengganggu pertumbuhan tanaman dan juga akan mengurangi kapasitas saluran (DIREXTORAT JENDERAL PENGAIRAN, 1981), Menurut MOCHAMAD MEMED (1981), 2. sedimen yang harus diendapkan adalah frakei dengan besar butiran lebih besar + 0.063 mm, yang merupa- kan fraksi pasir halus, pasir kasar, kerikil dan se- terusnya. Apabila di udik intake di bendung telah dibuat pembilas bawah yang baik maka sebagian besar dari fraksi pasir dan fraksi yang lebih besarnya le- gi sudah tidak masuk lagi ke intake, ‘etapi fraksi pasir dalam bentuk angkutan sedimen melayang masih tetap masuk ke intake sehingga kantong lumpur juga masih diperlukan, Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam merencanakan kantong lumpur (MOCHAMAD MEMED, 1981): (1). Cara mengendapkan fraksi pasir yang berupa ang- kutan sedimen melayang, (2). Menyediakan tempat material yang diendapkan de- ngan kapasitas sesuai dengan yang diperlukan, (3). Menentukan cara dan kemampuan pembuangan nate- rial yang diendapkan. Dimensi Kantong Lumpur Kantong lumpur harus mempunyai ukuran dan ben- tuk tertentu, sehingga mampu mengendapkan sebagian besar atau seluruh angkutan sedimen melayang yang berupa frakei pasir dengan baik dan cukup ekonomis, dengan memperhatikan eficiensi pengendapan, sehing- ga air yang masuk ke saluran irigasi bebas dari pa~ sir, Selain itu, kantong lumpur tersebut harus mempunyai tempat yang cukup untuk menampung sedimen yang dlendapkan (MOCHAMAD MEMED, 1981). Apabila pembuangan endapan pada dasar kantong Lumpur dilakuken secara hidrolis maka penentuan da- sar kantong sangat tergantung kepada dua faktor se~ agai berikut (MOCHAMAD MEMED, 1981) : (1). Kemiringan dasar kantong sedemikian rupa, se- hingga pada saat pembilasan mendapatkan tega- ngan geser minimum untuk menghanyutkan endapan di kantong. (2), Keadaan tersedianya beda tinggi antara ambang intake dengan dasar saluran pembuang di hilir bangunan bilas dan atau dasar sungai tempat saluran pembuangan tersebut, Selanjutnya dikatakan bahwa dalam arah potongan melintang dan memanjang, bangunan kantong Lumpur ha- rus mempunyai dua bagian (Gambar 5) : (1). Profil basah : bagian ini tidak boleh ada en- Gapan material. (2), Kantong lumpur : tempat pengendapan dilokali- sir, Ukuran profil basah bebas yang merupakan luas basah bebas dan panjangnya ke hilir harus cukup, se- hingga pada akhir bangunan kantong lumpur, konsen- trasi serendah mingkin sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi volume kantong 25 fogena BSL = tase dator ppengendspan pune area oF sedimentation 1 dan 1 : Daerah transis Fotongan (y= ce profi halt ebat endspun pocket Gambar 5, Penampang melintang dan memanjang dari kantong lumpur (MOCHAMAD MEMED, 1981). 26 lumpur yang diperlukan (DIREKTORAT JENDERAL PENG- AIRAN, 1981) (1). Banyaknya angkutan sedimen yang masuk ke in- take yang dipengaruhi oleh besarnya debit dan exeploitasi pintu intake serta penguras bendung. (2), Bfisiensi kantong Lumpur, (3). Frekwensi. pengurasan, luas teoritis kantong lumpur dalam arah bi- dang datar minimum yang diperlukan, agar butir- butir sedinen dengan harga kecepatan jatuh ter- tentu dapat mengendap di kantong lumpur dengan debit tertentu pula disebut "plane area sedimen- tion" (luas datar pengendapan) (MOCHAMAD MEMED, 1981). Luas datar pengendapan adalah hasil kali le- bar (B) dengan panjang (L). Luas datar pengenda- pan dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut (MOCHAMAD MEMED, 1981) + BxLb 4 Qo/w S10/ di mana w kecepatan jatuh dari material yang diendapkan (m/detik) Qo besarnya debit,yang dialirkan da- lam saluran (m?/detik) Kecepatan fliran Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada keadaan aliran masuk ke saluran pengairan 2 (MOCHAMAD MEMED, 1981) 1). (2). (3). (4). (5). Kecepatan air di dalam kantong lumpur harus sedemikian, sehingga partikel pasir yang telah mengendap tidak lagi tergerus untuk kemudien terbawa aliran ke hilir. Sebagai akibat turbulensi, partikel pasir yang telah mengendap , jangan sampai menjadi ang- kutan sedimen loncat atau angkutan sedimen la- yang lagi dan mengalir ke hilir, hal ini bie- sanya terjaéi di ujung hilir kentong lumpur, Dalam areh potongan melintang, kecepatan air harus divsahakan merata agar pengendapan me- rata pula, Pada bidang horisontal kantong lumpur diusaha- kan jangan sampai terjadi aliran-aliran memba- lik dan pusaran-pusaran, Kecepatan air minimum harus diperhatikan, hal ini berhubungan dengan kemungkinan hidup bagi tumbuh-tumbuhan air pada kecepatan air rendah. Kantong lumpur yang baik biasanya mempunyai ke- cepatan + 0,2 m/detik campai 0.3 m/detik (kantong kosong sampai penuh), Untuk memperoleh kecepatan rendah tersebut maka profil basah merupakan fungsi dari lebar kantong lumpur dan kedalaman air yang sesuai dengan debit rencana yang mengalir di kan- tong lumpur (DIREXTORAT JENDERAL PENGAIRAN, 1981) V = Qo/F nw @i mana Qo = debit pada kantong lumpur (7/detik) V = kecepatan rata-rata di kantong lum pur (m/detik) F = luas profil basah (n°) 4, Bentuk Kantong Lumpur, Lokasi Pintu Bilas dan Inta- ke Saluran Dalam merencanakan bentuk kantong Lumpur, lo- kasi pintu bilas dan intake saluran disesuaikan de~ ngan keadaan lokasi dan situasi lapangan. Apabila pembilasan dilakukan secara hidrolis, maka arah dari saluran pembuang sebaiknya lurus de- ngan arah kantong lumpur untuk mendapatkan aliran yang baik pada saat pembilasan, sedangkan arah dari intake saluran merupakan arah ke samping (Gambar 6). INTAKE PINTU INTAKE Ponty bias ieee 8 SAND TRAP. : : ~ ETL | stun | Pemboany ee " 1 fiat - bitas Pocket POTONGAN 1 — 1 Gambar 6, Kantong lumpur dengan saluran pembuang lurus dan intake ke samping (MOCHAMAD MEMED, 1981), 29 Bilamana keadaan lokasi dan situasi lapangan tidak mengizinkan, sehingga arah intake saluran ber- ada pada arah menerus dari arah kantong lumpur dan arah pintu pembilas merupaken arah ke samping, ma- ka untuk mendapatkan pengarahan aliran pada waktu pembilasan, biasanya dipasang tembok pengarah arus (guide wall) rendah dengan mercu atasnya rata de~ ngan garis teratas kantong lumpur (Gambar 7). Saluran bles a Guide wat cendah L be —_______4 Guide aay Ki i. : Pinte Intake cor Peeks POTONGAN 1 = 1 Gambar 7, Kantong lumpur dengan intake lurus dan saluran pembuang ke samping (MOCHAMAD MEMED, 1981). Untuk kentong lumpur yang mempunyai lebar re- latif panjang dan panjangnya pendek karena keadaan situasi di lapang, maka kantong lumpur perlu 30 dibagi-bagi dalam beberapa jalur yang dibatasi oleh dinding pemisah (guide walls atau devider walls) untuk mendapatkan aliran yang terbagi rata dengan arah dan kecepatan yang merata dan ideal (Gambar 8). i Gute watt rena PE eee tee Berm ee Gambar 8, Kantong lumpur yang dilengkapi dengan dinding pemisah’ (NOCHAMAD MEMED, 1981). Apabila arah pembilas merupakan cabang, maka konstrukei yang lebih baik adalah dengan mengguna- kan "sand ejector"(penyedot pasir) (Gambar 9), Kantong lumpur yang melengkung karena keadaan situasi di lapang maka harga luas datar pengendapan harus ditambah dari harga menurut perhitungan (Gam- bar 10), Harga penambahan tersebut tergantung pada tikungan kantong Lumpur, Bentuk kantong lumpur melengkung dapat diatasi dengan memindabkan kantong pasir agak jauh ke hilir bendung, pada bagian yang lurus. Dengan demikian maka bagian melengkung hanya merupakan saluran pe~ ngantar, yang profilnya harus sekecil mungkin dengan 31 Saturan peonbs SKE TSA SAND UALCFOR WT 4 i saxp 1 Tear wl + | ———4 sav sir = gray tareror 1 __— Ps i a YP a40,| | Ay Pane sae tae POTONGAN A ~ A Pint Wilae dun Fat penetup Gambar 9. Penyedot pasir (sand ejector) (MOCHAMAD MEMED, 1981). 32 dasar relatif curam, sehingga pada saluran pengan- tar ini terdapat kecepatan yang cukup tinggi, agar tidak terjadi pengendapan angkutan sedimen (Gambar il). Penungkap pie Gambar 10, Kantong lumpur yang melengkung (MOCKA- NAD MBMED, 1981). nore ES obivtest *f ae wl . iendah Saturde ats Peranbap pus Sand 9p Gambar 11, Kantong lumpur yang dilengkapi dengan saluran pengantar (MOCHAMAD MEMED, 1981), 5. Cara Pembuangan Bahan Endapan Pada garis besarnya ada dua cara pembuangan ba- han endapan yang diendapkan pada kantong lumpur, ya- itu (MOCHAMAD MEMED, 1981) : (1). Pembuangan secara hidrolis (hidraulic flushing) Cara pembilasan ini merupakan yang termu- rah dibandingkan dengan cara manual, syarat- syarat dapat dilaksanakannya pembilasan dengan cara bidrolis , antara lain : Terdapatnya tempat pembuangan yang lebih rendah dari kantong lumpur di bagian hilir atau di sekitar ujung hilir kantong lumpur, yang berupa sungai ataupun daerah lainnya seperti rawa dan sebagainya. Pada waktu pembilasan , terdapat cukup beda tinggi muka air antara udik kantong lumpur dan tempat pembuangan tersebut. Dan debit yang diperlukan untuk pembilasan harus cu- kup besar pula, sehingga pada seluruh poto- ngan memanjang kantong lumpur terdapat ke- cepatan air yang cukup besar untuk mengha- nyutkan bahan endapan di kantong lumpur. Keadaan tinggi dasar kantong lumpur harus sedemikian, sehingga bahan endapan harus dapat dihilangkan semuanya dari seluruh kan- tong lumpur, By (2). Pembuangan secara manual atau mekanis Cara ini baru dilakukan apabila persyara- tan secara hidrolis tidak terpenuhi, Pember- sihan dapat dilakukan dengan : ~ kapal keruk kecil - pompa sedot ~ clam shell Penakaian alat tersebut tergantung pada beberapa faktor, antara lain : - bentuk dan ukuran kantong lumpur ~ tempat pembuangan material endapan - sifat endapan III. METODA PENELITIAN A, TEMPAT DAN WAKTU Penelitian ini bekerja sama dengan laboratorium Sedimentasi, Seksi Hidrometri, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengairan (Pusat Litbang Pengairan). Tempat penelitian dilakukan di sungai Cdmanuk un- tuk A.W.L.R. Monjot dan di intake, kantong lumpur ser- ta saluran primer Sindopraja Bendung Rentang Baru Ka- dipaten, Jawa Barat, Sedangkan untuk analisa labora- torium dilakukan di laboratorium Sedimentasi, Seksi. Hidrometri, Pusat Litbang Pengairan, Penelitian ini dilaksanakan mulei dari bulan Juli 1986 sampai dengan bulan September 1986. B, ALAT DAN BABAN 1, Peralatan yang digunakan di lapangan : (1). Current meter dan perlengkapan lainnya, untuk pengukuran kecepatan aliran, (2), Batang penduga dan sounding rill, untuk mengu- kur kedalaman sungai atau saluren, (3), Pita baja berskala, untuk mengukur lebar sungai atau saluran. (4). USDH 48 dan USDE 49, untuk pengambilan contoh air, (5). Bottom grab , digunakan untuk pengambilan ma- terial dasar, (6). 36 Perlengkapan lainnya yang menunjang pekerjaan i atas adalah : ~ Perahu, untuk mengukur kecepatan aliran, ke- dalaman dan lebar sungai atau saluran, - Pelampung. - Patok dan lain-leinnya. 2, Peralatan yang digunakan di laboratorium : Q). (2). @). (4). (5). (6), (2). (8). (9). (10), (1). (12). Vaccum pump,.untuk menyaring angkutan sedimen malayang. Pipet dan sieve, untuk analisa distribusi uku- ran partikel sedimen dengan metoda pipet. Aerometer, untuk analisa distribusi ukuran par- tikel sedimen dengan metoda aerometer. ayakan, untuk analisa distribusi ukuran parti- kel dengan metoda sieve. Oven, untuk mengeringkan sedimen, Exicator, untuk mendinginkan sedimen yang su- dah dioven pada suhu ruang. Cawan, Kertas saring. Gelas ukur. Picnometer, Tigbangan listrik (Electrical trecision Balan- ce), Perlengkapan lainnya, seperti : pengaduk, stop watch, 3? 3. Perlengkapan lainnya : (1). Draftingship curve, untuk pembuatan lengkung aliran (rating curve), (2). Mal lengkung, untuk membuat grafik distribuei ukuran partikel sedinen. (3). Penggaris. (4). Rapido. (5). Meja gambar, dan lain-lainnya 4, Bahan-bahan yang digunakan meliputi data-data sekun- der dan peta, dengan perincian sebagai berikut : (1), Data tinggi muka air sungad Cimanuk untuk A.W. L.R, Nonjot, intake dan saluran primer Sindo- praja untuk periode tahun 1985 sampai 1986. (2), Data pengukuran aliran dan pengambilan contoh air untuk sungai Cimanuk A.W.L.R. Monjot, in- take dan saluran primer Sindopraja untuk tahun 1982 sampai dengan 1985, (3). Gambar Bendung Rentang Baru, (4), Peta daerah aliran sungai Cimanuk. C. METODA PENELITIAN 1. Lapangan a. Pengukuran aliran Lebar permukaan sungai dibagi menjadi bagi- an-bagian vertikal yang sama panjang dengan 38 lebar antar dua vertikal sesuai dengan yang di- kemukakan SOEWARNO dan SUPRIHADI (1982), sedang- kan untuk pengukuran kecepatan aliran mengguna- kan metoda satu titik dan metoda dua titik (CAU- GHRAN, 1976). b, Pengambilan contoh air dan material dasar Pengembilan contoh air dilakukan dengan ca- ra "Depth Integrated Method" dalam sistem "Equal Discharge~Increment", Untuk pengambilan materi- al dasar dilakukan dengan sistem "Equal Discharge Increment". 2, Laboratorium Pekerjaan yang dilekukan di laboratorium ada- Jah meliputi analisa konsentrasi, spesifik gravity, distribusi ukuran partikel sedimen dan unit weight (verat volume) sedimen. a, Penentuan konsentrasi Besarnya konsentrasi sedimen ditentukan de- ngan menggunakan metoda penguapan dan metoda pe- nyaringan (GUY, 1969). Tehapan analisa untuk menentukan besarnya konsentrasi sedimen mengikuti flowchart berikut (Gambar 12) : Contoh air diukur volumenya (V) Metoda Penyaringan| 39 |_____,| disaring] Dengan Vaccum| Pump + kertas saring j 7 Dioven fe Di timban, (y_gram. Konsentrasi fav Gambar 12, Menentukan besarnya konsentrasi. b, Spesifik gravity Tahapan analisa untuk menentukan spesi fik gravity akan mengikuti flowchart berikut : Penimbangan cawan dan. kertas saring (x gram) Contoh air diendapkan Endapan dimasukan pada cawan dan sisa air di- saring dengan vaccum pump 1 Endapan pada cawan dan kertas oaring ditimbang (ce gran) x mbangai Picno (a gram) dan Picno + air (b gram) ® 1 Endapan dimasukan picno kemudian ditimbang (c gram) franbahken air] sampai_ penuh Didinginkan selama satu hari | diukur temperatur| Ditimbang (d_gram) % = —Cu We __ ecoa-deb Spesifik gravity = ae Gambar 13, Menentukan spesifik gravity. Keterangan : To 1 gram/en? ow 8 dari tabel al c. Penentuan distribusi ukuran partikel Analisa ini dilakukan untuk mendapatkan dis- tribusi ukuran partikel sedimen di sungai Cimanuk A.W.L.R, Monjot,. intake, kantong lumpur dan sa- luran primer yang masuk ke saluran Sindopraja. Metoda yang digunaken untuk analisa ini ada- lah: (4). Metoda Sieve Digunakan untuk analisa ukuran partikel yang lebih besar dari 0,062 mm. (2). Metoda Pipet Untuk analisa ukuran partikel yang lebih ke- cil dari 0,062 dengan berat sedimen lebih besar dari dua gram, (3). Metoda Aerometer Digunakan untuk analisa ukuran partikel yang lebih kecil dari 0,062 dengan berat sedimen lebih besar dari sepuluh gram, Tahapan untuk analisa ukuren partikel sedi- men dapat mengikuti flowchart berikut : Contoh air ? Diendapkan 1 ~ 3 hari Timbang cawan dan kertad saring (x gram) ® ® r 43 Masukan endapan pada cawan dan sisa air disaring dengan Vaccum pump Dikeringkan dengan oven Ditimbang (y gram) Berat sedimen (y-x) gram Metoda Aerometer Diayak dengan ayakan 0.062 mm jayakan 0.062 mm Metoda Pipet Diayak dengan Tolos ayakan 0.062 mm Masukan pada gelas ukur, Diayak dengan susunan ayakan tambahkan air 4e0, 260, 1.0, dan natrium 0.5, 0.25, dan 0.125 mm Masukan pada gelas ukur, tambahken aquadest 4k © © t Catat volume larutan [Kocok sampai merata, dan tenperaturnya masukan alat aerome~ (Vs, _%) ter Butiran yang terting- gal pada setiap ayakan ditimbang (z gram) Proses pemipetan de- Pembacaan aerometer | ngan waktu dan keda suspensi tersebut laman sesuai tabel 3, sesuai dengan waktu pada tabel 4. % Finer han t Tentukan volume isi Pembacaan aerometer pipet dan berat en- pada aquadest dapannya (Vp, tp) % Finer than : % Finer than: Te Bay * 100 8 BD a CR-Re) x 1000 = x 100% 1 Salin pada tabel "Parti- ‘—*|cle Size Analysis, Sieve >—— Pipet Method"! 4 Plot pada grafik "Necha- nical Analysis Grain si- ze Accumulation Curvel' Gambar 14, Menentukan distribusi ukuran partikel. 4S Tabel 3, Waktu pembacaan metoda pipet beeea aeorgn peeiacetds 0.062 | 0.031 | 0.0116 | 0.008 0,004] 0,002 Keda}anan pipet 15 a5 10 1o 5 5 BD iTewperatur Waktu pengambilan 2401 24 86" | 5107" | 2148" [5LtL|M f2t48"| 4 09" 25 45" | 3102" | 2137" [30129 [bor use| 4 05" 26 yy 2158" | 2'27" jagrygn 59 ya] 58" 245] 24 45" | 5800" | 7132" |50r08" 60" 26"/4 Oo! 25 aun | arsee| gear |2orgeu isgragul3 55+ 26 43" | atsan | gia |2groge [57/26/35 sor 2.50] 2h 43" | assy | gaz" fagrag[saragi5 53+ | 25 4a" | aro" | 7:06" [2B+49" [56"15"/5 47" 26 sun fare | B57" fapeaae|5sra36|3 yar 2.55 24 4a" 2°49") 2102" | 28" 32" 156109" 3 45" as fie | 2ras | 6455" |2g13anlsssogu|s yor 26 wor] atune | 6145" | 26155" I55+09"/5 351 2.60} 25 | 39" 12°39" | 6ruom | 26ruriszrasils 530 | 26 | 59" |er36m oraz | 26rosuisaragi|s age Sumber : Laboratorium Sedimentasi, kelompok Hidrometri, Be- jai Penyelidikan Hidrologi, Pusat Litbang Fengai re an, Departemen Pekerjaan Umum,

You might also like