Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
2.2 Tujuan
Tujuan Umum
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahui
tentang retradasi mental.
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami apa yang
dimaksud dengan retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana
karakteristik retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami jenis-jenis
retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami etiologi
terjadinya retradasi mental.
Page | 1
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi
klinis retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
patofisiologis retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami WOC
retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
penatalaksanaan medis retradasi mental.
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui dan memahami bagaimana
cara mengatasi retradasi mental.
Page | 2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Page | 3
B. Karakteristik Retardasi Mental
Rongga mulutnya sedikit lebih kecil dan lidanya lebih besar dari
yang biasa. Inilah yang mendorong anak untuk mempunyai kebiasaan
mengeluarkan lidahnya pada waktu-waktu tertentu.
– Anggota tubuh
Tangan penderita cacat mental ini cenderung lebar dengan jari-jari
yang pendek. Sedangkan kaki cenderung pendek dan tebal serta
mempunyai sela yang lebar antara jempol kaki dan jari-jari di sebelahnya.
– Gaya duduk
Biasanya kedua lututnya mengarah lebar ke depan, sedangkan
bagian lutut ke bawah sampai telapak kaki terlipat mengarah ke belakang,
masing-masing di sebelah kanan dan kiri pinggang.
Page | 4
b. Sikap dan tingkah laku
Ada yang terlalu apatis (diam) dan adapula yang terlalu hiper-aktif.
1. RM ringan (IQ 52-69) : mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya
sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan
rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan
hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada
golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat
SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah
kehidupannya.
2. RM Sedang (IQ 36-51) : sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya
keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau
perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya
sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka
kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan
pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan.
3. RM Berat (IQ 20-35) : sudah tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang
buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk
dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka
kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang
menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan
khusus.
Page | 5
4. RM Sangat Berat (IQ < 20) : sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif,
motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan
sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan
yang ekstensif untuk melakukan “self care” yang sangat mendasar seperti makan,
BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan perawatan sepanjang hidupnya,
karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri.
a. Faktor keturunan
Faktor ini terjadi pada peristiwa idiopathy, psikhosa, neurosa, idiocy dan
psikhosa siflitik (oleh penyakit sifilis). Pada peristiwa idiipathy, psikhosa (gangguan
kejiwaan), neurosa (gangguan saraf) dan idiocy pada umumnya dapat
mengakibatkan retardasi mental, karena apabila orang tua si bayi menderita
penyakit tersebut, maka akan memberi pengaruh buruk pada janin (foetus intra
uterina). Sedangkan pada peristiwa psikhosa sifilitik disebabkan karena terjadi
infeksi syphilitis yang mengakibatkan degenerasi yang progressif pada sel-sel otak.
Page | 6
rahim ibu. Tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan pendarahan pada bagian
dalam kepala si bayi. Tekanan tersebut dapat disebabkan oleh :
– Kelahiran dengan bantuan tang (Tangverlossing) yang sulit.
Bayi yang lahir dengan cara tersebut sebagian mengalami retardasi mental.
Page | 7
E. Manifestasi Klinis
a. Gangguan kognitif ( pola, proses pikir )
b. Lambatnya ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa
c. Gagal melewati tahap perkembangan yang utama
d. Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih besar atau
lebih kecil dari ukuran normal )
e. Kemungkinan lambatnya pertumbuhan
f. Kemungkinan tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah )
g. Kemungkinan ciri-ciri dismorfik
h. Terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar
i. Kelainan fisik :
o Kelainan pada mata
o Kejang
o Kelainan kulit
o Kelainan rambut Kepala
o Perawakan pendek
o Distonia
F. Patofisiologi
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul
pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja.
Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan
pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Page | 8
G. WOC
Pemeriksaan Diagnostic :
EEG (Elektro Ensefalogram)
MRI (Magnetic Resonance Imaging)
CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak, injury
jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
I. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
Page | 9
J. PENATALAKSANAAN MEDIS
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
a. Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang
membahayakan diri sendiri
b. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
c. Antidepresan ( imipramin (Tofranil))
d. Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari
orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta
perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih
anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah
terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan
adalah dengan merangsang indera.
Page | 10
-Latihan di rumah : makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan badan.
-Latihan di sekolah : pengembangan rasa sosial.
-Latihan teknis : diberikan sesuai minat, jenis kelamin dan kedudukan
sosial, misalnya peternakan dan menjahit.
-Latihan moral : pelajaran tentang yang baik dan tidak baik. Agar
mengerti tiap pelanggaran disiplin disertai hukuman,
dan tiap perbuatan baik disertai hadiah.
-Selain itu lingkungan anak tersebut harus memberi contoh yang baik.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat
dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan
lainnya.
Page | 11
Dalam latihan mereka lebih sukar dari anak biasa karena perhatian
mereka mudah sekali berubah. Harus diusahakan untuk mengikat perhatian
mereka dengan merangsang panca indera, misalnya dengan alat permainan yang
berwarna atau yang berbunyi, dan harus konkrit. Mereka juga diajari dan diberi
pekerjaan yang praktis (tidak memerlukan intelegensi tinggi).
Page | 12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak.
2. Evaluasi komprehensif
Mengenai kekurangan dan kekuatan yang berhubungan dengan ketrampilan
adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial, penggunaan sarana-sarana di
masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan keamanan, akademik
fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan bekerja.
3. Pemeriksaan fisik :
a) Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan cepat
berubah
c) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f) Geligi : odontogenesis yang tdk normal
g) Telinga : keduanya letak rendah; dll
h) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i) Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j) Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari gemuk
dan lebar, klinodaktil, dll
k) Dada & Abdomen : terdapat beberapa putting, buncit, dll
l) Genitalia : mikropenis, testis tidak turun, dll
m) Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
4. Pemeriksaan Diagnostik :
a) EEG (Elektro Ensefalogram)
b) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
c) CT Scan untuk identifikasi abnormalitas perkembangan jaringan otak,
injury jaringan otak atau trauma yang mengakibatkan perubahan
Page | 13
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
2. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
3. Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi social
4. Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya kematangan
perkembangan.
C. INTERVENSI
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan perawatan di rumah sakit pasien dapat berkembang
sesuai dengan tingkatnya
Intervensi :
Kaji factor penyebab gangguan perkembangan anak
Rasional :Agar tindakan yang dilakukan lebih tepat dan akurat
Evaluasi :
Pasien dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan usianya
Pasien kembali mempunyai rasa percaya diri
Page | 14
Intervensi :
Kaji tingkat penerimaan pesan klien
Rasional :Mengetahui seberapa parah gangguan komunikasi verbal pasien
Evaluasi :
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik
Pasien dapat merasa nyaman dengan cara berkomunikasinya
Bina hubungan saling percaya : sikap terbuka dan empati, sapa klien
dengan ramah, pertahankan kontak mata selama interaksi
Rasional :Meningkatkan kepercayaan hubungan antara klien dengan
perawat, dan mempermudah perawat untuk berinterksi dengan
anak
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan orang lain
Rasional :Klien mungkin mengalami perasaan tidak nyaman, malu dalam
berhubungan sehingga perlu dilatih secara bertahap dalam
berhubungan dengan orang lain
Page | 15
Dorong klien untuk mengemukakan perasaan tentang keluarga
Rasional :Mengidentifikasi hambatan yang dirasakan oleh klien dalam
berhubungan dengan orang lain
Evaluasi :
Klien dapat menjelaskan manfaat berhubungan dengan orang lain
Klien dapat merasakan kewajaran saat berinteraksi seperti orang lain
Klien dapat menyebutkan cara berhubungan dengan orang lain
Evaluasi :
Klien dapat menyebutkan keuntungan dari melakukan perawatan diri
Page | 16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental dapat didefinisikan sebagai keterbatasan dalam kecerdasan yang
mengganggu adaptasi normal terhadap lingkungan.
Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu akibat infeksi, ruda paksa,
gangguan metabolisme, penyakit otak post natal, gangguan gizi yang berat dan
berlangsung lama sebelum umur 4 tahun, pengaruh penyakit pra natal yang tidak
jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa berat, deprifasi
psikososial.
Penyebab retardasi mental dapat dimulai saat masih dalam kandungan, lahir dan
sesudah lahir.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam kasus ini :
Keterlambatan perkembangan seringkali mempunyai latar belakang RM
Sebagian besar anak dengan RM tidak berbeda dengan anak-anak lain pada
umumnya
RM tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dicegah dengan adanya
antenatal care yang baik, persalinan yang aman dan stimulasi anak yang
adekuat
Deteksi dini sangat penting, karena dengan adanya pelatihan orang tua
maka outcome dari perkembangan anak selanjutnya akan lebih baik
B. Saran
Bagi para orang tua supaya lebih berhati-hati baik saat mengandung,
melahirkan ataupun setelah anak dilahirkan. Dari etiologi yang kami jelaskan diatas
apabila dipahami dengan seksama maka akan mengurangi atau menekan angka kasus
ini di Indonesia.
Page | 17