Professional Documents
Culture Documents
Pembimbing
Disusun oleh:
Usep suryadi
MANGGALA HUSADA
TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman krisis global saat ini tentu bukanlah hal yang mudah bagi semua
orang. Bisa saja orang-orang yang termasuk ke dalam golongan menengah atas masih
bisa menyunggingkan senyum, tapi tidak demikian dengan orang-orang yang
perekonomiannya menengah kebawah. Mereka berada dalam sebuah dilema antara
tuntutan hidup dan kebutuhan dengan hasil kerja yang di dapat setiap hari.
Pengangguran di mana-mana, perusahaan bangkrut tak terhitung banyaknya dan
harga sembako yang terus melambung tinggi agaknya menjadi suatu beban dalam
pikiran setiap individu terutama bagi kepala keluarga.
Hal-hal semacam ini bisa saja memicu sesorang mengalami stress yang di
sebabkan ketidakmampuannya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari keluarganya,
apalagi jika ditambah dengan biaya besar yang harus dikeluarkannya untuk sekolah
anak-anak mereka.
Lain hal pula dengan pelajar yang dapat mengalami stress kerena factor
lingkungan sekolah maupun lingkungan keluarga. Di lingkungan sekolah si anak
terus berlomba dengan teman-temannya untuk mendapat nilai tertinggi agar tetap jadi
juara kelas, jika hal itu tidak terwujud maka otomatis hal tersebut akan dapat
mengganggu pikiran anak tersebut. Belum lagi masalah yang menyangkut pihak
sekolah seperti guru dan kepala sekolah., administrasi sekolah( iuran bulanan), atau
tinggal kelas maupun tidak lulus saat ujian naasional. Kemudian hal lain yang dapat
memicu stress pelajar saat di rumah, orang tua sibuk, atau suka bertengkar, orang tua
tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan sekolah si anak dan lain-lain.
Sebenarnya banyak sekali pemicu stress ini dan tidak selalu penyebab stress
tersebut sama antara satu individu dengan individu lain, semua ini tergantung pada
individu sendiri bagaimana dia menyikapi dan sejauh apa pandangannya mengenai
masalah yang sedang dihadapinya, beratkah atau di bawa enjoy saja.
Namun perlu ditekankan disini, stress tidak selamanya membuat orang menjadi
tidak waras sehingga terpaksa harus berada di rumah sakit jiwa. karena stress
mempunyai beberapa tingkatan. Jadi selama individu tersebut masih mengalami stress
yang ringan, maka individu tersebut hanya akan sering memikirkannya dan berusaha
untuk memecahkan masalah yang menjadi penyebab stress. Tapi tidak juga menutup
kemungkinan bahwa semua orang mungkin saja sekarang dalam keadaan stress.
Tentunya jika kita mengetahui bahwa semua orang bisa dan rentan terkena stress,
maka akan timbul pertanyaan, “ jadi bagaimana cara menghilangkan atau mencegah
stress tersebut? “. Cara untuk mengatasi pemicu stress inilah yang dinamakan koping.
Koping yang ada pada diri individu berguna untuk mengarahkan individu tersebut
agar tidak ambil pusing terhadap masalah tersebut atau bisa juga membuat mereka
dapat menemukan solusi dari masalahnya. Secara umum cara menemukan pemecahan
masalah tersebut bisa dari pengalamn sebelumnya tentang masalah tersebut atau
curhat dengan sesorang yang dianggap dapat memberikan jalan keluar untuk masalah
yang dihadapinya.
Dengan koping masalah yang dihadapi bisa teratasi atau hilang untuk sementara
dan akan muncul jika ada pencetusnya. Namun individu yang sudah melakukan
koping adapula yang tidak hilang masalahnya sehingga mereka akan tidak dapat
berbuat apapun selain memikirkan maslahnya.hal ini dapat membahayakan individu
tersebut karena artinya individu ini pikirannya bisa terganggu dan mengalami
gangguan jiwa.
Lain pula dengan adaptasi. Yang dimaksud dengan adapatasi adalah cara pandang
individu terhadap masalahnya. Individu yang dapat selalu mengambil hikmah dan
tidak terlalu memikirkan masalahnya dapat menghilangkan masalah tersebut dari
pikirannya. Hidupnya akan dibawa happy terus. Orang semacam ini bisa dikatakan
sehat secara psikologi. Namun adapatasi juga bisa tidak berpengaruh terhadap alam
pikirnya jika masalah yang dating lebih dan semakin berat dari sebelumnya dan
individu ini selalu menghaadapinya dengan cara pandang yang sama dilakukannya
pada masalah sebelumnya yang lebih ringan.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan:
a. Apa yang dimaksud dengan stress, stressor.
b. Apa saja yang tergolong dalam stressor
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori
Menurut beberapa ahli stress dapat diartikan sebagai berikut:
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan
yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang
mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan,
1987).
Secara umum, yang dimaksud “Stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi
yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain”.
“Stres adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri, dan karena itu,
sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999).
Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2000)
bahwa yang dimaksud “Stres adalah gangguan pada tubuh dan pikiran yang
disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik
oleh lingkungan maupun penampilan individu di dalam lingkungan tersebut”
Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres
disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A.,
1999).
Pengertian Stressor
Menurut Emanualsen & Rosenlicht, stressor merupakan faktor internal
maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya
fenomena stress.
Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor( penyebab stress)
yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk
terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu kesehatan
psikologinya.
B. Pembahasan
I. Stress dan Stressor
1. Faktor yang Mempengaruhi Stress
Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut
stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena menemui
banyak masalah dalam kehidupannya. Menurut Grant Brecht (2000), penyebab dari
stress dibedakan menjadi dua macam:
Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti
kematian, perceraian, pension, luka batin, dan kebangkrutan.
Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antri.
Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh stressor. Tentunya
stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu :
1. Lingkungan
Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu :
Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu
memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing
individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.
Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu
berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan
tersebut.
Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai
dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah,
perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya
dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan
untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian
individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal
yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi
jika disebut gaptek.
2. Diri sendiri, terdiri dari
Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin
dicapai
Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus
menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.
3. Pikiran
Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan
pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.
Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa
dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Penyebab-penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat
sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam
menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang menjadi
penyebab juga dapat mempengaruhi stress. Menurut Kozier & Erb, 1983 dikutip
Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan
darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada
individu tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu
berbeda-beda.
Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam
waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan
menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang
kecil.
Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang
sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul
kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.
Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu
mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat
perkembangan yang berbeda.
Selain itu adapula beberapa faktor yang juga ikut mempengaruhi stress, yaitu :
Faktor biologis-herediter, kondisi fisik, neurofisiologik dan neurohormonal.
Faktor psikoedukatif/ sosio cultural, perkembangan kepribadian,
pengalaman dan kondisi lain yang memengaruhinya.
2. Jenis-Jenis Stress
Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan sumbernya memiliki
banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan beragam
pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), berdasarkan penyebabnya
stress dapat digolongkan menjadi :
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri,
atau parasit yang menimbulkan penyakit.
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,
organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh
gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stres
Psikologis, yaitu :
a. Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada rintangan,
frustasi ada yang bersifat intrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan
ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai,
kegoncangan ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dan lain-lain).
b. Konflik
Timbul karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam-macam
keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-approach conflict,
approach-avoidance conflict, avoidance -avoidance conflict.
c. Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal
dari dalam diri individu, misalnya cita-cita atau norma yang terlalu tinggi.
Tekanan yang berasal dari luar individu, misalnya orang tua menuntut
anaknya agar disekolahkan selalu rangking satu atau istri menuntut uang
belanja yang berlebihan kepada suami.
d. Krisis
Krisis yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres pada
individu, misalnya kematian orang yang disayangi, kecelakaan dan
penyakit yang harus segera operasi.
Namun keadaan stres yang dialami oleh individu dapat terjadi beberapa
sebab sekaligus, misalnya kombinasi antara frustasi, konflik dan tekanan.
Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan
3. Tahap-Tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya
Suatu stimulus(stressor) yang datang tidak akan langsung membuat individu
tersebut mengalami stress, tentunya setiap individu dibekali cara, teman atau tempat
untuk menhgilangkan stress sejenak atau untuk selamanya. Tahapan-tahapan tersebut
oleh Dr. Robert J. Van amberg (1979) dibagi menjadi enam tahapan, yaitu :
Stres Tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, dan biasanya disertai
dengan perasaan-perasaan seperti :
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
2) Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun
tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup
yang berlebihan pula.
4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat,
Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres Tahap II
Dalam tahapan ini dampak stres yang semula “menyenangkan” sebagaimana
diuraikan pada tahap I mulai menghilang, dan timbul keluhan-keluhan yang
disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak
cukup waktu untuk beristirahat. Istirahat yang dimaksud seperti tidur yang
cukup bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang
mengalami pengurangan. Analoginya seperti handphone (HP) yang sudah
lemah harus kembali diisi ulang (di-charge) agar dapat digunakan lagi dengan
baik.
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada
stres tahap II adalah sebagai berikut :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7) Tidak bisa santai.
b. Stres Sedang
Pada tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
c. Stres Berat
Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung
memusatkan perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi stres, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada
lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.
4. Respon Individu Terhadap Stress
RESPON FISIOLOGI TERHADAP STRESS
Hans Selye (1956) Mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap Stress, yaitu :
1. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat
terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan
penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka
pendek.
2. General Adaptation Syndrom (GAS)
a. Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari
tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or
flight” dan reaksi fisiologis. Tanda fisik : curah jantung meningkat, peredaran
darah cepat, darah di perifer dan gastrointestinal mengalir ke kepala dan
ekstremitas. Banyak organ tubuh terpengaruh, gejala stress memengaruhi
denyut nadi, ketegangan otot dan daya tahan tubuh menurun.
b. Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme
penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi.
Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress.
Bila teratasi gejala stress menurun atau normal
c. Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum
dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras.
Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala,
gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat
lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian
Sedangkan menurut Dadang Hawari (2001) respon tehadap stress dapat mengenai
hampir seluruh sistem tubuh, seperti :
a. Perubahan warna rambut dari hitam menjadi kecoklat-coklatan, ubanan atau
kerontokan.
b. Gangguan ketajaman penglihatan.
c. Thinitus (pendengaran berdenging)
d. Daya mengingat, konsentrasi, dan berpikir menurun.
e. Wajah tegang, serius, tidak santai, sulit tersenyum, dan kedutan pada kulit wajah
(tic facialis).
f. Bibir dan mulut terasa kering, tenggorokan terasa tercekik.
g. Kulit dingin atau panas, banyak berkeringat, kulit kering timbul eksim, biduran
(urtikaria), gatal-gatal, tumbuh jerawat (acne), telapak tangan dan kaki
berkeringat dan kesemutan.
h. Napas terasa berat dan sesak.
i. Jantung berdebar-debar, muka merah atau pucat.
j. Lambung mual, kembung dan pedih, mulas, sulit defekasi, atau diare.
k. Sering berkemih
l. Otot sakit, seperti ditusuk-tusuk, pegal, dan tegang.
m. Kadar gula meninggi, pada wanita terjadi gangguan menstruasi.
n. Libido menurun atau bisa juga meningkat