You are on page 1of 11

POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

Kajian Intensitas Tanam Dalam Rangka Meningkatkan Produksi


Dan Produktivitas Lahan Daerah Irigasi Panti Rao Kabupaten Pasaman

Study on the Improvement of Cropping Intensity to the Increasing Production


and Land Productivity of Panti Rao Irrigation Area in Pasaman District
Elvi Roza Syofyan

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163
Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 Email : syofyan_er@yahoo.co.id

ABSTRACT
Panti Rao Irrigation area consists of 8.300 hectare, it is the largest irrigation area in Pasaman District.
Some 1.500 hectare areas already have technical irrigation meanwhile technical irrigation for 6.800 hectare are
under development. Currently, the crop pattern conducted by the farmers is Paddy-Paddy with 200% cropping
intensity in technical irrigation area and 152% in which technical irrigation is being developed.
The paper intends to study the effort of the exist cropping intensity improvement with the arrangement
of cropping pattern as well as utilization of irrigation water optimally based on available potential, thus might
increase the production of agricultural product and its applied strategy in related to farmer social condition in
Irrigation area of Panti Rao.
Cropping intensity analysis is done by organizing cropping pattern at irrigation area of Panti Rao
through planting schedule, improvement of cropping pattern and the management of optimum irrigation water
improvement to calculate irrigation water necessity by considering the water availability. Furthermore, factor
analysis of farmer social condition is done using interview and questioner.
The result shows that the cropping intensity at irrigation area of Panti Rao might be increased with the
cropping pattern management. By applying Paddy-Paddy-Palawija, cropping intensity is about 300% with the
increasing of cropping intensity of 124%, cropping intensity resulted by the Paddy-Paddy-Paddy pattern is
250,60% with the increasing of cropping intensity is 74,60%. While the estimation of production is 91.300 ton of
rice per year and 24.900 ton crops per year by applying Paddy-Paddy-Palawija pattern or 114.399 ton rice per
year with Paddy-Paddy-Paddy pattern.
For optimum agricultural production and productivity at irrigation area of Panti Rao, it necessary to
conduct training and conselling to farmers through farmers association (P 3 A), as well as preparing agricultural
production tools and quantity on time.

Keywords: Cropping Intensity, Irrigation water necessity, water availability, Productivity.

PENDAHULUAN mengoptimalkan fungsi lahan yang ada agar


Indonesia sebagai negara agraris produksi yang dihasilkan maksimal maka
yang sebagian besar penduduknya hidup berbagai upaya tambahan diperlukan,
sebagai petani dan kebanyakan masih hidup diantaranya adalah meningkatkan intensitas
dibawah garis kemiskinan. Dalam rangka tanam pada lahan pertanian.
mengangkat derajat kehidupan petani serta Daerah Irigasi Panti Rao dengan
mendukung penyediaan pangan nasional, luas areal 8.300 hektar merupakan salah
maka pembangunan prasarana dibidang satu irigasi teknis di Propinsi Sumatera
irigasi tetap mendapatkan prioritas dalam Barat tepatnya terletak di Kabupaten
setiap program pembangunan. Hal itu dapat Pasaman. Yang mana saat ini masih dalam
terlihat dari banyaknya prasarana pengairan tahap penyelesaian sebagian fisik jaringan
yang telah dan sedang dibangun dan hingga irigasinya. Sedangkan studi kelayakan
saat ini tetap mendapat perhatian yang (feasibility study) telah dilaksanakan oleh
cukup besar dari pemerintah. Untuk Sinotech Engineering Consultant pada
mempertahankan kondisi tersebut, tahun 1979. Berdasarkan data Dinas
disamping pembangunan prasarananya Pengelolaan Sumber Daya Air Propinsi
maka diperlukan usaha intensif untuk Sumatera Barat pola tanam yang
meningkatkan hasil pertanian dengan dilaksanakan saat ini oleh petani pada

7
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

sebagian lahan yang telah diairi secara  Pola tanam yang adil antar areal di
teknis pada daerah Irigasi Panti Rao adalah bagian hulu dan dibagian hilir.
Padi-Padi dengan Intensitas Tanam 200%,  Pembagian air secara bergilir pada
sedangkan pada bagian jaringan yang masih saat persiapan dan pengolahan tanah.
dalam tahap pelaksanaan yang mana  Pengaturan pembagian air secara
sumber air dari hujan dan sebagian lagi dari bergilir bila persediaan air dipintu
irigasi desa intensitas tanamnya adalah 152 berkurang.
%. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
Daerah Irigasi Panti Rao yang meningkatkan intensitas tanam yang ada
sumber airnya dari Sungai Sumpur dengan pengaturan tata tanam serta
mempunyai potensi air yang cukup pemanfaatan air irigasi secara optimal yang
memadai, memiliki petani yang sampai saat sesuai dengan potensi yang ada sehingga
ini terbiasa dengan melakukan pola tanam dapat meningkatkan produksi dan
padi-padi (dalam setahun) serta belum produktivitas lahan pertanian Daerah Irigasi
adanya pengaturan dalam tata tanamnya, Panti Rao di Kabupaten Pasaman.
hal ini dirasakan jumlah produktifitas Lokasi kajian penelitian ini adalah
pertanian yang dihasilkan belum memadai. Daerah Irigasi Panti Rao yang berada di
Dari kebiasaan petani yang wilayah administratif pemerintahan
demikian, diperlukan suatu bentuk tata Kabupaten Pasaman, yang berjarak ± 30 km
tanam yang bisa menghasilkan produksi dari Lubuk Sikaping ibukota Kabupaten
pertanian secara maksimal dan penggunaan Pasaman dan ± 196 km dari Kota Padang
air dapat seoptimal mungkin. Sedangkan ibukota Propinsi Sumatera Barat. Secara
dari pihak pemerintah daerah sampai geografis terletak diantara 00°55'00''
sekarang belum ada ketetapan tentang tata Lintang Utara - 00°08'00'' Lintang Selatan
tanam dalam bentuk Surat Keputusan dan 99°45'00'' - 100°21'00'' Bujur Timur.
Bupati. Kabupaten Pasaman dilintasi oleh garis
Untuk meningkatkan intensitas katulistiwa tepatnya di Desa Bonjol dan
tanam dalam rangka memaksimalkan hasil mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
produksi pertanian harus memperhatikan Sebelah Utara berbatasan dengan
hal-hal sebagai berikut : Kabupaten Mandailing Natal Propinsi
A. Menyusun pola tanam yang seimbang Sumatera Utara. Sebelah Selatan berbatasan
dengan air yang tersedia di sumbernya, dengan Kabupaten Agam. Sebelah Timur
agar tercapai : berbatasan dengan Kabupaten Kampar
 Intensitas tanam yang maksimal untuk Propinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh
padi maupun palawija. Kota. Sebelah Barat berbatasan dengan
 Pola tanam yang sesuai kebutuhan. Kabupaten Pasaman Barat
 Kontinuitas penyediaan pangan Daerah Irigasi Panti Rao secara
setempat. topografis bervariasi dari datar dan
 Peningkatan pendapatan petani. bergelombang atau berbukit dengan
B. Menetapkan jadwal tanam dan jadwal ketinggian ± 200 m dari permukaan laut.
pemberian air yang tepat agar :
 Sesuai dengan ketersediaan air. METODOLOGI
 Mengurangi resiko kekurangan atau Data-data yang dipergunakan dalam
kelebihan air. Penelitian ini mencakup 2 jenis, yaitu :
 Terhindar resiko serangan hama dan Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari
penyakit tanaman. hasil observasi lapangan dan kuesioner
 Meratakan kesempatan kerja. maupun wawancara langsung terhadap
C. Mengatur pembagian air yang adil dan responden (petani dan petugas irigasi) dari
merata melalui : unsur Kelompok Tani/P3A yang dilakukan

8
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

secara sampling pada Daerah Irigasi Panti terhadap petani dan petugas irigasi. Dari
Rao. hasil analisis data sekunder dan data primer
Data Sekunder, yaitu data yang tersebut dibuat suatu kesimpulan terhadap
diperoleh dalam bentuk dokumen yang kondisi tata tanam saat ini dan peningkatan
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain hasil produksi yang dapat dilakukan.
dalam bentuk publikasi. Dalam hal ini, data Dalam melakukan analisis terhadap
sekunder meliputi data-data yang kuesioner dan wawancara digunakan
berhubungan dengan penelitian, antara lain metode teknik sampling yang kemudian
: data Daerah Irigasi, data jumlah produksi dilanjutkan dengan analisis kualitatif.
Sektor Pertanian, serta data Kelompok Tani Setelah semua hasil analisis atau
dan P3A, dan data hidrologi yang diperoleh perhitungan didapat maka dilakukan
dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, pembahasan terhadap hasil tersebut,
dan Subdin Pengairan Dinas Kimpraswil sehingga didapat suatu kajian terhadap
Kabupaten Pasaman. peningkatan intensitas tanam kaitannya
Metode pengumpulan data primer produksi dan produktivitas pada Daerah
untuk penelitian ini menggunakan Metode Irigasi Panti Rao melalui perencanaan tata
Survey yang dilakukan dengan tanam yang sesuai dengan ketersediaan air
menggunakan alat bantu daftar pertanyaan secara optimal serta memperhatikan aspek
(kuesioner) berupa : sosial masyarakat pertaniannya.
Wawancara langsung secara Dari pembahasan tersebut dibuat
perseorangan dengan responden (petani dari suatu kesimpulan mengenai tata tanam yang
unsur ketua atau anggota Kelompok Tani / cocok untuk Daerah Irigasi Panti Rao yang
P3A dan petugas irigasi), dimana pengisian kemudian diberikan suatu rekomendasi
jawaban kuesioner dilakukan oleh terhadap pemerintah setempat dalam upaya
pewawancara / penulis. peningkatan hasil pertanian.
Penjelasan langsung secara
berkelompok responden / petani dari unsur
Ketua dan anggota Kelompok Tani / P3A,
dimana pengisian jawaban kuesioner
dilakukan oleh responden.
Sedangkan untuk pengumpulan data
sekunder diperoleh langsung dari ketiga
instansi sebagaimana tersebut di atas.
Data sekunder yang didapat dari instansi
terkait dan pengamatan awal di lapangan,
kemudian dilakukan analisis untuk
mendapatkan neraca air (water balance)
dengan melakukan identifikasi terhadap
ketersediaan air (Debit andalan) Sungai
Sumpur dan kebutuhan air irigasi pada
Daerah Irigasi Panti Rao
Dalam hal ini juga dilakukan
analisis terhadap kondisi eksisting terhadap
pola tanam, jadwal tanam, intensitas tanam
serta hubungan peningkatan intensitas
tanam terhadap kebutuhan air dan
produktifitas Daerah Irigasi Panti Rao.
Disamping analisis terhadap data
sekunder, dilakukan juga analisis terhadap
data primer hasil kuesioner yang dilakukan

9
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

MULAI

PENGUMPULAN DATA OBSERVASI LAPANGAN


( Data Sekunder ) ( Pengamatan Awal di
Lapangan / Data Primer)

ANALISIS DATA

Data Hidrologi, Tata Tanam, Hasil Kuesioner & Wawancara


Pola Tanam, Neraca Air dengan petani & petugas irigasi

Rangkuman Hasil Kuesioner &


Wawancara

ANALISIS &
PERHITUNGAN

PEMBAHASAN

SIMPULAN dan SARAN

SELESAI

Gambar 1. Diagram Alir Kegiatan Penelitian

HASIL rangka peningkatan intensitas tanam,


Dari hasil analisis dapat dilihat analisis dilakukan dengan penambahan pola
bahwa ketersediaan debit pada Sungai tanam menjadi padi – padi – palawija dan
Batang Sumpur yang digunakan untuk padi – padi-padi untuk beberapa alternatif
mengairi Daerah Irigasi Panti Rao, dimana baik dengan golongan maupun tanpa
untuk Q 80 debit andalan tertinggi sebesar golongan, yang mana dari setiap alternatif
21,51 m3/dt dan debit terendah sebesar 7,20 tersebut dapat dibandingkan untuk mencari
m3/dt (Gambar 2). alternatif terbaik, yang mana produksi yang
Pola tanam yang dilaksanakan dihasilkan maksimal dan pemakaian airnya
petani saat ini oleh petani di Daerah Irigasi seoptimal mungkin.
Panti Rao adalah padi - padi, dalam

10
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

Grafik Debit Andalan Sungai Batang Sumpur


25.00

20.00

15.00
D eb it (m 3 /d t)

10.00

5.00

0.00
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des

Q 80 % 12.86 14.30 11.63 10.52 9.51 14.32 14.14 14.06 14.60 12.75 10.97 7.20 7.63 8.53 7.48 8.63 11.71 10.24 14.41 13.14 17.86 21.51 20.36 17.65

Gambar 2. Grafik debit andalan

PEMBAHASAN yang berarti masih terdapat kekurangan


Analisis perhitungan kebutuhan air air alternatif ini juga tidak dapat
untuk irigasi dilakukan dengan pengaturan diterapkan.
pola tanam, jadwal tanam dan sistem  Alternatif III
pembagian airnya. Untuk MT1 pengolahan tanah dimulai
Sistem tanpa golongan pada bulan November 1 dengan masa
Pola tanam padi – padi – palawija pengolahan lahan (T) 45 hari, MT2
tanpa golongan dilakukan empat alternatif dimulai pada bulan Maret 2 dan MT3
yaitu sebagai berikut : pada bulan Juli 1. Kebutuhan air di
petak sawah (NFR) tertinggi yaitu 1,418
 Alternatif I
l/dt/ha, dan kebutuhan puncak di intake
Untuk MT1 pengolahan tanah dimulai
terjadi pada bulan November 1 yaitu
pada bulan Oktober 1 dengan masa
11,772 m3/dt sedangkan debit
pengolahan lahan (T) 45 hari, MT2
andalannya adalah sebesar 17,86 m3/dt,
dimulai pada bulan Februari 1 dan
tetapi terjadi kekurangan pada bulan
MT3 pada bulan Juni 1. Kebutuhan air
Juni 1 dimana debit kebutuhan sebesar
di petak sawah (NFR) tertinggi yaitu
11,10 m3/dt sedangkan debit
1,09 l/dt/ha, dan kebutuhan puncak di
andalannya sebesar 10,97 m3/dt,
intake terjadi pada bulan Februari 2
sehingga alternatif ini juga tidak dapat
yaitu 14,386 m3/dt sedangkan debit
diterapkan.
andalannya adalah sebesar 10,50 m3/dt,
berarti terjadi kekurangan air sehingga  Alternatif IV
alternatif ini tidak dapat diterapkan. Untuk MT1 pengolahan tanah dimulai
pada bulan November 2 dengan masa
 Alternatif II
pengolahan lahan (T) 45 hari, MT2
Untuk MT1 pengolahan tanah dimulai
dimulai pada bulan April 1 dan MT3
pada bulan Oktober 2 dengan masa
pada bulan Juli 2. Kebutuhan air di
pengolahan lahan (T) 45 hari, MT2
petak sawah (NFR) tertinggi yaitu
dimulai pada bulan Maret 1 dan MT3
1,394 l/dt/ha dan kebutuhan puncak di
pada bulan Juni 2. Kebutuhan air di
intake terjadi pada bulan April 2 yaitu
petak sawah (NFR) tertinggi yaitu 1,573
sebesar 11,572 m3/dt sedangkan debit
l/dt/ha dan kebutuhan puncak di intake
andalannya adalah sebesar 14,06 m3/dt,
terjadi pada bulan Maret 1 yaitu sebesar
tetapi terdapat juga kekurangan air
13,057 m3/dt sedangkan debit
pada bulan Juni 2, dimana debit
andalannya adalah sebesar 9,51 m3/dt
kebutuhan 10,31 sedangkan debit

11
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

andalan sebesar 7,20 m3/dt, sehingga kelebihan air dan bulan-bulan yang lain
alternatif ini juga tidak dapat juga tidak terdapat kekurangan air.
diterapkan.  Alternatif III
Dari keempat alternatif perhitungan Golongan 1, pengolahan tanah MT1
kebutuhan air dengan pola tanam padi – dimulai pada bulan November 1, MT2
padi – palawija tanpa golongan tersebut dimulai pada Maret 2 dan MT3 dimulai
diatas, semuanya masih terdapat bulan- pada bulan Juli 1. Luas areal yang diairi
bulan kekurangan air sehingga tanpa 5.800 ha.
golongan tidak dapat diterapkan. Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan November 2, MT2
Sistem Golongan dimulai pada April 1 dan MT3 dimulai
 Pola tanam padi – padi – palawija pada bulan Juli 2. Luas areal yang diairi
Perhitungan kebutuhan air sistem 2.500 ha.
golongan dilakukan dengan membagi Kebutuhan debit puncak terjadi pada
menjadi 2 golongan, hal ini dengan bulan April 2 sebesar 11,50 m3/dt
mempertimbangan ruas saluran, saluran sedangkan debit andalannya sebesar
ruas kiri untuk mengairi 5.800 ha dan 14,30 m3/dt, tetapi pada bulan Juni 2
saluran ruas kanan untuk mengairi 2.500 terjadi kekurangan air dimana debit
ha. kebutuhan sebesar 7,60 m3/dt sedangkan
debit andalannya sebesar 7,20 m3/dt.
 Alternatif I
Golongan 1, pengolahan tanah MT1  Alternatif IV
dimulai pada bulan Oktober 1, MT2 Golongan 1, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Februari 2 dan MT3 dimulai pada bulan Desember 1, MT2
dimulai pada bulan Juni 1. Luas areal dimulai pada Mei 1 dan MT3 dimulai
yang diairi 5.800 ha. pada bulan Agustus 2. Luas areal yang
Golongan 2, pengolahan tanah MT1 diairi 5.800 ha.
dimulai pada bulan Oktober 2, MT2 Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Maret 1 dan MT3 dimulai dimulai pada bulan Januari 1, MT2
pada bulan Juni 2. Luas areal yang diairi dimulai pada Mei 2 dan MT3 dimulai
2.500 ha. pada bulan September 1. Luas areal yang
Kebutuhan debit puncak terjadi pada diairi 2.500 ha.
bulan Maret 1 sebesar 12,50 m3/dt Kebutuhan debit puncak terjadi pada
sedangkan debit andalannya sebesar 9,51 bulan Mei 2 sebesar 15,20 m3/dt
m3/dt, yang berarti terdapat bulan sedangkan debit andalannya sebesar
kekurangan air. 12,70 m3/dt, yang berarti terjadi
kekurangan air.
 Alternatif II
Dari keempat alternatif tersebut
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
diatas maka alternatif ke II yang dapat
dimulai pada bulan Oktober 2, MT2
diterapkan karena tidak terdapat bulan
dimulai pada Maret 1 dan MT3 dimulai
kekurangan air sedangkan luas areal yang
pada bulan Juni 2. Luas areal yang diairi
dapat ditanami setiap musim tanam seluas
5.800 ha.
8.300 ha (100%), berarti intensitas tanam
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
setahun dengan tiga kali musim tanam
dimulai pada bulan November 1, MT2
adalah 300%.
dimulai pada Maret 2 dan MT3 dimulai
pada bulan Juli 1. Luas areal yang diairi  Pola tanam padi – padi dan padi.
2.500 ha. Perhitungan kebutuhan air sistem
Kebutuhan debit puncak terjadi pada golongan dilakukan dengan membagi
bulan Mei 1 sebesar 12,00 m3/dt menjadi 3 golongan, dimana perhitungan
sedangkan debit andalannya sebesar dilakukan dengan mempertimbangan
12,70 m3/dt, yang berarti masih terdapat

12
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

ketersediaan debit untuk mencari ruas areal ha dan MT3 dimulai pada bulan
maksimal yang dapat ditanami. Agustus 1 dengan luas areal 1.000 ha.
 Alternatif III
 Alternatif I
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Desember 1 dengan
dimulai pada bulan Oktober 1 dengan
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dan luas areal yang ditanami sebesar
dan luas areal yang ditanami sebesar
3.000 ha, MT2 dimulai pada April 1
3.000 ha, MT2 dimulai pada Februari 1
luas areal yang ditanami sebesar 2.500
luas areal yang ditanami sebesar 2.500
ha dan MT3 dimulai pada bulan
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juni 1
Agustus 1 dengan luas areal 2.500 ha.
dengan luas areal 2.000 ha.
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Desember 2 dengan
dimulai pada bulan Oktober 2 dengan
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dan luas areal yang ditanami sebesar
dan luas areal yang ditanami sebesar
2.000 ha, MT2 dimulai pada April 2
2.800 ha, MT2 dimulai pada Februari 2
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
ha dan MT3 dimulai pada bulan
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juni 2
Agustus 2 dengan luas areal 1.500 ha.
dengan luas areal 1.000 ha.
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Januari 1 dengan masa
dimulai pada bulan November 1 dengan
pengolahan tanah (T) = 30 hari dan luas
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
areal yang ditanami sebesar 2.000 ha, MT2
dan luas areal yang ditanami sebesar
dimulai pada Mei 1 luas areal yang
2.500 ha, MT2 dimulai pada Maret 1
ditanami sebesar 2.000 ha dan MT3 dimulai
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
pada bulan September 1 dengan luas areal
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 1
2.000 ha.
dengan luas areal 1.500 ha.
 Alternatif II
Intensitas Tanam
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
Hasil analisis terhadap intensitas
dimulai pada bulan November 1 dengan
tanam berdasarkan ketersediaan debit
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
andalan dan pengaturan jadwal tanam dan
dan luas areal yang ditanami sebesar
penambahan pola tanam yang ada saat ini
3.000 ha, MT2 dimulai pada Maret 1
pada daerah
luas areal yang ditanami sebesar 3.000
Irigasi Panti Rao. Untuk pola tanam
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 1
Padi-Padi-Palawija dengan sistem 2
dengan luas areal 2.000 ha.
golongan dimana pada golongan I, MT 1
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Oktober 2 MT2 dimulai Maret
dimulai pada bulan November 2 dengan
1 dan MT 3, sedangkan golongan II, MT 1
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dimulai pada November I, MT 2 dimulai
dan luas areal yang ditanami sebesar
Maret 2 dan MT.3 dimulai pada Juli 1,
2.800 ha, MT2 dimulai pada Maret 2
intensitas tanam yang diperoleh adalah 300
luas areal yang ditanami sebesar 2.800
% dengan rincian MT 1 = 100% Padi, MT 2
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 2
= 100% Padi dan MT 3 = 100% Palawija.
dengan luas areal 1.200 ha.
Dengan pola tanam Padi-Padi dan Padi
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
dengan sistem 3 golongan, dimana untuk
dimulai pada bulan Desember 1 dengan
golongan I musim tanam pertamanya (MT
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
1) dimulai pada bulan November 1, MT 2
dan luas areal yang ditanami sebesar
dimulai Maret 1 dan MT 3 dimulai pada
2.500 ha, MT2 dimulai pada April 1
Juli 1, golongan II musim tanam pertama
luas areal yang ditanami sebesar 2.500

13
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

(MT 1) dimulai bulan November 2, MT 2 Peningkatan intensitas tanam


dimulai Maret 2 dan MT 3 dimulai pada berdasarkan hasil analisis pada Daerah
bulan Juli 2, untuk golongan III musim Irigasi Panti Rao (8.300 ha), dengan
tanam pertama (MT 1) dimulai pada bulan anggapan pada areal yang jaringan
Desember 1, MT 2 dimulai April 1 dan MT teknisnya masih dalam tahap pelaksanaan
3 dimulai pada bulan Agustus 1, intensitas (6.800 ha) dengan intensitas tanam 152%
tanam yang diperoleh adalah 250,60% sudah selesai dilaksanakan dapat dilihat
dengan rincian (MT 1 = 100%, MT 2 = pada Tabel 1.
100% dan MT 3 = 50,60%) (Lihat
Lampiran 3.d)

Tabel 1. Peningkatan intensitas tanam


Uraian Kondisi Saat ini Setelah Perhitungan
Pola Tanam Padi-Padi Padi-Padi-Palawija Padi-Padi dan Padi
200% 152%
Intensitas Tanam 300 % 250,60 %
Rata-rata 176%
Sumber : Hasil Analisis

Peningkatan intensitas tanam Tabel 2.) yang berarti akibat lancarnya


dengan pengaturan tata tanam pada Daerah distribusi air irigasi terjadi peningkatan
irigasi Panti Rao yang saat ini dengan rata- produktivitas padi sawah sebesar 83,33%.
rata intensitas tanamnya adalah 176% Akibat adanya peningkatan
dengan pola tanam padi-padi, diperkirakan intensitas tanam dengan penerapan pola
bisa mencapai 300% dengan penerapan tanam padi-padi-palawija dan peningkatan
pola tanam padi-padi-palawija atau terjadi produktivitas seluruh areal Panti Rao
peningkatan intensitas tanam sebesar 124%. menjadi 5,5 ton/hektar akibat lancarnya
Sedangkan dengan penerapan pola tanam distribusi air irigasi produksi padi yang
padi-padi-padi intensitas tanam yang diperoleh diperkirakan mencapai 91.300 ton
diperkirakan tercapai adalah 250,60% atau pertahun dari yang sebelumnya (kondisi
dengan peningkatan intensitas tanam yang saat ini) 80.344 ton pertahun, terjadi
dapat dicapai sebesar 74,6% yang akan peningkatan produksi padi sebesar 10.956
berdampak pada peningkatan produksi ton pertahun (13,64%) dan produksi
pertaniannya. palawija (jagung) adalah 24.900 ton
pertahun dengan rata-rata produktivitas
Produksi dan Produktivitas palawija 3 ton / hektar ( Tabel 2. ).
Berdasarkan data Badan Pusat Sedangkan dengan pola tanam padi-padi-
Statistik (BPS) Kabupaten Pasaman yang padi produksi yang dihasilkan diperkirakan
bersumber dari Dinas Tanaman Pangan dan meningkat dari 80.344 ton pertahun
Peternakan Kabupaten Pasaman rata-rata menjadi 114.399 ton pertahun atau dengan
produktivitas padi sawah pada Kabupaten peningkatan produksi padi sebesar 34.055
Pasaman adalah 4,73 ton/hektar. ton pertahun (42,39%). Untuk lebih
Sedangkan dari pengumpulan data jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
primer (kuesioner dan wawancara) didapat
produktivitas padi sawah pada Daerah
Irigasi Panti Rao rata-rata 3,00 ton/hektar
pada bagian yang jaringan teknis dalam
pelaksanaan seluas 6.800 ha dan 5,50
ton/hektar pada bagian yang sudah ada
jaringan teknisnya seluas 1.500 ha (lihat

14
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

Tabel 2. Intensitas tanam dan perkiraan produksi daerah irigasi panti rao
Setelah Peningkatan Intensitas
Kondisi Saat Ini
Uraian Tanam (Perkiraan)
MT I MT II Jmlh MT I MT II MT III Jmlh
Padi/
Pola Tanam Padi Padi Padi Palawija
Palawija
Luas Tnm (ha) 8.300 6.308 14.608 8.300 8.300 8.300 24.900
Inten. Tnm (%) 100 76 176 100 100 100 300
45.650 45.650
Produksi (ton) 45.650 34.694 80.344 24.900 116.200
91.300

Setelah Peningkatan Intensitas


Kondisi Saat Ini
Uraian Tanam (Perkiraan)
MT I MT II Jmlh MT I MT II MT III Jmlh
Padi/
Pola Tanam Padi Padi Padi Padi
Palawija
Luas Tnm (ha) 8.300 6.308 14.608 8.300 8.300 4.220 20.820
Inten. Tnm (%) 100 76 176 100 100 50,60 250,60
Produksi (ton) 45.650 34.694 80.344 45.650 45.650 23.099 114.399
Sumber : Hasil Analisis

Penerapan Pola tanam untuk pendidikan, sikap dan keterampilan


Peningkatan Intensitas Tanam petani.
A. Pola tanam padi – padi -palawija d. Melakukan penyuluhan kepada
Padi di Kabupaten Pasaman petani secara intensif akan manfaat
merupakan komoditas tanaman pangan menanam tanaman palawija dan
yang dominan, sedangkan palawija nilai ekonomisnya serta mencarikan
masih merupakan komoditas sampingan solusi pemasarannya.
bagi petani, maka untuk menentukan
strategi pengembangan intensitas tanam B. Pola tanam padi-padi-padi
dengan penerapan pola tanam padi- Strategi untuk peningkatan
padi-palawija dibutuhkan identifikasi intensitas tanam dengan penerapan pola
faktor-faktor kunci keberhasilan, yang tanam padi – padi - padi, faktor-faktor
merupakan hasil dari analisis faktor kunci keberhasilan yang merupakan
internal (kekuatan dan kelemahan) dan hasil dari analisis lingkungan internal
eksternal (peluang dan ancaman). (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal
Berdasarkan matrik SWOT penerapan (peluang dan ancaman).
pola tanam padi-padi-palawija, maka Berdasarkan matrik SWOT penerapan
dapat disusun langkah-langkah strategi pola tanam padi-padi-padi, maka dapat
sebagai berikut : disusun langkah-langkah strategi
a. Mengoptimalkan lahan sawah sebagai berikut :
irigasi Panti Rao dalam rangka a. Mengoptimalkan lahan sawah
usaha meningkatkan produksi dan irigasi Panti Rao dalam rangka
produktivitas hasil pertanian. usaha meningkatkan produksi dan
b. Meningkatkan fungsi jaringan produktivitas hasil pertanian.
irigasi, dalam rangka memenuhi b. Meningkatkan fungsi jaringan
kebutuhan air untuk semua wilayah irigasi, dalam rangka memenuhi
daerah irigasi. kebutuhan air untuk semua daerah
c. Memberdayakan fungsi kolompok irigasi.
tani dalam rangka meningkatkan

15
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

c. Memberdayakan fungsi kelompok dapat tercapai adalah 250,60% dengan


tani dalam rangka meningkatkan rincian MT 1 tanaman Padi 100%, MT
pendidikan, sikap dan keterampilan 2 tanaman padi 100% dan MT 3
petani. tanaman padi 50,60%, berarti
d. Meningkakan kesuburan tanah peningkatan intensitas tanam yang
dengan pemberian pupuk akibat dapat dicapai sebesar 74,60%.
pemanfaatan lahan secara kontinyu 4. Dengan peningkatan intensitas tanam
untuk tanaman padi. (Cropping Intensity) pada Daerah
e. Melakukan sistim giliran Irigasi Panti Rao produksi pertanian
kesempatan dalam penanaman akan meningkat dari 80.344 ton padi
karena pada musim kering tidak pertahun diperkirakan menjadi 91.300
semua areal irigasi dapat ditanami. ton atau dengan perkiraan peningkatan
f. Meningkatkan fungsi petugas irigasi sebesar 10.956 ton pertahun (13,64%)
dalam pengaturan pembagian air. dan 24.900 ton palawija (jagung)
pertahun dengan penerapan pola tanam
SIMPULAN padi-padi-palawija. Sedangkan dengan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat penerapan pola tanam padi-padi-padi
diperoleh simpulan yaitu: produksi padi yang dihasilkan
diperkirakan mencapai 114.399 ton
1. Intensitas tanam yang ada saat ini pada
pertahun dengan perkiraan peningkatan
Daerah Irigasi Panti Rao yaitu : 200%
produksi padi sebesar 34.055 ton
pada areal yang sudah beririgasi teknis
pertahun (42,39%).
dan 152% pada jaringan yang jaringan
5. Sedangkan untuk produktivitas padi
teknisnya dalam pelaksanaan (rata-rata
sawah pada Daerah Irigasi Panti Rao
176%), berdasarkan hasil perhitungan
rata-rata 3 ton perhektar pada areal yang
masih dapat ditingkatkan melalui
jaringan teknisnya dalam pelaksanaan
penambahan pola tanam dan pengaturan
dan rata-rata 5,5 ton perhektar pada
jadwal tanam serta pembagian airnya.
areal yang sudah ada jaringan teknis,
2. Dengan penerapan pola tanam padi –
berarti akibat lancarnya distribusi air
padi – palawija sistem pembagian
irigasi terdapat peningkatan
airnya dua golongan dimana untuk
produktivitas padi sawah sebesar
golongan 1 musim tanam pertama (MT
83,33%.
1) dimulai bulan Oktober-2 dan
6. Berdasarkan hasil wawancara dan
golongan 2 musim tanam pertama (MT
kuesioner kepada petani dan petugas
1) dimulai bulan November I, intensitas
pengairan jadwal tanam yang
tanam yang dapat tercapai adalah 300%
dilaksanakan petani bervariasi karena
dengan rincian MT 1 tanaman padi
belum adanya pengaturan tentang tata
100%, MT 2 tanaman padi 100% dan
tanam pada Daerah Irigasi Panti Rao,
MT 3 tanaman palawija 100% berarti
sehingga pemanfaatan lahan belum
peningkatan intensitas tanam yang
optimal.
dapat dicapai sebesar 124%.
7. Lembaga kelompok tani yang ada masih
3. Dengan penerapan pola tanam padi –
minim dan belum berfungsi dengan
padi – padi sistem pembagian airnya
baik, sehingga akan menyulitkan tenaga
tiga golongan dimana untuk golongan 1
petugas irigasi dan penyuluh pertanian
musim tanam pertama (MT 1) dimulai
dalam melakukan penyuluhan kepada
bulan November-1, golongan 2 musim
petani maupun koordinasi antara
tanam pertama (MT 1) dimulai bulan
sesama petani.
November 2 dan golongan 3 musim
tanam pertama (MT 1) dimulai bulan
Desember 1, intensitas tanam yang

16
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709

SARAN Anonim. 2007. Peta Wilayah Studi, Dinas


Agar lebih optimalnya pemanfaatan PSDA Provinsi Sumatera Barat
areal irigasi Panti Rao, penulis Anonim. 2007. Publikasi Data Hidrologi,
menyarankan : Balai PSDA Kuantan Idragiri Dinas
1. Perlu dilakukan pengaturan tata tanam PSDA Provinsi Sumatera Barat.
pada Daerah Irigasi Panti Rao dengan
penerapan pola tanam dan pengaturan Anonim. 1986. Standar Perencanaan
distribusi airnya. Irigasi, KP-01 dan KP Penunjang,
- Pola tanam padi – padi - palawija, Ditjen Pengairan Departemen PU,
dengan sistem dua golongan, dimana Jakarta.
untuk golongan I seluas 5.800 hektar, Chow,V.T, Davit,R.M, Lary,W.M. 1988.
musim tanam pertama (MT-1) dimulai Applied Hydrology, Mc,Graw-Hill
Bulan Oktober-2 sedangkan golongan International Edition.
II seluas 2.500 hektar MT-1 dimulai
bulan November-1. Doorenbos,J. 1975. Food and Agriculture
- Pola tanam padi – padi - padi, dengan Organization, (FAO), Crop water
sistem tiga golongan, dimana untuk requirements, Of The United Nation
golongan I seluas, musim tanam Rome.
pertama (MT-1) dimulai Bulan Freddy Rangkuti. 2000. Analisis SWOT
Oktober-1 sedangkan golongan II Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT.
MT-1 dimulai bulan Oktober-2 dan Gramedia Pustaka Utama, Bandung.
untuk golongan III MT-1 dimulai
bulan November-1. Hansen,V.E, Israelsen, O.W, Stringham,
2. Melakukan sosialisasi dan penyuluhan G.E. 1992. Dasar - Dasar dan
yang intensif kepada petani melalui Praktek Irigasi, Erlangga, Jakarta
wadah kelompok tani (P3A) tentang Koentjaraningrat. 1997. Metoda - Metoda
manfaat dari pengaturan tata tanam Penelitian Masyarakat. Gramedia,
terhadap hasil pertanian yang akhirnya Jakarta
akan meningkatkan kesejahteraan petani
Soewarno.1995. Hidrologi Aplikasi Metode
sendiri.
Statistik Untuk Analisa Data,
3. Agar lebih mudah dalam melakukan
Penerbit Nova, Bandung
koordinasi antara petugas pertanian
dengan petani perlu pembentukan
kelompok tani (P3A) baru, dimana pada
saat ini pada Daerah Irigasi Panti Rao
dengan areal 8.300 ha baru terdapat dua
kelompok tani kemudian melakukan
pembinaan secara kontinyu.
4. Penyediaan dan pemeliharaan prasarana
jaringan irigasi dan penunjang pertanian
lainnya (sarana produksi) seperti alat-
alat pertanian, bibit unggul, pupuk dan
pestisida secara tepat waktu dan
jumlahnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pasaman Dalam Angka,
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pasaman

17

You might also like