nal Geografi/03/Januari/2002/42:
Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Penentuan
Wilayah Prioritas Penanganan Bahaya Erosi
(Studi Kasus Daerah Aliran Ci Tarum)
E, Kusratmoko, D. Ludiro, L. B. Mataburu, Sobirin, Supriatna, T. L. Indra
Jurusan Geografi dan Pusat Penelitian Geografi Terapan,
PMIPA - Universitas Indonesia
Abstract
Based on the GIS data for The Ci Tarum Catchment area, the determination analysis of pri
ority region of erosion hazard handling were carried out. First step. the region of erosion potential
was determined by the key wariables, slope, land use, soil and rainfall. The next step. the priority
region of erosion hazard handling was identified b) key variables, high erosion potential region.
distance from the main river and grade of population growth.
The result of analysis shown that the region with very high and high erosion potential a
Ci Tarum Catchment area oceupied about 32% for all area . This result is estimately accurate
comparison with calculation result from BRLKT, Dept. of Forestry. Based on the 35 location sam
ples, i was found that the grades of erosion potential is clasely related to the NDVI value at she
coefficient of determivant (R°) of 0,59 (significant at a = 0,01%). The down area of the Ci Kon
dang and upper area of the Ci Kapundung are identified as_main priority regions for the hav
dling of erosion hazard.
Abstrak
Memanfaatkan database berbasis SIG dari himpunan data fisik, sosial dan ekonomi daeral
aliran Ci Tarum yang telah tersusun, kemudian dilakukan analisis wilayah prioritas penanganan
hahaya erosi. Tahap awal analisis dilakukan dengan penentuan wilayah potensi erosi dengan
variabel kunci, lereng, penggunaan tanah, jenis tanah dan curah hujan. Tahap selanjutnya adalah
penentuan wilayah prioritas penanganan bahaya erosi dengan variabel kunci, wilayah dengan
potensi erosi tinggi, jarak dari sungai utama dan tingkat perkembangan penduduk
Hasil analisis memperlihatkan, bahwa sebaran wilayah potensi tinggi dan sangat tinggi di
daerah aliran Ci Tarum mengambil porsi 32,5 % dari luas DAS. Angka tersebut diperkirakan
‘cukup akurat dengan membandingkan hasit perhitungan wilayah bahaya erosi dari BRLKT.
Departemen Kekutanan tahun 1987. Secara spesialdiperihatkan Korelasi negatif dengan angka
RE = 0,59 (Sign. pada a= 0,019), antara bobot potensi erosi dengan nilai NDVI hasil interpretasi
Citra Landsat TM tahun 2000. Wilayah hilir aliran Ci Kondang dan sebagian wilayah hulu
Ci Kapundung diideniftkasi sebagai wilayah dengan prioritas ke-1 dalam penanganan bahay:
erosi.
|. PENDAHULUAN
Tata cara manusia dalam memanfaatkan dan
mengelola air sebagai sumberdaya alam yang
sangat vila, secara signiikan mengalami peru:
bahan sesuai dengan Kemajuan imu pengetahu:
an dan penerapan teknologi. Dimana dalam dua
dasawarsa terakhir ini pengelolaan sumberdaya
air (SDA) mengarah kepada pendekatan yang
berorientasi ekologis, dengan penekanan pada
renatuitsasi dan konservasi (Schmit, 1997)
Dalam konteks ini terdapat tiga pilar ulama yang
saling berkeitan, yaitu ait - perlindungan
manusia, yang secara konkeit dapat diungkapkan
Aplikasi SIG wibik Porites Wileych Prvtas Penargaran Eros Qsia, yang secara Konkrit dapat diungkapkan da-
lam permasalahan pengelolaan SDA, yaitu
+ Melindungi SDA untuk kebutuban manusia,
+ Melindungi sumberdaya air dari aktivitas ma:
usa
+ Meningkatkan perindungan manusia dari pe-
ngelolzan SDA itu sendin
Fakta dan kecenderungan saat ini di daerah ali
ren Ci Tarum, terutama menyangkut kepada :
‘+ Perivasan kawasan industri dan perkotaan di
wilayah Jabotabek, yang mendorong kepada
peningkatan kebututian akan air bersih;
+ Urbanisasi dan industialisasi yang cepal
khususnya di Kabupaten Bandung yang me
rgarah pada peningkatan beban polusi den
penurunan kualitas air
+ Bertambah luasnya penggunaan lahan per-
{arian yang dikelola secara intensif telah me
ningkatkan liu erosi tanzh;
Mengharuskan pengelolean sumberdaya air
yang berorientasi lingkungan dan berkelanjuten
sebagai straegi terbaik, seperti yang telah ci
komendasikan dalam sludi “Rencana Pengem-
bangan Sumberdaya Air Wilayeh Ci Tarum
(Anon, 1998),
Pengelotzan SDA yang bersifat spasial dan eko:
logis serta berkelanjutan, harus menjadi Kegiatan
yang diteri penekanan dalam upaya penerapan
sirategi pengelolaan, Hal ni didasari bahwa dae-
tah alan Ci Tarum sebagai salu kesaluan eko
sistem mempunyat karakteristi« fisik, sosil-
ekonomi dan lingkungan perkembangan yang
berbeda antar wilayah atau sub DAS dalam kon-
teks pengelolaan SDA. Adanya variasi keru-
angan tersebut dapat mempersuilt pengendalian
tingkat risiko kerusakan lingkungan di masing-
masing sub DAS. Namun demikian, dengan
mencermati fakta-fakta dan gejala keruangan
yang ada dalam tingkup dan hubungan antar sub
DAS, penerapan strategi pengelolaan yang sis-
temats akan dapat dilakukan,
Aplikasi Sistem Informasi Geografis dengan da-
tabase yang telah tersusun, memungkinkan ter
ungkapnya wilayahavilayah (sub OAS) yang
‘mempunyai risiko lingkungan tinggi sampai ren-
dah. Sekaligus dapat dijadikan landasan peng-
mbilan keputusan untuk menentukan wilayah
priortas konservasi dan restorasi lingkungen
Jurnal Geografi/03/Januari/2002/42-55
Dengan demikian, bentuk model pengelotaannya
pun dapat dikembangkan,
Beberapa penelian yang berkaitan dengan api
kasi GIS dalam mengidentifkasi wilayah bahaya
erosifongsor telah memperiatkan hasil optimal
(seperti, Froehich, et all 1994; Landwehr, 1996
Thein, 1998). Tulisan di bawah ini mencoba me-
maparkan apikasi GIS dalam menentukan wi
layeh priortas penanganan bahaya erosi di dae-
rah alran Ci Tarum, sebagai bagian dari upaya
rmencari model pengelolaan lingkungan yang
bersifat spasial
I. METODOLOGI
2.4 Daerah Penelitian
Daerah alran Ci Tarum dalam penelitian ini d-
batasi mulai dari Waduk Juanda sampai dengan
hulu Ci Tarum di Gunung Wayang ( 2181 m dp),
dengan luas 4443,32 km? Daerah aliran terse-
but terdiri dari 10 wilayah sub Das beser, yaitu
i Tarik, Ci Widey, Ci Tarum Hulu, Ci Tarum:
Gi Kao, Ci Sangkeuy, Ci Meta, Ci Kapundung,
i Minyak, Ci Kundul, dan Ci Soken
2.2Bahan
+ Data dital daerah aliran Ci Tarum dengan
skala 1: 60.000. Data dasarlerdii dari data
spasial dan tabuler yang mencakup data fisk
wilayah (ketinggian, lereng, geologi, jenis ta
nah dan penggunaan tanah dengan data d2-
sar tahun 1987), dan data kependudukan
(kepadatan penduduk, tingkat perkembangan
penduduk, stuktur mata pencaharian),
+ Data cia dijtal landsat TM daetah aliran
Ci Tarum tahun 2000 bersumber dari LAPAN.
2.3 Metoda
23.4 Landasan Teoritis
Erosi tanah di daerah tropis pada umumnya me-
rupakan erosi fluvial, yang disebabkan oleh al
ran permukaan pada saat hujan. Banyak sedi-
kitnya material tanah yang terangkut tersebut,
sebenamya merupakan hasil perpaduan ber
bagai faktor. Namun demikian, Kecepatan aliran
permukaan yang merupakan fungsi dari kemir-
rigan lahan adalah faktor utama penentu yang
‘memungkinkan terjadinya proses pengikisen dan
pengangkutan material tanah (Coster 1938,
Aplikasi SIG wack Pasoiouan Wilzyab Proras Ponzrgaran Eros 43EEE
Sandy 1982 dan 1978, McKnight 1990, Ahnert
1998).
Leteng 8% dan lebih dari 40% memegang pera-
nan yang menentukan. Pada lereng 8% di suatu
DAS ¢i bagian hilr, alan sungai mutai mencari
keseimbangan dan material tanah yang terbawa
mmulai diendapkan di sepanjang alur sungei. Se-
mentara itu pada lereng 40%, alan permukaan
memiliki tenaga kinetik yang cukup besar untuk
‘mengikis dan membawa material tanah.
roses pengikisan tanah dan pengangkutannya,
secara teortis akan berlangsung secara efekit
pada lahan terbuka yang tidak bervegetasi. Se-
hubungan dengan itu, variabel penggunaan la-
han yang secara tidak langsung mencerminkan
tutupan vegetesi merupakan varisbel penentu
edua terjadinya erosi, Besamya kemungkinan
terjadinya erosi permukaan, atas daser perbede-
an penggunaan lahan untuk kasus di pulau
Jawa, khususnya di daerah alien Ci Tarum,
telah ditunjukkan dari hasil peneliian Coster
(1938) dan Abdurrachman dk. (1981)
Hutan yang memilki vegetasi baweh dengan
struktur tajuk pepohonan yang beriapis-apis, di
ketahui sangat efeklif mencegeh pengikisan ta
nah dan menghambat terangkutnya material ta
nah (Soemarwoto, 1983). Sebalknya tegalan
yang dibudidayakan untuk tanaman_musiman
dan tanpa vegetasi bawah, berpotensi besar
‘mendorong terjadinya erosi, apalagi jka dilaku-
an pada lahan dengan Kemiringan lebih dari
40% (Sandy 1978, 1987).
Sifat mudah tidaknya tanah terkikis, ditentukan
Oleh variabel erodibiltas tanch, Lembaga Peneli-
lian Tanah di Bogor telah, menyusun tingkat ero-
dibiitas tanah ates dasar jenis tanah (LPT,
1969). Erocibiitas tanah ciklasfkasikan menjadi
tiga, yaitu erodibiltas tinggi mencakup jenis ta
‘nah egos, erodibiltas sedang, seperti andosol,
ley humus, mediterania dan podsolik;serta ero-
Uibiitas rendah, mencakup jenis tanah alluvial,
talosol dan grumosol
osi tanh dimungkinkan terjadi, apabita ada
‘ran permukaan. Peran intensitas dan lamanya
Iiujan sangat_mempengaruhi besamya aliran
lvermukaan, dan selanjutnya besamya erosi
Veg traci, Inlensitas hujan yang terlalu kecil
Ihlak berpengaruh terhadap erosi. Untuk Kasus
Jurnal Geografi /03/Januari/2002/42-55
i daerah tropik, seperti Tanzania (Rapp et al
1972), Malaysia (Morgan 1974) dan Zimbabwe
(Hudson 1981), didapatkan angka intensitas hu-
jan sebesar 25 mmvjam sebagai batas ambang
yang memungkinkan terjadinya proses pengi
kisan tapisan tanah.
Hasil peneliian pada 3 stasiun di DA Ci Liwung
(Citeko 220 m dpl, Cilember 820 m dpi dan Dar-
maga 286 m dpi), menunjukkan adanya korelasi
kuat posif, dengan kisaran angka R2 antara 0,58
~ 0,85, antaraintensitas hujan per jam dengan
jeluk hujan harian, Hasil tersebut menunjukkan,
bbahwa sifat hujan yang cenderung terakumulasi
prada salu jam pertama tanpa terikal kepade la
‘manya hyjan (Kusratmoko, 1999). Dengan demi:
kan, maka proses erosi permukaan tanch se-
benamya berlengsung secara efekif pada waktu
yang terbatas,
2.3.2 Klasifikai Tingkat Bahaya Erosi
Kiasifikasi tingkat bahaya erosi dilakukan de-
‘gan cara menggabungkan dan pembobotan va
tiabel leteng, penggunaan tanah, erodibilitas ta
‘nah dan curah hujan.
Kiasifkasi variabel lereng dan pembobotan ma:
sing-masing parameter mengacu kepada indeks
panjang dan kemiringan lereng (indeks LS) dari
Hamer (1880) yang digunakan pula oleh Dien
SRLKT Departemen Kehutanan dengan sedikit
modifkasi. Baas Kasifikasi lereng terting! da-
fam peneltian ini bukan angka lebih dari 45%
‘melainkan angka 40%,
Klasiikasi jenis penggunaan tahan dalam kal-
tannya dengan bahaya erosi, dibedakan men-
jadi 5 kelompok, yaitu hutan, kebun campuran,
perkebunan, sawah, tegalan, permukiman dan
{anah kosong. Pembobotan masing-masing jenis
penggunaan mengacu kepada rerata besamya
‘angka indeks pengelolaan tanaman dengan ber-
agai pengelolaan pertanian (Faktor C) dari
‘Abdurachman dkk. (1984) dan untuk melengkapi
diguniakan pula angka faktor C dari "Soil Conser-
vation Consultant Report” dari Hammer (1980)
(Anon 1987). Setanjutnya untuk variabel ero-
Aibiltas, klasikasi dikelompokkan menjadi tiga,
masing-masing erodibitas tinggi, sedang dan
rendah. Klasikas ini secara kuelitatf hanya me-
‘ngacu kepada jenis tanah (LPT, 1969),
A plikast SIG wrtuk Penenouen Wileyah Prontas Penorgorues Evest “4Mengingat Ketersediaan data intensitas hyjan
yang terbates, maka dalam penelitian ini data
Ccurah hujan hrian dipakai sebagal indikator ero-
sivilas. Parameter yang digunakan adalah rerata
jumiah hari hujan dengan jeluk hujan harian lebih
dari 30 mm, Angka jeluk hujan harian 30. mm
adalah setara dengan intensitas hujan 22,5
‘mmjam. Intensitas hujan sebesar tu diasumsi-
kan dapat _menggerakkan erosi_permukaan
‘Atas dasar besamya frekuensi hai hujan, maka
tiga elas Klasifkasi erosivtas dapat cibvat,
yet:
(1) Tinggi bita rerata jumtah hari hujan dengan
jeluk hujan >30 mm, lebih besar dari 30 hari
(2) Sedang bila reratajumiah hari hujan dengan
jeluk hujan >30 mm antara 20-30 hari,
(@) Rendah dengan :erata jumlah hari hujan
dengan jeluk hujan >30 mm kurang dari 20
hati.
Pembobotan masing-masing variabel dan Klas
fikasinya adalah sebagai berikut
Variabel_ Bobot_
Lereng| 40
Penggunaan tanah 30_|
Erodibiitas 20
Curah_Huian 10.
Pembobotan tanjutan adalah sebagai berikut
Parameier Tindoks [Nish | TotalGobot |
kelas menurut | bobot | (Bobot * 40) |
lereng (%) | Hammer I
>40 95 0.45, 48 |
emer poe ee |
15-25 31 0.15 6
8-15 14 0.07 28
28 04 0.02 08
20.6 1.0
Lereng 0-2% tidak teridentifkasi di daerah pene-
titan.
Pembobotan untuk iap penggunaan tanzh
durnal Geografi/03/Januari/2002/42-S5
[Tanah 732 | 0.40 120
Kosong
ED
Untuk variabel erodibitas, pembobotan setiap
kelas adalah sebagai berikut
Erodibiitas | Bobotyang | Total bobot |
diberikan | (Bobot*20)_|
Tinggi 04 8 |
Sedang 03 Rens
Rendah 02 4
Selanjutnya untuk vatiabel erosivitas, pembobo-
tan adalah sebagai berikut
ras | oe (rsaTESeRL |
04 4
03 3
02 2
‘Atas dasar pembobotan fiap variabel tersebu
secara kumulaif diperoleh total bobot haha
erosi dengan kisaran antara 7.1 sampai 42.0
Selanjutnya atas dasar variasi total bobot terse:
but, potensi erosi dikelompokkan menjadi lima
tingkatan, yaitu
Sangat ringan total bobot 7,1 - 15,
Ringan ‘total bobot 15,0 - 21,9
Sedang, total bobot 22,0 - 26.9
Tinggi total bobot 29,0 - 35,9
Sangat tinggi «otal bobot 36,0 ~ 42,0
2.33 Pemetaan Tingkat Bahaya Eros!
Analisis data dilakukan dengan metode overiay
peta yang mempertmbangkan nilai bobot dari
‘masing-masing variabeparameter. Metode “un-
fon’ yang meng-overlay-kan peta secara keselu-
tuhan bak identitasnya (1D) maupun spasialaye
(peta) digunakan untuk mendapatkan tingkat ba
haya erosi
en Rerata | Nila] Total bobot
Penggunaan | rilsi | bobot | (Bobot* 30) Selanjutnya melalui ekstraksi kedalam pende-
Tanah katan daerah alran sungai, sebaran vilayah po-
Huta oofs [Oot og tensi erosi di daerah arn Ci Tarum dixelompok-
‘Sawah 0.008_| 0.04 ne kan kembali dengan satuan sub DAS orde 3
Permukiman |” 0.098_| 0.05 15, Klasifikasi tingkat bahaya erosi pada setiap Sub-
Kebun 0231 | 013 | 38 DAS:adalah sebagai berikut
sic a, Sub DAS sangal rawan, jka luas areal ce-
a ore eos nigan ketegori potensierosi sangal ting dan
Aiplikasi SIG witik Pere Wiley Prortas Panag Erest Btinggi mencapai lebih dari 50% twas Sub-
DAS tersebut.
. Sub DAS rawan, jka luas area dengan kate-
gori potensi erosi sangat tinggi dan tinggi
antara 30 - 50% dari luas sub DAS tersebut
cc. Sub DAS agak rawan, jka lvas area dengan
kategori potensi erosi sangat tinggi dan tinggi
antara 5~30% dari luas sub DAS tersebut.
4. Sub DAS tidak rawan (aman), jka was area
dengan Kategori potensi erosi sangat tinggi
dan tinggi Kurang dari 5% dari uas sub DAS
tersebut
2.3.4 Penentuan Wilayah Prioritas Penanga-
nan Bahaya Erosi
Penentuan witayah prioritas penanganan bahaya
erosi didasarkan atas faktortingkal potensi eros,
perkembangan penduduk dan dampak eros! ter
hadap sungai utama atau waduk. Wilayah yang
diprioritaskan penanganannya pertama adalah
vwilayah dengan potensi erosi sangat tinagi dan
tingai.
Secara bertahap penentuan prioritas tersebut
mengacu kepada dampak erosi, yang diwakil
oleh variabel jarak dari sungai utama atau we-
duk. Dalam penelitian ii ditarik jarik 1 km dari
ssungei ulema atau wadiuk. Faktor penentu selan-
jutnya adalah faktor kependudukan, yang diwa-
‘ili olen. parameter tingkat perkembangan pen
duduk dan dibedakan menjadi tiga Kelompok,
yaitu <1%, 1 ~ 2,5% dan >2,5% per tahun.
Dengan cara mengkombinasikan kedua parame-
ter tersebut, priotas penanganan bahaya erosi
dikelompokkan menjadi tiga Kelas, yaitu
2, Prioritas 1, areal yang memiikitingkat poten-
si sangal’rawanlrawan erosi dengan jarek
4000 meter dari sungai utamalwaduk dan
dengan tingkat perkembangan penduduk le-
bih dari 2,5% per tahun,
b. Priortas 2, areal yang memilki Ungkat po:
tensi sangat rawanirawan erosi dengan jarak
1000 meter dari sungai utamalwaduk dan
dengan tingkat perkembangan penduduk
antara 1-2,5% per tahun
¢. Priortas 3, areal yang mem ingkat poten-
si sangat rawanlrawan erosi dengan 1000
meter dari sungai vtamalwaduk dan dengan
tingkat perkembangan penduduk <1%
Secara keseluruhan diagram alur penentuan wi-
layah priortas penanganan bahay erosi berba-
sis SIG dapat diet pada Gambar 1
Jurnal Geografi/03/Januari/2002/42-55
Ill, HASIL DAN PEMBAHASAN
3.4 Sebaran Wilayah potensi Erosi
‘Secara keseluruhan Daerah Aliran (untuk selan.
jutnya disingkat “DA") Ci Tarum didominasi wi-
layah potensi erosi rendah dengan luasan 40%
dari luas total wilayah; selanjutnya wilayah po-
tensitingal seluas 113.673 ha (25,6%) dan wila-
yah potensi sedang soluas 95.643 ha (21.5%).
‘wiayan potensi erosi sangattingai hanya sekitar
6.9% dari luas OAS keseluruhan atau tepatnya
30.883 ha, sedangkan wilayah potensi erosi
ssangal rendah seluas 25.772 ha atau 5.8%
Mengikuti pembagian sub DAS besar dari Depar-
temen Kehutanan Republik Indonesia, maka DA
Ci Tarum dapat dibagi menjadi 10 Sub DAS
imelipti, DA Ci Tarik, Ci Widey, Ci Terum Hulu,
Ci Tarum-Ci Kao, Ci Sangkeuy, Ci Mela,
Ci Kapundung, Ci Minyak, Ci Kundul dan
Ci Sokan. Distribusi wilayah potensi erosi Kate
ori sangat tingal terutama terdapat di DA Ci
Sokan seluas 6,895 ha atau 28,8% dari seluruh
areal potensi erosi sangat tinggi. DA Ci Sang-
euy dan DA Ci Widey memiliki areal potensi
erosi sangat tinggi seluas 11,3% dan 11.40%;
sedangkan tujuh DAS fainnya memiiki areal
potensi sangat tinaal berkisar antara 4,3 % sam-
pai 7,18 %, Rincian potensi erosi pada masing-
masing DAS orde-2 dapat dihat pada Tabel 1
berikut
Tabel 1.
‘Wilayah potensi erosisangat tinggi (PE ST) dan
tinggi (PE T) menurut DAS ordo-2
Aplikasi SIG switck Pororauen Wilzyah Proritas Penarganan Eves
Nama TuasDAS | tas | Las
pest | PET
[DAS Ordo-2 (Hay |) |)
(cikapundung | _44reo__| 62 | 146
(CiKundul 2002 | 74 | 215
(CiMeta 7095 | 23 | 168
Ci Minyak. 40529 | 67_| 147
[Gi Sangkeuy 32876 | 106 | 268
[cisokan siosa7_| 80 | 419
(ciTaric dani | 49 | 132 |
TarumKeo | 20615 | 7,2 | 208
(ciTarumhuu | 20288 | 61_| 348
Cie mais_| 129 | 313
(GiTarum wassz_ | 69 | 256
Sumber: Hasi pengolahan data
6Secata spasial, wilayah potensi erosi sangat
tingai merupakan areal yang tidak terfalu Was
dan lokasinya terpisah-pisah, terdistibusi_ di
bagian selatan dan bagian utara di daerah pe-
unungan dengan ketinggian lebih dari 1.000
mdpl. Sedangkan pada wilayah dengan ke-
tinggian 500-1,000 mdpl dapat didentifkasi pada
beberapa lokasi di rangkaian pegunungan Raja-
mandala (DA Ci Sokan, Ci Minyak dan Ci Meta).
Wilayah potensi erosi Katagori Unagi di DA Ci
Sokan mencapai 45,863 ha atau sekiar 40 %
dari luas keseluruhan, DA Ci Widey, DA Ci
Sangkeuy, DA Cimeta dan DA Ci Tarum Hulu
mempunyai areal potensi erosi katagori tinggi
antara 8.535 ha sampai 10.530 ha; sedangkan
lima OAS lainyya hanya memiiki areal yang
berpotensi erosi katagori tingal_seluas kurang
dari 6.550 ha.
Sebaran spasial wilayah potensi erosi tinggi pa:
da umumnya merupakan areal yang cukup besar
((vas), membentuk pola yang hampir mengikuti
rangkaian pegunungan. Untuk kasus di pegunu:
nngan Rajamandala, wilayah tersebut meman-
jang ke arah timur laut sampat ke Gunung
Tangkubanperahu, sementara di pegunungan
Prianganmemanjang dari Gunung Kendeng-
\Wayang-Malabar. Sebagian besar witayah ter
sebut berada pada ketinggian lebin dari 1.000 m
dpl, meskipun di beberapa lokasi juga diumpai
wilayah potensi erosi tinggi dengan elevasi ku-
rang deri 500 m dpl. Jenis penggunaan lahan
ering bak berupa kebun campuran, tegalan
‘maupun perkebunan, merupakan bentuk peng: