You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia pasti mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan
dari bayi sampai menjadi tua. Masa tua merupakan masa hidup manusia
yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran
fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai
kemasakan dalam ukuran dan fungsi. Selain itu lansia juga masa dimana
seseorang akan mengalami kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada
beberapa pendapat mengenai usia seseorang dianggap memasuki masa
lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun, dan ada
juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan
bahwa umur 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah
mengalami proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu
telah disebut lansia.

Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat


dikategorikan dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima
dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua,
manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak
datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada
(Hurlock, 1996 : 439).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan lansia ?
2. Apa saja ciri – ciri dari lansia ?
3. Bagaimana perkembangan lansia ?
4. Apa saja perubahan yang terjadi pada lansia ?
5. Apa saja masalah yang dihadapi oleh lansia?
6. Bagaimana upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi
manusia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari lansia
2. Untuk mengetahui ciri – ciri lansia
3. Untuk mengetahui perkembangan lansia
4. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada lansia
5. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh lansia.
6. Untuk mengetahui upaya atau cara untuk mengatasi masalah yang
dihadapi lansia

1.4 Metode Penelitian


Dalam penulisan makalah ini, penyusun menggunakan studi literatur yaitu
data atau informasi dari buku – buku dan internet.

2
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pengertian dari lansia


Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai
masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4
yaitu : usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60
-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old)
diatas 90 tahun.

Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002) mengatakan bahwa setiap


orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56
tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari
nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya sehari-hari.
Saparinah (1983) berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun
merupakan kelompok umur yang mencapai tahap penisium, pada tahap ini
akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh atau kesehatan dan
berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-
perubahan dalam hidupnya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia


merupakan periode di mana seorang individu telah mencapai kemasakan
dalam proses kehidupan, serta telah menunjukan kemunduran fungsi organ
tubuh sejalan dengan waktu, tahapan ini dapat mulai dari usia 55 tahun
sampai meninggal.

3
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua
dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan
sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak
memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang
yang homogen . Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda.

2.2 Ciri – ciri lansia


Menurut Hurlock (Hurlock, 1980, h.380) terdapat beberapa ciri-ciri orang
lanjut usia, yaitu :
1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi
yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka
kemunduran itu akan lama terjadi.
2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia.
Pendapat-pendapat klise itu seperti : lansia lebih senang
mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang
lain.
3. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
4. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih

4
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang
buruk itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.

2.3 Perkembangan lansia


Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan
manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir
kehidupan. Usia lanjut merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan.
Semua orang akan mengalami proses menjadi tua, dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini
seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi. Tahap
usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan penurunan, yang
penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari pada tahap usia
baya. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup,
termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas
fungsional. Pada manusia , penuaan dihubungkan dengan perubahan
degenerative pada kulit, tulang jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf
dan jaringan tubuh lainya. Dengan kemampuan regeneratife yang terbatas,
mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan
dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan
pada tahap ini, teradapat berbagai perbedaan teori, namun para pada
umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan oleh faktor
gen. Penelitian telah menemukan bahwa tingkat sel, umur sel manusia
ditentukan oleh DNA yang disebut telomere, yang beralokasi pada ujung
kromosom. Ketentuan dan kematian sel terpicu ketika telomere berkurang
ukuranya pada ujung kritis tertentu.

5
2.4 Perubahan yang terjadi pada lansia
Pada lansia terjadi banyak perubahan dalam dirinya, hal ini bisa disebut
perkembangan atau perubahan yang terjadi pada lansia, diantaranya yaitu :
1. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai
melemah dan mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses
penuaan sekunder, terjadi proses penuaan karena faktor-faktor
eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan
lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya
cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan
katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada stasiun kereta api
sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan pendengaran.
Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang sehat
juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh.
Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat
sehingga membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau
melengkung. Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang
sehingga terjadi osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang
sering dihadapi oleh para lansia.

Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi
semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang
terjadi. Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-
ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi
menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi
kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih
rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang

6
mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan
kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang
lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya
dan mejadikan kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya
lapisan lemak ini resiko yang dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan
untuk mengalami cedera kulit.

Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang
menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan
masing-masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat
memperlambat kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf
membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga
tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu
juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang
mengalami atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak
atau noda.

Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf,
mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga
dapat mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain
yang menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku
adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang
mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan
gangguan berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau
perilakuan dapat mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika
terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat terpengaruh. Refleks
dapat berkurang atau hilang.

Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan


perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang
dapat mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih

7
detail, misalnya ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran
maka orang ini akan mengalami kesulitan untuk membacanya,
sehingga dibutuhkan alat bantu untuk membaca berupa kacamata.
Perubahan alat sensorik memiliki dampak yang besar pada gaya hidup
sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah dengan komunikasi,
aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.

Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak


mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra
pendengaran mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga
tulang dalam telinga dan stuktur yang lainya menjadi terpengaruh.
Ketajaman pendengaran dapat berkurang karena terjadi perubhan saraf
audiotorik. Kerusakan indara pendengaran ini juga dapat terjadi karena
perubahan pada lilin telinga yang biasa terjadi seiring bertambahnya
usia.

Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih


sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea
menjadi kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang
sepertiga dari ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi
lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa
mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang
menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang,
dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata
kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam mata juga
dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh
lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak
tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.

Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera
dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat

8
nyata sekali perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut.
Sedangkan pada sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian
respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga
mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi
baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata
dapat dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri
jika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W.Santrock, 2002
:198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan berkenaan
dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur tubuh lansia
mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan
keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai
rabun,(5) pendengaran yang berkurang.
2. Perkembangan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa
setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan
kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal
ini juga berlaku pada seorang lansia.

Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai


menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi
keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki
masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan
penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di
mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang
termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami
kemunduran memorinya. Menurut Ratneret.al dalam desmita (20080
penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua ,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran

9
intelektualitas, melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada
lansia tersebut.

Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau


yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti
penyakit, kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual
lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor
untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah satunya adalah
dengan menyediakan lingkungan yang dapat merangsang ataupun
melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat mengantisipasi
terjadinya kepikunan.
3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan
masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih,
tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan baru
seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan,
merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak
yang harus dihadapi lanjut usia.

Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui
lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan
bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi
dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit
melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang
masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi
semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan

10
akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang
dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara
tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai
dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang
tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa
menimbulkan masalah baru.

Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani
masa pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik
merupakan lanjut usia yang sehat, memiliki pendapatan yang layak,
aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi sosial yang luas termasuk
diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya merasa puas
dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang –
orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan
yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang
terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase
pensiun (Stull & Hatch, 1984).

Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan


dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia
dengan keterampilan emosi yang berkembang baik berarti
kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka.
Orang yang tidak dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan
emosinya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk memiliki
pikiran yang jernih.

Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan


kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk

11
mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang
relevan dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan
terjadi. Terlihat bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk
antisipasi datangnya hal tidak menyenangkan yang mungkin akan
terjadi. Secara otomatis individu akan bersiap menghadapi hal-hal
buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut. Ketika individu
memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang dialami
oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan
tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam
dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga
mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang
senang terhadap diri sendiri.

Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih


spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa
daripada orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang
yang berusia lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam
berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah,
serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk
mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap
orang lain. Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut
mengekspresikan perasaan yang positif kepada orang lain karena
melalui pengalaman-pengalaman masa lalu membuktikan bahwa
perasaan positif yang dilontarkan jarang memperoleh respon yang
memadai dari orang-orang yang diberi perasaan yang positif itu.
Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang dilakukan itu akan
sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin pasif pula
perilaku emosional mereka.

12
4. Perkembangan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan
agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup,
harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat
berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para
Lansia. Rasulullah bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali
penyakit tua”. Sehingga religiusitas atau penghayatan keagamaan besar
pengaruhnya terhadap taraf kesehatan fisik maupun kesehatan mental,
hal ini ditunjukan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawari
(1997), bahwa :
a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih
besar daripada orang yang religius.
b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religius.
c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi
operasi atau masalah hidup lainnya.
d. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres
daripada yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional
jauh lebih kecil.
e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat
terakhir (kematian) daripada yang nonreligius.
5. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia
yang memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami
kepuasan. Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas
sosial yang banyak pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya
kondisi fisik dan sosial lansia. (J.W.Santrock, 2002, h.239).

13
6. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan
yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak
tempat tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa
terasing jika antara lansia dengan anak memiliki hubungan yang
memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada
dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang
tergantung pada anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan
lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena lansia sudah tidak
memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau
tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
7. Hubungan Sosio-Emosional Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai
macam penyambutan. Ada individu yang memang sudah
mempersiapkan segalanya bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga
individu yang merasa terbebani atau merasa cemas ketika mereka
beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh keluarga, takut merasa
tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan datang.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga
akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-
emosional lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan
keluarga dan sosial menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup
atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan dampak
negatif bagi kelangsungan hidup lansia.

14
2.5 Masalah yang dihadapi oleh lansia
Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan
beberapa masalah dalam kehidupannya. Permasalahan tersebut diantaranya
yaitu :
1. Masalah fisik
Permasalahan yang hadapi oleh lansia dengan masalah pekembangan
fisik yang mulai melemah, diantaranya seringnya terjadi radang
persendian ketika melakukan aktivitas yang cukup berat, indra
pengelihatan yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai
berkurang berfungsu dengan baik serta daya tahan tubuh yang
menurun, sehingga sering mengalami sakit (masuk angin, flu)
2. Masalah kognitif ( Intelektual )
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah
pekembangan kognitif, ini dapat disimpulkan bahwa pada lansia mulai
melemahnya daya ingat terhadap sesuatu hal(pikun) dan sulit untuk
bersosialisasi dengan masyarakat di sekitar
3. Masalah emosional
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah
pekembangan emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan
keluarga sangat kuat, sehingga tingkat perhatian beliau menjadi sangat
besar. Apabila melihat rekan kerja kurang aktif dalam melakukan
pekerjaanya, maka tingkat emosi meningkat, terbukti bahwa beliau
segera menegur rekan kerjanya tersebut agar lebih cekatan. Sering
marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan kehendak
pribadi dan sering stress akibat masalah ekonomi yang kurang
terpenuhi
4. Perkembangan Spiritual
Permasalahan yang hadapi oleh lansia yang terkait dengan masalah
pekembangan spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci
karena daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang ketika

15
mengetahui anggota keluarganya belum mengerjakan ibadah, dan
merasa gelisah ketika menemui permasalahan yang cukup serius.

2.6 Solusi Permasalahan


Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia
lanjut dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berhubungan dengan Kesahatan Lansia ( fisik) :
a. Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya
tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan
memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari
penyakit yang diderita.
b. Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan
lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta
mengandung serat dalam jumlah yang besar yang bersumber pada
buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah
bertahap.
c. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
d. Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
e. Istirahat, tidur yang cukup
f. Minum suplemen gizi yang diperlukan
g. Memeriksa kesehatan secara teratur
2. Berhubungan dengan masalah intelektual
Sulit untuk mengingat atau pikun dapat diatasi pada saat muda dengan
hidup sehat, yaitu dengan cara :
a. Jadikan Olahraga sebagai kebutuhan dan rutinitas harian Anda.
b. Hendaknya Anda membiasakan diri dengan tidur yang cukup.
c. Berhati-hatilah dengan Suplemen penambah daya ingat.
d. Kendalikan rasa stress yang menyelimuti pikiran Anda.
e. Segera obati depresi Anda.
f. Hendaknya Anda selalu mengawasi obat-obatan yang dikonsumsi.

16
g. Cobalah dengan melakukan permainan yang berhubungan dengan
daya ingat.
h. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar dan mengasah
kemampuan otak
i. Hendaknya Anda berusaha meningkatkan konsentrasi dan
memfokuskan pikiran.
j. Tumbuhkan rasa optimis dalam diri Anda.
3. Berhubungan dengan Emosi :
a. Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan
pikiran menjadi tenang.
b. Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres
juga dapat menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti
stroke, asma, darah tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
c. Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki
mental dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak
lebih menarik dan lebih disukai orang lain. Tertawa membantu
memandang hidup dengan positif dan juga terbukti memiliki
kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga ampuh untuk
mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk melemaskan
otak kita dari kelelahan.
d. Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas
selama seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus
mahal, dapat disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.
e. Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang
baik dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan
hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial.
Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-
teman dapat membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan
mendorong seseorang untuk menjaga, mempertahankan dan

17
meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama menikmati
kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.
4. Berhubungan dengan Spiritual
a. Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan
pikiran menjadi tenang.
b. Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih
banyak beribadah
c. Belajar secara rutin dengan cara membaca kitab suci secara teratur.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka yang telah penyusun temukan mengenai
perkembangan yang terjadi pada lansia, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Pada Usia 65 tahun seseorang dianggap telah memasuki masa lansia atau
lanjut usia. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan
manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini.
2. Orang yang memasuki usia lanjut (lansia) memiliki ciri – ciri khas,
diantaranya usia lanjut merupakan periode kemunduran, orang lanjut usia
memiliki status kelompok minoritas, menua membutuhkan perubahan
peran, dan penyesuaian yang buruk pada lansia
3. Pada lansia biasanya mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi. Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penuaan dan
penurunan, yang penururnanya lebih jelas dan lebih dapat diperhatikan dari
pada tahap usia baya.
4. Pada lansia terjadi banyak perubahan, diantaranya perkembangan
jasmani/fisik, perkembangan intelektual, perkembangan emosi,
perkembangan spiritual, perubahan sosial, perubahan kehidupan keluarga,
dan hubungan sosio-emosional lansia.
5. Lansia mengalami perubahan dalam kehidupannya sehingga menimbulkan
beberapa masalah dalam kehidupannya, diantaranya pada masalah fisik,
intelektual, emosi, dan spiritual. Misalnya saja dalam hal intelektual, lansia
lebih sering mengalami pikun atau sulit untuk mengingat.
6. Masalah – masalah pada lansia yang timbul karena perubahan yang terjadi
pada lansia dapat diatasi sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apalagi kita
semua juga akan mengalami masa – masa ini.

19
3.2 Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang
perkembangan yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang
mengalami kemunduran, dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi.
Oleh karena itu sebaiknya sejak muda kita persiapkan dengan sebaik –
sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan kegiatan yang
bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Apandi. 2002. Permasalahan Nutrisi pada Lansia. http:// pergemi.


medindo.com/nutrisi.

Ardiana, Anisah. 2007. Konsep Pertumbuhan dan perkembangan


Manusia. Jember: Bagian Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar (DKKD)
Program Studi Ilmu Keperawatan.

Direktorat Bina Gizi Masyarakat.2003.Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut


Untuk Tenaga Kesehatan.Jakarta:Departemen Kesehatan.

Darmojo.2000.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) edisi ke-2.


Jakarta: Fakultas Kedokteran Unifersitas Indonesia.

Kurnianingsih,dkk.2007. Tugas Mata Kuliah Gizi Daur Gizi pada


Lansia.Surabaya:Universitas Airlangga.

Courtney, Mary. 1997. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi II. Melfiawati (ED). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.

21

You might also like