Professional Documents
Culture Documents
1
Cyndi E. E. J. Sondakh
2
Thigita A. Pandaleke
2
Ferra O. Mawu
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian/SMF Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: cyndisondakh_12065@yahoo.com
Abstrak: Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
seperti stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh jamur
dermatofita dari famili arthrodermataceae. Famili ini terdiri lebih dari 40 spesies yang dibagi
dalam tiga genus: Epidermophyton, Microsporum, dan Trichophyton. Pembagian dermatofitosis
berdasarkan lokasinya yaitu tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea
unguinum, dan tinea korporis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dermatofitosis di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember
2013 berdasarkan klasifikasi lokasi, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan terapi yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 4.099 kasus penyakit kulit di tahun 2013, terdapat
153 (3,7%) kasus dermatofitosis dengan persentase tertingggi yang diperoleh ialah: tinea kruris
(35,3%), golongan umur 45-64 tahun (32,7%), jenis kelamin perempuan (60,8%), ibu rumah
tangga (22.9%), dan terapi kombinasi (68.6%)
Kata kunci: dermatofitosis, tinea
menjadi sumber percaya diri dan saat sakit sinonim dari tinea kruris.4
dapat menimbulkan keresahan.1 Tinea pedis merupakan infeksi jamur
Di Indonesia yang menjadi penyebab pada kaki. Sering dijumpai pada orang
penyakit kulit biasanya akibat infeksi yang dalam kesehariannya banyak
bakteri, jamur, virus, parasit yang dapat bersepatu tertutup disertai perawatan kaki
dipengaruhi oleh beberapa hal sehinnga yang buruk dan para pekerja dengan kaki
sering memberikan perbedaan gambaran yang selalu atau sering basah1. Tinea pedis
klinis penyakit kulit seperti faktor iklim, biasanya menyerang sela-sela kaki dan
kebiasaan dan lingkungan.2 telapak kaki. Tinea pedis atau ringworm of
Dermatofitosis merupakan penyakit the foot adalah infeksi dermatofita pada
pada jaringan yang mengandung zat tanduk, kaki, terutama pada sela jari dan telapak
misalnya stratum korneum pada epidermis, kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur
rambut dan kuku, yang disebabkan oleh yang sering terjadi.8 Penyebab paling
jamur dermatofita dari famili sering ditemukan yaitu Trichophyton
arthrodermataceae dengan lebih dari 40 rubrum yang dapat mengakibatkan
spesies yang dibagi dalam tiga genus : kelainan menahun. Infeksi jamur dermato-
Epidermophyton, Microsporum, dan fita yang menyerang kulit telapak tangan,
1,3
Trichophyton. Kemampuannya untuk punggung tangan dan jari tangan disebut
membentuk ikatan molekuler terhadap tinea manum.1,3
keratin dan menggunakannya sebagai Tinea unguium disebut juga
sumber makanan menyebabkan mereka dermatophytic onychomycosis, ringworm of
mampu berkolonisasi pada jaringan the nail)1, 7 adalah kelainan pada kuku yang
keratin.4 Pada penamaan infeksi klinis disebabkan infeksi jamur dermatofita.
dermatofitosis, kata tinea mendahului nama Penyebab tersering tinea unguium yaitu T.
latin untuk bagian tubuh yang terkena.5 mentagrophytes dan T. rubrum.1
Tinea kapitis merupakan infeksi jamur Tinea imbrikata merupakan dermato-
menular pada kepala yang menyarang fitosis dengan gambaran khas berupa kulit
batang rambut3dan merupakan penyebab bersisik dengan sisik yang melingkar-
kerontokan rambut yang sering dijumpai lingkar dan terasa gatal. Tinea imbrikata
pada anak-anak. Secara klinis dapat disebabkan oleh T.concentricum. Penyakit
ditemukan bercak bundar berwarna merah, ini dapat ditemukan di berbagai wilayah
bersisik dan kadang menjadi gambaran Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi,
klinis yang lebih berat disebut kerion.6 Papua, Kepulauan Aru dan Kei, dan
Tinea barbae hanya terjadi pada pria. Sulawesi Tengah. Penyakit ini dapat
Umumnya menimbulkan lesi yang khas menyerang seluruh permukaan kulit halus,
unilateral dan lebih sering melibatkan area sehingga sering digolongan dalam tinea
janggut daripada kulit atau bibir bagian korporis. Lesi bermula sebagai makula
atas.3 eritematosa yang gatal, kemudian timbul
Tinea kruris merupakan dermatofitosis skuama yang agak tebal dan terletak
yang sering ditemukan pada daerah lipat konsentris dengan susunan seperti genting.
paha, genitalia, daerah pubis, perineum dan Lesi makin lama makin melebar tanpa
perianal. Kelainan ini dapat bersifat akut meninggalkan penyembuhan di bagian
atau kronis, bahkan dapat berlangsung tengah. Pruritus yang hebat dan dapat
seumur hidup.1,7 Penamaan penyakit ini terjadi likenifikasi. Lesi kadang hipo-
merupakan istilah yang tidak cocok, karena pigmentasi.9
dalam bahasa Latin “kruris” berarti kaki. Tinea inkognito merupakan infeksi
Penyakit ini merupakan penyakit terbanyak dermatofita yang mengalami modifikasi
yang ditemukan di daerah inguinal, yaitu sehingga tidak tampak bentuk klinis yang
sekitar 65-80% dari semua penyakit kulit di khas oleh karena telah diobati dengan
inguinal, sehingga beberapa kepustakaan kortikosteroid topikal kuat. Tinea fasialis
menyatakan inguinal intertrigo sebagai dan tinea aksilaris penamaan yang
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
kasus untuk tahun 2013 (Tabel 3). Tabel 5. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Pekerjaan Pasien
Tabel 3. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Klasifikasi Umur (WHO) Pekerjaan Jumlah (%)
Kasus
Umur (tahun) Jumlah (%) Pensiunan 26 16,9
Kasus Pegawai 21 13,7
<1 tahun - 0 Wiraswasta 14 9,2
1-4 tahun 6 3,9 Ibu Rumah Tangga 35 22,9
5-14 tahun 16 10,5 Petani 1 0,7
15-24 tahun 17 11,1 Tukang/Pekerja 3 1,9
25-44 tahun 41 26,8 bangunan
45-64 tahun 50 32,7 Mahasiswa 7 4,6
≥65 tahun 23 15,0 Siswa 28 18,3
Total 153 100,0 Belum bekerja 4 2,6
(tidak diketahui) 14 9,2
Distribusi kasus dermatofitosis Total 153 100,0
berdasarkan jenis kelamin diRSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Tahun 2013 dari Jenis terapi untuk dermatofitosis dapat
total 153 kasus dermatofitosis yaitu laki- diketahui juga berdasarkan penelitian ini
laki sebanyak 60 orang (39,2%) dan yaitu untuk 68.6% kasus ditangani dengan
terbanyak yaitu pasien perempuan dengan terapi topikal (Tabel 6). Terapi ini paling
93 orang (60,8%) (Tabel 4). sering menggunakan ketokonazole cr.
disertai anti histamin oral.
Tabel 4. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Tabel 6. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Terapi Pasien
Jenis Kelamin Jumlah Kasus (%)
Laki-laki 60 39.2 Terapi JumlahKasus (%)
Perempuan 93 60.8 Topikal 105 68,6
Total 153 100.0 Sistemik 14 9,2
Kombinasi 34 22,2
Distribusi kasus dermatofitosis Total 153 100,0
berdasarkan pekerjaan ditemukan pasien
ibu rumah tangga sebagai kasusterbanyak Pemberian anti jamur topikal bertujuan
dengan 35 (22,9%) orang, siswa 28 kasus membantu eradikasi dermatofita dari kulit
(18%) dan pensiunan sebanyak 26 kasus untuk menghindari penyebaran di sekitar
(16,9%), kemudian pegawai dengan 21 daerah yang terkena, juga untuk mengura-
kasus (13,7%) yang terdiri dari Pegawai ngi resiko penularan pada orang lain.12
Negri Sipil (PNS), pegawai swasta Pada kasus yang ditangani dengan terapi
termasuk juga dosen dan pendeta. kombinasi diberikan obat anti jamur
Wiraswasta 14 kasus (9,2%), mahasiswa sistemik (griseofulvin, itrakonazole, keto-
dengan 7 kasus (4.6%), dan petani, tukang konazole) yang dikombinasi dengan topikal
dan yang belum bekerja (belum bekerja dan anti jamur (ketokonazole cr.). Pada kasus
belum sekolah karena masih dibawah umur) seperti tinea kapitis, sejalan dengan
masing-masing 1 kasus (0,7%), 3 kasus penetrasi dermatofita ke dalam folikel
(1,9%) dan 4 kasus (2,6%). rambut, maka untuk infeksi yang mengenai
Dari keseluruhan kasus dermatofitosis rambut diberikan pengobatan oral (Tabel
sebanyak 153 kasus terdapat 14 kasus 6) .7
(9.2%) data yang tidak diketahui atau tidak
tercatat (Tabel 5). BAHASAN
Berdasarkan penelitian retrospektif
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016