Professional Documents
Culture Documents
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Unand Limau Manis Padang 25163
Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576 Email : syofyan_er@yahoo.co.id
ABSTRACT
Panti Rao Irrigation area consists of 8.300 hectare, it is the largest irrigation area in Pasaman District.
Some 1.500 hectare areas already have technical irrigation meanwhile technical irrigation for 6.800 hectare are
under development. Currently, the crop pattern conducted by the farmers is Paddy-Paddy with 200% cropping
intensity in technical irrigation area and 152% in which technical irrigation is being developed.
The paper intends to study the effort of the exist cropping intensity improvement with the arrangement
of cropping pattern as well as utilization of irrigation water optimally based on available potential, thus might
increase the production of agricultural product and its applied strategy in related to farmer social condition in
Irrigation area of Panti Rao.
Cropping intensity analysis is done by organizing cropping pattern at irrigation area of Panti Rao
through planting schedule, improvement of cropping pattern and the management of optimum irrigation water
improvement to calculate irrigation water necessity by considering the water availability. Furthermore, factor
analysis of farmer social condition is done using interview and questioner.
The result shows that the cropping intensity at irrigation area of Panti Rao might be increased with the
cropping pattern management. By applying Paddy-Paddy-Palawija, cropping intensity is about 300% with the
increasing of cropping intensity of 124%, cropping intensity resulted by the Paddy-Paddy-Paddy pattern is
250,60% with the increasing of cropping intensity is 74,60%. While the estimation of production is 91.300 ton of
rice per year and 24.900 ton crops per year by applying Paddy-Paddy-Palawija pattern or 114.399 ton rice per
year with Paddy-Paddy-Paddy pattern.
For optimum agricultural production and productivity at irrigation area of Panti Rao, it necessary to
conduct training and conselling to farmers through farmers association (P 3 A), as well as preparing agricultural
production tools and quantity on time.
7
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
sebagian lahan yang telah diairi secara Pola tanam yang adil antar areal di
teknis pada daerah Irigasi Panti Rao adalah bagian hulu dan dibagian hilir.
Padi-Padi dengan Intensitas Tanam 200%, Pembagian air secara bergilir pada
sedangkan pada bagian jaringan yang masih saat persiapan dan pengolahan tanah.
dalam tahap pelaksanaan yang mana Pengaturan pembagian air secara
sumber air dari hujan dan sebagian lagi dari bergilir bila persediaan air dipintu
irigasi desa intensitas tanamnya adalah 152 berkurang.
%. Tujuan dari kajian ini adalah untuk
Daerah Irigasi Panti Rao yang meningkatkan intensitas tanam yang ada
sumber airnya dari Sungai Sumpur dengan pengaturan tata tanam serta
mempunyai potensi air yang cukup pemanfaatan air irigasi secara optimal yang
memadai, memiliki petani yang sampai saat sesuai dengan potensi yang ada sehingga
ini terbiasa dengan melakukan pola tanam dapat meningkatkan produksi dan
padi-padi (dalam setahun) serta belum produktivitas lahan pertanian Daerah Irigasi
adanya pengaturan dalam tata tanamnya, Panti Rao di Kabupaten Pasaman.
hal ini dirasakan jumlah produktifitas Lokasi kajian penelitian ini adalah
pertanian yang dihasilkan belum memadai. Daerah Irigasi Panti Rao yang berada di
Dari kebiasaan petani yang wilayah administratif pemerintahan
demikian, diperlukan suatu bentuk tata Kabupaten Pasaman, yang berjarak ± 30 km
tanam yang bisa menghasilkan produksi dari Lubuk Sikaping ibukota Kabupaten
pertanian secara maksimal dan penggunaan Pasaman dan ± 196 km dari Kota Padang
air dapat seoptimal mungkin. Sedangkan ibukota Propinsi Sumatera Barat. Secara
dari pihak pemerintah daerah sampai geografis terletak diantara 00°55'00''
sekarang belum ada ketetapan tentang tata Lintang Utara - 00°08'00'' Lintang Selatan
tanam dalam bentuk Surat Keputusan dan 99°45'00'' - 100°21'00'' Bujur Timur.
Bupati. Kabupaten Pasaman dilintasi oleh garis
Untuk meningkatkan intensitas katulistiwa tepatnya di Desa Bonjol dan
tanam dalam rangka memaksimalkan hasil mempunyai batas wilayah sebagai berikut :
produksi pertanian harus memperhatikan Sebelah Utara berbatasan dengan
hal-hal sebagai berikut : Kabupaten Mandailing Natal Propinsi
A. Menyusun pola tanam yang seimbang Sumatera Utara. Sebelah Selatan berbatasan
dengan air yang tersedia di sumbernya, dengan Kabupaten Agam. Sebelah Timur
agar tercapai : berbatasan dengan Kabupaten Kampar
Intensitas tanam yang maksimal untuk Propinsi Riau dan Kabupaten Lima Puluh
padi maupun palawija. Kota. Sebelah Barat berbatasan dengan
Pola tanam yang sesuai kebutuhan. Kabupaten Pasaman Barat
Kontinuitas penyediaan pangan Daerah Irigasi Panti Rao secara
setempat. topografis bervariasi dari datar dan
Peningkatan pendapatan petani. bergelombang atau berbukit dengan
B. Menetapkan jadwal tanam dan jadwal ketinggian ± 200 m dari permukaan laut.
pemberian air yang tepat agar :
Sesuai dengan ketersediaan air. METODOLOGI
Mengurangi resiko kekurangan atau Data-data yang dipergunakan dalam
kelebihan air. Penelitian ini mencakup 2 jenis, yaitu :
Terhindar resiko serangan hama dan Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari
penyakit tanaman. hasil observasi lapangan dan kuesioner
Meratakan kesempatan kerja. maupun wawancara langsung terhadap
C. Mengatur pembagian air yang adil dan responden (petani dan petugas irigasi) dari
merata melalui : unsur Kelompok Tani/P3A yang dilakukan
8
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
secara sampling pada Daerah Irigasi Panti terhadap petani dan petugas irigasi. Dari
Rao. hasil analisis data sekunder dan data primer
Data Sekunder, yaitu data yang tersebut dibuat suatu kesimpulan terhadap
diperoleh dalam bentuk dokumen yang kondisi tata tanam saat ini dan peningkatan
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain hasil produksi yang dapat dilakukan.
dalam bentuk publikasi. Dalam hal ini, data Dalam melakukan analisis terhadap
sekunder meliputi data-data yang kuesioner dan wawancara digunakan
berhubungan dengan penelitian, antara lain metode teknik sampling yang kemudian
: data Daerah Irigasi, data jumlah produksi dilanjutkan dengan analisis kualitatif.
Sektor Pertanian, serta data Kelompok Tani Setelah semua hasil analisis atau
dan P3A, dan data hidrologi yang diperoleh perhitungan didapat maka dilakukan
dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, pembahasan terhadap hasil tersebut,
dan Subdin Pengairan Dinas Kimpraswil sehingga didapat suatu kajian terhadap
Kabupaten Pasaman. peningkatan intensitas tanam kaitannya
Metode pengumpulan data primer produksi dan produktivitas pada Daerah
untuk penelitian ini menggunakan Metode Irigasi Panti Rao melalui perencanaan tata
Survey yang dilakukan dengan tanam yang sesuai dengan ketersediaan air
menggunakan alat bantu daftar pertanyaan secara optimal serta memperhatikan aspek
(kuesioner) berupa : sosial masyarakat pertaniannya.
Wawancara langsung secara Dari pembahasan tersebut dibuat
perseorangan dengan responden (petani dari suatu kesimpulan mengenai tata tanam yang
unsur ketua atau anggota Kelompok Tani / cocok untuk Daerah Irigasi Panti Rao yang
P3A dan petugas irigasi), dimana pengisian kemudian diberikan suatu rekomendasi
jawaban kuesioner dilakukan oleh terhadap pemerintah setempat dalam upaya
pewawancara / penulis. peningkatan hasil pertanian.
Penjelasan langsung secara
berkelompok responden / petani dari unsur
Ketua dan anggota Kelompok Tani / P3A,
dimana pengisian jawaban kuesioner
dilakukan oleh responden.
Sedangkan untuk pengumpulan data
sekunder diperoleh langsung dari ketiga
instansi sebagaimana tersebut di atas.
Data sekunder yang didapat dari instansi
terkait dan pengamatan awal di lapangan,
kemudian dilakukan analisis untuk
mendapatkan neraca air (water balance)
dengan melakukan identifikasi terhadap
ketersediaan air (Debit andalan) Sungai
Sumpur dan kebutuhan air irigasi pada
Daerah Irigasi Panti Rao
Dalam hal ini juga dilakukan
analisis terhadap kondisi eksisting terhadap
pola tanam, jadwal tanam, intensitas tanam
serta hubungan peningkatan intensitas
tanam terhadap kebutuhan air dan
produktifitas Daerah Irigasi Panti Rao.
Disamping analisis terhadap data
sekunder, dilakukan juga analisis terhadap
data primer hasil kuesioner yang dilakukan
9
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
MULAI
ANALISIS DATA
ANALISIS &
PERHITUNGAN
PEMBAHASAN
SELESAI
10
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
20.00
15.00
D eb it (m 3 /d t)
10.00
5.00
0.00
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
Q 80 % 12.86 14.30 11.63 10.52 9.51 14.32 14.14 14.06 14.60 12.75 10.97 7.20 7.63 8.53 7.48 8.63 11.71 10.24 14.41 13.14 17.86 21.51 20.36 17.65
11
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
andalan sebesar 7,20 m3/dt, sehingga kelebihan air dan bulan-bulan yang lain
alternatif ini juga tidak dapat juga tidak terdapat kekurangan air.
diterapkan. Alternatif III
Dari keempat alternatif perhitungan Golongan 1, pengolahan tanah MT1
kebutuhan air dengan pola tanam padi – dimulai pada bulan November 1, MT2
padi – palawija tanpa golongan tersebut dimulai pada Maret 2 dan MT3 dimulai
diatas, semuanya masih terdapat bulan- pada bulan Juli 1. Luas areal yang diairi
bulan kekurangan air sehingga tanpa 5.800 ha.
golongan tidak dapat diterapkan. Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan November 2, MT2
Sistem Golongan dimulai pada April 1 dan MT3 dimulai
Pola tanam padi – padi – palawija pada bulan Juli 2. Luas areal yang diairi
Perhitungan kebutuhan air sistem 2.500 ha.
golongan dilakukan dengan membagi Kebutuhan debit puncak terjadi pada
menjadi 2 golongan, hal ini dengan bulan April 2 sebesar 11,50 m3/dt
mempertimbangan ruas saluran, saluran sedangkan debit andalannya sebesar
ruas kiri untuk mengairi 5.800 ha dan 14,30 m3/dt, tetapi pada bulan Juni 2
saluran ruas kanan untuk mengairi 2.500 terjadi kekurangan air dimana debit
ha. kebutuhan sebesar 7,60 m3/dt sedangkan
debit andalannya sebesar 7,20 m3/dt.
Alternatif I
Golongan 1, pengolahan tanah MT1 Alternatif IV
dimulai pada bulan Oktober 1, MT2 Golongan 1, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Februari 2 dan MT3 dimulai pada bulan Desember 1, MT2
dimulai pada bulan Juni 1. Luas areal dimulai pada Mei 1 dan MT3 dimulai
yang diairi 5.800 ha. pada bulan Agustus 2. Luas areal yang
Golongan 2, pengolahan tanah MT1 diairi 5.800 ha.
dimulai pada bulan Oktober 2, MT2 Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Maret 1 dan MT3 dimulai dimulai pada bulan Januari 1, MT2
pada bulan Juni 2. Luas areal yang diairi dimulai pada Mei 2 dan MT3 dimulai
2.500 ha. pada bulan September 1. Luas areal yang
Kebutuhan debit puncak terjadi pada diairi 2.500 ha.
bulan Maret 1 sebesar 12,50 m3/dt Kebutuhan debit puncak terjadi pada
sedangkan debit andalannya sebesar 9,51 bulan Mei 2 sebesar 15,20 m3/dt
m3/dt, yang berarti terdapat bulan sedangkan debit andalannya sebesar
kekurangan air. 12,70 m3/dt, yang berarti terjadi
kekurangan air.
Alternatif II
Dari keempat alternatif tersebut
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
diatas maka alternatif ke II yang dapat
dimulai pada bulan Oktober 2, MT2
diterapkan karena tidak terdapat bulan
dimulai pada Maret 1 dan MT3 dimulai
kekurangan air sedangkan luas areal yang
pada bulan Juni 2. Luas areal yang diairi
dapat ditanami setiap musim tanam seluas
5.800 ha.
8.300 ha (100%), berarti intensitas tanam
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
setahun dengan tiga kali musim tanam
dimulai pada bulan November 1, MT2
adalah 300%.
dimulai pada Maret 2 dan MT3 dimulai
pada bulan Juli 1. Luas areal yang diairi Pola tanam padi – padi dan padi.
2.500 ha. Perhitungan kebutuhan air sistem
Kebutuhan debit puncak terjadi pada golongan dilakukan dengan membagi
bulan Mei 1 sebesar 12,00 m3/dt menjadi 3 golongan, dimana perhitungan
sedangkan debit andalannya sebesar dilakukan dengan mempertimbangan
12,70 m3/dt, yang berarti masih terdapat
12
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
ketersediaan debit untuk mencari ruas areal ha dan MT3 dimulai pada bulan
maksimal yang dapat ditanami. Agustus 1 dengan luas areal 1.000 ha.
Alternatif III
Alternatif I
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Desember 1 dengan
dimulai pada bulan Oktober 1 dengan
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dan luas areal yang ditanami sebesar
dan luas areal yang ditanami sebesar
3.000 ha, MT2 dimulai pada April 1
3.000 ha, MT2 dimulai pada Februari 1
luas areal yang ditanami sebesar 2.500
luas areal yang ditanami sebesar 2.500
ha dan MT3 dimulai pada bulan
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juni 1
Agustus 1 dengan luas areal 2.500 ha.
dengan luas areal 2.000 ha.
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Desember 2 dengan
dimulai pada bulan Oktober 2 dengan
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dan luas areal yang ditanami sebesar
dan luas areal yang ditanami sebesar
2.000 ha, MT2 dimulai pada April 2
2.800 ha, MT2 dimulai pada Februari 2
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
ha dan MT3 dimulai pada bulan
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juni 2
Agustus 2 dengan luas areal 1.500 ha.
dengan luas areal 1.000 ha.
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
dimulai pada bulan Januari 1 dengan masa
dimulai pada bulan November 1 dengan
pengolahan tanah (T) = 30 hari dan luas
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
areal yang ditanami sebesar 2.000 ha, MT2
dan luas areal yang ditanami sebesar
dimulai pada Mei 1 luas areal yang
2.500 ha, MT2 dimulai pada Maret 1
ditanami sebesar 2.000 ha dan MT3 dimulai
luas areal yang ditanami sebesar 1.500
pada bulan September 1 dengan luas areal
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 1
2.000 ha.
dengan luas areal 1.500 ha.
Alternatif II
Intensitas Tanam
Golongan 1, pengolahan tanah MT1
Hasil analisis terhadap intensitas
dimulai pada bulan November 1 dengan
tanam berdasarkan ketersediaan debit
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
andalan dan pengaturan jadwal tanam dan
dan luas areal yang ditanami sebesar
penambahan pola tanam yang ada saat ini
3.000 ha, MT2 dimulai pada Maret 1
pada daerah
luas areal yang ditanami sebesar 3.000
Irigasi Panti Rao. Untuk pola tanam
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 1
Padi-Padi-Palawija dengan sistem 2
dengan luas areal 2.000 ha.
golongan dimana pada golongan I, MT 1
Golongan 2, pengolahan tanah MT1
dimulai pada Oktober 2 MT2 dimulai Maret
dimulai pada bulan November 2 dengan
1 dan MT 3, sedangkan golongan II, MT 1
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
dimulai pada November I, MT 2 dimulai
dan luas areal yang ditanami sebesar
Maret 2 dan MT.3 dimulai pada Juli 1,
2.800 ha, MT2 dimulai pada Maret 2
intensitas tanam yang diperoleh adalah 300
luas areal yang ditanami sebesar 2.800
% dengan rincian MT 1 = 100% Padi, MT 2
ha dan MT3 dimulai pada bulan Juli 2
= 100% Padi dan MT 3 = 100% Palawija.
dengan luas areal 1.200 ha.
Dengan pola tanam Padi-Padi dan Padi
Golongan 3, pengolahan tanah MT1
dengan sistem 3 golongan, dimana untuk
dimulai pada bulan Desember 1 dengan
golongan I musim tanam pertamanya (MT
masa pengolahan tanah (T) = 30 hari
1) dimulai pada bulan November 1, MT 2
dan luas areal yang ditanami sebesar
dimulai Maret 1 dan MT 3 dimulai pada
2.500 ha, MT2 dimulai pada April 1
Juli 1, golongan II musim tanam pertama
luas areal yang ditanami sebesar 2.500
13
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
14
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
Tabel 2. Intensitas tanam dan perkiraan produksi daerah irigasi panti rao
Setelah Peningkatan Intensitas
Kondisi Saat Ini
Uraian Tanam (Perkiraan)
MT I MT II Jmlh MT I MT II MT III Jmlh
Padi/
Pola Tanam Padi Padi Padi Palawija
Palawija
Luas Tnm (ha) 8.300 6.308 14.608 8.300 8.300 8.300 24.900
Inten. Tnm (%) 100 76 176 100 100 100 300
45.650 45.650
Produksi (ton) 45.650 34.694 80.344 24.900 116.200
91.300
15
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
16
POLI REKAYASA Volume 5, Nomor 1, Oktober 2009 ISSN 1858-3709
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Pasaman Dalam Angka,
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Pasaman
17