You are on page 1of 7

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

Profil dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan Kelamin


RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
periode Januari – Desember 2013

1
Cyndi E. E. J. Sondakh
2
Thigita A. Pandaleke
2
Ferra O. Mawu

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian/SMF Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: cyndisondakh_12065@yahoo.com

Abstract: Dermatophytosis is a disorder of tissues with keratinized ephithelia e. g. stratum


corneum of epidermis, hair, and nails, caused by dermatophyte fungi from arthrodermataceae
family. This family has more than 40 species divided into three genera: Epidermophyton,
Microsporum, and Trichophyton. The distribution of dermatophytosis is based on its location:
tinea capitis, tinea barbae, tinea cruris, tinea pedis et manum, tinea unguium, and tinea corporis.
This study aimed to obtain the profile of dermatophytosis classified by location, age, gender, job
and therapy at the Dermatovenerology Clinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado during
the period of January-December 2013. The results showed that of 4,099 skin disease cases in
2013, there were 153 (3.7%) cases of dermatophytosis with the most frequent found was tinea
cruris (35.3%), the age group was 45-64 years old (32.7%), most patients were female (60.8%),
commonly housewife (22.9%), and the most treatmen tused was topical therapy (68.6%).
Keywords: dermatophyte, dermatophytosis, tinea

Abstrak: Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk,
seperti stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan oleh jamur
dermatofita dari famili arthrodermataceae. Famili ini terdiri lebih dari 40 spesies yang dibagi
dalam tiga genus: Epidermophyton, Microsporum, dan Trichophyton. Pembagian dermatofitosis
berdasarkan lokasinya yaitu tinea kapitis, tinea barbae, tinea kruris, tinea pedis et manum, tinea
unguinum, dan tinea korporis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil dermatofitosis di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari-Desember
2013 berdasarkan klasifikasi lokasi, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan terapi yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 4.099 kasus penyakit kulit di tahun 2013, terdapat
153 (3,7%) kasus dermatofitosis dengan persentase tertingggi yang diperoleh ialah: tinea kruris
(35,3%), golongan umur 45-64 tahun (32,7%), jenis kelamin perempuan (60,8%), ibu rumah
tangga (22.9%), dan terapi kombinasi (68.6%)
Kata kunci: dermatofitosis, tinea

Masalah kesehatan masih menjadi Pemeliharaan kesehatan dapat dimulai dari


perhatian utama di masyarakat. memperhatikan kesehatan organ tubuh.
Perkembangan ilmu dan teknologi yang ada Kulit merupakan organ yang terletak di sisi
saat ini banyak memberi kontribusi dalam terluar tubuh manusia dan menjadi organ
bidang kesehatan, namun hal itu tidak yang mendapat pengamatan secara terus
mengurangi minat serta perhatian menerus baik oleh diri sendiri maupun
masyarakat terhadap masalah kesehatan. orang lain. Dalam kondisi sehat, kulit dapat
Sondakh, Pandaleke, Mawu: Profil dermatofitosis di...

menjadi sumber percaya diri dan saat sakit sinonim dari tinea kruris.4
dapat menimbulkan keresahan.1 Tinea pedis merupakan infeksi jamur
Di Indonesia yang menjadi penyebab pada kaki. Sering dijumpai pada orang
penyakit kulit biasanya akibat infeksi yang dalam kesehariannya banyak
bakteri, jamur, virus, parasit yang dapat bersepatu tertutup disertai perawatan kaki
dipengaruhi oleh beberapa hal sehinnga yang buruk dan para pekerja dengan kaki
sering memberikan perbedaan gambaran yang selalu atau sering basah1. Tinea pedis
klinis penyakit kulit seperti faktor iklim, biasanya menyerang sela-sela kaki dan
kebiasaan dan lingkungan.2 telapak kaki. Tinea pedis atau ringworm of
Dermatofitosis merupakan penyakit the foot adalah infeksi dermatofita pada
pada jaringan yang mengandung zat tanduk, kaki, terutama pada sela jari dan telapak
misalnya stratum korneum pada epidermis, kaki. Tinea pedis merupakan infeksi jamur
rambut dan kuku, yang disebabkan oleh yang sering terjadi.8 Penyebab paling
jamur dermatofita dari famili sering ditemukan yaitu Trichophyton
arthrodermataceae dengan lebih dari 40 rubrum yang dapat mengakibatkan
spesies yang dibagi dalam tiga genus : kelainan menahun. Infeksi jamur dermato-
Epidermophyton, Microsporum, dan fita yang menyerang kulit telapak tangan,
1,3
Trichophyton. Kemampuannya untuk punggung tangan dan jari tangan disebut
membentuk ikatan molekuler terhadap tinea manum.1,3
keratin dan menggunakannya sebagai Tinea unguium disebut juga
sumber makanan menyebabkan mereka dermatophytic onychomycosis, ringworm of
mampu berkolonisasi pada jaringan the nail)1, 7 adalah kelainan pada kuku yang
keratin.4 Pada penamaan infeksi klinis disebabkan infeksi jamur dermatofita.
dermatofitosis, kata tinea mendahului nama Penyebab tersering tinea unguium yaitu T.
latin untuk bagian tubuh yang terkena.5 mentagrophytes dan T. rubrum.1
Tinea kapitis merupakan infeksi jamur Tinea imbrikata merupakan dermato-
menular pada kepala yang menyarang fitosis dengan gambaran khas berupa kulit
batang rambut3dan merupakan penyebab bersisik dengan sisik yang melingkar-
kerontokan rambut yang sering dijumpai lingkar dan terasa gatal. Tinea imbrikata
pada anak-anak. Secara klinis dapat disebabkan oleh T.concentricum. Penyakit
ditemukan bercak bundar berwarna merah, ini dapat ditemukan di berbagai wilayah
bersisik dan kadang menjadi gambaran Indonesia seperti Kalimantan, Sulawesi,
klinis yang lebih berat disebut kerion.6 Papua, Kepulauan Aru dan Kei, dan
Tinea barbae hanya terjadi pada pria. Sulawesi Tengah. Penyakit ini dapat
Umumnya menimbulkan lesi yang khas menyerang seluruh permukaan kulit halus,
unilateral dan lebih sering melibatkan area sehingga sering digolongan dalam tinea
janggut daripada kulit atau bibir bagian korporis. Lesi bermula sebagai makula
atas.3 eritematosa yang gatal, kemudian timbul
Tinea kruris merupakan dermatofitosis skuama yang agak tebal dan terletak
yang sering ditemukan pada daerah lipat konsentris dengan susunan seperti genting.
paha, genitalia, daerah pubis, perineum dan Lesi makin lama makin melebar tanpa
perianal. Kelainan ini dapat bersifat akut meninggalkan penyembuhan di bagian
atau kronis, bahkan dapat berlangsung tengah. Pruritus yang hebat dan dapat
seumur hidup.1,7 Penamaan penyakit ini terjadi likenifikasi. Lesi kadang hipo-
merupakan istilah yang tidak cocok, karena pigmentasi.9
dalam bahasa Latin “kruris” berarti kaki. Tinea inkognito merupakan infeksi
Penyakit ini merupakan penyakit terbanyak dermatofita yang mengalami modifikasi
yang ditemukan di daerah inguinal, yaitu sehingga tidak tampak bentuk klinis yang
sekitar 65-80% dari semua penyakit kulit di khas oleh karena telah diobati dengan
inguinal, sehingga beberapa kepustakaan kortikosteroid topikal kuat. Tinea fasialis
menyatakan inguinal intertrigo sebagai dan tinea aksilaris penamaan yang
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

menunjuk ke daerah kelainan dan berdasarkan lokasinya diadapatkan 54


merupakan varian tinea korporis. Tinea kasus (35.3%) tinea kruris, kemudian tinea
sirsinata, arkuata juga merupakan korporis dengan 50 kasus (32,7%), tinea
penamaan deskriptif morfologis. kapitis 11 kasus (7,2%), lalu tinea unguium
Infeksi penyakit oleh jamur dapat atau onikomikosis dengan 8 kasus (5,3%)
ditemukan hampir di seluruh daerah dan tinea pedis et manum 4 kasus (2,6%).
Indonesia karena merupakan wilayah yang Selain itu ada juga lokasi kombinasi tinea
baik untuk pertumbuhan jamur.10 Iklim dan korporis et kruris dan tinea kruris et
kondisi geogafis di Indonesia memudahkan korporis dengan 26 kasus (17,0%). Untuk
pertumbuhan jamur sehingga menyebabkan kasus dermatofitosis tahun 2013 tidak
banyaknya kasus infeksi jamur.11 ditemukan data mengenai tinea barbae dan
Insidensi penyakit yang disebabkan tinea imbrikata (Tabel 2).
oleh jamur di Indonesia berkisar 2,93-27,6%
untuk tahun 2009-2011.6 Di Manado Tabel 1. Distribusi Kasus Dermatofitosis
sendiri menurut penelitian oleh Bertus11 di Berdasarkan Jumlah Kasus
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou periode
Januari – Desember 2012 didapatkan 65 Tahun Jumlah Jumlah Kasus (%)
kasus (1,61%) dermatofitosis dengan Seluruh Dermatofitosis
Kasus
persentasi kasus terbanyak yaitu tinea
2013 4099 153 3.7
kruris sebanyak 36 kasus (55,38%) dari
keseluruhan kasus dermatofitosis.
Tabel 2. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Penelitian ini bertujuan untuk Berdasarkan Klasifikasi Lokasi
mengetahui profil dermatofitosis di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Klasifikasi Jumlah (%)
Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari- Dermatofitosis Kasus
Desember 2013 berdasarkan klasifikasi Tinea Kapitis 11 7.2
lokasi, usia, jenis kelamin, pekerjaan dan Tinea Barbae - 0
terapi yang diberikan Tinea Korporis 50 32.7
Tinea Kruris 54 35.3
METODE PENELITIAN Lokasi Kombinasi 26 17.0
Jenis penelitian ini ialah deskriptif Tinea Pedis et 4 2.6
retrospektif dengan sarana data rekam Manum
Tinea Unguium 8 5.2
medik pasien dermatofitosis yang tercatat
Tinea Imbrikata - 0
di Instalasi Rekam Medik serta Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Total 153 100.0
Kandou periode Januari – Desember 2013.
Sampel penelitian diambil dari semua kasus Distribusi kasus dermatofitosis
baru yang tercatat menderita dermatofitosis. berdasarkan umur pasien saat
Variabel penelitian yaitu klasifikasi memeriksakan diri diRSUP Prof. Dr. R. D.
berdasarkan lokasi, umur, jenis kelamin, Kandou Manado Tahun 2013 dari total 153
pekerjaan, dan terapiyang digunakan. kasus dermatofitosis yaitu jumlah
terbanyak pada golongan umur 45-64 tahun
HASIL PENELITIAN dengan 50 kasus (32,7%), diikuti pasien
Distribusi jumlah kasus dermatofitosis dengan umur 25-44 tahun dengan 41 kasus
tahun 2013 di RSUP Prof. Dr. R. D. (26.8%), kemudian ≥65 tahun 23 kasus
Kandou Manado yaitu 153 (3.7%) kasus (15,0%), untuk golongan umur 15-24 tahun
dari 4099 (100%) total kasus penyakit kulit dan 5-14 tahun dengan selisih 1 kasus,
(Tabel 1). masing-masing 17 kasus (11,1%) dan 16
Distribusi kasus dermatofitosis di kasus (10,5%), untuk golongan umur 1-5
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun terdapat 6 kasus (3,9%), sedangkan
Tahun 2013 yang diklasifikasikan golongan umur <1 tahun tidak terdapat
Sondakh, Pandaleke, Mawu: Profil dermatofitosis di...

kasus untuk tahun 2013 (Tabel 3). Tabel 5. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Pekerjaan Pasien
Tabel 3. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Klasifikasi Umur (WHO) Pekerjaan Jumlah (%)
Kasus
Umur (tahun) Jumlah (%) Pensiunan 26 16,9
Kasus Pegawai 21 13,7
<1 tahun - 0 Wiraswasta 14 9,2
1-4 tahun 6 3,9 Ibu Rumah Tangga 35 22,9
5-14 tahun 16 10,5 Petani 1 0,7
15-24 tahun 17 11,1 Tukang/Pekerja 3 1,9
25-44 tahun 41 26,8 bangunan
45-64 tahun 50 32,7 Mahasiswa 7 4,6
≥65 tahun 23 15,0 Siswa 28 18,3
Total 153 100,0 Belum bekerja 4 2,6
(tidak diketahui) 14 9,2
Distribusi kasus dermatofitosis Total 153 100,0
berdasarkan jenis kelamin diRSUP Prof. Dr.
R. D. Kandou Manado Tahun 2013 dari Jenis terapi untuk dermatofitosis dapat
total 153 kasus dermatofitosis yaitu laki- diketahui juga berdasarkan penelitian ini
laki sebanyak 60 orang (39,2%) dan yaitu untuk 68.6% kasus ditangani dengan
terbanyak yaitu pasien perempuan dengan terapi topikal (Tabel 6). Terapi ini paling
93 orang (60,8%) (Tabel 4). sering menggunakan ketokonazole cr.
disertai anti histamin oral.
Tabel 4. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien Tabel 6. Distribusi Kasus Dermatofitosis
Berdasarkan Terapi Pasien
Jenis Kelamin Jumlah Kasus (%)
Laki-laki 60 39.2 Terapi JumlahKasus (%)
Perempuan 93 60.8 Topikal 105 68,6
Total 153 100.0 Sistemik 14 9,2
Kombinasi 34 22,2
Distribusi kasus dermatofitosis Total 153 100,0
berdasarkan pekerjaan ditemukan pasien
ibu rumah tangga sebagai kasusterbanyak Pemberian anti jamur topikal bertujuan
dengan 35 (22,9%) orang, siswa 28 kasus membantu eradikasi dermatofita dari kulit
(18%) dan pensiunan sebanyak 26 kasus untuk menghindari penyebaran di sekitar
(16,9%), kemudian pegawai dengan 21 daerah yang terkena, juga untuk mengura-
kasus (13,7%) yang terdiri dari Pegawai ngi resiko penularan pada orang lain.12
Negri Sipil (PNS), pegawai swasta Pada kasus yang ditangani dengan terapi
termasuk juga dosen dan pendeta. kombinasi diberikan obat anti jamur
Wiraswasta 14 kasus (9,2%), mahasiswa sistemik (griseofulvin, itrakonazole, keto-
dengan 7 kasus (4.6%), dan petani, tukang konazole) yang dikombinasi dengan topikal
dan yang belum bekerja (belum bekerja dan anti jamur (ketokonazole cr.). Pada kasus
belum sekolah karena masih dibawah umur) seperti tinea kapitis, sejalan dengan
masing-masing 1 kasus (0,7%), 3 kasus penetrasi dermatofita ke dalam folikel
(1,9%) dan 4 kasus (2,6%). rambut, maka untuk infeksi yang mengenai
Dari keseluruhan kasus dermatofitosis rambut diberikan pengobatan oral (Tabel
sebanyak 153 kasus terdapat 14 kasus 6) .7
(9.2%) data yang tidak diketahui atau tidak
tercatat (Tabel 5). BAHASAN
Berdasarkan penelitian retrospektif
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

yang sudah dilakukan di Poliklinik Kulit Dermatofitosis dilihat dari distribusinya


dan Kelamin serta Instalasi Rekam Medik berdasarkan umur, didapatkan golongan
di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado umur terbanyak yaitu 45-64 tahun sebesar
untuk tahun 2013 didapatkan 153 (3,7%) 32,7% (Tabel 3). Penelitian oleh Hidayanti
kasus dermatofitosis dari total 4099 kasus et al.13 di RS Dr. Soetomo Surabaya
penyakit kulit dan kelamin di Poliklinik menunjukan kasus dermatofitosis sering
Kulit dan Kelamin. Hasil ini menunjukan terjadi pada rentang usia produktif. Hal
peningkatan dari penelitian sebelumnya di yang sama pada penelitian oleh Bertus11
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012 di RSUP. Prof. Dr. R. D.
periode Januari - Desember 2012 dengan Kandou Manado didapatkan hasil
persentase kasus dermatofitosis saat itu terbanyak pada usia 43-64 tahun atau
sebesar 1,6%.11 Terjadinya peningkatan dewasa tua dengan 32 (49.24%) kasus. Hal
sebesar dua kali lipat ini dapat disebabkan ini dapat disebabkan faktor pertahanan
beberapa faktor, seperti adanya kesadaran tubuh yang menurun seiring dengan
masyarakat untuk memeriksakan diri ke pertambahan usia.6 Adanya penurunan
rumah sakit atau bisa juga karena berbagai metabolisme di usia ini dapat
hambatan yang terjadi di penelitian tahun mengakibatkan obesitas yang menghasilkan
sebelumnya sehingga data yang didapatkan lipatan-lipatan pada beberapa bagian tubuh.
kurang memadai. Mengingat kelompok ini masih termasuk
Distribusi kasus dermatofitosis usia bekerja, jika ditambah dengan faktor
berdasarkan klasifikasi menurut lokasinya aktivitas yang menghasilkan keringat dan
didapatkan kasus terbanyak yaitu tinea tidak diimbangi dengan kebersihan diri
kruris dengan 54 (35,3%) kasus (Tabel 2). maka akan menyebabkan peningkatan
Hasil penelitian sebelumnya juga resiko terkena dermatofitosis. Saat ini tidak
menunjukan tinea kruris sebagai kasus ditemukan bukti statistik berarti namun
dermatofitosis tertinggi sebesar 55,38%. pada umumnya untuk golongan usia
Hal ini menunjukan bahwa terjadi dewasa dan anak-anak terdapat perbedaan
penurunan dari segi statistik pada tahun infeksi jenis dermatofitosis tertentu. Seperti
2013 dari tahun sebelumnya.11 Tinea kruris tinea kapitis yang lebih sering ditemukan
merupakan kejadian tertinggi kedua setelah pada anak-anak atau tinea kruris yang lebih
tinea korporis untuk kasus dermatofitosis di sering mengenai laki-laki usia dewasa,9
seluruh dunia.3 Tinea kruris banyak terjadi namun pada dasarnya dermatofitosis dapat
di daerah beriklim tropis seperti Indonesia. menyerang golongan usia manapun.3
Faktor kejadian tinea kruris juga Distribusi dermatofitosis berdasarkan
dipengaruhi kelembaban iklim dan jenis kelamin untuk penelitian di RSUP.
higenitas diri.9 Selain itu berdekatan Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun
dengan sumber penularan seperti kontak 2013 didapatkan kasus pada pasien
langsung dengan penderita lain, berbagi berjenis kelamin perempuan lebih banyak
handuk dan alas tempat tidur dapat dibandingkan laki-laki dengan persentasi
diperhitungkan sebagai faktor resiko 60,8% (Tabel 4). Hasil ini sebanding
namun hal ini juga masih perlu diteliti lebih dengan penelitian tahun 2012 bahwa
lanjut. Penurunan persentasi kasus tinea perempuan juga merupakan kasus
kruris dari tahun sebelumnya bisa terbanyak untuk distribusi dermatofitosis
disebabkan oleh peningkatan higenitas diri berdasarkan jenis kelamin. Secara global
oleh masyarakat yang semakin sadar dan kasus terbanyak untuk dermatofitosis
mengerti bahwa kesehatan harus diimbangi biasanya pada laki-laki dewasa yang 3 kali
dengan tingkat kebersihan baik diri sendiri lebih berisiko terutama pada kasus tinea
maupun lingkungan. Selain itu pengetahuan kruris,3 tapi hal tersebut tidak dapat
dan kepedulian terhadap kesehatan dijadikan gambaran untuk keseluruhan
terutama pada kulit sudah semakin populasi. Hal ini dapat disebabkan tidak
meningkat. seimbangnya komposisi jenis kelamin
Sondakh, Pandaleke, Mawu: Profil dermatofitosis di...

sampel. Jumlah kunjungan pasien SIMPULAN


perempuan lebih banyak dari laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian dapat
Kemungkinan faktor lainnya bahwa disimpulkan bahwa dari 153 kasus
perempuan cenderung lebih memper- dermatofitosis di Poliklinik Kulit dan
hatikan perubahan penampilan sehingga Kelamin RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou
terdorong untuk memeriksakan diri. Manado tahun 2013 tinea kruris sebagai
Pada distribusi dermatofitosis lokasi dermatofitosis tersering dan terapi
berdasarkan pekerjaan didapatkan bahwa kombinasi yang paling sering digunakan
ibu rumah tangga merupakan kasus untuk kasus dermatofitosis.
dermatofitosis terbanyak dengan 35 (22,9%)
kasus (Tabel 5). Hal ini sejalan dengan SARAN
persentase sebelumnya bahwa jenis Masyarakat perlu diberikan edukasi
kelamin perempuan lebih banyak terkena mengenai faktor resiko dan cara penularan
dibandingkan laki-laki. Pekerjaan domestik dermatofitosis untuk mencegah penyebaran
ibu rumah tangga banyak melibatkan panas yang lebih luas.
dan lembab, dua hal ini merupakan suasana Sebaiknya pendataan dermatofitosis
berkembang biak yang baik untuk jamur.7 dilakukan dengan lebih lengkap dan
Jika tidak membersihkan diri dengan baik terperinci agar memudahkan pengambilan
sebelum dan terutama setelah melakukan data untuk penelitian selanjutnya.
pekerjaan maka kemungkinan terkena
dermatofitosis meningkat. Selain itu DAFTAR PUSTAKA
pekerjaan ibu rumah tangga merupakan 1. Rihatmadja R. Anatomi dan faal kulit. In:
kegiatan rutin atau berulang setiap hari dan Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
menjadi seperti kebiasaan, sehingga jika editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
ada kebiasaan yang tidak higenis yang terus Kelamin (7th ed). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI, 2015; p. 3-6.
diulang akan memperbesar resiko untuk
2. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati
terkena dermatofitosis. Perbedaan iklim,
Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, 2003.
geografis, lingkungan hidup, serta gaya 3. Verma S, Hefferman MP. Superficial
hidup lebih mungkin menjadi faktor yang Fungal Infection: Dermatophytosis,
berpengaruh terhadap kejadian dermato- Onichomycosis,Tinea Nigra,Piedra.
fitosis.7 In: Wolff K, Goldsmith L, Katz S,
Jenis terapi untuk dermatofitosis dapat Gilchrest B, Paller A, Leffell O,
diketahui juga berdasarkan penelitian ini editors. Fitzpatrick’s Dermatology in
yaitu untuk 68.6% kasus ditangani dengan General Medicine (7th ed). New
terapi topikal (Tabel 6). Terapi ini paling York: McGraw-Hill, 2008; p. 1807–
sering menggunakan ketokonazole cr 21.
4. Koksal F, Er E, Samasti M. Causative
disertai anti histamin oral. Pemberian anti
agents of superficial mycoses in
jamur topikal bertujuan membantu
Istanbul, Turkey: retrospective study.
eradikasi dermatofita dari kulit pasien Mycopathologia. 2009;168(3):117-23.
untuk menghindari penyebaran di sekitar 5. Sobera JO, Elewski BE. Infections,
daerah yang terkena, juga untuk infestations and bites: Fungal
mengurangi risiko penularan pada orang diseases. In: Bolognia JL, Jorizzo JL,
lain.12 Pada kasus yang ditangani dengan Rapini RP, editors. Dermatology (2 nd
terapi kombinasi diberikan obat anti jamur ed). New York: Mosby Elsevier,
sistemik (griseofulvin, itrakonazole, 2008; p. 1135-49.
ketokonazole) yang dikombinasi dengan 6. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang
topikal anti jamur (ketokonazole cr.). Pada berhubungan dengan kejadian tinea
kasus seperti tinea kapitis, sejalan dengan pedis pada pemulung di TPA
Jatibarang Semarang [Tesis].
penetrasi dermatofita ke dalam folikel
Semarang: Universitas Diponegoro;
rambut, maka untuk infeksi yang mengenai 2006.
rambut diberikan pengobatan oral.7
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016

7. Budimulya U, Widaty S.Dermatofitosis. SL, Dwihastuti P, Widati S, editors.


In: Djuanda A. Hamzah M, Aisah S, Dermatomikosis Superfisialis (3rd
editors. Ilmu penyakit kulit dan ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
kelamin (7th ed). Jakarta: Badan 2004; p. 1–6.
penerbit FKUI, 2015; 109-16. 11. Bertus NVP. Profil Dermatofitosis di
8. Nadalo, D; Montoya, C; Hunter-Smith, Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
D. What is the best way to treat tinea Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
kruris. The Journal of Family Practice. periode Januari-Desember 2012.
2010;55 (3):256-8. Jurnal e-Clinic 2015;3.
9. Hay RJ, Ashbee HR, Morre M. 12. Gadithya IDG, Darmada IG, Mas ML.
Mycology. In: Champion RH, Burton Laporan kasus tinea korporis et kruris.
JZ, Burns DA, Breatnach SDM, eJurnal Medika Udayana. 2014;3(4).
editors. Rook/Wilkinson/Ebling 13. Hidayanti AN, Suyoso S, Hinda D,
Textbook of Dermatology (8th ed). Sandra E. Mikosis Superfisialis di
Oxford: Blackwell Science, 2008; p Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan
1674-707. Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD.
10. Adiguna MS. Epidemiologi Dermato- Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003-
mikosis di Indonesia. In: Budimulya 2005. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit
U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi dan Kelamin. 2009;21.

You might also like