You are on page 1of 12

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru


melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21”
Surakarta, 22 Oktober 2016

STEM Education:
Inovasi dalam Pembelajaran Sains

Anna Permanasari

Guru Besar Bidang Pendidikan Kimia UPI, Bandung, 40154

Pendahuluan sains, bahasa dan matematik. Oleh karena itu


literasi sains, bahasa, dan matematika telah
Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diakui secara internasional sebagai tolok ukur
(IPTEK) saat ini menjadi kunci penting dalam tinggi-rendahnya kualitas pendidikan Hal ini
menghadapi tantangan di masa depan. direspon oleh The Program for International
Berbagai tantangan yang muncul antara lain Student Assessment (PISA)[8] yang
berkaitan dengan peningkatan kualitas hidup, beranggotakan negara industry maju (the
pemerataan pembangunan, dan kemampuan Organization for Economic Cooperation and
untuk mengembangkan sumber daya manusia. Development, OECD). Organisasi ini
Untuk itu, pendidikan Sains/IPA sebagai memiliki pemahaman bahwa maju mundurnya
bagian dari pendidikan berperan penting suatu bangsa ditentukan oleh tiga hal tersebut,
untuk menyiapkan peserta didik yang sehingga senantiasa melakukan penilaian
memiliki literasi sains, yaitu yang mampu terhadap ketiga literasi tersebut secara
berpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatif periodik setiap tiga tahun, utamanya terhadap
dalam menanggapi isu di masyarakat yang siswa berusia 15 tahun (level SMP). Selain
diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA negara-negara industri maju, penilaian
dan teknologi[1]. Pendidikan IPA (sains) dilakukan pula di negara-negara yang
diharapkan dapat menjadi wahana bagi mengajukan diri untuk dinilai, termasuk
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri Indonesia.
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan Penerapan sains sangat banyak
lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam ditemukan dalam produk-produk teknologi.
kehidupan sehari-hari[2] . Bisa jadi sebaliknya, sains ditemukan dari
Literasi sains seseorang sangat terkait munculnya produk-produk teknologi.
dengan literasi teknologi dan matematika. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
Miller[5] (1998) mengemukakan bahwa literasi bahwa pembelajaran sains dalam konteks
sains dapat pula didefinisikan sebagai teknologi dan rancang bangun sangat
kemampuan membaca dan menulis tentang potensial meningkatkan literasi sains. Siswa
sains dan teknologi. Lebih lanjut, kemampuan dapat memaknai lebih dalam arti penting sains
seseorang dalam sains sangat dipengaruhi bagi perkembangan teknologi, dan sebaliknya.
oleh cara berpikir sistematik, logis dan STEM (Sience, technology, engineering and
rasional, yang sangat potensial dilatihkan mathematics) education saat ini menjadi
dalam matematik. Kedua kemampuan ini akan alternative pembelajaran sains yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis kritis membangun generasi yang mampu
terhadap suatu fenomena dalam sains, menghadapi abad 21 yang penuh tantangan.
menggunakannya pula pada saat seseorang Makalah ini akan menguraikan lebih
melakukan pemecahan masalah terkait dalam mengenai literasi sains, yang dibingkai
konteks sains. Kemampuan berpikir logis dan dalam pembelajaran berbasis STEM.
rasional merupakan salahsatu aspek literasi
matematik. Seorang yang literat terhadap Metode
matematika, biasanya akan memiliki
kemampuan untuk memikirkan fenomena Metode deskriptif analisis dari berbagai
yang ditemukan dengan logis, sistematik, dan artikel hasil penelitian dan hasil penelitian
dilandasi dengan pemikiran-pemikiran kritis. peneliti digunakan untuk mengkaji keterkaitan
Uraian di atas menunjukkan arti antara literasi sains siswa serta urgensi
penting seseorang memiliki literasi terhadap

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 23


pembelajaran STEM dalam meningkatkan PISA 2000 mengemukakan bahwa
literasi sains siswa. literasi sains juga menuntut kemampuan
menggunakan proses penyelidikan sains,
Hasil dan Pembahasan seperti mengidentifikasi bukti-bukti yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan
ilmiah, mengenal permasalahan yang dapat
LITERASI SAINS DAN TEKNOLOGI, dipecahkan melalui penyelidikan ilmiah[10].
MATEMATIKA, DAN BAHASA ANAK Bagian yang tak dapat dipisahkan dari
INDONESIA sains adalah teknologi. Perkembangan
Menurut Echols dan Shadily,secara teknologi dilandasi oleh sains sedangkan
harfiah literasi berasal dari kata literacy yang teknologi itu sendiri menunjang
berarti melek huruf atau gerakan perkembangan sains, terutama digunakan
pemberantasan buta huruf[9]. Dahulu literasi untuk aktivitas penemuan dalam upaya
diartikan hanya sebagai kemampuan baca- memperoleh penjelasan tentang obyek dan
tulis-hitung, yakni kemampuan esensial yang fenomena alam. Secara ringkas Solihatun[16]
diperlukan oleh orang dewasa untuk mengatakan bahwa teknologi merupakan
memberdayakan pribadi, memperoleh dan suatu perangkat keras ataupun perangkat
melaksanakan pekerjaan, serta berpartisispasi lunak yang digunakan untuk memecahkan
dalam kehidupan sosial, kultural, politik masalah bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
secara lebih luas[10]. Hal tersebut sejalan Dari pengertian-pengertian tersebut
dengan Bukhori[11] yang menyatakan bahwa dapat tarik suatu abstraksi bahwa literasi sains
literasi berarti kemampuan membaca dan dan teknologi adalah kemampuan
menulis atau melek aksara. Dalam konteks menggunakan pengetahuan sains dan
sekarang, literasi memiliki arti yang sangat penerapannya, mengidentifikasi
luas yaitu melek teknologi, politik, berpikir permasalahan dan menarik kesimpulan
kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. berdasarkan bukti-bukti dalam rangka
Sedangkan istilah sains berasal dari memahami serta membuat keputusan tentang
bahasa Inggris science yang diambil dari alam dan perubahan pada alam sebagai
bahasa Latin sciencia dan berarti aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-
pengetahuan. Sains berkaitan dengan cara hari. Adapun literasi sains dan teknologi yang
mencari tahu tentang alam secara sistematis, diusulkan untuk pendidikan dasar di
sehingga sains bukan hanya penguasaan Indonesia, dapat diartikan sebagai
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta- kemampuan menyelesaikan masalah
fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja menggunakan konsep-konsep sains, mengenal
tetapi juga merupakan suatu proses produk teknologi beserta dampaknya, mampu
penemuan[12,13] menggunakan dan memelihara produk
De Hart menyatakan bahwa literasi teknologi, kreatif, dan dapat mengambil
sains (scientific literacy) berarti memahami keputusan berdasarkan nilai-nilai yang
sains dan aplikasinya bagi kebutuhan berlaku di masyarakat.
masyarakat[14] . Sedangkan menurut PISA Menurut National Science Teachers
Nasional 2006, literasi sains didefinisikan Association (NSTA)[17,18] dan NRC[19,20],
sebagai kemampuan menggunakan seseorang yang memiliki literasi sains dan
pengetahuan sains, mengidentifikasi teknologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
pertanyaan, dan menarik kesimpulan 1. Menggunakan konsep-konsep sains,
berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka keterampilan proses dan nilai apabila
memahami serta membuat keputusan mengambil keputusan yang bertanggung
berkenaan dengan alam dan perubahan yang jawab dalam kehidupan sehari-hari.
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas 2. Mengetahui bagaimana masyarakat
manusia. Definisi literasi sains ini mempengaruhi sains dan teknologi serta
memandang literasi sains bersifat bagaimana sains dan teknologi
multidimensional, bukan hanya pemahaman mempengaruhi masyarakat.
terhadap pengetahuan sains, melainkan lebih
luas dari itu[15] .
24 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
3. Mengetahui bahwa masyarakat sistematis siswa juga rendah untuk sebagian
mengontrol sains dan teknologi melalui besar anak Indonesia[23].
pengelolaan sumber daya alam. Hasil analisis lebih lanjut terhadap
4. Menyadari keterbatasan dan kegunaan data PISA untuk anak Indonesia ini
sains dan teknologi untuk meningkatkan menghasilkan beberapa temuan diantaranya:
kesejahteraan manusia. 1. Capaian literasi peserta didik rendah,
5. Memenuhi sebagian besar konsep-konsep dengan rata-rata sekitar 32% untuk
sains, hipotesis dan teori sains dan mampu keseluruhan aspek, yang terdiri atas 29%
menggunakannya. untuk konten, 34% untuk proses, dan
6. Menghargai sains dan teknologi sebagai 32% untuk konteks.
stimulus intelektual yang dimilikinya. 2. Terdapat keragaman antarpropinsi yang
7. Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah relatif rendah dari tingkat literasi sains
tergantung pada proses-proses inkuiri dan peserta didik Indonesia.
teori-teori. 3. Kemampuan memecahkan masalah anak
8. Membedakan fakta-fakta ilmiah dan opini Indonesia sangat rendah, jauh
pribadi. dibandingkan dengan negara-negara
9. Mengakui asal-usul sains dan mengetahui seperti Malaysia, Thailand, atau Filipina.
bahwa pengetahuan ilmiah adalah tentatif.
10. Mengetahui aplikasi teknologi dan Dari hasil temuan tersebut, terutama untuk
pengambilan keputusan menggunakan aspek konteks aplikasi sains terbukti hampir
teknologi. dapat dipastikan bahwa banyak peserta didik
11. Memiliki pengetahuan dan pengalaman di Indonesia tidak mampu mengaitkan
cukup untuk memberikan penghargaan pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan
pada penelitian dan pengembangan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia,
teknologi. karena mereka tidak memperoleh pengalaman
12. Mengetahui sumber-sumber informasi untuk mengkaitkannya.
dari sains dan teknologi yang dipercaya Literasi sains dan teknologi tidak
dan menggunakan sumber-sumber dapat dipisahkan dari literasi Bahasa
tersebut dalam pengambilan keputusan. (membaca). Literasi bahasa dapat dimaknai
sebagai kemampuan dalam: membaca kata-
Permasalahan utama dalam kata yang tercetak, menulis dengan mudah dan
pembelajaran sains yang sampai saat ini menyenangkan, menyampaikan ide-ide yang
belum mendapat pemecahan secara tuntas esensial melalui kata-kata tertulis, dan
adalah adanya anggapan pada diri siswa memahami pesan lisan[24]. Lebih lanjut
bahwa pelajaran ini sulit dipahami dan diungkapkan bahwa seseorang yang literat
dimengerti. Hal ini senada dengan hasil riset terhadap bahasa mampu mengikuti tuturan
yang dilakukan oleh Holbrook[21] yang yang telah ditetapkan dan makna yang
menunjukkan bahwa pembelajaran sains tidak dinyatakan tidak secara langsung yang
relevan dalam pandangan siswa dan tak dicerminkan dalam pilihan kata, struktur
disukai siswa. Faktor utama semua kenyataan kalimat, serta pola tekanan dan pola jungtur
tersebut sepertinya adalah karena ketiadaan ujaran, mewicara dengan jelas, ringkas, dan
keterkaitan dalam pembelajaran sains. menyenangkan, dan menemukan kepuasan,
Penekanan pemahaman konsep dasar dan tujuan, dan perolehan melalui berbagai
pengertian dasar ilmu pengetahuan tersebut kegiatan literasi.
tidak dikaitkan dengan hal-hal yang berkaitan Dalam membaca, sedikitnya ada
dengan kehidupan sehari-hari, padahal Yager enam kata yang harus dikenal, yaitu literasi,
dan Lutz mengungkapkan lebih lanjut bahwa iliterasi, aliterasi, literat, iliterat, dan aliterat.
sains relevan dengan proses dan produk Arti kata literasi, ialah kemampuan membaca.
sehari-hari yang digunakan dalam Kata yang kedua, iliterasi berarti
masyarakat[22]. Salahsatu kendala belajar sains ketidakmampuan membaca. Kata yang ketiga,
lainnya adalah karena rendahnya kemampuan aliterasi, berarti kekurangan sikap membaca.
membaca dan memaknai bacaan. Selain itu, Mikulecky[25] berpendapat bahwa Aliteracy…
Kemampuan berpikir logis, rasional, serta may guarantee continued, lifelong functional
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 25
illiteracy. Kata keempat, literat adalah bentuk teknologi berdasarkan sains, umumnya selalu
adjektiva yang berarti dapat menulis dan dijembatani oleh literasi matematika. Literasi
membaca dalam suatu bahasa. Carrol[26] matematika didefinisikan sebagai kapasitas
berkata bahwa: “ A person is literate who can, seorang individu untuk mengidentifikasi dan
with understanding, both read and write a memahami peranan yang dimainkan
short, single statement on his everyday life”. matematika terhadap dunia, untuk
Kata kelima, illiterat adalah bentuk adjektiva mengokohkan penilaian, dan mengikat
yang berarti tidak bisa membaca. Kata matematika dengan cara yang sesuai dengan
terakhir, ialah kata aliterat merupakan bentuk kebutuhan individu saat ini dan untuk
adjektiva kata aliterasi, yaitu tidak mau kehidupan pada masa yang akan datang
membaca. sebagai warga negara yang konstruktif,
Sekarang, definisi literasi yang lebih peduli, dan reflektif[28]. Secara lebih
luas telah dipahami untuk berbagai operasional OECD PISA[29] menyatakan
pendekatan pengajaran membaca. Banyak bahwa seseorang yang memiliki literasi
sudah pendidik yang percaya bahwa matematika akan memiliki kapasitas dalam
kemampuan membaca dapat dikembangkan hal
secara terintegrasi dengan keterampilan (1) Mengenal dan menginterpretasikan
menulis, mewicara, dan mendengar dalam masalah matematika yang dihadapi dalam
pendekatan yang luas. Sayang, dalam kehidupan sehari-hari
dasawarsa yang telah lalu paradigma (2) Menerjemahkan masalah-masalah
opersional yang dominan mendekati tersebut ke dalam konteks matematika
pengajaran membaca itu sebagai perangkat (3) Menggunakan pengetahuan dan prosedur
keterampilan yang diskret. matematika untuk memecahkan masalah
Kegiatan membaca saat ini tidak lagi (4) Menginterpretasikan hasil ke dalam
tampak sebagai suatu body of skills dan proses permasalahan asli
yang berbeda dari ranah literasi yang lain. (5) Merefleksikan pada metode yang
Hubungan yang jelas antara membaca dan digunakan, serta
menulis telah dinyatakan oleh sejumlah ahli, (6) Memformulasikan dan
Orang yang literat harus dapat menulis dengan mengkomunikasikan hasilnya
mudah[27]. Kemampuan berkomunikasi Uraian di atas dapat dimaknai bahwa
melalui tulisan merupakan kebutuhan seseorang yang memiliki literasi matematika
masyarakat kontemporer. Pebelajar yang akan mampu memecahkan berbagai masalah
membaca dengan baik cenderung menjadi nyata dengan menggunakan pendekatan
penulis yang baik. fenomenal untuk mendefinisikan konsep,
Di samping itu, kemampuan struktur, dan gagasan matematika. Oleh
menggunakan bentukan bahasa lisan karena itulah maka kurikulum matematika
merupakan dasar bagi kegiatan membaca. sekolah hendaknya melukiskan stran-stand
Bahasa lisan membentuk perkembangan yang paralel dan berlapis, masing-masing
kemampuan membaca yang membuat bahasa grounded pada pengalaman anak-anak yang
lisan sangat penting bagi guru membaca. sesuai dan efek pengaruhnya secara kolektif
Dengan demikian, dapat dikatakan akar mengembangkan keragaman wawasan
kegiatan membaca ialah bahasa lisan. Ini tidak matematika ke dalam akar matematika yang
berarti bahwa pentingnya membaca boleh beragam pula, meliputi materi kajian quantity
disempitkan. Perkembangan dan pemeliharan (kuantitas),space and shape (ruang dan
literasi tetap ditekankan melalui membaca. bentuk),change and relationships (perubahan
Membaca merupakan komponen kunci untuk dan relasi), and uncertainty
setiap definisi literasi berbahasa. (ketidakpastian)[30-38]. Secara lebih jelas
komponen yang membangun literasi
Literasi sains dan teknologi matematika dapat diperlihatkan pada Gambar
merupakan hal yang tidak terpisahkan dari 1. berikut ini.
literasi matematika. menghasilkan produk

26 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Literasi
matematika

Literasi Literasi
Numerasi
tilik-ruang kuantitatif

Ruang & kuantitas Perubahan & Ketidak-


bentuk hubungan pastian

Gambar 1. Komponen pembangun Literasi Matematika

Dari uraian di atas jelas ditunjukkan


bahwa seseorang yang memiliki literasi sains
menggunakan kemampuan berpikir rasional
Literasi bahasa
dan logis serta bernalar, dan menggunakannya
secara sistematik yang pada dasarnya
merupakan inti dari literasi matematika.
Demikian pula, literasi bahasa sangat
mendukung literasi sains. Literasi bahasa
seseorang bukan sekadar mampu membaca Literasi Matematika
Literasi sains
dan menulis, melainkan juga menggunakan
bahasa itu secara fasih, efektif, dan kritis.
Pengajaran bahasa, dengan demikian, harus
mengajarkan keterampilan berpikir kritis[3] .
Oleh karena itu, untuk menguasai sains,
diperlukan kemampuan membaca, yaitu untuk Gambar 2. Interrelasi literasi sains dan teknologi,
bahasa, dan matematika
berpikir kritis tentang sains dan untuk
berurusan dengan keahlian sains[4]. Interrelasi di atas sejalan dengan data
Berkembanglah literasi sain. Miller[5] hasil penilaian oleh PISA 2012. Hasil
mengemukakan bahwa literasi sain dapat pula penilaian menunjukkan bahwa capaian literasi
didefinisikan sebagai kemampuan membaca anak-anak China (Shanghai) tertinggi untuk
dan menulis tentang sain dan teknologi. ketiga aspek literasi yang diikuti dengan skor
Berdasarkan uraian di atas, dapat berturut-turut 580, 570, 613 dan untuk literasi
disimpulkan bahwa literasi sains dan sains, bahasa (membaca), dan matematika,.
teknologi, bahasa, dan matematika Sementara itu, hasil penilaian literasi terhadap
menunjukkan saling keterhubungan yang anak-anak Indonesia sampai saat ini masih
kuat. Seseorang yang memiliki literasi sains sangat memprihatinkan. Dari 65 negara
dan teknologi melakukan pemikiran kritis, OECD plus yang dinilai, anak-anak Indonesia
rasional, dan sistematik dengan menggunakan menempati ranking ke dua terrendah untuk
bahasa simbolik untuk memecahkan masalah literasi matematika dan sains. Sementara itu
sains, yang tentu akan ditunjukkan bila dia literasi bahasa menempati urutan ke 61.
memiliki literasi matematika. Seseorang yang Hasil penelitian terhadap siswa SMP
memiliki literasi sains, akan menggunakan kelas 3 dari 8 sekolah yang mewakili kategori
kemampuannya dalam berkomunikasi dan sekolah tinggi, sedang dan rendah di daerah
berbahasa simbolik serta memaknai fenomena Jawa Barat menunjukkan hasil yang kurang
sains apabila dia memiliki literasi bahasa. lebih sama dengan hasil PISA untuk seluruh
Keterhubungan tersebut dapat diilustrasikan Indonesia. Rata-rata skor terrendah adalah
seperti pada gambar berikut. untuk literasi matematika, sementara skor
tertinggi ada pada literasi Bahasa.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 27


Science, Math, and Reading Scores
8
7
6
5
4
3
2
1

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

Science Math Reading

Gambar 3. Skor rata-rata literasi Sains dan Teknologi, Bahasa, dan Matematika Siswa SMP di Daerah Jawa Barat

Gambar 4 menunjukkan profil kompetensi memperoleh skor di atas 60. Soal yang
literasi sains dan teknologi pada aspek mengandung indicator menggunakan bukti
kompetensi/proses. Diantara tiga aspek ilmiah umumnya berhubungan dengan
kompetensi literasi yang diuji, hanya sekitar penggunaan logika matematika, sementara itu
rata-rata 10% dari seluruh siswa yang mampu memberikan penjelasan ilmiah sangat
memperoleh skor di atas 60 (skor maksimal berhubungan dengan kemampuan
100) untuk aspek mengidentifikasi isu ilmiah menggunakan dan memaknai bahasa tulisan.
(Ind.1). Sementara itu, untuk indicator kedua Dua indicator inilah yang sebenarnya
(menggunakan bukti ilmiah) dan indicator menunjukkan keterkaitan antara literasi Sains,
ketiga (menjelaskan fenomena ilmiah hanya teknologi, Bahasa dan Matematika[39].
sekitar 31 % dan 16% siswa yang mampu
35

30

25

20

15

10

0
Score > 60

Ind. 1 Ind. 2 Ind. 3

Gambar 4. Persentase Siswa yang Dapat Memperoleh Skor Literasi Sains lebih besar dari 60
pada Ketiga Indicator Aspek Kompetensi

Masih rendahnya literasi siswa Indonesia pada penyebab kondisi tersebut. Rendahnya
ketiga aspek tersebut harus menjadi perhatian kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
semua pihak. Banyak hal yang menjadi (guru dan tenaga kependidikan), kualitas dan

28 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
kuantitas sarana dan prasarana pendidikan, pemecahan masalah terkait lingkungan
kualitas proses belajar-mengajar merupakan dengan memanfaatkan teknologi.
beberapa faktor yang mengemuka. Penelitian STEM telah diterapkan di sejumlah
dan pengembangan berbagai model dan negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang,
pendekatan dalam pembelajaran, apakah itu Finlandia, Australia dan Singapura. STEM
adopsi maupun adaptasi dari model dan merupakan inisiatif dari National Science
pendekatan yang telah ada, perlu dilakukan. Foundation. Tujuan dari penerapan STEM di
Menggunakan model dan pendekatan Amerika Serikat ialah untuk menjadikan
pembelajaran yang memposisikan siswa keempat bidang ini (science, technology,
belajar, aktif, kreatif, dan inovatif perlu engineering, and mathematics) menjadi
dilatihkan kepada calon guru. Pembelajaran pilihan karir utama bagi peserta didik[40,41].
dengan menggunakan berbagai konteks dapat Keadaan ini terjadi karena negara tersebut
mendekatkan materi pelajaran dengan mengalami krisis ilmuan di bidang STEM.
kehidupan sehari-hari. Contextual teaching- Bentuk keseriusan pemerintah Amerika
learning (CTL), science technology, Serikat untuk mengatasi masalah tersebut
engineering and mathematics (STEM), antara lain dengan mendirikan STEM
science, technologi, engineering and society Education dan memberikan bantuan biaya
(STES), adalah beberapa pendekatan- pendidikan pada calon mahasiswa yang
pendekatan/model-model pembelajaran yang memilih salah satu bidang STEM[42] . Namun
saat ini dibangun kembali di berbagai negara beberapa tahun belakangan, STEM diterapkan
maju seperti Amerika dan jepang, dan tidak pada berbagai bidang studi atau jurusan di
ada salahnya kalua kita juga mau mengadopsi berbagai jenjang pendidikan.
dan mengadaptasinya sesuai dengan kondisi STEM telah banyak diterapkan dalam
yang kita hadapi. pembelajaran. Keadaan ini ditunjukkan dari
hasil penelitian yang mengungkap bahwa
PEMBELAJARAN BERBASIS STEM penerapan STEM dapat meningkatkan
Ketepatan memilih cara penyajian prestasi akademik dan non-akademik peserta
atau pendekatan merupakan kunci didik[43-49] Oleh sebab itu, penerapan STEM
keberhasilan untuk mengaktualisasi capaian yang awalnya hanya bertujuan untuk
pembelajaran yang telah dirumuskan. Cara meningkatkan minat peserta didik terhadap
penyajian tersebut dikembangkan dengan bidang STEM menjadi lebih luas. Keadaan ini
merujuk pada capaian pembelajaran yang muncul karena setelah diterapkan dalam
akan diaktualisasi. Secara ringkas, cara pembelajaran, tenyata STEM mampu
penyajian yang dibutuhkan pada pembelajaran meningkatkan penguasaan pengetahuan,
sains ialah yang dapat mendorong peserta mengaplikasikan pengetahuan untuk
didik agar mampu memecahkan masalah memecahkan masalah, serta mendorong
dalam kehidupan baik secara individu maupun peserta didik untuk mencipta sesuatu yang
kelompok dengan menerapkan pengetahuan baru.
dan memanfaatkan teknologi sebagai bentuk Penerapan STEM dapat didukung
kepedulian dan kontribusi untuk peningkatan oleh berbagai metode pembelajaran. STEM
mutu lingkungan secara bertanggung jawab. yang bersifat integratif memungkinkan
Secara umum, penerapan STEM berbagai metode pembelajaran dapat
dalam perkuliahan/pembelajaran dapat digunakan untuk mendukung penerapannya
mendorong peserta didik untuk mendesain, [50-54] .
mengembangkan dan memanfaatkan Merujuk pada irisan antara literasi
teknologi, mengasah kognitif, manipulatif dan sains dan kreativitas dengan capaian
afektif, serta mengaplikasikan pengetahuan[40] pembelajaran yang telah dipaparkan
. Oleh karena itu, penerapan STEM cocok sebelumnya, ditemukan sejumlah hasil
digunakan pada pembelajaran sains. penelitian yang mendukung penggunaan PBL
Pembelajaran berbasis STEM dapat melatih dan PjBL dalam mengaktualisasi kedua
siswa dalam menerapkan pengetahuannya kompetensi tersebut. PBL dapat memberi
untuk membuat desain sebagai bentuk kesempatan pada siswa untuk menerapkan
pengetahuan pada isu/permasalahan sebagai
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 29
bentuk pemecahan masalah. Secara tidak teraktualisasi melalui penerapan STEM yang
langsung, penggunaan PBL juga mendorong didukung oleh PBL, PjBL, dan pembelajaran
siswa untuk menguasai pengetahuan yang kooperatif. Karena capaian pembelajaran
diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut beririsan dengan literasi sains dan
tersebut. Pengetahuan ini dapat berupa kreativitas, maka dapat dikatakan pula bahwa
informasi atau pun data yang kemudian pembelajaran berbasis STEM yang didukung
digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk oleh PBL, PjBL, dan pembelajaran kooperatif
memilih cara penyelesaian yang tepat untuk diperkirakan dapat mengaktualisasi kedua
permasalahan tersebut melalui pemikiran kompetensi tersebut. Beberapa penelitian di
yang logis, kritis, dan sistematis. Hasil Indonesia yang telah dilakukan menunjukkan
penelitian Parwati dalam konteks lingkungan bahwa pembelajaran STEM dapat
menunjukkan bahwa pembelajaran STEM meningkatkan literasi sains, kreativitas, dan
dapat membangun kreativitas dan literasi kemampuan memecahkan masalah
lingkungan, yang sangat diperlukan untuk
menghadapi abad 21[55]. PENUTUP
Tidak begitu berbeda dengan PBL, Seperti telah diuraikan pada bagian terdahulu,
penggunaan PjBL pun mampu menuntun maju mundurnya suatu bangsa dapat dicirikan
mahasiswa menyelesaikan masalah yang oleh tiga aspek, yaitu literasi sains, bahasa dan
diberikan dan lebih menekankan pada produk matematika. Fenomena terkait rendahnya
yang dihasilkan [56-61] Produk yang dihasilkan literasi anak Indonesia pada ketiga jenis
dapat berupa ide/gagasan atau pun perangkat literasi menunjukkan masih perlunya dunia
yang dapat dilihat. Produk yang dihasilkan pendidikan di Indonesia berbenah diri. FKIP,
dari penggunaan PjBL dalam pembelajaran khususnya FPMIPA dan sekolah diharapkan
sains dapat menjadi kontribusi siswa terhadap menjadi ujung tombak perjuangan ini. Oleh
peningkatan kualitas kehidupan. Dalam karena itu, lakukanlah perubahan, inovasi, dan
pembuatan produk ini, siswa dapat reformasi dalam cara membelajarkan
memanfaatkan IPTEK sehingga dengan ini anak/melatih mahasiswa calon guru dari
siswa secara tidak langsung memahami fungsi penggunaan paradigma lama menjadi
dan manfaat IPTEK itu sendiri terhadap paradigma baru. Membangun penguasaan
kebaikan untuk lingkungan. konten harus dilakukan melalui proses
Penyelesaian masalah dalam memberikan keterampilan (Skills), yang
kehidupan dan pembuatan produknya dapat dilandasi dengan sikap, karakter, dan
dikerjakan secara individu maupun kelompok. kebiasaan yang baik. Ingatlah bahwa akhir
Pengerjaan secara berkelompok dapat suatu proses pendidikan pada dasarnya adalah
mendorong mahasiswa untuk bekerja sama menanamkan kepribadian. Pembelajaran
namun tetap bertanggung jawab atas berbasis STEM merupakan salahsatu
pekerjaannya secara mandiri. Selain itu, pembelajaran alternative yang potensial
secara berkelompok siswa dapat melakukan digunakan untuk membangun keterampilan
pengolaan pembelajaran secara mandiri yang abad 21. Pembelajaran berbasis STEM dapat
cocok dengan keadaan kelompok masing- dikemas dalam model pembelajaran
masing. Pola pembelajaran seperti ini dapat kooperatif, PBl, PjBL, dan model
diakomodasi oleh pembelajaran kooperatif [62- pembelajaran lainnya. Ingatlah pula, bahwa
69]
Indonesia memiliki grand design dalam
Berdasarkan uraian di atas, pendidikan karakter ini sejak nenek moyang
diperkirakan bahwa PBL, PjBL, dan kita, yaitu olah hati (spiritual and emotional
pembelajaran kooperatif dapat mendukung development), olah pikir (intellectual
penerapan STEM pada pembelajaran sains. development), olah raga (physical and
Bahkan perpaduan penerapan STEM dengan kinesthetic development), dan olah rasa/karsa
PjBL dapat mendorong terjalin kerja sama (affective and creative development). Dengan
antara lembaga pendidikan dengan industri. jiwa ini, kita harus yakin bahwa pembelajaran
Dari paparan ini terlihat bahwa semua capaian STEM akan dapat meminimalkan efek
pembelajaran yang diakomodasi oleh mata samping yang tidak kita inginkan.
pelajaran sains diperkirakan dapat
30 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
Daftar Pustaka [10]. Rustaman, N., Firman, H., dan
Kardiawarman. (2004).
[1]. Prayekti. (2006). STM dan Pembelajaran Ringkasan Eksekutif: Analisis
IPA. [Online]. Tersedia: http:// PISA Bidang Literasi Sains.
www.duniaguru.com . [9 Januari Puspendik
2008]. [11]. Bukhori, A. (2005). Menciptakan
[2]. Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Generasi Literat. [Online].
Panduan Pengembangan Tersedia: http://
Pembelajaran IPA Terpadu. www.pikiran-rakyat.com. [9
[online]. Tersedia: http:// Januari 2008].
www.puskur.net/inc/mdl/ 050_ [12]. Poedjiadi, A. (2005). Sains Teknologi
Model_IPA_ Trpd.pdf. [21 Juni Masyarakat Model Pembelajaran
2007]. Kontekstual Bermuatan Nilai.
[3]. Alwasilah, A.C. (2012).Pokoknya Bandung : Remaja Rosdakarya.
rekayasa literasi. Bandung:
Kiblat. [13]. DepDiknas (2013). Kurikulum Mata
[4]. Shamos, M.H. (1995). The myth of Pelajaran IPA (Draft): KI, KD,
scientific literacy. New dan silabus
Brunswick, NJ: Rutgers [14]. Fitriyanti, L. (2007). Penerapan
University Press Pembelajaran Kontekstual Untuk
[5]. Miller, J.D. (1983). Scientifik literacy: A Meningkatkan Literasi Sains
conceptual and empirical review. Siswa SMA Kelas XI Pada Topik
Journal of the American academy Materi Pokok Sistem Koloid.
of arts and siences, 112 (2). 29-48 Skripsi FPMIPA UPI Bandung:
[6]. Schneider, Carol, Geary. 2001. “Setting tidak Diterbitkan.
Greater Expectations [15]. Firman, H. (2007). Laporan Analisis
forQuantitative Learning.” In Literasi Sains Berdasarkan Hasil
Mathematics and Democracy: PISA Nasional Tahun 2006.
TheCase for Quantitative Jakarta: Pusat Penilaian
Literacy, edited by Lynn Arthur Pendidikan Balitbang Depdiknas.
Steen,99 –106. Princeton, NJ: [16]. Sholihatun, E. Y. (2008). Penerapan
National Council on Education Pembelajaran Berbasis Literasi
and theDisciplines. Sains dan Teknologi pada Materi
[7]. Schoenfeld, Alan H. 2001. “Reflections Pokok Laju Reaksi di SMA.
on an Impoverished Skripsi pada Jurdik Kimia
Education.”In Mathematics and FPMIPA UPI: tidak diterbitkan
Democracy: The Case for [17]. National Science Teachers Association
Quantitative Literacy,edited by in collaboration with the
Lynn Arthur Steen, 49–54. Association for the Education of
Princeton, NJ: NationalCouncil Teachers in Science. (1998).
on Education and the Standards for Science Teacher
Disciplines. Preparation.
[8]. Data Base PISA (2012). Results for the [18]. National Science Teachers Association
2012 mathematics, reading and in collaboration with the
science assessments Association for the Education of
[9]. Nurkhoti’ah, S. dan Kamari. (2005). Teachers in Science. (2000).
Pengaruh Pendidikan dan Standards for Science Teacher
Literasi Sains Teknologi terhadap Preparation
Kualitas Mengajar. Jurnal [19]. National Research Council. (1996).
Pendidikan-Maret 2005. [online]. National Science Education
Tersedia: http: // Standard. Wahington, DC.:
www.depdiknas.go.id. [17 National Academy Press
November 2007].

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 31


[20]. National Research Council. (2001). EconomicCooperation and
Inquiry and the National Secience Development (OECD).
Education Standards: A Guide [30]. Freudenthal, H. 1973. Mathematics as
for Teaching and Learning. an Educational Task.
Wahington, DC.: National Dordrecht:Reidel.
Academy Press. Tersedia: [31]. Steen, Lynn Arthur, ed. 2001.
http://books.nap.edu/html/inquiry Mathematics and Democracy:
_addendum/ notice.html The Case forQuantitative
[21]. Holbrook, J., Laius, A., dan Rannikmäe, Literacy. Princeton, NJ: National
M. (2005). “The Influence of Council on Educationand the
Social Issue-Based Science Disciplines.
Teaching Materials On Students’ [32]. Cappo, M., and de Lange, J. 1999.
Creativity”, University of Tartu, “Assess Math!,” Santa Cruz,
Estonian Ministery of Education. CA:Learning in Motion.
[22]. Holbrook, J. (1998).” A Resource Book [33]. Cockroft, W. H. 1982. Mathematics
for Teachers of Science Counts. Report of the Committee
Subjects”. UNESCO. of Inquiry into the Teaching of
[23]. Permanasari, A., Mudzakir, A., dan Mathematics in Schools.
Mahiyudin. (2010). “The London: HerMajesty’s Stationery
Influence of Social Issue-Based Office.
Chemistry Teaching in Acid Base [34]. Curriculum Development Institute.
Topic on High School Student’s (1993). Guide to the
Scientific Literacy”, Seminar Secondary/Sixth Form
Proceding of the First Curriculum. Education
International Seminar of Science Department, Hong Kong.
Education, Science Education [35]. Ewell, Peter T. 2001. “Numeracy,
Program Graduate School, Mathematics, and General
Indonesia University of Education.”In Mathematics and
Education (UPI). Democracy: The Case for
[24]. Damaianti, V.S. & Harjasujana, A.S. QuantitativeLiteracy, edited by
(2004). Membaca dalam teori Lynn Arthur Steen, 37–48.
dan praktik. Bandung: Mutiara. Princeton, NJ: NationalCouncil
[25]. Mikulecky. L. (1979).Teaching reading on Education and the
in secondary school content Disciplines.
subject: A bookthinking process. [36]. Mathematical Sciences Education
New York: Holt, Rinehart, and Board (MSEB). 1993.
Winston. MeasuringWhat Counts: A
[26]. Carrol (1984).Language and thought. Conceptual Guide for
New York: Prentice-Hall Mathematical
Assessment.Washington, DC:
National Academy Press.
[27]. Klein, M.L. (1991).Teaching reading in [37]. National Center for Education Statistics.
the elementary grade. Boston: 1993. National Adult
Allyn and Bacon. Inc. LiteracySurvey. Washington
[28]. De Lange, J. 2000. “The Tides They are D.C.: National Center for
A-Changing.” UMAP- Education Statistics(NCES).
Journal21(1): 15–36. [38]. National Council of Teachers of
[29]. Organization for Economic Cooperation Mathematics. 2000. Principles
and Development. and Standardsfor School
2002.Framework for Mathematics. Reston, VA:
Mathematics Assessment. Paris: National Council ofTeachers of
Organization for Mathematics (NCTM).

32 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21
[39]. Permanasari, A. Turmudi, Damaianti Journal of STEM Education, 14 (1), pp.
(2014). Analisis kelemahan 12-19.
literasi sains siswa dalam [47]. Cancilla, D. A. (2001). Integration of
Perspektif literasi bahasa dan Environmental Analytical Chemistry
matematika. Laporan Hibah SPs with Environmental Law: The
Lintas Bidang Ilmu. (tidak development of a problem-based
diterbitkan). laboratory. Journal of Chemical
[40]. Kapila, V. & Iskander, M. (2014). Education, 78 (12), pp. 1652-1660.
Lessons learned from conducting a K- [48]. Bigelow, J. D. (2004). Using problem-
12 project to revitalize achievement by based learning to develop skills in
using instrumentation in Science solving unstructured problems. Journal
Education. Journal of STEM of Management Education, 28 (5), pp.
Education, 15 (1), pp. 46-51. 591-609
[41]. Han, S., Capraro, R. & Capraro, M. M. [49]. Gijbels, D., Dochy, F., Bossche, P. V. &
(2014). How Science, Technology, Segers, M. (2005). Effects of problem-
Engineering, and Mathematics (STEM) based learning: A meta-analysis from
Project-Based Learning (PBL) affects the angle of assessment. Review of
high, middle, and low achievers Educational Research, 75 (1), pp. 27-
differently: The impact of student 61.
factors on achievement. International [50]. Ruiz-Gallardo, J.-R., Castaño, S.,
Journal of Science and Mathematics Gómez-Alday, J. J. & Valdés, A.
Education, _, pp. 1-25. (2010). Assessing student workload in
[42]. Jones, L. C., Tyrer, J. R. & Zanker, N. P. problem based learning: Relationships
(2013). Applying laser cutting among teaching method, student
techniques through horology for workload and achievement. Teaching
teaching effective STEM in design and and Teacher Education, 27, pp. 619-
technology. Design and Technology 627.
Education, 18 (3), pp. 21-34. [51]. Jo, S. & Ku, J.-O. (2011). Problem based
learning using real-time data in Science
[43]. Lam, P., Doverspike, D., Zhao, J., Zhe, Education for the gifted. Gifted
J. & Menzemer, C. (2008). An Education International, 27, pp. 263-
evaluation of a STEM program for 273.
middle school students on learning [52]. Wirkala, C. & Kuhn, D. (2011).
disability related IEPs. Journal of Problem-based learning in K-12
STEM Education, 9 (1&2), pp. 21-29. education: Is it effective and how does
[44]. Lou, S. J., iu, Y. H. & Shih, R. C. (2011). it achieve its effects? American
The senior high school students’ Educational Research Journal, 48 (5),
learning behavioral model of STEM in pp. 1157-1186.
PBL. International Journal of [53]. Mayer, R., Moeller, B., Kaliwata, V.,
Technology and Design Education, 21 Zweber, B., Stone, R. & Frank, M.
(2), pp. 161-183. (2012). Educating Engineering
[45]. Massa, N., Dischino, M., Donelly, J. F. undergraduates: Effects of scaffolding
& Hanes, F. D. (2011). Creating Real- in a problem-based learning
World Problem-Based Learning environment. Makalah diseminarkan di
Challenges in Sustainable Human Factors and Ergonomics
Technologies to Increase the STEM Society 56th Annual Meeting. Boston:
Pipeline. [Online]. Diakses dari Sage Publications.
http://www.asee.org/public/conference [54]. Sandi-Urena, S., Cooper, M. & Stevens,
s/1/papers/1769/view. R. (2012). Effect of cooperative
[46]. Reynolds, D., Yazdani, N. & Manzur, T. problem-based lab instruction on
(2013). STEM high school teaching metacognition and problem-solving
enhancement through collaborative skills. Journal of Chemical Education,
engineering research on extreme winds. 89, pp. 700-706.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2016 | 33
[55]. Parwati, R., Anna Permanasari, Harry attitudes in General Chemistry.
Firman, Tatang Suheri (2015). Studi American Chemical Sosiety Journal, 72
pendahuluan: Potret mata kuliah Kimia (9), pp. 793-797.
Lingkungan di beberapa LPTK. Jurnal [66]. Johnson, D. W., Johnson, R. T. &
JPII, UNNES, Semarang. Vol 4. No.1 . Stanne, M. B. (2000). Cooperative
1-7. 2015 Learning Methods: A Meta-Analysis.
[56]. ChanLin, L.-J. (2008). Technology [Online]. Diakses dari
integration applied to project-based www.tablelearning.com/uploads/File/E
learning in Science. Innovations in XHIBIT-B.pdf.
Education and Teaching International, [67]. Hall, M. (2008). The Effect of
45 (1), pp. 55-65. Cooperative Learning Groups and
[57]. Holubova, R. (2008). Effective teaching Competitive Strategies on Math Facts
methods—Project-based learning in Fluency of Boys and Girls. [Online].
Physics. US-China Education Review, Diakses dari
5 (12), pp. 27-36. https://commons.kennesaw.edu/.
[59]. Hernández-Ramos, P. &Paz, S. D. L. [68] Ma, V. J. & Ma, X. (2014). A
(2009). Learning history ini middle Comparative analysis of the
school by designing multimedia in a relationship between learning styles
project-based learning experience. and Mathematics performance.
Journal of Research on Technology in International Journal of STEM
Education, 42 (2), 151-173. Education, 1 (3), pp. 1-13.
[60]. Hubbard, G. T. (2012). Discovering [69]. Niemi, H. & Nevgi, A. (2014). Research
constructivism: How a project- studies and active learning promoting
oriented activity-based media professional competences in Finnish
production course effectively Teacher Education. Teaching and
employed constructivist teaching Teacher Education, 4, pp. 131-142.
principles. Journal of Media Literacy
Education, 4 (2), pp. 159-166.
[61]. Turgut, H. (2008). Prospective science
teachers’ conceptualizations about
project based learning. International
Journal of Instruction, 1 (1), pp. 61-79.
[62]. Filippatou, D. & Kaldi, S. (2010). The
effectiveness of project-based learning
on pupils with learning difficulties
regarding academic performance,
group work and motivation.
International Journal of Special
Education, 25 (1), pp. 17-26.
[63]. Panasan, M. & Nuangchalerm, P. (2010).
Learning outcomes of project-based
and inquiry-based learning activities.
Journal of Social Sciences, 6 (2), pp.
252-255.
[64]. Cooper, M. M. (1995). Cooperative
learning. Journal of Chemical
Education, 72 (2), 162-164.
[65]. Dougherty, R. C., Bowen, C. W., Berger,
T., Rees, W., Mellon, E. K. & Pulliam,
E. (1995). Cooperative learning and
enhanced communication: Effects on
students performance, retention, and

34 | Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru Melalui Penelitian & Pengembangan
dalam Menghadapi Tantangan Abad-21

You might also like