You are on page 1of 7

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN PEMINDAHAN PUSAT PEMERINTAHAN


PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN ANGGARAN 2017

A. Latar Belakang
Pemindahan pusat pemerintahan bukan diartikan sebagai pemindahan ibukota,
namun diartikan sebagai pemindahan salah satu fungsi ibukota yang kompleks, yang salah
satunya adalah fungsi pemerintahan. Pusat pemerintahan sendiri diartikan sebagai fungsi
wilayah yang di dalamnya mencakup perkantoran pemerintahan dan berbagai fasilitas
penunjang lainnya untuk menjalankan kegiatan kepemerintahan. Dalam pemindahan pusat
pemerintahan, tidak hanya memindahkan pusat perkantoran, namun juga memindahkan
serangkaian fasilitas dan utilitas penunjang kegiatan pemerintah, memindahkan sistem,
memindahkan aktivitas serta mobilitas pemerintahan. Meskipun pada awalnya pemindahan
ini sering ditandai dengan pemindahan pusat perkantoran pemerintahan.
Kebijakan pemindahan pusat pemerintahan dari satu wilayah ke wilayah lain
menjadi sebuah keputusan yang besar, karena membutuhkan kesiapan institusi, masyarakat
dan biaya. Memindahkan fungsi pemerintahan ke lokasi yang baru merupakan sebuah
upaya pemerintah untuk membantu mengurangi tekanan di kota utama akibat berbagai
permasalahan perkotaan dan memberikan ruang lebih seiring meningkatnya kebutuhan
akan lahan perkantoran. Dengan adanya pusat pemerintahan yang baru akan
memungkinkan pemerintah membangun pusat pemerintahan yang terencana yang
dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan teknologi penunjang untuk meningkatkan efisiensi
dan produktivitas pemerintah.
Kemunculan kebijakan pemindahan pusat pemerintahan di Indonesia tidak lepas
dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang pertama kali
mengemukakan adanya kebijakan desentralisasi, dimana pemerintah daerah memperoleh
wewenang dalam mengatur urusan kepemerintahannya. Undang-Undang tersebut
kemudian diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan kemudian kembali
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan bahwa dalam menyelenggarakan pemerintahannya, pemerintah daerah
berkewajiban dalam memberikan palayanan yang optimal. Optimalisasi pelayanan

1
pemerintah inilah yang menjadi dasar beberapa pemerintah daerah di Indonesia membuat
kebijakan untuk memisahkan fungsi pemerintahan dari kompleksitas fungsi ibukota, dengan
harapan agar pelayanan dan sistem pemerintahan dapat berjalan lebih optimal.
Selain menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak telah berkembang
menjadi salah satu kota besar di Indonesia. Ditetapkannya Pontianak sebagai salah satu
Pusat Kegiatan Nasional dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tahun 2008-2028,
semakin meningkatkan intensitas fungsi Pontianak antara lain sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor, pusat kegiatan industri/jasa dan simpul utama transportasi. Namun,
sebagaimana juga terjadi di kota-kota besar lainnya, fungsi kota yang kompleks tersebut
tidak semuanya dapat didukung dengan sumber daya pembangunan yang ada khususnya
ketersediaan lahan.
Berdasarkan hasil analisis Peta Citra Landsat selama 40 tahun, terjadi peningkatan
secara signifikan luas lahan terbangun Kota Pontianak yaitu sekitar 6,24 % pada tahun 1978
menjadi sekitar 66,95 % pada tahun 2015 (sumber: http://www.suarapemredkalbar.com).
Sebagian besar lahan terbangun tersebut berada di bagian selatan/bawah Kota Pontianak.
Dalam hal ini, pemindahan pusat pemerintahan provinsi dinilai relevan dan logis sebagai
suatu upaya mengurangi beban Kota Pontianak. Selain itu, pemindahan pusat pemerintahan
provinsi sudah diarahkan di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2013-2018.
Berdasarkan dokumen Pra Studi Kelayakan Pemindahan Pusat Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Barat yang disusun tahun 2016, diketahui bahwa pemindahan pusat
pemerintahan provinsi dinilai layak berdasarkan indikator-indikator penilaian. Adapun
alternatif lokasi yang diarahkan sebagai pusat pemerintahan provinsi yang baru adalah
Koridor Tayan, Koridor 28 Oktober-Mandor dan Koridor Mempawah. Namun, masih
dimungkinkan ada alternatif lokasi lainnya yang sesuai dinamika atau aspirasi yang
berkembang.
Berdasarkan hal di atas, sebagai tindak lanjut kegiatan Pra Studi Kelayakan
Pemindahan Pusat Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Barat pada tahun anggaran 2017 melakukan kegiatan Penyusunan Studi
Kelayakan Pemindahan Pusat Pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat.

2
B. Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan yaitu melakukan studi kelayakan terhadap pemindahan pusat
pemerintahan Provinsi Kalimantan Barat yang ditinjau dari berbagai aspek dan kepentingan.
Sementara itu, tujuan kegiatan meliputi:
a. Melakukan studi kelayakan secara geografi, fisik, aksesibilitas, demografi,
fasilitas/utilitas, peraturan perundang-undangan/kebijakan, politik dan sejarah
terhadap pemindahan pusat pemerintahan provinsi;
b. Menyusun rencana tapak kawasan pusat pemerintahan provins di lokasi
terpilihi; dan
c. Menyusun skenario/proses pemindahan pusat pemerintahan provinsi.

C. Sasaran
Sasaran kegiatan yang ingin dicapai meliputi:
a. Dilakukannya studi kelayakan secara geografi, fisik, aksesibilitas, demografi,
fasilitas/utilitas, peraturan perundang-undangan/kebijakan, politik dan sejarah
terhadap pemindahan pusat pemerintahan provinsi;
b. Tersusunnya rencana tapak kawasan pusat pemerintahan provinsi di lokasi
terpilih; dan
c. Tersusunnya skenario/proses pemindahan pusat pemerintahan provinsi.

D. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan berada di Provinsi Kalimantan Barat.

E. Sumber Pendanaan
Kegiatan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi
Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2017 dengan pagu sebesar Rp.650.000.000,- (Enam Ratus
Lima Puluh Juta Rupiah) termasuk Pajak Pertambahan Nilai.

F. Pengguna Jasa
Pengguna Jasa adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi
Kalimantan Barat.

3
G. Lingkup Kegiatan
Lingkup kegiatan meliputi:
a) Pendahuluan, antara lain:
 Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan, pendekatan dan metodologi
kegiatan, daftar kebutuhan data/informasi/peta serta perangkat survei;
 Melakukan koordinasi dengan BAPPEDA Provinsi Kalimantan Barat dan SKPD
terkait untuk memperoleh data/informasi awal dan arahan-arahan pokok
terkait pelaksanaan kegiatan;
 Mengkaji dokumen Pra Studi Kelayakan Pemindahan Pusat Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2016, RPJP/RPJM, RTRW dan peraturan
perundang-undangan terkait;
b) Pengumpulan dan analisis data
Data yang dikumpul berupa data primer dan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan dengan survei primer (berupa observasi lapangan, wawancara
dan/atau penyebaran kuesioner) dan survei sekunder. Setelah data diperoleh,
dilakukan analisis terhadap berbagai aspek/kepentingan, yaitu: geografi, fisik,
aksesibilitas, demografi, fasilitas/utilitas, peraturan perundang-
undangan/kebijakan, politik bahkan sejarah. Selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1
Faktor-Faktor Utama Penentuan Lokasi Pemindahan Pusat Pemerintahan
Provinsi Kalimantan Barat

Aspek Keterangan
Letak Geografi Jarak terhadap pusat pemerintahan lama
Jarak terhadap kota sekitar
Kondisi Fisik Kemiringan lereng
Penggunaan lahan
Status lahan
Luas lahan
Ketersediaan air
Kerentanan bencana
Aksesibilitas Sarana dan prasarana transportasi
Jaringan jalan
Kependudukan Jumlah penduduk

4
Tingkat pertumbuhan penduduk
Angkatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Heterogenitas suku, agama dan etnis
Ketersediaan fasilitas Fasilitas kesehatan
Fasilitas ekonomi
Fasilitas sosial
Jaringan utilitas
Kebijakan RPJMD dan RPJPD
Zonasi tata ruang
Praktek perizinan
Politik Visi misi kepala daerah
Sejarah Sejarah Pembentukan Kota
Sumber: diolah dari berbagai literatur.

c) Penyusunan rencana tapak kawasan pusat pemerintahan di lokasi terpilih, yang


memuat antara lain:
 Rencana tata guna lahan;
 Rencana tata letak fasilitas/utilitas; dan
 Indikasi program, tahapan pembangunan dan pembiayaannya.
d) Penyusunan skenario/proses pemindahan pusat pemerintahan provinsi.
e) Kesimpulan dan Saran

H. Waktu Penyelesaian Kegiatan


Waktu penyelesaian kegiatan sekitar 6 bulan (seratus delapan puluh hari) kalender
sejak ditetapkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

I. Personil
Personil yang diperlukan meliputi:
a) Tenaga profesional, terdiri atas:
 Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota (Ketua Tim).
Ahli disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya S1
Teknik Planologi (Perencanaan Wilayah/Kota) dan sertifikat keahlian, serta
pengalaman profesional di bidangnya sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Waktu penugasan selama 6 (enam) bulan.
 Ahli Arsitektur

5
Ahli disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya S1
Teknik Arsitektur dan sertifikat keahlian, serta pengalaman profesional di
bidangnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Waktu penugasan selama 5
(lima) bulan.
 Ahli Sipil
Ahli disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya S1
Teknik Sipil dan sertifikat keahlian, serta pengalaman profesional di
bidangnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun. Waktu penugasan selama 5
(lima) bulan.
b) Tenaga sub profesional, terdiri atas:
 Ahli Sosiologi
Ahli disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya S1
Sosial, serta pengalaman profesional di bidangnya sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun. Waktu penugasan selama 5 (lima) bulan
 Ahli Ekonomi
Ahli disyaratkan memiliki latar belakang pendidikan sekurang-kurangnya S1
Ekonomi, serta pengalaman profesional di bidangnya sekurang-kurangnya 3
(tiga) tahun. Waktu penugasan selama 5 (lima) bulan.
c) Tenaga pendukung
Selain tenaga profesional dan tenaga sub profesional di atas, kegiatan ini juga
memerlukan tenaga pendukung yaitu Surveyor Demografi dan Sosial Ekonomi
(2 orang), Surveyor Lingkungan (2 orang), Surveyor Sipil (2 orang), Operator
Komputer (2 orang), Operator CAD/GIS (2 orang) dan Administrator (1 orang).

J. Laporan
Laporan yang wajib diserahkan kepada Pengguna Jasa meliputi:
1. Laporan Pendahuluan, terdiri atas:
 Bahan pembahasan sebanyak 40 buku;
 Hasil perbaikan sebanyak 5 buku;
Laporan Pendahuluan diserahkan 1 (satu) bulan sejak dikeluarkannya SPMK.
2. Laporan Antara (Kompilasi Data dan Analisis) sebanyak 5 buku;
Laporan Antara diserahkan 4 (empat) bulan sejak dikeluarkannya SPMK.

6
3. Laporan Akhir
 Bahan pembahasan sebanyak 40 buku;
 Hasil perbaikan sebanyak 10 buku;
Laporan Akhir diserahkan 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya SPMK atau
bersamaan dengan berakhirnya kontrak.
4. Executive Summary sebanyak 5 buku.
5. Album Peta sebanyak 5 buku.
6. Laporan dalam bentuk DVD yang memuat softcopy seluruh laporan, bahan tayang
presentasi, data/peta, notulensi, dokumentasi dan lain sebagainya untuk setiap
tahap kegiatan, sebanyak 5 keping.

Pontianak, .........2017:

Pejabat Pembuat Komitmen

.......................

You might also like