Professional Documents
Culture Documents
Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP)
Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005 – 2025
PENDAHULUAN
1.1 Pengantar
1.2 Pengertian
Tujuan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025
adalah :
1. Menetapkan visi, misi, dan arah pembangunan jangka panjang Provinsi Jawa
Barat;
Landasan idiil RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat adalah Pancasila dan
landasan konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, sedangkan landasan operasionalnya meliputi :
11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 disusun dengan
urutan sebagai berikut :
Bab III Visi dan Misi Pembangunan Daerah 2005 - 2025, yang memuat visi
pembangunan daerah Jawa Barat dan misi pembangunan yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi tersebut.
Bab V Penutup
RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 disusun dengan
pendekatan perencanaan politik, teknokratik, partisipatif dan atas-bawah (top
down) serta bawah-atas (bottom up), dengan mengedepankan proses evaluasi,
prediksi dan analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal yang
berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan
daerah.
Penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025 melalui
berbagai tahap dialog sektoral maupun dialog lintas sektor yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan baik dari pihak pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten dan kota, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga
swadaya masyarakat serta masyarakat. Penyusunan dokumen RPJP Daerah
Provinsi Jawa Barat 2005-2025 juga melibatkan masyarakat luas melalui sosialisasi
di media elektronik seperti radio dan televisi serta penjaringan aspirasi dengan
Tahapan penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 - 2025
dapat dijelaskan dalam gambar berikut :
Gambar 1.1
Proses Penyusunan RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005 -2025
Pemuda sebagai salah satu unsur sumber daya manusia dan tulang
punggung bangsa serta penerus cita-cita bangsa, disiapkan dan dikembangkan
kualitas kehidupannya, mulai dari tingkat pendidikan, kesejahteraan hidup dan
tingkat kesehatannya. Jumlah penduduk usia 15 s.d. 44 tahun di Jawa Barat pada
tahun 2007 adalah 19.716.573 jiwa atau 47,52% dari jumlah penduduk Provinsi.
Organisasi kepemudaan merupakan salah satu elemen masyarakat yang potensial
untuk menjadi generasi muda yang lebih berkualitas dan mandiri.
2.1.2 Ekonomi
Pertanian di Provinsi Jawa Barat secara umum memiliki potensi yang besar
dan variatif, dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk
pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, dan
hutan). Kondisi tersebut mendukung Jawa Barat sebagai produsen terbesar untuk
40 (empat puluh) komoditas agribisnis di Indonesia khususnya komoditas padi
yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi padi nasional. Sektor
pertanian juga memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang tinggi pada tahun
2007 yaitu sebesar 4,67 juta orang (27,20%) dari jumlah 17,19 juta penduduk
bekerja. Namun hubungan antar subsistem pertanian belum sepenuhnya
menunjukkan keharmonisan baik pada skala lokal, regional, dan nasional.
Paradigma sektoral yang belum terintegrasi pada sistem pertanian serta
ketidaksiapan dalam menghadapi persaingan global merupakan kendala yang
masih dihadapi sektor pertanian.
Provinsi Jawa Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat beragam baik
dari sisi produk wisata maupun pasar wisatawan, dengan alam dan budaya yang
dimiliki sebagai modal dasar pengembangan daya tarik wisata. Peringkat sektor
pariwisata secara nasional dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan berada pada
posisi 3 setelah DKI Jakarta dan Bali. Kendala yang masih dihadapi adalah belum
tertatanya objek dan daerah tujuan wisata dan masih rendahnya kualitas
infrastruktur pendukungnya.
Jawa Barat sebagai Provinsi dengan jumlah penduduk yang besar tentunya
akan berimplikasi terhadap besarnya kebutuhan energi. Laju konsumsi energi terus
bertambah baik disektor domestik, industri, transportasi dan komersil. Disisi lain
ketergantungan sektor-sektor pengguna BBM masih sangat tinggi, terutama
disektor transportasi yang masih menggunakan BBM 100%. Disektor rumah
tangga sekitar 68,03% masih menggunakan minyak tanah, 23,93% menggunakan
kayu bakar dan baru sekitar 8,04% menggunakan gas.
Peran Jawa Barat terhadap energi nasional sangat besar, hal ini ditunjukan
dengan keberadaan pembangkit listrik tenaga air seperti Jatiluhur, Saguling dan
Cirata dimana Jawa Barat memberikan kontribusi sekitar 46,21% dari pembangkit
tenaga air (PLTA). Sumber pembangkit lainnya adalah dari energi Panas Bumi
dimana Jawa Barat memberikan kontribusi sekitar 92,81% terhadap energi listrik
nasional. Pemerintah Pusat berencana menambah pasokan energi dengan
membangun pembangkit PLTU batubara yang berkapasitas sekitar 1800 MW. Hal
ini tentunya akan meningkatkan peran penting Jawa Barat terhadap penyediaan
energi Nasional.
Pada aspek transportasi yang terdiri dari transportasi darat, udara dan laut,
rendahnya kualitas dan cakupan pelayanan antara lain dicirikan dengan
rendahnya nilai indeks aksesibilitas dan mobilitas rata-rata jaringan jalan
dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk jaringan jalan
provinsi; belum optimalnya kemantapan jalan provinsi terutama di jalur jalan
vertikal yang menghubungkan wilayah tengah dan selatan Jawa Barat; masih
kurangnya pembangunan jalan tol; rendahnya kapasitas ruas jalan di perkotaan
dengan nilai Volume Capacity Ratio (VCR) rata-rata mendekati nilai 0,8 pada tahun
2006; kurangnya penyediaan angkutan massal dan jaringan jalan rel; belum
optimalnya kondisi dan penataan sistem hirarki terminal sebagai tempat
pertukaran moda; belum optimalnya pelayanan Bandar Udara Husein Sastranegara
dan bandara lainnya dalam melayani penerbangan komersial dari dan ke Jawa
Barat; serta masih terbatasnya fungsi Pelabuhan Cirebon sebagai pelabuhan
niaga.
Keberadaan infrastruktur sumber daya air dan irigasi juga masih belum
memadai, yang dicirikan dengan masih tingginya fluktuasi ketersediaan air
permukaan yang menimbulkan banjir dan kekeringan; masih terbatasnya
penyediaan air baku untuk berbagai kebutuhan, serta belum optimalnya intensitas
tanam padi akibat rendahnya layanan jaringan dan penyediaan air irigasi.
Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran penting dalam
keberlanjutan pembangunan Jawa Barat. Namun demikian, peran penting ini
belum dioptimalkan hingga saat ini. Fenomena yang terjadi justru menunjukkan
bahwa kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidup Jawa Barat berada pada
tingkat cukup mengkhawatirkan. Dampak negatif dari fenomena ini diantaranya
adalah semakin berkembangnya penyakit-penyakit berbasis lingkungan dan
munculnya konflik sosial antara pencemar dan yang tercemar, serta konflik
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan di hulu dan hilir.
Faktor-faktor dominan yang menyebabkan penurunan daya dukung
lingkungan dalam kurun waktu sepuluh tahun ini antara lain, masih tingginya
tingkat alih fungsi lahan berfungsi lindung menjadi budidaya, kerusakan dan
berkurangnya luasan mangrove dan terumbu karang, pencemaran udara
perkotaan, pengrusakan dan kebakaran hutan, pencemaran dan sedimentasi
sungai serta waduk, penambangan yang merusak lingkungan, dan pengambilan
sumber daya air yang kurang terkendali, di samping meningkatnya frekuensi
kejadian bencana alam dan pengaruh dari pemanasan global. Hal tersebut
diperparah dengan perilaku dan budaya yang belum ramah lingkungan, baik dari
sisi perilaku membangun maupun perilaku individu masyarakatnya. Upaya
pengelolaan lingkungan saat ini masih belum mampu menahan laju kerusakan dan
pencemaran yang terjadi.
Jumlah penduduk Jawa Barat pada tahun 2007 mencapai 41.483.729 jiwa.
Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) Jawa Barat mencapai 1,83% yang dipicu oleh
tingginya angka kelahiran dan migrasi masuk Jawa Barat. Pembangunan kualitas
hidup manusia Jawa Barat menjadi prioritas pembangunan daerah. Perkembangan
kualitas sumber daya manusia (SDM) Jawa Barat menunjukkan perkembangan
yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 70,69 poin pada tahun 2007.
Pencapaian tersebut merupakan komposit dari Angka Melek Huruf (AMH) sebesar
95,32 %, Rata-rata Lama Sekolah (RLS) sebesar 7,50 tahun, Angka Harapan Hidup
waktu lahir (AHH e0) sebesar 67,58 tahun, serta paritas daya beli (purchasing
power parity) sebesar Rp 623.840,00.
Dalam penegakkan HAM telah disusun Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia (RAN-HAM) yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pembangunan. Rencana aksi tersebut menjadi acuan semua pihak di daerah dalam
implementasi peraturan perundang-undangan mengenai HAM, terutama lembaga
pemerintah yang memiliki kewajiban untuk memberikan perlindungan dan
memenuhi hak asasi warga negara.
Tingkat kriminalitas dan pelanggaran hukum lainnya masih cukup tinggi. Hal
ini disebabkan karena Jawa Barat merupakan daerah penyangga ibu kota negara
dan lintasan Jawa Sumatera. Jumlah penduduk yang besar dan heterogen,
terdapatnya obyek vital nasional, daerah kunjungan wisata, daerah pendidikan dan
industri serta banyaknya permasalahan kepemilikan lahan. Di samping itu protes
ketidakpuasan terhadap suatu masalah yang mengarah pada perusakan fasilitas
umum seringkali terjadi. Namun secara keseluruhan sikap masyarakat untuk
mendukung terciptanya tertib sosial melalui upaya mewujudkan ketentraman dan
ketertiban cukup baik.
2.1.9 Aparatur
Kondisi sarana dan prasarana aparatur sudah cukup baik dengan gedung
kantor yang layak dan seluruh organisasi perangkat daerah telah memiliki gedung
tersendiri. Namun sarana dan prasarana yang secara langsung memberikan
pelayanan kepada masyarakat masih perlu ditingkatkan karena belum sesuai
dengan standar pelayanan minimal, seperti unit pengelola teknis daerah dalam
pemungutan pajak daerah, dan unit perijinan.
Pengembangan wilayah dalam struktur tata ruang Jawa Barat sampai saat
ini masih timpang. Dalam konteks wilayah utara-tengah-selatan Jawa Barat, terjadi
2.2 Tantangan
2.2.2 Ekonomi
Dalam bidang energi, tantangan dalam dua puluh tahun kedepan adalah
terpenuhinya pasokan energi yang handal dan efisien, terciptanya pengelolaan
energi yang berkelanjutan serta terwujudnya kemampuan masyarakat dalam
pengebangunan energi menuju desa mandiri energi yang berkelanjutan.
Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumberdaya panas bumi terbesar
kedua di Indonesia atau sekitar 27,791 MW dan baru termanfaatkan 13,3% saja.
Pengembangan energi panas bumi untuk energi listrik skala nasional perlu
didorong karena ketersediaan energi ini dapat menggantikan BBM yang selama ini
menjadi sumber energi terbesar bagi pembangkit listrik. Sifatnya energi panas
bumi yang berkelanjutan akan menjadikan energi ini terus tersedia selama kondisi
lingkungan sekitarnya terjaga dan tentunya akan sejalan dengan kebijakan
pembangunan berkelanjutan. Dalam jangka panjang harus mulai dimulai pula
pengembangan energi nuklir sebagai salah satu sumber energi lsitrik nasional.
Tantangan besar yang dihadapi Provinsi Jawa Barat sampai tahun 2025
adalah memulihkan dan menguatkan kembali daya dukung lingkungan dalam pe-
laksanaan pembangunan. Bersamaan dengan itu keterlibatan seluruh potensi
masyarakat untuk melakukan berbagai penguatan bagi terwujudnya perilaku dan
budaya ramah lingkungan serta sadar risiko bencana perlu terus
2.2.6 Politik
2.2.9 Aparatur
Tantangan aspek pola tata ruang adalah penyediaan kebutuhan lahan untuk
kawasan permukiman terutama di kawasan perkotaan dalam kondisi luasan lahan
yang ada sangat terbatas karena adanya kawasan lindung yang tidak boleh
berubah fungsi dan adanya lahan sawah yang juga harus dipertahankan
keberadaannya. Selain itu pengelolaan kawasan perkotaan akan menjadi
tantangan tersendiri dalam mengatur aktivitas perkotaan dan memenuhi
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dengan tetap memperhatikan
prinsip pembangunan perkotaan yang berkelanjutan.
3. Sumber daya air yang melimpah dan keanekaragaman hayati menjadi potensi
pembangunan yang dimanfaatkan untuk meningkatkan kemakmuran
masyarakat;
6. Keamanan dan ketertiban yang relatif stabil akan menjadi daya tarik dalam
peningkatan investasi di Jawa Barat;
7. Ketersediaan sumber daya buatan yang dapat berfungsi sebagai daya tarik
bagi investor dan mempercepat proses pembangunan daerah;
Berdasarkan kondisi sampai dengan saat ini dan tantangan yang akan
dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta dengan mempertimbangkan modal
dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 -
2025 adalah :
Untuk mewujudkan visi dan misi Provinsi Jawa Barat tahun 2005 – 2025
tersebut dibutuhkan :
1. Keselarasan visi dan misi (alignment vision and mission) antara provinsi dan
kabupaten/kota;
f. Meningkatnya daya tahan dan daya saing dunia usaha di Jawa Barat
terutama Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah serta tumbuhnya
wirausaha baru.
2. Penyediaan data dan informasi pendidikan yang akurat, tepat waktu dan
transparan bagi pengelola dan pengguna jasa pendidikan untuk dijadikan
bahan bagi peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan;
1. Peningkatan kompetensi dan daya saing pencari kerja untuk pasar tenaga
kerja di Jawa Barat maupun di luar Jawa Barat termasuk di luar negeri;
1. Peningkatan sistem informasi pasar dan penguasaan akses pasar lokal dan
regional, nasional dan internasional;
1. Pengembangan industri input yang memadai dari segi jumlah, kualitas, dan
waktu sesuai dengan tuntutan pengembangan agribisnis hilir;
Lingkungan hidup yang asri dan lestari akan meningkatkan kualitas hidup
manusia dan menjamin tersedianya sumber daya yang berkelanjutan bagi
pembangunan. Karena itu, untuk mewujudkan Jawa Barat yang termaju, daya
dukung lingkungan memegang peran penting dalam proses pembangunan.
Penerapan prinsip–prinsip pembangunan berkelanjutan dan sinergitas
implementasi di seluruh sektor dan wilayah menjadi prasyarat utama dalam
pelaksanaan berbagai kegiatan pembangunan.
Secara geografis wilayah Jawa Barat terletak pada area yang rentan
terhadap bencana alam, dan perubahan iklim, bahkan di beberapa wilayah
mempunyai resiko tinggi terhadap bencana. Upaya penanganan bencana ke depan
lebih diarahkan kepada pengurangan resiko bencana dan adaptasi terhadap
perubahan iklim. Pengurangan resiko bencana diarahkan kepada pencegahan lebih
dini, mitigasi, dan meningkatkan kesiapsiagaan, untuk meminimalkan tingkat
kerusakan, kerugian ekonomi, bahkan korban jiwa. Dalam pelaksanaannya, upaya
pengurangan resiko bencana harus masuk dalam setiap proses tahapan
pembangunan dan pengembangan wilayah. Penataan ruang yang berbasis
kebencanaan, sistem informasi kebencanaan dan kerentanan terhadap iklim,
sistem peringatan dini, perencanaan penanganan bencana, sosialisasi dan
pelatihan bagi masyarakat agar lebih mempunyai kesiapan dan ketahanan
menghadapi bencana, merupakan hal–hal yang mendapat perhatian khusus.
10. Peningkatan akses terhadap pelayanan sosial dasar yaitu pendidikan dan
kesehatan akan terus dilakukan melalui penyediaan fasilitas pendidikan dan
kesehatan yang memadai dan merata di seluruh wilayah Jawa Barat,
pembenahan sistem pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau
bagi seluruh masyarakat serta peningkatan kualitas pendidikan dasar dan
peningkatan pelayanan kesehatan yang akuntabel dan bertanggung jawab.
Upaya perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang Jawa Barat
dilaksanakan secara bertahap dalam kerangka pembangunan jangka menengah,
yang diukur dengan parameter peningkatan kualitas manusia melalui indikator
Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Batas bawah status pembangunan manusia terkategorikan tinggi (IPM = 80),
Bidang Hukum dan HAM. Dalam bidang hukum dan HAM dilakukan
upaya penataan hukum daerah serta penciptaan landasan hukum untuk
memperkuat pelaksanaan otonomi daerah.
Strategi pengembangan bisnis kelautan Jawa Barat pada tahap kedua ini
diarahkan pada pengembangan perikanan komersial di Pantai Selatan dan Pantai
Utara, pengembangan usaha sarana produksi, pengembangan usaha teknologi
komunikasi kelautan, pengembangan jejaring usaha, pengembangan usaha
pengolahan hasil serta penguatan pasar untuk industri hilir.
Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak
air, dilakukan melalui pembangunan waduk-waduk strategis, pengendalian
bencana banjir dan kekeringan, serta peningkatan layanan jaringan irigasi. Adapun
kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini dalam rangka pembangunan waduk
strategis antara lain penyelesaian pembangunan Waduk Jatigede di Kabupaten
Sumedang; perencanaan dan persiapan pembangunan Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di
Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; persiapan dan
pembangunan tahap awal Waduk Cipanas di Kabupaten Sumedang dan Waduk
Sadawarna di Kabupaten Subang; perencanaan, persiapan dan pembangunan
tahap awal Daerah Irigasi (DI) Leuwigoong di Kab. Garut dan DI strategis lainnya.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) masih merupakan sasaran prioritas pada
periode ini, dengan target meningkatnya daya tampung pada lembaga-lembaga
PAUD baik yang bersifat formal maupun nonformal.
Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui persiapan dan pembangunan tahap awal Waduk
Sukahurip,Waduk Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk
Citepus di Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk
Cibatarua di Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; penyelesaian
pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten Sumedang dan Waduk Sadawarna di
Kabupaten Subang; penyelesaian pembangunan DI Leuwigoong di Kab. Garut dan
DI strategis lainnya.
Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui penyelesaian pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten
Sumedang, Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang, Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di
Kabupaten Garut, serta waduk-waduk strategis lainnya; serta penyelesaian
pembangunan DI strategis lainnya.
Pada periode ini PKBM diarahkan sebagai pusat kegiatan masyarakat yang
mengutamakan kemandirian , serta tetap diupayakan pemantapan pendidikan
keterampilan dan penguasaan IPTEK bagi masyarakat yang berorientasi pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Bidang Pemuda dan Olah Raga. Pembangunan bidang pemuda dan olah
raga pada periode terakhir RPJP Daerah diarahkan pada upaya mempertahankan
kemandirian pemuda dan mendorong daya saing pemuda Jawa Barat di skala
internasional baik di bidang politik, ekonomi, budaya serta IPTEK. Sedangkan
pembangunan olahraga Jawa Barat diarahkan untuk tetap mempertahankan
keunggulan olahraga Jawa Barat di tingkat nasional dan internasional, serta
menjadikan olahraga sebagai budaya masyarakat Jawa Barat.
Dalam hal pembangunan sumber daya air dan irigasi, guna meningkatkan
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian daya rusak air
dilakukan melalui Penyelesaian pembangunan Waduk Cipanas di Kabupaten
Sumedang, Waduk Sadawarna di Kabupaten Subang, Waduk Sukahurip, Waduk
Cikembang, dan Waduk Leuwikeris di Kabupaten Ciamis, Waduk Citepus di
Kabupaten Sukabumi, Waduk Santosa di Kabupaten Bandung, Waduk Cibatarua di
Bidang Tata Ruang. Penataan ruang Jawa Barat telah dapat mewujudkan
pemerataan pembangunan antarwilayah di Jawa Barat, sehingga tidak terdapat
lagi daerah tertinggal di seluruh wilayah Jawa Barat. Seluruh masyarakat Jawa
Barat telah menikmati sarana dan prasarana baik dasar maupun yang bersifat
pelayanan wilayah baik di perkotaan maupun perdesaan. Penyelenggaraan
Penataan Ruang telah dilaksanakan melalui koordinasi yang mantap dan sistematis
baik dalam pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan
ruang, di semua tingkat pemerintahan (Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota)
didukung dengan infrastruktur data spasial yang mutakhir.
PENUTUP
RPJP Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 merupakan pedoman
dalam :
AHMAD HERYAWAN