Professional Documents
Culture Documents
limfadenitis TB
Pembimbing:
dr.Benita deselina, Sp.A
Disusun oleh:
Mohammad Fajar Akbar
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir : 25 Desember 2017 Suku Bangsa : -
Umur : 8 bulan Agama : Islam
Pendidikan :
Alamat : JL.NURUL AMAL 24 RT:015. RW:005 Cengkareng Timur
2. Kelahiran
Tempat kelahiran : RSUD Cengkareng
Keadaan bayi
o Langsung menangis : ya
o Pucat/Biru/Kuning/Kejang :-
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama : 6 bulan
Psikomotor
- Tengkurap : 3 bulan
- Duduk :
- Berdiri :
- Berbicara :
- Membaca dan menulis :
Perkembangan pubertas
- Rambut pubis : tidak ada
- Perubahan suara : tidak ada
Gangguan perkembangan (jelaskan bila ada)
Mental/emosi : tidak ada
Riwayat Imunisasi
PEMERIKSAAN FISIK
28 Agustus 2017, pukul 13.00
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : compos mentis
Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,5°C
Frrekuensi Nadi : 122x/mnt
Frekuensi Pernafasan : 32x/mnt
Data Antropometri
Berat Badan : 10,2 kg
Tinggi Badan : 70cm
IMT : 20,4 kg/m2 Normal/ideal
Status Gizi :(SD)
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Keadaan Spesifik
Kepala
Bentuk : Normosefali, simetris, UUB membonjol (-)
Rambut : Hitam, lurus, tidak mudah dicabut.
Mata : Cekung (- ), Pupil bulat isokor ø 3mm, reflek cahaya +/+,
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).
Hidung : Sekret (-), napas cuping hidung (-).
Telinga : Sekret (-).
Mulut : Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).
Tenggorokan : Faring hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat.
Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Statis, dinamis simetris, retraksi -/-
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Thrill tidak teraba
Auskultasi : HR: 129 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tidak teraba, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Lipat paha dan genitalia : Pembesaran KGB (-)
Ekstremitas : Akraldingin(-),sianosis(-),edema(-),benjolan ketiak kanan
(+)
Pemeriksaan Neurologis
Fungsi motorik
Pemeriksaan Tungkai Tungkai Kiri Lengan Lengan Kiri
Kanan Kanan
Gerakan Luas Luas Luas Luas
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - -
Reflek fisiologis + normal + normal + normal + normal
Reflek patologis - - - -
Fungsi sensorik : Dalam batas normal
Fungsi nervi craniales : Dalam batas normal
GRM : Kaku kuduk tidak ada
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
26 Agustus 2017, pukul 15:02 WIB
Hematologi I
Hb : 12,8 g/dl (N: 10,8-15,6 g/dl)
Ht : 40 % (N: 33-45 vol%)
Leukosit : 10,3 rb/uL (N: 5,0-14,5 ribu/uL)
Trombosit : 339.000/uL (N: 181-521 ribu/uL)
Ringkasan
Seorang anak laki-laki berusia 8 bulan datang di antar orang tuanya
dengan keluhan benjolan di ketiak kanan yang muncul sejak 6 bulan ini, awal nya
benjolan sebesar biji klereng semakin lama benjolan terlihat semakin membesar
dan terlihat berwarna kemerahan, orang tua os mengatakan ketika benjolannya
tersentuh os sering rewel. Ibu mengakui benjolannya muncul Post imunisasi BCG
kurang lebih satu bulan os juga masuk ke RSUD cengkareng dengan keluhan
batuk pilek sudah lebih dari 2 bulan dahak (-) lendir (-) darah (-), sehari sebelum
masuk orang tua os juga mengatakan anak nya demam dari pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 129 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu : 36,8°c
Berat Badan : 10,2 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Os lahir di bidan dengan berat lahir 2800 gram dan panjang badan 50 cm.
Imunisasi lengkap(+) dan gangguan tumbuh kembang(-). Terdapat benjolan
sebesar bola ping pong yang semakin lama membesar menjadi 5 cm x 2 cm x 3
cm Nyeri tekan(-) dan nyeri menelan(-), demam(-). Os tidak ada riwayat penyakit
sebelumnya. Riwayat penyakit pada keluarga(+) TB paru eyang dari ayahnya. Os
lahir di RSUD Cengkareng secara sc dengan indikasi partus tak maju dengan berat
lahir 2800 gram dan panjang badan 50 cm. Imunisasi belum lengkap( campak )
dan tidak ada gangguan tumbuh kembang(-).
Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan pada lengan kanan bagian axila
dengan
ukuran 5 cm x 5 cm, teraba lunak, fluktuasi (+) mobile(-), difus,
hiperemis(+).Auskultasi terdengar ronkhi pada hemithorax sinistra dan dextra.
Pada pemeriksaan penunjang, dilakukan pemeriksaan hematologi lengkap dalam
batas normal, namun ditemukan gambaran Sugestif proses spesifik paru, mohon
konfirmasi lab (Mantoux) pdaa foto rontgen thorax PA.
DIAGNOSIS KERJA
1. Abses axilla
2. Limfadenitis TB
PENATALAKSANAAN
Dextrose 5% ½ NS 12 TPM
Puyer batuk 3x1 pulv
Inhalasi NaCL 0.9% 2 cc + pulmikot 2cc 3x1
Mantoux test bila (+) rencana OAT
INH 1x70mg
Rif 1x150ng
PZA 2x175mg
Ceftriaxon 2x500mg
Metronidazole 3x125mg
Ketorolac 2x1/2mg
Rontgen thoraks
Cek lab hema 1 lengkap
Insisi drainase
Post OP insisi cek kultur MO + Resistensi
PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Ad kosmeticum : Malam
PROGRESS NOTE
26 Agustus 2017
S : orang tua os mengatakan anak nya sering menangis Karena menahan
sakit di benjolan axila nenek os juga mengatak cucu nya demam(+), batuk
kering(+), pilek(-), muntah(-), mual(-),
O : TTV : T: 37,8 oC, HR: 120 x/mnt, RR: 34 x/mnt, BB: 10,2 kg
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 26 Agustus 2017 pukul
15:02 WIB
Hematologi I
Hb : 12,8 g/dl (N: 10,8-15,6 g/dl)
Ht : 40 % (N: 33-45 vol%)
Leukosit : 10,3 rb/uL (N: 5,0-14,5 ribu/uL)
Trombosit : 339.000/uL (N: 181-521 ribu/uL)
A : Abses axila
Limfadenitis TB
P : - rencana operasi Rontgen thorax, cek lab, ada hasil lapor
27 Agustus 2107
S : ibu os mengatakan anaknya masih demam
O : TTV : T: 36,8 oC, HR: 120 x/mnt, RR: 34 x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Abses axila
Limfadenitis TB
P : mantoux test baca tgl 29 agustus 2017
28 Agustus 2017
S : demam(+) batuk(+)
O : TTV : T: 36,9 oC, HR: 115x/mnt, RR: 34x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Abses axila
Limfadenitis TB
P : - tunda operasi karena ps batuk
. - besok baca mantoux test bila (+) rencana OAT
- inhalasi NaCL 0,9% 2cc + pulmicot 2cc 3x1 / hari
29 Agustus 2017
S : demam(-)
O : TTV : T: 36,6 oC, HR: 110x/mnt, RR: 34x/mnt, BB: 10,2 kg
Mantoux test (+) : 15 mm
A : Abses axilla
Limfadenitis TB
P : - INH 1x70mg
- Rifampisin 1x 150mg
- PZA 1x175mg
30 Agustus 2017
S : Batuk(+), demam(-), dahak (-)
O : TTV : T: 36,6 oC, HR: 100x/mnt, RR: 32x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Absess axila
limfadenitis TB
P : - OAT lanjut
31 Agustus 2017
S :Batuk kering (+), demam(-),
O : TTV : T: 37,1 oC, HR: 110x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Abses axilla
limfadenitis TB
P : - DS ½ NS 12TPM
- Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
Injeksi
- Ceftriaxon 2x500mg
1 September 2017
S : Tidak ada keluhan
O : TTV : T: 37,2 oC, HR: 110x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Absess Axilla
Limfadenitis TB
P : - DS ½ NS 12TPM
- Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
2 September 2017
S : Persiapan op insisi
O : TTV : T: 37,3 oC, HR: 100x/mnt, RR: 34x/mnt, BB: 10,2 kg
KULTUR MO + RESISTENSI tanggal 2 september 2017
Bahan pemeriksa : pus
A : Abses axilla
Limfadenitis TB
P : - DS ½ NS 12TPM
- Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
3 September 2017
S : Post op insisi debridement
O : TTV : T: 37,0 oC, HR: 104x/mnt, RR: 28x/mnt, BB: 10,2 kg
4 september 2017
S : batuk kering (+), pilek(-), demam(+),
O : TTV : T: 39,2 oC, HR: 100x/mnt, RR: 30x/mnt, BB: 10,2 kg
KULTUR MO + RESISTENSI tanggal 4 september 2017
Bahan pemeriksa : pus
Mikro Organisme : Tidak ada pertumbuhan
A : limfadenitis TB
Post op insisi debridement
P : - DS ½ NS 12TPM
- Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
- Paracetmol syr 4x3/4cth
injeksi
- ceftriaxone 2x500mg
- metronidazole 3x125mg
- ketorolac 2x1/2
5 September 2017
S : demam (-) batuk (+) sedikit
O : TTV : T: 37,0 oC, HR: 100x/mnt, RR: 32x/mnt, BB: 10,2 kg
Hasil Pemeriksaan laboratorium tanggal 5 September 2017
Hematologi I
Hb : 11,7 g/dl (N: 10,8-15,6 g/dl)
Ht : 37 % (N: 33-45 vol%)
Leukosit : 7,1 rb/uL (N: 5,0-14,5 ribu/uL)
Trombosit : 308.000/uL (N: 181-521 ribu/uL)
A : Post op insisi debridement
Limfadenitis TB
P : - Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
- Paracetmol syr 4x3/4cth
6 September 2017
S : Tidak ada keluhan
O : TTV : T: 36,5 oC, HR: 100x/mnt, RR: 32x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Post op insisi debridement
Limfadenitis TB
P : - Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
- Paracetmol syr 4x3/4cth
7 September 2017
S : Tidak ada keluhan (Persiapan pulang)
O : TTV : T: 36,5 oC, HR: 105x/mnt, RR: 32x/mnt, BB: 10,2 kg
A : Post op insisi debridement
Limfadenitis TB
P : - Puyerbatuk 3x1 pulv
- INH 1x70mg
- Rifampisin 1x150mg
- Pirazinamid 2x175mg
- Paracetmol syr 4x3/4cth
ANALISA KASUS
Defenisi
Limfadenitis adalah peradangan pada kelenjar getah bening yang terjadi akibat
terjadinya infeksi dari suatu bagian tubuh maka terjadi pula peradangan pada
kelenjar getah bening regioner dari lesi primer. Limfadenitis TB atau TB kelenjar
getah bening termasuk salah satu penyakit TB di luar paru (Tb-extraparu).
Penyakit ini disebabkan oleh M.tuberkulosis,1
Epidemologi
Sekurang-kurangnya 200 anak di dunia meninggal setiap hari akibat TB,
70.000 anak meninggal setiap tahun akibat TB. Beban kasus TB anak di dunia
tidak diketahui karena kurangnya alat diagnostik yang “child-friendly” dan tidak
adekuatnya sistem pencatatan dan pelaporan kasus TB anak. Diperkirakan banyak
anak menderita TB tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan benar
sesuai dengan ketentuan strategi DOTS. Kondisi ini akan memberikan
peningkatan dampak negatif pada morbiditas dan mortalitas anak. Data TB anak
di Indonesia menunjukkan proporsi kasus TB Anak di antara semua kasus TB
pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun 2011 dan 8,2%
pada tahun 2012. Apabila dilihat data per provinsi, menunjukkan variasi proporsi
dari 1,8% sampai 15,9%. Hal ini menunjukan kualitas diagnosis TB anak masih
sangat bervariasi pada level provinsi. Kasus TB Anak dikelompokkan dalam
kelompok umur 0-4 tahun dan 5-14 tahun, dengan jumlah kasus pada kelompok
umur 5-14 tahun yang lebih tinggi dari kelompok umur 0-4 tahun. Kasus BTA
positif pada TB anak tahun 2010 adalah 5,4% dari semua kasus TB anak,
sedangkan tahun 2011 naik menjadi 6,3% dan tahun 2012 menjadi 6%.2
Limfadenitis TB disebabkan oleh M.tuberculosis complex, yaitu
M.tuberculosis (padamanusia), M.bovis (pada sapi), M.africanum, M.canetti dan
M.caprae. Secara mikrobiologi,M.tuberculosis merupakan basil tahan asam yang
dapat dilihat dengan pewarnaan ziehl- Neelsen atau kinyoun gabbetPada
pewarnaan tahan asam akan terlihat kuman berwarnamerah berbentuk batang halus berukuran 3
x 0,5m.M.tuberculosis dapat tumbuh dengan energi yang diperoleh dari
oksidasi senyawakarbon yang sederhana. CO 2dapat merangsang pertumbuhan.
Etiologi
M.tuberculosis merupakan mikroba kecil seperti batang yang tahan
terhadap desinfektan lemah dan bertahan hidup padakondisi yang kering
hingga berminggu-minggu, tetapi hanya dapat tumbuh di dalam organisme hospes.
Kuman akan mati pada suhu 600 C selama 15-20 menit, Pada suhu 300 atau 400-
450 sukar tumbuh atau bahkan tidak dapat tumbuh. Pengurangan oksigen dapat
menurunkan metabolisme kuman. Daya tahan kuman M.tuberculosis lebih besar
di bandingkan dengan kuman lainnya karena sifat hidrofobik pada permukaan
selnya. Kuman ini tahan terhadap asam, alkali dan zat warna malakiy. Pada
sputum yang melekat pada debu dapat tahan hidup selama 8-10 hari.
M.tuberculosis dapat di bunuh dengan pasteurisasi.3
Manifestasi klinis
tergantung pada lokasi limfadenopati dan status imun dari pasien. Lebih
dari sepertig pasien akan melaorkan adanya riwayat TB sebelumnya atau riwayat
keluarga menderita TB, gejala sistemik seperti demam, berkeringat, dan
penurunan berat badan sering di temukan tapi bukan menjadi patokan awal untuk
mendiagnosis suatu limfadenitis TB
Pada pasien ini di temukan riwayat keluarga menderita TB paru dan
menunjukkan gejala sistemik batuk, pilek, dalam 2 bulan teakhir ini orang tua os
juga bercerita satu hari sebelum masuk rumah sakit anaknya demam. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan ronkhi pada kedua lapang paru. orang tua os juga
mengatakan muculnya benjolan pasca anaknya melakukan vaksin BCG kurang
lebih sebulan benjolanya muncul pada daerah ketiak sebelah kanan dan terus
betambah besar dalam enam bulan ini. Kemudian di lakukan mantoux test pada
tanggal 27 agustus 2017 dan di dapatkan hasil pada tanggal 29 agustus 2017
dengan hasil nya positif (+) dengan ukuran 15 mm.
Kelenjar limfe
Kelenjar limfe yang terletak di titik pertemuan antar pembuluh limfe,
menyaring organisme penginfeksi dari limfe. Kelenjar ini dipenuhi limfosit,
sejenis sel darah putih. Kelompok simpul limfe terdapat di banyak bagian tubuh,
termasuk di leher, ketiak, dan lipat-paha Kelenjar ini berbentuk bulat lonjong
denga ukuran kira-kira 10-25mm.Limfe juga disebut getah bening,merupakan
cairan yang susunan isinya hamper sa
ma dengan plasma darah dan cairan jaringan.Bedanya ialah dalam cairan limfe
banyak mengandung sel darah limfosit,tidak terdapat karbondioksida,dan
mengandung sedikit oksigen.Cairan limfe yang berasal dari usus banyak
mengandung zat lemak.Cairan limfe ini di bentuk atau berasal dari cairan jaringan
melalui difusi atau filtrasi ke dalam kapiler-kapiler limfe dan seterusnya akan
masuk ke dalam peredaran darah melalui vena
Fungsi
1. Mengembalikan cairan dan protein dari jaringan ke sirkulasi darah
2. Mengangkut limfosit dari kelenjar limfe ke sirkulasi darah
3. Untuk membaw lemak yang sudah di buat emulsi dari usus ke sirkulasi
darah. Saluran limfe yang melaksanakan fungsi ini ialah saluran lacteal
4. Kelenjar limfe menyaring dan menghancurkan mikroorganisme untuk
menghindarkan penyebaran organisme itu dari tempat masuknya ke dalam
jaringan, ke bagian lain tubuh.
5. Apabila ada infeksi, kelenjar limfe menghasikan zat anti (antibody) untuk
melindungi tubuh terhadap kelanjutan infeksi
I. Patogenesis
Paru merupakan port d’entree lebih dari 98% kasus infeksi TB.
Kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya sangat
kecil (<5 μm), akan terhirup dan dapat mencapai alveolus.. Pada
sebagian kasus, kuman TB dapat dihancurkan seluruhnya oleh
mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak terjadi respons
imunologis spesifik. Akan tetapi, pada sebagian kasus lainnya, tidak
seluruhnya dapat dihancurkan. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit
kuman TB yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi, sebagian
kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang
biak di dalam makrofag, dan akhirnya menyebabkan lisis makrofag.
Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di tempat tersebut, yang
dinamakan fokus primer Ghon.
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang
mempunyai saluran limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini
menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di
kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak
di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah
kelenjar limfe parahilus (perihiler), sedangkan jika fokus primer
terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal.
Gabungan antara fokus primer, limfangitis, dan limfadenitis
dinamakan kompleks primer (primary complex).
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis2
Pasien datang diantar Orang tua nya dengan keluhan muncul benjolan
pada ketiak kanan sejak 6 bulan SMRS, ibu nya mengatakan os sering
menangis kalau benjolannya tersentuh, orang tua os juga mengatakan
benjolannya semakin hari semakin bertambah besar dan berwarna
kemerahan. Awalnya benjolannya sebesar klereng semakin lama
benjolan tersebut terlihat semakin membesar, orang tua os juga
mengatakan benjolan pada ketiak kanan anaknya muncul pasca
imunisasi BCG kurang lebih sekitar sebulan pasca imunisasi muncul
benjolan di ketiak kanan anaknya. Orang tua os juga mengeluhkan
satu hari SMRS anaknya demam dengan suhu 38,4 0C os juga di sertai
dengan adanya batuk pilek sekitar dua bulanan ini dahak ada warna
bening. Belum pernah ada riwayat berobat sebelumnya ke puskesmas
maupun kerumah sakit. Riwayat imunisasi belum lengkap hanya
kurang imunisasi campak. benjolan di ketiak baik tunggal ataupun
multiple, benjolan dirasakan tidak nyeri, semakin membesar atau
persisten. Selain itu perlu ditanyakan :
a. Anak yang kontak erat dengan pasien TB menular. Yang dimaksud
dengan kontak erat adalah anak yang tinggal serumah atau sering
bertemu dengan pasien TB menular. Pasien TB menular adalah
terutama pasien TB yang hasil pemeriksaan sputumnya BTA positif
dan umumnya terjadi pada pasien TB dewasa.
b. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan tidak
naik dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan setelah diberikan
upaya perbaikan gizi yang baik.
c. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas
(bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain).
Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam saja bukan
merupakan gejala spesifik TB pada anak apabila tidak disertai dengan
gejala-gejala sistemik/umum lain.
d. Batuk lama ≥3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak pernah
reda atau intensitas semakin lama semakin parah) dan sebab lain
batuk telah dapat disingkirkan.
e. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) atau berkurang, disertai gagal
tumbuh (failure to thrive).
f. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
g. Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh dengan
pengobatan baku diare.
2. Pemeriksaan fisik2,4
Pada infeksi oleh mycobacterium, pembesaran kelenjar limfe
berjalan berminggu-minggu hingga berbulan-bulan, namun dapat juga
terjadi secara mendadak. Tahap dini pemeriksaan kelenjar limfe
teraba massa keras dengan batas tegas, tidak sakit dan dapat
digerakkan. Pada tahap selanjutnya dapat ditemukan pembesaran
kelenjar limfe yang saling berlengketan satu sama lain. Kelenjar limfe
ini akan membentuk suatu abses dingin. Lesi biasanya unilateral. Bila
mengenai kulit, kulit akan meradang, memerah, bengkak dan
mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol,
mengeluarkan bahan seperti keju. Tukak yang terbentuk akan
berwarna pucat dengan tepi yang membiru disertai secret yang jernih.
Tukak ini dapat sembuh dan meninggalkan jaringan parut yang tipis
dan berbintil-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan mengeluarkan
bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang. Kulit seperti ini
dinamakan skrofuloderma.Kelenjar limfe yang paling sering terkena
adalah kelenjar limfe servikal pada segitiga posterior servikal dan
supraklavikula.
Gambar 3. Limfadenitis tuberkulosa
3. Pemeriksaan penunjang2,4
a. Tes tuberculin
Tes intradermal (tes mantoux) dapat menunjukkan reaksi
hipersensitivitas tipe lambat melawan agen mycobacterium. Tes
akan positif 2-10 minggu setelah infeksi mycobacterium. Tes ini
dibaca setelah 48-72 jam setelah suntikan. Reaksi positif bila
terdapat indurasi >10mm yang menandakan adanya infeksi
M.tuberculosis. Reaksi intermediet (indurasi 5-9mm) dapat terjadi
setelah vaksinasi BCG, infeksi M.tuberculosis dan non tuberculosis
mycobacterium. Reaksi negatif (indurasi <4mm) menandakan
kurangnya sensitisasi tuberculin. 75% pasien dengan limfadenitis
tuberkulosa mempunyai hasil tes tuberculin yang positif.
Tes dapat positif palsu pada mereka yang telah divaksinasi BCG,
sedangkan negative palsu terjadi pada orang yang menderita AIDS,
malnutrisi, dan pasien yang memakai steroid.
Gambar 3. Hasil tes tuberculin
b. Pemeriksaan mikrobiologi
Sediaan mikroskopis untuk identifikasi kuman BTA dapat
dilakukan dengan pewarnaan Ziehl Neelsen. Pengambilan sampel
pemeriksaan dapat diperoleh melalui drainase sinus atau Fine
Needle aspiration (FNA).
d. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan penunjang lain yang cukup penting adalah
pemeriksaan foto toraks. Namun gambaran foto toraks pada TB
tidak khas karena juga dapat dijumpai pada penyakit lain. Dengan
demikian pemeriksaan foto toraks saja tidak dapat digunakan untuk
mendiagnosis TB, kecuali gambaran TB milier. Secara umum,
gambaran radiologis yang menunjang TB adalah ditemukan
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan/tanpa infiltrat
(visualisasinya selain dengan foto toraks AP, harus disertai foto
toraks lateral), konsolidasi segmental/lobar, efusi pleura, milier,
atelektasis, kavitas kalsifikasi dengan infiltrate, tuberkuloma
Gambar 3 : Sistem scoring gejala dan pemeriksaan penunjang TB2
PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki berusia 8 bulan datang di antar orang tuanya
dengan keluhan benjolan di ketiak kanan yang muncul sejak 6 bulan ini, awal nya
benjolan sebesar biji klereng semakin lama benjolan terlihat semakin membesar
dan terlihat berwarna kemerahan, orang tua os mengatakan ketika benjolannya
tersentuh os sering rewel. Ibu mengakui benjolannya muncul Post imunisasi BCG
kurang lebih satu bulan os juga masuk ke RSUD cengkareng dengan keluhan
batuk pilek sudah lebih dari 2 bulan dahak (-) lendir (-) darah (-), sehari sebelum
masuk orang tua os juga mengatakan anak nya demam dari pemeriksaan fisik
Keadaan Umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Nadi : 129 x/menit
Pernapasan : 34 x/menit
Suhu : 36,8°c
Berat Badan : 10,2 kg
Tinggi Badan : 70 cm
Os lahir di bidan dengan berat lahir 2800 gram dan panjang badan 50 cm.
Imunisasi lengkap(+) dan gangguan tumbuh kembang(-). nysesak napas sejak 15
hari SMRS. Sesak dirasa memberat semakin hari terutama pada malam hari dan
pagi hari setelah bangun tidur disertai bunyi mengi. Os lebih nyaman duduk dan
berbaring ke sebelah kiri. Sesak nafas disertai batuk keras, dahak(-), lendir(-),
darah(-), demam tinggi(-). Berat badan os sudah menurun 3 kg dalam waktu 15
hari ini. Nafsu makan baik. Terdapat benjolan sebesar ujung jari di colli sisnitra
yang semakin lama membesar menjadi 5 cm x 2 cm x 3 cm dan menjalar ke colli
dextra. Nyeri tekan(-) dan nyeri menelan(-), demam(-). Os tidak ada riwayat
penyakit sebelumnya. Riwayat penyakit pada keluarga(+) eyangnya terkena TB
paru.
Menurut Pedoman Nasional TB Anak, kriteria penegakan TB anak dengan
menggunakan skoring TB anak. Sistem scoring tersebut dikembangkan melalui
tiga tahap penelitian oleh IDAI, Kemenkes dan WHO dan disepakati sebagai salah
satu cara untuk mempermudah penegakan diagnosis TB anak. Adapun scoring TB
anak yaitu adanya kontak dengan pasien TB, uji tuberculin positif, keadaan gizi
yang kurang atau buruk, demam yang tidak diketahui penyebabnya, batuk kronik,
pembesaran kelenjer limfe colli, aksila atau inguinal, pembengkakan tulang sendi
dan foto thoraks mendukung TB. Pada pasien dari anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang menunjukkan scoring TB 10. Dimana pada pasien
terdapat kontak dengan penderita TB, mantoux positif > 15mm gizi cukup, batuk
kurang lebih dua bulan ini adanya pembesaran kelenjer limfe axilla dan rontgen
thoraks dengan kesan suspect tb
Pada pasien ditemukan adanya pembesaran kalenjer limfe daerah axilla,
ini merupakan bentuk TB ekstrapulmonal pada anak yang sering terjadi dan
terbanyak pada kelenjer limfe axilla. Kebanyakan kasus dapat timbul 6-9 bulan
setelah infeksi awal M.Tuberkulosis, tetapi beberapa kasus dapat timbul bertahun-
tahun. Lokasi pembesaran kelenjer limfe yang sering adalah di servikal anterior,
submandibula, supraklavikula, inguinal dan aksila. Kelenjar limfe biasanya
membesar perlahan-lahan pada stadium awal penyakit. Pembesaran kelenjar limfe
bersifat kenyal, tidak keras, discrete, dan tidak nyeri. Pada perabaan, kelenjar
sering terfiksasi pada jaringan di bawah atau di atasnya. Limfadenitis ini paling
sering terjadi unilateral, tetapi infeksi bilateral dapat terjadi karena pembuluh
limfatik di daerah dada dan leher-bawah saling bersilangan. Uji tuberkulin
biasanya menunjukkan hasil positif. Diagnosis definitif memerlukan pemeriksaan
histologis dan bakteriologis yang diperoleh melalui biopsi, yang dapat dilakukan
di fasilitas rujukan dan pada pasien akan direncanakan biopsi untuk selanjutnya
dilakukan pemeriksaan histopatologis.2,4
Adanya kelenjer yang pecah dan menjadi ulkus menunjukkan telah terjadi
manifestasi TB kulit dan yang paling khas adalah skrofuloderma. Skrofuloderma
terjadi akibat penjalaran perkontinuitatum dari kelenjar limfe yang terkena TB.
Manifestasi klinis skrofuloderma sama dengan gejala umum TB anak.
Skrofuloderma biasanya ditemukan di leher dan wajah, dan di tempat yang
mempunyai kelompok kelenjar limfe, misalnya di daerah parotis, submandibula,
supraklavikula, dan daerah lateral leher. Lesi awal skrofuloderma berupa nodul
subkutan atau infiltrat subkutan dalam yang keras (firm), berwarna merah
kebiruan, dan tidak menimbulkan keluhan (asimtomatik). Infiltrat kemudian
meluas/ membesar dan menjadi padat kenyal (matted and doughy). Selanjutnya
mengalami pencairan, fluktuatif, lalu pecah (terbuka ke permukaan kulit),
membentuk ulkus berbentuk linear atau serpiginosa, dasar yang bergranulasi dan
tidak beraturan, dengan tepi bergaung (inverted), berwarna kebiruan, disertai
fistula dan nodul granulomatosa yang sedikit lebih keras. Kemudian terbentuk
jaringan parut/sikatriks berupa pita/benang fibrosa padat, yang membentuk
jembatan di antara ulkus-ulkus atau daerah kulit yang normal. Pada pemeriksaan,
didapatkan berbagai bentuk lesi, yaitu plak dengan fibrosis padat, sinus yang
mengeluarkan cairan, serta massa yang fluktuatif.2,4
Tatalaksana pada pasien sudah tepat dimana pada pasien dengan
limfadenitis TB dan skrofuloderma tergolong TB ringan sehingga pengobatan
yang diberikan pada fase intensif berupa 2RHZ dan pada fase lanjutan 4HR.
Pada fase intensif pasien TB anak kontrol tiap minggu, untuk melihat kepatuhan,
toleransi dan kemungkinan adanya efek samping obat. Pada fase lanjutan pasien
kontrol tiap bulan. Setelah diberi OAT selama 2 bulan, respon pengobatan pasien
harus dievaluasi. Respon pengobatan dikatakan baik apabila gejala klinis
berkurang, nafsu makan meningkat, berat badan meningkat, demam menghilang,
dan batuk berkurang. Apabila respon pengobatan baik maka pemberian OAT
dilanjutkan sampai dengan 6 bulan. Sedangkan apabila respon pengobatan kurang
atau tidak baik maka pengobatan TB tetap dilanjutkan tetapi pasien harus dirujuk
ke sarana yang lebih lengkap.
Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti foto
toraks. Pemeriksaan tuberkulin tidak dapat digunakan sebagai pemeriksaan untuk
pemantauan pengobatan, karena uji tuberkulin yang positif masih akan
memberikan hasil yang positif. Meskipun gambaran radiologis tidak menunjukkan
perubahan yang berarti, tetapi apabila dijumpai perbaikan klinis yang nyata, maka
pengobatan dapat dihentikan dan pasien dinyatakan selesai.2
DAFTAR PUSTAKA