Professional Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
SKIZOFRENIA PARANOID
Pembimbing:
DR. dr. Rusdi Maslim, Sp. KJ, M. Kes
Oleh:
Sherly (2011.061.045)
F. Jamin Farindo (2011.061.060)
Maggie (2011.061.062)
Mira Octavionita (2012.061.113)
Ingrid Linardi (2012.061.114)
0
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
2013
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 62 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Tionghoa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Agama : Katolik
Alamat : Jl. H Taba No.32 RT/RW 05/16, Duren Sawit, Jakarta
Timur
Tanggal masuk : 21 November 2013
Tanggal pemeriksaan : 10,11, dan 12 Desember 2013
1
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
2
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
membunuh diri dengan meloncat dari gedung. Putri pasien datang, dan setelah
dibujuk putrinya, pasien akhirnya tidak jadi bunuh diri dan menjadi lebih tenang.
Selanjutnya, pasien dibawa ke bangsal Pius PK Carolus. Sesampainya di bangsal,
pasien kerap mengumpat bahwa ia dijebak oleh keluarganya yang diyakini bekerja
sama dengan musuh politiknya untuk memasukkannya ke rumah sakit.
3
E. Riwayat Perkembangan pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal : Lahir cukup bulan sesuai masa
kehamilan secara persalinan spontan pervaginam.
2. Riwayat Masa Kanak Awal : Tinggal bersama kedua orang tuanya dan
memiliki hubungan yang baik. Pasien juga memiliki hubungan yang baik
dengan saudara-saudaranya. Riwayat perkembangan tidak diketahui.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan : Pasien mengaku memiliki banyak
teman dan selama sekolah tidak pernah mengalami kendala.
4. Riwayat Masa Remaja : Sejak remaja, pasien memiliki ketertarikan di
bidang seni, khususnya seni melukis.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Setelah lulus SMA, pasien melanjutkan ke Sekolah Tinggi Seni di
Yogyakarta. Saat memasuki semester 5, pasien memutuskan untuk
berhenti kuliah karena merasa kehilangan minat. Setelah itu, pasien
berusaha mencari pekerjaan.
b. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja di bagian periklanan selama 22 tahun.
Tahun 1998, perusahaan tersebut mengalami krisis ekonomi sehingga
memutuskan mengurangi jumlah karyawan, termasuk salah satunya
adalah pasien.
e. Aktivitas Sosial
Pasien memiliki teman, tetapi hubungannya cenderung dangkal
karena pasien eksentrik dan semaunya sendiri.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Tidak ada
g. Riwayat Militer
Tidak ada
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien tinggal bersama anak laki-lakinya di kawasan Duren Sawit. Pasien
tinggal terpisah dengan istrinya. Pasien sudah tidak bekerja lagi dan biaya
kehidupan sehari-hari dibiayai oleh puteranya. Untuk mengisi waktu luang pasien,
pasien suka membaca buku agama dan filsafat serta melukis.
G. Riwayat Psikoseksual
Tidak ada gangguan psikoseksual.
H. Riwayat Keluarga
1
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan : Berpenampilan sesuai usia. Pasien memakai kaos dalam
berwarna putih dan celana boxer berwarna biru. Postur tubuh tegak dan tinggi.
Rambut pasien berwarna putih keabuan, lurus, panjang sebahu. Pasien
berjenggot dan berkumis lebat. Kuku pasien panjang, kesan tidak pernah
dipotong.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Pasien tampak tenang, tidak ada gerakan berulang atau involunter maupun
tanda-tanda kecemasan
3. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. MOOD DAN AFEK
Mood : Euthym
Afek : Serasi
C. PEMBICARAAN
Pasien bicara secara spontan, suara jelas, lafal jelas, intonasi bicara sesuai.
D. GANGGUAN PERSEPSI
Halusinasi: auditorik, berupa bisikan suara-suara yang menyuruh pasien untuk
mencalonkan diri sebagai pemimpin organisasi poltik.
Ilusi: tidak ditemukan
Depersonalisasi: tidak ditemukan
Derealisasi: tidak ditemukan
E. PIKIRAN
1. Proses pikir / bentuk pikiran
Produktivitas: flight of ideas (+)
Kontinuitas: sirkumstansial (+) dan tidak logik
2
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
2. Isi pikiran
- Preokupasi pikiran
Ada (preokupasi terhadap politik)
- Obesesif- Kompulsif
Tidak ditemukan
- Waham
Waham kebesaran, waham kejar, waham cemburu
- Ide bunuh diri
Tidak ditemukan, namun terdapat riwayat mengancam bunuh diri.
F. SENSORIUM DAN KOGNISI
1. Kesiagaan dan taraf kesadaran: compos mentis
2. Orientasi:
Waktu : tidak terganggu
Tempat : tidak terganggu
Orang : tidak terganggu
3. Ingatan
Immediate : tidak terganggu
Recent : tidak terganggu
Recent past : tidak terganggu
Remote : tidak terganggu
4. Konsentrasi dan perhatian: baik
5. Kemampuan membaca dan menulis: baik
6. Kemampuan visuospasial: baik
7. Pikiran abstrak: baik
8. Inteligensi dan daya informasi: baik
G. PENGENDALIAN IMPULS
Pada saat pemeriksaan, tidak ditemukan gangguan pengendalian impuls. Namun,
pasien memiliki riwayat agresif.
H. DAYA NILAI DAN TILIKAN
Daya nilai: baik, pertimbangan otomatis
3
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
Tilikan : pasien mengakui bahwa dirinya sakit namun disaat yang sama pasien
juga menyangkal hal tersebut (derajat 2)
I. TARAF DAPAT DIPERCAYA
Secara keseluruhan informasi yang dikatakan pasien dapat dipercaya.
Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada deformitas
Mata : konjungtiva ananemis, sklera anikterik, pupil bulat isokor
3mm/3mm
Hidung : septum nasi di tengah, sekret -/-
Telinga : serumen (-)
Mulut : mukosa oral basah
Leher : trakea di tengah, tidak ada pembesaran KGB
Thoraks Pulmo: I : simetris dalam keadaan statis maupun dinamis
P : stem fremitus kanan = kiri
P : sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesicular +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-
Thoraks Cor: I: iktus kordis tidak nampak
P: iktus kordis tidak teraba
4
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
Abdomen : I : cembung
A: BU = 5-6x/menit
P: supel, nyeri tekan (-), organomegali (-)
P: timpani pada seluruh kuadran abdomen
Kulit : Turgor baik, pucat (-), sianosis (-)
Ekstremitas : CRT <2 detik, akral hangat, edema -/-, tremor -/-, rigiditas -/-
Motorik : Normotonus, koordinasi baik
Refleks : Refleks fisiologis (+) pada 4 ekstremitas, refleks patologis (-)
pada 4 ekstremitas
B. Status neurologik
Tidak ditemukan kelainan neurologis
C. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 14,3 g/dl
Eritrosit : 5.180.000/ l
Leukosit : 6.610/ l
Trombosit : 230.000/ l
MCV : 92 fl
MCH : 29 pg/ml
MCHC : 32,4 g/dl
Hitung Jenis : 0,5/5,4/62,2/23,6/8,3
LED : 10 mm/jam
Protein total : 6,61 g/dl
Albumin : 3,94 g/dl
5
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
6
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
diagnosa F10 – F19 (gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat
psikoaktif) juga dapat disingkirkan.
Berdasarkan PPDGJ III, kasus ini digolongkan sebagai F20.0 Skizofrenia
paranoid, karena:
o Pasien memiliki thought echo berupa isi pikirannya sendiri
yang berulang.
o Pasien memiliki waham kebesaran, kejar, cemburu, dan
waham perihal keyakinan agama tertentu.
o Pasien memiliki halusinasi auditorik yang memberi perintah
kepada pasien.
o Pasien memiliki arus pikiran yang terputus.
o Gejala tersebut sudah berlangsung sejak 10 tahun yang lalu.
Aksis II : Z03.2 (Tidak ada diagnosis aksis II)
Aksis III : tidak ada
Aksis IV :
- Masalah dengan “primary support group”
- Masalah pekerjaan
Aksis V : GAF : 60-51 (kini)
7
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
X. RENCANA PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Anti-psikotik : Risperidon 2 x 1 mg P.O
Lorazepam 2 x 1 mg P.O
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg P.O
2. Psikoterapi Individual
Membantu pasien menyadari bahwa pasien mengalami suatu gangguan psikiatri
Membina hubungan baik dengan pasien, agar pasien lebih percaya dan mau
terbuka bercerita pada dokter saat kontrol / berkonsultasi, sehingga dapat
mengetahui bila ada masalah dan dapat dicari segera solusinya.
Membantu pasien untuk merubah cara pandangnya terhadap terapi obat yang akan
dijalani bukan sebagai beban, namun hal yang cukup mudah untuk dilakukan dan
sangat bermanfaat bagi kesehatannya.
8
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya
3. Edukasi Pasien
Untuk keberhasilan terapi dan mencegah kekambuhan gejala, penting untuk
menekankan keteraturan berobat pasien. Poin yang dapat disampaikan:
Memotivasi pasien agar rutin datang untuk kontrol atau berkonsultasi
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya dan akibat yang dapat
ditimbulkan
Memotivasi pasien untuk mengkonsumsi obat secara teratur
Menjelaskan manfaat serta efek samping obat yang mungkin akan dialami
oleh pasien
Penjelasan-penjelasan di atas dapat diberikan pada pasien, karena dinilai
pasien dapat diajak berkomunikasi secara efektif.
4. Edukasi Keluarga
Keluarga perlu diedukasi untuk dapat memahami apabila ada kekurangan pada
pasien dan memberikan dukungan agar pasien bisa sembuh dan tidak relaps lagi.
Edukasi ini juga terutama bertujuan agar keluarga membantu keteraturan minum obat
dan pengawasan pada pasien. Hal yang perlu disampaikan dalam edukasi keluarga ini
adalah:
Memberi pengertian mengenai penyakit atau gangguan yang dialami pasien.
Diharapkan keluarga dapat memberikan dukungan dan perhatian yang
dibutuhkan pasien.
Memberi penjelasan pentingnya peranan obat untuk kesembuhan pasien
sehingga keluarga perlu mengingatkan, memotivasi dan mengawasi pasien
untuk minum obat secara teratur dan mengupayakan agar tidak putus berobat
lagi.
Menjelaskan tentang efek samping obat dan resiko bila putus berobat lagi.