You are on page 1of 100

Rancangan Peraturan Daerah

Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP)
Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005 – 2025

Pemerintah Provinsi Jawa Barat


2008
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Sejak terbentuknya pemerintahan Provinsi Jawa Barat pada tanggal 4 Juli


1950, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Provinsi Jawa Barat, pembangunan di Jawa Barat telah dilaksanakan
oleh segenap unsur pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Rencana
pembangunan daerah jangka panjang disusun untuk dua puluh lima tahun yang
secara sistematis dituangkan dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun
(REPELITA) yang dimulai sejak tahun 1969. Melewati tahap pembangunan dua
puluh lima tahun pertama, pada tahun 1997 terjadi krisis ekonomi nasional yang
berkembang menjadi krisis multidimensi berkepanjangan telah memicu gerakan
reformasi. Reformasi diharapkan dapat menata ulang kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut memberi dorongan kepada terwujudnya
sistem politik yang demokratis dan berorientasi pada keadilan serta berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah yang semula bersifat sentralistik
menjadi desentralistik. Perubahan penyelenggaraan pemerintahan daerah
memberikan landasan konstitusional kepada pemerintah daerah untuk mengatur
dan mengurus penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan daerah. Untuk itu dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut
dibutuhkan pedoman berupa perencanaan pembangunan daerah yang sistematis
dan bertahap.

Prakarsa pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan pembangunan


dilandasi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Berdasarkan Undang-Undang tersebut pemerintah daerah
diamanatkan menyusun perencanaan jangka panjang (duapuluh tahun), jangka
menengah (lima tahunan), dan pembangunan tahunan yang sinergis antar daerah
serta antara pembangunan daerah dan pembangunan secara nasional.
Perencanaan pembangunan disusun untuk mencapai tujuan dan cita-cita
bernegara sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan Undang-Undang Nomor


17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-1


2005 – 2025 dengan Visi Pembangunan yaitu “INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR”. Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional tersebut
ditempuh melalui delapan misi pembangunan nasional, yaitu :

1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan


beradab berdasarkan falsafah Pancasila;
2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum;
4. Mewujudkan Indonesia aman, damai dan bersatu;
5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan;
6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari;
7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat
dan berbasiskan kepentingan nasional;
8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia
internasional.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, Pemerintah


memperhatikan komitmen yang dibangun bersama dengan 189 negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya untuk mewujudkan Millenium Development
Goals (MDGs), yang terdiri dari :

1. Menghilangkan angka kemiskinan absolut dan kelaparan;


2. Memberlakukan pendidikan dasar yang universal;
3. Mengembangkan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan;
4. Menurunkan angka kematian anak;
5. Memperbaiki kesehatan maternal;
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya;
7. Menjamin kesinambungan lingkungan hidup;
8. Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

Berdasarkan kebutuhan dan mengacu pada peraturan perundang-


undangan, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyusun Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah kurun waktu 2005 - 2025 yang diarahkan untuk mencapai
tujuan daerah dan nasional 20 (duapuluh) tahun mendatang.

1.2 Pengertian

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah atau disingkat RPJP Daerah


Provinsi Jawa Barat adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-2


merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 - 2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2007, yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang daerah
untuk periode 20 (duapuluh) tahun terhitung sejak Tahun 2005 sampai dengan
Tahun 2025.

1.3 Maksud dan Tujuan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) Provinsi


Jawa Barat Tahun 2005-2025 ditetapkan dengan maksud :

1. untuk memberikan landasan dan arah bagi penyelenggaraan pemerintahan


daerah, masyarakat, dan dunia usaha dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan
Nasional dan visi serta misi Provinsi Jawa Barat;

2. untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


(RTRW) Provinsi Jawa Barat;

3. untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka


Menengah Daerah (RPJM Daerah) Provinsi Jawa Barat;

4. untuk dijadikan acuan dalam penyusunan RPJP Daerah Kabupaten/Kota di


Jawa Barat.

Tujuan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025
adalah :

1. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa
Barat;

2. Menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,


antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah daerah maupun antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.;

3. Mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pencapaian visi


dan misi daerah serta nasional;

4. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,


pelaksanaan dan pengawasan;

5. Mewujudkan tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,


berkeadilan dan berkelanjutan;

6. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-3


1.4 Landasan Hukum

Landasan idiil RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat adalah Pancasila dan
landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, sedangkan landasan operasionalnya meliputi :

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa


Barat;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Perundang-


undangan;

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional;

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 tahun 2008 tentang perubahan ke dua Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian


dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan


Rencana Pembangunan Nasional;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-4


13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 3 Tahun 2005 tentang
Pembentukan Peraturan Daerah.

1.5 Tata Urut

RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 disusun dengan
urutan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan yang memuat pengantar, pengertian, maksud dan tujuan,


landasan hukum, tata urut serta kerangka pikir.

Bab II Kondisi umum yang memuat penjelasan mengenai kondisi sampai


dengan titik awal penyusunan RPJP Daerah dalam setiap sektor
pembangunan serta tantangan yang akan dihadapi selama 20 tahun ke
depan dan modal dasar.

Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah 2005 - 2025, yang memuat visi
pembangunan daerah Jawa Barat dan misi pembangunan yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut.

Bab IV Arah, Tahapan, dan Prioritas Pembangunan Jangka Panjang Daerah


Tahun 2005 - 2025 yang memuat upaya-upaya pencapaian visi dan misi
Jawa Barat.

Bab V Penutup

1.6 Kerangka Pikir

Kecenderungan pembangunan global menunjukkan bahwa seiring dengan


perjalanan waktu, jumlah penduduk terus meningkat dan diperkirakan akan
mencapai puncaknya pada tahun 2030 (Meadows, 1992, hal.133, WRI, 1996). Bagi
Indonesia, periode 2015 - 2025 merupakan sebuah periode emas, yang berarti
pada masa itu proporsi penduduk usia produktif mencapai jumlah tertinggi
sepanjang sejarah dan hal tersebut hanya akan dicapai satu kali dalam perjalanan
sebuah bangsa. Hal tersebut merupakan peluang yang berharga bagi Jawa Barat,
mengingat jumlah penduduk di Jawa Barat adalah yang terbesar di Indonesia, dan
jumlah penduduk produktif sebagian besar akan berada di Jawa Barat.

Bersama dengan laju pembangunan yang semakin meningkat, berbagai


fenomena juga semakin terasa antara lain peningkatan kerusakan dan polusi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-5


lingkungan, peningkatan kebutuhan pangan, peningkatan produk industri untuk
pemenuhan kebutuhan penduduk, serta peningkatan produksi bahan bakar
minyak dan sumber energi lain guna mendukung proses industrialisasi, konsumsi
energi transportasi, dan domestik. Namun, di sisi lain ketersediaan sumber daya
alam yang terbatas menunjukkan laju pengurangan yang cukup tajam.

Permintaan akan sumber daya alam untuk pemenuhan pembangunan pada


saatnya akan sampai pada titik jenuh, karena keterbatasan daya dukung
lingkungan. Dampaknya berantai dan berlipat ganda terhadap proses
pembangunan berikutnya. Kemungkinan yang terjadi adalah terganggunya
berbagai proses pembangunan apabila tidak ada intervensi atau upaya mengatasi
kondisi yang berlangsung. Pengendalian populasi penduduk, pengelolaan sumber
daya alam dan lingkungan, penggunaan teknologi, laju pembangunan ekonomi,
khususnya industrialisasi, merupakan faktor – faktor utama yang mempengaruhi
prediksi kondisi pembangunan jangka panjang ke depan.
Mencermati perkembangan tersebut berbagai langkah perlu ditempuh untuk
menjamin terlaksananya pembangunan pada masa mendatang dengan pencapaian
tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Kerangka pemikiran dalam penyusunan
RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat didasarkan pada kecenderungan tersebut untuk
menjamin terselenggaranya pembangunan daerah yang berkelanjutan.

1.7 Proses Penyusunan

RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 disusun dengan
pendekatan perencanaan politik, teknokratik, partisipatif dan atas-bawah (top
down) serta bawah-atas (bottom up), dengan mengedepankan proses evaluasi,
prediksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan
daerah.

Penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025 melalui
berbagai tahap dialog sektoral maupun dialog lintas sektor yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan baik dari pihak pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat serta masyarakat. Penyusunan dokumen RPJP Daerah
Provinsi Jawa Barat 2005-2025 juga melibatkan masyarakat luas melalui sosialisasi
di media elektronik seperti radio dan televisi serta penjaringan aspirasi dengan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-6


menyebarkan angket di surat kabar daerah dan media elektronik. Selain itu dibuka
ruang publik agar masyarakat dapat berperan serta secara langsung dalam
penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat.

Tahapan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025
dapat dijelaskan dalam gambar berikut :

Gambar 1.1
Proses Penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005 -2025

Penyusunan Evaluasi Pembangunan Penyusunan Konsep


Rancangan Awal RPJP Daerah
Penyusunan Proyeksi Pembangunan

Penyempurnaan Rancangan Awal Musrenbang


Rancangan Awal RPJP Daerah

Focus Group Penyusunan Sosialisasi dan Konsultasi Publik


Discussion (FGD) Rancangan Media Cetak, Radio & Televisi,
RPJP Daerah Website dan open house
Sektoral :
1. Ekonomi Makro
2. Pendidikan
3. Kesehatan
4. Pemerintahan
5. Tata Ruang & LH Pembahasan dan
Penetapan Perda RPJP
Musrenbang
6. Infrastruktur
7. Agribisnis Daerah, Pemerintah Rancangan Akhir RPJP
8. Indagjaspar Daerah bersama DPRD Daerah
9. KUKM
10. Kependudukan
11. Ketenagakerjaan
12. Visi dan Misi

Sumber : Bapeda Provinsi Jawa Barat, Tahun 2008

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT I-7


BAB II
KONDISI UMUM DAERAH

Pembangunan daerah yang meliputi bidang sosial budaya dan kehidupan


beragama, ekonomi ilmu pengetahuan dan teknologi, sarana dan prasarana,
politik, ketentraman dan ketertiban masyarakat, hukum, aparatur, tata ruang dan
pengembangan wilayah, serta sumberdaya alam dan lingkungan hidup merupakan
bagian integral dari pembangunan nasional. Pelaksanaan pembangunan daerah
telah mencapai kemajuan pada berbagai bidang. Namun demikian, masih ditemui
berbagai masalah dan tantangan yang perlu diselesaikan dalam pembangunan
daerah 20 (duapuluh) tahun mendatang, dengan memperhatikan modal dasar
yang dimiliki Provinsi Jawa Barat.

2.1 Kondisi Saat Ini

2.1.1 Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Pembangunan daerah bidang sosial budaya dan kehidupan beragama


berkaitan dengan kuantitas dan kualitas penduduk seperti pendidikan, kesehatan,
pemberdayaan perempuan dan anak, pemuda, olah raga, seni budaya, dan
keagamaan.

Pembangunan bidang pendidikan telah dilaksanakan dengan


menitikberatkan pada upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana
pendidikan, peningkatan partisipasi anak usia sekolah, pengembangan pendidikan
luar sekolah, pengembangan sekolah alternatif, serta peningkatan jumlah dan
pemerataan distribusi tenaga pendidik. Namun aksesibilitas masyarakat terhadap
pendidikan masih rendah, angka putus sekolah masih tinggi, kualitas dan relevansi
serta tata kelola pendidikan belum sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan dalam
rangka peningkatan daya saing.

Pada Tahun 2006, Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A sebesar


96,65%, sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang SMP/MTs/Paket B
dan SMA/SMK/MA/Paket C masing-masing sebesar 88,9% dan 51,83%. Adapun
untuk jumlah siswa putus sekolah, pada tahun 2006 tercatat sebanyak 21.219
orang untuk jenjang SD, SMP sebanyak 93.875 orang, SMA 2.191 orang, dan SMK
2.073 orang.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 1


Peningkatan akses masyarakat terhadap kesehatan dan pengembangan
pelayanan kesehatan berbasis masyarakat terus dilakukan. Namun demikian,
peningkatan pada indikator kesehatan masyarakat Jawa Barat tersebut capaiannya
masih berada di bawah rata-rata nasional. Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai
40,26 per seribu kelahiran hidup, Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan sebesar
321,15 per seratus ribu kelahiran hidup, serta jumlah penderita gizi buruk dan gizi
kurang pada balita sebanyak 419.433 dari jumlah 3.536.981 balita yang ditimbang.

Penyakit menular, khususnya flu burung dan HIV-AIDS menjadi masalah


penting yang dihadapi Jawa Barat. Untuk flu burung, dari 60 jumlah suspect pada
bulan Maret 2007, tercatat 6 orang penderita meninggal dunia. Adapun untuk HIV-
AIDS, dari jumlah kumulatif tahun 1989 – 2006, tercatat untuk AIDS terdapat 755
penderita dan HIV positif 1.354 penderita.

Perkembangan sarana dan prasarana kesehatan dasar, dapat diidentifikasi


dengan tersedianya 1.007 puskesmas dari kebutuhan sebanyak 1.358 puskesmas.
Sedangkan untuk bidan desa/kelurahan, baru tersedia 4.636 orang dari kebutuhan
5.973 orang pada tahun 2007.

Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang
punggung bangsa serta penerus cita-cita bangsa, disiapkan dan dikembangkan
kualitas kehidupannya, mulai dari tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan
tingkat kesehatannya. Jumlah penduduk usia 15 s.d. 44 tahun di Jawa Barat pada
tahun 2007 adalah 19.716.573 jiwa atau 47,52% dari jumlah penduduk Provinsi.
Organisasi kepemudaan merupakan salah satu elemen masyarakat yang potensial
untuk menjadi generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri.

Kualitas kehidupan beragama di Jawa Barat menunjukkan kesadaran


masyarakat untuk melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Kondisi tersebut menciptakan hubungan yang harmonis dan kondusif baik antara
sesama pemeluk agama maupun antarumat beragama.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menunjukkan proporsi jumlah


penduduk yang mencari pekerjaan secara aktif terhadap jumlah seluruh angkatan
kerja. Tinggi rendahnya TPT mengalami kepekaan terhadap dinamika pasar kerja
dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingginya angka pengangguran akan
memiliki implikasi terhadap keamanan dan stabilitas regional. Hasil Suseda 2006
menggambarkan bahwa TPT Jawa Barat mencapai 10,95%, menurun dari tahun
2005 yang sebesar 11,91%. Pada tahun 2006, TPT penduduk laki-laki sebesar

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 2


8,79% dan TPT penduduk perempuan sebesar 15,88%. Hal ini mengindikasikan
bahwa angkatan kerja yang begitu besar di Jawa Barat belum terserap secara
optimal oleh sektor-sektor formal, sebagai akibat lapangan pekerjaan yang kurang
dan tingkat kompetensi angkatan kerja yang rendah.

Beban tingginya angka pengangguran yang ditanggung Provinsi Jawa Barat


disebabkan antara lain tidak sebandingnya jumlah pertumbuhan angkatan kerja
dengan laju pertumbuhan kesempatan kerja yang menjadi pemicu timbulnya
permasalahan sentral dalam ketenagakerjaan.

Angkatan kerja pada tahun 2006 sebesar 17,34 juta meningkat


dibandingkan tahun 2005 yang sebesar 17,04 juta orang, sedangkan angka
pencari kerja terjadi penurunan dari 2,029 juta pada tahun 2005 menjadi 1,89
juta pada tahun 2006. Berbagai upaya yang telah dilakukan dalam rangka
penanggulangan pengangguran, antara lain melalui program pemberian kerja
sementara di desa, pengiriman tenaga kerja keluar negeri serta pemberian
pelatihan agar kualitas tenaga kerja semakin produktif.

Struktur Ketenagakerjaan di Jawa Barat pada tahun 2006 masih didominasi


oleh sektor pertanian sebesar 26,37%, selanjutnya di sektor perdagangan 25,60%,
sektor industri 17,37%, sektor jasa 13,6%. Apabila dibandingkan dengan tahun
2005, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, namun di
sisi lain terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor perdagangan dan
jasa.

Pembinaan olahraga belum tertata secara sistematis antara olahraga


pendidikan di lingkungan persekolahan, olahraga rekreasi di lingkungan
masyarakat dan olahraga prestasi untuk kelompok elit atlet yang menjadi tulang
punggung Jawa Barat dalam pentas kompetisi olahraga nasional sehingga terkesan
bahwa pembinaan olahraga cenderung eksklusif dan tidak berfondasi pada angka
partisipasi masyarakat untuk berolahraga secara luas. Dalam kondisi seperti ini,
ruang publik dan fasilitas olahraga tidak bertambah bahkan cenderung menurun
sehingga para pelajar dan masyarakat luas sebagian besar tidak terlayani secara
baik untuk berolahraga. Di sisi lain juga sarana dan prasarana bagi pentas
olahraga kompetisi tidak pernah berkembang sejak Jawa Barat menjadi tuan
rumah PON V tahun 1961. Sedangkan pada tahun 2013 Provinsi Jawa Barat telah
direncanakan sebagai salah satu daerah yang ditunjuk menjadi penyelenggara Sea
Games.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 3


Kebijakan yang memiliki keberpihakan terhadap peningkatan peran kaum
perempuan di seluruh sektor dan aspek pembangunan telah dilakukan. Namun
upaya pengarusutamaan gender ini masih perlu lebih diaktualisasikan di segala
bidang. Pemberdayaan perempuan tercermin dari Indeks Pemberdayaan Jender
dan Indeks Pembangunan Jender yang meliputi angka partisipasi perempuan
dalam parlemen, perempuan dalam posisi manajer, staf teknis, dan tingkat
partisipasi angkatan kerja. Pada tahun 2006, Indeks Pemberdayaan Jender Jawa
Barat mencapai 54,4 dan Indeks Pembangunan Jender 60,8.

Pembangunan kebudayaan di Jawa Barat ditujukan untuk melestarikan dan


mengembangkan kebudayaan daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai
budaya daerah di tengah-tengah semakin derasnya arus informasi dan budaya
global. Pembangunan seni dan budaya di Jawa Barat sudah mengalami kemajuan
yang ditandai dengan meningkatnya pemahanan terhadap nilai budaya dan
penggunaan bahasa daerah Sunda, Cirebon, Dermayu dan Melayu Betawi sebagai
bahasa ibu masyarakat Jawa Barat. Namun, disisi lain upaya peningkatan jati diri
masyarakat Jawa Barat seperti solidaritas sosial, kekeluargaan, penghargaan
terhadap nilai budaya dan bahasa masih perlu terus ditingkatkan. Budaya
berperilaku positif seperti kerja keras, gotong royong, kebersamaan dan
kemandirian dirasakan makin memudar.

2.1.2 Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pasca krisis tahun 1997 menunjukkan


kecenderungan meningkat. Sampai dengan tahun 2006, pertumbuhan tersebut
berasal dari sektor utama yaitu sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan
Hotel dan Restoran, dan sektor Pertanian, dengan laju pertumbuhan masing-
masing 8,51%, 7,09%, dan - 0,62%. Namun demikian, pertumbuhan ekonomi
tersebut belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ditandai
dengan masih tingginya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Pada tahun
2007 jumlah pengangguran sebanyak 1.149.188 orang dari jumlah angkatan kerja
sebanyak 18.340.008 orang. Sedangkan data rumah tangga miskin penerima
Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada Tahun 2007 sebanyak 2.897.807 rumah
tangga miskin.

Sektor industri pengolahan merupakan komponen utama pembangunan


daerah yang mampu memberikan kontribusi pada PDRB sebesar 45,24%, diikuti
oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Pertanian masing-masing

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 4


sebesar 19,40% dan 11,12%. Tingginya kontribusi sektor Industri Pengolahan
terhadap PDRB karena didukung oleh banyaknya jumlah kawasan industri. Akan
tetapi, daya saing industri di Jawa Barat masih rendah yang disebabkan oleh
tingginya ketergantungan pada bahan baku impor, rendahnya kemampuan dalam
pengembangan teknologi, rendahnya kemampuan dan keterampilan sumber daya
industri.

Pengembangan perdagangan di Jawa Barat difokuskan pada


pengembangan sistem distribusi barang dan peningkatan akses pasar baik pasar
dalam negeri maupun pasar luar negeri. Pengembangan sistem distribusi
diarahkan untuk memperlancar arus barang, memperkecil disparitas antar daerah,
mengurangi fluktuasi harga dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan yang
cukup dan terjangkau oleh masyarakat. Adapun peningkatan akses pasar baik
dalam negeri maupun luar negeri dilakukan melalui promosi produk Jawa Barat.

Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar
dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk
pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, dan
hutan). Kondisi tersebut mendukung Jawa Barat sebagai produsen terbesar untuk
40 (empat puluh) komoditas agribisnis di Indonesia khususnya komoditas padi
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi padi nasional. Sektor
pertanian juga memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi pada tahun
2007 yaitu sebesar 4,67 juta orang (27,20%) dari jumlah 17,19 juta penduduk
bekerja. Namun hubungan antar subsistem pertanian belum sepenuhnya
menunjukkan keharmonisan baik pada skala lokal, regional, dan nasional.
Paradigma sektoral yang belum terintegrasi pada sistem pertanian serta
ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang
masih dihadapi sektor pertanian.

Potensi pembangunan kelautan dan perikanan terutama dalam


pengembangan usaha perikanan tangkap, usaha budidaya laut , bioteknologi
kelautan, serta berbagai macam jasa lingkungan kelautan perlu untuk
dikembangkan. Kondisi dan potensi sumber daya perikanan dan kelautan yang
besar ini belum diikuti dengan perkembangan bisnis dan usaha perikanan dan
kelautan yang baik. Terbukti dengan masih rendahnya tingkat investasi sarana dan
prasarana pendukung bisnis kelautan dan perikanan, serta belum optimalnya
pemanfaatan produksi sumber daya kelautan dan perikanan yang masih jauh dari
potensi khususnya di wilayah Pantai Selatan Jawa Barat pada tahun 2005 baru

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 5


tereksploitasi sebesar 68,7% dari total areal tangkap, serta lemahnya kondisi
pembudidayaan pesisir yang baru dimanfaatkan sebesar 51.791 Ha dari luas
potensi sebesar 126.791 Ha.

Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik
dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan alam dan budaya yang
dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Peringkat sektor
pariwisata secara nasional dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada
posisi 3 setelah DKI Jakarta dan Bali. Kendala yang masih dihadapi adalah belum
tertatanya objek dan daerah tujuan wisata dan masih rendahnya kualitas
infrastruktur pendukungnya.

Iklim investasi di Provinsi Jawa Barat menunjukkan perkembangan yang


terus membaik. Posisi Jawa Barat yang strategis menempatkan Jawa Barat
menjadi tujuan utama untuk investasi, baik Penanaman Modal Asing (PMA)
maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pada tahun 2007 tercatat PMA
sebesar $US 980 juta dengan jumlah proyek 237 buah, sedangkan PMDN sebesar
Rp 11,1 trilyun dengan jumlah proyek 33 buah. Namun demikian, realisasi
investasi masih terpusat di Wilayah Bogor, Depok, Bekasi, Karawang, Purwakarta
dan Bandung. Hal ini disebabkan ketersediaan infrastruktur pendukung yang
belum merata pada daerah lainnya. Di lain pihak pertumbuhan investasi tersebut,
belum memanfaatkan secara optimal potensi ekonomi lokal karena lebih
berorientasi pada bahan baku impor.

Peranan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUMKM) dalam


peningkatan pertumbuhan ekonomi masih perlu dikembangkan dalam
perekonomian daerah. Permasalahan akses permodalan, sumberdaya manusia,
dan pemasaran masin menjadi kendala. Tingginya kredit konsumsi dibandingkan
dengan kredit investasi juga menghambat kontribusi KUMKM terhadap
pertumbuhan ekonomi sehingga kurang menopang aktivitas sektor riil.

Jawa Barat sebagai Provinsi dengan jumlah penduduk yang besar tentunya
akan berimplikasi terhadap besarnya kebutuhan energi. Laju konsumsi energi terus
bertambah baik disektor domestik, industri, transportasi dan komersil. Disisi lain
ketergantungan sektor-sektor pengguna BBM masih sangat tinggi, terutama
disektor transportasi yang masih menggunakan BBM 100%. Disektor rumah
tangga sekitar 68,03% masih menggunakan minyak tanah, 23,93% menggunakan
kayu bakar dan baru sekitar 8,04% menggunakan gas.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 6


Dengan komposisi penggunaan energi di atas, menunjukan bahwa
ketergantungan terhadap energi konvensional masih besar. Sementara itu,
pemerintah pada tahun 2007 telah mengeluarkan kebijakan untuk mengganti
penggunaan minyak tanah ke gas bagi kebutuhan rumah tangga. Kebijakan
konversi gas masih difokuskan pada daerah perkotaan sehingga untuk daerah
perdesaan akan semakin berat. Minyak tanah yang masih dimanfaatkan sebagain
besar penduduk perdesaan akan semakin berkurang pasokannya namun upaya
untuk mengganti sumber energi perdesaan masih sangat kurang. Hal ini
menunjukan bahwa konversi minyak tanah ke energi lain termasuk gas akan
menjadi tantangan dan membutuhkan peran dari semua elemen masyarakat.

Secara umum pembangunan infrastruktur energi masih terbatas dan belum


merata serta rendahnya aksesibilitas masyarakat terhadap energi. Hal ini
dikarenakan tingginya harga BBM yang berimplikasi terhadap pasokan energi listrik
Jawa Barat, karena sebagian besar sumber pembangkit yang ada masih
menggunakan BBM. Sistem kelistrikan Jawa Barat merupakan bagian dari sistem
kelistrikan nasional Jawa-Madura-Bali (Jamali). Jawa Barat mengkonsumsi energi
listrik sekitar 28% dari sistem Jamali. Beban puncak listrik Jawa Barat pada tahun
2007 sebesar 4.355 MW sedangkan daya mampu pembangkit sebesar 4.337,05
MW yang berarti masih mempunyai surplus kapasitas pembangkit. Cakupan desa
yang sudah mendapat tenaga listrik mencapai 99,59%. Namun demikian angka
rasio elektrifikasi rumah tangga baru mencapai 61,05%.

Peran Jawa Barat terhadap energi nasional sangat besar, hal ini ditunjukan
dengan keberadaan pembangkit listrik tenaga air seperti Jatiluhur, Saguling dan
Cirata dimana Jawa Barat memberikan kontribusi sekitar 46,21% dari pembangkit
tenaga air (PLTA). Sumber pembangkit lainnya adalah dari energi Panas Bumi
dimana Jawa Barat memberikan kontribusi sekitar 92,81% terhadap energi listrik
nasional. Pemerintah Pusat berencana menambah pasokan energi dengan
membangun pembangkit PLTU batubara yang berkapasitas sekitar 1800 MW. Hal
ini tentunya akan meningkatkan peran penting Jawa Barat terhadap penyediaan
energi Nasional.

2.1.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Jawa Barat memiliki potensi untuk pengembangan IPTEK, yang ditandai


dengan jumlah perguruan tinggi (PT) yang cukup banyak. Pada tahun 2005
terdapat 358 PT, dengan perincian Perguruan Tinggi Negeri terdiri dari 5 PT,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 7


sedangkan Perguruan Tinggi Swasta 353 PT yang tersebar di kabupaten dan kota
se – Jawa Barat.

Walaupun demikian, kemampuan dalam penguasaan dan pemanfaatan


IPTEK masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing, hal ini ditunjukkan
antara lain oleh publikasi dan kajian ilmiah yang dihasilkan oleh lembaga penelitian
baik milik pemerintah, perguruan tinggi maupun swasta yang banyak berlokasi di
Jawa Barat belum dapat diimplementasikan dengan maksimal. Hal ini disebabkan
oleh sumber daya IPTEK masih terbatas, mekanisme intermediasi yang
menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia IPTEK dengan kebutuhan
pengguna belum efektif, sinergi kebijakan yang lemah menyebabkan kegiatan
IPTEK belum sanggup memberikan hasil yang signifikan, dan budaya pemanfaatan
IPTEK belum berkembang serta belum terkaitnya hasil kajian dengan kebutuhan
riil masyarakat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), menuntut


berbagai respon dan tindakan yang harus dirumuskan secara cermat dan tepat,
mengingat kemampuan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan kemampuan
keuangan daerah yang relatif terbatas. Ke depan pemerintah dan pemerintah
daerah perlu lebih proaktif terhadap perubahan dan lebih mendayagunakan IPTEK
dalam pelaksanaan pembangunan.

Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam penguasaan IPTEK


merupakan upaya pemerintah daerah dalam mencerdaskan masyarakat, sehingga
pembangunan akan berjalan dengan baik yang didukung oleh sumberdaya
manusia yang berkualitas, menguasai IPTEK, yang dapat ditempuh dengan
menekan biaya seminim mungkin dan memanfaatkan sumber daya alam yang
tersedia.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat perlu terus bekerjasama dengan perguruan


tinggi dan lembaga ristek untuk berperan dalam membangun Jawa Barat, agar
pembangunan di Jawa Barat ke depan akan terus memperhatikan perkembangan
pengetahuan, kajian, data, penelitian dan fakta. Dengan dilibatkannya perguruan
tinggi dan lembaga ristek diharapkan akan memberikan sumbangsih pemikiran,
ide, penelitian, dan teknologi yang efektif dalam menganalisis suatu pemasalahan
sekaligus memecahkannya. Karena itu diharapkan perguruan tinggi dan lembaga
ristek dapat mempersiapkan berbagai pengembangan IPTEK untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, sebagaimana dibutuhkan oleh masyarakat.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 8


2.1.4 Infrastruktur Wilayah

Sarana dan prasarana wilayah yang meliputi infrastruktur transportasi,


sumber daya air dan irigasi, telekomunikasi, listrik dan energi serta sarana dan
prasarana dasar permukiman memiliki peran yang penting bagi peningkatan
perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat. Namun demikian secara umum
kualitas dan cakupan pelayanan sarana dan prasarana wilayah masih rendah dan
belum merata.

Pada aspek transportasi yang terdiri dari transportasi darat, udara dan laut,
rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan antara lain dicirikan dengan
rendahnya nilai indeks aksesibilitas dan mobilitas rata-rata jaringan jalan
dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jaringan jalan
provinsi; belum optimalnya kemantapan jalan provinsi terutama di jalur jalan
vertikal yang menghubungkan wilayah tengah dan selatan Jawa Barat; masih
kurangnya pembangunan jalan tol; rendahnya kapasitas ruas jalan di perkotaan
dengan nilai Volume Capacity Ratio (VCR) rata-rata mendekati nilai 0,8 pada tahun
2006; kurangnya penyediaan angkutan massal dan jaringan jalan rel; belum
optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat
pertukaran moda; belum optimalnya pelayanan Bandar Udara Husein Sastranegara
dan bandara lainnya dalam melayani penerbangan komersial dari dan ke Jawa
Barat; serta masih terbatasnya fungsi Pelabuhan Cirebon sebagai pelabuhan
niaga.

Keberadaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi juga masih belum
memadai, yang dicirikan dengan masih tingginya fluktuasi ketersediaan air
permukaan yang menimbulkan banjir dan kekeringan; masih terbatasnya
penyediaan air baku untuk berbagai kebutuhan, serta belum optimalnya intensitas
tanam padi akibat rendahnya layanan jaringan dan penyediaan air irigasi.

Adapun cakupan layanan untuk infrastruktur telekomunikasi belum bisa


menjangkau setiap pelosok wilayah, dicirikan dengan adanya beberapa wilayah
yang belum terlayani. Khusus untuk layanan jasa telepon kabel, beberapa daerah
perkotaan pada tahun 2005 angka teledensitasnya sudah tinggi (>10), sedangkan
untuk beberapa daerah perkotaan dan kabupaten kondisi teledensitasnya masih
rendah.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana permukiman seperti,


perumahan dan cakupan layanan air bersih masih sangat rendah dicirikan dengan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 9


masih banyaknya rumah tangga yang belum bisa memiliki rumah layak huni.
Keberadaan prasarana persampahan juga masih belum optimal baik yang
layanannya bersifat lokal maupun regional.

2.1.5 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran penting dalam
keberlanjutan pembangunan Jawa Barat. Namun demikian, peran penting ini
belum dioptimalkan hingga saat ini. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan
bahwa kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup Jawa Barat berada pada
tingkat cukup mengkhawatirkan. Dampak negatif dari fenomena ini diantaranya
adalah semakin berkembangnya penyakit-penyakit berbasis lingkungan dan
munculnya konflik sosial antara pencemar dan yang tercemar, serta konflik
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan di hulu dan hilir.
Faktor-faktor dominan yang menyebabkan penurunan daya dukung
lingkungan dalam kurun waktu sepuluh tahun ini antara lain, masih tingginya
tingkat alih fungsi lahan berfungsi lindung menjadi budidaya, kerusakan dan
berkurangnya luasan mangrove dan terumbu karang, pencemaran udara
perkotaan, pengrusakan dan kebakaran hutan, pencemaran dan sedimentasi
sungai serta waduk, penambangan yang merusak lingkungan, dan pengambilan
sumber daya air yang kurang terkendali, di samping meningkatnya frekuensi
kejadian bencana alam dan pengaruh dari pemanasan global. Hal tersebut
diperparah dengan perilaku dan budaya yang belum ramah lingkungan, baik dari
sisi perilaku membangun maupun perilaku individu masyarakatnya. Upaya
pengelolaan lingkungan saat ini masih belum mampu menahan laju kerusakan dan
pencemaran yang terjadi.
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 41.483.729 jiwa.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat mencapai 1,83% yang dipicu oleh
tingginya angka kelahiran dan migrasi masuk Jawa Barat. Pembangunan kualitas
hidup manusia Jawa Barat menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan
kualitas sumber daya manusia (SDM) Jawa Barat menunjukkan perkembangan
yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 70,69 poin pada tahun 2007.
Pencapaian tersebut merupakan komposit dari Angka Melek Huruf (AMH) sebesar
95,32 %, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 7,50 tahun, Angka Harapan Hidup
waktu lahir (AHH e0) sebesar 67,58 tahun, serta paritas daya beli (purchasing
power parity) sebesar Rp 623.840,00.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 10


2.1.6 Politik

Sejak 1998, gerakan reformasi telah mendorong demokratisasi baik pada


tingkat nasional maupun lokal. Pada tahun 1999, ditetapkan Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik yang memberi kebebasan kepada
masyarakat untuk membentuk partai politik, baik yang muncul secara sendiri,
maupun karena pemisahan dari partai dominan yang diakui selama Orde Baru,
kebebasan berorganisasi yang makin luas dengan membentuk berbagai organisasi
kemasyarakatan, kebebasan pers, dan desentralisasi kekuasaan dari Pusat ke
daerah yang ditandai dengan berlakunya Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Di samping itu paket perundang-undangan lainnya
yang menandai demokratisasi berlangsung di Indonesia antara lain adalah
mengenai penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan pada 1999, Susunan dan
kedudukan MPR, DPR, dan DPRD; Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Tentang
Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1999
tentang Pengesahan Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia; Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara
Yang Bersih dan Bebas dari KKN dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Upaya mendorong demokratisasi dilakukan pula dengan mengubah


pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung yang dilakukan pada 2004,
sedangkan berdasarkan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Kepala Daerah dipilih secara langsung. Dengan demikian
secara kelembagaan dan prosedur, Indonesia telah memasuki tahap demokrasi
yang sangat kuat. Di Jawa Barat pemilihan kepala daerah secara langsung telah
berjalan dengan baik dengan ditandai oleh kesiapan elite dan masyarakat untuk
menerima kekalahan atau kemenangan pihak lain. Hal tersebut menandakan
bahwa masyarakat telah siap dan percaya dengan aturan main dalam
berdemokrasi.

Demokrasi juga telah mendorong masyarakat untuk lebih berani


mengemukakan aspirasinya. Salah satunya adalah keinginan untuk membentuk
daerah otonom baik pada level kabupaten/kota maupun level provinsi. Di Jawa
Barat sejak tahun 1999 telah terbentuk 1 provinsi, yaitu Provinsi Banten yang
sebelumnya merupakan wilayah Keresidenan Banten, selanjutnya Kota
Tasikmalaya dan Kota Cimahi pada tahun 2001, serta Kota Banjar pada tahun

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 11


2003 dan Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2007. Aspirasi pembentukan
daerah otonom kabupaten/kota di Jawa Barat berkembang sejalan dengan
tuntutan untuk ikut serta dalam berpemerintahan dan peningkatan pelayanan
publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.7 Hukum dan HAM

Pembangunan Bidang Hukum di daerah diarahkan untuk mewujudkan


harmonisasi produk hukum yang dapat mendukung pelaksanaan otonomi daerah,
penegakkan hukum dan hak asasi manusia. Namun proses demokratisasi
mendorong penggantian berbagai aturan perundang-undangan di tingkat nasional
yang pada akhirnya berdampak terhadap daerah. Berbagai perundang-undangan
yang ditetapkan pemerintah pusat pada implementasinya mengalami berbagai
kendala karena belum didukung oleh sistem hukum yang mapan, aparatur hukum
yang bersih serta prasarana dan sarana yang memadai. Kondisi tersebut lebih
lanjut menyebabkan penegakkan hukum yang lemah dan perlindungan hukum dan
hak asasi manusia (HAM) belum dapat diwujudkan. Peraturan perundang-
undangan yang baru, selain banyak yang saling bertentangan juga tidak segera
ditindaklanjuti dengan peraturan pelaksanaannya. Hal tersebut mengakibatkan
daerah mengalami kesulitan dalam menindaklanjuti dengan peraturan daerah dan
dalam implementasinya. Sampai dengan 2006 masih banyak peraturan daerah
yang belum dapat disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang baru.
Kondisi tersebut menghambat penyelenggaraan pemerintahan di daerah, yang
dapat berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat.

Dalam penegakkan HAM telah disusun Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia (RAN-HAM) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pembangunan. Rencana aksi tersebut menjadi acuan semua pihak di daerah dalam
implementasi peraturan perundang-undangan mengenai HAM, terutama lembaga
pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan
memenuhi hak asasi warga negara.

2.1.8 Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat

Pembangunan Bidang Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat dilakukan


untuk mewujudkan kondisi sosial yang tertib dan dapat mendukung pelaksanaan
pembangunan lainnya. Kondisi ketentraman dan ketertiban masyarakat sangat

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 12


berkaitan erat dengan aspek sosial, politik, dan hukum. Kondisi sosial Jawa Barat
sampai dengan akhir tahun 2007 berlangsung dinamis. Berbagai organisasi
kemasyarakatan dan lembaga keswadayaan masyarakat berkembang dan
berperan dalam berbagai bidang, baik budaya, keagamaan, pendidikan, kesehatan,
dan aktivitas sosial lainnya. Meskipun masih terdapat pertentangan dalam
kehidupan bermasyarakat, kondisi sosial tersebut berkaitan dengan kondisi politik
dan kondisi hukum. Kehidupan politik yang diarahkan untuk mewujudkan
demokrasi masih dimaknai sebagai kebebasan semata oleh sebagian masyarakat
yang seringkali dapat mengganggu kelompok masyarakat lainnya yang
mempengaruhi kondisi ketentraman dan ketertiban umum. Dalam aspek hukum,
penegakkan hukum yang lemah dan tidak konsisten mempengaruhi pula kondisi
ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Tingkat kriminalitas dan pelanggaran hukum lainnya masih cukup tinggi. Hal
ini disebabkan karena Jawa Barat merupakan daerah penyangga ibu kota negara
dan lintasan Jawa Sumatera. Jumlah penduduk yang besar dan heterogen,
terdapatnya obyek vital nasional, daerah kunjungan wisata, daerah pendidikan dan
industri serta banyaknya permasalahan kepemilikan lahan. Di samping itu protes
ketidakpuasan terhadap suatu masalah yang mengarah pada perusakan fasilitas
umum seringkali terjadi. Namun secara keseluruhan sikap masyarakat untuk
mendukung terciptanya tertib sosial melalui upaya mewujudkan ketentraman dan
ketertiban cukup baik.

2.1.9 Aparatur

Reformasi sistem politik yang diarahkan pada demokratisasi telah


mendorong reformasi birokrasi melalui penataan struktur, sistem dan kultur. Upaya
penataan struktur masih berlangsung setelah penetapan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Pembenahan dan penataan struktur organisasi
pemerintahan di daerah masih mencari bentuk antara kebutuhan daerah dengan
tuntutan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
meskipun daerah diberi otonomi yang luas, tetapi dalam menetapkan struktur
organisasi masih bergantung kepada Pusat.

Penataan sistem untuk lebih memudahkan penyelenggaraan administrasi


pemerintahan mengalami kendala, karena dipengaruhi oleh peraturan perundang-
undangan yang tidak sinkron atau belum ada peraturan pelaksanaannya.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 13


Penetapan standar pelayanan minimal untuk beberapa bidang sudah dapat
diimpelementasikan meskipun pengawasan terhadap pelaksanaannya belum dapat
dilakukan. Untuk standar operasional prosedur (SOP) dalam setiap alur kegiatan
administrasi pemerintahan belum dapat diimplementasikan.

Reformasi birokrasi menginginkan perubahan kultur birokrasi yang


mengarah pada profesionalisme, beretika, impersonal, dan taat aturan. Transisi
dalam reformasi birokrasi masih mengalami kendala dalam mewujudkan birokrasi
yang ideal. Kultur tradisional dan primordial masih mewarnai birokrasi Pemerintah
Provinsi Jawa Barat walaupun dari sisi sarana dan prasarana telah cukup modern,
namun dukungan teknologi komunikasi belum dimanfaatkan secara optimal. Hal
lainnya adalah masih rendahnya tingkat kesejahteraan aparatur.

Jumlah aparatur yang secara kuantitas mencukupi, tetapi aspek kualitasnya


masih rendah dalam arti dari sisi kedisiplinan, profesionalisme dan etika. Hal
tersebut mempengaruhi kinerja aparatur secara umum dan terutama dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Kondisi sarana dan prasarana aparatur sudah cukup baik dengan gedung
kantor yang layak dan seluruh organisasi perangkat daerah telah memiliki gedung
tersendiri. Namun sarana dan prasarana yang secara langsung memberikan
pelayanan kepada masyarakat masih perlu ditingkatkan karena belum sesuai
dengan standar pelayanan minimal, seperti unit pengelola teknis daerah dalam
pemungutan pajak daerah, dan unit perijinan.

2.1.10 Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat


mengamanatkan proporsi kawasan lindung sebesar 45% dan kawasan budidaya
55%. Namun pengendalian pemanfaatan ruang menjadi kendala dalam
mewujudkan proporsi tersebut. Belum tertata dan terkendalinya pertumbuhan
lahan terbangun yang cenderung acak dan menyebar, serta degradasi lingkungan
di wilayah Jabar Selatan merupakan ancaman terhadap daya dukung lingkungan.
Selain itu, terjadinya pergeseran tutupan lahan hutan dan sawah menjadi
permukiman dan industri merupakan permasalahan dalam upaya pengendalian
tata ruang.

Pengembangan wilayah dalam struktur tata ruang Jawa Barat sampai saat
ini masih timpang. Dalam konteks wilayah utara-tengah-selatan Jawa Barat, terjadi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 14


pemusatan pertumbuhan perkotaan yang sangat pesat di wilayah utara dan
tengah, sementara wilayah perdesaan di selatan Jawa Barat yang seharusnya
dikembangkan menjadi wilayah pendukung dari aspek lingkungan dan pertanian
agro kurang mendapat sentuhan pemerataan pembangunan. Sementara itu di
wilayah perbatasan masih terjadi ketidaksetaraan dalam penyediaan sarana dan
prasarana dasar permukiman maupun prasarana jalan.

2.2 Tantangan

2.2.1. Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama

Dalam dua puluh tahun mendatang, Jawa Barat menghadapi tekanan


jumlah penduduk yang semakin tinggi. Pada tahun 2025 jumlah penduduk Jawa
Barat diperkirakan sekira 52,7 juta jiwa. Pengendalian jumlah penduduk dan laju
pertumbuhannya perlu diperhatikan untuk terwujudnya penduduk yang tumbuh
dengan seimbang guna peningkatan kualitas, daya saing dan kesejahteraannya.
Selain itu persebaran dan mobilitas penduduk perlu mendapatkan perhatian
sehingga ketimpangan persebaran dan kepadatan penduduk antara kabupaten dan
kota serta antara wilayah perkotaan dan perdesaan dapat dikurangi.

Memperhatikan kecenderungan pencapaian IPM dan komponen-


komponennya, tantangan peningkatan IPM pada masa datang akan lebih terfokus
pada peningkatan Indeks Daya Beli. Namun demikian, pelayanan pendidikan dan
kesehatan bagi masyarakat harus senantiasa ditingkatkan untuk menjamin
peningkatan Indeks Pendidikan dan Indeks Kesehatan.

Berkaitan dengan semakin pesatnya perkembangan metodologi dan


teknologi dalam bidang pendidikan, perlu dilakukan antisipasi melalui
pengembangan inovasi dan sistem tata kelola pendidikan, pemberdayaan profesi
guru dengan meningkatkan kompetensinya, penyempurnaan pembangunan sarana
dan prasarana yang lebih tanggap teknologi, pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang dilandasi oleh nilai-nilai kecerdasan dan kearifan budaya lokal,
peningkatan kualitas lulusan untuk mengantisipasi tingkat persaingan melanjutkan
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan semakin kompetitifnya ketersediaan
lapangan pekerjaan. Dalam hal pengembangan sain dan teknologi, peningkatan
kemampuan masyarakat perdesaan dalam pemanfaatan teknologi tepat guna
(TTG) juga perlu mendapatkan penanganan yang optimal.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 15


Tingginya kesenjangan status kesehatan dan rendahnya akses terhadap
pelayanan kesehatan antarwilayah, belum optimalnya penggunaan teknologi di
bidang kesehatan merupakan kondisi yang menjadi tantangan bagi para pemangku
kepentingan untuk mengatasinya. Memperhatikan hal tersebut, pembangunan
kesehatan lebih didorong pada tercapainya kondisi yang memungkinkan
terciptanya perilaku sehat dan lingkungan yang sehat baik fisik maupun sosial
yang mendukung produktivitas masyarakat. Selain itu, perlu juga didorong
kepada berlangsungnya paradigma hidup sehat yang terintegrasi pada pencapaian
kualitas hidup penduduk yang sehat dan berumur panjang.

Terkait dengan pembangunan yang diwujudkan bersama dengan


masyarakat, pembangunan sektor agama mesti didorong untuk menciptakan
kondisi terbaik bagi berlangsungnya kehidupan masyarakat yang harmonis.
Semakin derasnya arus informasi dan pengaruh budaya asing yang masuk melalui
berbagai media, pembangunan sarana dan prasarana keagamaan, pengkajian dan
aplikasi ajaran agama, pengembangan seluruh potensi umat dalam menciptakan
kondisi kehidupan beragama secara fungsional dan proporsional, pengelolaan
sumber dana keumatan berdasarkan ajaran agama perlu dikelola sesuai dengan
prinsip-prinsip tata kelola yang baik, dan pemberdayaan potensi ekonomi umat,
sesuai dengan prinsip-prinsip dasar keagamaan yang dianut merupakan tantangan
yang dihadapi dalam pembangunan di bidang keagamaan.

Prediksi jumlah angkatan kerja pada akhir tahun 2025 diperkirakan


mencapai 21,5 juta jiwa dengan jumlah penduduk bekerja sebanyak 19 juta jiwa
dan pencari kerja sebanyak 2,5 juta jiwa. Meningkatnya jumlah angkatan kerja
yang merupakan kelompok usia produktif perlu disikapi dengan berbagai upaya
untuk membuka kesempatan kerja yang lebih besar, meningkatkan produktivitas
dan keterampilan tenaga kerja, mengurangi permasalahan perburuhan dalam
rangka mengendalikan jumlah pengangguran yang diprediksi akan semakin besar
di masa mendatang.

Berdasarkan gambaran kondisi kepemudaan di Jawa Barat, pemuda Jawa


Barat memilki potensi dan peluang yang cukup besar, sekaligus kelemahan dan
tantangan yang tidak ringan. Potensi dalam hal ini adalah jumlah yang cukup
besar, pola pikir dan semangat yang tinggi. Sementara peluang yang dimiliki oleh
pemuda Jawa Barat adalah ruang gerak atau ekspresi idealisme yang terbuka, baik
dalam konteks sistem nilai, sistem pendidikan, sistem ekonomi maupun sistem
politik. Kelemahannya adalah kondisi perkembangan psikologis pemuda yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 16


belum stabil, masih pada tahap pencarian identitas diri dan lemahnya sandaran
nilai serta norma. Tantangan yang muncul di kalangan pemuda adalah masa
depan yang penuh kompetisi baik keterampilan, idealisme maupun nilai budaya.

Seiring dengan kondisi aktual pembangunan keolahragaan saat ini, dirasa


perlu mengembangkan institusi birokrasi pemerintahan di bidang keolahragaan
guna memperhatikan sinergitas sistem pembinaan olahraga baik menyangkut
olahraga pendidikan, olahraga rekreasi maupun olahraga prestasi. Di samping itu
pengembangan ruang publik dan fasilitas olahraga agar bisa bertambah sehingga
para pelajar dan masyarakat luas dapat terlayani secara baik untuk berolahraga.
Demikian pula pengembangan sarana dan prasarana keolahragaan demi
kepentingan sentralisasi pembinaan maupun pentas olahraga nasional dan
internasional secara terpadu perlu segera diwujudkan agar Jawa Barat dapat
mengambil posisi menjadi kekuatan inti olahraga nasional. Oleh karena itu,
pengembangan olahraga ke depan mesti ditangani secara sungguh-sungguh untuk
mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat yang berbudaya seiring dengan
lahirnya Undang Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan.

Stigma bahwa perempuan makhuk lemah, porsi perempuan di rumah,


perempuan merupakan obyek kaum laki-laki dan diskriminasi perlakuan di dunia
usaha maupun politik merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam upaya
pemberdayaan perempuan. Karena itu, kesetaraan jender menjadi perhatian dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan melalui
peningkatan pemahaman mengenai kesetaraan jender, peningkatan kualitas hidup
dan peran perempuan, serta penguatan kelembagaan, kelompok masyarakat
(khususnya perempuan) dan jaringan kemitraan pengarusutamaan jender.

Imbas perubahan global dan pertentangan antara Nilai-nilai tradisional,


peninggalan sejarah, kepurbakalaan dan permuseuman dengan arus perubahan
teknologi informasi dan era komputerisasi, serta lemahnya kemampuan
masyarakat dalam menghadapi keragaman budaya diantaranya orientasi
kelompok, agama, etnis, dan krisis jati diri karena dapat menimbulkan konflik
sosial dan disintegrasi; menjadi tantangan bagi terwujudnya kondisi yang
diinginkan. Untuk itu upaya perlindungan dan pelestarian terhadap keempat aspek
kebudayaaan tersebut, penerapan muatan pendidikan nilai-nilai budaya daerah
terhadap anak usia dini dan usia pendidikan dasar, serta revitalisasi terhadap
lembaga/organisasi kesenian dan kebudayaan pelestarian cagar dan desa budaya,
dan pengembangan nilai-nilai yang ada di dalamnya merupakan strategi yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 17


optimal dalam pembangunan budaya daerah.

Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan bidang sosial adalah beban


permasalahan kesejahteraan sosial yang semakin beragam dan meningkat akibat
terjadinya berbagai krisis sosial. Upaya yang harus dilakukan diantaranya
pengembangan peran lembaga swadaya masyarakat, pengelolaan yang profesional
dan komprehensif panti rehabilitasi sosial. Selain itu, penanggulangan Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) menjadi Potensi Sumber Kesejahteraan
Sosial (PSKS) perlu diupayakan terus menerus melalui penggalian dan
pendayagunaan potensi yang dimiliki, peningkatan sarana dan prasarana,
peningkatan mutu sekolah serta pelatihan/ optimalisasi bagi organisasi/lembaga
sosial serta partisipasi masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat
sehingga tercipta kondisi sosial kemasyarakatan yang sesuai dengan norma-norma
agama dan budaya.

2.2.2 Ekonomi

Pembangunan ekonomi Jawa Barat dua puluh tahun mendatang dihadapkan


pada tantangan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara
berkelanjutan dan berkualitas untuk mewujudkan secara nyata peningkatan
kesejahteraan sekaligus mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi serta
pengangguran. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat tahun 2005–2025
diperkirakan akan berada pada kisaran 6% sampai 8% per tahun. Struktur
ekonomi Jawa Barat ke depan akan didominasi oleh empat sektor utama yaitu
sektor pertanian, industri, perdagangan, dan pariwisata. Seiring dengan era
perdagangan bebas yang akan terus mewarnai perkembangan ekonomi dunia di
masa mendatang, peningkatan daya saing ekonomi daerah menjadi faktor penentu
bagi keberlanjutan pembangunan ekonomi daerah. Penguatan Koperasi, Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah akan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi
daerah, yang didukung oleh reorientasi ekonomi kepada basis penelitian dan
teknologi serta pasar.

Tantangan peningkatan investasi di daerah ke depan tidak lepas dari


stabilitas keamanan dan ketertiban yang diiringi oleh kepastian hukum,
ketersediaan infrastruktur wilayah, ketersediaan dan kepastian lahan, perburuhan
dan masalah lainnya termasuk proses perizinan pembangunan. Pemecahan
masalah tersebut sangat menentukan keberhasilan untuk menarik investor agar
dapat menanamkan modalnya di Jawa Barat. Upaya promosi investasi juga

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 18


menjadi faktor penentu untuk menarik investasi baru.

Upaya untuk mendukung pencapaian pertumbuhan sektor industri jangka


panjang, diarahkan pada penguatan struktur industri dan peningkatan daya saing
industri yang berkelanjutan. Pembangunan industri yang berkelanjutan didasarkan
pada industri yang berbasis pada sumber daya alam lokal dan penguasaan
teknologi dengan didukung oleh sumber daya manusia yang kompeten. Dengan
demikian diharapkan sektor industri dapat menjadi penggerak utama
perekonomian daerah yang memiliki struktur keterkaitan dan kedalaman yang kuat
serta memiliki daya saing yang berkelanjutan dan tangguh di pasar domestik dan
internasional.

Adapun tantangan ke depan untuk pengembangan perdagangan di Jawa


Barat adalah di fokuskan peningkatan akses pasar ekspor diiringi dengan
peningkatan kualitas dan desain produk, serta memperluas kawasan dan tujuan
ekspor. Selain itu, untuk penguatan perdagangan dalam negeri di tujukan
peningkatan sarana distribusi barang, penguatan pasar domestik, menggalakkan
pemberdayaan produk dalam negeri dan peningkatan perlindungan konsumen.

Tantangan utama dalam pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat


adanya konversi lahan usaha tani ke nonpertanian menyebabkan terjadi
konsentrasi kapital di nonpertanian yang semakin menekan posisi tawar sektor
pertanian, rendahnya sumberdaya manusia di sektor pertanian akibat
berkurangnya minat dan ketersediaan sekolah kejuruan serta pendidikan dan
latihan (diklat) di bidang pertanian, rendahnya skala usaha tani, dan rendahnya
penghargaan terhadap petani serta lemahnya akses petani terhadap teknologi
baru, permodalan, informasi, dan pasar. Pada sisi lain pengembangan sarana dan
prasarana yang ada relatif belum dapat memperbaiki kinerja pertanian,
peningkatan kesempatan kerja maupun pengurangan kemiskinan. Untuk itu perlu
dilakukan upaya meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi antarsubsistem dalam
sistem pertanian, serta menumbuhkembangkan kepedulian pemerintah terhadap
pendidikan dan budaya pertanian. Tingkat kebutuhan konsumsi pangan di masa
yang akan datang untuk beberapa komoditi relatif akan meningkat secara
perlahan. Peningkatan ini berhubungan erat dengan tingkat pertumbuhan
penduduk serta proyeksi tingkat konsumsi per kapita per tahun.

Bisnis kelautan di masa mendatang akan dihadapkan pada pengembangan


usaha perikanan tangkap, usaha budidaya laut, bioteknologi kelautan, serta
berbagai macam jasa lingkungan kelautan yang berkelanjutan dan melibatkan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 19


masyarakat sehingga mampu mentransformasikan keunggulan komparatif sektor
kelautan dan perikanan menjadi keunggulan bersaing.

Tantangan pengembangan pariwisata dua puluh tahun mendatang adalah


mewujudkan Jawa Barat sebagai daerah kunjungan wisata utama. Potensi wisata
Jawa Barat cukup banyak dengan objek dan atraksi wisata yang variatif dan
menarik. Proyeksi jumlah kunjungan wisatawan ke Jawa Barat sebesar 16,4% per
tahunnya. Guna mendukung pertumbuhan wisatawan ke Jawa Barat, maka
pengembangan pariwisata difokuskan pada pengembangan daya tarik wisata yang
berakar pada alam dan budaya Jawa Barat sehingga dapat mencerminkan jati diri
masyarakat Jawa Barat, yang didukung oleh kompetensi sumber daya manusia,
pengelola daya tarik wisata dan fasilitas penunjang wisata.

Masalah kemiskinan akan sangat berkaitan dengan ketidakmampuan


individu untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak. Kebutuhan
akan sandang, pangan, papan serta pendidikan dan kesehatan merupakan
tantangan yang harus mendapatkan perhatian dalam rangka penanggulangan
kemiskinan. Oleh sebab itu, upaya penanggulangan kemiskinan merupakan
prioritas utama dalam pembangunan jangka panjang sehingga diharapkan pada
tahun 2025 jumlah penduduk miskin terus berkurang.

Dalam bidang energi, tantangan dalam dua puluh tahun kedepan adalah
terpenuhinya pasokan energi yang handal dan efisien, terciptanya pengelolaan
energi yang berkelanjutan serta terwujudnya kemampuan masyarakat dalam
pengebangunan energi menuju desa mandiri energi yang berkelanjutan.

Pencapaian tersebut dapat dilakukan melalui upaya-upaya intensifikasi,


divertifikasi energi, dan konservasi energi . Dalam upaya intensifikasi energi, maka
eklporasi dan eksploitasi sumber-sumber energi baru perlu terus dilakukan. Upaya
diversifikasi energi dilakukan dengan mengembangkan berbagai energi alternatif
baik energi baru maupun energi terbarukan seperti mikro hidro, Biomassa, panas
bumi, tenaga uap, tenaga surya, dan angin.

Dalam kebijakan ketenaga lsitrikan, khususnya dalam pemanfaatan sumber


energi terbarukan, energi air merupakan energi yang potensial lokal yang
diarahkan pemanfaatannya untuk pelistrikan di daerah perdesaan atau daerah
terpencil. PLTMH menjadi prioritas utama karena teknologi ini mampu memasik
kebutuhan listrik untuk penerangan masyarakat di perdesaan dan juga melayani
kebutuhan industri kecil perdesaan. Potensi energi surya dan angin menunjukan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 20


bahwa energi ini dapat terus dikembangkan untuk meningkatkan ketersediaan
energi di perdesaan.

Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya panas bumi terbesar
kedua di Indonesia atau sekitar 27,791 MW dan baru termanfaatkan 13,3% saja.
Pengembangan energi panas bumi untuk energi listrik skala nasional perlu
didorong karena ketersediaan energi ini dapat menggantikan BBM yang selama ini
menjadi sumber energi terbesar bagi pembangkit listrik. Sifatnya energi panas
bumi yang berkelanjutan akan menjadikan energi ini terus tersedia selama kondisi
lingkungan sekitarnya terjaga dan tentunya akan sejalan dengan kebijakan
pembangunan berkelanjutan. Dalam jangka panjang harus mulai dimulai pula
pengembangan energi nuklir sebagai salah satu sumber energi lsitrik nasional.

Di sektor rumah tangga, maka diversifikasi energi akan memerlukan


pengembangan teknologi tidak hanya dalam penyediaan gas tetapi juga energi
lainnya seperti biomassa. Jawa Barat memiliki potensi energi biomassa cukup
besar. Pemanfaatan energi biomassa dapat disesuaikan dengan potensi daerah
masing-masing baik dengan biogas atau biofuel.

2.2.3 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi (IPTEK) yang sangat pesat dan perubahan paradigma dari keunggulan
berdasarkan sumber daya yang dimiliki (resource-based competitiveness) menjadi
keunggulan berdasarkan pengetahuan (knowledge-based competitiveness). Karena
itu kemampuan suatu daerah untuk menguasai IPTEK menjadi salah satu faktor
dalam berkompetisi di pasar global dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya.

Dalam rangka peningkatan kemampuan IPTEK, tantangan yang dihadapi


dalam dua puluh tahun mendatang adalah meningkatkan kemampuan IPTEK yang
ditunjang oleh ketersediaan kualitas sumber daya IPTEK, diantaranya SDM yang
berkualitas, peningkatan sarana dan prasarana, serta pembiayaan menuju
masyarakat berbasis pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi. Selain itu,
pembangunan IPTEK mendatang, mengacu pada nilai-nilai luhur yaitu dapat
dipertanggunjawabkan, prima, inovatif dan berpandangan jauh ke depan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 21


2.2.4 Infrastruktur Wilayah

Pada masa yang akan datang, tantangan yang dihadapi dalam


pengembangan sarana dan prasarana wilayah di Jawa Barat adalah meningkatkan
kualitas dan cakupan pelayanan meliputi pengembangan angkutan umum massal
terutama untuk kota-kota yang berpenduduk padat; pengembangan jaringan jalan
yang efektif dan efisien, baik berupa jaringan jalan tol maupun non tol yang
menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama dalam skala regional dan lokal;
pengaturan hierarki peran serta fungsi jaringan transportasi yang lebih baik agar
menghasilkan pergerakan yang efisiensi dan efektif; peningkatan pelayanan
bandara-bandara yang telah ada dan mengembangkan bandara baru yang lebih
tinggi kapasitas layanannya untuk menunjang perkembangan kegiatan
perekonomian dan kegiatan-kegiatan lainnya; peningkatan sarana dan prasarana
pelabuhan yang ada dan mengembangkan pelabuhan baru; revitalisasi dan
pengembangan jaringan jalan rel untuk melayani pergerakan dalam kota dan
antarkota; pengembangan infrastruktur penampung air baku, baik yang bersifat
alami maupun buatan untuk meminimalisasi terjadinya bencana banjir dan
kekeringan; peningkatan layanan jaringan irigasi untuk menjamin keberlanjutan
sistem irigasi serta meningkatkan intensitas tanam padi sawah serta menjaga alih
fungsi lahan sawah beririgasi teknis dalam mempertahankan Jawa Barat sebagai
lumbung padi; pengembangan jaringan telekomunikasi baik yang menggunakan
jaringan kabel maupun nirkabel, terutama pada daerah yang teledensitasnya
masih rendah; pengembangan sarana dan prasarana dasar pemukiman, berupa
pengembangan rumah susun, meningkatkan cakupan pelayanan air bersih, dan
sanitasi lingkungan serta pengembangan pengelolaan sampah yang berskala
regional. Tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan sarana dan
prasarana wilayah adalah meningkatkan efisiensi dan efiktivitas pengelolaan
sarana dan prasarana wilayah antara lain dengan mengoptimalkan kerjasama
antara pemerintah dan swasta serta kemampuan lembaga pengelola.

2.2.5 Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Tantangan besar yang dihadapi Provinsi Jawa Barat sampai tahun 2025
adalah memulihkan dan menguatkan kembali daya dukung lingkungan dalam pe-
laksanaan pembangunan. Bersamaan dengan itu keterlibatan seluruh potensi
masyarakat untuk melakukan berbagai penguatan bagi terwujudnya perilaku dan
budaya ramah lingkungan serta sadar risiko bencana perlu terus

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 22


ditumbuhkembangkan. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan dengan
prinsip berkelanjutan menjadi tumpuan bagi upaya peningkatan kualitas
lingkungan hidup ke depan. Pendayagunaan sumber daya alam harus dilakukan
seefektif dan seefisien mungkin, ditopang IPTEK yang memadai sehingga
memberikan nilai tambah yang berarti.

Jawa Barat dengan keanekaragaman potensi sumber daya alamnya tidak


hanya menjadi pengekspor sumber daya alam bernilai rendah dan mengimpornya
kembali dalam bentuk produk bernilai tinggi, melainkan harus menjadi pengekspor
sumber daya alam yang telah diolah dan bernilai tinggi.

Pembiayaan penataan lingkungan merupakan aspek penting yang selama ini


sulit dilaksanakan karena terkait kerja sama dan komitmen antarpihak atau antar
daerah. Penerapan prinsip yang mencemari dan merusak harus membayar, pola
pembagian peran hulu hilir atau pusat-daerah, bagi hasil pajak untuk lingkungan,
dana lingkungan, serta pola pembiayaan pemulihan lingkungan harus mulai
dilakukan. Pengawasan secara berkesinambungan dan penegakan hukum secara
konsisten adalah sasaran dalam rangka pemulihan daya dukung lingkungan lebih
maksimal. Pemahaman risiko bencana harus mulai diintegrasikan pada proses
pembangunan ke depan, guna meminimalisasi risiko dan kerugian yang mungkin
timbul atas hasil – hasil pembangunan yang dicapai.

2.2.6 Politik

Keberhasilan pembangunan politik dapat diukur dari tingkat partisipasi


warga yang meliputi kebebasan politik dan akuntabilitas. Partisipasi warga menjadi
indikator karena menggambarkan esensi penerapan demokrasi dalam tata kelola
pemerintahan. Demokrasi secara substantif menghendaki keterlibatan secara aktif
dan otonom dari seluruh komponen masyarakat, agar aspirasi masyarakat dapat
diketahui secara pasti. Di sisi lain dengan partisipasi masyarakat tingkat legitimasi
pemerintah yang berkuasa dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan, karena
partisipasi sejalan dengan transparansi dan akuntabilitas.

Tolok ukur partisipasi adalah ketersediaan lembaga-lembaga politik dan


kemasyarakatan seperti jumlah partai politik dan ormas; ketersediaan institusi
mediasi yang merupakan cerminan masyarakat madani (civil society) seperti
jumlah organisasi non pemerintah dan pers; proporsi keterwakilan partai politik di
lembaga legislatif; proporsi keterwakilan perempuan di lembaga legislatif; tingkat

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 23


partisipasi pemberian suara; jumlah unjuk rasa dan pemogokan kerja; serta
keikutsertaan warga dalam berbagai kegiatan dan tingkatan.

Melihat tantangan perubahan yang dihadapi pembangunan Jawa Barat, di-


perlukan kualifikasi pemimpin daerah yang memiliki pengalaman dalam
penyelenggaraan manajemen pemerintahan, memiliki kecerdasan intelektual dan
spiritual untuk menggerakkan tata kelola pemerintahan yang baik dan
pemerintahan yang inovatif dan bebas korupsi – kolusi – dan nepotisme, dan
visioner untuk menggerakkan perubahan dan pembaruan dalam keseluruhan
konteks pembangunan, serta egaliter untuk menggerakkan tata pikir, sikap, dan
tindakan yang mampu menggerakkan proses demokratisasi yang beradab dan
bermuara pada terciptanta kondisi masyarakat yang harmonis. Proses pergantian
kepemimpinan daerah juga mempertimbangkan aspek keadilan dan kesetaraan
gender untuk mencapai keseimbangan antara ketegasan dan kecepatan, serta ke-
cermatan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.

Proses dan mekanisme politik berdasarkan prinsip-prinsip demokrasi di


masa mendatang adalah terciptanya tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara yang aman, damai, dan stabil. Karena itu, partisipasi warga dalam
kehidupan politik merupakan suatu keniscayaan melalui penguatan masyarakat
madani (civil society) yang terbuka terhadap perubahan. Termasuk keinginan
masyarakat untuk membentuk daerah otonom akan terus bermunculan selama
aspirasi masyarakat belum dapat diakomodir dengan tepat, dan komunikasi antara
pemerintah dan masyarakat mengalami hambatan.

2.2.7 Hukum dan HAM

Pembangunan hukum dalam kerangka tata kelola kepemerintahan yang


baik (good governance) diukur berdasarkan orientasi pemerintah (government
orientation) yang menunjukkan keberpihakan pemerintah terhadap kebutuhan
warga masyarakat, terutama dalam kinerja pelayanan publik dengan tolok ukur
penegakan hukum/efisiensi yudisial. Fungsi penegakan hukum diperlukan untuk
menunjukkan komitmen pemerintah dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang
telah dibuatnya. Selain itu, konsistensi dalam penegakan hukum dapat membantu
memulihkan kepercayaan masyarakat pada pemegang otoritas.

Pembangunan hukum berorientasi pada upaya memenuhi kebutuhan


masyarakat melalui berbagai aturan dan penegakan aturan tersebut guna

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 24


melindungi hak asasi manusia dan memenuhi kebutuhan masyarakat, termasuk
pencapaian kondisi tertib sosial kemasyarakatan yang berimplikasi terhadap
pertumbuhan ekonomi, juga berkaitan dengan penegakkan hukum secara
berkeadilan.

2.2.8 Ketentraman dan Keteriban Masyarakat

Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat merupakan faktor utama yang


memiliki peran sangat penting dalam menciptakan kondisi yang kondusif dalam
menyelenggarakan pembangunan jangka panjang Jawa Barat. Potensi ancaman
terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat akan dihadapi dari friksi dan
konflik sosial terkait dengan menurunnya daya dukung lahan, air, dan lingkungan
dalam proses pembangunan. Juga akibat dari lambannya pencapaian
keseimbangan jumlah penduduk dan lapangan pekerjaan. Ancaman lain yang
cenderung meningkat adalah kejahatan transnasional, mengingat Jawa Barat
merupakan jalur mobilitas orang dan barang yang strategis.

Gangguan terhadap ketentraman dan ketertiban masyarakat masih


berpotensi untuk muncul, yaitu berkembangnya modus-modus kejahatan baru
dengan memanfaatkan teknologi canggih dan maraknya kasus-kasus kerusuhan
dan berbagai kejahatan yang bersifat konvensional, transnasional, dan kejahatan
terhadap kekayaan Negara.

2.2.9 Aparatur

Aparatur pemerintah memegang peran sangat penting dalam


penyelenggaraan pemerintahan. Kedudukan aparatur pemerintah daerah tidak
hanya untuk menggerakkan manajemen dan organisasi pemerintahan, melainkan
juga dalam keseluruhan konteks demokratisasi. Terkait dengan hal tersebut, maka
perencanaan sumberdaya termasuk di dalamnya penataan struktur organisasi,
penataan kesisteman, dan pembentukan budaya organisasi yang menjunjung
tinggi etika, profesional dan disiplin, khususnya dalam mewujudkan kondisi
pemerintahan yang berorientasi kepada pelayanan.

Bertolak dari pengalaman empirik penyelenggaraan pemerintahan


sepanjang 1984-2005 dan tantangan yang dihadapi sampai dengan 2025 adalah
masih rendahnya kinerja aparatur karena adanya Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme
(KKN), masih rendahnya kualitas SDM aparatur, dan rendahnya kesejahteraan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 25


Pegawai Negeri Sipil; struktur organisasi yang dapat memenuhi kebutuhan daerah,
kesisteman yang mampu menjadi acuan dalam proses administrasi pemerintahan
didukung oleh teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan secara
optimal, dan budaya organisasi yang mendorong peningkatan kinerja aparatur.
Birokrasi yang modern dan mampu menjalankan fungsinya dalam sistem
pemerintahan demokratis merupakan tantangan utama ke depan, yaitu birokrasi
yang mampu memformulasikan kebijakan sesuai dengan keinginan politik dan
aspirasi masyarakat dan dapat mengimplementasikannya secara bertanggung
jawab.

2.2.10 Tata Ruang dan Pengembangan Wilayah

Tantangan jangka panjang yang dihadapi adalah menjaga konsistensi


antara perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Penataan ruang ke depan perlu mempertimbangkan daya dukung dan daya
tampung lahan serta kerentanan terhadap bencana alam. Selain itu diperlukan
regulasi yang jelas agar tidak terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor.
Tantangan lainnya adalah mengurangi kesenjangan pembangunan antarwilayah
khususnya antara wilayah di perkotaan dan perdesaan khususnya yang berada di
Selatan Jawa Barat dan menyeimbangkan Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan
Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal sehingga dapat berkembang secara merata dan
optimal.

Tantangan aspek pola tata ruang adalah penyediaan kebutuhan lahan untuk
kawasan permukiman terutama di kawasan perkotaan dalam kondisi luasan lahan
yang ada sangat terbatas karena adanya kawasan lindung yang tidak boleh
berubah fungsi dan adanya lahan sawah yang juga harus dipertahankan
keberadaannya. Selain itu pengelolaan kawasan perkotaan akan menjadi
tantangan tersendiri dalam mengatur aktivitas perkotaan dan memenuhi
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan
prinsip pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.

2.3 Modal Dasar

Modal dasar pembangunan merupakan salah satu kekuatan dan peluang


yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar pembangunan daerah, antara lain :

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 26


1. Karakteristik masyarakat Jawa Barat yang religius dan berbudaya adiluhung
mendorong terciptanya kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan
pembangunan;

2. Posisi geografis Jawa Barat yang berbatasan dengan ibukota negara


menjadikan Jawa Barat sebagai penyangga DKI Jakarta dan menjadi lintasan
utama arus regional penumpang dan barang Sumatera – Jawa – Bali
merupakan dasar dalam penetapan kebijakan pembangunan daerah di
berbagai aspek;

3. Sumber daya air yang melimpah dan keanekaragaman hayati menjadi potensi
pembangunan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat;

4. Jumlah penduduk terbesar di Indonesia menjadi sumber daya yang potensial


dan produktif bagi pembangunan daerah;

5. Keragaman budaya Jawa Barat merupakan modal sosial yang akan


mempercepat proses pembangunan;

6. Keamanan dan ketertiban yang relatif stabil akan menjadi daya tarik dalam
peningkatan investasi di Jawa Barat;

7. Ketersediaan sumber daya buatan yang dapat berfungsi sebagai daya tarik
bagi investor dan mempercepat proses pembangunan daerah;

8. Sumberdaya pariwisata yang cukup memadai sebagai modal untuk


memberdayakan masyarakat;

9. Luas wilayah Jawa Barat menjadi potensi ekonomi untuk meningkatkan


kesejahteraan rakyat.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT II - 27


BAB III

VISI DAN MISI

3.1 Visi Pembangunan Daerah

Berdasarkan kondisi sampai dengan saat ini dan tantangan yang akan
dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal
dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 -
2025 adalah :

“DENGAN IMAN DAN TAKWA,


PROVINSI JAWA BARAT TERMAJU DI INDONESIA”

Pernyataan Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat di atas, memiliki makna :

1. Iman dan Takwa sebagai landasan dalam melaksanakan aktivitas guna


pencapaian visi dan misi yang ditetapkan melalui pengamalan ajaran agama.
Pengamalan ajaran agama secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat
akan mewujudkan situasi yang kondusif untuk melaksanakan pembangunan
daerah;

2. Provinsi Jawa Barat Termaju di Indonesia dimaksudkan sebagai provinsi yang


memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia.
Keunggulan tersebut ditunjukkan dalam semua aspek kehidupan terutama
aspek sumberdaya manusia, ekonomi, pemerintahan, sosial, budaya dan
lingkungan hidup.

Indikasi terwujudnya pencapaian Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat


Tahun 2005 – 2025, ditandai dengan :

1. Provinsi termaju dalam aspek sumberdaya manusia ditunjukkan dengan


masyarakat yang berakhlak mulia, sehat, cerdas dan produktif, menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu memainkan peran dan fungsi
sebagai subjek dan objek dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Masyarakat Jawa Barat juga merupakan masyarakat yang memiliki jatidiri
yang kuat dan mandiri serta mampu bersaing dalam kehidupan sehingga
menjadi potensi yang memiliki kapabilitas untuk memenuhi pasar kerja lokal,
nasional, dan internasional.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT III-1


2. Provinsi termaju dalam aspek ekonomi ditunjukkan dengan penciptaan
struktur ekonomi yang tangguh, pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah
tinggi, pemerataan hasil-hasil pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Jawa
Barat, serta mampu bersaing dalam percaturan global. Kemajuan dalam
pembangunan ekonomi sangat ditentukan oleh kemampuan daerah untuk
memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki, keberadaan sumberdaya
manusia pengelola yang berkualitas, kemitraan yang saling menguntungkan
dalam lingkup regional, nasional dan internasional yang difokuskan pada 4
(empat) bisnis utama yaitu industri manufaktur, pertanian, pariwisata, dan
energi. Perekonomian yang maju didukung oleh penyediaan infrastruktur
yang memadai dan berkualitas serta pemanfaatan ruang dan pengelolaan
sumberdaya alam secara rasional, efisien dan berkelanjutan.

3. Provinsi termaju dalam aspek pemerintahan ditunjukkan dengan kondisi


demokrasi yang berkualitas, yaitu penerimaan seluruh masyarakat terhadap
demokrasi dalam berbangsa dan bernegara, didukung oleh tertib sosial,
penegakan hukum yang konsisten dan peraturan daerah yang mendorong
peningkatan kinerja pemerintahan, profesionalisme aparatur, pelayanan
publik, akuntabilitas dan transparansi sehingga terwujud pemerintahan yang
telah mampu menerapkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government).

4. Provinsi termaju dalam aspek sosial dan budaya ditunjukkan dengan


kestabilan politik, meningkatnya derajat kehidupan sosial masyarakat,
terjaminnya keamanan dan ketertiban, pengamalan ajaran agama secara
konsisten, terwujudnya kerukunan hidup antar umat beragama serta
pelestarian dan pengamalan nilai-nilai luhur budaya daerah yang mampu
menjawab tantangan masa depan yang sangat dinamis.
5. Provinsi termaju dalam aspek lingkungan hidup ditunjukkan dengan
diterapkannya pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) yang ditandai oleh tingginya daya dukung lingkungan,
rendahnya tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan, lestarinya
pemanfaatan sumberdaya alam yang terbarukan maupun tak terbarukan
serta tingginya peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam
dan pelestarian lingkungan hidup sehingga terjadi keadilan inter dan antar
generasi.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT III-2


Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat jangka panjang dilakukan dengan
menerapkan prinsip-prinsip stabilitas yang mantap, pertumbuhan yang tinggi,
pemerataan yang berkeadilan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Prinsip stabilitas yang mantap ditunjukkan dengan terciptanya ketentraman


dan ketertiban masyarakat di seluruh wilayah Jawa Barat, konsistennya penegakan
hukum serta rendahnya gejolak di masyarakat yang berpotensi menghambat laju
pembangunan daerah.

Prinsip pertumbuhan yang bernilai tambah tinggi menekankan pada


tingginya produktivitas seluruh faktor produksi (total factor productivity)
masyarakat Jawa Barat. Prinsip ini tidak menghilangkan pentingnya pertumbuhan
tinggi yang ditunjukkan dengan tingginya produk domestik regional bruto,
tingginya laju pertumbuhan ekonomi, tingginya produktivitas masyarakat Jawa
Barat, tingginya investasi dalam pembangunan daerah baik investasi dalam negeri,
investasi asing maupun investasi masyarakat, tingginya nilai ekspor Jawa Barat
serta terkendalinya inflasi, tetapi juga menekankan pentingnya peningkatan peran
sumberdaya manusia berkualitas serta kemandirian teknologi.

Prinsip pemerataan yang berkeadilan ditunjukan dengan pemerataan


pembangunan dalam setiap sektor pembangunan, seluruh wilayah Jawa Barat
serta seluruh kelompok dan lapisan masyarakat. Pemerataan pembangunan juga
dimaksudkan dengan meningkatkan pembangunan di wilayah tertinggal dan
wilayah perbatasan untuk mengurangi disparitas pembangunan antarwilayah.

Prinsip pembangunan berkelanjutan ditunjukan dengan terciptanya orientasi


pembangunan daerah yang mempertimbangkan kebutuhan hidup generasi yang
akan datang, pendayagunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara
bijaksana serta terwujudnya pola konsumsi masyarakat yang hemat dan
proporsional.

3.2. Misi Pembangunan


Upaya perwujudan visi pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa Barat
tersebut akan dicapai melalui 5 (lima) misi pembangunan jangka panjang Jawa
Barat tahun 2005-2025 sebagai berikut:
Misi Satu : Mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat yang
berbudaya ilmu dan teknologi, produktif dan berdaya
saing; adalah membangun sumber daya manusia yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT III-3


sehat jasmani, rohani dan sosial, memiliki tingkat
pendidikan dan kompetensi yang tinggi, memiliki daya
saing, memiliki akhlak mulia, dan menjunjung nilai-nilai
luhur agama dan budaya, serta memiliki akses terhadap
pendidikan dan pelayanan masyarakat yang berkualitas,
terpadu, adil dan merata di seluruh lapisan masyarakat;

Misi Dua : Meningkatkan perekonomian yang berdaya saing


dan berbasis potensi daerah; adalah mengembangkan
dan memperkuat perekonomian regional yang berdaya
saing global dan berorientasi pada keunggulan komparatif,
kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada segenap
potensi yang ada di daerah, untuk mewujudkan pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat, pertumbuhan yang tinggi,
dan pemerataan yang berkeadilan. Perkembangan ekonomi
regional didukung oleh penyediaan infrastruktur yang
memadai, tenaga kerja yang berkualitas dan produktif, serta
regulasi yang mendukung penciptaan iklim investasi yang
kondusif.

Misi Tiga : Mewujudkan lingkungan hidup yang asri dan lestari;


adalah mengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup
secara berkelanjutan, menjaga fungsi dan daya dukung
lingkungan, serta menjaga keseimbangan pemanfaatan
ruang yang serasi antara kawasan lindung dan budidaya,
dan antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Misi Empat : Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik;


adalah meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban,
meningkatkan partisipasi masyarakat, membangun
akuntabilitas kepemerintahan yang bertanggung jawab,
bebas korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), peningkatan
efisiensi birokrasi, kemitraan yang serasi antarlegislatif
dengan eksekutif, dan penciptaan stabilitas politik dan
konsistensi dalam penegakan hukum.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT III-4


Misi Lima : Mewujudkan pemerataan pembangunan yang
berkeadilan; adalah mengurangi kesenjangan sosial
secara menyeluruh, meningkatkan keberpihakan kepada
daerah tertinggal, menanggulangi kemiskinan dan
pengangguran, menyediakan akses yang sama bagi
masyarakat terhadap berbagai pelayanan sosial serta sarana
dan prasarana dasar, serta menghilangkan diskriminasi
dalam berbagai aspek.

3.3. Perwujudan Visi dan Misi

Untuk mewujudkan visi dan misi Provinsi Jawa Barat tahun 2005 – 2025
tersebut dibutuhkan :

1. Keselarasan visi dan misi (alignment vision and mission) antara provinsi dan
kabupaten/kota;

2. Komitmen bersama antara provinsi dan kabupaten/kota melalui


kepemimpinan Gubernur dan Bupati/Walikota, melaui prinsip – prinsip :
kebersamaan (togetherness), kemandirian (selfhelp), keadilan dan
keberlanjutan (sustainability). Ketiga prinsip tersebut diwujudkan melalui
pendekatan secara komprehensif, yaitu peningkatan modal sosial (social
capital), pemberdayaan (empowerment), tata kelola kepemerintahan yang
baik (good governance), membangun saling kepercayaan (trust each others),
dan komunikasi yang sehat (health of communication);

3. Pelaksanaan pembangunan daerah secara terintegrasi dengan melibatkan


seluruh pemangku kepentingan pembangunan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT III-5


BAB IV
ARAH, TAHAPAN, DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
DAERAH TAHUN 2005–2025

Untuk memberikan arah yang jelas bagi pelaksanaan pembangunan jangka


panjang daerah, ditentukan sasaran pembangunan pada setiap misi sebagai
berikut :

1. Terwujudnya kualitas kehidupan masyarakat yang berbudaya ilmu


dan teknologi, produktif dan berdaya saing, ditandai oleh hal-hal
berikut:

a. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat;

b. Meningkatnya kesadaran berperilaku sehat guna mewujudkan budaya


hidup sehat;

c. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang terpadu dan


dilaksanakan secara adil, merata, dan terjangkau;

d. Meningkatnya akses terhadap pelayanan pendidikan yang berkualitas;

e. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan formal, nonformal, dan


informal;

f. Meningkatnya kualitas tata kelola pendidikan yang efektif dan berbasis


kompetensi serta berorientasi pada kualitas lulusan;

g. Meningkatnya penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan


teknologi;

h. Terwujudnya jati diri masyarakat yang berperilaku cerdas dan berbudi


pekerti luhur, yang dicirikan dengan meningkatnya pemahaman dan
implementasi nilai-nilai agama dan nilai luhur budaya daerah dalam
kehidupan bermasyarakat;

i. Meningkatnya kualitas kerukunan hidup antar dan inter umat beragama;

j. Meningkatnya kompetensi tenaga kerja sesuai dengan permintaan pasar


kerja;

k. Meningkatnya penempatan tenaga kerja sesuai dengan pertumbuhan


angkatan kerja;

l. Meningkatnya perlindungan dan pengawasan tenaga kerja;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 1


m. Meningkatnya kualitas hidup, kesejahteraan dan perlindungan terhadap
perempuan dan anak;

n. Meningkatnya pelayanan dan penanganan sosial pada korban trafficking


pada anak dan perempuan;

o. Menurunnya penyandang masalah kesejahteraan sosial dan meningkatnya


potensi kesejahteraan sosial;

p. Meningkatnya budaya dan prestasi olahraga;

q. Meningkatnya kualitas pemuda dan peran dalam bidang politik, ekonomi


dan budaya serta IPTEK.

2. Meningkatnya perekonomian yang berdaya saing dan berbasis


potensi daerah, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Meningkatnya keterkaitan antara sektor primer, sektor sekunder, dan


sektor tersier dalam suatu sistem yang produktif, bernilai tambah dan
berdaya saing serta meningkatnya keterkaitan pembangunan ekonomi
antarwilayah;

b. Meningkatnya optimasi ketersediaan ruang untuk aktivitas ekonomi


bersamaan dengan meningkatnya pelayanan infrastruktur transportasi
yang handal dan terintegrasi, infrastruktur sumber daya air dan irigasi
yang berkelanjutan, infrastruktur telekomunikasi yang efisien dan modern,
pasokan energi yang andal dan efisien, serta sarana dan prasarana dasar
permukiman yang berkualitas;

c. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja,


investasi di daerah, nilai ekspor produk serta mengurangi ketergantungan
terhadap bahan baku impor;

d. Terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat Jawa Barat;

e. Tersedianya penunjang perkembangan ekonomi dalam bentuk regulasi


yang efektif, pembiayaan yang berkelanjutan, sumber daya manusia yang
berkualitas, teknologi tinggi dan tepat guna, jaringan distribusi yang
efektif dan efisien serta sistem informasi yang handal;

f. Meningkatnya daya tahan dan daya saing dunia usaha di Jawa Barat
terutama Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta tumbuhnya
wirausaha baru.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 2


3. Terwujudnya lingkungan hidup yang asri dan lestari, ditandai oleh hal-
hal berikut :

a. Meningkatnya keseimbangan antara jumlah penduduk terhadap daya


dukung dan daya tampung lingkungan;

b. Terkendalinya pertumbuhan penduduk secara alamiah maupun penduduk


migrasi;

c. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan;

d. Terkendalinya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang


efektif, efisien dan bernilai tambah.

4. Terwujudnya tata kelola kepemerintahan yang baik, ditandai oleh hal-


hal berikut :

a. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penetapan kebijakan yang


didukung kondisi politik yang demokratis berbasiskan etika;

b. Meningkatnya penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia


yang menjamin terwujudnya ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

c. Meningkatnya profesionalisme aparatur yang berbasis nilai-nilai


keagamaan, efisiensi birokrasi dan akuntabilitas pemerintah daerah yang
bermuara kepada peningkatan pelayanan publik berbasis teknologi
informasi.

5. Terwujudnya pemerataan pembangunan yang berkeadilan, ditandai


oleh hal-hal berikut :

a. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat


untuk mengurangi tingkat kemiskinan di seluruh wilayah Jawa Barat;

b. Berkurangnya kesenjangan antarwilayah dan kesenjangan sosial antar


kelompok masyarakat;

c. Terpenuhinya kebutuhan perumahan beserta sarana dan prasarana


dasarnya dengan didukung oleh pembiayaan perumahan yang terjangkau
bagi seluruh lapisan masyarakat dan terbebas dari permukiman kumuh;

d. Tersedianya kesempatan berusaha bagi seluruh lapisan masyarakat untuk


menanggulangi pengangguran;

e. Tersedianya akses akan pelayanan sosial dasar di seluruh wilayah Jawa


Barat.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 3


Untuk mencapai sasaran-sasaran pokok tersebut, arah pembangunan jangka
panjang selama kurun waktu 2005 - 2025 adalah sebagai berikut :

4.1. Arah Pembangunan

4.1.1 Mewujudkan kualitas kehidupan masyarakat yang berbudaya ilmu


dan teknologi, produktif, dan berdaya saing

Terwujudnya masyarakat Jawa Barat yang sehat, berperilaku cerdas dan


berbudi pekerti luhur yang mendasarkan setiap tindakan kepada norma dan nilai
luhur agama dan budaya serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan modal dasar tercapainya sasaran pembangunan di bidang lainnya.
Tanpa disertai dengan SDM yang mampu berpikir dan bertindak cepat dan tepat
menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan, pembangunan tidak akan
berlangsung sebagaimana mestinya dan tidak akan mampu memenuhi aspek
keberlanjutan.

Pembangunan pendidikan diselenggarakan secara integral oleh institusi


pendidikan, pengguna, dan pemerintah daerah untuk mencapai kualitas sumber
daya manusia yang beriman dan bertakwa, berahlak mulia, berkepribadian
nasional, cerdas, kreatif, produktif, inovatif, mandiri, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi, unggul dalam persaingan, serta mampu beradaptasi dengan
perubahan zaman dan tuntutan kebutuhan pasar. Pembangunan di bidang
pendidikan diarahkan pada:

1. Pemerataan dan peningkatan pelayanan pendidikan yang bermutu dan


berkeadilan untuk seluruh masyarakat di jalur formal, informal, dan nonformal
dengan memperhatikan kondisi wilayah;

2. Penyediaan data dan informasi pendidikan yang akurat, tepat waktu dan
transparan bagi pengelola dan pengguna jasa pendidikan untuk dijadikan
bahan bagi peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan;

3. Pengembangan fungsi, peran dan kualitas aparatur institusi pendidikan Jawa


Barat yang berskala nasional, regional, dan internasional yang dikembangkan
melalui pusat-pusat pelatihan;

4. Pengembangan tata kelola pendidikan yang efektif dan efisien dengan


pencitraan publik yang akuntabel dan profesional;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 4


5. Penyediaan sarana pendidikan yang bermutu dan merata, peningkatan
penelitian dan penyebarluasan hasilnya, serta pelaksanaan pengabdian pada
masyarakat;

6. Peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan baik negeri


maupun swasta dengan standar yang memadai, disertai upaya peningkatan
kualitas dan profesionalitas pendidik dan tenaga kependidikan;

7. Peningkatan sistem evaluasi yang komprehensif dan akuntabel yang dapat


menghasilkan lulusan yang berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik;

8. Peningkatan pola dan kultur belajar siswa yang dikembangkan ke arah


pembentukan budaya kualitas melalui proses pembelajaran yang demokratis
dan menyenangkan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan
potensi dirinya;

9. Pemenuhan tuntutan anggaran dan pembiayaan pendidikan sesuai dengan


UUD 1945 dan peningkatan partisipasi masyarakat dalam membangun
pendidikan berkualitas yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Pembangunan kesehatan dilaksanakan secara simultan dengan titik berat


pada kesehatan ibu dan anak, sanitasi, peningkatan kualitas gizi masyarakat,
peningkatan akses pelayanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, pengembangan
peran instalasi kesehatan masyarakat sebagai pusat pemberdayaan untuk mem-
bentuk lingkungan dan perilaku sehat serta peningkatan peran dan fungsi kaum
perempuan sebagai penggerak pembangunan di seluruh tingkat dan lapisan
masyarakat. Pembangunan kesehatan diarahkan pada :

1. Peningkatan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan berkualitas


bagi penduduk miskin;

2. Peningkatan pemerataan pembangunan kesehatan dalam rangka meniadakan


ketimpangan antardaerah dan antarkelompok penduduk;

3. Peningkatan peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan


kesehatan khususnya dalam pengembangan pelayanan medik;

4. Peningkatan produksi, distribusi dan pemanfaatan obat yang bermutu, efektif


dan aman bagi penduduk dengan harga yang terjangkau.

Pembangunan bidang keagamaan merupakan landasan bagi terciptanya


sumber daya manusia Jawa Barat yang berkualitas. Karakteristik masyarakat Jawa

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 5


Barat yang religius dan berbudaya adiluhung diharapkan mampu mendorong
terciptanya kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan pembangunan. Karena itu
pembangunan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang agamis diarahkan
untuk:

1. Peningkatan pemahaman ajaran agama di kalangan umat beragama melalui


pendidikan agama dan dakwah agar kesadaran dan keyakinan keagamaan
umat semakin meningkat;

2. Peningkatan pengamalan ajaran agama secara menyeluruh baik tentang


akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak mulia sehingga terwujud kesalehan
individual dan kesalehan sosial;

3. Penciptaan kerukunan hidup beragama, baik kerukunan intern umat


beragama dan kerukunan antarumat beragama;

4. Pengembangan sarana dan lembaga keagamaan;

5. Peningkatan pelayanan keagamaan dan partisipasi antarumat beragama pada


proses pembangunan.

Pembangunan bidang kebudayaan juga merupakan modal bagi terciptanya


sumber daya manusia Jawa Barat yang berkualitas dan berdaya saing. Dengan
terwujudnya masyarakat yang memiliki jatidiri dan berketahanan budaya,
diharapkan mampu menjadi faktor pendukung pelaksanaan dan pencapaian target-
target pembangunan. Oleh karenanya pembangunan bidang kebudayaan
diarahkan untuk :

1. Pemantapan ketahanan budaya masyarakat Jawa Barat;


2. Revitalisasi, pelestarian, serta pengembangan nilai-nilai budaya daerah dan
kearifan lokal masyarakat Jawa Barat;
3. Pemantapan serta penguatan identitas dan jatidiri masyarakat Jawa Barat;
4. Penumbuhan budaya inovatif berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan menciptakan masyarakat pembelajar.

Pembangunan ketenagakerjaan bersifat multidimensi, mempengaruhi dan


dipengaruhi oleh berbagai faktor dengan pola hubungan yang kompleks.
Pembangunan ketenagakerjaan yang berskala besar, kompleks, serta masih
didominasi oleh tenaga kerja pertanian dan sektor informal lainnya memerlukan
kebijakan pasar kerja yang lentur.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 6


Adapun arah pembangunan ketenagakerjaan dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Peningkatan kompetensi dan daya saing pencari kerja untuk pasar tenaga
kerja di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat termasuk di luar negeri;

2. Peningkatan keterampilan tenaga kerja pada sektor industri, perdagangan,


jasa serta sektor pertanian;

3. Peningkatan perlindungan dan pengawasan tenaga kerja pada sektor formal;

4. Peningkatan kerjasama dengan lembaga-lembaga ketenagakerjaan,


perguruan tinggi serta dunia usaha.

Pembangunan pemuda dan olahraga sebagai bagian yang tidak terpisahkan


dari pembangunan SDM Jawa Barat diselenggarakan untuk memberikan dukungan
nyata pada upaya peningkatan kualitas masyarakat yang memiliki kompetensi dan
daya saing serta membentuk karakter masyarakat Jawa Barat yang memiliki
semangat dan daya juang yang tinggi. Pembangunan di bidang pemuda dan
olahraga diarahkan untuk :

1. Peningkatan kualitas pemuda agar menjadi modal manusia (human capital)


yang memiliki karakter dan berpartisipasi dalam bidang politik, ekonomi,
budaya serta IPTEK;

2. Pengembangan lembaga kepemudaan yang mampu memberikan manfaat


nyata bagi proses pembangunan dan bagi kesejahteraan masyarakat;

3. Peningkatan kualitas aktivitas olahraga yang diarahkan pada budaya


berolahraga dan olah raga prestasi.

Untuk aspek pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, upaya


pembangunannya diarahkan untuk :

1. Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan;

2. Penurunan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak;

3. Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarustamaan jenderl;

4. Ketersediaan data dan statistik.

Pembangunan kesejahteraan sosial dilaksanakan secara simultan melalui


sistem perlindungan sosial dan jaminan sosial, penguatan modal sosial dan nilai-
nilai budaya masyarakat, penyelenggaraan pelayanan sosial yang bersifat
pencegahan, rehabilitatif dan promotif bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 7


Sosial (PMKS). Untuk mendukung semua hal tersebut maka perlu dilakukan
berbagai upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dan lembaga-lembaga
masyarkat dalam penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan sosial.

Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan untuk :

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan,


keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat;

2. Peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan Penyandang Masalah


Kesejahteraan Sosial.

Pembangunan pada aspek ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),


diarahkan untuk :

1. Memantapkan penguasaan dan pengambangan IPTEK yang mampu


mendorong pertumbuhan ekonomi;

2. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan pengembangan teknologi


pada setiap aspek pembangunan guna perwujudan masyarakat sejahtera

4.1.2 Meningkatkan perekonomian yang berdaya saing dan berbasis


potensi daerah

Arah pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi harus


berkelanjutan dan berkualitas. Pertumbuhan ekonomi harus dapat meningkatkan
kemakmuran bagi seluruh masyarakat Jawa Barat secara adil dan proporsional
dengan didukung oleh iklim usaha yang berdaya saing. Keberhasilan pencapaian
visi pembangunan jangka panjang ditentukan oleh kemampuan daerah untuk
memanfaatkan potensi wilayah melalui pengembangan kegiatan utama (core
business) secara berkelanjutan. Pembangunan ekonomi daerah Jawa Barat tahun
2005-2025 diarahkan kepada peningkatan nilai tambah segenap sumber daya
ekonomi melalui pengembangan pertanian, bisnis kelautan, industri manufaktur,
jasa, dan pariwisata, yang ditunjang oleh pengembangan dunia usaha, investasi,
infrastruktur wilayah dan keuangan daerah.

Pengembangan industri manufaktur Jawa Barat diarahkan pada :

1. Peningkatan nilai tambah dan produktivitas melalui diversifikasi produk hasil


penelitan dan pengembangan, pendalaman struktur, penguatan hubungan
kemitraan antar industri dan pendukungan infrastruktur industri;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 8


2. Pembangunan industri yang berkelanjutan, dengan memperhatikan aspek
lingkungan, pengembangan industri ramah lingkunganserta pengembangan
industri berbahan baku yang terbarukan;

3. Pengembangan Industri Kecil Menengah (IKM) yang mampu berdaya saing


baik di pasar lokal maupun internasional;

4. Pengembangan industri substitusi impor, industri yang potensial dan industri


kreatif.

Selanjutnya untuk pengembangan jasa difokuskan pada perdagangan dalam


negeri dan luar negeri yang diarahkan pada :

1. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal dan
regional, nasional dan internasional;

2. Peningkatan sistem distribusi penyediaan kebutuhan pokok masyarakat yang


efektif dan efisien;

3. Peningkatan perlindungan konsumen serta peningkatan kesadaran


penggunaan produksi dalam negeri;

4. Penguatan akses dan jaringan perdagangan ekspor.

Pengembangan pertanian di Provinsi Jawa Barat diarahkan pada :

1. Pengembangan industri input yang memadai dari segi jumlah, kualitas, dan
waktu sesuai dengan tuntutan pengembangan agribisnis hilir;

2. Pengembangan teknologi budidaya dan organisasi produksi yang dapat


meningkatkan produktivitas tanaman, ternak dan ikan dengan menggunakan
lahan minimal dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produk yang
berkualitas dan aman bagi konsumen;

3. Peningkatan nilai tambah melalui pengolahan hasil produk primer;

4. Pengembangan sistem pemasaran yang berorientasi pada perubahan


permintaan konsumen;

5. Pengembangan penunjang sistem yang berfungsi mengatur dan memandu


sistem pertanian dan bisnis kelautan;

6. Pengembangan jejaring bisnis terintegrasi yang menggambarkan harmoni


antarpelaku bisnis pada tingkat institusi pemerintah terkait, produsen dan
pelaku jasa pertanian dalam lingkup wilayah dan lingkup fungsional.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 9


Pengembangan pariwisata diarahkan pada pengembangan kawasan-
kawasan unggulan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Peningkatan citra Jawa
Barat sebagai daerah tujuan wisata diarahkan untuk dapat mampu mendorong
kegiatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal, serta
memberikan perluasan kesempatan kerja.

Peningkatan daya saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah


(KUMKM) sebagai bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi Jawa Barat
diarahkan pada peningkatan kompetensi dan penguatan kewirausahaan,
pengembangan kemitraan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya
peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar serta pemanfaatan hasil inovasi
dan penerapan teknologi dalam iklim usaha yang sehat. Untuk itu, pengembangan
KUMKM dilakukan secara terintegrasi melalui pembentukan usaha yang berbasis
ilmu pengetahuan dan teknologi serta berdaya saing, sehingga mampu
memberikan kontribusi untuk memperkuat perekonomian domestik.

Pengembangan dunia usaha dalam pembangunan ekonomi diarahkan pada


pengembangan dan pelaksanaan iklim persaingan usaha secara sehat,
peningkatan kemitraan strategis di antara pelaku pembangunan ekonomi untuk
memperkuat basis ekonomi lokal serta perumusan strategi dan kebijakan
pengembangan teknologi.

Pengembangan investasi daerah diarahkan pada perwujudan iklim investasi


yang menarik melalui pemberian insentif dan kemudahan kepada investor dalam
bentuk penyediaan sarana, prasarana dana stimulan, pemberian modal usaha,
pemberian bantuan teknis, keringan biaya dan percepatan pemberian izin usaha.
Investasi yang dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan demokrasi ekonomi
yang akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian kemakmuran bagi
rakyat.

Pembangunan energi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasokan energi


dan listrik yang bersumber dari potensi energi terbarukan seperti, potensi hidro,
surya, angin, panas bumi, uap dan gelombang laut.

Pembangunan infrastruktur wilayah yang meliputi infrastruktur transportasi,


sumber daya air dan irigasi, energi, telekomunikasi dan sarana dan prasarana
pemukiman diarahkan untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastuktur
dalam rangka mendukung peningkatan aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya
dengan memperhatikan keserasian pembangunan antardaerah dan wilayah serta

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 10


daya dukung lingkungan. Pengembangan infrastruktur wilayah dilaksanakan
dengan meningkatkan peran serta masyarakat melalui investasi swasta, yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas ketersediaan infrastruktur
wilayah.

Pembangunan infrastruktur wilayah dikembangkan melalui pendekatan


pengembangan wilayah sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah agar tercapai
keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah serta mendukung
tumbuhnya pusat – pusat pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur wilayah
meliputi infrastruktur transportasi, sumber daya air dan irigasi, energi,
telekomunikasi dan sarana dan prasarana pemukiman diarahkan untuk
meningkatkan pemenuhan kebutuhan infrastuktur dalam rangka mendukung
peningkatan aktivitas perekonomian, sosial, dan budaya dengan memperhatikan
keserasian pembangunan antardaerah dan wilayah serta daya dukung lingkungan.
Pengembangan infrastruktur wilayah dilaksanakan dengan meningkatkan peran
serta masyarakat melalui investasi swasta, yang diharapkan dapat meningkatkan
kualitas dan kuantitas ketersediaan infrastruktur wilayah.

Pembangunan infrastruktur transportasi dilakukan melalui pendekatan


pengembangan wilayah, guna terciptanya keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antardaerah serta mendukung tumbuhnya pusat-pusat
pertumbuhan. Pembangunan infrastruktur transportasi yang terdiri dari
transportasi darat, laut, dan udara dilaksanakan melalui pengembangan
infrastruktur transportasi yang efektif dan efisien, yang diarahkan pada
peningkatan pergerakan orang dan barang, melalui kualitas pelayanan dan
optimalisasi biaya, mempercepat dan memperlancar pergerakan melalui perbaikan
manajemen transportasi antarmoda, angkutan umum massal terutama di
perkotaan, pengembangan jalan bebas hambatan di perkotaan dan antar kota
yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan utama serta peningkatan kualitas dan
kuantitas jaringan jalan primer. Pembangunan transportasi udara dan laut
dilakukan melalui pembangunan dan revitalisasi bandara serta pelabuhan nasional
maupun internasional, guna memenuhi kebutuhan pergerakan dari dan ke Jawa
Barat dalam skala regional, nasional, maupun internasional.

Pengembangan infrastruktur sumber daya air dilakukan melalui upaya


konservasi, sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, pengendalian daya
rusak air, pengembangan sistem informasi sumber daya air, serta peningkatan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Untuk itu,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 11


pembangunan infrastruktur sumber daya air diarahkan pada penyediaan air baku
melalui pengembangan dan pengelolaan sumber air sekaligus sebagai pengendali
banjir dan daya rusak air, peningkatan keterpaduan pengelolaan daerah aliran
sungai, optimalisasi penggunaan air permukaan dan peningkatan peran
masyarakat dalam pengelolaan pemanfaatan air yang berwawasan lingkungan.
Adapun pengembangan infrastruktur irigasi diarahkan pada peningkatan layanan
jaringan irigasi melalui optimalisasi penyediaan air irigasi dan kehandalan
prasarana irigasi untuk menciptakan keberlanjutan sistem irigasi.

Pembangunan infrastruktur telekomunikasi diarahkan untuk meningkatkan


akses dan cakupan pelayanan masyarakat terhadap telekomunikasi, dengan
prioritas pengembangan pada wilayah yang memiliki teledensitas rendah.

Pembangunan infrastruktur pemukiman diutamakan untuk memenuhi


kebutuhan sarana dan prasarana dasar pemukiman yang memadai (air minum dan
sanitasi) pada wilayah-wilayah tertinggal dan pusat-pusat pertumbuhan wilayah.
Hal tersebut ditujukan terutama untuk mengejar ketertinggalan pembangunan
pada wilayah-wilayah tersebut dan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Penyediaan sarana dan prasarana dasar pemukiman akan diarahkan pada


pengembangan sistem komunal skala kecil untuk kawasan pedesaan dan skala
besar untuk kawasan perkotaan. Pembangunan prasarana pengelolaan sampah,
pengolahan air bersih, dan pengolahan air limbah dilaksanakan melalui
peningkatan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat/kelompok
masyarakat, sehingga secara bertahap peran pemerintah akan terus berkurang
yang pada akhirnya hanya berperan sebagai fasilitator dan regulator saja.
Pengembangan sarana perumahan diarahkan pada pembangunan rumah-rumah
susun terutama di kawasan perkotaan.

4.1.3.1 Mewujudkan Lingkungan Hidup yang Asri dan Lestari

Lingkungan hidup yang asri dan lestari akan meningkatkan kualitas hidup
manusia dan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi
pembangunan. Karena itu, untuk mewujudkan Jawa Barat yang termaju, daya
dukung lingkungan memegang peran penting dalam proses pembangunan.
Penerapan prinsip–prinsip pembangunan berkelanjutan dan sinergitas
implementasi di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 12


Pengendalian pertumbuhan penduduk dan persebarannya diarahkan untuk
menjaga daya tampung suatu wilayah dalam suatu kesatuan ruang. Untuk itu,
pengendalian terhadap laju pertambahan penduduk alami maupun arus migrasi
terutama urbanisasi menjadi perhatian utama. Pertumbuhan penduduk dan
persebaran penduduk yang terkendali ditujukan agar mampu memberi dampak
positif terhadap daya dukung maupun daya tampung suatu wilayah, terutama dari
sisi permintaan dan kebutuhan terhadap sumber daya alam, bahan pangan,
infrastruktur wilayah, lahan dan permukiman, bahkan dari sisi jumlah limbah atau
bahan buangan yang dihasilkan.

Kesadaran masyarakat untuk berperilaku ramah lingkungan merupakan


aspek penting untuk memperoleh kualitas lingkungan yang layak. Upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat lebih diarahkan melalui peningkatan
pendidikan lingkungan sejak dini, sosialisasi, komunikasi dan informasi lingkungan,
serta memperkenalkan berbagai kearifan lokal kepada seluruh lapisan masyarakat.
Peningkatan akses dan peran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
memerlukan suatu perhatian. Keteladanan sebagai bagian dari budaya
masyarakat Jawa Barat mendapat perhatian khusus agar berbagai upaya untuk
mewujudkan masyarakat berperilaku ramah lingkungan dapat tercapai.

Penataan ruang diarahkan untuk mewujudkan penataan ruang yang


berkelanjutan, mendukung daya saing daerah, dan berkeadilan, serasi, serta
mampu mewadahi perkembangan wilayah dan aktivitas perekonomiannya dengan
tetap menjaga keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Keseimbangan daya dukung dan daya tampung lingkungan diarahkan untuk


mengendalikan perkembangan kota-kota besar dan metropolitan sehingga menjadi
suatu kota yang berkelanjutan melalui penerapan manajemen perkotaan yang
meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona
lindung, penciptaan aktivitas ekonomi melalui penyediaan ruang-ruang investasi
beserta dukungan sistem transportasi masal yang efisien dan ramah lingkungan.

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan untuk


meningkatkan kapasitas dan kualitas pengelolaan, memantapkan kepranataan,
menguatkan sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan, mengoptimalkan
penggunaan teknologi ramah lingkungan, serta menguatkan kelembagaan
pengelola sumber daya alam dan lingkungan hidup, terutama pengelola sumber
daya air, sumber daya pesisir dan laut dan kawasan lindung. Berbagai upaya
tersebut perlu didukung oleh sistem penegakan hukum dan pemerintahan yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 13


baik, dengan arahan pada tersedianya perangkat hukum dan perundangan yang
memberikan kepastian kewenangan dan penegakan hukum secara adil dan
konsisten.

Secara geografis wilayah Jawa Barat terletak pada area yang rentan
terhadap bencana alam, dan perubahan iklim, bahkan di beberapa wilayah
mempunyai resiko tinggi terhadap bencana. Upaya penanganan bencana ke depan
lebih diarahkan kepada pengurangan resiko bencana dan adaptasi terhadap
perubahan iklim. Pengurangan resiko bencana diarahkan kepada pencegahan lebih
dini, mitigasi, dan meningkatkan kesiapsiagaan, untuk meminimalkan tingkat
kerusakan, kerugian ekonomi, bahkan korban jiwa. Dalam pelaksanaannya, upaya
pengurangan resiko bencana harus masuk dalam setiap proses tahapan
pembangunan dan pengembangan wilayah. Penataan ruang yang berbasis
kebencanaan, sistem informasi kebencanaan dan kerentanan terhadap iklim,
sistem peringatan dini, perencanaan penanganan bencana, sosialisasi dan
pelatihan bagi masyarakat agar lebih mempunyai kesiapan dan ketahanan
menghadapi bencana, merupakan hal–hal yang mendapat perhatian khusus.

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan diarahkan pada


upaya peningkatan peran masyarakat dalam melakukan pencegahan serta kontrol
terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan, demikian pula upaya
meningkatkan penyediaan sistem pengelolaan lingkungan terpadu, baik berupa
instalasi pengolahan limbah bersama, sanitasi komunal atau tempat pemrosesan
akhir sampah terpadu, penerapan pola 3R (recycle/daur ulang,
reduce/pengurangan, reuse/pemakaian ulang). Perhatian khusus juga perlu
diberikan kepada pengembangan instrumen atau upaya nonstruktur dalam
pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan, seperti kegiatan ekolabel,
sertifikasi pengelola lingkungan, penegakan hukum lingkungan, maupun pola
insentif dan disinsentif.

Pemulihan kualitas lingkungan diarahkan kepada upaya rehabilitasi lahan


kritis baik melalui pola vegetasi maupun sipil teknis, reklamasi lahan pasca maupun
bekas penambangan, penataan daerah resiko tinggi bencana (gerakan tanah,
tsunami, dan banjir), penataan kawasan kumuh perkotaan, pemulihan ekosistem
kawasan lindung, perlindungan atau pemulihan daerah resapan air, pemulihan
kualitas sumber daya air permukaan, air tanah, dan pesisir. Pola kemitraan perlu
dibangun dengan masyarakat untuk lebih memacu pelaksanaan upaya pemulihan
kualitas lingkungan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 14


Pelestarian fungsi kawasan lindung diarahkan pada pemulihan kondisi dan
peningkatan fungsi kawasan lindung untuk menjaga keseimbangan ekosistem
kawasan, kestabilan iklim baik mikro maupun makro, manfaat ekologis dan
menjaga sumber daya ekonomi kawasan. Kawasan lindung Jawa Barat memegang
peran penting bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dalam kaitan
pengurangan resiko bencana alam, kawasan lindung akan bermanfaat besar guna
mencegah atau mengurangi besaran serta dampak akibat bencana alam, seperti
banjir, longsor, dan tsunami. Kawasan lindung juga mempunyai potensi yang
dapat dimanfaatkan secara ekonomi dari sisi jasa lingkungan, keanekaragaman
hayati, atau sumber daya air. Oleh karena itu, setiap pemanfaatannya harus tetap
dalam kaidah konservasi yang telah ditentukan.

Pendayagunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diarahkan pada


upaya menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan pemanfaatannya,
menciptakan kemandirian, serta peningkatan nilai tambahnya dalam kerangka
pembangunan berkelanjutan. Perhatian khusus perlu diberikan terhadap upaya
pengembangan energi alternatif untuk mendukung ketahanan energi,
pemanfaatan jasa–jasa lingkungan dalam pengembangan pengelolaan wilayah
pesisir dan laut yang tidak terpisahkan dari wilayah daratan, kepariwisataan dan
pendidikan, pengelolaan sumber daya air terpadu, pengembangan nilai tambah
keanekaragaman hayati dan produk pertambangan, peningkatan pencadangan
energi atau sumber daya alam tak terbarukan, pengembangan pemanfaatan
sumber daya alam terbarukan dan pembatasan penggunaan sumber daya alam
tidak terbarukan. Upaya mendayagunakan sumber daya alam dan lingkungan
hidup dilakukan secara rasional, optimal, efisien, dan bertanggung jawab.

4.1.4 Mewujudkan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik

Untuk mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik, perlu perubahan


perilaku politik seluruh kekuatan politik masyarakat dalam menciptakan demokrasi
berbasis etika dan nilai-nilai budaya daerah, sehingga mampu mewujudkan ke-
adaan yang aman, tertib, dan tenteram dalam melaksanakan pembangunan. Hal
tersebut didukung oleh penegakan hukum yang konsisten, produk hukum yang
mendukung peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan
perubahan perilaku aparatur pemerintah yang dilandasi peningkatan etos kerja,
profesionalitas, peraturan, sistem dan prosedur, dan sistem karier yang lebih
terarah dan mampu menjamin kesejahteraan pegawai sesuai dengan kinerjanya.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 15


Kapasitas dan kapabilitas aparatur pemerintah harus disertai dengan optimalisasi
kemahiran beradaptasi dalam menggunakan perangkat teknologi berbasis
informasi yang mempunyai daya saing terutama pemanfaatan dalam proses
pengambilan keputusan yang berdampak terhadap kualitas pelayanan kepada
masyarakat. Peningkatan profesionalitas aparatur ditunjang oleh struktur
organisasi tata kerja yang lebih efisien dan efektif.

Pembangunan politik diarahkan untuk mewujudkan demokrasi yang


berbasis etika dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Demokrasi
dicapai melalui konsensus seluruh pemangku kepentingan untuk berperan sesuai
fungsinya masing-masing yang didukung oleh kemapanan suprastruktur dan
infrastruktur politik, meningkatnya peran partai politik sebagai sarana komunikasi
politik, sosialisasi politik, rekruitmen politik dan sarana pengatur konflik, sehingga
dapat meredam potensi konflik di daerah baik yang bersifat vertikal maupun
horizontal, juga semakin kuatnya peran masyarakat madani (civil society) dalam
mendukung kapasitas dan kapabilitas sistem politik. Demokrasi diarahkan untuk
memperkuat otonomi daerah pada tingkat provinsi, kabupaten/kota dan desa yang
menjamin pertisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.

Arah pembangunan untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan melalui :

1. Pengembangan kelembagaan demokrasi lokal;

2. Penataan hubungan eksekutif dan legislatif menuju kemitraan yang menjamin


tata kelola pemerintahan yang baik;

3. Penguatan peran masyarakat madani (civil society) dalam demokratisasi;

4. Perluasan akses partisipasi publik;

5. Pengembangan budaya politik kewargaan;

6. Penataan daerah otonom kabupaten dan kota dalam rangka pemerataan


pembangunan dan efektivitas rentang kendali;

7. Pengembangan kerja sama daerah.

Pembangunan ketenteraman dan ketertiban masyarakat diarahkan untuk


mewujudkan tertib sosial berlandasan hukum. Ketenteraman dan ketertiban
masyarakat sebagai faktor utama dan berperan dalam menciptakan situasi
kondusif bagi keberlanjutan pembangunan di Jawa Barat. Dalam mewujudkan
kehidupan masyarakat yang aman, tenteram, dan tertib perlu didukung konsistensi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 16


penegakan hukum dengan aparat hukum yang bersih dan lembaga peradilan yang
kuat dan independen.

Arah pembangunan yang akan dilaksanakan adalah:

1. Peningkatan pelayanan keamanan dan perlindungan masyarakat dari


berbagai gangguan;

2. Peningkatan dan pemberdayaan potensi keamanan masyarakat dalam


mewujudkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat;

3. Penguatan tata kelola perlindungan masyarakat berlandaskan hak asasi


manusia.

Pembangunan hukum ditujukan untuk mendukung penyelenggaraan


pemerintahan terutama pelayanan publik melalui proses penyusunan produk
hukum yang aspiratif dan partisipatif, tidak bertentangan dengan peraturan yang
lebih tinggi dan dapat memenuhi tuntutan perkembangan jaman, sehingga dapat
meningkatkan kualitas legislasi daerah. Produk hukum yang ditetapkan harus
diikuti dengan penegakkan hukum yang konsisten didukung aparat penegak
hukum yang bersih dan kesadaran hukum masyarakat yang tinggi.

Arah pembangunan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :

1. Perwujudan produk hukum daerah yang memihak kepentingan masyarakat ;

2. Perwujudan harmonisasi produk hukum ;

3. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat ;

4. Pembangunan budaya hukum;

5. Pembangunan kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga peradilan.

Penyelenggaraan manajemen pemerintahan diarahkan untuk meningkatkan


pelayanan publik yang ditopang oleh aparatur yang profesional, bertanggung
jawab, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta menjunjung tinggi etika,
dan bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme), dengan wadah struktur
kelembagaan daerah yang memiliki ukuran yang tepat guna mewujudkan birokrasi
yang efisien.

Arah pembangunan untuk mewujudkan hal tersebut adalah :

1. Penataan birokrasi pemerintahan dari sisi struktur dan budaya organisasi


serta kesejahteraan aparatur;

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 17


2. Peningkatan kinerja pelayanan publik melalui pembenahan sistem dan
prosedur serta standardisasi kualitas pelayanan;

3. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan publik;

4. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam interaksi antara


pemerintah dengan masyarakat dan pelaku usaha;

5. Pengembangan kapasitas pemerintahan desa dalam rangka penguatan daya


saing;

6. Peningkatan harmonisasi hubungan antartingkat pemerintahan dan dengan


pemangku kepentingan lainnya.

4.1.5 Mewujudkan Pemerataan Pembangunan

Pemerataan pembangunan diarahkan pada :

1. Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang terencana


dan terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan tertuang dalam
suatu rencana tata ruang. Selanjutnya rencana tata ruang tersebut digunakan
sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor agar
pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi dan berkelanjutan;

2. Peningkatan perhatian kepada wilayah tertinggal agar ketertinggalan wilayah


tersebut tidak terlalu besar bahkan dapat sejajar dengan wilayah lain yang
telah lebih dulu berkembang. Untuk itu akan dilakukan percepatan
pembangunan wilayah tertinggal melalui pendekatan peningkatan
manusianya maupun sarana dan prasarananya;

3. Penanggulangan kemiskinan yang dilakukan melalui pemberdayaan usaha


mikro dan pengembangan koperasi dan penciptaan akses terhadap lembaga
keuangan lainnya sebagai wahana yang efektif untuk mendukung kegiatan
ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah;

4. Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan sehingga wilayah


perbatasan sebagai wajah Jawa Barat dapat menjadi pintu gerbang yang
mencirikan kemajuan Provinsi Jawa Barat;

5. Keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan melalui keterkaitan


kegiatan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Pembangunan perkotaan
diarahkan agar dapat menjadi pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di
wilayah perdesaan. Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkan pada

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 18


pengembangan agroindustri dan agropolitan sesuai dengan ketersediaan
tenaga kerja, peningkatan sumberdaya manusia di perdesaan khususnya
dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya;

6. Kerjasama antardaerah dikembangkan guna menciptakan kondisi saling


menguntungkan. Kerjasama antardaerah diarahkan dalam rangka efisiensi
pelayanan publik maupun pembangunan lainnya melalui kerjasama
pembiayaan, ataupun pemeliharaan dan pengelolaan sarana dan prasarana
sehingga dapat berbagi manfaat diantara daerah yang bekerjasama;

7. Pembangunan kesejahteraan sosial diarahkan melalui sistem perlindungan


dan jaminan sosial bagi bagi masyarakat yang kurang beruntung dan bagi
masyarakat penyandang masalah sosial;

8. Pemenuhan perumahan beserta sarana dan prasarana pendukungnya


dilakukan melalui penyelenggaraan perumahan yang berkelanjutan, layak dan
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat sesuai kemampuan daya belinya;

9. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yaitu air minum dan sanitasi


diarahkan pada peningkatan kualitas penyediaan air minum dan sanitasi,
pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi
masyarakat, penyelenggaran pelayanan air minum dan sanitasi yang
akuntabel dan profesional serta penyediaan sumber-sumber pembiayaan
murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi;

10. Peningkatan akses terhadap pelayanan sosial dasar yaitu pendidikan dan
kesehatan akan terus dilakukan melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang memadai dan merata di seluruh wilayah Jawa Barat,
pembenahan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau
bagi seluruh masyarakat serta peningkatan kualitas pendidikan dasar dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang akuntabel dan bertanggung jawab.

4.2. Tahapan dan Prioritas Pembangunan

Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Jawa Barat
dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka pembangunan jangka menengah,
yang diukur dengan parameter peningkatan kualitas manusia melalui indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Batas bawah status pembangunan manusia terkategorikan tinggi (IPM = 80),

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 19


diproyeksikan dapat terwujud pada tahapan RPJM Daerah Ketiga yaitu pada tahun
2015, yang merupakan komitmen bersama dalam perwujudannya antara
pemerintahan provinsi jawa barat, pemerintahan kabupaten/kota se jawa barat,
peran aktif seluruh pemangku kepentingan di Jawa Barat serta dukungan yang
kuat dari pemerintah. Bentuk komitmen tersebut diimplementasikan ke dalam
kerangka anggaran (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan Non
APBN/APBD serta dana masyarakat/dunia usaha) dan kerangka regulasi.
Tahapan pembangunan jangka menengah tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :

4.2.1 RPJM Daerah Pertama (2005 – 2008)

Dengan berlandaskan pada pencapaian hasil-hasil pembangunan periode


sebelumnya, pembangunan daerah pada tahap ini diprioritaskan pada akselerasi
peningkatan kesejahteraan masyarakat guna mendukung pencapaian visi ‘Dengan
Iman dan Takwa Jawa Barat Sebagai Provinsi Termaju di Indonesia dan Mitra
Terdepan Ibukota Negara Tahun 2010’

Upaya pencapaian visi tersebut dilakukan dengan implementasi lima visi


pembangunan sebagai berikut :

Pertama, Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Sumber Daya Manusia


Jawa Barat yang akan diraih terutama melalui upaya peningkatan pendidikan,
kualitas kesehatan, dan peningkatan produktivitas masyarakat Jawa Barat. Faktor
kunci keberhasilan misi ini adalah mengoptimalkan komitmen pemerintah daerah
untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Adapun
tujuannya adalah meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan pendidikan,
kesehatan, dan produktivitas untuk peningkatan daya saing SDM Jawa Barat.

Kedua, Pengembangan Struktur Perekonomian Regional yang Tangguh, hal


ini diperlukan untuk mencapai peningkatan dan pemerataan kesejahteraan
ekonomi masyarakat Jawa Barat agar memiliki kemandirian, kemampuan, dan
daya saing dalam menghadapi persaingan global serta mengentaskan masyarakat
miskin. Faktor kunci keberhasilan misi ini adalah meningkatkan kinerja pemerintah
daerah dalam memfasilitasi dan mendorong tumbuh kembangnya ekonomi
masyarakat dengan memanfaatkan potensi dan daya tarik Jawa Barat serta
membaiknya kondisi perekonomian nasional,

Ketiga, Pemantapan Kinerja Pemerintahan Daerah, termasuk di dalamnya


pengelolaan aspek politik, hukum dan HAM. Melalui pemantapan kinerja ini

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 20


diharapkan pemerintah daerah di Jawa Barat dapat menjadi pendorong bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Faktor kunci keberhasilan untuk misi ini
adalah meningkatkan efektivitas pelayanan publik oleh aparatur pemerintah
Provinsi sejalan dengan tuntutan masyarakat akan penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik dan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Tujuan
yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya sinergitas, produktivitas dan
akuntabilitas pemerintah daerah.

Keempat, Peningkatan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan,


terutama untuk mengendalikan keseimbangan daya dukung lingkungan dengan
jumlah dan persebaran penduduk dalam satu kesatuan ruang, serta upaya
meningkatkan mitigasi bencana alam. Faktor kunci keberhasilannya adalah
optimalisasi pelaksanaan peraturan daerah dalam rangka pengelolaan
pembangunan yang berkelanjutan untuk mengatasi degradasi lingkungan. Tujuan
yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya daya dukung dan daya tampung
lingkungan.

Kelima, Peningkatan Kualitas Kehidupan Sosial yang Berlandaskan Agama


dan Budaya Daerah, yang harus menjadi landasan pembangunan di Jawa Barat,
baik dalam pembangunan SDM, ekonomi, pemerintahan, politik dan hukum
maupun pengelolaan lingkungan dan tata ruang. Faktor kunci keberhasilannya
adalah meningkatkan peran pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas
kehidupan sosial berlandaskan agama dan budaya daerah untuk mengantisipasi
kekuatan pengaruh negatif. Tujuan yang ingin diwujudkan adalah meningkatnya
pengamalan ajaran agama, keharmonisan sosial, dan apresiasi terhadap budaya.

Prioritas pembangunan pada tahapan pembangunan pertama ini adalah :


Bidang Pendidikan. Prioritas pembangunan pendidikan diarahkan pada
percepatan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun. Upaya-upaya yang
dilakukan untuk mendukung target tersebut dilakukan melalui pembagian peran
(Role Sharing) pendanaan antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam
rangka rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru SD/MI dan SMP/MTs, serta
bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Pada jenjang pendidikan menengah difokuskan pada Rintisan Wajib Belajar
Dua Belas Tahun di kota – kota yang telah memenuhi syarat. Upaya tersebut
dilakukan melalui bantuan beasiswa bagi siswa SMA/SMK yang berasal dari
keluarga tidak mampu dan peningkatan sarana dan prasarana pendidikan
menengah. Selain itu Rintisan Sekolah Berstandar Nasional/Internasional menjadi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 21


prioritas pada periode ini. Pemberantasan buta aksara juga menjadi target yang
tak kalah pentingnya, melalui pengembangan pendidikan keaksaraan dan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) terutama untuk daerah-daerah terpencil yang
sulit mengakses pendidikan formal.

Pembangunan bidang kebudayaan di Jawa Barat diprioritaskan pada nilai-


nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat. Selanjutnya langkah dan
upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas pembangunan kebudayaan
tersebut, diawali dengan identifikasi terhadap nilai-nilai tradisional dan kearifan
lokal sebagai landasan pembangunan Jawa Barat.

Bidang Kesehatan. Prioritas pembangunan kesehatan pada periode ini


diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan melalui penyiapan tenaga
kesehatan strategis, pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, pengembangan
puskesmas dan rumah sakit yang mampu melakukan pertolongan gawat darurat
pada persalinan, peningkatan pengamtan yang terus menerus (surveilans)
penyakit dan promosi serta penyebarluasan informasi kesehatan melalui berbagai
media.

Bidang Keagamaan. Pembangunan di bidang keagamaan


memprioritaskan upaya-upaya untuk dapat mewujudkan kerukunan hidup baik
interumat maupun antarumat beragama. Selain itu dalam kurun waktu tersebut
pembangunan keagamaan diprioritaskan pada upaya-upaya untuk meningkatkan
pemahaman dan pengamalan agama.

Langkah dan upaya yang ditempuh untuk mewujudkan prioritas


pembangunan keagamaan tersebut, dilakukan dengan dialog-dialog secara
berkesinambungan baik antar maupun interumat beragama untuk mencapai
harmonisasi sosial, sikap tenggang rasa dan tingginya sikap toleransi antara
sesama maupun dengan pemeluk agama yang berbeda. Selain itu untuk
meningkatkan pemahaman dan pengamalan agama dilakukan langkah dan upaya
penyelenggaraan pendidikan keagamaan secara optimal, fasilitasi kepada lembaga-
lembaga keagamaan dalam meningkatkan pemahaman agama kepada
masyarakat, guna mewujudkan kesalehan sosial.

Bidang Kebudayaan. Pembangunan bidang kebudayaan di Jawa Barat


diprioritaskan pada nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat.
Selanjutnya langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 22


pembangunan kebudayaan tersebut, diawali dengan identifikasi terhadap nilai-nilai
tradisional dan kearifan lokal sebagai landasan pembangunan Jawa Barat.

Bidang Ketenagakerjaan. Pembangunan bidang ketenagakerjaan pada


aspek peningkatan kompetensi dan daya saing, diarahkan untuk pemenuhan
kebutuhan sarana, prasarana dan kurikulum pelatihan tenaga kerja yang berbasis
peluang kerja dan potensi lokal serta kewirausahaan. Pelaksanaan hubungan
industrial diarahkan untuk menciptakan produktivitas, kualitas, peningkatan
kesejahteraan pekerja.

Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang pemuda di Jawa


Barat diprioritaskan pada upaya-upaya untuk mengoptimalkan peran lembaga
kepemudaan, sedangkan pembangunan bidang olahraga diarahkan pada upaya
untuk meningkatkan prestasi olahraga yang berskala regional, nasional, serta
melakukan pembinaan terhadap bibit-bibit atlet berprestasi dari seluruh daerah di
Jawa Barat. Selain olahraga prestasi, pengembangan olahraga tradisional dan
olahraga masyarakat menjadi prioritas pada RPJM Daerah tahap pertama. Salah
satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas tersebut adalah dengan
membangun sarana prasarana olahraga masyarakat di kecamatan yang dilakukan
secara bertahap.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.


Pembangunan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
diprioritaskan pada penyelenggaraan advokasi yang berhubungan dengan
pengarusutamaan gender dalam pendidikan dan latihan, peningkatan
pemahamanan semua pihak tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi
terhadap perempuan dan anak, pemampuan lembaga pemerintah dalam
pemberdayaan perempuan, serta penyediaan data terpilah pada setiap aspek
pembangunan.

Bidang Sosial. Pembangunan bidang sosial diprioritaskan pada


peningkatan kualitas dan kuantitas kesejahteraan sosial perseorangan, keluarga,
kelompok dan komunitas masyarakat serta peningkatan penggalian potensi
sumber kehidupan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS).

Bidang IPTEK. Pembangunan bidang IPTEK diprioritaskan pada


penggalangan kerjasama antara lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi
dengan pemerintah daerah dalam upaya pemanfaatan hasil-hasil penelitian sesuai
kebutuhan pembangunan daerah.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 23


Bidang Industri dan Perdagangan. Pembangunan industri di Jawa Barat
dilakukan melalui tahapan revitalisasi, konsolidasi, dan restrukturisasi yang
ditandai dengan penguatan struktur industri, peningkatan kesempatan kerja di
sektor industri, pendayagunaan potensi lokal, penumbuhan industri yang potensial
dan menumbuhkembangkan industri kecil menengah sebagai pendukung industri
besar. Disamping itu, untuk peningkatan sistem perdagangan Jawa Barat melalui
penataan sistem pemasaran dan sarana distribusi barang, serta perintisan
pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)/Free Trade Zone (FTZ).

Bidang Pertanian dan Kelautan. Pengembangan pertanian sebagai salah


satu core business Jawa Barat ditandai dengan beberapa penguatan yaitu
penguatan sub sistem agribisnis. Strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat
didasarkan kepada kondisi permasalahan faktual pada sistem agribinis serta
adanya peluang dan tantangan yang muncul sebagai akibat terjadinya perubahan
lingkungan. Strategi penguatan sistem agribisnis Jawa Barat diharapkan dapat
menghantarkan pertanian pada kondisi ideal sebagai salah satu core business
Jawa Barat dan mampu mewujudkan masyarakat Jawa Barat sejahtera. Tahapan
penguatan sistem agribisnis Jawa Barat disusun meliputi enam aspek penguatan
antara lain 1) penguatan sumber daya manusia, 2) penguatan usaha, 3)
penguatan kondisi lingkungan, 4) penguatan sarana dan prasarana, 5) penguatan
penelitian dan pengembangan agribisnis, dan 6) Penguatan koordinasi
kelembagaan.

Pembangunan bisnis kelautan diarahkan pada pembenahan TPI/PPI,


pembenahan sistem perikanan budidaya, pemberdayaan masyarakat
pengolah/pengrajin ikan tradisional, peningkatan fungsi pelabuhan/pangkalan
pendaratan ikan, pelestarian lingkungan pesisir dan laut untuk mendukung
kegiatan perikanan tangkap dan budidaya, pembuatan database kelautan,
pembuatan tata ruang wilayah pesisir dan laut, penegakan hukum dan kebijakan,
pemanfaatan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, keuangan dan permodalan,
teknologi, produksi, pemasaran, pengembangan kemitraan dan kelembagaan
pertanian, pengembangan sarana dan prasarana.

Bidang Kepariwisataan. Adapun dalam rangka peningkatan citra Jawa


Barat sebagai daerah kunjungan wisata, dilakukan upaya penataan objek dan daya
tarik wisata di Kawasan Wisata Unggulan (KWU) Jawa Barat, pengembangan
pariwisata berbasis masyarakat (community based development) serta
peningkatan infrastruktur pendukung pariwisata.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 24


Bidang KUMKM. Pembangunan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(KUMKM) dilakukan melalui tahap penyiapan pranata KUMKM melalui peningkatan
kapasitas SDM KUMKM, perkuatan kelembagaan, peningkatan akses pasar,
pembiayaan dan IPTEK serta mewujudkan persamaan persepsi pemberdayaan
KUMKM pada masa otonomi daerah yang harus mendapat perhatian khusus dalam
tahapan pelaksanaan implementasinya.

Bidang Investasi. Pada tahap RPJMD I bidang investasi diarahkan pada


penyiapan prasarana dan saran iklim investasi, inventarisasi potensi investasi serta
promosi investasi Jawa Barat. Diharapkan dengan membangun iklim investasi yang
kondusif diawal tahapan ini dapat menjadikan Jawa Barat sebagai daerah tujuan
investasi disegala bidang.

Bidang Energi. Pada tahap ini penyiapan pranata dalam pengelolaan


energi difokuskan pada penyediaan energi bagi masyarakat, meningkatnya upaya
konservasi dan penghematan energi serta dimulainya pengembangan energi
alternatif.

Bidang Infrastruktur Wilayah. Pengembangan infrastruktur wilayah


diarahkan pada peningkatan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat, dengan
prioritas peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan infrastruktur wilayah. Pada
tahap ini, arah pengembangannya adalah pada penyiapan pranata pendukung
pengembangan infrastruktur wilayah, berupa penyusunan perencanaan strategis
dan kajian teknis, pengembangan kelembagaan pengelola serta peningkatan kerja
sama antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat. Indikasi implementasi
kebijakannya ditandai dengan terlaksananya revitalisasi infrastruktur wilayah yang
telah ada, serta persiapan pengembangan infrastruktur yang meliputi : jalan tol
dan arteri, angkutan massal perkotaan, bandara, pelabuhan, jalur kereta api,
waduk dan jaringan air baku, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih dan
sanitasi serta rumah susun.

Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Upaya


meningkatkan daya dukung lingkungan Jawa Barat, dilakukan melalui perbaikan
kepranataan, pengendalian laju pertumbuhan penduduk baik secara alamiah
maupun pengendalian migrasi, penataan ruang yang mampu mengarahkan
pergerakan orang dan barang, antisipasi pertumbuhan wilayah, khususnya
kawasan perkotaan, sinkronisasi rencana tata ruang wilayah Provinsi dengan
kabupaten/kota, pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian fungsi lingkungan
ke arah yang lebih baik. Upaya penerapan pendidikan lingkungan di sekolah,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 25


berkembangnya sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup,
tersedianya berbagai pedoman, tolok ukur, baku mutu, sistem pemantauan dan
evaluasi pengelolaan lingkungan, serta peraturan lingkungan yang memadai,
berjalannya upaya penegakan hukum lingkungan, serta meningkatnya upaya
mitigasi bencana.

Bidang Kependudukan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk


diarahkan pada penyediaan sarana dan prasarana keluarga berencana, sistem
administrasi kependudukan dan penyiapan persebaran penduduk baik di dalam
maupun keluar wilayah Provinsi.

Bidang Politik. Pembangunan Bidang Politik diarahkan pada penguatan


semangat kebangsaan, pemahaman hak dan kewajiban dalam kehidupan
demokrasi, penguatan peran dan fungsi partai politik dan legislatif, peningkatan
peran masyarakat dalam demokrasi, penguatan lembaga legislatif serta
pengembangan kemitraan eksekutif dan legislatif

Bidang Hukum dan HAM. Dalam bidang hukum dan HAM dilakukan
upaya penataan hukum daerah serta penciptaan landasan hukum untuk
memperkuat pelaksanaan otonomi daerah.

Bidang Ketentraman dan Ketertiban. Pembangunan bidang


ketentraman dan ketertiban umum diarahkan pada upaya mewujudkan rasa
tentram dan suasana tertib dengan tertanganinya berbagai kerawanan sosial,
menurunnya angka kriminalitas dan tercapainya prasyarat pembangunan.

Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik. Pembangunan Bidang Aparatur


diarahkan pada peningkatan kompetensi dan profesionalisme pegawai, penguatan
unit-unit pelayanan publik, pembentukan Pusat Perizinan Terpadu Satu Pintu
(PPTSP), dan perluasan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
manajemen pemerintahan.

Bidang Keuangan Daerah. Pembangunan bidang keuangan daerah


diarahkan pada peningkatan efektivitas dan peningkatan daya guna keuangan
daerah melalui restrukturisasi peraturan daerah, peningkatan kualitas pelayanan
kepada masyarakat wajib pajak dan retribusi, dan optimalisasi kinerja Organisasi
Perangkat Daerah Penghasil.

Bidang Tata Ruang. Pelaksanaan Penataan Ruang diarahkan untuk


mewujudkan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan melalui
pencapaian kawasan lindung sebesar 34% pada tahun 2008 serta perwujudan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 26


struktur tata ruang Jawa Barat, terdiri dari pengembangan Pusat Kegiatan Nasional
(PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) serta pengembangan infrastruktur
wilayah dalam rangka pengembangan 8 (delapan) kawasan andalan.

4.2.2 RPJM Daerah Kedua (2008-2013)

RPJM Daerah kedua ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas dan kualitas


pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis,
revitalisasi pertanian, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya
saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintahan
daerah untuk menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Pada tahapan ini
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diproyeksikan sebesar 77,20 pada tahun
2013.

Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut :

Bidang Pendidikan. Pembangunan pendidikan diprioritaskan untuk


peningkatan Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS) melalui
upaya Jawa Barat Bebas Putus Jenjang Sekolah (JB-BPJS), melalui penuntasan
penanganan Wajib Belajar Sembilan Tahun dan dimulainya Rintisan Wajib Belajar
Dua Belas Tahun di kota–kota terpilih. Pada kurun waktu ini dilakukan akselerasi
Program Wajib Belajar Dua Belas Tahun bagi kabupaten/kota se-Jawa Barat.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mendukungnya yaitu melalui pengembangan
pendidikan satu atap (sembilan tahun), peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan menengah dan bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga
tidak mampu (pendidikan untuk semua/Education For All).

Penanganan pendidikan dilaksanakan sejak usia dini sampai dengan


pendidikan tinggi melalui upaya peningkatan pemenuhan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kependidikan secara
bertahap. Perhatian secara proporsional untuk pelaksanaan pendidikan yang
memadai termasuk pelaksanaan pendidikan di daerah perdesaan, daerah
perbatasan antar provinsi dan daerah terpencil. Selain itu pengembangan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat masih tetap diprioritaskan, dengan target peningkatan
rata-rata lama sekolah bagi seluruh masyarakat yang tidak mengikuti pendidikan
formal.

Untuk pengembangan pendidikan menengah diupayakan melalui


pengembangan sekolah kejuruan berbasis kompetensi dan keunggulan lokal
terutama bagi daerah-daerah yang mempunyai keunggulan lokal pertanian,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 27


kelautan, industri dan pariwisata. Pembangunan sekolah kejuruan tidak terlepas
dari upaya untuk meningkatkan proporsi jumlah SMK berbanding SMA menjadi 60 :
40. Upaya-upaya tersebut didukung dengan perangkat kurikulum yang tetap
berbasis kompetensi dengan memprioritaskan nilai-nilai kearifan lokal.
Peningkatan kepedulian dari pemerintah daerah termasuk pemangku kepentingan
terhadap pendidikan pertanian dan peningkatan budaya pertanian perlu
dikembangkan secara berkelanjutan.

Adapun dukungan sumber daya terhadap penyelenggaraan pendidikan


tinggi dilakukan melalui upaya kerjasama pemerintah provinsi dan perguruan tinggi
serta lembaga riset yang difokuskan pada pemberian beasiswa bagi mahasiswa
berprestasi dan mahasiswa tidak mampu, serta pendampingan perguruan tinggi
dalam perwujudan pembangunan daerah.

Bidang Kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diprioritaskan untuk


meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH), penurunan Angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi. Upaya yang dilakukan melalui peningkatan lingkungan
kehidupan yang sehat, pengembangan sistem kesehatan, peningkatan upaya
pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit menular serta tidak
menular, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan khususnya dokter
dan bidan desa, serta peningkatan pelayanan kesehatan terutama Ibu dan anak.

Bidang Keagamaan. Sedangkan fokus pembangunan bidang keagamaan


diprioritaskan pada pengembangan fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) sebagai wadah kerukunan hidup baik interumat beragama
maupun antarumat beragama. Selain itu dalam kurun waktu tersebut
pembangunan keagamaan diprioritaskan kepada upaya-upaya untuk
mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan agama dalam
kehidupan bermasyarakat.

Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas


pembangunan keagamaan tersebut, antara lain dengan membentuk dan
merevitalisasi FKUB sebagai wadah bagi para tokoh agama, masyarakat, dan
pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasahan dalam kerukunan hidup
umat beragama. Selain itu, untuk mengimplementasikan dan mengaktualisasikan
pemahaman dan pengamalan agama dilakukan langkah dan upaya optimalisasi
lembaga sosial keagamaan yang berada di tengah masyarakat.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 28


Bidang Kebudayaan. Dalam Pembangunan bidang kebudayaan
diprioritaskan pada pelestarian nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat
Jawa Barat. Upaya yang dilakukan antara lain menanamkan nilai-nilai tradisional
dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat terutama pada kalangan generasi muda
dalam peran sertanya untuk pembangunan yang harmoni dan berbudaya tinggi.

Bidang Ketenagakerjaan. Pembangunan bidang ketenagakerjaan pada


aspek peningkatan kompetensi dan daya saing, diarahkan untuk peningkatan
sarana, prasarana dan kurikulum pelatihan tenaga kerja yang berbasis peluang
kerja dan potensi lokal serta kewirausahaan. Pelaksanaan hubungan industrial
melalui pemantapan unsur tripartit untuk menciptakan peningkatan produktivitas,
kualitas dan peningkatan kesejahteraan pekerja.

Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang olahraga


diprioritaskan pada persiapan pembangunan Stadion Utama Jawa Barat (West Java
Stadium) di Kawasan Sarana Olah Raga Gedebage sebagai pusat sarana dan
prasarana olahraga yang diharapkan mampu memfasilitasi berbagai aktivitas
olahraga yang berskala nasional maupun internasional, serta sebagai salah satu
upaya untuk mendorong prestasi olahraga di Jawa Barat. Sedangkan untuk
pengembangan olahraga masyarakat dan olahraga tradisional, terus dilakukan
melalui upaya peningkatan ruang publik guna meningkatkan akses layanan kepada
masyarakat agar bisa berolahraga dengan baik dan terarah. Adapun pembangunan
bidang pemuda diupayakan melalui peningkatan kualitas pemuda baik sebagai
individu maupun organisasi kepemudaan dilakukan melalui penyediaan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan
kewirausahaan.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.


Pembangunan bidang Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
diarahkan untuk peningkatan upaya pemberdayaan perempuan berbasis
kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan upaya perlindungan
terhadap perempuan dan anak melalui pencegahan kekerasan dalam rumah
tangga, pengembangan partisipasi lembaga sosial masyarakat dalam penanganan
permasalahan perempuan dan anak dan peningkatan peran serta dan kesetaraan
jender dalam pembangunan.

Bidang Sosial, diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas


kesejahteraan perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat dan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 29


peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

Bidang IPTEK. Pada tahap ini, bidang IPTEK diarahkan untuk


pendayagunaan dan pengembangan hasil-hasil penelitian terapan dalam
menunjang fokus dan akselerasi pembangunan ekonomi; pengembangan SDM dan
sarana prasarana yang dibutuhkannya dalam mendukung peningkatan kualitas
insani yang berdaya saing serta berbudaya ilmu (science) dan teknologi;
perwujudan layanan pemerintahan provinsi berbasis teknologi informasi (cyber
province)

Bidang Industri dan Perdagangan. Bidang industri dan perdagangan,


diarahkan untuk meningkatkan konsolidasi dan jejaring (networking), melalui
peningkatan peran sektor industri kecil dan menegah dalam struktur industri,
peningkatan kemitraaan antarindustri, dan peningkatan tumbuhnya industri-
industri andalan masa depan Jawa Barat sebagai kekuatan penggerak
pertumbuhan ekonomi. Pada sektor perdagangan diarahkan untuk
mengoptimalkan pasar dalam negeri, menata distribusi barang yang efektif dan
efisien serta meningkatkan ekspor produk Jawa Barat .

Bidang Pertanian dan Kelautan. Pembangunan pertanian pada tahap


RPJM kedua diprioritaskan pada peningkatan kesejahteraan petani, perbaikan
infrastruktur pendukung pertanian, peningkatan kualitas sumberdaya manusia
pertanian melalui pendidikan dan membangun budaya pertanian, pengendalian
alih fungsi lahan pertanian dan peningkatan produktivitas pertanian. Dalam
kaitannya dengan pengembangan agribisnis, upaya yang dilakukan adalah: (1)
penataan agribisnis yang ada dengan menggunakan ilmu dan teknologi yang tepat
guna menghasilkan produksi pertanian yang tinggi per hektar antara lain dengan
menggunakan pendekatan SRI (System of Rice Intensification), (2) perbaikan
subsistem agribisnis, (3) revitalisasi agribisnis, (4) meningkatkan nilai tambah
agribisnis dalam struktur perekonomian, dan (5) realokasi sumber daya,
pendanaan, dan pengembangan kawasan pertumbuhan agribisnis di perdesaan.

Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap kedua ini
diarahkan pada pengembangan perikanan komersial di Pantai Selatan dan Pantai
Utara, pengembangan usaha sarana produksi, pengembangan usaha teknologi
komunikasi kelautan, pengembangan jejaring usaha, pengembangan usaha
pengolahan hasil serta penguatan pasar untuk industri hilir.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 30


Bidang Kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan diarahkan pada
peningkatan keunggulan daya tarik wisata melalui pengembangan produk wisata
yang unik, tradisional dan mencerminkan jati diri masyarakat Jawa Barat yang
berakar pada alam dan budaya, peningkatan kinerja objek dan daya tarik wisata
yang berdaya saing serta pemanfaatan potensi sumber daya alam secara
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pada tahap ini dilakukan juga
peningkatan kualitas sarana dan prasarana pariwisata dengan standar
internasional.

Bidang KUMKM. Pembangunan KUMKM dilakukan melalui melalui


optimalisasi sumber daya produktif melalui peningkatan pemberdayaan KUMKM
yang sejalan dengan perkembangan dunia usaha dibantu dukungan kolateral dan
teknologi tepat guna untuk mengakselerasi upaya perwujudan dan pencapaian
kesejahteraan masyarakat. Pengembangan inkubator bisnis KUMKM diharapkan
dapat menjadi andalan dalam penyediaan tenaga kerja di Jawa Barat. KUMKM
pada tahap ini diharapkan dapat unggul dalam persaingan dalam lingkup nasional.

Bidang Investasi Daerah. Upaya peningkatan investasi yang dilakukan


pada tahap kedua ini adalah mempertahankan keberadaan invetasi yang ada, dan
menarik investasi baru melalui penciptaan iklim investasi yang kondusif,
pengembangan kerjasama investasi antara pemerintah daerah dengan swasta,
perencanaan dan pengembangan kawasan ekonomi khusus, serta pembentukan
lembaga investasi yang dapat memfasilitasi percepatan proses penanaman modal.

Bidang Energi. Semakin membaiknya pengelolaan energi, dicerminkan


dengan semakin mantapnya pranata pengelolaan energi, penyiapan desain dan
rencana induk energi regional Jawa Barat, dan rencana pengembangan desa
mandiri energi, meningkatnya upaya efisiensi energi, meningkatnya upaya
konservasi dan hemat energi, meningkatnya kemampuan pasokan energi,
meningkatnya akses energi bagi masyarakat perdesaan serta memberdayakan
masyakarakat dalam pembangunan energi yang berkelanjutan.

Meningkatnya penyediaan infrastruktur energi diantaranya dengan


meningkatkan kemampuan pembangkit listrik tenaga air dengan perbaikan
lingkungan sekitarnya, pengembangan energi panas bumi untuk skala nasional,
serta mendorong pengembangan energi alternatif seperti Pembangkit Listrik
Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),
Pembangkit Listrik Tenaga Angin serta perluasan jaringan listrik perdesaan untuk

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 31


tercapainya akses listrik di seluruh desa di Jawa Barat menuju Program Jabar
Caang Tahun 2010.

Bidang Infrastruktur Wilayah. Pada tahap ini, pengembangan


infrastruktur wilayah, diarahkan guna melanjutkan pembangunan infrastruktur
wilayah strategis yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya, memantapkan
infrastruktur yang telah ada, mengembangakan sistem transportasi massal (Mass
Rapid Transport) serta melanjutkan dan meningkatkan kerja sama antara
pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengelolaan infrastruktur wilayah.

Pembangunan infrastruktur wilayah strategis pada tahap ini, ditandai


dengan peningkatan aksesibilitas pergerakan orang, barang, dan jasa, melalui
penyelesaian pembangunan jalan horizontal di wilayah Jabar Selatan,
pembangunan jalan tol dalam kota yang dilaksanakan pada ruas Depok-Antasari,
ruas Cinere-Jagorawi, ruas Tanjung Priok-Cikarang, dan ruas Bogor Ring Road
Tahap I, serta persiapan dan pembangunan jalan tol antar kota pada ruas Cikopo-
Palimanan, Cileunyi-Sumedang-Dawuan dan pada ruas Soreang-Pasirkoja.
Berkenaan dengan penyiapan pranata pendukung pengembangan infrastruktur
transportasi jalan, dilakukan tahapan perencanaan dan persiapan pembangunan
jalan tol antar kota pada ruas Ciawi-Sukabumi, ruas Sukabumi-Ciranjang, dan ruas
Ciranjang-Padalarang, serta jalan tol dalam kota pada ruas Terusan Pasteur-
Ujungberung-Gedebage.

Dalam rangka meningkatkan akselerasi pembangunan infrastruktur


transportasi jalan, pada tahap ini akan dikembangkan dan diimplementasikan
kebijakan mekanisme pendanaan jalan melalui konsep Road Fund dan Turn Key
Project. Sedangkan untuk meningkatkan akselerasi pembangunan infrastruktur
wilayah secara keseluruhan, pada tahap ini akan dikembangkan dan
diimplementasikan konsep Multi Years Project, sebagai konsep pendanaan
pembangunan infrastruktur dalam tahun jamak, termasuk penyiapan konsep
kerjasama pemerintah dengan pihak swasta dan masyarakat dalam pembangunan
infrastruktur-infrastruktur strategis.

Pengembangan infrastruktur transportasi jalan kereta api ditandai dengan


ketersediaan pranata, melalui konsep revitalisasi jalur eksisting, pembangunan
jalur ganda KA serta peningkatan fungsi Dry Port Gedebage. Adapun perencanaan
dan persiapan revitalisasi yang akan dilaksanakan adalah pada jalur Kiaracondong
– Ciwidey, Jalur Cicalengka – Tanjungsari – Kertajati, dan jalur Bandung –

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 32


Sukabumi – Bogor. Sedangkan pembangunan jalur ganda KA akan dilakukan pada
jalur Purwakarta – Padalarang dan jalur Padalarang – Cicalengka.

Dalam hal pengembangan infrastruktur transportasi laut, proses penyiapan


pranatanya dilakukan melalui perencanaan dan persiapan pengembangan
Pelabuhan Internasional Arjuna di Kota Cirebon, Pelabuhan Pengumpan Gebang di
Kabupaten Cirebon, Pelabuhan Pengumpan Muara Gembong dan Tarumajaya di
Bekasi, Pelabuhan Perikanan Samudera Palabuhanratu, serta perencanaan dan
persiapan pembangunan Pelabuhan Internasional Cilamaya di Kabupaten
Karawang. Sedangkan pada pengembangan infrastruktur transportasi udara,
proses penyiapan pranata dilakukan melalui perencanaan dan persiapan
pembangunan Bandar Udara Pusat Penyebaran Primer Kertajati di Majalengka,
serta persiapan pengembangan Bandar Udara Pusat Penyebaran Sekunder Husein
Sastra Negara di Bandung, serta Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier
Cakrabhuwana di Cirebon, dan Bandar Udara Nusawiru di Ciamis.

Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak
air, dilakukan melalui pembangunan waduk-waduk strategis, pengendalian
bencana banjir dan kekeringan, serta peningkatan layanan jaringan irigasi. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini dalam rangka pembangunan waduk
strategis antara lain penyelesaian pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten
Sumedang; perencanaan dan persiapan pembangunan Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di
Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; persiapan dan
pembangunan tahap awal Waduk Cipanas di Kabupaten Sumedang dan Waduk
Sadawarna di Kabupaten Subang; perencanaan, persiapan dan pembangunan
tahap awal Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong di Kab. Garut dan DI strategis lainnya.

Pengembangan infrastruktur wilayah lainnya, dilakukan antara lain melalui


peningkatan cakupan pelayanan telekomunikasi yang ditandai dengan peningkatan
cakupan pelayanan jaringan telepon dan nir kabel sampai ke desa, pengembangan
konsep Jabar Cyber Province, peningkatan ketersediaan air bersih, kualitas sanitasi
lingkungan, dan percepatan pembangunan rumah susun sederhana di perkotaan.

Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Semakin


membaiknya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dicerminkan
oleh mantapnya pranata pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 33


meningkatnya kinerja pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta
semakin tumbuhnya perilaku ramah lingkungan. Terciptanya keseimbangan antara
ketersediaan sumber daya alam dan pemanfaatannya serta terwujudnya
pemanfaatan ruang yang serasi dan berjalannya pengendalian pemanfaatan ruang
secara konsisten. Indikasinya adalah semakin meningkatnya peran masyarakat
dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, berkembangnya kearifan
lokal, semakin membaiknya sistem informasi sumber daya alam lingkungan hidup,
tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan lingkungan yang mampu berfungsi
sebagai media pendidikan lingkungan, kecukupan air baku, kelembagaan
pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang memadai. Membaiknya
upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan dan penerapan pola 3R, meningkatnya upaya
pemulihan kualitas lingkungan melalui rehabilitasi dan konservasi sumber daya dan
infrastruktur alam khususnya sumberdaya hutan kritis dan rusak, air permukaan,
air tanah, mangrove dan terumbu karang, tercapainya kawasan lindung sebesar
35% dari luas Jawa Barat, serta meningkatnya penegakan hukum lingkungan.
Melakukan penataan lingkungan kawasan pesisir dan laut yang terintegrasi dengan
kawasan daratan. Semakin meningkatnya upaya pengurangan resiko bencana
terutama pada aspek adaptasi terhadap perubahan iklim dan mitigasi bencana.
Upaya peningkatan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang
efektif, efisien, dan memberikan nilai tambah diarahkan melalui integrasi aspek
lingkungan dalam kegiatan sektoral, pendidikan lingkungan dan membangun
sinergitas antar daerah serta pemangku kepentingan dalam rangka memulai upaya
mewujudkan Jawa Barat sebagai Eco-province.

Bidang Kependudukan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk


diarahkan pada peningkatan kuantitas akseptor dan kualitasnya, penataan
penyelenggaraan sistem administrasi kependudukan dan penataan persebaran
penduduk baik di dalam maupun keluar wilayah Provinsi.

Bidang Politik. Pembangunan Bidang Politik diarahkan pada pemantapan


kehidupan demokrasi, pemantapan semangat kebangsaan, pemantapan peran dan
fungsi partai politik, peningkatan peran perempuan dan pemuda dalam kehidupan
politik, penguatan peran masyarakat madani (civil society), pengembangan
kelembagaan demokrasi lokal, penatahan hubungan eksekutif dan legislatif,
penyusunan rencana induk daerah otonom, penataan daerah otonom serta

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 34


pengembangan kerjasama dengan institursi provinsi Jawa Barat dengan institusi
lainnya.

Bidang Hukum dan HAM. Pembangunan bidang hukum diarahkan pada


penataan hukum daerah untuk memperkuat otonomi daerah dan penyelenggaraan
pemerintahan, perwujudan harmonisasi produk hukum, pembangunan budaya
hukum serta pembangunan kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga
peradilan. Selain itu dalam penegakan HAM perlu pentaan perlindungan dan
memenuhi hak asasi warga negara dengan terwujudnya rasa aman dan damai.

Bidang Keamanan dan Ketertiban. Pembangunan bidang ketentraman


dan ketertiban masyarakat diarahkan untuk membangun sinergi penyelenggaraan
keamanan dan ketertiban masyarakat, pencegahan gangguan terhadap keamanan
dan ketertiban masyarakat serta membangun masyarakat patuh hukum.

Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik. Pembangunan bidang aparatur


diarahkan pada penataan organisasi perangkat daerah, penempatan pegawai
sesuai dengan kompetensi melalui pengembangan kemampuan aparatur,
peningkatan kualitas pelayanan publik dalam berbagai aspek, penerapan teknologi
informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan sebagai bagian dari
perwujudan Jabar Cyber Province; penerapan insentif berbasis kinerja untuk
peningkatan profesionalitas aparatur; pembenahan sistem dan prosedur serta
standarisasi kualitas pelayanan; pengembangan kapasitas pemerintahan desa
bersama pemerintahan Kabupaten/Kota dalam dalam rangka penguatan daya
saing desa; serta peningkatan harmonisasi hubungan antartingkat pemerintahan
dan dengan pemangku kepentingan lainnya. Penyelenggaraan pelayanan publik
secara bertahap ditingkatkan menjadi pelayanan yang bermutu dan akuntabel
diseluruh tingkatan pemerintahan daerah.

Untuk mewujudkan iklim pemerintahan yang kondusif bagi kalangan


internal maupun eksternal khususnya dunia usaha/investor akan dikembangkan
upaya terobosan dalam proses kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah
melalui Unit Layanan Pengadaan (ULP) Barang dan Jasa baik secara manual
maupun Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE); serta melalui peningkatan
fungsi Pusat Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTS). Disamping itu guna
meningkatkan kualitas pembangunan Jawa Barat dalam perspektif pelibatan
masyarakat secara menyeluruh dibutuhkan perhatian khusus secara melembaga
pada aspek pencapaian Indeks Pembangunan Manusia, pemberdayaan perempuan
dan pengembangan olah raga.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 35


Bidang Keuangan Daerah. Pembangunan bidang keuangan daerah
diarahkan pada peningkatan efektivitas dan peningkatan daya guna keuangan
daerah melalui restrukturisasi peraturan daerah, peningkatan kualitas pelayanan
kepada masyarakat wajib pajak dan retribusi, dan optimalisasi kinerja Organisasi
Perangkat Daerah Penghasil, serta peningkatan pendayagunaan aset-aset daerah
dan BUMD serta persiapan pemanfaatan Obligasi Daerah. Selain itu, diupayakan
penggalangan sumber-sumber pendanaan diluar APBD dan APBN serta sumber-
sumber pendapatan lainnya yang sah. Penyertaan modal kepada badan usaha
milik daerah (BUMD) dilakukan dengan mengembangkan opsi kolateral dan
pembelian saham BUMD yang maju.

Bidang Tata Ruang. Penyelenggaraan penataan ruang semakin baik yang


ditandai dengan ditetapkannya Perda tentang RTRWP Jawa Barat, kemudian
dilaksanakan dan ditindaklanjuti dengan penyiapan petunjuk pelaksanaan RTRWP
Jawa Barat dan rencana tata ruang yang lebih rinci. Hal tersebut diikuti dengan
pelaksanaan koordinasi dalam konteks pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan
pengawasan penataan ruang antara provinsi dengan kabupaten/kota. Perwujudan
Struktur Ruang Jawa Barat ditandai dengan mulai terbentuknya Sistem Kota-Kota
yang dicapai melalui Pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Bodebek yang
berada dalam Sistem Kawasan Perkotaan Jabodetabek, Pengembangan Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Bandung Raya, dan Pengembangan/
Peningkatan Fungsi Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Cirebon.
Selain itu, dilakukan persiapan dalam Pengembangan/Peningkatan Fungsi Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW) Sukabumi, PKW Cikampek-Cikopo, dan PKW Tasikmalaya,
serta Pengembangan/Peningkatan Fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Indramayu, dan Pengembangan Baru Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
Palabuhanratu, PKW Kadipaten, PKW Pangandaran. Perwujudan Pola Ruang Jawa
Barat ditandai dengan peningkatan fungsi dan luasan menuju capaian 45%
Kawasan Lindung, yang di antaranya merupakan Taman Nasional (TN) Gn. Gede
Pangrango, TN Halimun Salak, TN Gunung Ciremai, Cagar Alam (CA) Gunung
Tangkuban Parahu, CA Leuweung Sancang, CA Gunung Tilu, CA Gunung
Papandayan, CA. Gunung Burangrang, CA Kawah Kamojang, CA Gunung Simpang,
CA Pangandaran, CA Cibanteng, CA Laut Leuweung Sancang, Suaka Margasatwa
(SM) Cikepuh, SM Gunung Sawal, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tampomas,
TWA Pangandaran, TWA Laut Cijulang, Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi,
Taman Hutan Raya (THR) Ir. H. Juanda di Bandung, dan kawasan berfungsi
lindung lainnya, serta menuju penetapan lahan sawah abadi dalam rangka

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 36


ketahanan pangan Jawa Barat. Perwujudan Struktur dan Pola Ruang tersebut juga
didukung melalui langkah persiapan dalam Pengembangan Kawasan Andalan di
Bopunjur dsk, Pengembangan Kawasan Andalan di Sukabumi dsk, Pengembangan
Kawasan Andalan di Purwasuka, Pengembangan Kawasan Andalan di Cekungan
Bandung, Pengembangan Kawasan Andalan di Ciayumajakuning, Pengembangan
Kawasan Andalan di Priangan Timur-Pangandaran, serta memfasilitasi
Pengembangan Kawasan Strategis Nasional di Jawa Barat yang meliputi Kawasan
Strategis (sudut kepentingan ekonomi) Jabodetabek-Punjur, Kawasan Strategis
(sudut kepentingan lingkungan hidup) Pangandaran-Kalipucang-Segara Anakan
(Pacangsanak), Kawasan Strategis (sudut kepentingan ekonomi) Kawasan
Perkotaan Cekungan Bandung, Kawasan Strategis (sudut kepentingan
pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi) Fasilitas Uji Terbang Roket
dan Stasiun Pengamat Dirgantara di Pameungpeuk Garut, Kawasan Strategis
(sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi)
Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjungsari di Sumedang, serta Kawasan Strategis
(sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi)
Stasiun Tele Comand dan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro. Selain itu,
pengembangan wilayah Jawa Barat mulai diarahkan pada persiapan
pengembangan kawasan koridor, perbatasan, dan kawasan lainnya yang
ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi untuk mencapai optimasi
pemanfaatan ruang khususnya dalam penyediaan ruang-ruang investasi.
Pelaksanaan penataan ruang sebagaimana disebutkan di atas perlu diiringi dengan
pembangunan infrastruktur data spasial yang operasional dan terintegrasi dengan
jaringan data spasial nasional.

4.2.3 RPJM Daerah Ketiga (2013-2018)

RPJM Daerah ketiga ditujukan untuk mencapai kemandirian masyarakat


Jawa Barat dalam segala bidang sehingga tingkat ketergantungan terhadap pihak
eksternal dapat direduksi. Selain itu pencapaian kemandirian juga dimaksudkan
untuk meningkatkan kontribusi Jawa Barat terhadap pembangunan nasional. Pada
tahapan ini, batas bawah status pembangunan manusia terkategorikan tinggi
(IPM = 80) diproyeksikan terwujud pada tahun 2015, dan di akhir tahapan akan
terwujud IPM sebesar 80,81.

Prioritas pembangunan pada tahap ini dapat diuraikan sebagai berikut :

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 37


Bidang Pendidikan. Sasaran utama bidang pendidikan yaitu penuntasan
Program Wajib Belajar Dua Belas Tahun yang telah dicanangkan bagi
kabupaten/kota se-Jawa Barat pada periode sebelumnya. Upaya-upaya yang
dilakukan dalam rangka mendukung akselerasi tersebut yaitu tuntasnya
penanganan sarana dan prasarana pendidikan menengah melalui pembangunan
unit sekolah baru (USB), rehabilitasi dan penambahan ruang kelas baru (RKB)
serta ditingkatkannya bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga
tidak mampu.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih merupakan sasaran prioritas pada
periode ini, dengan target meningkatnya daya tampung pada lembaga-lembaga
PAUD baik yang bersifat formal maupun nonformal.

Pada periode ini juga dilakukan upaya pendidikan keterampilan dan


penguasaan multi media bagi masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan
melalui bantuan sarana dan prasarana serta tenaga terdidik sebagai fasilitator
pendidikan keterampilan di perdesaan.

Adapun upaya dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan tinggi,


dilakukan melalui peningkatan upaya kerjasama dengan perguruan tinggi yang
diprioritaskan pada peningkatan jumlah beasiswa bagi mahasiswa berprestasi dan
tidak mampu, serta implementasi hasil-hasil penelitian perguruan tinggi dalam
pembangunan.

Bidang Kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diupayakan untuk


memperkuat peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian
penyakit menular serta tidak menular, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga
kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan terutama ibu dan anak serta
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

Bidang Keagamaan. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat


memprioritaskan kepada upaya-upaya untuk memantapkan fungsi dan peran
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) sebagai wadah kerukunan hidup baik
interumat beragama maupun antar umat beragama. Selain itu dalam kurun waktu
tersebut pembangunan keagamaan diprioritaskan kepada upaya-upaya untuk
mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan agama dalam
kehidupan bernegara.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 38


Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas
pembangunan keagamaan tersebut, antara lain dengan merevitalisasi dan
mengevaluasi peran dan fungsi FKUB sebagai wadah bagi para tokoh agama,
masyarakat dan pemerintah untuk menyelesaikan berbagai permasahan dalam
kerukunan hidup umat beragama. Selain itu dilakukan upaya untuk
mengimplementasikan dan mengaktualisasikan pemahaman dan pengamalan
agama dalam kehidupan bernegara, agar penyelenggaraan kehidupan bernegara
dilandasi oleh nilai-nilai agama.

Bidang Kebudayaan. Perhatian di bidang kebudayaan diprioritaskan pada


upaya-upaya untuk mengembangkan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal
masyarakat Jawa Barat. Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
prioritas pembangunan kebudayaan tersebut, antara lain dengan mengembangkan
nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat yang dapat
dijadikan faktor penyeimbang terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Bidang Ketenagakerjaan. Pembangunan bidang ketenagakerjaan pada


bidang peningkatan kompetensi dan daya saing, diarahkan untuk peningkatan
sarana, prasarana dan memperluas kurikulum pelatihan tenaga kerja yang berbasis
peluang kerja dan potensi lokal serta kewirausahaan. Pemantapan pelaksanaan
hubungan industrial untuk menciptakan peningkatan produktivitas, kualitas, dan
peningkatan kesejahteraan pekerja.

Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang pemuda dan


olahraga diarahkan pada penyiapan kemandirian pemuda dalam hal kemampuan
untuk mensejahterakan dirinya dan masyarakat di sekitarnya tanpa banyak
tergantung pada pihak lain. Adapun pengembangan keolahragaan dilakukan
melalui perwujudan Jawa Barat sebagai provinsi yang mampu berprestasi baik
sebagai penyelenggara maupun sebagai pencetak atlet berprestasi pada event
olahraga internasional. Selain itu dalam rangka meningkatkan olahraga masyarakat
dan olahraga tradisional, pada tahapan ini dicanangkan budaya gerak pada semua
lapisan masyarakat Jawa Barat.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Bidang


pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diprioritaskan pada peningkatan
upaya pemberdayaan perempuan berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan
kesehatan, peningkatan upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 39


melalui pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pengembangan partisipasi
lembaga sosial masyarakat dalam penanganan permasalahan perempuan dan anak
dan peningkatan peran serta dan kesetaraan jender dalam pembangunan.

Bidang Sosial, diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas


kesejahteraan perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat dan
peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

Bidang IPTEK. Bidang IPTEK diarahkan pada peningkatan kerjasama


dengan lembaga-lembaga penelitian internasional dalam penciptaan teknologi
tepat guna untuk meningkakan daya saing ekonomi daerah, persiapan Provinsi
Jawa Barat sebagai pusat pengembangan SDM dan sarana prasarana IPTEK secara
nasional, serta perluasan perwujudan provinsi berbasis teknologi informasi pada
setiap Kabupaten/Kota.

Bidang Industri dan Perdagangan. Pembangunan bidang industri dan


perdagangan diarahkan pada penciptaan lingkungan usaha yang nyaman dan
kondusif, pengembangan kemampuan inovasi, peningkatan kemampuan sumber
daya industri dan pengembangan industri kecil yang tangguh, perluasan kawasan
perdagangan ekspor, penataan distribusi barang, pemberdayaan produk dalam
negeri dan pengembangan pasar dalam negeri.

Bidang Pertanian dan Kelautan. Pada bidang pertanian diarahkan pada


pemantapan mutu melalui pengembangan teknologi pertanian hulu sampai dengan
hilir, setelah diperolehnya komitmen terhadap pembangunan pertanian di Provinsi
Jawa Barat. Pemantapan mutu merupakan komitmen Provinsi Jawa Barat untuk
merespons setiap tuntutan konsumen, terutama terhadap mutu, kenyamanan,
keamanan, kesehatan, kelestarian dan isu-isu lingkungan lainnya. Pada tahap ini
diperlukan: (1) Pengelolaan kualitas rantai produksi (Supply Chain Management)
yang efektif dan efisien, (2) Budaya mutu dan merk, (3) Sertifikasi dan standisasi
produk, (4) Respons terhadap upaya mencapai kepuasan konsumen, dan (5)
Kelembagaan penunjang yang efisien.

Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap ketiga


diarahkan pada penumbuhan dan pengawasan perikanan komersial di Pantai
Selatan dan Pantai Utara, pengembangan perikanan rekreasi, pengembangan
usaha sarana produksi, pengembangan teknologi komunikasi kelautan,
pengembangan usaha pembuatan kapal penangkap ikan, pengembangan usaha

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 40


penunjang rekreasi, pengembangan jejaring usaha kelautan, pengembangan
usaha pengolahan hasil, pengembangan usaha berbahan baku dari produk yang
tidak dimanfaatkan langsung, penguatan pasar untuk industri hilir, pengembangan
usaha permodalan, serta pengembangan usaha informasi kelautan.

Bidang Kepariwisataan. Pengembangan pariwisata diarahkan pada


penciptaan destinasi wisata Jawa Barat, dimana persaingan dalam kepariwisataan
yang semakin tajam, menuntut setiap wilayah untuk terus menggali potensi
sumber daya agar berdaya jual, diminati dan dikunjungi wisatawan.

Bidang KUMKM. Pengembangan KUMKM di berbagai sektor perekonomian


melalui peningkatan kualitas serta kehandalan untuk memposisikan KUMKM yang
mempunyai daya tawar usaha dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi
dalam melakukan aktivitas bisnisnya. Pada tahap ini KUMKM diharapkan dapat
menjadi tulang punggung perekonomian Jawa Barat dan dan memiliki daya saing
untuk memenangkan kompetisi dalam konteks regional ASEAN.

Bidang Investasi Daerah. Dalam rangka meningkatkan investasi daerah,


pada tahap ini diupayakan pada peningkatan dan pemantapan regulasi di bidang
investasi serta memperluas kerjasama investasi dengan provinsi lainnya di
Indonesia dan negara-negara lain.

Bidang Energi. Dalam upaya kemandirian energi regional, maka pada


tahap ketiga, diharapkan semakin mantapnya pranata pengelolaan energi,
diupayakan untuk mendorong kehandalan pasokan energi, terciptanya desa
mandiri energi serta mencari cadangan-cadangan energi tidak terbarukan, semakin
meningkatnya efisiensi energi, mantapnya konservasi dan hemat energi,
pengembangan infrastruktur energi dalam rangka pemantapan rasio elektrifikasi,
mendorong investasi swasta bagi pengembangan energi alternatif dengan pola
insentif, terpenuhinya kebutuhan energi bagi masyarakat perdesaan,
meningkatnya pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan energi yang
berkelanjutan, mengembangakan energi alternatif lainnya dan sumber daya panas
bumi, bio fuel, mikrohidro, surya, angin dan gelombang laut.

Bidang Infrastruktur Wilayah. Pada aspek infrastruktur wilayah


diarahkan pada percepatan pembangunan infrastruktur wilayah dengan lebih
meningkatkan kemampuan kelembagaan pengelola serta tetap meningkatkan
kerjasama antara pemerintah dan swasta. Ketersediaan infrastruktur wilayah
diupayakan terdistribusi pada seluruh wilayah, dalam mendukung terwujudnya

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 41


kemandirian masyarakat Jawa Barat yang produktif dan memiliki daya saing.
Indikasi pencapaian skenario rencana pada tahap ini, ditandai dengan
berkembangnya sistem transportasi massal (Mass Rapid Transport), jaringan
infrastruktur transportasi, meningkatnya ketersediaan air baku untuk berbagai
keperluan, optimalnya pengendalian banjir dan kekeringan, optimalnya
ketersediaan jaringan irigasi, meningkatnya cakupan pelayanan telekomunikasi,
meningkatnya ketersediaan air bersih dan sanitasi serta meningkatnya penyediaan
rumah susun bagi masyarakat perkotaan.

Pengembangan jaringan infrastruktur transportasi jalan pada tahap ini


ditandai dengan peningkatan kuantitas kemantapan infrastruktur yang telah ada
serta melanjutkan pembangunan infrastruktur strategis yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya, melalui penyelesaian persiapan pembangunan jalan tol antar
kota pada ruas Ciawi-Sukabumi, ruas Sukabumi-Ciranjang, dan ruas Ciranjang-
Padalarang, serta penyelesaian persiapan pembangunan jalan tol dalam kota pada
ruas Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi dan pembangunan jalan tol dalam
kota pada ruas Soreang-Pasirkoja. Selain itu dilakukan perencanaan dan persiapan
pembangunan jalan tol antar kota pada ruas Cileunyi-Nagreg-Ciamis, penyelesaian
pembangunan jalan tol dalam kota ruas Bogor Ring Road Tahap II, pembangunan
jalan tol antar kota pada ruas Cileunyi-Sumedang-Dawuan.

Pengembangan infrastruktur transportasi jalan kereta api dilakukan melalui


penyelesaian persiapan dan permulaan revitalisasi jalur KA eksisting pada jalur
Kiaracondong-Ciwidey, jalur Cicalengka-Tanjungsari-Kertajati, serta jalur Bandung-
Sukabumi-Bogor. Selain itu dilakukan penyelesaian pembangunan jalur ganda KA
pada jalur Padalarang-Cicalengka dan jalur Purwakarta-Padalarang.

Pengembangan infrastruktur transportasi laut, dilakukan melalui


penyelesaian persiapan dan pengembangan tahap awal pada Pelabuhan
Internasional Arjuna di Kota Cirebon, Pelabuhan Pengumpan Gebang di Kabupaten
Cirebon, Pelabuhan Pengumpan Muara Gembong dan Tarumajaya di Bekasi,
Pelabuhan Perikanan Samudera Laut Palabuhanratu, serta penyelesaian persiapan
dan pembangunan tahap awal Pelabuhan Internasional Cilamaya di Karawang.
Sedangkan pada pengembangan infrastruktur transportasi udara, dilakukan melalui
penyelesaian persiapan dan pembangunan tahap awal Bandar Udara Pusat
Penyebaran Primer Kertajati di Majalengka, serta penyelesaian persiapan dan
pengembangan tahap awal Bandar Udara Pusat Penyebaran Sekunder Husein
Sastra Negara di Bandung dan Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 42


Cakrabhuwana di Cirebon, serta Nusawiru di Ciamis. Selain itu, pada tahap ini,
sebagai proses penyiapan pranata pendukung pengembangan infrastruktur
transportasi udara, dilakukan perencanaan dan persiapan pengembangan Bandar
Udara pusat penyebaran tersier Kalijati di Subang, Bandar Udara Cibeureum di
Tasikmalaya, serta Bandar Udara Atang Sanjaya di Bogor.

Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui persiapan dan pembangunan tahap awal Waduk
Sukahurip,Waduk Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk
Citepus di Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk
Cibatarua di Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; penyelesaian
pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten Sumedang dan Waduk Sadawarna di
Kabupaten Subang; penyelesaian pembangunan DI Leuwigoong di Kab. Garut dan
DI strategis lainnya.

Sedangkan untuk pengembangan infrastruktur wilayah lainnya, dilakukan


antara lain melalui penyelesaian pembangunan pelayanan jaringan telepon dan nir
kabel sampai ke desa, penerapan konsep Jabar Cyber Province, peningkatan
ketersediaan air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, dan percepatan pembangunan
rumah susun sederhana di perkotaan.

Bidang Kependudukan. Pada periode ini, upaya pengendalian


pertumbuhan penduduk diarahkan pada peningkatan pemberdayaan keluarga
berkualitas, pemantapan sistem administrasi kependudukan dan peningkatan
persebaran penduduk sesuai dengan potensinya serta penyelenggaraan program
transmigrasi.

Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Daya dukung


lingkungan Jawa Barat yang mantap atau sebagai eco-province dicerminkan oleh
proses penataan ruang Jawa Barat yang mampu mewadahi jumlah penduduk,
persebaran dan aktivitasnya, serta pertumbuhan kota–kota, secara seimbang
sesuai daya tampungnya, meningkatnya potensi sumberdaya alam dan
membaiknya infrastruktur alam serta fungsi lingkungan hidup, terutama dari
ketersediaan sumber air baku yang berkualitas, lahan subur dan produktif, kulaitas
udara dan ekosistem pesisir yang lebih baik, terwujudnya optimalisasi dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup agar serasi dengan daya
dukung lingkungan. Indikasinya adalah semakin meningkatnya peran aktif dan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 43


kemitraan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan, berkembangnya penerapan
pendidikan lingkungan untuk semua kalangan baik secara formal maupun non
formal. Sistem informasi sumber daya alam dan lingkungan hidup yang yang
handal, serta sarana prasarana dan infrastruktur lingkungan yang semakin lengkap
dan memadai. Upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan yang
semakin efektif berbasis teknologi ramah lingkungan, menjaga konsistensi upaya
penegakan hukum dalam pengendalian kualitas lingkungan, semakin efektifnya
upaya konservasi dan pemulihan kualitas dan fungsi sumber daya alam dan
lingkungan hidup khususnya untuk kondisi kawasan lindung, daerah aliran sungai
dan cekungan air bawah tanah. Terciptanya sistem mitigasi dan penanggulangan
bencana yang handal, pengelolaan pesisir dan laut secara terpadu, dan
tercapainya luasan 45% kawasan lindung dari luas Jawa Barat.

Peningkatan efisiensi, efektivitas dari nilai tambah dalam pengelolaan


sumberdaya alam lingkungan hidup tetap menjadi prioritas untuk menjaga daya
dukung lingkungan yang memadai bagi proses pembangunan di Jawa Barat.
Sistem pemantauan dan penilaian lingkungan semakin dimantapkan dalam rangka
perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) kualitas lingkungan.

Bidang Politik. Pembangunan Bidang Politik diarahkan pada perwujudan


demokrasi pada proses politik, pemantapan semangat kebangsaan, membangun
kemandirian partai politik, dan pemantapan peran masyarakat madani (civil
society). Pada tahapan ini pula dilakukan upaya perluasan akses partisipasi publik,
penataan daerah otonom di jawa Barat serta pemantapan kerjasama dengan
institusi di Provinsi Jawa Barat dengan institusi lainnya.

Bidang Hukum dan HAM. Pembangunan Bidang Hukum diarahkan pada


penguatan penerapan produk hukum untuk memantapkan pelaksanaan otonomi
dan penyelenggaraan pemerintahan, memantapkan penegakan hukum dan
perlindungan hak asasi manusia (HAM). Pada tahap ini pula selain mewujudkan
harmonisasi produk hukum juaga dilakukan pula perwujudan produk hukum yang
memihak kepentingan masyarakat, penguasaan budaya hukum serta membangun
kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga peradilan.

Bidang Keaman dan Ketertiban. Pembangunan Bidang Ketentraman dan


Ketertiban Masyarakat diarahkan pada meminimalkan gangguan keamanan dan
ketertiban masyarakat, mengoptimalkan potensi masyarakat dalam pemeliharaan
keamanan dan ketertiban masyarakat yang berbasis pada masyarakat patuh

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 44


hukum serta peningkatan pelayanan keamanan dan perlindungan masyarakat dari
berbagai gangguan.

Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik. Pembangunan Bidang Aparatur


diarahkan pada Pemantapan profesionalitas aparatur yang didukung oleh penataan
sistem dan prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan, pemantapan teknologi
informasi dan komunikasi dalam manajemen pemerintahan dan pelayanan publik,
pengembangan budaya organisasi yang berorientasi pelayan serta peningkatan
harmonisasi hubungan antartingkat pemerintahan dan dengan pemangku
kepentingan lainnya. Dalam pembangunan desa diarahkan pada pengembangan
kapasitas desa dalam rangka penguatan daya saing. Penyelenggaran pelayanan
publik yang bermutu dan akuntabel difokuskan pada bidang perijinan.

Bidang Keuangan Daerah. Pembangunan Bidang Keuangan Daerah,


disamping tetap melanjutkan upaya-upaya yang telah ditempuh pada RPJM Daerah
Kedua, juga diarahkan pada peningkatan daya guna kekayaan dan aset daerah,
optimalisasi kinerja Organisasi Perangkat Daerah dalam pengelolaan belanja
daerah, penerapan konsentrasi kewilayahan dalam pembangunan daerah, dan
menjaga kesinambungan fiskal daerah.

Bidang Tata Ruang. Perkembangan wilayah di Jawa Barat semakin baik


yang ditunjukkan dengan berkembangnya permukiman di perkotaan dan
perdesaan sesuai dengan rencana tata ruang dan mantapnya sistem pengendalian
serta koordinasi dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, serta pengawasan
penataan ruang. Proporsi Kawasan lindung sebesar 45% dan Kawasan Budidaya
sebesar 55% termasuk alokasi untuk lahan sawah beririgasi teknis sebagai lahan
sawah abadi, telah dapat diimplementasikan secara konsisten. Pengembangan
wilayah Jawa Barat dilaksanakan berdasarkan struktur dan pola ruang yang telah
disiapkan pranatanya, termasuk dalam pengembangan kawasan koridor,
perbatasan, dan kawasan lainnya, sebagai kawasan strategis provinsi. Penataan
ruang dilaksanakan dengan penggunaan data dan informasi spasial yang mutakhir
(selalu terbaharui) serta operasional dalam kerangka pengembangan infrastruktur
data spasial.

4.2.4 RPJM Daerah Keempat (2018-2023)

RPJM Daerah keempat ditujukan untuk mencapai keunggulan masyarakat


Jawa Barat dalam segala bidang dalam konteks pembangunan nasional.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 45


Pencapaian keunggulan tersebut berarti masyarakat Jawa Barat memiliki daya
saing yang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lain dan pembangunan
Jawa Barat relatif lebih maju dibandingkan dengan daerah lain. Kontribusi Jawa
Barat terhadap pembangunan nasional juga relatif lebih tinggi daripada daerah
lain. Pada akhir tahapan ini, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diproyeksikan
sebesar 82,23.

Prioritas pembangunan pada tahapan pembangunan keempat ini adalah :

Bidang Pendidikan. Perhatian bidang pendidikan pada periode 2018-2023


adalah Tuntas Program Wajib Belajar Dua Belas Tahun yang disertai dengan
peningkatan kualitas siswa, guru, dan sarana prasarana. Upaya - upaya yang terus
dilakukan dalam rangka penuntasan akselerasi tersebut yaitu peningkatan akses
pelayanan pendidikan menengah di daerah-daerah terpencil dan terus
ditingkatkannya bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak
mampu. Selain itu mulai dirintis Program Wajib Belajar lima belas Tahun dan
upaya peningkatan angka partisipasi pendidikan tinggi, melalui peningkatan
bantuan beasiswa bagi lulusan SMA/SMK yang akan melanjutkan ke perguruan
tinggi.

Pengembangan Lembaga PAUD pada periode ini diprioritaskan pada target


tertampungnya semua anak usia 0 – 6 tahun pada lembaga-lembaga PAUD baik
yang bersifat formal maupun nonformal.

Adapun pengembangan pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan


tinggi diupayakan melalui pengembangan sekolah kejuruan berbasis industri jasa
berskala nasional dan internasional, yang memiliki keunggulan komparatif dalam
era persaingan global. Upaya tersebut dapat didukung melalui pengembangan
kurikulum berbasis kompetensi yang dipadukan dengan muatan-muatan kurikulum
internasional.

Pada periode ini juga upaya pendidikan keterampilan dan penguasaan


multimedia bagi masyarakat, khususnya masyarakat perdesaan yang telah
dikembangkan pada periode sebelumnya, mulai diarahkan untuk membantu
meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat melalui kegiatan kewirausahaaan
melalui penerapan keterampilan dan penguasaan multi media yang telah
diperoleh.

Sedangkan upaya pemerintah provinsi dalam mendukung pembangunan


pendidikan tinggi, diprioritaskan pada peningkatan kuantitas dan kualitas

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 46


implementasi hasil penelitian dan pengembangan perguruan tinggi yang selaras
dengan prioritas pembangunan daerah.

Bidang Kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diupayakan melalui


peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit
menular serta tidak menular, pengembangan dan penguatan sistem kesehatan,
peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga kesehatan serta pemberdayaan profesi
kesehatan (institusi) serta terwujudnya pemberian penghargaan dan sangsi untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Bidang Keagamaan. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat


diprioritaskan pada peningkatan fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat
Beragama (FKUB) sebagai wadah kerukunan hidup baik inter umat beragama
maupun antarumat beragama. Selain itu dalam kurun waktu tersebut
pembangunan keagamaan diprioritaskan kepada upaya-upaya untuk
mengimplementasikan dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan nilai-nilai
agama dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas


pembangunan keagamaan tersebut, antara lain dengan meningkatkan fungsi dan
peran FKUB sebagai wadah bagi para tokoh agama, masyarakat dan pemerintah
untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kerukunan hidup umat
beragama. Selain itu dilakukan upaya untuk mengimplementasikan dan
mengaktualisasikan pemahaman dan pengamalan agama dalam kehidupan
berpolitik, agar penyelenggaraan kehidupan berpolitik tersebut dilandasi oleh nilai-
nilai dan etika agama.

Bidang Kebudayaan. Perhatian di bidang kebudayaan di Jawa Barat


diprioritaskan pada penguatan nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal masyarakat
Jawa Barat. Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas
pembangunan kebudayaan tersebut, antara lain dengan aktualisasi nilai-nilai
tradisional dan kearifan lokal masyarakat Jawa Barat dalam berbagai aspek
kehidupan sebagai unsur utama identitas dan jatidiri masyarakat Jawa Barat.

Bidang Ketenagakerjaan. Pembangunan bidang ketenagakerjaan pada


aspek peningkatan kompetensi dan daya saing, diarahkan untuk peningkatan
sarana, prasarana dan memperluas kurikulum yang terkait dengan dunia kerja
pada pelatihan tenaga kerja yang berbasis potensi lokal serta kewirausahaan.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 47


Penumbuhkembangan pelaksanaan hubungan industril untuk menciptakan
peningkatan produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan pekerja.

Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang pemuda dan


olaharaga diarahkan pada upaya mencapai kemandirian pemuda sehingga selain
mampu mensejahterakan dirinya juga mampu berkontribusi secara nyata bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Adapun pembangunan
olahraga diarahkan untuk mempertahankan keunggulan olahraga Jawa Barat di
tingkat nasional dan internasional, serta mewujudkan olahraga sebagai bagian dari
budaya masyarakat Jawa Barat.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.


Pembangunan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diarahkan
pada peningkatan upaya pemberdayaan perempuan berbasis kemandirian
ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan upaya perlindungan terhadap
perempuan dan anak melalui pencegahan kekerasan dalam rumah tangga,
pengembangan partisipasi lembaga sosial masyarakat dalam penanganan
permasalahan perempuan dan anak dan peningkatan peran serta dan kesetaraan
jender dalam pembangunan.

Bidang Sosial, diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas


kesejahteraan perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat dan
peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

Bidang IPTEK. Pembangunan bidang IPTEK diarahkan pada pemantapan


kerjasama dengan lembaga penelitian internasional serta pengembangan ekonomi
sebagai hasil penerapan teknologi tepat guna (TTG).

Bidang Industri dan Perdagangan. Pada bidang industri dan


perdagangan, diarahkan pada pemantapan industri dan perdagangan, melalui
perkuatan potensi industri, penciptaan kesempatan kerja dalam jumlah besar dan
pengoptimalan pendayagunaan potensi dalam negeri serta perluasan jaringan
perdagangan luar negeri.

Bidang Pertanian dan Kelautan. Pada tahap ini, pengembangan


pertanian Provinsi Jawa Barat harus sudah menguasai jaringan bisnis yang luas.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya integrasi vertikal dan integrasi horizontal dalam
sistem pertanian. Untuk itu diperlukan: (1) Perusahaan induk (Holding Company)
dan integrasi vertikal tingkat lokal, regional, dan internasional, (2) Kolaborasi bisnis

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 48


di tingkat Jawa Barat dan Provinsi lain, dan (3) Relasi bisnis di pasar internasional.
Pada tahap ini pertanian Provinsi Jawa Barat sudah berkembang menembus batas-
batas wilayah Provinsi dan negara. Konsekuensinya adalah pada tahap ini
persaingan global akan semakin kuat. Selama tahapan sebelumnya dapat dilalui
dengan baik, pada tahap pengembangan jaringan ini akan dapat dilalui dengan
baik.

Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap keempat


diarahkan pada pengembangan perikanan komersial di Pantai Selatan dan Pantai
Utara, pengembangan perikanan rekreasi, pengembangan usaha pembuatan kapal
penangkap ikan, pengembangan usaha penunjang rekreasi, pengembangan usaha
pengolahan hasil, pengembangan usaha berbahan baku dari produk yang tidak
dimanfaatkan langsung, pengembangan usaha permodalan, pengembangan usaha
informasi kelautan, pengembangan budaya kelautan (marine culture),
pengembangan kota-kota pantai (coastal cities), pengembangan wisata kelautan
dan pengembangan usaha eko-konservasi.

Bidang Kepariwisataan. Sementara itu, pada bidang pariwisata,


diarahkan pada pemantapan kinerja pemangku kepentingan pariwisata Jawa Barat,
pengembangan kelembagaan pariwisata dan penataan destinasi pariwisata serta
penciptaan daya tarik wisata.

Bidang KUMKM. Pada tahapan ini, pengembangan KUMKM diarahkan


pada pengembangan jaringan kelembagaan KUMKM untuk mengatasi persaingan
global dilakukan melalui pola kemitraan yang tersinergi, kebersamaan,
kesetiakawanan yang harus dilakukan oleh semua komponen yang terkait dalam
pengembangan KUMKM. Pada tahap ini KUMKM diharapkan dapat menjadi andalan
perekonomian dan mampu berkiprah dalam persaingan internasional.

Bidang Investasi Daerah. Pembangunan investasi daerah diarahkan pada


pengembangan investasi yang memiliki daya saing dengan basis ilmu dan
teknologi.

Bidang Energi. Semakin mantapnya kemandirian energi pada tahap ini


diharapkan dapat tercapai dengan mantapnya desa mandiri energi, mantapnya
infrastruktur energi, terwujudnya kehandalan pasokan energi, tingkat efisiensi
pendayagunaan energi semakin baik, meningkatnya pengembangan energi
alternatif, meningkatnya investasi swasta dalam pengembangan energi alternatif,
dan meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pengusahaan energi.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 49


Bidang Infrastruktur Wilayah. Arah pengembangan infrastruktur
wilayah pada tahap ini adalah pemantapan pengelolaan infrastruktur wilayah, dan
meningkatkan keberlanjutan pemanfaatan infrastruktur terbangun, dengan tetap
meningkatkan kualitas kemitraan antara pemerintah dengan swasta dan
masyarakat. Pada tahap ini akan ditandai oleh mantapnya pengelolaan
infrastruktur transportasi, berkembangnya sistem transportasi massal (Mass Rapid
Transport), terpenuhinya ketersediaan air baku untuk berbagai keperluan,
handalnya pengendalian banjir dan kekeringan, optimalnya pengelolaan jaringan
irigasi, terpenuhinya kebutuhan telekomunikasi, meningkatnya ketersediaan air
bersih dan sanitasi serta terpenuhinya kebutuhan rumah susun bagi masyarakat
perkotaan.

Pemantapan pengelolaan infrastruktur transportasi jalan ditandai dengan


peningkatan kualitas dan kemantapan infrastruktur yang telah ada serta
penyelesaian pembangunan infrastruktur strategis yang telah dilakukan pada tahap
sebelumnya, melalui penyelesaian pembangunan jalan tol antar kota pada ruas
Ciawi-Sukabumi, ruas Sukabumi-Ciranjang, dan ruas Ciranjang-Padalarang, serta
jalan tol dalam kota pada ruas Terusan Pasteur-Ujung Berung-Cileunyi. Selain itu
dilakukan pula pembangunan jalan tol antar kota pada ruas Cileunyi-Nagreg-
Ciamis. Adapun pada pemantapan pengelolaan infrastruktur transportasi laut,
dilakukan melalui penyelesaian pengembangan Pelabuhan Internasional Arjuna di
Kota Cirebon, Pelabuhan Pengumpan Gebang di Cirebon, Pelabuhan Pengumpan
Muara Gembong dan Tarumajaya di Bekasi, Pelabuhan Perikanan Samudera
Palabuhanratu, serta penyelesaian pembangunan Pelabuhan Internasional
Cilamaya di Karawang.

Dalam hal pengembangan transportasi jalan kereta api, dilakukan melalui


penyelesaian revitalisasi jalur kereta api pada jalur Kiaracondong-Ciwidey, jalur
Cicalengka-Tanjungsari-Kertajati, dan jalur Bandung-Sukabumi-Bogor. Sedangkan
pada pengembangan infrastruktur transportasi udara, dilakukan melalui
pembangunan tahap lanjutan Bandar Udara Pusat Penyebaran Skala Pelayanan
Primer Kertajati di Majalengka, serta penyelesaian pengembangan Bandar Udara
Pusat Penyebaran Sekunder Husein Sastra Negara di Bandung, Bandar Udara
Pusat Penyebaran Tersier Cakrabhuwana di Cirebon, dan Bandar Udara Nusawiru
di Ciamis. Selain itu, pada tahap ini dilakukan penyelesaian persiapan dan
pengembangan tahap awal Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier Kalijati di

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 50


Subang, Bandar Udara Cibeureum di Tasikmalaya, serta Bandar Udara Atang
Sanjaya di Bogor.

Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui penyelesaian pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten
Sumedang, Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang, Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di
Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; serta penyelesaian
pembangunan DI strategis lainnya.

Sedangkan untuk pengembangan infrastruktur wilayah lainnya, dilakukan


antara lain melalui pelaksanaan konsep Desa Punya Internet (Desa Pinter) tahun
2020, pelaksanaan konsep Jabar Cyber Province, peningkatan ketersediaan air
bersih, kualitas sanitasi lingkungan, dan percepatan pembangunan rumah susun
sederhana di perkotaan.

Bidang Kependudukan. Upaya pengendalian pertumbuhan penduduk


pada tahapan ini diarahkan pada kemandirian keluarga, peningkatan kualitas data
penduduk dan peningkatan persebaran penduduk yang diiringi dengan
peningkatan kualitas hidupnya, dan lebih memantapkan lagi program transmigrasi.

Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Dalam rangka


semakin memantapkan daya dukung lingkungan Jawa Barat, terus dijaga dan
dipertahankan secara konsisten berbagai upaya untuk melestarikan kualitas dan
fungsi lingkungan, perbaikan menerus pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup dengan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam
dan lingkungan hidup, serta selalu mendorong perilaku dan budaya ramah
lingkungan di masyarakat. Berbagai upaya tersebut dicerminkan melalui,
membudayanya perilaku ramah lingkungan di masyarakat, semakin mantapnya
sistem pemantauan, penilaian dan informasi sumber daya alam dan lingkungan
hidup, semakin terpeliharanya kualitas lingkungan terutama semakin membaiknya
status mutu sungai-sungai dan waduk besar, fungsi kawasan lindung, kondisi 15
(lima belas) cekungan air bawah tanah, kualitas udara perkotaan, kondisi lahan
bekas penambangan, bekas tempat pembuangan sampah, serta kualitas lahan
pertanian dan perkebunan. Bertambahnya potensi dan cadangan sumberdaya alam
dan terciptanya diversifikasi pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan yang

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 51


ramah lingkungan. Menguatnya ketahanan masyarakat di kawasan resiko bencana,
serta tertatanya kawasan rawan bencana.

Bidang Politik. Bidang Politik diarahkan pada membangun konsensus


antar pemangku kepentingan dalam penerapan demokrasi, penataan daerah
otonom di jawa Barat serta penguatan kerjasama antar institusi.

Bidang Hukum dan HAM. Pada Bidang Hukum diarahkan pada


pemantapan pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan harmonisasi produk
hukum dari sisi substansi, pelaksanaan, dan penegakkan hukum guna mendukung
peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan perlindungan hak asasi manusia
(HAM), perwujudan produk hukum daerah yang memihak kepentingan
masyarakat, perwujudan harmonisasi produk hukum, pemantapan budaya hukum
serta membangun kepercayaan terhadap aparat hukum dan lembaga peradilan.

Bidang Keamanan dan Ketertiban. Bidang Ketentraman dan Ketertiban


Masyarakat diarahkan untuk mewujudkan dan memelihara kondisi yang dapat
memberikan rasa aman, tentram, kepastian hukum dan bebas dari rasa takut baik
secara fisik maupun psikis serta peningkatan dan pelayanan potensi keamanan
masyarakat dalam mewujudkan ketentraman dan ketertiban masyarakat.

Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik. Bidang Aparatur diarahkan


pada penguatan dan pemantapan profesionalitas aparatur dalam pelayanan publik
yang didukung oleh sistem dan dan prosedur serta standarisasi kualitas pelayan
serta mengembangkan budaya organisasi. Selain itu, dilakukan upaya
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam interaksi antara
pemerintah dengan masyarakat dan pelaku usaha. Dalam pembangunan desa
diarahkan pada pengembangan kapasitas desa dalam rangka penguatan daya
saing. Pada aspek pelayan publik diarahkan pada penyelenggaran pelayanan publik
yang bermutu dan akuntabel dibidang pajak daerah dan retribusi.

Bidang Keuangan Daerah. Pembangunan Bidang Keuangan Daerah akan


terus diarahkan pada pemantapan upaya-upaya yang telah dilakukan pada RPJM
sebelumnya dan peranan sektor swasta diharapkan semakin besar dalam
berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Bidang Tata Ruang. Pembangunan wilayah di seluruh pelosok Jawa Barat


semakin merata karena telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana sesuai
dengan kebutuhannya, sehingga kegiatan perekonomian akan semakin tumbuh
dan berkembang sesuai dengan potensi wilayahnya.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 52


Melalui koordinasi penataan ruang pelaksanaan kegiatan pembangunan di
Jawa Barat telah sesuai dengan rencana tata ruang dan keseimbangan lingkungan
dapat terjaga bahkan dapat meningkatkan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup, sehingga keberlanjutan pembangunan dapat terwujud. Hal ini
ditandai dengan terpeliharanya alokasi ruang kawasan lindung, dan terjaminnya
lahan untuk sawah, serta optimalnya alokasi ruang di kawasan perkotaan untuk
tumbuh dan berkembangnya aktivitas perkotaan tanpa mengganggu kelestarian
lingkungan hidup. Infrastruktur data spasial telah dapat digunakan dengan mantap
dalam mendukung pelaksanaan penataan ruang.

4.2.5 RPJM Daerah Kelima (2023-2025)

RPJM Daerah kelima ditujukan untuk mempertahankan keunggulan Jawa


Barat di segala bidang sehingga kesejahteraan masyarakat Jawa Barat memiliki
sifat keberlanjutan dengan kecenderungan yang semakin lama semakin
meningkat. Proyeksi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada akhir kurun waktu
RPJP Daerah 2005-2025, adalah sebesar 82,82.

Prioritas pembangunan pada tahapan pembangunan kelima ini adalah :

Bidang Pendidikan. Pemantapan pembangunan di bidang pendidikan


yang diawali dengan rintisan Program Wajib Belajar Lima Belas Tahun pada
periode sebelumnya, pada periode ini dicanangkan untuk dilakukan di seluruh
kabupaten/kota di Jawa Barat. Upaya - upaya yang terus dilakukan dalam rangka
pencanangan tersebut yaitu peningkatan akses pelayanan pendidikan tinggi
melalui peningkatan bantuan beasiswa bagi siswa yang berasal dari keluarga tidak
mampu dan siswa berprestasi dari setiap kabupaten/kota.

Selain itu dilakukan upaya pengembangan lembaga pendidikan tinggi di


kabupaten/kota yang berbasis keunggulan daerah dan berelevansi terhadap
kebutuhan kerja.

Pada periode RPJM Daerah Kelima ini, peningkatan kualitas


penyelenggaraan PAUD dilakukan melalui pemantapan lembaga PAUD sebagai
media penyiapan menuju jenjang pendidikan dasar sembilan tahun, sesuai dengan
standar yang berlaku.

Adapun pengembangan pendidikan menengah dan tinggi diupayakan


melalui pengembangan sekolah menengah kejuruan dan lembaga pendidikan
tinggi bertaraf internasional yang memiliki keunggulan komparatif dalam era

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 53


persaingan global, yang didukung oleh pengembangan kurikulum internasional
berbasis kompetensi.

Pada periode ini PKBM diarahkan sebagai pusat kegiatan masyarakat yang
mengutamakan kemandirian , serta tetap diupayakan pemantapan pendidikan
keterampilan dan penguasaan IPTEK bagi masyarakat yang berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan upaya dukungan terhadap penyelenggaraan perguruan tinggi,


difokuskan pada pemantapan kerjasama pemerintah provinsi dan perguruan tinggi,
melalui implementasi hasil penelitian dan pengembangan perguruan tinggi pada
berbagai aspek pembangunan, serta peningkatan peran serta sumber daya
manusia perguruan tinggi dalam pelaksanaan pembangunan.

Bidang Kesehatan. Pembangunan bidang kesehatan diarahkan melalui


peningkatan upaya pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit
menular serta tidak menular, peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan
prasarana pelayanan kesehatan, peningkatan jumlah, jenis, mutu tenaga
kesehatan serta pemberdayaan profesi kesehatan (institusi) dan terwujudnya
pemberian penghargaan dan sangsi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam meningkatkan derajat kesehatan.

Bidang Keagamaan. Pembangunan bidang keagamaan di Jawa Barat


diprioritaskan pada upaya pemantapan Kerukunan Hidup Umat Beragama dengan
mengoptimalkan fungsi dan peran Forum Kerukunan Umat Beragama sebagai
wadah kerukunan hidup baik inter umat beragama maupun antarumat beragama.
Selain itu dalam kurun waktu tersebut pembangunan keagamaan diprioritaskan
pada upaya-upaya untuk mewujudkan semakin mantapnya sikap hidup toleransi
dan tenggang rasa yang harmonis sebagai modal dasar pembangunan serta upaya
untuk memantapkan implementasi dan aktualisasi pemahaman dan pengamalan
agama dalam berbagai aspek kehidupan.

Bidang Kebudayaan. Perhatian di bidang kebudayaan di Jawa Barat


diprioritaskan pada upaya pemantapan Ketahanan Budaya Jawa Barat dalam
kehidupan global. Langkah dan upaya yang dilakukan untuk mewujudkan prioritas
pembangunan kebudayaan tersebut, antara lain dengan menjadikan budaya Jawa
Barat, termasuk nilai-nilai luhur yang dikandungnya, sebagai bagian dari interaksi
sosial masyarakat Jawa Barat dalam pergaulan masyarakat berskala regional,
nasional maupun internasional.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 54


Bidang Ketenagakerjaan. Pembangunan bidang ketenagakerjaan pada
aspek peningkatan kompetensi dan daya saing, diarahkan untuk peningkatan
sarana, prasarana dan penerapan kurikulum yang terkait dengan dunia kerja dan
kewirausahaan pada pendidikan formal. Pembudayaan pelaksanaan hubungan
industrial untuk menciptakan peningkatan produktivitas, kualitas, dan
kesejahteraan pekerja.

Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang pemuda dan olah
raga pada periode terakhir RPJP Daerah diarahkan pada upaya mempertahankan
kemandirian pemuda dan mendorong daya saing pemuda Jawa Barat di skala
internasional baik di bidang politik, ekonomi, budaya serta IPTEK. Sedangkan
pembangunan olahraga Jawa Barat diarahkan untuk tetap mempertahankan
keunggulan olahraga Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional, serta
menjadikan olahraga sebagai budaya masyarakat Jawa Barat.

Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Pada


Tahapan terakhir RPJP Daerah Tahun 2005 – 2025, bidang pemberdayaan
perempuan diarahkan pada peningkatan upaya pemberdayaan perempuan
berbasis kemandirian ekonomi, pendidikan dan kesehatan, peningkatan upaya
perlindungan terhadap perempuan dan anak melalui pencegahan kekerasan dalam
rumah tangga, pengembangan partisipasi lembaga sosial masyarakat dalam
penanganan permasalahan perempuan dan anak dan peningkatan peran serta dan
kesetaraan jender dalam pembangunan.

Bidang Sosial, diarahkan pada peningkatan kualitas dan kuantitas


kesejahteraan perseorangan, keluarga, kelompok dan komunitas masyarakat dan
peningkatan penggalian potensi sumber kehidupan penyandang masalah
kesejahteraan sosial.

Bidang IPTEK. Pembangunan bidang IPTEK diarahkan pada


mempertahankan dan terus mengambangkan inovasi IPTEK serta pemantapan
provinsi berbasis teknologi informasi sebagai rujukan nasional

Bidang Industri dan Perdagangan. Pada bidang industri dan


perdagangan, diarahkan pada penguatan industri yang berkelanjutan melalui
pengembangan dan pengelolaan sumber daya alam secara optimal dan
memanfaatkan bahan baku terbaharukan, penanganan industri ramah lingkungan
dan penguatan jaringan antar industri. Adapun pada sektor perdagangan, di
arahkan pada penguatan kerjasama perdagangan dalam dan luar negri,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 55


pemberdayaan produk dalam negri dan penguatan sistem dan jaringan distribusi
barang.

Bidang Pertanian dan Kelautan. Pembangunan bidang pertanian pada


tahap ini harus sudah memasuki tahap pemenangan persaingan, baik nasional
maupun global. Untuk itu diperlukan: (1) Penguatan keunggulan kompetitif, (2)
Terpenuhinya konsumsi Provinsi Jawa Barat dan domestik, (3) Tingginya daya
terima pasar internasional, dan (4) Nilai tambah ekspor yang tinggi. Kegiatan
pertanian pada tahap ini dicirikan dengan komitmen yang tinggi terhadap tujuan
memenangkan keunggulan kompetitif di pasar global, dengan ciri bisnis yang
berorientasi pada efisiensi, kualitas, keamanan dan keberlanjutan.

Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap kelima


diarahkan pada pengembangan perikanan komersial di Pantai Selatan dan Pantai
Utara, pengembangan perikanan rekreasi, pengembangan usaha penunjang
rekreasi, pengembangan usaha pengolahan hasil, pengembangan usaha berbahan
baku dari produk yang tidak dimanfaatkan langsung, pengembangan usaha
permodalan, pengembangan usaha informasi kelautan, pengembangan budaya
kelautan (marine culture), pengembangan kota-kota pantai (coastal cities),
pengembangan wisata kelautan dan pengembangan usaha eko-konservasi.

Bidang Kepariwisataan. Pada tahapan ini pariwisata diarahkan untuk


keberlanjutan pariwisata, melalui pengembangan pariwisata yang ramah
lingkungan baik sumber daya wisata dan sumber daya pendukung pariwisata Jawa
Barat. Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan berprinsip pada terjaminnya
keberlanjutan sumber daya pariwisata yang terintegrasi dengan lingkungan, alam,
budaya, dan manusia. Pengembangan pariwisata harus mendukung upaya
konservasi/preservasi, rehabilitasi dan pemberdayaan masyarakat dengan
memperhatikan dukungan spesifik Daerah.

Bidang KUMKM. Tahap pembangunan jangka menengah ke lima


pembangunan KUMKM melalui pemantapan KUMKM dengan peningkatan daya
saing KUMKM, pengembangan struktur ekonomi KUMKM serta penyerapan tenaga
kerja dan investasi.

Bidang Investasi Daerah. Pada tahap ini diarahkan pada penciptaan


Jawa Barat sebagai daerah tujuan uutama investasi skala nasional dan
internasional.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 56


Bidang Energi. Dalam tahap akhir pembangunan jangka panjang maka
kemantapan sektor energi yang sudah tercapai terus terjaga dan ditingkatkan
sehingga pada tahapan ini adalah masa pemeliharaan pasokan energi, mantapnya
desa mandiri energi, mantapnya kemampuan masyarakat dalam pembangunan
energi.

Bidang Infrastruktur Wilayah. Tahap ini merupakan akumulasi dari


tahapan sebelumnya, dimana arah pengembanganya adalah pemantapan
infrastruktur wilayah yang telah terbangun, untuk mendukung pencapaian tujuan
RPJPD berikutnya, dengan tetap memperhatikan kualitas kerjasama pemerintah
dengan swasta dan masyarakat, sebagai stakeholder pembangunan. Pada tahap
ini akan ditandai dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas jaringan
infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi, berkembangnya sistem
transportasi massal (Mass Rapid Transport), mantapnya pemenuhan kebutuhan
air baku untuk berbagai keperluan, mantapnya pengendalian banjir dan
kekeringan, tersedianya jaringan irigasi yang berkelanjutan, mantapnya pelayanan
telekomunikasi, terpenuhinya kebutuhan air bersih dan sanitasi serta terpenuhinya
kebutuhan rumah bagi masyarakat.

Tersedianya jaringan infrastruktur transportasi yang handal dan terintegrasi


dilakukan melalui penyelesaian pembangunan jalan tol yang telah dilakukan pada
tahap sebelumnya termasuk pada ruas Cileunyi-Nagreg-Ciamis sebagai jalan tol
antar kota, peningkatan kualitas dan kemantapan jaringan jalan, serta
pemantapan dan pemeliharaan infrastruktur transportasi laut dan jalan kereta api
yang telah terbangun pada tahap sebelumnya. Sedangkan pada pengembangan
infrastruktur transportasi udara, dilakukan penyelesaian pembangunan Bandar
Udara Pusat Penyebaran Primer Kertajati di Majalengka, penyelesaian
pengembangan Bandar Udara Pusat Penyebaran Tersier Kalijati di Subang, Bandar
Udara Cibeureum di Tasikmalaya, serta Bandar Udara Atang Sanjaya di Bogor,
serta pemantapan dan pemeliharaan infrastruktur transportasi udara yang telah
terbangun sebelumnya.

Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui Penyelesaian pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten
Sumedang, Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang, Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 57


Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; serta Penyelesaian
pembangunan DI strategis lainnya.

Sedangkan untuk pemantapan infrastruktur wilayah lainnya, dilakukan


antara lain melalui pemantapan pelaksanaan program Desa Punya Internet (Desa
Pinter), peningkatan ketersediaan air bersih, kualitas sanitasi lingkungan, dan
percepatan pembangunan rumah susun sederhana di perkotaan.

Bidang Kependudukan. Pada periode kelima RPJP Daerah 2005 – 2025


ini, upaya pengendalian pertumbuhan penduduk diarahkan untuk mewujudkan
keluarga kecil dan berkualitas, peningkatan penggunaan data penduduk sebagai
dasar acuan pembangunan dan memantapkan persebaran penduduk yang mandiri
dan berkualitas.

Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup. Kemantapan daya


dukung lingkungan Jawa Barat harus tetap terjaga secara konsisten bagi
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Upaya untuk melestarikan kualitas dan
fungsi lingkungan agar lebih asri dan lestari tetap dilanjutkan melalui, perbaikan
menerus pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup, serta selalu
mendorong perilaku dan budaya ramah lingkungan di masyarakat, memelihara
fungsi dan kualitas infrastruktur alam, infrastruktur buatan, sarana dan prasarana
lingkungan yang terbangun.

Bidang Politik. Pembangunan bidang politik diarahkan pada konsolidasi


demokrasi sebagai pranata kehidupan bernegara, penataan dan penguatan daerah
otonom serta kerjasama antar pemangku kepentingan dalam mewujudkan tata
kelola kepemerintahan.

Bidang Hukum dan HAM. Bidang Hukum diarahkan pada perwujudan


fungsi hukum dalam melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dengan supremasi hukum dalam setiap aspek kehidupan dan perlindungan hak
asasi manusia (HAM), perwujudan dan harmonisasi produk hukum daerah yang
memihak kepentingan masyarakat serta memantapkan budaya hukum.

Bidang Keamanan dan Ketertiban. Bidang Ketentraman dan Ketertiban


Masyarakat diarahkan untuk memantapkan kondisi keamanan dan ketertiban
masyarakat agar mampu melindungi seluruh warga masyarakat dalam aktivitasnya
sehari-hari serta pengutan tata kelola perlindungan masyarakat berlandaskan hak
asasi manusia.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 58


Bidang Aparatur dan Pelayanan Publik. Bidang Aparatur diarahkan
pada penguatan aparatur dalam fasilitasi dan regulasi dalam penyelenggaraan
pemerintahan, penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam interaksi
anatara pemerintah dengan masyarakat dan pelaku usaha, pemantapan birokrasi
pemerintahan dari sisi struktur dan budaya organiasasi, penataan sistem dan
prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan, peningkatan harmonisasi hubungan
antartingkat pemerintahan dan dengan pemangku kepentingan lainnya serta
pemantapan kinerja penyelenggaraan pelayanan publik yang bermutu dan
akuntabel di semua bidang. Dalam pembangunan desa diarahkan pada
pemantapan kapasitas desa dalam rangka penguatan daya saing.

Bidang Keuangan Daerah. Pembangunan Bidang Keuangan Daerah akan


terus diarahkan pada penguatan kapasitas aparatur, sistem pengelolaan keuangan,
serta peningkatan transparansi dan akuntabilitas publik.

Bidang Tata Ruang. Penataan ruang Jawa Barat telah dapat mewujudkan
pemerataan pembangunan antarwilayah di Jawa Barat, sehingga tidak terdapat
lagi daerah tertinggal di seluruh wilayah Jawa Barat. Seluruh masyarakat Jawa
Barat telah menikmati sarana dan prasarana baik dasar maupun yang bersifat
pelayanan wilayah baik di perkotaan maupun perdesaan. Penyelenggaraan
Penataan Ruang telah dilaksanakan melalui koordinasi yang mantap dan sistematis
baik dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang, di semua tingkat pemerintahan (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota)
didukung dengan infrastruktur data spasial yang mutakhir.

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT IV - 59


BAB V

PENUTUP

Rencana pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Jawa Barat


Tahun 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan jangka panjang 20 tahun
kedepan yang memuat visi, misi dan arah pembangunan pada setiap sektor. RPJP
Daerah Provinsi Jawa Barat 2005 – 2025 merupakan pedoman bagi seluruh
pemangku kepentingan untuk melaksanakan pembangunan di Provinsi Jawa Barat.

RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 merupakan pedoman
dalam :

1. Penyusunan RTRW Provinsi, RPJM Daerah, Renstra Organisasi Perangkat


Daerah dan RKPD, Renja Organisasi Perangkat Daerah, serta dokumen
perencanaan lainnya dan penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi
Jawa Barat;
2. Penyusunan RPJP Daerah Kabupaten/Kota, RTRW Kabupaten/Kota, RPJM
Daerah Kabupaten/Kota, Renstra Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten/Kota, Renja Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten/Kota, dan
RKPD Kabupaten/Kota;
3. Menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah,
antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah daerah maupun antara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.;
4. Mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pencapaian visi
dan misi daerah serta nasional;
5. Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan dan pengawasan;
6. Mewujudkan tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,
berkeadilan dan berkelanjutan.

Keberhasilan pelaksanaan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 –


2025 sangat bergantung pada komitmen antara penyelenggaraan pemerintahan
daerah dengan pemangku kepentingan dan seluruh lapisan masyarakat Jawa
Barat.
GUBERNUR JAWA BARAT

AHMAD HERYAWAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT V-1

You might also like