Professional Documents
Culture Documents
Penyakit eksantema merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak terutama
pada awal masa perkembangan seorang anak. Walaupun penyakit eksantema sering
memberikan gambaran klinis yang mirip satu dengan yang lainnya, namun sebenarnya
setiap penyakit eksantema memiliki karakteristik klinis yang khas sehingga kita harus
dapat membedakan satu penyakit eksantema dengan yang lain. Kesalahan diagnosis
dapat berdampak kepada pasien, orang yang kontak dengan pasien, dan masyarakat
sekitarnya. Diagnosis banding penyakit eksantema ditegakkan berdasarkan pada beberapa
faktor, antara lain riwayat penyakit menular dan imunisasi, bentuk gejala prodromal,
gambaran erupsi kulit, adanya gejala patognomonik atau tanda lain, dan uji diagnostik
laboratoris.
P
enyakit eksantema adalah suatu penyakit karena telah ditemukan lebih dari 50 organisme
yang bermanifestasi sebagai erupsi difus (virus, bakteri, riketsia) penyebab penyakit eksantema
pada kulit yang berhubungan dengan pada anak.3-5
penyakit sistemik yang biasanya disebabkan oleh
infeksi. Mekanisme terjadinya lesi kulit adalah Klasifikasi penyakit eksantema akut pada anak:2
kerusakan sel akibat invasi organisme patogen, 1. Gambaran eritema makulopapular.
produksi toksin oleh organisme, dan respons imun - Campak
pejamu.1,2 - Campak atipik
Pada awal abad ke 20 yaitu pada era pra vaksinasi, - Rubela
klasifikasi penyakit eksantema didasarkan pada urutan - Scarlet fever
kejadian dalam masa perkembangan anak. Campak - Staphylococcal scalded skin syndrome (SSSS)
(measles/rubeola/morbili) disebut sebagai first disease, - Staphylococcal toxic shock syndrome
demam skarlet (scarlet fever) sebagai second disease, - Meningococcemia
rubela (German measles) sebagai third disease, forth - Tifus dan tick fever
disease digambarkan oleh Duke tapi tidak dianggap - Toksoplasmosis
sebagai golongan tersendiri karena bermanifestasi - Infeksi sitomegalovirus
seperti demam skarlet dan rubela, eritema infeksiosa - Eritema infeksiosum
sebagai fifth disease dan roseola infantum sebagai sixth - Roseola infantum
disease. Klasifikasi ini sekarang tidak digunakan lagi - Infeksi enterovirus
- Infeksi mononukleosis
- Eritema toksik
Dr. Tuty Rahayu: PPDS Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Jakarta. - Erupsi obat
- Sunburn
Alamat Korespondensi:
Dr. Alan R. Tumbelaka, SpA(K).
- Miliaria
Subbagian Infeksi dan Penyakit Tropis. Bagian Ilmu Kesehatan Anak - Mucocutaneus lymph node syndrome
FKUI-RSCM. (Penyakit Kawasaki)
Jl. Salemba no. 6, Jakarta 10430.
Telepon: 021-3914126. Fax.: 021-3914126.
2. Gambaran erupsi papulovesikular
104
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
Suhu
101
diperlukan. Pada kasus tertentu diagnosis etiologik 100
yang spesifik sangat diperlukan yaitu pada kasus 99
eksantema yang timbul selama masa kehamilan, kasus 98
imunokompromais, dan pada keadaan epidemi. 3,6 Di Ruam
lain pihak pembedaan etiologik antara penyebab Bercak Koplik
bakteri dan riketsia penting dilakukan karena Konjungtivitis
pengobatannya berbeda, terutama yang bersifat fatal.3 Pilek
Batuk
105
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
Masa penularan:
Sejak akhir masa inkubasi sampai 5 hari setelah
timbulnya ruam. Cara penularan melalui droplet.
Manifestasi klinis :
- Masa prodromal 1-5 hari ditandai dengan demam
subfebris, malaise, anoreksia, konjungtivitis ringan,
koriza, nyeri tenggorokan, batuk dan limf deno-
pati. Gejala cepat menurun setelah hari pertama
timbulnya ruam.
- Demam berkisar 380C –38,70C. Biasanya timbul
dan menghilang bersamaan dengan ruam kulit.
Hari sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pencegahan:
Vaksinasi bersama rubela dan mumps (MMR) pada 104 Rubela
usia 15 - 18 bulan dan ulangan pada usia 10-12 tahun 103
atau 12-18 tahun. 102
Suhu
101
100
99
Campak Atipik3,4,6 98
Ruam
Etiologi : imunisasi oleh vaksin virus campak Kelenjar limfa
yang telah dimatikan. Malaise
Patogenesis : delayed hypersensitivity terhadap an
Konjungtivitis
tigen virus.
Pilek
Manifestasi klinis:
- Demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot dan nyeri
perut yang disertai pneu monitis. Erupsi kulit tidak - Enantema pada rubela (Forschheimer spots)
seperti campak yaitu berupa urtikaria, maku- ditemukan pada periode prodrodromal sampai
lopapular, ptekie, purpurik dan kadang vesikular satu hari setelah timbulnya ruam, berupa bercak
dengan predileksi pada ekstremitas. Dapat terjadi pinpoint atau lebih besar, warna merah muda,
edema pada lengan dan kaki serta hiperestesi pada tampak pada palatum mole sampai uvula. Bercak
kulit. Bentuk dan distribusi dari eksantema Forsch heimer bukan tanda patognomonik.
menyerupai rocky mountain – spotted fever. - Terdapat limfadenopati generalisata tapi lebih
sering pada nodus limfatikus suboksipital,
Terapi: Simtomatik.
retroaurikular atau suboksipital.
Pencegahan: Imunisasi oleh vaksin virus campak - Eksantema berupa makulopapular, eritematosa,
hidup yang dilemahkan. diskret. Pertama kali ruam tampak di muka dan
menyebar ke bawah dengan cepat (leher,badan,
dan ekstremitas) Ruam pada akhir hari pertama
Rubela (German Measles).1-3,6,8-10 mulai merata di badan kemudian pada hari ke dua
ruam di muka mulai menghilang, dan pada hari
Etiologi : Rubivirus (fam. Togaviridae), virus ke tiga ruam tampak lebih jelas di ekstremitas
RNA. sedangkan di tempat lain mulai menghilang.
Masa inkubasi : 14 – 21 hari
Diagnosis:
- Manifestasi klinis yaitu prodromal ringan, ruam
106
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
menghilang dalam 3 hari, limfadenopati - Pada lidah didapatkan eritema dan edema sehingga
retroaurikular dan suboksipital. memberikan gambaran strawberry tongue (tanda
- Isolasi virus, virus ditemukan pada faring 7 hari patognomonik).
sebelum dan 14 hari sesudah timbulnya ruam. - Ruam berupa erupsi punctiform, berwarna merah
- Serologis dapat dideteksi mulai hari ke tiga yang menjadi pucat bila ditekan. Timbul pertama
timbulnya ruam. kali di leher, dada dan daerah fleksor dan menye-
bar ke seluruh badan dalam 24 jam. Erupsi tampak
jelas dan menonjol di daerah leher, aksila, inguinal
dan lipatan poplitea.
- Pada dahi dan pipi tampak merah dan halus, tapi
didaerah sekitar mulut sangat pucat (circumoral
pallor).
Hari sakit
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
104 Scarlet
103 fever
102
Suhu
101
100
99
98
Ruam
Nyeri tenggorok
Komplikasi:
Jarang pada anak. Komplikasi dapat berupa artritis,
purpura danensefalitis.
- Beberapa hari kemudian kemerahan di kulit
Terapi: simptomatik menghilang dan kulit tampak sandpaper yang
Pencegahan: vaksinasi MMR kemudian menjadi deskwamasi setelah hari ketiga.
- Deskuamasi berbeda dengan campak karena
lokasinya di lengan dan kaki. Deskuamasi
Scarlet Fever (Scarlatina)1,2-4,6 kemudian akan mengelupas dalam minggu 1-6.
107
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
108
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
seringkali timbulnya ruam merupakan gejala awal - Ruam tampak pertama kali di punggung dan
dari penyakit. menyebar ke leher, ekstremitas atas muka, dan
- Karakteristik ruam terbagi dalam tiga stadium ; ektremitas bawah.
(1) eksantema pada pipi berupa papuleritema tosa - Ruam berwarna merah muda, makulopapular,
yang menjadi pucat pada penekanan, di- diskret, jarang koalesen sehingga mirip dengan lesi
kelilingi daerah pucat. Lesi kemudian meluas rubela.
dan memberikan gambaran "slappedcheek". - Lamanya timbul erupsi 1-2 hari, kadang dapat
Kulit pada lesi terasa hangat dan bertahan hilang dalam beberapa jam. Ruam hilang tidak
sampai 4-5 hari. meninggalkan bekas berupa pigmentasi atau
(2) dimulai 1-4 hari timbulnya bercak pada wajah, deskuamasi.
timbul makula/papula/urtika eritematosa
Diagnosis:
terutama pada ekstensor ekstremitas dan me-
Manifestasi klinis penurunan hitung leukosit.
nyebar dan kebokong badan, lesi berkon-
fluensi dan terjadi penyembuhan yang ireguler Terapi:
sehingga memberikan gambaran retikuler/ Simptomatis.
anyaman.
(3) pada stadium ini eksantema berlangsung Hari sakit
selama 1-6 minggu dan ditandai dengan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
eksantema yang hilang timbul.
104
Diagnosis: Exanthema
103 subitum
Berdasarkan manifestasi klinis dan uji serologis. 102
101
Suhu
Diagnosis banding:
100
Scarlet fever, rubela, roseola, infeksi enterovirus, SLE,
99
ARJ, demam rematik dan erupsi obat. 98
Komplikasi: Ruam
Artritis akut pada dewasa, krisis aplastik pada penderita Gelisah
anemia hemolitik herediter, trombositopeni dan hi-
drops fetalis/IUFD bila terinfeksi selama hamil.
Terapi:
simptomatis Miliaria11
109
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
Masa penularan : 2 hari sebelum dan 5 hari sesudah menghilang tanpa bekas.
erupsi.
Diagnosis::
Manifestasi klinis:
Manifestasi klinis dan isolasi virus dengan preparat Tzank.
- Masa prodromal 2-3 hari ditandai dengan demam,
malaise, batuk, koriza dan nyeri tenggorokan serta Diagnosis banding: Varisela, herpes.
gatal. Eksantema berawal dari lesi makulopapular
Terapi: Simptomatis.
yang kemudian menjadi vesikel berbentuk
teardrop dan 2 hari kemudian menjadi pustul dan
krusta. Penyembuhan total terjadi selama 16 hari.
Eczema Herpeticum3,6
Diagnosis:
- Manifestasi klinis Etiologi : Virus herpes simpleks
- Isolasi virus dari cairan vesikel
Manifestasi klinis:
- Tes serologis.
- Lesi berupa vesikel yang klinis bergerombol pada
Komplikasi: dasar eritematous, vesikel berkembang menjadi
Infeksi sekunder oleh bakteri, ensefalitis, sindrom Reye pustul yang kemudian pecah menjadi ulkus yang
dan pneumonia. ditutupi oleh krusta berwarna kuning. Lesi dapat
terasa nyeri atau gatal.
Terapi:
- Kekambuhan dapat terjadi karena trauma, demam
- Bedak kocok kalamin + mentol.
atau sinar matahari, lokasi biasanya di mulut,
- Antibiotik bila terdapat tanda infeksi.
genitalia atau tempat lain.
- Asiklovir (atas indikasi)
Terapi : Tidak ada yang spesifik.
110
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
diameter 2-10 mm disertai umbilikasi dite- 4. Gable EK, Liu G, Morrell DS. Pediatric exanthems. Prim
ngahnya, warna merah seperti daging dan Care 2000; 27:353-69.
5. Tumbelaka AR. Pendekatan diagnostik penyakit
translusen. Lesi tersebar atau berkelompok. eksantema pada anak. Disampaikan pada Kongres
- Penyembuhan secara spontan tanpa jaringan parut. Nasional Ilmu Kesehatan Anak XI, Jakarta, 4-7 juli,
1999.
Terapi : Krioterapi, kuretase atau obat kera 6. Krafchik BR. Viral exanthems. Dalam: Harper J, Oranje
tolitik. A, Prose N, penyunting. Texbook of pediatric dermatol-
ogy. London: Blackwell science 2000. h. 329-46.
Kesimpulan 7. Satgas Imunisasi IDAI. Jadwal imunisasi rekomendasi
IDAI. Sari Pediatri; 2:43-7.
8. Cherry JD. Rubella. Dalam: Feigin RD, Cherry JD,
Dari seluruh gambaran penyakit eksantema yang penyunting. Texbook of pediatric infectious disease. Edisi
hampir mirip satu dengan lainnya, kita dapat ke-3. Philadelphia: WB Saunders, 1992. h. 1792-817.
membedakan masing-masing penyakit dengan melihat 9. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Ru-
dari gejala prodromal, karakteristik dan manifestasi bella (German measles). Dalam: Krugman S, Katz SL,
Gershon AA, Wilfert CM. Infectious diseases of chil-
klinis yang khas. dren. Edisi ke-9. St Louis: Mosby year book 1992. h.
Untuk diagnosis banding dengan penyakit 381-456.
eksantema lainnya didasarkan pada riwayat penyakit 10. American academy of pediatrics. Rubella. Red book: re-
dan imunisasi sebelumnya, bentuk gejala prodromal, port of the committee on infectious diseases. Edisi ke-
gambaran erupsi kulit, adanya tanda patognomonik 25. American academy of pediatrics 2000. h. 495-500.
11. Habif. Exanthems and drug eruption. Clinical Derma-
atau tanda lainnya, uji diagnostik laboratoris. tology. Edisi ke-3. St Louis: Mosby 1996. h. 409-44.
12. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Roseola
Daftar Pustaka infantum (exanthem subitum). Dalam: Krugman S, Katz
SL, Gershon AA, Wilfert CM. Infectious diseases of chil-
1. Hartley AH, Rasmussen JE. Infectious exanthems. Pe- dren. Edisi ke-9. St Louis: Mosby yearbook 1992. h.
diatric in review 1988; 9:321-9. 377-80.
2. Krugman S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Diag- 13. Cherry JD. Roseola infantum (exanthem subitum).
nosis of acute exanthematous diseases. Dalam: Krugman Dalam: Feigin RD, Cherry JD, penyunting. Texbook of
S, Katz SL, Gershon AA, Wilfert CM. Infectious dis- pediatric infectious disease. Edisi ke-3. Philadelphia: WB
eases of children. Edisi ke-9. St Louis: Mosby Yearbook Saunders, 1992. h. 1789-92.
1992. h. 631-9. 14. Irving WL, Chang J, Raymond DR, Dunstan R, Grattan-
3. Frieden IJ, Penneys NS. Viral infection. Dalam: Smith P, Cunningham AL. Roseola infantum and other
Schachner LA, Hansen RC, penyunting. Pediatric der- syndrome associated with acute HHV 6 infection. Arch
matology. Edisi ke-2. New york: Churchill Livingstone, Dis Child 1990; 65:297-300.
1995. h. 1257-94.
111
Lampiran Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
Miliaria
112
Sari Pediatri, Vol. 4, No. 3, Desember 2002
113