You are on page 1of 9

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU UKUR TANAH


PENGUKURAN AZIMUTH

Oleh :
Amelia Setyaningtyas (15050724008)
Sakti Arri Nugroho (15050724011)
Nurdin Asy’ari (15050724060)
Satria Indra Kusuma (15050724065)
Trisna Widya Putri (15050724075)
Diana Putri Aprilia (15050724076)

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Surabaya
2015

1
PRAKTIKUM 1
PENGUKURAN AZIMUTH

A. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara menggunakan pesawat theodolite sesuai dengan prosedur.
2. Mengetahui cara menghitung azimuth

B. Keselamatan Kerja dan Orang

1. Sebelum melakukan praktikum sebaiknya mengikuti prosedur dan arahan


praktikum.
2. Membawa pesawat theodolite harus berhati-hati.
3. Pemasangan pesawat theodolite harus tepat ditengah statif.
4. Hindari theodolite dari sinar matahari.
5. Mamakai pakaian (baju, topi, sepatu, dll) yang sesuai saat praktikum
6. Tidak mengganggu pengguna lapangan/ lokasi pengamatan lainnya.
7. Tidak memainkan alat-alat praktikum sembarangan
8. Menggulung unting-unting dengan pelan dan hati-hati agar tidak putus
9. Jangan sampai terjepit statis saat melakukan pengamatan dengan pesawat
waterpass.
10. Hindari alat dari kemungkinan hilang.
11. Pusatkan perhatian pada pekerjaan.

C. Alat dan bahan


1. 1 buah pesawat theodolite : menentukan sudut dan tinggi suatu titik.
2. 2 buah bak ukur/rambu ukur : sebagai alat bantu dalam menentukan beda
tinggi dan jarak.
3. ATK : untuk mencatat hasil pengukuran/praktikum
4. Statif : sebagai tumpuan dari pesawat theodolite.
5. Paku payung : sebagai tanda letak titik yang digunakan dalam
praktikum.
6. Payung : untuk melindungi theodolite dari cahaya
matahari.
7. Unting-unting : untuk membantu menyesuaikan pesawat
theodolite dengan titik pengukuran
8. Kompas : untuk menentukan arah utara (mata angin)
9. Kalkulator : untuk menghitung data pengukuran.
10. Rol meter : untuk mengukur ketinggian pesawat theodolite
dengan titik pengukuran.

2
D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.


2. Menentukan lokasi pengukuran.
3. Tentukan dahulu titik untuk memasang statif, lalu tandai dengan paku payung.
Titik ini sebagai titik A.
4. Pemasangan paku payung harus menancap pada dasar tanah.
5. Stel statif setinggi pengukuran dikurangi tinggi pesawat theodolite (±20 cm).
6. Plat dasar statif distel sedatar mungkin untuk memperlancar penyetelan nivo bulat
dan nivo tabung.
7. Kontrol ketepatan titik dengan menggunkan unting-unting.
8. Pasang pesawat theodolite pada statif
9. Atur 3 skrup penyetelan pesawat theodolite tepat di tengah-tengah agar saat
menyetel tidak kehabisan putaran.
10. Setel dua skrup secara bersamaan hingga mendapatkan posisi gelembung nivo
bulat tegak lurus pada dua skrup penyetel tersebut.
11. Setel dua skrup yang lain hingga gelembung nivo bulat pada posisi di tengah-
tengah.
12. Untuk penyetelan nivo tabung, setel dua skrup yang sama untuk penyetelan nivo
bulat dan putar secara perlahan-lahan dengan arah yang sama pula.
13. Jika gelembung nivo bulat sudah ditengah-tengah, putar 90° pesawat theodolite.
Jika gelembung nivo bulat bergeser, setel tiga skrup tadi sesuai dengan langkah ke
9 dan 10.
14. Setel teropong pembidik untuk posisi datar (seperti posisi teropong pesawat
waterpass) untuk pembacaan sudut vertikal (90°).
15. Kemudian dengan menggunakan kompas, tentukan arah utara. Lalu tandai dengan
paku payung. Titik ini sebagai titik U
16. Kemudian tentukan titik B1. Kemudian tandai dengan paku payung. Ukuran
sejarak ±50cm untuk titik B2. Lakukan hingga titik B6.
17. Pada orang pertama, bidik ke titik U (bidik kearah dasar plat paku payung).
Kemudian kunci horizontal.
18. Lalu tekan “power”, baca sudut horizontal. Catatlah pada kolom bacaan sudut
biasa.
19. Setelah itu, putar kearah B1. Lakukan pengukuran seperti pengukuran ke titik U.
Kunci horizontal dan baca sudut horizontal. Catatlah pada kolom bacaan sudut
biasa.
20. Putar teropong secara vertikal 180°.
21. Arahkan kembali ke titik U. kemudian kunci horizontal dan baca sudut horizontal.
Catatlah pada kolom bacaan sudut luar biasa.
22. Putar kembali kearah titik B1.

3
23. Kunci horizontal dan bacalah sudut horizontal. Catatlah pada kolom bacaan sudut
horizontal.
24. Dengan demikian dapat menghitung azimuth berdasarkan data tersebut.
25. Dengan menggunakan pesawat theodolite, lakukan pengukuran jarak optis dengan
membidik benang bawah, benang tengah dan benang atas. Lakukan dengan
𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑠−𝑏𝑒𝑛𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ
menggunakan rumus 𝑠 = 100
26. Lakukan juga pengukuran jarak roll dengan menggunakan roll meter/pita ukur.
Bandingan jarak roll dengan jarak optis.
27. Lakukan pengukuran tersebut hingga orang terakhir (titik B6).
28. Olah data.

4
E. Gambar Sketsa Lokasi

5
F. Tabel Pengukuran

Bacaan Sudut Azimuth (𝝋) Jarak


TG
TP

Biasa Luar Biasa Biasa Luar Biasa Rata-rata Optis Roll


[..°] [..’] [..”] [..°] [..’] [..”] [..°] [..’] [..”] [..°] [..’] [..”] [..°] [..’] [..”] m m
U 240 07 40 60 07 50
A 41 41 35 41 41 15 41 41 25 9,2 9,13
B1 281 49 15 101 49 05
U 240 07 30 60 07 25
A 45 11 55 45 11 50 45 11 52,5 9,4 9,44
B2 285 19 25 105 19 15
U 60 07 15 240 07 15
A 48 31 35 48 31 40 48 31 37,5 9,6 9,68
B3 108 38 50 288 38 55
U 60 06 35 240 06 40
A 51 39 10 51 38 55 51 39 25 10 9,95
B4 111 45 45 291 45 35
U 60 07 15 240 07 25
A 54 42 55 54 42 50 54 42 52,5 10,2 10,26
B5 114 50 10 294 50 15
U 60 07 20 240 07 25
A 57 25 05 57 24 55 57 25 00 10,4 10,48
B6 117 32 25 297 32 20

6
G. Gambar Pengukuran

7
H. Perhitungan Azimuth
a. 𝝋 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚
1. 𝜑1 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵1- Bacaan sudut biasa U
= 281°49’15” - 240°07’40”
= 41°41’35”
2. 𝜑2 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵2- Bacaan sudut biasa U
= 285°19’25” - 240°07’30”
= 45°11’55”
3. 𝜑3 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵3- Bacaan sudut biasa U
= 108°38’50” - 60°07’15”
= 48°31’35”
4. 𝜑4 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵4- Bacaan sudut biasa U
= 111°45’45” - 60°06’35”
= 51°39’10”
5. 𝜑5 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵5- Bacaan sudut biasa U
= 114°50’15” - 60°07’15”
= 54°42’55”
6. 𝜑6 biasa = Bacaan sudut biasa 𝐵6- Bacaan sudut biasa U
= 117°32’25” - 60°07’20”
= 57°25’05”

b. 𝝋 𝐥𝐮𝐚𝐫 𝐛𝐢𝐚𝐬𝐚
1. 𝜑1 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵1- Bacaan sudut luar biasa U
= 101°49’05” - 60°07’50”
= 41°41’15”
2. 𝜑2 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵2- Bacaan sudut luar biasa U
= 105°19’15” - 60°07’30”
= 45°11’50”
3. 𝜑3 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵3- Bacaan sudut luar biasa U
= 288°38’55” - 240°07’15”
= 48°31’40”
4. 𝜑4 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵4 - Bacaan sudut luar biasa U
= 294°50’15” - 240°07’25”
= 54°42’50”
5. 𝜑5 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵5- Bacaan sudut luar biasa U
= 291°45’35” - 240°06’40”
= 51°38’55”
6. 𝜑6 luar biasa = Bacaan sudut luar biasa 𝐵6- Bacaan sudut luar biasa U
= 297°32’20” - 240°07’25”
= 57°24’55”

8
c. 𝝋 𝐫𝐚𝐭𝐚 − 𝐫𝐚𝐭𝐚
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
1. 𝜑1 biasa =
2
41°41′35"+41°41′15"
= = 41°41’25”
2
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
2. 𝜑2 biasa =
2
45°11′55"+45°11′50"
= = 45°11’52,5”
2
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
3. 𝜑3 biasa =
2
48°31′35"+48°31′40"
= = 48°31’37,5”
2
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
4. 𝜑4 biasa =
2
51°39′10"+51°38′55"
= = 51°39’25”
2
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
5. 𝜑5 biasa =
2
54°42′55"+54°42′50"
= = 54°42’52,5”
2
𝜑1 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎+𝜑1 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎
6. 𝜑6 biasa =
2

57°24′55"+57°25′05"
= = 57°25’00”
2

I. Kesimpulan
Dari praktikum Ilmu Ukur Tanah yang dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan
yaitu
1. Dapat merangkai, memasang, dan mengoperasikan pesawat theodolite dengan
benar dan baik.
2. Kita dapat menghitung azimuth.

J. Saran
1. Tingkatkan kekompakan kelompok
2. Utamakan kedisiplinan waktu.
3. Mengupayakan ketelitian dalam pengukuran dan pengambilan data.
4. Perhatikan dan pahami semua arahan dan petunjuk dari pembimbing.
5. Diharuskan menguasai materi sebelum melakukan praktikum.
6. Mengecek semua peralatan praktikum sebelum dikembalikan seperti semua.

You might also like