Professional Documents
Culture Documents
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan
dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat
menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak,
edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di
dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di
dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat
melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih
merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu.
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah
beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan
terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan
mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh
membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni
(proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan
hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan,
namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali
normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya
hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada kehamilan anak
pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi kronik sebelum hamil.
Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/
paternitas baru, usia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia
pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/ kegemukan, dan
selang waktu jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.
Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan pada fungsi endotel pembuluh darah (sel
pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme pembuluh darah
(kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan diameter lumen pembuluh darah mengecil/
menciut). Perubahan respons imun ibu terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga
berperan pada terjadinya preeklamsia. Kerusakan endotel tidak hanya menimbulkan
mikrotrombosis difus plasenta (sumbatan pembuluh darah plasenta) yang menyebabkan plasenta
berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh
dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu dengan bertambahnya berat
badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak bengkak pada kedua tungkai, bengkak
pada tangan dan wajah), edema paru, dan/ atau hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih
dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak normal akibat mikrotrombosis difus, akan menurunkan aliran
darah dari rahim ke plasenta. Hal tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dan
bermanifestasi secara klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/
rahim dan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit).
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di dalam tulisan di atas, pemeriksaan kehamilan secara
berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya hipertensi pada
kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat. Lebih lanjut, perempuan yang
menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi
medisnya setelah melahirkan.
Nutrisi dan oksigen bagi pertumbuhan janin disuplai dari ibu. Bila
suplai terganggu, bayi bisa meninggal dan kurang gizi. Bila bayi
masih hidup dan lahir dengan selamat, berat badannya sangat rendah
dan ukuran bayi sangat kecil.
Hipertensi pada kehamilan terjadi bila tekanan darah lebih dari 140/90
mmHg pada posisi duduk. Pengukuran dilakukan 2 kali dengan
interval 6 jam dan hasil pengukuran hasilnya tetap tinggi. Pengukuran
yang teratur, terutama menjelang persalinan sangat penting.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu penyakit yang sering dijumpai pada wanita hamil, di
situ ditemukan adanya kelainan berupa peningkatan tekanan darah pada pemeriksaan ibu hamil.
Pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolic berada di atas 140/90 mmHg, pengukuran
sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dengan selang waktu pengukuran 4 jam.
Kejadian hipertensi dalan kehamilan cukup tinggi ialah 5-15%, merupakan satu di antara tiga
penyebab mortalitas (kematian) dan morbiditas (kejadian) ibu bersalin selain infeksi dan
pendarahan. Hal itu dikarenakan angka kejadian yang tinggi dan penyakit ini mengenai semua
lapisan masyarakat. Termasuk, beberapa waktu terakhir terjadi pada seorang figur publik yang
cukup familiar dan sayang sekali nyawanya tidak dapat tertolong. Berbagai Komplikasi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi dari yang
paling ringan sampai berat, bahkan kematian dan meliputi berbagai organ. Pada penderita
penyakit ini dapat terjadi hipovolemia yaitu kekurangan cairan plasma akibat gangguan
pembuluh darah, gangguan ginjal, gangguan hematologis, gangguan hati, gangguan neurologis,
dan gangguan penglihatan.
Juga terjadi gangguan kardiovaskular, gangguan pernafasan dan yang paling berat yaitu
sindroma HELLP (Hemolisis,Elevated Liver enzyme, Low Platelet count), serta disertai
gangguan pada janin mulai dari fetal distress, terhambat pertumbuhan, prematuritas, hingga
kematian dalam rahim.
Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengenali secara lebih mendalam mengenai penyakit ini.
Terdapat banyak teori yang menjelaskan kejadian penyakit ini dan hingga kini semua masih
dipercaya sebagai patofisiologi penyakit ini, antara lain teori kelainan pembuluh darah plasenta,
teori imunologis, teori defisiensi gizi, teori defisiensi genetik, teori inflamasi, dan teori radikal
bebas dan disfungsi endotel pembuluh darah.
Hipertensi dalam kehamilan adalah suatu terminologi luas dan terdapat pembagian di dalamnya,
antara lain hipertensi gestasional (hipertensi yang timbul pada kehamilan dan menghilang setelah
12 minggu pascapersalinan), hipertensi kronis (kehamilan yang timbul sebelum umur kehamilan
20 minggu dan menetap 12 minggu pascapersalinan).
Juga preeklamsia (hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai proteinuria atau
ditemukannya protein dalam urin), eklamsia (adalah preeklamsia yang disertai dengan kejang
atau koma), dan hipertensi kronik superimposed preeklamsia (hipertensi kronis yang disertai
dengan preeklamsia)
.
gejala dan pengobatan
Gejala yang sering dirasakan oleh penderita adalah nyeri kepala, penglihatan kabur, penglihatan
ganda, nyeri di daerah lambung, mual atau muntah. Seringkali gejala subjektif tersebut
didapatkan pada preeklamsi berat, jarang ditemukan pada preeklamsi ringan. Sedangkan
perubahan yang didapatkan pada penderita antara lain (trias tanda utama): pertambahan berat
badan yang berlebihan, bengkak, hipertensi, dan akhirnya proteinuria (ditemukannya protein
dalam urin) serta kelainan lain dalam pemeriksaan lab.
Setelah mengenal lebih jauh mengenai definisi dan pembagiannya, selanjutnya yang tidak kalah
penting adalah pengobatannya sendiri. Pengobatan ini meliputi terapi primer yaitu pencegahan
yang sebenarnya tidak dapat mencegah penyakit ini sepenuhnya, namun dengan diet yang benar
(tinggi protein, rendah lemak, kaborhidrat dan garam, konsumsi antioksidan/buah-buahan) dan
istirahat yang baik serta pengawasan yang rutin pada kehamilan diharapkan dapat menurunkan
insidens penyakit ini.
Apabila penyakit ini telah ditemukan, maka terapi yang diberikan bertujuan untuk mencegah
terjadinya preeklamsia berat dan eklamsia dengan menggunakan obat-obatan maupun perubahan
pola hidup (diet, merokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang), serta melahirkan janin hidup
dengan trauma sekecil-kecilnya. Jika penyakit ini sudah ditemukan, maka tujuan utama adalah
mencegah kejang, mencegah kerusakan organ lebih lanjut, dan melahirkan bayi sehat.
Mengenai sikap terhadap kehamilan jika penyakit masih pada stadium ringan, maka dapat
ditunggu (ekspetatif) hingga usia kehamilan mencukupi. Apabila penyakit berada pada stadium
berat, maka sikap pada kehamilan dapat konservatif maupun aktif tergantung ada tidak penyulit.
Jika terdapat penyulit, maka sikap aktif diambil dengan terminasi kehamilan. Tentu semua itu
dilakukan di pusat-pusat kesehatan ibu dan anak yang memadai serta kerja sama tim yang baik.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu masalah kesehatan yang harus kita hadapi
bersama-sama, tidak hanya oleh salah satu pihak saja misalnya tenaga kesehatan saja. Semuanya
harus berperan, dimulai dari pasien, keluarga, suami, orangtua pasien, bahwa penyakit ini adalah
penyakit yang serius dan harus ditangani dengan baik agar kehamilan dapat berjalan dengan baik
dengan ibu selamat dan janin sehat. Sehingga, bersama kita dapat mewujudkan Indonesia sehat
2010.
Preeklampsia
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah
minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. (Bobak , 2004)
Preeklampsi ialah penyakiy dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan. Tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa.
Etiologi Preeklampsia
Sampai saat ini, etiologi pasti dari Peeeklampsia atau eklampsi belum diketahui. Ada beberapa
teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini
sering dikenal sebagai the disease of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain :
Patologi Preeklampsia
Preeklampsia ringan jarang sekali menyababkan kematian ibu. Oleh karena itu, sebagian besar
pemeriksaan anatomi-patologi berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. Pada
penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-
patologi pada alat-alat itu pada penderita preeklampsia tidak banyak berbeda daripada yang
ditemukan pada eklampsia. Perlu dikemukakan disisni bahwa tidak ada perubahan histopatologik
yang khas pada preeklampsia dan eklampsia. Perdarahan, infark, nekrosis dan trombosis
pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh. Perubahan
tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. Penimbunan fibrin dalam
pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis kelainan-kelainan tersebut.
Klasifikasi Preeklampsia
1. Preeklampsia ringan.
a. tekanan darah sistolik 140 mmHg atau kanaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
b. tekanan darah diastolik 90 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
c. kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu.
d. proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkay kualifikasi positif 1 sampai positif 2 pada urin
kateter atau urin aliran tengah.
2. Preeklampsia berat
Bila salah satu diantara gejala atau tanda diketemukan pada ibu hanil sudah dapat digolongkan
preeklampsia berat :
a. tekanan darah 160/110 mmHg.
b. oliguria, urin kurang dari 400cc/24jam.
c. proteinuria lebih dari 0.3 gr/liter.
d. keluhan subyektif ; nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, oedem paru dan
sianosis, serta gangguan kesadaran.
e. Pemeriksaan ; kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina dan
trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia.
Preeklamsia pada tingkat kejang disebut eklampsia.
Diagnosis Preeklampsia
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu
dan bayinya. Walaupun terjadinya preeklampsia sulit dicegah, namun preeklampsia dan
eklampsia umumnya dapat dihindari dengan mengenal secara dini penyakit itu dengan
penanganan sedini mungkin.
Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya dua dari trias tanda utama yaitu ;
hipertensi, oedem dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi
dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan petanda meskipun ditemukan
tersendiri. Adanya satu tanda harus menimbulkan kewaspadaan karena perkembangan penyakit
tidak dapat diramalakan dan bila eklampsi terjadi, maka prognosis bagi ibu maupun janin jauh
lebih buruk. Tiap kasus preeklampsi harus ditangani dengan sungguh-sungguh.
Diagnosis diferensial antara preeklampsi dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak
jarang menimbulkan kesulitan. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi
sebelum hamil, pada kehamilan muda atau 6 bulan postpartum akan sangat berguna untuk
membuat diagnosis. Pemeriksaan fundoskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang
ditemukan pada preeklampsia, kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun.
Untuk diagnosis penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong, proteinuria pada
preeklampsi jarang timbul sebelum triwulan ke-3, sedangkan pada penyakit ginjal timbul lebih
dahulu. Test fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal normal pada
preeklampsia ringan.
7. Penanganan Preeklampsia
1. Preeklampsia ringan
a. jika kehamilan < 37 minggu dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali
seminggu secara rawat jalan :
§ pantau tekanan darah, proteinuria, reflek patela dan kondisi janin
§ lebih banyak istirahat
§ diat biasa
§ tidak perlu diberi obat-obatan
§ jika dirawat jalan tidak mungkin, rawat di rumah sakit :
- diet biasa
- pantau tekanan darah 2 kalisehari, proteinuria 1 kali sehari
- tidsak perlu obat-obatan
- tidak perlu diuretik, kecuali terdapat oedem paru atau gagal ginjal akut
- jika tekanan distolik turun sampai normal pasien dapat dipulangkan, nasehatkan untuk istirahat
dan perhatikan tanda-tanda preeklampsi berat, kontrol 2 kali seminggu, jika tekanan darah
diastolik naik lagi, rawat kembali.
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan, tetap dirawat.
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan.
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai preeklampsia berat.
b. jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi
- jika serviks matang lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10
tetes/menit atau dengan prostaglandin.
- Jika serniks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter foley atau terminasi
dengan seksio sesarea.
2. Preeklampsia berat dan eklampsia Penanganan preeklampsia berat dan eklampsia sama,
kecuali bahwa persalina harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada
preeklampsia.
a. penanganan kejang
- berikan obat anti konvulsan
- perlengkapan untuk penanganan kejang ( jalan nafas, sedotan, masker oksigen, dan oksigen)
- lindungi pasien dari kemungkinan trauma
- aspirasi mulut dan kerongkongan
- baringkan pasien pada sisi kiri, posisi tredelenburg untuk mengurangi aspirasi.
- Beri oksigen 4-6 liter per menit
b. penangan umum
- jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan distolik diantara 90-
100 mmH
- pasang infus ringer laktat dengan jarum besar (16 gauge >1)
- ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overloa
- kateterisasi urin untuk pengeluaran volume dan protein
- jika jumlah urin < 30 ml per jam ; infus cairan dipertahankan 1 1/8 jam, pantau kemungkinan
oedem paru
- jangan tinggalkan pasien sendirian, kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kamatian ibu
dan janin
- observasi tanda-tanda vital, refleks patela dan denyut jantung janin setiap jam.
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedem paru. Jika ada oedem paru stop pemberian
cairan dan berikan diuretik, misalnya furosemide 40 mg IV
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside, jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7
menit, kemungkinan terdapat koagulopati.
dari berbagai sumber
disusun oleh : R.windy Hapsari
mediague.wordpress.com
PRE-EKLAMPSIA
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit, yang termasuk dalam
bagiankeenam Subbagian A, yakni yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum
jelas bagaimana halitu terjadi. istilah kesatuan penyakit harus diartikan kedua peristiwa dasarnya
sama dan bahwa Eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan berbahaya dari Pre-
eklampsi, dgn tambahan gejala-gejala tertentu.
Di Indonesia Eklampsia-di samping perdarahan dan infeksi-masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. oleh karena itu diagnosis dini Pre-
eklampsia, yang merupakan tinggkat pendahuluan Eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. perlu ditekankan bahwa sindroma
Pre-eklampsia ringgan dengan hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak diketahui atau
tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat
dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan Eklampsi. dengan pengetahuan ini menjadi jelas
bahwa pemeriksaan Antenatal, yang teratur dan yang secara rutin mencari tanda-tanda pre-
eklampsi, sangat penting dalam usaha pencagahan Pre-eklampsi berat dan Eklampsi.
Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. penyakit ini umunya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan, tetapi dapat
terjadi sebelumnya, misalnya pada mola Hidatidosa.
Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. untuk menegakkan
diagnosis Pre-eklampsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau lebih diatas tekanan
diastolik sebenarnya lebih dapat dipercaya. apabila tekanan diastolik naik dengan 15mm Hg atau
lebih, atau menjadi 90mm Hg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. penentuan
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada kedaan istirahat.
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh, dan
biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembekakan kaki, jari tangan, dan
muka. Edema retibial yang ringan sering ditemukan pada kehamilan biasa, sehingga tidak
seberapa berarti untuk penentuan diagnosis Pre-eklampsi. kenaikan berat badan 1/2 kg setiap
minggu dalam kehamilan masih dapat dianggap nosrmal, tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap rtimbulnya pre-eklampsi.
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam air kencing yang melebihi 0,3 g/liter dalam air
kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan satu atau dua + atau 1g/liter atau lebih
dalam air kencing yang dikeluarkan dengan kaketer atau midstream yang diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul lebih lambat daripada hipertensi dan
kelainana berat badan karena itu harus dianggap sebagai tanda yang cukup serius.
Pre-eklampsi dibagi dalam golongan ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila
1/ lebih tanda/ gejala dibawah ini ditemukan:
1. tekanan sistolik 160 mm Hg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mm Hg atau lebih.
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam, 3 atau 4= pada pemeriksaan kualitatif
3. oliguria, air kencing 400 ml atu kurang dalam 24 jam.
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. edema paru-paru atau sianosis.
ETIOLOGI
Apa yang menjadi per-eklampsi dan Eklampsi sampai sekarang belum diketahui. telah terdapat
banyak teori yang menyoba menerangkan sebab-sebab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada
yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. teori yang dapat diterima harus dapat
menerangkan hal-hal berikut:(1) sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan
ganda, hiramnion, dan mola hidatidosa; (2) sebab bertambahnya frekuensi makin tuanya
kehamilan; (3) sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus; (4) sebab jarangnya terjadi Eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya; dan (5)
sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
PATOLOGI
Pre-eklampsi ringan jarang sekali memyebabkan kematian ibu. oleh karena itu sebagian besar
pemeriksaan anatomi-patologi berasal dari penderita eklampsia yang meninggal. pada
penyelidikan akhir-akhir ini dengan biopsi hati dan ginjal ternyata bahwa perubahan anatomi-
patologi pada alat-alat itu pada Pre-Eklampsia dan eklampsia. perdarahan infark, nekrosis, dam
trombosis pembuluh darah kecil pada penyakit ini dapat ditemukan dalam berbagai alat tubuh.
perubahan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh vasospasmus arteriola. penimbunan fibrin
dalam pembuluh darah merupakan faktor penting juga dalam patogenesis dan kelainan-kelainan
tersebut.
PERUBAHAN ANATOMI-PATOLOGI
1. Plasenta.
Pada Pre-eklamsia terdapat spasmus arteriola spiralis desidua dengan akibat
menurunnya darah ke plasenta. perubahan plasenta normal sebagai akibat tuanya kehamilan,
seperti menipisnya sinsitium, menebalnya dinding-dinding pembuluh darah dalam villi karena
fibrosis, dan hipertensi, dan konversi mesoderm menjadi jaringan fibrotik, dipercepat prosesnya
pada Pre- eklampsi dan hipertensi. pada Pre-eklampsia yang jelas ialah atrofi sinsitium,
sedangkan pada hipertensi menahun terdapat terutama perubahan pada pembuluh darah dan
stroma. Arteria spiralis mengalami kontriksi dan penyempitan, akibat aterosis akut disertai
necrotizing arteriopathi.
Ginjal. Alat ini besarnya normal pada simpai ginjal dan pada pemotongan mungkin ditemukan
perdarahan-perdarahan kecil.
Penyelidikan biopsi pada ginjal oleh Altchek dan kawan-kawan (1968) menunjukkanpada Pre-
eklampsi bahwa kelainan berupa: (1) kelainan glomereulus;(2) hiperplasia sel-sel
jukstaglomeruler; (3) kelainan pada tubulus-tubulus Henle; (4) spasmus pembuluh darah ke
glomerulus.
Glomerulus tampak sedikit membengkak dengan perubahan-perubahan sebagai berikut; a) sel-sel
diantara kapiler bertambah; b) tampak dengan mikroskop biasa bahwa membran basalis dinding
kapiler glomerulus seolah-olah terbelah, tetapi ternyata keadaan tersebut dengan mikroskop
elektron disebabkan oleh bertambahnya matriks mesangial; c) sel-sel kapiler membengkak dan
lumen menyempit dan tidak ada; d) penimbunan zat protein berupa serabut ditemukan dalam
kapsel Bowman.
Sel-Sel jukstaglomulertampak membesar dan bertambah dengan pembengkakan sitoplasma sel
dan bervakuolisasi.
Epitel tubulus-tubulus Henle berdeskuamasi hebat; tampak jelas fragmen inti sel terpecah-pecah.
pembengkakan sitoplasma dan vakuolisasi nyata sekali. pada tempat lain tampak regenerasi.
Perubahan-perubahan tersebutlah tampaknya yang menyebabkan proteinuria dan mungkin sekali
ada hubungannya dengan retensi garam dan air. sesudah persalinan berakhir, sebagian besar
perubahan yang digambarkan menghilang, hanya kadang-kadang ditemukan sisa-sisa
penambahan matriks mesangial.
2. Hati.
Alat ini besarnya normal, pada permukaan dan pembelahan tampak tempat-tempat
perdarahan yang tidak teratur.
pada pemeriksaan mikroskopik dapat ditemukan perdarahan dan netrosis pada tepi tubulus,
disertai trombosis pada pembuluh darah kecil, terutama disekitar vena porta. walaupun umumnya
lokasi ialah periportal, namun perubahan tersebut dapat ditemukan ditempat-tempat lain. dalam
pada itu, rupanya tidak ada hubungan langsung antara berat penyakit dan luas perubahan pada
hati.
3. Otak.
Pada penyakit yang belum lanjut hanya ditemukan edemadan anemia pada korteks
serebri; pada keadaan lanjut dapat ditemukan perdarahan.
Retina. Kelainan yang sering ditemukan pada retina ialah spasmus pada arteriola-arteriola,
terutama yang dekat pada duktus optikus. Vena tampak lekuk pada persimpangan dengan
arteriola. Dapat terlihat edema pada duktus optikus dan retina.
Ablasio retina juga dapat terjadi, tetapi komplikasi ini prognosisnya baik, karena retina akan
melekat lagi. Beberapa minggu postpartum. Perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada pre-
eklampsi, biasanya kelainan tersebut menunjukkan adanya hipertensi menahun.
Paru-paru. Paru-paru menunjukkan berbagai tingkat edema dan perubahan karena
bronkopneumonia sebagai akibat aspirasi. Kadang-kadang ditemukan abses paru-paru.
Jantung. Pada sebagian besar penderita yang mati karena eklampsia jantung biasanya mengalami
perubahan degeneratif pada miokardium. Sering ditemukan degenerasi lemak dan cloudy
swelling serta nekrosis dan perdarahan. Sheehan (1958) menggambarkan perdarahan
subendrokardial di sebelah kiri septum interventrikuler pada kira-kira dua pertiga penderita
eklampsia yang meninggal dalam 2 hari pertama setelah timbulnya penyakit.
Pre-eklampsia berat
Etiologi
Patologi
perdarahan, infark, nekrosis, trombosis pembuluh darah kecil pd berbagai organ tubuh
penyebab: vasospasmus arteriole, penimbunan fibrin dlm pembuluh darah
plasenta
ginjal
hati
otak
retina
paru-paru
jantung
kelenjar adrenal
PRE EKLAMPSIA
Predisposisi
primigravida, terutama primigravida muda
DM
Mola
kehamilan ganda
hidrops fetalis
umur ibu lbh dr 35 thn
obesitas
Gambaran Klinik
Diagnosis
Diagnosis Diferensial
hipertensi menahun: adanya perdarahan dan eksudat pada funduskopi
penyakit ginjal: proteinuria timbul lbh awal, sebelum triwulan ke-3
Pencegahan
Penanganan
Tujuan
Terdiri dari:
Perawatan di RS:
1. induksi persalinan
2. seksio sesarea
1. larutan sulfas magnesikus 50% sebanyak 10 ml disuntikkan im, dapat diulang 2 ml tiap 4 jam
2. lytic cocktai, yakni larutan glukosa 5% sebanyak 500 ml yg berisi petidin 100mg, klorpromazin
100mg, prometazin 50 mg sebagai infus intravena
EKLAMPSIA
Macam
1. eklampsia gravidarum
2. eklampsia parturientum
3. eklampsia puerperale
Gejala dan Tanda
didahului memburuknya pre eklampsia dan timbul gejala2 nyeri kepala frontal, nyeri
epigastrium, ggn penglihatan, mual, hiperrefleksia.
jika gejala ini tidak dikenali dan diatasi akan segera timbul kejangan, dgn 4 macam tingkat:
1. awal/aura
2. tonik
3. klonik
4. koma
selama serangan tensi meningkat, nadi cepat, suhu meningkat sampai 40ºC
Komplikasi Kejang:
DD :
1. epilepsi
2. kejangan karena obat anestesia
3. koma krn sebab lain: diabetes, perdarahan otak, meningitis, ensefalitis, dsb
Penanggulangan
1. sodium penthotal
2. diazepam
3. sulfas magnesicus
4. lytic cocktail
jumlah dan waktu pemberian obat disesuaikan dg kondisi penderita tiap jam
hindarkan dr semua rangsang spt cahaya terang, keributan, injeksi atau pemeriksaan dalam
dirawat di kamar isolasi yang tenang
tekanan darah, nadi, pernafasan dicatat tiap 30 menit
suhu diukur tiap jam scr rektal
penderita dg koma diletakkan pd posisi trendelendburg
alat penyedot disediakan utk membersihkan jalan nafas
oksigen diberikan pd sianosis
penisilin-streptomisin tiap 12 jam mencegah infeksi paru2
dauer catheter utk mengetahui diuresis dan pmx protein urin scr kuantitatif
balans cairan dilakukan tiap 6 jam
kalori yg adekuat (infus glukosa hipertonik, fruktosa atau larutan asam amino spt aminofusin)
Tindakan Obstetrik