You are on page 1of 3

1

SEPUTAR MASALAH TIDUR 


H. Ujang Jaenal Mutakin, S.Ag.,MM*

ُ ‫َو َجعَ ْلنَا ن َْو َم ُك ْم‬


 Ketiga: Sebisa mungkin membiasakan tidur
‫سبَاتا‬ di awal malam (tidak sering begadang) jika
tidak ada kepentingan yang bermanfaat.
…dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,… Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
QS.Annaba : 9 – ‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫سو َل‬ ُ ‫أ َ َّن َر‬
1. Tidur Bagian tanda Kekuasaan Allah : Q.S. َ ‫اء َو ْال َح ِد‬
‫يث بَ ْعدَ َها‬ ِ ‫ش‬َ ‫َكانَ يَ ْك َرهُ النَّ ْو َم قَ ْب َل ْال ِع‬
Arrum : 23 “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

‫َو ِم ْن َءايَاتِ ِه َمنَا ُم ُكم ِبالَّل ْي ِل‬


membenci tidur sebelum shalat ‘Isya dan
… ngobrol-ngobrol setelahnya.” (HR. Bukhari no.
568)
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya adalah
 Keempat: Meniup kedua telapak tangan
tidurmu diwaktu malam…”. [Ar Rum: 23]
sambil membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq,
2. Manfaat Tidur Menurut Ibnul Qayyim An Naas ( 1 X ), Setelah itu mengusap
rahimahullah dalam Zaadul Maad : kedua tangan tersebut ke wajah dan bagian
tubuh yang dapat dijangkau ( 3 x ).
 Pertama : Untuk menenangkan dan
mengistirahatkan tubuh setelah beraktivitas. Dari ‘Aisyah, beliau radhiyallahu
Sebagaimana firman Allah. ‘anha berkata,
 Kedua : Untuk menyempurnakan proses
pencernaan makanan yang telah masuk ke dalam ‫َكانَ إِذَا أ َ َوى إِلَى فِ َرا ِش ِه ُك َّل لَ ْيلَة َج َم َع َكفَّ ْي ِه ث ُ َّم‬
tubuh. Karena pada waktu tidur, panas alami
badan meresap ke dalam tubuh sehingga
( ‫َّللاُ أ َ َحدٌ ) َو‬ َّ ‫ث فِي ِه َما فَقَ َرأ َ فِي ِه َما ( قُ ْل ُه َو‬ َ َ‫نَف‬
membantu mempercepat proses pencernaaan. ‫ب‬ ِ ‫عوذُ بِ َر‬ ُ َ ‫ق ) َو ( قُ ْل أ‬ ِ َ‫ب ْالفَل‬ِ ‫عوذُ بِ َر‬ ُ َ ‫قُ ْل أ‬
‫س ِد ِه‬َ ‫ع ِم ْن َج‬ َ ‫طا‬ َ َ ‫س ُح ِب ِه َما َما ا ْست‬ َ ‫اس ) ث ُ َّم َي ْم‬ ِ َّ‫الن‬
‫َي ْبدَأ ُ ِب ِه َما َعلَى َرأْ ِس ِه َو َو ْج ِه ِه َو َما أ َ ْق َب َل ِم ْن‬
3. Akhlaqiyah Teladan Tidur Rasulullah

 Pertama: Tidurlah dalam keadaan berwudhu. ‫ث َم َّرات‬ َ َ‫س ِد ِه َي ْف َع ُل ذَ ِل َك ثَال‬َ ‫َج‬


، ‫صالَ ِة‬
َّ ‫ضو َء َك ِلل‬ ُ ‫ض َج َع َك فَت َ َوضَّأ ْ ُو‬ْ ‫ْت َم‬ َ ‫ِإذَا أَتَي‬ “Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ketika berada di
‫ط ِج ْع َعلَى ِش ِق َك األ َ ْي َم ِن‬َ ‫ض‬ ْ ‫ث ُ َّم ا‬ tempat tidur di setiap malam, beliau mengumpulkan
kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan
“Jika kamu mendatangi tempat tidurmu maka wudhulah tersebut ditiup dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’
seperti wudhu untuk shalat, lalu berbaringlah pada sisi (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil falaq’ (surat
kanan badanmu” (HR. Bukhari no. 247 dan Muslim no. Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An
2710) Naas). Kemudian beliau mengusapkan kedua
 Kedua: Tidur berbaring pada sisi kanan… ( Hadits telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang
diatas ) mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan
 Manfaatnya ( Ibnul Qayyim, (Zaadul Ma’ad, tubuh bagian depan. Beliau melakukan yang
1/321-322). demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no.
 Tidak kesusahan untuk bangun shalat malam. 5017).
 bermanfaat pada jantung.

 Materi Pengajian/Bimbingan Penyuluhan ini pernah di sampaikan di MT Masjid Agung Nurul Ikhlas Cilegon, MT Al-Iman
BBS III, MT Baiturrohman BBS III, MT Al-Hikmah Cigading, MT Baitul Muhlisin Cigading, MT Al-Mubarok Komplek Sinyar
Cilegon, MT Abtadiul Mubtadi’in Jombang Cilegon, MT Al-Inaroh Jombang Cilegon, MT Athohirin Cilegon
* Penyuluh Agama Madya Kota Cilegon
2

Kelima: Membaca ayat kursi sebelum tidur. 4. Waktu Tidur Yang Dilarang Dalam Islam
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, 1) Tidur setelah sholat shubuh atau tidur di
‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم – ِب ِح ْف ِظ‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َو َّكلَ ِنى َر‬ waktu pagi
 Haddits :
َّ َ‫ َف َج َع َل َي ْحثُو ِمن‬، ‫ فَأَتَا ِنى آت‬، َ‫ضان‬
‫الط َع ِام‬ َ ‫زَ َكا ِة َر َم‬
‫َّللاِ – صلى هللا‬ َّ ‫سو ِل‬ ُ ‫ فَأ َ َخ ْذتُهُ فَقُ ْلتُ أل َ ْرفَ َعنَّ َك ِإلَى َر‬، ِ ‫ار ْك أل ُ َّمتِى فِى بُ ُك‬
‫ور َها‬ ِ َ‫اللَّ ُه َّم ب‬
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Abu Daud
‫ت إِلَى‬ َ ‫ فَذَ َك َر ْال َحد‬. – ‫عليه وسلم‬
َ ‫ِيث فَقَا َل إِذَا أ َ َو ْي‬ no. 2606, Ibnu Majah no. 2236 dan Tirmidzi no. 1212.

َّ َ‫ع َلي َْك ِمن‬


ِ‫َّللا‬ َ ‫فِ َرا ِش َك فَا ْق َرأْ آ َيةَ ْال ُك ْر ِس ِى لَ ْن َيزَ ا َل‬  Ibnul Qayyim rahimahullah,

‫ى‬ُّ ِ‫ فَقَا َل النَّب‬. ‫صبِ َح‬ ْ ُ ‫ان َحتَّى ت‬


ٌ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َ ‫ َوالَ يَ ْق َرب َُك‬، ‫ظ‬ ٌ ِ‫َحاف‬ ِ‫صالَة‬َ َ‫ النَّ ْو ُم بَيْن‬: ‫َو ِمنَ الم ْك ُر ْو ِه ِع ْندَ ُه ْم‬
، ‫وب‬ ٌ ُ‫صدَقَ َك َو ْه َو َكذ‬ َ « – ‫– صلى هللا عليه وسلم‬ ٌ ‫ش ْم ِس فَإِنَّهُ َو ْق‬
‫ت‬ َّ ‫طلُ ْوعِ ال‬ ُ ‫صبْحِ َو‬ ُّ ‫ال‬
»‫ان‬ٌ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬َ ‫اك‬ َ َ‫ذ‬ ٌ‫غ ِن ْي َمة‬
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menugaskan aku menjaga َ
harta zakat Ramadhan kemudian ada orang yang datang mencuri “Di antara hal yang makruh menurut para ulama adalah tidur
makanan namun aku merebutnya kembali, lalu aku katakan, “Aku pasti setelah shalat Shubuh hingga matahari terbit karena waktu
akan mengadukan kamu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi tersebut adalah waktu memanen ghonimah (waktu meraih
kebaikan yang banyak.” (Madarijus Salikin, 1: 369)
wasallam“. Lalu Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan suatu
hadits berkenaan masalah ini. Selanjutnya orang yang datang
kepadanya tadi berkata, “Jika kamu hendak berbaring di atas tempat 2) Tidur sebelum sholat isya
tidurmu, bacalah ayat Al Kursi karena dengannya kamu selalu dijaga Diriwayatkan dari Abi Barzah, beliau berkata,
ُ ‫أ َ َّن َر‬
oleh Allah Ta’ala dan syetan tidak akan dapat mendekatimu sampai
pagi“. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Benar apa – ‫َّللاِ – صلى هللا عليه وسلم‬ َّ ‫سو َل‬
yang dikatakannya padahal dia itu pendusta. Dia itu syetan“. (HR.
Bukhari no. 3275) َ ‫اء َو ْال َح ِد‬
‫يث َب ْعدَ َها‬ ِ ‫ش‬َ ‫َكانَ َي ْك َرهُ النَّ ْو َم قَ ْب َل ْال ِع‬
 Keenam: Membaca do’a “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur
Dari Hudzaifah, ia berkata, sebelum shalat ‘Isya dan ngobrol-ngobrol setelahnya.”

َ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – ِإذَا أ َ َرادَ أ َ ْن يَن‬


(HR. Bukhari no. 568)
« ‫َام َقا َل‬ ُّ ‫َكانَ النَّ ِب‬ 3) Tidur Setelah Asar
« ‫َام ِه قَا َل‬
ِ ‫ظ ِم ْن َمن‬ َ َ َّ
َ َ‫ َو ِإذَا ا ْست َ ْيق‬. » ‫ِباس ِْمكَ الل ُه َّم أ ُموتُ َوأحْ يَا‬
ُ ُّ‫ َو ِإلَ ْي ِه الن‬، ‫ْال َح ْمدُ ِ َّّلِلِ الَّذِى أَحْ يَانَا بَ ْعدَ َما أ َ َمات َنَا‬
‫ع ْن َها أَن‬
َ ُ‫َّللا‬
‫ه‬ ‫عَائِشَةَ َر ِض َي‬ ‫ي ع َْن‬ َ ‫ُر ِو‬
»‫ور‬
ُ ‫ش‬
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak tidur, beliau mengucapkan: :‫النهبِ هي قَا َل‬
‫ فَال يَلُو َم هن‬، ُ‫ع ْقلُه‬ ْ َ‫ ف‬،‫َم ْن نَا َم بَ ْع َد ا ْل َعص ِْر‬
‘Bismika allahumma amuutu wa ahya (Dengan nama-Mu, Ya Allah aku mati
dan aku hidup).’ Dan apabila bangun tidur, beliau mengucapkan: َ ‫اخت ُ ِل‬
َ ‫س‬
َ ‫إِال نَ ْف‬
“Alhamdulillahilladzii ahyaana ba’da maa amatana wailaihi nusyur (Segala
puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan ُ‫سه‬
kepada-Nya lah tempat kembali).” (HR. Bukhari no. 6324) Diriwayatkan dari ‘Aisyah Radhiyallahu anha bahwa
Rasȗlullȃh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barangsiapa yang tidur setelah shalat
Ashar lalu akalnya hilang, maka janganlah dia
mencela (menyalahkan) kecuali dirinya sendiri”.1
4) Tidur setelah selesai makan
5) Tidur sepanjang hari

1 Syaikh al-Albani mengomentarinya dalam Silsilah al-Ahadits al-Dhaifah (1/112): Dhaif. Dikeluarkan Ibnu Hibban dalam
"Al-Dhu'afa' wa al-Majruhin" (1/283) dari jalur Khalid bin al-Qasim, dari al-Laits bin Sa'ad, dari Uqail, dari al-zuhri, dari
'Urwah, dari 'Aisyah secara marfu'. Hadits ini juga disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam "al-Maudhu'at" (3/69), beliau
berkata: "Tidak shahih, Khalid adalah kadzab (pendusta). Hadits ini milik Ibnu Lahii'ah lalu diambil Khalid dan
disandarkan kepada al-Laits. Imam al-Suyuthi di dalam al-La’aali (2/150) berkata, “Al-Hakim dan perawi lainnya
mengatakan: Khalid hanya menyisipkan nama al-Laits dari hadits Ibnu Lahii’ah.” Kemudian al-Suyuthi menyebutkannya
dari jalur Ibnu Lahii’ah. Sesekali ia berkata: Dari ‘Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya secara marfu’.
Terkadang ia berkata: Dari Ibn Syihab, dari Anas secara marfu’. Ibn Lahii’ah dinilai Dha’if karena hafalannya. Beliau
juga diriwayatkan dari jalur lain: Dikeluarkan oleh Ibnu ‘Adi dalam al-Kaamil (1/211); dan al-Sahmi di dalam Taarikh
Jurjaan (53), darinya (Ibn Lahii’ah), dari ‘Uqail, dari Makhul secaa marfu’ dan mursal. Keduanya (Ibn ‘Adi dan as-Sahmi)
3

mengeluarkannya dari jalur Marwan, ia berkata: "Aku bertanya kepada al-Laits bin Sa’ad – aku pernah melihatnya tidur
setelah ‘Ashar di bulan Ramadhan-, "Wahai Abu al-Harits! Kenapa kamu tidur setelah ‘Ashar padahal Ibnu Lahii’ah telah
meriwayatkan hadits seperti itu kepada kita..?" lalu ia (Marwan) membacakannya (hadits di atas). Maka al-Laits
menjawab, “Aku tidak akan meninggalkan sesuatu yang berguna bagiku hanya karena hadits Ibn Lahii’ah dari ‘Uqail.!”
Kemudian Ibn ‘Adi meriwayatkan dari jalur Manshur bin ‘Ammar: "Ibnu Lahii’ah menceritakan kepada kami’, dari ‘Amru
bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya."
Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Abu Nu’aim di dalam "ath-Thibb an-Nabawi" (2/12), dari ‘Amru bin
al-Hushain, dari Ibnu ‘Ilaatsah, dari al-Auza’i, dari az-Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah secara marfu’. ‘Amr bin al-Hushain
ini adalah seorang pembohong sebagaimana yang dikatakan al-Khathib dan ulama hadits lainnya. Ia perawi hadits lain
tentang keutamaan ‘Adas (sejenis makanan), dan itu merupakan hadits palsu. (Selesai dari perkataan Syaikh al-
albani rahimahullah)
Hukum Tidur Habis 'Ashar
Terdapat dua pendapat yang masyhur di kalangan ulama tentang tidur sesudah 'Ashar. Pertama, hukumnya makruh
sebagaimana yang disebutkan oleh banyak fuqaha' dalam kitab-kitab fikih mereka. Sebagian yang lain berdalil dengan
hadits dhaif di atas. Ada juga yang berdalil dengan sebagian ucapan para salaf dan kajian kesehatan.
Khawat bin Jubair –dari kalangan sahabat- berkata tentang tidur di sore hari, ia tindakan bodoh. Sedangkan Makhul dari
kalangan Tabi'in membenci tidur sesudah 'Ashar dan khawatir orangnya akan terkena gangguan was-was. (Lihat:
Mushannaf Ibnu Abi Syaibah: 5/339)
Ibnu Muflih dalam al-Adab al-Syar'iyyah (3/159) dan Ibnu Abi Ya'la dalam Thabaqat al-Hanbilah (1/22) menukil
keterangan, Imam Ahmad bin Hambal memakruhkan bagi seseorang tidur sesudah 'Ashar, beliau khawatir akan
(kesehatan) akalnya.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaad al-Ma'ad (4/219) siang hari adalah buruk yang bisa menyebabkan berbagai
penyakit dan bencana, menyebabkan malas, melemahkan syahwat kecuali pada siang hari di musim panas. Dan yang
paling buruk, tidur di pagi hari dan di ujung hari sesudah 'Ashar.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma pernah melihat anaknya tidur pagi, lalu beliau berkata kepadanya: "Bangunlah,
apakah kamu (senang) tidur pada saat dibagi rizki?". . . dan sebagian ulama salaf berkata: "Barangsiapa yang tidur
setelah ‘Ashar, lalu akalnya dicuri (hilang ingatan), maka janganlah sekali-sekali ia mencela selain dirinya sendiri." (Lihat:
Mathalib Ulin Nuha (1/62), Ghada' al-Albab (2/357), Kasysyaf al-Qana' (1/79), Al-Adaab al-Syar'iyyah milik Ibnu al-Muflih
(3/159), Adab al-Dunya wa al-Dien: 355-356, Syarh Ma'ani al-Atsar (1/99).
Pendapat kedua: Membolehkan tidur sesudah 'Ashar. Karena hukum asal dari tidur adalah mubah, dan tidak ada hadits
shahih yang melarangnya. Padahal hukum syar'i itu diambil dari hadits-hadits shahih, bukan dari hadits-hadits lemah
apalagi hadits palsu yang didustakan atas nama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dan tidak pula ditetapkan dari
pendapat-pendapat manusia.

You might also like