You are on page 1of 10

PENGARUH PENYIMPANAN TERHADAP VIABILITAS

BENIH KEDELAI

Nana Danapriatna

ABSTRACT

Seed quality is one that determines the productivity of soybean. Quality seeds
obtained through a series of seed technology activities starting from seed
production, seed processing, seed testing, certification of seeds to seed storage.
Storage of seeds is one of the soy harvest handling of the whole technology is
important to maintain seed quality. The main objective of seed storage is to
maintain the viability of the seeds along as possible and to maintain the fsiologis
quality of seeds during the period storage by inhibiting the deterioration speed of
the seed. Factors that influence the viability of seeds during storage is divided
into internal and external factors. Internal factors include genetic trait, the power
to grow and Vigor, skin conditions and initial seed moisture content. External
factors such as packaging of seeds, gas composition, temperature and humidity
save space.

Keywords: soybean seed, seed deterioration, viability, seed storage

PENDAHULUAN
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga setelah
padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya
akan protein, sehingga mempunyai peran yang sangat penting dalam industri
pangan dan pakan.
Sebagai sumber protein yang murah, konsumsi kedelai akan semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Konsumsi kedelai saat
ini rata-rata sekitar 8,97 kg/kapita/tahun, dan kebutuhan kedelai dalam negeri saat
ini sekitar 1,95 juta ton. Selama periode 1988-1998, rata-rata impor kedelai
Indonesia sekitar 300.000 - 700.000 ton per tahun, namun sejak tahun 1999
hingga saat ini, mengalami peningkatan hingga mencapai 1,1 juta - 1,3 juta ton
per tahun. Kalau pada tahun 2004 produksi dalam negeri hanya sebesar 723 ribu
ton, maka masih diperlukan impor kedelai sebesar 1,15 juta ton (Balitbangtan,
2005). Melalui berbagai upaya peningkatan produksi, swasembada kedelai

178

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
diproyeksikan dapat dicapai pada tahun 2015, dengan asumsi peningkatan
produksi sekitar 12 persen per tahun. Peningkatan produksi yang cukup tinggi ini
sangat dimungkinkan, mengingat pada awal tahun 1990-an Indonesia mampu
memproduksi kedelai hampir 2 juta ton. Saat ini di Indonesia rata-rata hasil
kedelai baru mencapai 1.096 ton/ha, hal ini berarti masih dibawah potensi hasil
kultivar unggul nasional yaitu sebesar 1,6 – 2 ton/ha (Syarifudin Baharsyah,
1990). Faktor-faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil kedelai tersebut
diantaranya masih rendahnya tingkat penggunaan teknologi budidaya kedelai,
antara lain penggunaan benih yang tidak berkualitas dan tidak unggul.
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu sarana produksi yang
menentukan produktivitas kedelai. Dalam penyediaan benih kedelai bermutu,
industri benih memegang peranan penting. Kenyataannya, produsen benih
nasional maupun penangkar lokal belum banyak berperan. Berbeda dengan
komoditas padi dan jagung,
usaha perbenihan kedelai masih tertinggal, petani lebih banyak memakai benih
dari hasil panen pada pertanaman sebelumnya. Dari total areal pertanaman
kedelai, penggunaan benih bersertifikat kurang dari 10% . Hal ini merupakan
salah satu penyebab rendahnya produktivitas kedelai nasional.
Menurut Justice dan Bass (1994), ketersediaan benih yang bermutu tinggi
merupakan salah satu kunci keberhasilan usaha di bidang pertanian, termasuk
dalam budidaya kedelai. Ketersediaan benih tepat waktu, tepat jumlah, tepat
harga, tepat mutu, tepat lokasi dan tepat varietas masih menjadi kendala ditingkat
petani, sehingga berakibat penggunaan benih bermutu masih sangat terbatas.
Untuk memperoleh benih yang baik tidak terlepas dari suatu rangkaian kegiatan
teknologi benih yaitu mulai dari produksi benih, pengolahan benih, pengujian
benih, sertifikasi benih sampai penyimpanan benih.
Salah satu faktor pembatas produksi kedelai di daerah tropis adalah
cepatnya kemunduran benih selama penyimpanan hingga mengurangi penyediaan
benih berkualitas tinggi. Pengadaan benih sering dilakukan beberapa waktu
sebelum musim tanam sehingga benih harus disimpan dengan baik agar
mempunyai daya tumbuh yang tinggi saat ditanam kembali.

179

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-
anngsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan
fisisologis yang disebabkan oleh faktor dalam. Proses penuaan atau mundurnya
vigor secara fisiologis ditandai dengan penurunan daya berkecambah, peningkatan
jumlah kecambah abnormal, penurunan pemunculan kecambah di lapangan (field
emergence), terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman,
meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman (Copeland dan Donald, 1985). Kemunduran benih
kedelai selama penyimpanan lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan benih
tanaman lain dengan kehilangan vigor benih yang cepat yang menyebabkan
penurunan perkecambahan benih. Benih yang mempunyai vigor rendah
menyebabkan pemunculan bibit di lapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah
yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan
dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih
tinggi sampai akhir penyimpanan (Viera et. al., 2001).
Penyimpanan benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai
yang penting dari keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau
mutu. Menurut Harnowo et. al. (1992) benih kedelai relatif tidak tahan disimpan
lama, sehingga penyimpanan berpengaruh terhadap mutu fisiologis dari benih
kedelai. Penyediaan benih dari dan untuk petani bagi musim tanam berikutnya
sering harus mengalami penyimpanan terlebih dahulu, sehingga upaya
merekayasa penyimpanan benih untuk memperoleh benih kedelai bermutu sangat
diperlukan. Oleh karena itu, perlu teknologi penyimpanan yang baik agar vigor
dan viabilitas benih tetap tinggi pada saat tanam sehingga diperoleh pertumbuhan
dan hasil yang baik. Menurut Byrd (1983), kemunduran benih adalah semua
perubahan yang terjadi dalam benih yang mengarah ke kematian benih.
Tulisan ini bertujuan untuk menguraikan hubungan penyimpanan benih
kedelai dengan kemunduran benih dan beberapa faktor yang mempengaruhi
viabilitas benih kedelai dalam penyimpanan.

180

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
PENYIMPANAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VIABILITAS BENIH KEDELAI
Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam
rangkaian kegiatan teknologi benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah
untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang
mungkin (Lita Sutopo, 1998). Sukarman dan Rahardjo (1994) bahwa tujuan
penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan mutu fsiologis benih selama
periode penyimpanan dengan menghambat kecepatan kemunduran benih
(deteriorasi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor
eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan (Copeland dan Donald, l985).
Sifat genetik benih antara lain tampak pada permeabilitas dan warna kulit
benih berpengaruh terhadap daya simpan benih kedelai. Penelitian terdahulu
menemukan bahwa varietas kedelai berbiji sedang atau kecil umumnya memiliki
kulit berwarna gelap, tingkat permeabilitas rendah, dan memiliki ketahanan yang
lebih baik terhadap kondisi penyimpanan yang kurang optimal dan tahan terhadap
deraan cuaca lapang dibanding varietas yang berbiji besar dan berkulit biji terang
(Mugnisyah, 1991). Sukarman dan Raharjo (2000), melaporkan bahwa varietas
kedelai berbiji kecil dan kulit berwarna gelap lebih toleran terhadap deraan fisik
(suhu 42 oC dan kelembaban 100%) dibanding varietas berbiji besar dan berkulit
terang.
Hasil penelitian Sukarman dan Raharjo (2000), menunjukkan bahwa
varietas Cikuray (berbiji sedang, kulit berwarna hitam) dan varietas Tidar (berbiji
kecil, kulit berwarna kuning) memiliki daya simpan yang lebih baik dibandingkan
dengan varietas Wilis (berbiji sedang, berkulit kuning). Daya berkecambah benih
varietas Cikuray dan varietas Tidar masih diatas 80% setelah lima bulan
penyimpanan, sedangkan daya tumbuh benih varietas Wilis menurun hingga 60%
setelah lima bulan penyimpanan.

181

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Benih pada saat panen biasanya memiliki kandungan air benih sekitar 16%
sampai 20%. Agar dapat mempertahankan viabilitas maksimumnya maka
kandungan air tersebut harus diturunkan terlebih dahulu sebelum disimpan. Untuk
benih yang berminyak seperti kedelai kandungan air benih untuk disimpan harus
lebih kecil dari 11% (Lita Sutopo, 1998). Dalam batas tertentu makin rendah
kadar air benih makin lama daya hidup benih tersebut. Kadar air yang terlalu
tinggi dalam penyimpanan akan menyebabkan terjadinya peningkatan kegiatan
enzim-enzim yang akan mempercepat terjadinya proses respirasi, sehingga
perombakan bahan cadangan makanan dalam biji menjadi semakin besar.
Akhirnya benih akan kehabisan energi pada jaringan-jaringannya yang penting.
Energi yang terhambur dalam bentuk panas ditambah keadaan yang lembab akan
merangsang perkembangan mikroorganisme yang dapat merusak benih.
Menurut Justice dan Bass (1994) meski sangat penting artinya untuk
menurunkan kadar air benih hingga ketingkat yang aman untuk disimpan, namun
bila kadar air terlalu rendah dapat membahayakan benih. Benih yang sangat
kering sangat peka terhadap kerusakan mekanis serta pelukaan. Perusakan seperti
itu dapat mengakibatkan bagian penting benih mengalami pecah-pecah atau retak
sehingga benih tersebut peka terhadap serangan cendawan yang dapat
menurunkan daya simpan. Selain itu menurut Harrington (1972), kandungan air
benih dibawah 5% mempercepat kemunduran benih yang disebabkan oleh auto-
oksidasi lipid di dalam benih. Sedangkan diatas 14%, akan terdapat cendawan
gudang yang merusak kapasitas perkecambahan benih.
Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih
selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan
kelembaban nisbi ruangan. Pada suhu rendah, respirasi berjalan lambat dibanding
suhu tinggi. Dalam kondisi tersebut, viabilitas benih dapat dipertahankan lebih
lama. Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Menurut Harrington (1972),
masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan dengan
meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air tinggi dapat
menimbulkan resiko terserang cendawan.

182

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Benih memiliki sifat higroskopis, apabila disimpan pada kelembaban yang
tinggi, benih akan menyerap uap air sampai kadar air benih seimbang dengan
kelembaban ruang simpan. Sebaliknya bila benih disimpan pada kelembaban yang
rendah, benih akan mengeluarkan uap air sampai antara benih dengan kelembaban
disekitarnya tercapai keseimbangan. Pengaruh kelembaban secara tidak langsung
dapat menyebabkan meningkatnya aktivitas mikroorganisme. Aktivitas
mikroorganisme akan meningkat seiring dengan meningkatnya kelembaban ruang
simpan. Di sisi lain, benih yang mempunyai kadar air tinggi akan melakukan
respirasi dengan aktif, sehinga menyebabkan vigor benih dalam penyimpanan
menurun.
Untuk memperoleh benih yang berkualitas, selain kelembaban dan suhu
ruang simpan faktor kemasan pada saat penyimpanan juga merupakan faktor yang
penting. Jenis kemasan yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda
pula terhadap kualitas benih kedelai yang disimpan.
Menurut Didik Harnowo dan Joko Susilo Utomo (1990) bahan kemasan
sangat menentukan terhadap ketahanan simpan. Bahan kemasan yang terlalu
banyak berlubang dapat menyebabkan pertukaran udara dari luar ke dalam atau
sebaliknya sangat besar, akibatnya kadar air benih pada bahan tersebut akan
meningkat lebih cepat. Hal tersebut berimplikasi kemungkinan infeksi cendawan
dari luar akan semakin tinggi. Sebaliknya bila digunakan bahan kemasan yang
tertutup rapat atau kedap uadara, dapat menimbulkan kondensasi pada bagian
dalam dinding, bahkan bila kadar air benih yang disimpan cukup tinggi akan
mengakibatkan serangan cendawan yang tinggi.
Menurut Copeland dan Mc. Donald (1985) penggunaan kemasan sangat
berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan.
Untuk penyimpanan benih efektifitas suatu kemasan ditentukan oleh
kemampuannya mempertahankan kadar air benih dan viabilitas benih selama
penyimpanan.
Materi kemasan dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
1. Kemasan kedap uap air seperti alumunium foil dan kaleng
2. Kemasan yang resisten terhadap kelembaban seperti plastik dan

183

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3. Kemasan yang porus (sarang sempurna) seperti kain, karung goni dan
kertas.
Menurut Sukarman dan Rahardjo (2000) kemasan dari kantong plastik lebih baik
untuk mempertahankan daya simpan benih kedelai dibandingkan dengan kemasan
dari kantong lain.
Hasil penelitian Setyastuti Purwanti (2004) menunjukan bahwa terdapat
interaksi antara warna kulit dan suhu ruang simpan. Penyimpanan benih kedelai
hitam dalam kantong plastik maupun kaleng pada suhu rendah dan tinggi sampai
6 bulan masih mempunyai daya tumbuh dan vigor yang tinggi (> 90%), hanya
pada suhu tinggi sudah mulai menurun menjadi 80% dan berbeda nyata dengan
kedelai kuning. Pada kedelai kuning dalam kantong plastik maupun kaleng setelah
disimpan selama enam bulan, daya tumbuh dan vigor benihnya masih tinggi
(>80%) pada suhu rendah. Pada suhu tinggi telah mulai menurun setelah disimpan
2 bulan dan pada akhir penyimpanan daya tumbuh turun sampai 41%. Hal ini
disebabkan adanya perubahan kadar air benih telah naik sekitar 1 % dari kadar air
awal mulai bulan keempat penyimpanan, perbedaan ini sangat berpengaruh
terhadap kualitas benih

Gambar 1a. Pengaruh suhu simpan terhadap daya tubuh kedelai hitam dan kuning
selama 6 bulan dalam kantong plstik ( Setyastuti Purwanti, 2004)

184

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Gambar 1b. Pengaruh suhu simpan terhadap daya tubuh kedelai hitam dan kuning
selama 6 bulan dalam kaleng ( Setyastuti Purwanti, 2004)

Gambar 2a. Pengaruh suhu simpan terhadap vigor kedelai hitam dan kuning
selama 6 bulan penyimpanan dalam kantung plastik (Setyastuti
Purwanti, 2004)

Gambar 2b. Pengaruh suhu simpan terhadap vigor kedelai hitam dan kuning
selama 6 buLan penyimpanan dalam kantung plastik (Setyastuti
Purwanti, 2004)

PENUTUP
Ketersediaan benih tepat waktu, tepat jumlah, tepat harga, tepat mutu,
tepat lokasi dan tepat varietas harus terpenuhi agar penggunaan benih bermutu di
tingkat petani tercapai dalam upaya peningkatan produksi kedelai. Penyimpanan

185

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
benih merupakan salah satu penanganan pascapanen kedelai yang penting dari
keseluruhan teknologi benih dalam memelihara kualitas atau mutu.
Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan
viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin dan untuk
mempertahankan mutu fsiologis benih selama periode penyimpanan dengan
menghambat kecepatan kemunduran benih (deteriorasi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan
dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat
genetik, daya tumbuh dan vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor
eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang
simpan.
Kadar air yang aman untuk penyimpanan benih kedelai dalam suhu kamar
selama 6-10 bulan adalah tidak lebih dari 11%. Untuk memperoleh benih yang
berkualitas, selain kelembaban dan suhu ruang simpan faktor kemasan pada saat
penyimpanan juga merupakan faktor yang penting. Kemasan dari kantong plastik
lebih baik untuk mempertahankan daya simpan benih kedelai dibandingkan
dengan kemasan dari kantong lain.

DAFTAR PUSTAKA

Balibangtan. 2005. ”Prospek dan Arah Pengembangan. Agribisnis Kedelai”.


Balibangtan, Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Byrd, H.W. 1983. ”Pedoman Teknologi Benih”. Diterjemahkan oleh Emid
Hamidin. PT. Pembimbing Masa. Jakarta.
Copeland. L.O. dan M.B. Mc. Donald. 1985. “Principles of Seed Science and
Technology”. Burgess Publishing Company. New York. 369 p.
Didik Harnowo dan Joko Susilo Utomo. 1990. “Penyimpaan Jagung Pipilan Pada
Tingkat Kadarair Awal dan Jenis Bahan Pengemas yang Berbeda”. Risalah
Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang Hal. 90 – 74.
Harnowo, D., Fathan Muhajir, M. Muchlis Adie dan Soleh Solahudin. 1992.
“Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Hasil dan Mutu Kedelai”.
Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan diBalittan Malang. Hal.
61 – 67.

186

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
Harrington, J.F. 1972. “Seed Storage and Longevity”, Seed Biology, Vol. III, In
Ed Kozlowsky, T.T., Academic Press New York.
Justice, O.L. dan L.N. Bass. 1994. “Prinsip Praktek Penyimpanan Benih”.
Diterjemahkan oleh Rennie Roesli. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lita Sutopo. 1998. ”Teknologi Benih”. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Mugnisyah. W.Q. 1991. ”Strategi Teknologi Produksi Benih Kedelai untuk
Mengatasi Deraan Cuaca Lapang”. Makalah Penunjang Seminar Nasional
Teknologi Benih III. Univ. Padjadjaran Bandung. 10 p.
Setyastui Purwanti. 2004. “Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih
Kedelai Hitam dan Kedelai Kuning”. Ilmu Pertanian 11(1) : 22 – 31.
Sukarman dan M. Rahardjo. 1994. “Mutu Fisiologis Benih Kedelai (Glycine max
(L.) Merr) Selama Masa Simpan di Dataran Tinggi”. Risalah Hasil
Penelitian Tanaman Pangan 1 : 21 – 26. Balittan Bogor.
______________________. 2000. ”Karakter Fisik, Kimia dan Fisiologis Benih
Beberapa Varietas Kedelai”. Buletin Plasma Nutfah 6 (2) : 31-36.
Syarifudin Baharsyah. 1990. ”Upaya Peningkatan dan Pengaturan Tataniaga
Kedelai Menuju Swasembada Pangan dalam Menyongsong Era Tinggal
Landas”. Proseding Seminar Sehari. Sekolah Tinggi Pertanian
Tanjungsari. Sumedang.
Viera. R.D., D.M. Tekrony, D.B. Egli and M. Rucker. 2001. “Electrical
Conductivity of Soybean Seeds After Storage in Several Environments”.
Seed Science and Technology., 29. 599-608.

187

Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)

You might also like