You are on page 1of 8

ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

PENGARUH BEKATUL BERAS HITAM (BLACK RICE BRAN) TERHADAP


PROFIL FARMAKOKINETIKA GLIBENKLAMID PADA TIKUS GALUR
SPRAGUE DAWLEY (SD)

THE INFLUENCE OF BLACK RICE BRAN TO GLIBENCLAMIDE


PHARMACOKINETICS PROFILES IN THE SPRAGUE DAWLEY (SD) RATS

Kharisma Putri Sulistiani, Tanti Azizah Sujono dan Ari fah Sri Wahyuni
Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I, Pabelan, Kartasura

ABSTRACT

This study used an experimental research design, using 10 male rats weighing 200-300 g,
aged 2-3 months who were divided into 2 groups: control and treatment. Each group
contains 5 rats that weight more than 200 g. Glibenclamide control group rats given a
dose of 5 mg / kg orally, while for the treatment group was given glibenclamide at a dose
of 5 mg / kg concomitant with black rice bran extract 200mg / kg orally. At 0; 0.5; 1; 1.5;
2; 2.5; 3; 4; 6; 8; 10; and 12 hours, blood drawn each rat of 0.5 mL through lateral tail
veins of rats. Pharmacokinetic parameters for each group were tested using independent
sample t test with a value of 95%. Results of this study showed that the pharmacokinetic
profile glibenclamide did not change with the concurrent use between glibenclamide with
black rice bran extract (P>0,05). The primary pharmacokinetic parameters of concurrent
use between glibenclamide with black rice bran extracts show the result, the value Ka =
0,630 ± 0,207 hours, Vd = 0,134 ± 0,097 L / kg and CLt = 0,052 ± 0,035 L / h.

Keywords: black rice bran, pharmacokinetics, glibenclamide

1. PENDAHULUAN ekstra seluler masuk dalam sel dan akhirnya


Obat antidiabetes oral golongan meningkatkan kalsium sitosol yang
sulfonilurea merupakan obat yang merangsang sekresi insulin (Theresia,
digunakan untuk meningkatkan sekresi 2012). Profil farmakokinetika glibenklamid
insulin yang digunakan untuk pasien yang dari beberapa parameter pada penelitian
gagal mengendalikan hiperglikemia sebelumnya, yaitu konsentrasi maksimal
(Depkes RI, 2005). Secara primer cara kerja Glibenklamid (Cmak) dalam darah adalah
obat golongan sulfonilurea ialah 131,856 ± 8,050 ng/mL, waktu paruh (t 1/2)
merangsang sel β untuk mensekresi insulin. dari glibenklamid adalah 5,251±0,198 jam,
Permukaan reseptor pada membran sel β volume distribusi (Vd) dari glibenklamid
berikatan dengan sulfonilurea yang akan adalah 40,903±2,527 L (Rashid et al, 2014).
menghambat ATP-sensitive potassium Penelitian yang dilakukan oleh
channel, yang menyebabkan kalium tidak (Gohil & Patel, 2007) menerangkan bahwa
dapat keluar sehingga terjadi depolarisasi banyak masyarakat yang menggunakan
membran sel. Depolarisasi membran sel terapi herbal secara bersamaan dengan obat
membuat voltage-dependent calcium sintetik, tanpa mengetahui efek yang
channel terbuka yang berakibat kalsium ditimbulkan karena keterbatasan informasi

625
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

tentang interaksi antara obat sintetik dan dinetralkan dengan antioksidan alami (Na m et
herbal. Obat herbal yang sering digunakan al., 2004). Pigmen antosianin merupakan
oleh masyarakat untuk antidiabetes ialah kandungan dalam ekstrak bekatul beras hitam
bekatul beras hitam. yang mendukung adanya sifat antioksidan yang
sinergis, sifat antioksidan yang terdapat pada
Ekstrak bekatul beras hitam
ekstrak bekatul beras hitam dapat menurunkan
memiliki kandungan antosianin yang kerusa kan oksidatif dalam tubuh dan
merupakan senyawa flavonoid, terdapat mengurangi kadar gula darah dengan
pada lapisan aleuron gabah (Wahyuni melindungi se l β pankreas (Kaneda et al.,
&Munawaroh, 2014), asam amino (Ryan, 2006). Setiawan (2010) menyatakan bahwa
2011), polifenol, gamma oryzanol, Mn kandungan pigmen antosianin dapat
(Nursalim & Razali, 2007), serta Fe menurunkan kadar gula darah. Penelitian lain
(Kaneda et al., 2006). Menurut (Ibrahium & yang dilakukan (Utaminingsih, 2015) juga
Hegazy, 2009), asam amino dapat mengatakan bahwa ekstrak bekatul beras hitam
meningkatkan bioavailabilitas besi yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan
memungkinkan terjadinya efek cara meningkatkan kadar insulin dalam darah.
Ekstrak bekatul beras hitam memiliki
penghambatan asam tanat pada motilitas
kandungan flavonoid seperti antosianin (Goufo
usus, efek tersebut dapat menyebabkan & Trindade, 2014), polifenol, gamma oryzanol,
peningkatkan penyerapan glibenklamid. Mn (Nursalim & Razali, 2007), serta Fe
Telah dilakukan percobaan oleh (Kaneda et al., 2006). Diharapkan flavonoid
(Wahyuni & Munawaroh, 2014) dan yang terdapat dalam bekatul beras hitam dapat
didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol meningkatkan kadar glibenklamid. Karena
bekatul beras hitam pada hari kesepuluh flavonoid yang bers ifat asam lemah akan
dapat menurunkan Gula Darah Puasa berkompetisi dan menggeser glibenklamid dari
(GDP) dengan rincian sebagai berikut, pada ikatan protein albumin sehingga akan terjadi
dosis 50 mg/kgBB penurunan GDP sebesar peningkatan kadar obat bebas dalam darah (Al-
178,75 ± 43,67 mg/dL, pada dosis 100 ajmi, 2011).
mg/kgBB penurunan sebesar 174,25 ±
Hipotesis
44,26 mg/dL dan pada dosis 200 mg/kgBB Pemberian ekstrak bekatul beras hitam
GDP turun sebanyak 156,75 ± 44,81 bersamaan dengan glibenklamid mempengaruhi
mg/dL. Penelitian lain yang dilakukan oleh beberapa para meter farmakokinetika
(Utaminingsih, 2015) juga menyatakan glibenklamid.
bahwa ekstrak bekatul beras hitam dapat
menurunkan kadar glukosa darah dengan 2. METODE PENELITIAN
meningkatkan kadar insulin darah. Jenis Penelitian
Berdasar pada uraian di atas, 1. Definisi Operasional Penelitian
penelitian ini penting dilakukan untuk Penelitian ini menggunakan desain
memberi informasi tentang pengaruh penelitian eksperimental, dengan menggunakan
penggunaan obat kimia (Glibenklamid) jika metode RAL (Rancangan Acak Lengkap) yang,
digunakan bersamaan dengan obat herbal melibatkan perlakuan dan kontrol. Kontrol
(bekatul beras hitam), dengan melihat dilakukan dengan mengukur kadar
perubahan profil farmakokinetik dari glibenklamid dalam dara h tikus, sedangkan
perlakuan dilakukan dengan mengukur kadar
glibenklamid. glibenklamid yang diberikan bersama dengan
bekatul beras hitam. Perubahan profil
Landasan Te ori
farmakokinetik glibenklamid dapat ditetapkan
Reactive Oxidative Species(ROS)
dengan membandingkan has il pengukuran
adalah oksidan berbahaya yang dapat
kadar glibenklamid pada kelompok kontrol.
menimbulkan bermacam penyakit, namun dapat

626
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

2. Variabel Penelitian aquadest menggunakan labu takar 25 mL.


a. Variabel bebas : Kontrol kemudian untuk meningkatkan kelarutan
(glibenklamid) dilakukan sonifikas i se lama 30 menit dalam
dan perlakuan sonifikator.
(glibenklamid + 2. Pembuatan kurva baku
BBH ) Kurva baku dibuat dengan larutan
b. Variabel tergantung : Kadar glibenklamid 0,1 µg/mL yang dibuat dalam
glibenklamid range konse ntrasi 22,78-0,9 µg/mL. Setiap seri
dalam darah konsentrasi ditambahkan serum sebanyak
c. Variabel terkendali : Hewan uji 250µL dan kloroform sampai 5 mL. Larutan
seperti jenis diekstraksi se lama satu menit lalu didiamkan
kelamin, umur, sampai terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah
berat badan, berupa larutan bening merupakan fase
tempat kloroform yang akan digunakan untuk analisis.
pemeliharaan Bagian bening tersebut diambil sebanyak 3 mL
tikus, dan dan ditambahkan larutan kloroform sebanyak 2
galur. mL. Kemudian dilakukan analisis dengan
spektrofotometri UV dari setiap seri
Alat dan Bahan konsentrasi. Data yang didapat digunakan untuk
1. Alat membuat persamaan garis lurus sumbu X
Alat-alat gelas (Pyrex), mikropipet, (konsenterasi) dan sumbu Y (absorbansi).
sonicator, rotary evaporator, neraca analitik, 3. Uji Perlakuan
vortex, holder tikus, spuit injeksi 3mL dan Tikus putih jantan dengan berat 200 –
5mL, spektro UV (Spektro UV mini-1240 300 g, berusia 2-3 bulan dengan galur Sprague
SHIMADZU), blue tips, yellow tips, white tips, Dawley/SD yang dipilih sebagai hewan uji.
scaple. Penentuan hewan uji dimaksudkan untuk
2. Bahan mendapat keseragaman sampel. Uji perlakuan
Bekatul beras hitam (Oryza sativa L. yang dilakukan menggunakan 10 ekor tikus
Indica), kloroform p.a, aqua bidestilata , hewan yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu,
uji (10 ekor tikus jantan, umur 2-3 bulan, berat kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
200-300 g, galur Sprague Dawley/SD). Masing-mas ing kelompok berisi 5 ekor tikus
Tempat Penelitian yang memiliki berat badan lebih dari 200 g.
Penelitian ini dilakukan di Tikus kelompok kontrol diberi glibenklamid
Laboratorium di laboratorium farmakologi dengan dosis 5 mg/kgBB peroral, sedangkan
dan Farmasi Klinik Fakultas Farmasi untuk kelompok perlakuan diberi glibenklamid
dengan dosis 5 mg/kgBB bersamaan dengan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
ekstrak bekatul beras hitam 200mg/KgBB
peroral. Pada jam 0;0,5;1;1,5;2; 2,5;3;4;6;8;10;
Jalannya Penelitian dan 12 diambil darah mas ing-mas ing tikus
1. Pembuatan Larutan Stok sebanyak 0,5 mL melalui pembuluh vena
a. Ekstrak bekatul beras hitam
lateralis pada ekor tikus, yang akan digunakan
Pembuatan larutan stok ekstrak bekatul
sebagai sampel untuk mengukur kadar
beras hitam dengan dosis 200 mg/kgBB
glibenklamid dari tiap kelompok menggunakan
membutuhkan 0,4 g ekstrak bekatul beras hitam
spektrofotometer UV. Hasil akhirnya
yang dilarutkan dalam aquadest lalu diaduk.
dibandingkan antara kelompok kontrol yang
Kemudian dimasukkan kedalam labu takar
hanya diberi glibenklamid dengan kelompok
tambahkan aquadest sampai 25 mL.
perlakuan glibenklamid ditambahkan ekstrak
b. Glibenklamid 5 mg/kgBB oral
bekatul beras hitam. Perbandingan dilakukan
Pembuatan larutan stok glibenklamid
untuk melihat apakah terjadi perubahan profil
dengan dosis 5 mg/kgBB membutuhkan 10 mg
farmakokinetika glibenklamid terhadap
serbuk glibenklamid yang dilarutkan dalam

627
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

pemberian ekstrak bekatul beras hitam secara kembali dengan syarat keberterimaan 85-115%
bersamaan. (FDA, 2001).
4. Preparasi Sampel c. Limited of detection (LOD)
Preparasi sampel diawali dengan Range konsentras i yang dibuat ialah
mengambil darah tikus sebanyak 0,5 mL, 0,05 sampai 0,02µg/ml, dicari kadar terkecil
ditampung dalam tabung ependorf lalu glibenklamid dalam darah yang mas ih dapat
didiamkan se lama 20 menit. Kemudian terdeteksi oleh spektrofotometri UV.
disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan
6000 rpm. Serum yang didapat dapat disimpan Analisis Data
dalam freezer untuk dianalisis. Sampel dibuat Analisis data untuk menentukan
dengan menca mpurkan 250 µL serum dengan parameter presisi, akuras i dan LOD
kloroform (Eapen, Prasanth, & Rai, 2012) ke menggunakan persen RSD dan nilai perolehan
dalam labu takar 5 mL, larutan yang dihasilkan kembali. Syarat keberterimaan untuk parameter
kemudian diekstraksi 1 menit. Bagian bening presisi ialah persen RSD ≤ 15 %, sedangkan
dari hasil ekstraksi yang merupakan fase untuk parameter akuras i 85-115%.
kloroform diambil sebanyak 3 mL kemudian Kadar glibenklamid dalam darah yang
ditambahkan kloroform sa mpai 5 mL, sa mpel didapat kemudian dibandingkan, hasil yang
siap untuk pembacaan absorbansi. terukur pada kelompok kontrol dan kadar
5. Penetapan Parameter Validasi kombinas i glibenklamid bersama BBH pada
a. Presisi kelompok perlakuan. Metode res idual
Pada parameter presisi dibuat 3 seri digunakan untuk analisis nilai dari tiap
kadar yakni 1 µg/ml, 10 µg/ml dan 20 µg/ml parameter farmakokinetik. Perhitungan
dengan lima kali replikas i pada setiap kadar, parameter farmakokinetik yang dihas ilkan tiap
dilanjutkan dengan analisis menggunakan kelompok diuji menggunakan independent
spektrofotometri UV pada  242nm. Kadar sample T test dengan nilai kepercayaa n 95%.
yang didapat kemudian dihitung nila i Relative
Standard Deviation (RSD) dengan syarat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
keberterimaan RSD ≤ 15% (FDA, 2001). Parameter Validasi
b. Akuras i Validas i merupakan metode yang
Pada parameter akuras i dibuat 3 seri digunakan untuk menilai apakah parameter
kadar yakni 1 µg/ml, 10 µg/ml dan 20 µg/ml. yang digunakan memenuhi syarat untuk
Larutan stok glibenklamid 0,1 mg/ml diambil digunakan, berdasarkan has il laboratorium
sesuai dengan seri konsentras i yang diinginkan, (Harmita, 2004). Parameter validas i yang
lalu ditambahkan serum 250 µL dan kloroform digunakan ialah pres isi, akuras i dan LOD
pada labu takar 5 mL, ekstraksi se lama 1 menit (Limited of Detection).
sampai menghasilkan dua lapisa n lalu 1. Presisi
didiamkan. Pada bagian bawah terdapat larutan Presisi merupakan parameter yang
bening yang merupakan fase kloroform, dapat menunjukkan hasil kedekatan antara
diambil 3mL dan ditambahkan kloroform lagi analisis satu dengan yang lainnya, melalui
sampai 5mL, replikas i dilakukan se banyak 5 beberapa pengulangan. Parameter presisi
kali. Analisis dilakukan dengan digunakan agar dapat mengetahui kesalahan
spektrofotometri UV pada  242nm. Kadar acak pada metode yang dipakai baik yang
yang didapat kemudian dihitung nilai perolehan diakibatkan oleh personal maupun instrumen
(Harmita, 2004).

Tabel 1. Hasil analisis parameter presisi glibenklamid.


Kadar glibenklamid yang Kadar Terukur
Rata-rata ± SD RSD
ditambahkan (µg/mL) (mg/mL)
1,05
1 0,85±0,15 17,65 %
0,84

628
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

0,95
0,68
0,74
9,84
10,42
10 9,16 9,89±0,63 6,37 %
8,79
10,63
20,21
19,68
20 19,53 19,52±0,48 2,46 %
19,21
18,95

Syarat keberterimaan dari parameter has il analit dengan kadar analit yang
presisi ialah RSD ≤ 15% (FDA, 2001). Nilai sebenarnya, sehingga dapat diketahui kesalahan
RSD yang didapat dari kadar 1 µg/mL, 10 sistematik yang terjadi. Hasil yang didapat dari
µg/mL dan 20 µg/mL ialah 17,65% , 6,37% dan parameter akurasi ialah persen recovery
2,46%. Dilihat dari has il (table 1) dapat ditarik (Harmita, 2004).
kesimpulan bahwa pada kadar 1 µg/mL terjadi Langkah pertama untuk mendapatkan
kesalahan acak pada saat preparasi sa mpel yang data akuras i ialah dengan membuat larutan
dapat disebabkan oleh personal ataupun dengan 3 level konsentras i (1 µg/mL, 10
instrument. Sedangkan untuk kadar 10 µg/mL µg/mL, dan 20 µg/mL) yang mas ing-mas ing
dan 20 µg/mL has il yang didapatkan telah konsentrasi tersebut direplikas i se banyak 5 kali.
memenuhi syarat keberterimaan yakni nilai Untuk parameter akuras i syarat keberterimaan
RSD ≤ 15% (FDA, 2001). ialah persen recovery sebesar 85–115% (FDA,
2. Akuras i 2001).
Akuras i merupakan para meter yang
digunakan untuk mengetahui derajat kedekatan

Tabel 2. Harga perolehan kembali dan kesalahan acak pada penetapan kadar
glibenklamid dalam darah (Replikasi 5 kali)
Kadar yang Kadar Terukur %Recove Rata-rata ±
RSD
ditambahkan(µg/mL) (mg/mL) ry SD
1,05 105 %
17,71
1 0,84 84 % 85,2±15,09
%
0,95 95 %
0,68 68 %
0,74 74 %
9,84 98,4 %
10 10,42 104,2 % 98,94±6,29 6,36 %
9,16 91,6 %
9,42 94,2 %
10,63 106, 3 %
20,21 101,05 %
20 97,58±2,40 2,46 %
19,68 98,42 %

629
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

19,53 97,63 %
19,21 96,05 %
18,95 94,75 %

Berdasarkan hasil (tabel 2) didapat rata kadar 0,03 µg/mL didapat hasil 0,021. Kadar
– rata % recovery sebesar 85,20% pada kadar 1 0,04µg/mL hasil absorbansi 0,027. Dan pada
µg/mL, 98,94% pada kadar 10 µg/mL dan kadar 0,05 µg/mL didapatkan hasil absorbansi
97,58% pada kadar 20 µg/mL. Dari data yang sebesar 0,029. Kesimpulan yang dapat diambil
disebutkan diatas dapat ditarik kes impulan ialah nilai LOD untuk glibenklamid dalam
bahwa hasil dapat diterima karena sudah sesuai darah ialah kadar 0,03 µg/mL.
dengan syarat keberterimaan dari parameter Penetapan Kurva Baku
akuras i yaitu nilai % recovery 85–115% (FDA, Tujuan pembuata n kurva baku ialah
2001). untuk mengeta hui hubungan antara absorbansi
3. LOD (Limit of Detections) dan konsentras i. Sebelumnya disiapkan larutan
LOD ialah kadar terkec il suatu analit standar glibenklamid dengan konsentrasi 0,1
dalam sampel yang mas ih memberikan respon mg/mL. Range konse ntrasi larutan baku yang
signifikan dan mas ih dapat terdeteksi (Harmita, digunakan antara 0,9- 22,78 µg/mL. Varias i
2004). Langkah yang dilakukan untuk konsentrasi larutan standar glibenklamid dan
mendapatkan data LOD ialah dengan hasil absorbansinya dapat dilihat pada tabel 3.
melakukan uji sensistivitas dengan Setelah nilai konsentrasi dimasukkan sebagai X
spektrofotometer, pada range kadar 0,02 dan nilai absorbansi dimasukkan se bagai Y
µg/mL-0,05 µg/mL. Pada kadar 0,02 µg/mL dalam persamaan regresi linier diperoleh hasil
didapatkan hasil absorbansi sebesar -0,017, berupa persamaan berikut y = 0,045x – 0,019
sehingga dianggap tidak terdeteksi. Untuk dengan nilai r = 0,997

Tabel 3. Kurva baku glibenklamid


No. Konsentrasi (%) V stok Absorbansi Persamaan regresi linear
(0,1 mg/mL)
1. 22,78 1,10 mL 0,480
2. 10,12 0,51 mL 0,237 a = 0,045
3. 4,50 0,22 mL 0,128 b = 0,019
4. 2,00 0,10 mL 0,104 r = 0,997
5. 0,89 0,04 Ml 0,045

Hasil Farmakokinetik yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok


Metode res idual adalah metode yang kontrol yang dimaksud ialah kelompok yang
digunakan untuk menetapkan parameter hanya diberi glibenklamid secara oral dengan
farmakokinetika glibenklamid pada penelitian dosis 5 mg/kgBB. Sedangkan untuk kelompok
ini. Bebera pa parameter farmakokinetika yang perlakuan yaitu kelompok yang diberi
digunakan pada fase absorbsi adalah Ka, t maks, glibenklamid oral dengan dosis 5 mg/kgBB
Cp maks serta AUC. Pada fase distribusi yang bersamaan dengan ekstrak bekatul beras hitam
digunakan parameter Vd, dan untuk fase dengan dosis 200 mg/kgBB. Independent
eliminasi parameter yang digunakan K, t ½, dan sample T test merupakan metode yang
ClT . Kadar glibenklamid dalam darah dari digunakan untuk menganalisis data yang
kelompok kontrol maupun perlakuan perlu didapat dari kelompok kontrol ata upun dari
diketahui terlebih dahulu untuk menentukan kelompok perlakuan.
hasil dari berbagai parameter famakokinetika

630
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

Tabel 4. Hasil berbagai parameter farmakokinetika se telah diberi perlakuan


Kontrol Perlakuan
Parameter farmakokinetik (glibenklamid) (glibenklamid + bbh) Beda perlakuan (%)
K (jam) 0,365 ± 0,196 0,413 ± 0,059 13,150*
Ka (jam) 0,437 ± 0,186 0,630 ± 0,207 44,164
t ½ (jam) 2,532 ± 1,701 1,682 ± 0,227 - 33,570
t maks (jam) 3,022 ± 1,642 1,990 ± 0,401 -34,149
Cp maks (mg.jam/mL) 3,860 ± 2,989 3,280 ± 3,168 -15,025
AUC ]0-∞ (mg.jam/mL) 25,977 ± 13,978 18,218 ± 16,803 -29,868
Vd (L/kgBB) 0,187 ± 0,103 0,134 ± 0,097 -28,342
Clt (L/jam) 0,055 ± 0,017 0,052 ± 0,035 -5,454
Keterangan : (*) = perubahan yang signifikan, (+) = mengalami kenaikan, (-) =
mengalami penurunan

Dilihat dari tabel 4, terjadi dianggap tidak ada perubahan yang


perubahan hasil pada beberapa parameter bermakna. Peningkatan harga K dan Ka
farmakokinetika. Parameter primer meliputi menyebabkan penurunan pada nilai
Ka, Clt dan Vd. Hasil parameter Ka parameter farmakokinetika yang lain yaitu
mengalami peningkatan sebesar 44,164%. t½, tmaks, Cpmaks, AUC, Vd dan Clt.
Sedangkan untuk parameter Clt dan Vd
terjadi penurunan sebesar -5,454% dan - 4. KESIMPULAN DAN SARAN
28,342%. Parameter sekunder meliputi K Kesimpulan
dan t½ . Memiliki hasil persen beda Profil farmakokinetika glibenklamid
perlakuan yakni peningkatan pada K tidak mengalami perubahan dengan
sebesar 13,150% dan penurunan nilai t½ penggunaan secara bersamaan antara
sebesar -33,570%. Sedangkan parameter glibenklamid dengan ekstrak bekatul beras
turunan meliputi tmaks, Cpmaks dan AUC hitam. Parameter farmakokinetika primer
terjadi penurunan pada semua parameter dari penggunaan secara bersamaan antara
turunan sebesar -34,149% pada tmaks, - glibenklamid dengan ekstrak bekatul beras
15,025% pada Cpmaks dan -29,868% pada hitam mendapatkan hasil, nilai Ka = 0,630
AUC. Parameter Clt mengalami penurunan ± 0,207 jam, harga Vd = 0,134 ± 0,097
disebabkan karena harga K yang L/kgBB dan harga Clt = 0,052 ± 0,035
meningkat. Peningkatan harga Ka L/jam. Tidak terdapat hasil yang signifikan
menyebabkan harga Cp mak dan t mak karena nilai P > 0,05.
menurun (Shargel & Yu, 2005) Saran
Hasil dari parameter primer (Ka, Pada penelitian farmakokinetika
Clt dan Vd) tidak terdapat hasil yang perlu hewan uji yang lebih besar karena
signifikan karena memiliki nilai P > 0,05. serum yang diperlukan sangat banyak,
Untuk parameter sekunder (K dan t½) mungkin dapat menggunakan kelinci atau
terdapat satu parameter yang mengalami anjing.
perubahan signifikan yaitu pada parameter
K yang memiliki nilai P sebesar 0,042.
Pada parameter turunan (tmaks, Cpmaks dan
AUC) memiliki nilai P > 0,05 sehingga

631
ISSN 2407-9189 The 3rd Universty Research Colloquium 2016

5. DAFTAR PUSTAKA
Kaneda, I., Kubo, F., & Sakurai, H. (2006).
DepkesRI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Antioxidative Compounds in the Extracts
Penyakit Diabetes Mellitus. jakarta: of Black Rice Brans. Journal of Health
Departemen Kesehatan RI. science,52(5) 495-511 (2006)), 52(5),
495–511.

Eapen, C., Prasanth, V. G., & Rai, A. (2012). Nursalim, y, & Razali, Z. (2007). Bek atul
Development of UV Spectrometric Makanan yang Menyehatkan. Jakarta:
Method of Glibenclamide (Glyburide) in Argo Media PustakA.
Bulk and Pharmaceutica l Formulations,
4(1), 356–360. Rashid, A., Ahmad, M., Minhas, M. U.,
Hassan, I. J., & Malik, M. Z. (2014).
Food and Drug Administration (FDA), 2001, Pharmacokinetic Studies of Metformin
Guidance for Industry Bioanalitica l and Glibenclamide in Normal Human
Method Validation, Center for Drug Volunteers, 27, 153– 159.
Evalution and Research, 4-6.
Theresia, R. (2012). Potensi Ekstrak Etanol
Gohil, K., & Pate l, J. (2007). Herb-drug Daun Wungu (Graptophyllum pictum (L.)
interactions: A review and study based on Griff) pada Tikus Sprague- Dawley
assessment of clinica l case reports in Diabetes yang Diinduksi Aloksan. Institut
literature. Indian Journal of Pertanian Bogor.
Pharmacology, 39(3), 129–139. Utaminingsih, E. (2015). Pengaruh Pemberian
doi:10.4103/0253-7613.33432 Ekstrak Bekatul Beras Hitam (Black Rice
Bran) Terhadap Kadar Insulin Darah
Harmita, 2004,Petunjuk Pelaksanaan Validasi Pada Tikus Hiperglikemik. Univers itas
Metode dan Cara Penggunaanya, I (3), Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
117–135.
Ibrahium, M. I., & He gazy, A. I. (2009). Iron Wahyuni, A. S., & Munawaroh, R. (2014).
Bioavailability of Wheat Biscuit Peningkatan Nilai Ekonomi Bekatul Beras
Supplemented by Fenugreek Seed Flour. Hitam Sebagai Obat Antidiabetes: Kajian
World Journal of Agricultural Sciences, Farmak ologi dan Fitokimia. Surakarta.
5(6), 769–776.

632

You might also like