You are on page 1of 29

MATERI PENYULUHAN

IMOBILISASI DAN LATIHAN MOBILISASI


DI RUANG PANDAN I RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

Disusun Oleh:
Yohanes Pemandi Doka, S.Kep. 131723143065
Dicky Rachmatsyah, S.Kep. 131723143066
Nurul Aini, S.Kep. 131723143067
Riska Windi Dewi Lestari, S.Kep. 131723143068
Arum Rakhmawati, S.Kep. 131723143069

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Bidang Studi : Keperawatan Dasar


Tema : Imobilisasi dan latihan mobilisasi
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Pandan I
Tempat : Ruang Pandan I
Waktu : 35 menit
Hari/Tanggal/jam : Jum’at, Februari 2018/jam 13.00

I. Tujuan Instruksional Umum


setelah diberikan penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien di
ruang bedah aster memahami tentang imobilisasi dan latihan mobilisasi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 35 menit tentang tang imobilisasi
dan latihan mobilisasi, diharapkan keluarga mampu:
1. Pengertian imobilisasi
2. Penyebab dan Faktor predisposisi imobilisasi
3. Dampak imobilisasi
4. Upaya pencegahan akibat imobilisasi
5. Penatalaksanaan Imobilisasi
III. Metode
a. Demonstrasi
b. Tanya Jawab
IV. Media
a. Leaflet
V. Materi
 Pengertian imobilisasi
 Penyebab dan Faktor predisposisi imobilisasi
 Dampak imobilisasi
 Upaya pencegahan akibat imobilisasi
 Penatalaksanaan Imobilisasi
VI. Pelaksanaan
KEGIATAN
NO. WAKTU KEGIATAN PESERTA
PENYULUHAN
1. 2 menit Pembukaan
1. Penyampaian salam 1. Membalas salam
2. Perkenalan 2. Mendengarkan
3. Menjelaskan topik 3. Mendengarkan
penyuluhan 4. Mendengarkan
4. Menjelaskan tujuan 5. Mendengarkan dan
5. Kontrak waktu menyetujui
2. 25 menit Penyajian materi
1. Menggali pengetahuan 1. Menjawab pertanyaan
dan pemahaman dan mengemukakan
sasaran penyuluhan pendapat
mengenai imobilisasi 2. Memperhatikan dan
dan dampak dari mendengarkan
imobilisasi 3. Memperhatikan dan
2. Menjelaskan materi: mendengarkan
1) Pengertian 4. Memperhatikan dan
imobilisasi mendengarkan
2) Penyebab 5. Memperhatikan dan
imobilisasi dan mendengarkan
Faktor predisposisi
imobilisasi
3) Dampak imobilisasi
4) Upaya pencegahan
akibat imobilisasi
5) Penatalaksanaan
mobilisasi
3. Demonstrasi cara
melakukan mobilisasi
4. Memberikan
kesempatan untuk
peserta mengajukan
pertanyaan untuk
materi yang belum
dipahami
5. Menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh
peserta
3. 10 menit Evaluasi
1. Mengevaluasi kembali 1. Menjawab pertanyaan
pengetahuan peserta
mengenai materi yang
telah disampaikan
2. Meminta peserta
mempraktekkan latihan
mobilisasi.

4. 3 menit Terminasi
1. Menyimpulkan hasil 1. Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
2. Mengucapkan terima 2. Memperhatikan dan
kasih mendengarkan
3. Mengakhiri dengan 3. Menjawab salam
salam

VII. Pengorganisasian
1. Moderator :
2. Penyaji
ROM :.
Fasilitatator :
3. Observer :

VIII. Setting Tempat


: Moderator
: Penyuluh : Audiens

: Moderator : Fasilitator
IX. Uraian tugas
Moderator : Membuka dan memimpin jalanya acara dimulai dari
pembukaan, penyampaian materi, evaluasi, dan
yang terakhir terminasi.
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan yang dimulai
dari menggali pengetahuan peserta tentang
mobilisasi pasca operasi dan sesi diskusi (tanya
jawab).
Fasilitator : Memfasilitasi jalanya acara penyuluhan agar dapat
berjalan dengan baik.
Observer : Mengobservasi jalannya acara penyuluhan dari
awal sampai akhir, mengobservasi performa
penyuluh, mencatat pertanyaan dan mengobservasi
keantusiasan peserta penyuluhan.
X. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP
c. Kesiapan media: Leaflet
d. Penyelenggaraan
penyuluhan dilakukan oleh mahasiswa
e. Tempat dan alat
tersedia sesuai perencanaan
f. Peserta hadir ditempat
penyuluhan
g. Penyelenggaraan
penyuluhan dilaksanakan di Ruang Pandan I RSUD Dr.
Soetomo
h. Pengorganisasian
penyelenggaraan penyuluhan dilakukan pada hari sebelumnya.
b. Evaluasi Proses
a. Fase dimulai sesuai
dengan waktu yang direncanakan.
b. Peserta antusias terhadap
materi yang disampaikan oleh penyaji
c. Peserta terlibat aktif
dalam kegiatan penyuluhan
d. Peserta mengajukan
pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
e. Suasana penyuluhan
tertib
f. Tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan
c. Evaluasi Hasil
a. Peserta yang hadir sesuai
jumlah absensi kehadiran
b. Peserta memahami materi
yang telah disampaikan oleh penyaji
c. Ada umpan balik positif
dari peserta seperti dapat menjawab pertanyaan dengan benar
yang diajukan penyaji serta mempraktekkan latihan mobilisasi
yang benar.
MATERI PENYULUHAN
IMOBILISASI DAN LATIHAN MOBILISASI
1. Pengertian Mobilisasi dan Imobilisasi
Mobilisasi merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito,2000).
Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah teratur dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilasasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau
aktivitas, misalnya mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat
disertai fraktur ekstremitas, dan sebagainya.
2. Penyebab Imobilisasi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan dan masalah psikologis. Rasa nyeri,
baik dari tulang (osteoporosis, osteomalasia, Paget’s Disease, metastase
kanker tulang) trauma sendi (osteoartritis, artritis reumatoid, gout), otot
(polimialgia, pseudoclaudication) atau masalah pada kaki dapat
menyebabkan imobilisasi. Rasa lemah sering kali disebabkan oleh
malnutrisi, gangguan elektrolit, tidak digunakannya otot, anemia,
gangguan neurologis atau miopati. Osteoartritis merupakan penyebab
utama kekakuan pada lanjut usia. Penyakit Parkinson, artritis reumatoid,
gout dan obat – obatan antipsikotik seperti haloperidol juga dapat
menyebabkan kekakuan. Ketidakseimbangan dapat disebabkan karena
kelemahan, faktor neurologis (stroke, kehilangan refleks tubuh, neuropati
DM, malnutrisi dan gangguan vestibuloserebral), hipotensi ortostatik,
atau obat-obatan (diuretik, antihipertensi, neuroleptik dan antidepresan
(Setiati, 2006).
3. Faktor Predisposisi
Berbagai perubahan terjadi pada system muskuloskeletal, meliputi
tulang keropos (osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon,
keterbatasan gerak, penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot,
terjadi pada proses penuaan.
Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago
sendi mengalami degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan
menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang
(Ario Tejo, 2009).
Istirahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas
metabolisme umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas
fungsional sistem tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis sindrom
imobilisasi. Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk
apa imobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh:
1. Cedera tulang
Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang
(fraktur) tentu akan menghambat pergerakan.
2. Penyakit saraf
Adanya stroke, penyakit parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi
juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan
imobilisasi.
3. Penyakit jantung dan pernapasan
Penyakit jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan
sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan
pada organ – organ tersebut akan mengurangi mobilisasinya. Ia
cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.
4. Gips ortopedik dan bidai.
5. Penyakit kritis yang memerlukan istirahat.
6. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk atau
berbaring.
7. Keadaan tanpa bobot diruang hampa, yaitu pergerakan tidak dibatasi,
namun tanpa melawan gaya gravitasi.

4. Dampak Imobilisasi
A. Dampak perubahan tubuh akibat imobilisasi
Dampak dari immobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi sistem
tubuh, seperti perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi
gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan krdiovaskular,
perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi
(buang air besar dan kecil), vertigo (pusing tujuh keliling).
Respon Fisiologis Terhadap Imobilitas
1. Muskuloskeletal
a. Gangguan Muskular : Menurunnya massa otot sebagai dampak
immobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
b. Gangguan Skeletal : Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis. Paling sering muncul pada klien imobil, Kekuatan
otot menurun,Penurunan masa otot/atropi. Osteoporosis terjadi
akibat menurunnya aktivitas otot gangguan endokrin dan
metabolisme. Kontraktur (panggul, tumit dan punggung kaki.
2. Cardiovaskular
Perubahan sistem kardiovaskuler akibat immobilisasi antara lain
dapat berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan
terjadinya pembentukan trombus. Reflek neurovaskular menurun
vasokonstriksi darah terkumpul pada vena bagian bawah tubuh aliran
darah ke system sirkulasi pusat terhambat perfusi serebral menurun
pusing/sakit kepala hebat, pingsan.
3. Respiratori
Akibat immobilisasi, kadar heamoglobin menurun, ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses
metabolisme terganggu. Ventilasi paru terganggu pergerakan dada
dan ekspansi paru terbatas pernafasan dangkal. Aliran darah ke paru-
paru terganggu : pertukaran gas menurun. Lemahnya oksigenasi dan
retensi CO2 dalam darah Asidosis respiratory. Sekresi mucus lebih
kental dan menempel sepanjang trac.respiratorius kelemahan otot
thorax ketidakmampuan inhalasi maximal, gerakan menurun
mekanisme batuk terganggu, mucus jadi statis, media berkembang
bakteri : infeksi Trat.respiratory bagian bawah.
4. Metabolik dan nutrisi
a. BMR turun
b. Kebutuhan energi tubuh, motilitas gastrointestinal dan sekresi
kelenjar digestive menurun.
c. Proses katabolisme lebih besar daripada anabolisme nitrogen
balance negative
d. Anorexia malnutrisi
e. Hipoproteinemia edema
5. Urinary
Kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urine berkurang. pengaruh gaya gravitasi
menghambat pengosongan urine di ginjal dan kandung kemih secara
komplit urine statis media berkembangnya bakteri infeksi Resiko
terjadi “Renal Calculi” karena kenaikan Ca dalam urine. Batu ginjal
nyeri hebat, perdarahan dan obstruksi
6. Eliminasi Fecal
a. Motilitas kolon dan perstaltic menurun, sphincter konstriksi
konstipasi
b. Kelemahan otot skeletal akan mempengaruhi otot abdominal dan
perineal yang digunakan untuk defekasi
7. Integumen
a. Elastisitas kulit menurun
b. Ischemia dan nekrosis jaringan supervisial : luka dekubitus
8. Vertigo
Terjadi Vertigo, karena seseorang terlalu lama berbaring, sehingga
aliran darah ke otak berkurang, serta mempengaruhi nervus
vestibularis.

B. Dampak immobilitas bagi psikologis


Berbagai masalah baik fisik maupun psikologis dapat terjadi akibat
keadaan immobilisasi. Masalah psikologis yang dapat terjadi antara lain:
pasien mengalami penurunan motivasi belajar, yang mana mereka sering
tidak memahami pendidikan kesehatan yang diberikan maupun sulit
menerima anjuran- anjuran.
Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam
berbagai cara misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan
lebih lanjut pasien mengalami perubahan konsep diri serta memberikan
reaksi emosi yang sering tidak sesuai dengan situasi.
Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampak
immobilisasi karena selama preses immobilisasi seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain -lain.
Selain itu juga dapat meningkatkan respon emosional, intelektual,
sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum
adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun
dan gangguan koping.
5. Penatalaksanaan
Dalam mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat, perawat
mengangkat klien dengan benar, menggunakan teknik posisi yang tepat,
dan memindahkan klien dengan aman dari tempat tidur ke kursi atau dari
tempat tidur ke brankar. Prosedur-prosedur itu digambarkakan dalam
bagian ini sebagai prinsip mekanika tubuh untuk menjaga atau
memperbaiki kesejajaran tubuh.
Teknik mengangkat. Angka cedera dalam pekerjaan meningkat pada
tahun-tahun terakhir, dan lebih dari setengahnya adalah cedera punggung
yang langsung akibatnya teknik mengangkat dan membungkuk yang
tidak tepat (owen dan Garg, 1991). Kebanyakan cedera punggung yang
terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbal, termasuk otot
disekitar vertebra lumbal (Owen dan Gerg, 1991).
Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan
mengangkat klien atau objek yang akan di angkat dengan menggunakan
kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini :
1. Posisi beban. Beban yang akan diangkat sedekat mungkin dengan
pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti diatas ketika
perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada
dalam potongan sama (Stamps,1989).
2. Tinggi objek. Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertikal
adalah sedikit diatas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung
disamping (Owen dan Greg, 1991).
3. Posisi tubuh. Ketika posisi tubuh mengangkat yang berbeda, maka
petunjuk umum berikut mampu dipakai sebagian besar keadaan.
Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok
otot-otot multipel bekerja sama dengan cara yang sinkron.
4. Berat maksimum. Setiap perawat harus mengetahui berat maksimum
yang aman untuk diangkat aman bagi perawat dan klien. Objek yang
terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35%
berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang
beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat klien imobilisasi yang
beratnya 45,5 kg. Meskipun nampaknya perawat mungkin mampu
melakukannya, hal ini akan beresiko jatuh atau menyebabkan cedera
punggung perawat.
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika
mendapatkan perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien,
pemudahan perawatan dan pemberian obat, menghindari terjadinya
pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh tertentu.
1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan
mobilitas pasien
Tujuan :
a. Mempertahankan kenyamanan
b. Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
2. Memindahkan pasien ke tempat tidur / ke kursi roda
Tujuan :
1) Melakkukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
3. Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
6. Upaya pencegahan Dampak Imobilisasi
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mencegah dampak dari
imobilisasi meliputi penatalaksanaan farmakologik dan non farmakologik
menurut Govinda dan Setiati (2009):
1). Non Farmakologis
a). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa terapi fisik
dan latihan jasmani secara teratur. Pada pasien yang mengalami
tirah baring total, perubahan posisi secara teratur dan latihan di
tempat tidur Selain itu, mobilisasi dini berupa turun dari tempat
tidur, berpindah dari tempat tidur ke kursi dan latihan fungsional
dapat dilakukan secara bertahap.
b). Untuk mencegah terjadinya dekubitus, hal yang harus dilakukan
adalah menghilangkan penyebab terjadinya ulkus yaitu bekas
tekanan pada kulit. Untuk itu dapat dilakukan perubahan posisi
lateral 30o, penggunaan kasur anti dekubitus, atau menggunakan
bantal berongga.
c). Untuk mencegah terjadinya penumpukan secret dilakukan
pemberian nebulizer, suction dan melakukan fisioterapi seperti
clapping dan vibrasi untuk mengeluarkan secret. Pada pasien
yang memiliki respon batuk dapat diajarkan untuk batuk efektif.
d). Pada pasien dengan kursi roda dapat dilakukan reposisi tiap jam
atau diistirahatkan dari duduk. Melatih pergerakan dengan
memiringkan pasien ke kiri dan ke kanan serta mencegah
terjadinya gesekan juga dapat mencegah dekubitus. Pemberian
minyak setelah mandi atau mengompol dapat dilakukan untuk
mencegah maserasi.
e). Kontrol tekanan darah secara teratur dan penggunaan obat‐
obatan yang dapatmenyebabkan penurunan tekanan darah serta
mobilisasi dini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipotensi.
f). Monitor asupan cairan dan makanan yang mengandung serat
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya konstipasi. Selain itu
juga perlu dilakukan evaluasi dan pengkajianterhadap kebiasaan
buang air besar pasien. Pemberian nutrisi yang adekuat seperti
tinggi protein dan serat perlu diperhatikan untuk mencegah
terjadinya malnutrisi pada pasien imobilisasi.
2). Farmakologis

Tata laksana farmakologis yang dapat diberikan terutama


pencegahan terhadap terjadinyatrombosis. Pemberian antikoagulan
yaitu Low dose heparin (LDH) dan low molecular weight heparin
(LMWH) merupakan profilaksis yang aman dan efektif untuk pasien
geriatri dengan imobilisasi namun harus mempertimbangkan fungsi
hati, ginjal dan interaksi dengan obatlain.

7. ROM (RANGE OF MOTION)


1. Definisi ROM
ROM adalah gerakan dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh
sendi yang bersangkutan (Suratun, 2008). Latihan range of motion
(ROM) merupakan istilah baku untuk menyatakan Batasan gerakan
sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan
ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal. (Arif,
M, 2008).
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan persendian atau memperbaiki tingkat kesempurnaan
kemampuan menggerakkan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan massa otot (Potter & Perry, 2005).
Dengan pemberian terapi fisik seperti ini, latihan ROM dapat
membantu mempertahankan, dan mencegah otot dari pemendekan
(kontraktur) dan terjadinya kecatatan (Sunardi, 2006).
2. Tujuan ROM
ROM bertujuan untuk:
a. Mempertahankan fungsi sendi
b. Mencegah atau pencegahan dini terjadinya kontraktur
c. Memfasilitasi kekuatan otot, fleksibilitas
d. memperlancar aliran darah
3. Jenis ROM
Ada dua jenis latihan range of motion (ROM), yaitu:
a. Latihan pasif
ROM pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal
dari orang lain (perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan
gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang mormal,
kekuatan otot 50%.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan
beberapa atau semua latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien
tirah baring total atau paralisis ekstremitas total (Suratun, dkk,
2008).
b. Latihan aktif
ROM aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh pasien dengan
menggunakan energi sendiri. Perawat memberikan motivasi , dan
bimbingan dalam melakukan pergerakan sendiri secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal , kekuatan otot 75%.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang
digerakkan pada Rom aktif adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala
sampai ujung kaki oleh pasien sendiri secara aktif.
4. Panduan latihan ROM
Range of motion sebaiknya dilakukan 7-10 kali dan dikerjakan minimal
dua kali sehari. Lakukan pelan-pelan dan hati-hati, jangan sampai
melelahkan pasien.
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan
5. Teknik latihan ROM
No Jenis Tujuan Indikasi

1 Pasif - Mempertahankan - Inflamasi akut dan


mobilitas sendi dan imobilisasi
- Koma, kelumpuhan,
jaringan ikat
- Meminimalisir efek dari bedrest total
pembentukan kontraktur
- Mempertahan elastisitas
mekanis dari otot
- Membantu kelancaran
sirkulasi
- Meningkatkan
pergerakan synovial
untuk nutrisi tulang
rawan serta difusi
persendian
2 Aktif - Memelihara elastisitas - Ada kontraksi otot
dan kontraktilitas yang aktif
- Mampu
fisiologis dari otot yang
menggerakan ruas
terlibat
- Memberikan umpan sendi tanpa bantuan
balik sensoris dari otot
yang berkontraksi
- Memberikan rangsangan
untuk tulang dan
integritas jaringan
persendian
- Meningkatkan sirkulasi
- Mengembangkan
koordinasi dan
keterampilan motorik

1). Pergerakan sendi pilihan

Bangian tubuh – tipe sendi/pergerakan Ilustrasi

Leher-sendi Putar

Fleksi: gerakan kepala dari posisi tegak di garis


tengah kearah depan sehingga dagu klien menyentuh
dada (gambar 42-2)

Ekstensi: gerakan kepala dari posisi fleksi ke posisi


tegak (gambar 42-2)

Hiperekstensi: gerakan kepala dari posisi tegak kea


rah belakang sejauh mungkin (gambar 42-2)

Fleksi lateral: gerakan kepala kea rah lateral kanan


dan kiri bahu ( 42-3)

Rotasi: palingkan wajah sejauh mungkin kearah


kanan dan kiri (42-4)
Bahu-Sendi Peluru

Fleksi: angkat setiap lengan dari posisi di samping


tubuh kearah depan ke atas posisi di samping kepala
(42-5)

Ekstensi: gerakan setiap lengan dari posisi vertical


di samping kepala menuju kea rah depan dan ke
bawah ke posisi istirahat di samping tubuh (42-5)

Hiperekstensi: gerakan setiap lengan dari posisi


istirahat di samping tubuh ke belakang tubuh (42-5)

Abduksi: gerakan setiap lengan kea rah lateral dari


posisi istirahat di samping tubuh ke posisi samping
diatas kepala, telapak tangan menjauh dari kepala

Abduksi (anterior): gerakan setiap lengan dari posisi


di samping tubuh menyilang bagian depan tubuh
sejauh mungkin (42-6). Siku dapat diluruskan atau
ditekuk

Sirkumduksi: gerakan setiap lengan ke depan, ke


atas, ke belakang, dan ke dalam gerakan lingkaran
penuh (42-7)

Rotasi eksternal: letakkan lengan di samping tubuh


setinggi bahu dan siku ditekuk membentuk sudut
siku-siku, jari-jari menunjuk ke bawah, gerakan
lengan kea raj atas sehingga jari jari menunjuk kea
rah atas (42-8)

Rotasi Internal letakkan lengan di samping tubuh


setinggi bahu dan siku ditekuk membentuk sudut
siku-siku. Jari-jari menunjuk ke atas, gerakan lengan
kearah depan dan bawah sehingga jari-jari menunjuk
kebawah (42-8)

Siku – sendi engsel

Fleksi: gerakan setiap lengan bawah kearah depan


dan keatas sehingga tangan berada di bahu (42-9)

Ekstensi: gerakan setiap lengan bawah kearah depan


dan ke bawah, luruskan lengan (42-9)
Rotasi untuk supinal: gerakan setiap tangan dan
lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap
ke atas (42-10)

Rotasi untuk pronasi: gerakan setiap tangan dan


lengan bwah sehingga telapak tangan menghadap ke
bawah (42-10)

Pergelangan tangan – sendi kondiloid

Fleksi: gerakan jari setiap tangan kea rah dalam


lengan bawah (42-11)

Ekstensi: luruskan setiap tangan ke permukaan yang


sama seperti lengan (42-11)

Hiperekstensi: tekuk jari-jari setiap tangan ke


belakang sejauh mungkin (42-12)

Fleksi radialis (abduksi): tekuk setiap pergelangan


tangan kea rah lateral menuju ke samping ibu jari
dengan tangan supinasi (42-13)

Fleksi ulnaris (aduksi): tekuk setiap pergelangan


tangan kea rah lateral menuju jari kelingking dengan
tangan supinal (42-13)

Tangan dan jari: sendi Metakarpofalangeal –


kondiloid – sendi interfalageal – engsel.

Fleksi: buat sebuah kepalan pada setiap tangan (42-


14)

Ekstensi: luruskan jari-jari di setiap tangan (42-14)

Hiperekstensi: tekuk jari-jari di setiap tangan kea rah


belakang sejauh mungkin (42-14)

Abduksi: regangkan jari-jari tangan (42-15)

Aduksi: rapatkan jari-jari tangan (42-15).


Ibu jari – sendi pelana

Fleksi: gerakan setiap ibu jari menyilang permukaan


telapak tangan kearah jari kelingking (42-16)

Ekstensi: gerakan setiap ibu jari menjauhi tangan


(42-16)

Abduksi: gerakan setiap ibu jari kea rah lateral (42-


17)

Aduksi: gerakan setiap ibu jari kembali ke tangan


(42-17)

Oposisi: sentuhkan ibu jari ke bagian atas jari di


tangan yang sama. Pergerakan sendi ibu jari terdiri
atas abduksi, rotasi dan fleksi (42-18)
Panggul – sendi peluru

Fleksi: gerakan setiap tungkai ke depan dank e atas.


Lutut dapat diekstensikan atau difleksikan (42-19)

Ekstensi: gerakan setiap tungkai kembali ke samping


tungkai yang lain (42-20)

Hiperekstensi: gerakan setiap kaki kembali ke


belakang tubuh (42-20)

Abduksi: gerakan setiap tungkai kea rah luar sisi


tubuh (42-21)

Aduksi: gerakan setiap tungkai ke tungkai yang lain


sampai melebihi bagian depan tungkai tersebut (42-
21)

Sirkumduksi: gerakan setiap tungkai ke belakang, ke


atas, ke samping, dank e bawah membentuk sebuah
lingkaran (42-22)

Rotasi internal: gerakan setiap kaki dan tungkai


kearah dalam sehingga ibu jari kaki mengarah
sejauh mungkin kea rah tungkai yang lain (42-23)

Rotasi eksternal: gerakan setiap kaki dan tungkai


kea rah luar sehingga ibu jari kaki mengarah sejauh
mungkin menjauhi tungkau yang lain (42-23)
Lutut sendi engsel

Fleksi: tekuk setiap tungkai, gerakan tumit ke bagian


belakang paha (42-24)

Ekstensi: luruskan setiap tungkau, kembalikan kaki


ke posisinya di samping kaki yang lain (42-24)

Tungkai – sendi engsel


Ekstensi (plantar fleksi): arahkan jari kaki pada
setiap kaki ke arah bawah (42-25)

Fleksi (dorsifleksi): arahkan jari kaki pada setiap


kaki ke arah atas (42-25)

Kaki – geser

Eversi: gerakan telapak kaki setiap kaki kea rah


lateral (42-26)

Inversi gerakan telapak kaki setiap kaki kea rah


medial (42-26)

Jari kaki

Fleksi: letakkan sendi jari kaki pada setiap kaki ke


arah bawah (42-27)

Ekstensi: luruskan jari kaki di setiap kaki (42-27)

Batang tubuh – sendi geser

Fleksi: tekuk batang tubuh menuju jari kaki (42-48)

Ekstensi: luruskan batang tubuh dari posisi fleksi


(42-28)

Hiperekstensi: tekuk batang tubuh ke belakang (42-


28)

Fleksi lateral: tekuk batang tubuh ke bagian kanan


dan kiri (42-29)

Rotasi: gerakkan bagian atas tubuh dari sisi tubuh ke


sisi tubuh lain secara bergantian (42-30)
DAFTAR PUSTAKA
Suratun. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Seri Asuhan
Keperawatan. Editor: Monika Ester. Jakarta: EGC.
Suriadi & Yuliana, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:
Sagung Seto.
Potter, P.a, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa:
Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: ECG
DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN

Tempat: Ruang Pandan I


Hari/tanggal : Jum’at, Februari 2018
Jam/Waktu : 35 menit

No Nama peserta Alamat TTD


1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
LEMBAR OBSERVASI PELAKSANAAN PENYULUHAN MAHASISWA
PROGRAM PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA

Kriteria Stuktur √ Kriteria Proses √ Kritera Hasil √


a. Kontrak waktu dan Pembukaan: a. Peserta hadir
b. Acara dimulai
tempat diberikan a. Mengucapkan salam dan
tepat waktu
satu hari sebelum memperkenalkan diri
c. Peserta mengikuti
acara dilakukan b. Menyampaikan tujuan dan
acara sesuai
b. Pengumpulan SAP maksud penyuluhan
dengan aturan
dilakukan satu hari c. Menjelaskan kontrak waktu dan
yang disepakati
sebelum mekanisme d. Peserta
pelaksanaan d. Menyebutkan materi penyuluhan memahami
penyuluhan materi yang telah
c. Peserta hadir pada Pelaksanaan: disampaikan dan
tempat yang telah a. Menggali pengetahuan dan menjawab
ditentukan Pengalaman sasaran penyuluhan pertanyaan
d. Pengorganisasian tentang imobilisasi dan latihan dengan benar
penyelenggaraan mobilisasi
penyuluhan b. Menjelaskan materi penyuluhan
dilakukan sebelum berupa :
dan saat penyuluhan 1. Pengertian imobilisasi
dilaksanakan 2. Penyebab dan Faktor
predisposisi imobilisasi
Pengorganisasian 3. Dampak imobilisasi
penyelenggaraan 4. Upaya pencegahan akibat
penyuluhan dilakukan imobilisasi
sebelum dan saat 5. Penatalaksanaan Imobilisasi
penyuluhan c. Memberikan kesempatan kepada
dilaksanakan sasaran penyuluhan untuk
mengajukan pertanyaan mengenai
materi yang disampaikan
d. Menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh peserta penyuluhan
e. Peserta antusias dalam mengikuti
penyuluhan
f. Peserta mendengarkan dan
memperhatikan penyuluhan
dengan seksama
Catatan Evaluasi :

Surabaya, Februari 2018


Observer

(..................................................)
LEMBAR NOTULEN

Kegiatan : Penyuluhan Imobilisasi dan Latihan mobilisasi


Topik : Imobilisasi dan Latihan mobilisasi
Hari, Tanggal : Jum’at, Februari 2018
Tempat: Ruang Pandan I
Waktu : 35 menit

Kegiatan Diskusi

1. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
2. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
3. Nama Penanya
................................................................................................................................................
Pertanyaan
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
Jawaban
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................

Surabaya, Februari 2018


Notulen

(..................................................)

You might also like