Professional Documents
Culture Documents
Step 2 Chassis Eps - Mdps PDF
Step 2 Chassis Eps - Mdps PDF
Hak Cipta oleh Hyundai Motor Company. Alih Bahasa oleh Training Support & Development.
Buku ini tidak boleh perbanyak tanpa persetujuan dari Hyundai Motor Company.
http://training.hmc.co.kr
daniyusuf@gmail.com
DAFTAR ISI
1. Power Rack dan Pinion Steering
Konstruksi sistem ----------------------------------------------------------------------------------
Rack-And-Pinion Steering Linkage --------------------------------------------------------------
Rack-And-Pinion Steering Assembly -----------------------------------------------------------
Cutaway pada Rack-And-Pinion Steering Gear ----------------------------------------------
Kerja Pinion dan Valve Assembly ----------------------------------------------------------------
2. Power Steering Pump
Konstruksi Oil Pump --------------------------------------------------------------------------------
Kerja Oil Pump ---------------------------------------------------------------------------------------
Relief Valve --------------------------------------------------------------------------------------------
Flow Control Valve -----------------------------------------------------------------------------------
3. Penggantian oli ---------------------------------------------------------------------------------------
4. Air Bleeding -------------------------------------------------------------------------------------------
5. Oil Pump Pulley And Belt Replacement----------------------------------------------------------
Ketika kemudi diputar, tahanan yang terbentuk oleh adanya berat dari kendaraan dan gesekan
roda ke ban, menyababkan torsion bar di dalam rotary valve menjadi agak cenderung
melenceng. Hal ini akan merubah posisi valve spool dan sleeve, karena itulah diperlukan
pengarahan pelumas bertekanan ke proper end yang terdapat pada power cylinder.
Perbedaan tekanan pada sisi piston (yang dipasang pada rack) membantu menggerakkan rack
untuk mengurangi langkah usaha putar. Pelumas di dalam power cylinder yang berlawanan
didesak ke control valve dan kembali ke pump reservoir. Ketika steering effort berhenti, maka
control valve akan diketengahkan oleh gaya melintir dari torsion bar, tekanan pada kedua sisi
piston akan disamakan, dan roda depan kembali ke posisi lurus ke depan.
1) KONSTRUKSI SISTEM
Sistem power steering menggunakan tekanan hidrolis yang dibangkatkan oleh power steering
pump gunanya adalah untuk mengurangi langkah usaha yang diperlukan untuk memutar
kemudi. Power steering pump dipasang di depan engine. Pompa yang dipakai adalah tipe
vane-type, dan digerakkan oleh crankshaft melalui drive belt.
Minyak power steering ditarik dari reservoir ke pompa pada saat mesin dalam keadaan hidup.
Minyak ini ditekan oleh satu power steering switch dan control valve yang letaknya di dalam
power steering pump.
Rack-and-pinion linkage menghubungkan gear ke steering knuckles. Konstruksi yang ada pada
Rack-and-pinion linkage adaah tie rod ends, Lock nut, Boot, Inner ball joint, Rack, Pinion shaft
assembly, Steering gear housing, Oil pipe, Bearings, Seals, Bushings, dan O-rings.
Satu ujung inner tie rod ada di dalam steering gear dan dihubungkan dengan inner ball joint.
inner tie rod dilindungi oleh rubber boots agar tidak terkena kotoran atau benda lain. Bagian luar
inner tie rod mengait shaft dan bagian luar tie rod mengait ke shaft ini dan posisinya ditahan
oleh satu locknut. Menyetelah Toe dilakukan dengan cara mengendurkan locknut dan memutar
inner rod untuk memperpendek atau memperpanjang tie rod assembly.
Right Turn
a. POSISI CENTER
Oil reservoir
c. BERPUTAR KE KANAN
Port c
Torsion bar
Port d
Oil reservoir
L’ R’ Oil passage-way R
Oil passage-way L
3) RELIEF VALVE
Relief valve diletakkan di dalam flow control valve gunanya adalah untuk mengontrol tekanan
hidrolis secara maksimal.
Steel ball di dalam relief valve berada dalam tekanan hidrolis melalui orifice A2. Ketika kemudi
diputar dan tekanan hidrolisnya naik lebih tinggi dari 75-82kg/cm2 (1060-1160 psi), maka
terkanan tersebut akan menekan relief spring untuk mendorong steel ball sehingga minyal
power steering dapat mengalir ke power steering pump.
Bekerjanya relief valve ini menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan antara chamber A dan
chamber B.
Kemudian flow valve bergerak ke kanan untuk membuka orifice A1, untuk menjaga tekanan
hidrolis agar tetap konstan.
Begitu pelumas yang dikeluarkan oleh power steering pump meningkat mengikuti kecepatan
putaran pump, maka perlu dipasang satu flow control valve untuk mengatur berapa banyak
yang disuplai untuk menjalankan wheel steering operation berdasarkan kecepatan mesin
(kondisi melaju).
1. To gear case
2. From pump
3. To pump
4. Rod
5. Orifice A1
Minyak yang dikeluarkan dari pump disuplai melalui celah sekitar rod dalam orifice A1 ke
gear box.
Ketika putaran mesin naik, maka yang dikeluarkan oleh pump juga akan naik dan
mengakibatkan perbedaan tekanan diantara kdua orifice (P1 – P2). Kemudian tekanan yang
melebihi gaya pegas pada flow control akan menekan flow valve ke kanan (lihat gambar),
sehingga membuka orifice untuk mempersempit saluran agar pelumas yang mengalir sesuai
dengan keperluan dan kelebihan pelumas tersebut dialirkan kembali ke pompa.
Ketika putaran mesin meningkat tinggi maka orifice akan terbuka sehingga aliran minyak ke
gear box akan berkurang. Akibatnya, tekanan hidrolis akan lambat pada saat kemudi mulai
diputar. Untuk itu diperlukan penstabilan kemudi dengan cara memutar sedikit dari posisi netral.
3 .PENGGANTIAN OLI
Prosedur Servis
CATATAN
- Pastikan kekencangan vinyl hose jangan sampai bergerak ketika kemudi diputar.
- Putar kemudi secara perlahan ke kanan dan ke kiri sampai beberapa kali untuk
mengeluarkan semua oli yang kotor.
- Keluarkan oli sekitar 2 liter sambil mengisi oli baru ke dalam reservoir.
7) Matikan mesin.
8) Lepas vinyl hose yang terpasang di dalam return hose kemudian hubungkan return hose ke
reservoir. Kemudian kencangkan dengan alat hose clamp.
9) Hidupkan kembali mesin dan periksa apakah suara yang terdengar dari power steering
pump normal. Kemudian periksa lokasi sekitar reservoir apakah ada gelembung udara di
dalam oil reservoir. Jika terdapat gelembuing udara, lakukan air bleeding dengan cara
memutar-putar steering wheel ke kiri dan kanan sampai tidak terdengar noise dari power
steering dan gelembung udara hilang dari oil reservoir.
CATATAN
Jangan menahan steering wheel ke kiri atau ke kanan lebih dari 10 detik.
11) Pastikan bahwa oli tersebut tidak memutih seperti susu, dan jumlahnya sesuai spesifikasi
(antara low dan hight pada level gauge).
12) Pastikan bahwa perubahan permukaan tinggi oli ketika kemudi diputar ke kiri atau ke kanan
jumlahnya tidak begitu banyak.
CATATAN
- Jika perubahan tinggi olinya sangat banyak, lakukan prosedur air bleeding lagi.
- Jika jumlah olinya naik mendadak ketika mesin dimatikan, artinya di dalam sistem masih
terdapat gelembung udara.
13) Bersihkan seluruh oli yang menempel di sekitar reservoir cleanly kemudian tutup kembali
reservoir cap.
4. AIR BLEEDING
Jika masih ada udara di dalam sistem, maka kemungkinan dari dalam pompanya terdengar
bunyi ‘gemerikcik’ dan control valve bisa menimbulkan bunyi yang tidak biasa. Udara yang ada
di dalam sistem akan mempependek umur pompa dan komponen lainnya.
Angkat roda depan dengan dongkrak kemudian topang dengan menggunakan rigid racks.
Kunci kontak OFF.
Putar penuh kemudi ke kiri dan kanan sebanyak 3 atau 4 kali, isikan reservoir dengan
minyak power steering.
Lepas high tension cable dan jalankan starting motor 2 atau 3 kali (satu kali 10~15 detik).
Pada saat tersebut, putar kemudi ke kiri dan kanan.
PERHATIAN
2. Prosedur Servic
1) Buka hood
2) Kendurkan baut-baut pengikat oil pump untuk melepas power steering oil pump belt.
9) Topang pulley dengan alat khusus penopang pulley kemudian kencangkan bautnya sesuai
dengan spesifikasi.
Spesifikasi pengencangan
55-69Nm(550-690kgcm, 41-51Ibft)
CATATAN
CATATAN
Tekan belt dengan kekuatan sekitar 98N(10kg, 22Ib) pada titik tertentu, kemudian
ukurlah tingkat kelenturannya apakah sesuai dengan spesifikasi.
ELECTRONIC POWER
STEERING (EPS)
6. EPS UMUM
Sistem Electronic Power Steering (EPS) termasuk di dalamnya komponen yang sama seperti
pada sistem power steering konvensional. Sebagai tambahannya adalah sebuah solenoid valve
pada power steering gear box, dan satu control unit dekat dibawah audio yang terletak di panel
farcia tengah. Untuk mengontrol aliran oli pada steering gear box, disediakan satu solenoid
yang bekerja berdasarkan arus dari control module yang menerima sinyal dari VSS (Vehicle
Speed Sensor) dan TPS.
1) SYSTEM LAYOUT
2) KEUNGGULAN EPS
EPS tidak hanya melakukan fungsi power steering biasa, namun juga bisa mengontrol tekanan
hydraulic pressure yang bereaksi berdasarkan counter-force plunger yang ada pada gear box
tetapnya di dalam input shaft, oleh karena itulah karakteristik steering effort vs. tekanan
hydraulic bervariasi tergantung dari kecepatan kendaraan untuk memberikan karakteristik
kemudi yang optimal pas dengan kecepatan kendaraan dan kondisi kemudi.
1. Pada saat mobil dalam keadaan stationer dan berjalan lambat putaran kemudi ringan.
2. Pengaturan steering effort berdasarkan kecepatan kendaraan.
3. Pada kecepatan sedang dan cepat, steering effort secara akan bertambah untuk menambah
kestabilan dan kenyamanan kemudi.
4. Pada kecepatan sedang dan cepat, ketika posisi kemudi berada atau mendekati posisi
netral, fungsi reactionary plunger akan menambah steering effort agar kemudi lebih stabil.
5. Ketika kendaraan melewati jalan yang rusak pada kecepatan sedang dan cepat, meskipun
ada rintangan besar dari permukaan jalan, namun tidak akan mempengaruhi arah kontrol
kemudi, karena tekanan ouput hydraulic untuk steering effort menjadi tinggi sama seperti
power steering konvensional.
6. Sistem ini mempunyai fungsi fail-safe sehingga meskipun sistemnya elektrikal, temasuk
control unit dan sensors, namun karakteristik power steering normal masih bisa di dapat.
Pada saat kecepatan rendah atau saat kemudi lurus, tekanan hydraulic ke reaction plunger
dijaga pada level rendah sehingga EPS dijalankan dengan usaha kemudi yang minim.
Pada sistem ini, tekanan bantu yang dihasilkan selama kemudi di kemudikan juga diberikan
ke reaction plunger melalui hydraulic pressure control valve dengan kondisi kecepatan
kendaraan tinggi dan solenoid valve tertutup. Dalam hal ini, reaksi dari permukaan jalan juga
ikut andil terhadap kekuatan torsi di dalam sistem, sehingga kemudi terasa bisa “langsung”
dikemudikan, yang dicapai melalui penyeimbangan antara steering effort ke sudut kemudi.
ada dua jenis sistem EPS yang dipakai oleh mobil HMC. Yaitu jenis flow control yang diterapkan
pada Tiburon (Hyundai Coupe). Dan reaction control yang cukup populer sekarang dan sudah
dipakai oleh model EF sonata dan XG.
1) EPS SOLENOID
Solenoid valve terletak di dalam gear box yang berfungsi untuk mengatur aliran oli power
steering. Solenoid valve terdiri dari satu releasing spring, satu piston dan satu plunger. Arus
inputnya bermacam dari 0A sampai 1A sesuai dengan kecepatan kendaraan dan dikontrol oleh
EPS control module. Ketika kunci kontak diputar ke posisi OFF, arus akan dikirim ke solenoid
valve untuk mendorong plunger, kemudian piston yang bertemu dengan plunger akan terdorong
karena tekanannya lebih besar dari gaya pegas yang ada. Ketika kecepatan kendaraan
bertambah, arus yang mengalir ke solenoid akan turun dan piston terdorong ke bawah oleh
gaya pegas yang ada. Pada saat piston terdorong, dia akan menutup lubang saluran oli, dan
tekanan oli power steering disalurkan ke dalam cylinder tanpa ada rintangan. Namun apabila
lubangnya terbuka karena piston bergerak ke bawah, beberapa oli yang datang dari rotary
valve akan dikeluarkan ke reservoir melalui lubang yang ada di dalam rotary valve.
2) PRINSIP KERJRA
a. Belok Kiri
Pada kecepatan tinggi, oli dari rotary valve mengalir ke solenoid valve melalui lubang bawah
(port B) dan keluar melalui lubang atas (port A) dan mengalir ke ruang yang ada pada piston.
Pada saat tersebut piston terdorong kembali oleh gaya pegas yang ada yang mengalahkan
gaya solenoid plunger. Oli mengalir melalui ruang antara piston dan dinding sampingnya.
Kemudian oli mengalir kembali ke dalam rotary valve dan terakhir dikeluarkan ke dalam
reservoir melalui lubang keluar antara rotary valve dan torsion bar. Oleh karena itulah, tekanan
oil pump tidak berpengaruh pada steering effort.
Begitu kecepatan kendaraan berkurang, lubang yang ada pada piston terhubung ke lubang
bawah (port B) secara perlahan akan menutup karena tekanan oli yang dihasilkan oleh oil pump
dikirim ke left cylinder chamber. Sehingga steering effort akan berkurang.
b. Belok Kanan
Pada saat kecepatan kendaraan tinggi, olei lewat melalui rotary valve dan masuk ke dalam
solenoid valve melalui lubang atas (port A) dan keluar melalui lubang bawah (port B) mengalir
ke ruang yang ada pada piston. Pada saat tersebut piston terdesak kembali oleh gaya pegas
yang mengalahkan solenoid plunger. Oli mengalir melalui ruang antara piston dan dinsing
samping. Kemudian oli mengalir kembali ke dalam rotary valve dan terakhir dikeluarkan ke
reservoir melalui lubang pembauangan antara rotary valve dan torsion bar. Oleh karena itulah,
tekanan oil pump tidak mempengaruhi steering effort.
Begitu kecepatan kendaraan berkurang, lubang yang ada pada piston yang terhubung ke
lubang bawah (port B) secara perlahan akan menutup ketika tekanan yang dihasilkan dari oil
pump dikirim ke right cylinder chamber. Sehingga steering effort berkurang.
1) KONSTRUKSI
2) ROTARY VALVE
3) COUNTER-FORCE PLUNGER
Counter-force plunger terdiri dari empat plunger. Besarnya gaya tekan pada input shaft
beragam tergantung dari tekanan hidrolisnya (yang besarnya mengikuti kecepatan kendaraan)
yang bereaksi berdasarkan chamber dibelakang plunger.
Semakin tinggi tekanan hidrolis pada chamber, maka tekanan pada input shaft akan semakin
kuat. Sehingga steering effort akan naik mengikuti kecepatan kendaraan seperti tampak pada
diagram kecepatan kendaraan VS steering effort.
1) Arus output dari EPSCM ke PCV Solenoid berkurang. Gaya tekan oleh solenoid rod juga
berkurang. Dan gaya return spring menekan PCV spool back.
2) Tekan pompa melalui lubang yang ada pada PCV spool guide dikirim ke reaction plunger
menekan steering input shaft.
3) Pada saat tersebut, gaya reaksi oleh reaction plunger dikirim ke input shaft. Proses ini
menahan steering sehingga steering effort menjadi berat.
Pump
TPS (XG)
VEHICLE
VEHICLE TARGET
SPEED
SPEED SENSOR CURENT SOLENOID
CALCULATIO
N CALCULATION VALVE
TPS (XG)
DIAGNOSIS
Tabel berikua adalah penunjukan pin yang ada pada main connector. Pin terminal no.1
dipakai atau tidak tergantung dari model kendaraannya. Khusus untuk XG, sinyal TPS dipakai
untuk fungsi failsafe yang memberikan steering effort lebih berat pada range kecepatan tinggi
dibandingkan dengan sistem EPS tanpa sinyal TPS.
V E H IC L E S P E E D CURRENT
0 k m /h 1A
Ketika kendaraan berhenti atau melaju pelan, EPSCM mengontrol arus pressure control
solenoid valve menjadi 1 amper. Pada saat tersebut, reaction plunger yang ada pada
solenoid valve bergerak ke atas untuk menutup aliran oli. Reaction plunger tidak
mempunyai gaya untuk mendorong input shaft, oleh karena itulah pengemudi bisa memutar
kemudi dengan mudah.
VE H IC L E S P E E D CURRENT
40 km /h 0.76A
80 km /h 0.6A
Ketika kendaraan melaju dengan kecepatan sedang-tinggi, tekanan oli sebanyak arus yang
berkurang diberikan ke reaction plunger. Ketika kemudi dibelokkan, tekanan output dari oil
pump akan meningkat mengikuti sudut belokan dan tekanan output oli sebanding dengan
steering effort yang diperoleh. Tekanan output ini membantu pengemudi untuk memperoleh
kestabilan kemudi pada kecepatan sedang-cepat.
VE H IC L E S P E E D CURRENT
1 2 0 km /h 0 .4 A
2 4 0 km /h 0 .2 A
Pada saat arus pada pressure control solenoid valve berkurang, satu plunger yang ada
pada solenoid valve bergerak ke bawah sehingga tekanan tinggi dapat diberikan ke bagian
belakang plunger. Input shaft ditahan oleh plunger, torsion spring dan pinion gear bergerak
bersama menghasilkan steering effort yang berat sama seperti kemudi tanpa power
steering.
6) TROUBLESHOOTING
c. Waveform of Pin No.5 (Diagnosis): Pin No.6 open (the same as normal status)
s. Pin No.2(Solenoid+) waveform when Pin No.5(Diagnosis) or Pin No. 6(vehicle sensor)
open: IG on, 0km/h, The output current is 1A.
Motor Driven Power Steering (MDPS) yang umumnya disebut dengan Electrical Power Steering
(EPS), dikembangkan untuk membantu steering force dengan menggunakan motor listrik tanpa
bantuan power dari mesin. Fungsinya adalah mengontrol momen motor berdasarkan kondisi
kemudi agar diperoleh karakteristik kemudi yang optimal dan hemat bahan bakar. Disamping itu,
teknologi ini sangat ramah lingkungan karena tidak menggunakan minyak power steering
sehingga dapat mengurangi bobot dan kemudahan dalam hal perbaikan karena jalur oli tidak
terpakai lagi. Sekarang ini, pemakaian EPS semakin meningkat dan EPS diharapkan untuk
mengganti sistem power steering hidrolis. Power Steering elektrik dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan lokasi motornya, tipe Column, Pinion, dan Rack.
1) Advantages
Konsumsi bahan bakar lebih hemat : 2~3 % (saat ini hanya untuk kenyamanan kemudi)
Lebih ramah lingkungan: Power steering oil & oil bebas dari kebocoran
Meningkatkan performa mesin : Manipulasi lebih akurat
- Pada dasarnya steering force dikontrol berdasarkan kecepatan kendaraan.
- Sebagai tambahan dari faktor dasar (kecepatan kendaraan), beberapa logic seperti
damping control, friction control dipakai untuk mengoptimalkan kemampuan kemudi.
- Pada saat kecepatan tinggi, steering force yang dibutuhkan menjadi lebih berat untuk
meningkatkan keselamatan.
Status sistem dapat diperiksa dan diketahui dengan alat Hi-scan dan penggunaan lampu
peringatan.
NVH : Bunyi hydraulic dapat dihilangkan dan pada motor listrik terdapat fungsi penyerap
getaran yang timbul dari steering column sehingga getaran kemudi berkurang.
Pemasangannya mudah:
- Titik pemasangan berkurang sebanyak 21 (38 • 17) item
- Jumlah komponen berkurang sebanyak 28 (47 • 19) item
2) kebaikan MDPS
3) Perbandingan konstruksi
4) Jenis-jenis EPS
Kemudi dijalankan oleh motor elektrik yang dipasang pada steering column juga clutch,
mekanisme reduksi (worm & worm gear) dan torque sensor. (Untuk kendaraan kecil)
Kontruksi
a) Keunggulan:
Konsumsi bahan bakar lebih irit
Tenaga power steering bisa dijalankan meskipun mesin dalam keadaan mati
Rancangannya mudah
Layout ruang mesin menjadi lebih mudah
Bebas oli dan ramah lingkungan
Bunyi noise berkurang
b) Kelemahan:
Handling power steering kurang unggul karena kemampuan putar balik kemudi kurang
Momen kurang cukup untuk kendaraan kelas sedang dan besar
Diperlukan kemampuan mengemudi yang lebih baik dan motor yang daya inersianya
kecil.
Kemudi dijalankan oleh satu motor listrik yang dipasang pada pinion gear termasuk juga clutch,
mekanisme rekduksi (worm & worm gear) dan torque sensor. (untuk kendaraan kecil).
Kontruksi
Kemudi dijalankan oleh motor listrik yang dipasang pada rack yang ada pada gear juga
dipasang mekanisme reduksi (ball nut & ball screw) dan torque sensor assembly. (High
Kontruksi
Torque sensor yang berfungsi untuk mendeteksi momen kemudi terdapat dua macam. Yang
pertama adalah tipe kontak dan yang ke dua adala tipe non kontak. Pada tipe kontak
kemungkinan bisa keluar suara bising akibat kontak sedangkan tipe non kontak tidak
mengeluarkan suara bising, namun dalam hal struktur dan biaya tipe kontak lebih unggul.
Putaran yang dikeluarkan dari torsion bar disalurkan ke dalam bentuk perbedaan tegangan.
Reduction gear yang ada pada worm gear strukturnya sederhana. Reduction ratio di-set sesuai
dengan power motor untuk menghasilkan momen target, jika melebihi 20kgfm, maka ini akan
mempengaruhi kemampuan kemudi kendaraan dan sudut kemudinya. Maka itu perlu dipasang
clutch dan torque limiter.
Ketika kemudi dilepas setelah dibelokkan, kemudi harus dapat kembali ke posisi lurus ke depan.
Kemampuan daya balik kemudi ini sangat berhubungan erat dengan kestabilan kemudi
kendaraan. Namun, apabila gaya balik ini bisa berkurang yang dapat disebabkan oleh
melemahnya motor, gaya inersia motor dan tahanan gesek melalui reduction gear sehingga
menggangu daya balik kemudi.
Untuk mengatasi masalah ini agar konstrol kemudi selalu optimal. Maka perlu dilakukan
pemulihan berdasarkan kecepatan kendaraan dan sudut kemudinya. Ada dua cara untuk
mendeteksi sudut kemudi. Pertama dengan menggunakan steering angle sensor dan yang ke
dua adalah dengan menggunakan rotary detector yang dipasang pada motor. Namun yang
paling umum adalah menggunakan steering angle sensor. Untuk pemulihan kontrol, besarnya
arus yang dipulihkan ditentukan dan dievaluasi berdasarkan sudut kemudi dan kecepatan
kendaraan.. Target restorasi arus ditentukan dari komposisi besar sudut belokan kendaraan
dengan menggunakan pemetaan arus sesuai dengan kecepatan kendaraan.
1) Spesifikasi Umum
2) Sinyal kecepatan kendaraan : Sinyal input untuk pengaturan besar kontrol kecepatan
steering effort
Main,sub
5
47k ohm
No.2
3.75 EPS_ECU
- 4.9 4.9
Torque (Nm)
3) Ignition (Engine speed) signal: Sinyal input dari ECM. Sistem EPS akan bekerja secara
normal apabila putaran mesin sekitar 500RPM atau lebih.
Failure
Sistem EPS mengkonsumsi 45A. arus ini ibarat beban elektrik tinggi pada alternator ketika
mesin sedang berputar idling dan dapat menurunkan putaran idle mesin. Untuk mencegah hal
ini, ECM (Engine Control Module) melakukan idle up control dengan sinyal ground dari EPS
control module pin #13.
2. Idle Up OFF (OPEN) : Motor current < 20A or Vehicle speed •5 Km/h
6) Kontrol Motor
- Penambahan garis linear akan diberikan diantara map dengan resolusi sebagai berikut.
a) Kecepatan kendaraan : 1 (km/h).
b) Momen : 0.016 (N/m).
30.00 (7)
(8)
25.00
(9)
(10)
20.00 (11)
(12)
15.00 (13)
(14)
(15)
10.00 (16)
5.00
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Steering torque (Nm)
5.00 5.26 5.51 5.77 6.02 6.28 6.53 6.79 7.04 7.29
30.00 (7)
(8)
25.00
(9)
(10)
20.00 (11)
(12)
15.00 (13)
(14)
(15)
10.00 (16)
5.00
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Steering torque (Nm)
5.00 5.26 5.51 5.77 6.02 6.28 6.53 6.79 7.04 7.29
Konpensasi gaya inersia, gaya gesek, gaya damping akan diberikan untuk mengontrol tingkat
keakuratan motor sehingga hasilnya kemudi terasa lebih nyaman.
- Mode power latch dengan kontrol proteksi overheat, apabila salah satu dari kondisi dibawah
ini terpenuhi, maka mode power latch untuk proteksi overheat akan dibatalkan.
a) Mode power latch ditahan selama kurang lebih 50 menit.
b) Temperatur terdeteksi < 40 derajat celcius
c) Arus pembatas maksimal untuk proteksi overheat kembali ke angka inisial.
CATATAN
CATATAN
MEMO
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
CATATAN
Kode diagnosa apabila torque sensor mengalami kesalahan, Torque sensor power supply
voltage < 7V, EPS ECM malfunction
CATATAN
20 19 18 17 16 15 14 13 12 11
21 23
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
22 24
A B C
IG
Bulb
DN
+B
20 21
N.C. M1 MOTOR
6 23
N.C.
10
TSV
3
M
TSM
Torque 4 M2
sennsor TSS 24
14
TSE
5 DIAG DIAG
16 TESTER
SP ( KWP 2000)
2
N.C.
17 5V
IGP N.C.
12 11
IDLE
N.C. UP
7 13
N.C. N.C.
8 15
N.C. N.C.
9 18
IG
N.C.
19
GND
1 22
IG FUSE
Batt. Key SW
FUSE
Catatan)
4) Failsafe
Diagnostic
Fail-safe contents
Trouble Element Cause of failure mode Steering conditions
Code (DTC) Motor Relay W/Lamp
C1631 *Poor contact of connector
C1632 Torque *Omission of inserting the connector
Haevy steering OFF OFF ON
C1633 sensor *Wiring harness disconnection or earthing
C1634 *Poor characteristics
Vehicle *Poor contact of connector Chang Controlled
*Omission of inserting the connector
C1621 speed the setting motor current ON OFF
*Wiring harness disconnection or earthing
sensor effort in running at 255km/h
*Poor characteristics
Engine *Poor contact of connector Decreased
*Omission of inserting the connector
C1622 speed Haevy steering motor current ON ON
*Wiring harness disconnection or earthing
sensor at 45A/4sec
*Poor characteristics
*Poor contact of connector
C1641 *Omission of inserting the connector
C1642 *Wiring harness disconnection or earthing
Motor Haevy steering OFF OFF ON
C1643 *Poor characteristics
C1645 *Power transistor earting or open
*Terminal short to Batt. Or earthing
C1653 *Battery voltage drop Haevy steering OFF ON ON
C1654 Power *Battery voltage drop Decreased
supply Haevy steering motor current ON ON
*Poor contact of Relay at 45A/4sec
C1652 ECU *Sticking of Relay contact Haevy steering OFF OFF ON
C1655 *Failure of ECU Haevy steering OFF OFF ON
ECU *Failure of ECU Haevy steering OFF OFF ON
W/L turns on
Wiring
continuously Wiring harness short No influence - - -
harness
5) Pemeriksaan Dasar
a. Pemeriksan Power supply
Tegangan dan berat jenis harus diukur. Kendaraan harus berhenti untuk pemeriksaan
tegangan the battery dan power steering dijalankan, tegangan ketika kemudi dijalankan
harus 12V atau lebih.
Sirkuit power supply pada EPS ECU harus diperiksa.
b. Pemeriksaan steering system
1) Untuk pemeriksan sistem kemudi kendaran harus diangkat.
Apakah ada kerusakan pada center lever
Apakah ada kerusakan pada steering gear box
Apakah ada kerusakan pada tie-rod end
2) Tekanan angin dan kondisi ban harus diperiksa.
c. Pemeriksaan kondisi sistem starting
1) Pada saat kunci kontak ON ON, lampu "EPS", dan lampu peringatan lainnya harus
menyala.
2) Setelah mesin dihidupkan, lampu "EPS" harus mati.
Apabila sistem bekerja normal, terjadinya proses startup adalah dengan urutan 1)
kemudian 2). Proses kerja 1) dan 2) harus valid/absah. Dan juga, kerja power steering
harus diperiksa.
Catatan)
Apabila lampu peringatan tidak menyala pada proses langkah 1) dan 2), maka bohlam
"EPS" pada meter dan harness di dalam panel instrument harus diperiksa meskipun
power steering bekerja normal.
1) Matikan mesin dan biarkan roda depan terpaku diam putar kemudi, kemudian ukurlah
kekuatan kemudinya.
2) Hidupkan mesin dan biarkan roda depan terpaku diam putar kemudi, kemudian ukurlah
kekuatan kemudinya.
e. Periksa power supply pada sirkuit ECU
Tegangan antara Terminal (+) No.21 dan terminal (-) No.22 pada connector B , dengan
konektor ECU tetap terhubung.
Tegangan antara terminal (+) No.1 konektor A dan terminal (-) 22 konektor B, dengan
konektor ECU terhubung ketika kunci kontak ON.
Catatan) Pemeriksaan ini harus dilakukan baik ketika mesin dalam keadaan mati mapun
dalam keadaan hidup.
a. Penggantian komponen
Torque sensor dan motor adalah satu kesatuan di dalam steering column Ass'y;
untuk itu bila ada salah satu yang rusak penggantiannya harus dalam satu kesatuan.
Pada saat mengganti steering column Ass'y, hati-hati jangan sampai steering column
Ass'y terjatuh atau terbentur.
Apabila komponen ini jatuh, maka kemungkinan tidak bisa digunakan lagi.
2) Steering Column Ass’y
Membongkar
Memasang
b. Diagnosa kesalahan
Kode kerusakan disimpan di dalam memory cadangan ECU. Setelah proses perbaikan
selesai, memori tersebut harus dihapus. Pada saat melukan diagnosa, selalu berhati-hatilah
dan jangan sampai ada benda asing yang menempel atau terkena air.
NG
OK
Warning lamp turns on.
Finish
Apabila kemudi terasa berat pada waktu steering dalam keadaan statis. sebaliknya, lampu
peringatan menyala ketika kemudi dalam keadaan statis, bunyi relay terus terdengar. (apabila
pada kode kerusakan tidak terdeteksi) meka kemungkinan sistem power supply mengalami
kerusakan.
Sistem power supply harus diperiksa sesuai apakah ada penurunan tegangan atau kerusakan
pada kontak relay (trouble code 23).
PERHATIAN!!
Sistem EPS bekerja dengan motor yang yang diberikan arus maksimal 45A. oleh karena itulah,
bisa dimungkinkan meskipun tahanan pada wiring naik kurang dari 1ohm maka bisa
berpengaruh pada kekuatan steering wheel. Untuk itu lakukan diagsosa pemeriksaan secara
visual dan sentuhan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang tepat.
Pemeriksaan Tindakan
(Ground) Bagian yang terputus harus disolder.
Apakah ECU terpasang dengan kuat? Sambungan atau konektor harus
Apakah terminal ground terpasang dikencangkan.
dengan pada kuat pada pedal bracket? Baut untuk mengikat ECU, ECU bracket,
Apakah terminal konektor dan kabel listrik dan permukaan kontak harus diamplas.
tidak terjepit?
(power supply)
Apakah masing-masing terminal antara
battery, fuse, dan ECU terpasang dengan
aman?
Apakah fuse utama terpasang dengan
benar ?
(Tidak ada guncangan?)
Pakah terminal battery terpasang dengan
kuat? (tidak kendur ?)
Apabila sensor bekerja tanpa ada bantuan power, lakukan pemeriksaan dengan prosedur
sebagai berikut.
Kondisi :
1) Start sistem secara normal
2) Keluarkan kode kerusakan secara normal
3) Sistem elektrikal dan battery dalam keadaan normal
Prosedur pemeriksaan
OK
A Periksa output torque 1) Hubungkan alat tester ke terminal (+) 5 teminal (-) ) no. 4 yang
sensor ada pada output terminal konektor A pada ECU.
B Periksa output torque 1. Hubungkan teminal (+) no. 5 dan terminal (-) no. 4 yang ada pada
sensor pada saat kemudi output terminal konektor A pada ECU.
diam
2. Hidupkan mesin, aktifkan power steering system.
4. Ukurlah tegangan output torque sensor arah kiri. (Standar: 0.3 ~2.5V
( ketika kemudi diputar ke kiri)
DTC 1631, 1632, 1633, 1634 (CODE 11, 12, 13, 14) Torque Sensor Signals
Connection
D
Torque A EPS ECU
a (8V) 3 (8V)
sensor b(main) 4 (main)
c (GND) 5 (GND)
d (Sub) 14 (Sub)
a
b c d
NG
1 Periksa torque sensor dan jalur power
supply
OK
NG
OK
OK
sensor 2. Ukurlah tegangan antara terminal No.a pada konektor bodi D dan bodi
2. Periksa konduksi listrik antara terminal No.c yang ada pada konektor bodi
D dan bodi
Periksa harness connector antara 1. Pisahkan torque sensor connector D dan ECU connector A.
torque sensor dan ECU 2. Periksa konduksi listrik antara terminal konektor bodi D dan terminal
konektor bodi A .
A No. 3 terminal – D No. a terminal ; 8V
Ukurlah tegangan sinyal output ke 1. Hubungkan ECU connector A dan Torque sensor connector D . secara
ECU bersama-sama.
2. Pada saat ECU connector A terhubung, ukurlah tegangan diantara
Standar 2.5V
Standar 8V
Koneksi
EPS ECU
A
Vehicle speed sensor 2 (SPD)
OK
Catatan
Problem ini dapat disebabkan karena wiring harness putus atau rusak. Apabila sistem
kelistrikannya tidak rusak, maka hubungkan kembali atau ganti meter cable kemudian
bersihkan memory.
Periksa harness dan connector 1. Lepas combination meter, dan pisahkan ECU connector A.
antara vehicle speed sensor dan 2. Periksa konduksi listrik antara konektor Vehicle speed sensor terminal - 2
4. Periksa ground vehicle sensor antara vehicle speed sensor terminal body.
Connection
EPS ECU
A
Engine speed sensor 12 (IGP)
(Ganti ECU)
Periksa harness dan 1. Lepas konektor A EPS ECU dan konektor Engine speed sensor.
Konektor antara EPS ECU dan 2. Periksa konduksi listrik antara terminal 12 pada A dan terminal Engine
DTC 1653, 1654 (CODE 53, 54) Voltage drop, poor relay contact
Koneksi
A EPS ECU
1 (IG Key SW)
Warning lamp(EPS)
20 (WL)
B
Battery 21 (EPS F/L)
22 (GND)
2 Periksa harness, connector antara battery dan Perbaiki harness dan/atau connector
ECU
NG
OK
NG
OK
(Ganti ECU)
Pemeriksaan harness, connector Ukurlah tegangan antara terminal 21 konektor B dan terminal 22 konektor
mesin mati)
Pemeriksaan ground ECU 1. Periksa konduksi antara terminal 22 konektor B dan ground body dengan
DTC 1641, 1642, 1643, 1645 (CODE 41, 42, 43, 45) Motor system
Connection
Motor
C EPS ECU
23 (M1)
24 (M2)
22 (GND)
B
NG
OK
Periksa harness, connector antara 1. Pisahkan konektor ECU B dan konektor motor C.
Diagnosis Trouble code 52, 53, 54, 55 indicated Replace Steering column Ass’y
(Replace ECU)
11 C1631
12 C1632
Torque sensor
13 C1633
14 C1634
21 C1621 Vehicle speed sensor
22 C1622 Engine rotation signal
53 C1653
Voltage drop, poor contact of the relay
54 C1654
41 C1641
42 C1642
Motor
43 C6143
45 C6145
52 C1652
ECU
55 C1655
Kondisi
DTC= C1621
Ketika mengatur putaran mesin sekitar 2500 rpm atau lebih selama 20 detik dengan kondisi
kendaraan berhenti setelah mesin dipanaskan (selama 5 menit atau lebih).
Catatan
Fungsi power steering tidak berjalan (berat) pada saat lampu peringatan menyala, dan
gerak kemudi sama seperti mode kemudi biasa tanpa power steering.
Apabila lampu peringatan EPS menyala dengan kondisi selain pernyataan diatas,
kemungkinan sistem mengalami problem. Untuk kasus ini, lakukan diagnosa dengan benar
terhadap kesalahan yang ada pada ECU.
Pada saat melakukan self-diagnosis, biasanya kerusakan pada sistem kemudi dapat diketahui
dari DTC, sehingga bila ada kerusakan kemudi namun tidak muncul kode DTC maka hal
tersebut bukan merupakan hal yang wajar. Untuk pananganan yang benar, pertama lakukan
proses diagnosa dan pemeriksaan dasar. Kemudian, lakukan pemeriksaan sesuai prosedur
pada masing-masing part dan berdasarkan asumsi kemungkinan penyebab. Terakhir, lakukan
trouble-shooting.
Urutan Pemeriksaan