You are on page 1of 10

‫‪TAAT KEPADA PEMERINTAH‬‬

‫‪Oleh: Abu Qatadah‬‬

‫‪KHUTBAH PERTAMA:‬‬

‫ت ْأيعماَلهنهيهاَ ْمهن ْيههههدهه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬


‫إهين ْاهليهمهيده ْلهه ْ يهنيمهفدفه ْيونَيهسهتْي هعيهنففه ْيونَيهسهتْيههغففرفه ْيونَيهعفههوفذ ْبهههاَل ْمههن ْفشهفرهوهر ْأينَههفسهيناَ ْيويسهيييئاَ ه ي ي ه ي ه‬
‫ل ْالهفه ْيوأيهشهيهفد ْأيين ْفمييمهددا ْيعهبهفدفه ْيويرفسههولففه ْ‬ ‫ي ْليفه ْأيهشيهفد ْأيهن ْيل ْإهلهيه ْإه ي‬ ‫ضلهل ْفي ي ه‬ ‫ال ْفي ي ه‬
‫ل ْيهاَد ي‬ ‫ل ْفمضيل ْليفه ْيويمهن ْيف ه ه‬ ‫ف‬
‫صه ه هيحاَبههه ْيويمه ه ههن ْتيبهيعفهه ه ههم ْبههإهحيسه ههاَنن ْإهيله هه ْييه ه ههوهم ْاله ه هيدهين‪ْ .‬‬ ‫هه‬ ‫ن‬
‫صه ه هيل ْيويسه ه هليهم ْيعله ههى ْفمييمه ه هد ْيويعله ههى ْآله ه هه ْهوأي ه‬ ‫ياللفهه ه هيم ْ ي‬
‫ل ْيوأينَههتْهف ه ه ه ه ه ه ههم ْفمهسه ه ه ه ه ه ه هلهفمهوين ْ‬
‫يياَيأيهييهه ه ه ه ه ه ههاَ ْالهيه ه ه ه ه ه هيذيهين ْآيمنفه ه ه ه ه ه ه ههوا ْاتيهفقه ه ه ه ه ه ه هوا ْاليه ه ه ه ه ه هه ْيحه ه ه ه ه ه ه هيق ْتفهيقه ه ه ه ه ه ههاَتههه ْيويل ْيتهفه ه ه ه ه ه ههوتفين ْإه ي‬
‫ث ْهمهنهفهيمههاَ ْهريجههاَلد‬ ‫س ْيواهح هيدنة ْيويخليهيق ْهمهنهيهههاَ ْيزهويجيهههاَ ْيوبيه ي‬ ‫س ْاتيهفق ههوا ْيربيفك هفم ْاليههذي ْيخلييقفك ههم ْهم ههن ْنَيههف ه ن‬ ‫يياَيأيهييهههاَ ْالنيههاَ ف‬
‫يكههثيه ه ه ه هدرا ْيونَهيسه ه ه ههاَدء ْيواتيهفقه ه ه ه هوا ْاليه ه ه هه ْالهي ه ه ه ههذي ْتييسه ه ه ههاَءيلفهوين ْبهه ه ه ه ههه ْيواهليهريحه ه ه ههاَمي ْ ْإهين ْاليه ه ه هه ْيكه ه ه ههاَين ْيعليهيفكه ه ه ه ههم ْيرقههيبده ه ه ههاَ ْ‬
‫صهلههح ْليفكههم ْأيهعيمههاَليفكهم ْيوييههغهفهرليفكههم ْذفنَفههوبيفكهم ْيويمههن ْيفهطههع‬ ‫ه‬
‫ل ْيوقفههولفهوا ْقيههودل ْيسهديهددا ْيف ه‬
‫ه‬
‫يياَيأيهييهاَ ْاليذيهين ْآيمنفههوا ْاتيهفقوا ْا ي‬
‫ل ْيويرفسهوليفه ْفيهيقهد ْيفاَيز ْفيههودزا ْيعهظهيدماَ‪ْ ،‬أييماَ ْبيههعفد ْ‪...‬‬ ‫اي‬
‫ص هيلى ْالهه ْيعليهي ههه ْيويس هلييم‪ْ ،‬يويش هير ْاهلففم ههوهر‬ ‫ن‬ ‫ه‬ ‫ث ْكهتْيههاَ ه‬ ‫فيههأين ْأيص هيديق ْاهل ههدي ه‬
‫ى ْفمييم هد ْ ي‬ ‫خيه هير ْاهلهيههدى ْيه ههد ف‬ ‫ب ْالهه‪ْ ،‬يو ي ه‬ ‫ف‬ ‫ي ه‬ ‫ه‬
‫ضليليهة ْهف ْاليناَهر‪.‬‬ ‫ضليليدة‪ْ ،‬يوفكيل ْ ي‬
‫ن‬ ‫ن‬
‫فهميديثاَتفهيهاَ‪ْ ،‬يوفكيل ْ فهميدثية ْبههديعةة ْيوفكيل ْبههديعة ْ ي‬

‫‪Kaum Muslimin Rahimakumullah‬‬

‫‪Marilah kita bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan‬‬


‫‪nikmat kepada kita, nikmat yang amat banyak, berupa nikmat Iman,‬‬
‫‪Islam, nikmat Sunnah dan nikmat sehat, sehingga kita masih bisa‬‬
‫‪mendekatkan diri kepadaNya.‬‬

‫‪Hari ini khatib akan berbicara tentang kewajiban seorang Muslim‬‬


‫‪terhadap pemimpinnya. Sebelum kita lebih lanjut menjelaskan‬‬
‫‪bagaimana kewajiban seorang Muslim terhadap pemimpinnya, kita‬‬
‫?‪awali dulu penjelasan siapa mereka Amirul Mukminin‬‬

‫‪Barangsiapa memegang tampuk kekuasaan, dan kondisi sosial‬‬


‫‪menjadi stabil pada saat kekuasaannya, maka dia dinamakan Amirul‬‬
‫‪Mukminin, baik berkuasanya itu dengan cara syar'i atau tidak. Yang‬‬
‫‪dimaksud dengan syar'i adalah amir yang ditunjuk langsung oleh imam‬‬
‫‪sebelumnya, seperti yang terjadi pada kekhilafahan 'Umar bin al-‬‬
‫‪Khaththab, atau dia terpilih melalui musyawarah ahlu halli wa al 'Aqdi,‬‬
seperti 'Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Adapun jalan yang
tidak syar'i adalah dengan menggunakan kekuatan dan senjata
sehingga kondisi sosial stabil di tangannya, maka dia juga dinamakan
Amirul Mukminin yang wajib kita taati.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata, "Barangsiapa yang menang


atas peperangan dengan menggunakan pedang sehingga ia menjadi
seorang khalifah (pemimpin) yang dinamakan Amirul Mukminin, maka
haram bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk
melewati malamnya dengan tidak menganggapnya sebagai seorang
pemimpin, baik dia orang yang shalih maupun jahat." (Al-Ahkam as-
Sulthaniyah karya Abu Ya'la.)

Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah

Ahlu Sunnah wal Jama'ah mempunyai prinsip-prinsip terhadap


penguasa, di antaranya,

1. Meyakini wajibnya bai'at terhadap penguasa.

Ketahuilah bahwa orang yang menjadi khalifah secara sukarela, di


mana manusia sepakat dan ridha kepadanya, atau karena khalifah
tersebut dapat menundukkan mereka dengan kekuatan sehingga ia
menjadi khalifah, maka mereka wajib taat kepadanya dan haram keluar
dari ketaatan kepadanya. Nabi ‫ صلي ال عليه وسلم‬bersabda,

‫ت ْهمهيتْيهةد‬ ‫هه‬ ‫ه ه‬ ‫ن ه‬ ‫ه‬


‫س ْهف ْعفنفقهه ْبيههيهيعهةة ْيمهاَ ي‬
‫ت ْيوليهيه ي‬
‫يمهن ْيخلييع ْييددا ْمهن ْيطاَيعة ْليقيي ْاللييه ْييههويم ْالهقيياَيمة ْيل ْفحججية ْليفه ْيويمههن ْيمهاَ ي‬
ْ .‫يجاَههلهيجدة‬
"Barangsiapa melepaskan ketaatan (dari penguasa) niscaya ia akan
menjumpai Allah dalam kondisi tanpa memiliki hujjah. Dan barang
siapa meninggal tanpa ikatan bai'at maka kematiannya seperti
kematian jahiliyyah." (HR. Muslim).

Hadits yang mulia ini menunjukkan wajibnya berbai'at kepada


seorang penguasa yang telah mampu mengendalikan kondisi sosial di
bawah kekuasaannya, dan haram untuk keluar dari ketaatan terhadap
penguasa tersebut; baik dia shalih atau fajir.

Kewajiban bagi setiap Muslim yang berada di bawah seorang


penguasa Muslim yang telah disepakati oleh kaum Muslimin bahwa ia
sebagai penguasa, atau dapat menundukkan dengan pedangnya,
hendaknya berbai'at kepadanya dan meyakini wajibnya berbai'at
kepadanya. Barangsiapa yang tidak mempunyai niatan untuk ber-bai'at
kepadanya atau tidak meyakini kewajibannya, maka ketika dia mati,
maka kematiannya sama dengan kematian orang-orang jahiliyah.

Satu hal yang wajib kami perjelas di sini, adanya salah penafsiran
terhadap hadits di atas dari beberapa kelompok pergerakan, yaitu bai'at
yang ditujukan kepada pemimpin para jama'ah tersebut, dan
mewajibkan kepada setiap individu untuk mengadakan jabat tangan
secara langsung kepada pemimpin-pemimpin mereka, dan barangsiapa
yang tidak melaksanakannya, maka dianggap kafir atau tidak layak
untuk mendapatkan loyalitas. Ini merupakan pemahaman yang batil
(keliru).

Bai'at itu hanyalah kepada khalifah atau Amirul Mukminin, tidak


kepada yang lainnya, dan tidak berarti setiap kaum Muslimin harus
mendatangi Amirul Mukminin atau wakilnya untuk berjabat tangan, tapi
cukup untuk meniatkan dan meyakini kewajibannya. Sebab tidak
pernah diceritakan bahwa ketika Abu Bakar, Umar, Utsman, atau Ali bin
Abi Thalib menjadi khalifah, kaum Muslimin berbondong-bondong
mendatangi mereka untuk berjabat tangan, tapi yang membai'at
mereka secara langsung hanyalah ahlul halli wal 'aqdi.

2. Menaati mereka dalam perkara yang ma'ruf

Termasuk dari prinsip Ahlus Sunnah wal Jama'ah, mereka


berpendapat bahwa wajib taat kepada pemimpin kaum Muslimin selama
mereka tidak menyuruh kepada kemaksiatan. Allah Ta’ala berfirman,

‫يياَ ْأييهديهاَ ْالجهذيين ْآيمنفوها ْأيهطيعفهوها ْالليهيه ْيوأيهطيعفهوها ْالجرفسهويل ْيوأفهوهلهه ْاليهمههر ْهمنفكههم ْفيههإن ْتيهنيهاَيزهعتْفهم ْهف ْيشههينء ْفيه فرددوفه ْإهيله‬
‫ه‬ ‫ه‬
‫خيهةر ْيوأيهحيسفن ْتيأههوي د‬
ْ ‫ل‬ ‫ك ْ ي ه‬‫الليهه ْيوالجرفسوهل ْهإن ْفكنتْفهم ْتفههؤهمفنوين ْهباَلليهه ْيواهلييههوم ْالهخهر ْذيل ي‬
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-
Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan Hari Kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya." (An-Nisa`: 59).

Nabi ‫ صلي ال عليه وسلم‬bersabda,

‫صهيينة ْفييل ْيسههيع‬


‫صهينة ْفيههإهن ْأفهمهر ْهبيع ه‬
‫ي ه‬
‫ه ه‬ ‫ه‬ ‫يعيلى ْالهيمهرهء ْالهفمهسلههم ْالجسههمفع ْيوالجطاَيعهفة ْفههييمههاَ ْأييحه ج‬
‫ب ْيويكههريه ْإجل ْأيهن ْيفههؤيمير ْبيهع ي‬
.‫يويل ْيطاَيعية‬
"Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada
penguasa) pada perkara yang ia sukai dan tidak ia sukai, kecuali jika
diperintahkan berbuat maksiat, jika diperintah berbuat maksiat, maka
tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat." (HR. Al-Bukhari no. 7144;
dan Muslim no. 1839).

Beliau ‫ صلي ال عليه وسلم‬juga bersabda,

ْ .‫ل ْيوالجسهمهع ْيوالجطاَيعهة ْيوإههن ْيعهبةد ْيحبيهشيي‬


‫أفوهصيفكم ْبهتْيههقوى ْا ه‬
‫ه ه ه ي‬
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah,
mendengar dan taat walaupun (yang memerintah adalah) seorang
budak Habasyi (yang hitam)." (HR. At-Tirmidzi no. 2676 dan lainnya,
serta dishahihkan al-Albani).

Dan beliau ‫ صلي ال عليه وسلم‬juga bersabda,

‫صههى ْالليهيه ْيويمههن ْيفهطههع ْاهليه همي هير ْفيهيقههد ْأيطهيهاَيعهن ْيويمههن ْييههعه ه‬
‫ص‬ ‫ه‬
‫ع ْاللييه ْيويمههن ْييههعصه ه هن ْفيهيقههد ْيع ي‬
‫يمهن ْأييطاَيع ه هن ْفيهيقهد ْأييطاَ ي‬
‫ه‬
.‫ن‬ ‫اهليه هميهر ْفيهيقهد ْيع ي ه‬
‫صاَ ه‬ ‫ي‬
"Barangsiapa taat kepadaku berarti ia telah menaati Allah, dan
barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia telah bermaksiat kepada
Allah. Dan barangsiapa yang taat kepada amir (yang Muslim) maka ia
taat kepadaku dan barangsiapa bermaksiat kepada amir, maka ia
bermaksiat kepadaku." (Muttafaq Alaih).

Dan tentang ini Ahlus Sunnah sepakat bahwasanya taat kepada


penguasa (pemerintah) adalah wajib. Berikut ini adalah sejumlah
kutipan dari ulama-ulama besar Ahlus Sunnah tentang wajibnya taat
kepada pemimpin dan akibat buruk dari membangkang:

Al-Imam al-Barbahari berkata, "Barangsiapa memegang kekuasaan


dengan kesepakatan kaum Muslimin dan mereka ridha kepadanya,
maka ia adalah Amirul Mukminin. Haram bagi seorang yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir untuk melewati malamnya dengan tidak
menganggapnya sebagai seorang pemimpin, baik dia orang yang shalih
maupun fajir."

Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Para ulama telah sepakat


atas wajibnya taat kepada pemimpin yang menang (dalam
memperebutkan kekuasaan) dan wajib jihad bersamanya. Taat
kepadanya lebih baik daripada membangkang kepadanya, karena hal
tersebut akan mencegah pertumpahan darah dan menciptakan
ketenangan rakyat."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Orang-orang yang
memberontak kepada pemimpin, pasti akan menimbulkan kerusakan
yang lebih besar daripada kebaikannya." (Minhaj as-Sunnah).

Akan tetapi kewajiban taat kepada penguasa tersebut diberi batasan


sendiri oleh Rasulullah ‫ صلي ال عليه وسلم‬dengan sabdanya,

‫ ْإهجيناَ ْالجطاَعفة ْهف ْالهمعرو ه‬،‫ل‬


‫صيهة ْا ه‬
‫ه‬
ْ .‫ف‬ ‫ي هفه‬ ‫ي‬ ‫يل ْيطاَيعية ْهف ْيمهع ي‬
"Tidak boleh taat terhadap perintah bermaksiat kepada Allah,
sesung-guhnya ketaatan itu hanya dalam hal yang ma'ruf." (Muttafaq
Alaih)

3. Memberi nasihat kepada mereka dengan cara yang baik

Rasulullah ‫ صلي ال عليه وسلم‬bersabda,

ْ .‫ضيل ْاهلهيهاَهد ْيكلهيمفة ْيحقق ْهعهنيد ْفسهليطاَنن ْيجاَئهنر‬


‫إهجن ْأيفه ي‬
"Jihad yang paling utama adalah mengatakan ucapan yang haq di
hadapan penguasa yang zhalim." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia
mengatakan bahwa ini adalah Hadits hasan)

Cara menasihati penguasa

Menasihati penguasa hendaklah dengan menggunakan adab dan


retorika tersendiri, jangan sampai disamakan dengan menasihati rakyat
biasa. Hendaklah lemah lembut, secara diam (tidak terang-terangan),
tidak menyebut-nyebut keburukan dan kesalahan mereka di khalayak
ramai dan di atas mimbar. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi ‫صل‬
‫ي ال عليه وسلم‬,

‫ ْفيههإهن ْقيبههيل‬،‫ ْفيهييهخلفهيو ْبهههه‬،‫ ْيولهكههن ْلهييأهفخههذ ْبهييههدهه‬،‫ ْفييل ْيهفهبهد ْليفه ْيعيلنَهييهدة‬،‫صيح ْلههذهي ْفسهليطاَنن ْبهأيهمنر‬‫يمهن ْأييرايد ْأيهن ْييههن ي‬
ْ .‫ ْيوإهجل ْيكاَين ْقيهد ْأيجدى ْالجهذهي ْيعليهيهه ْليفه‬،‫همهنفه ْفييذايك‬
"Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa dengan suatu
perkara, maka janganlah dia menampakkannya secara terbuka, tapi
hendaklah dia menggenggam tangannya dan mengajaknya berduaan
dengan-nya, jika ia menerima darinya, maka itulah yang diharapkan,
dan jika tidak, maka ia telah menunaikan kewajibannya terhadapnya."
(HR. Ahmad no. 15333; dan Ibnu Ashim dalam as-Sunnah no. 1096-
1098 dan berkata al-Albani dalam takhrijnya, 2/523, "Hadits ini shahih
dengan mengumpulkan jalan-jalan periwayatannya.").
Syaikh asy-Syanqithi berkata, "Kaum Muslimin terhadap penguasa
yang zhalim ada tiga kelompok:

Pertama, mampu untuk memberikan nasihat kepadanya, beramar


ma'ruf nahi mungkar kepadanya dengan tidak mendatangkan
kemungkaran yang lebih besar dari sebelumnya, maka nasihat dalam
kondisi seperti ini adalah sebagai bentuk jihad dan menyelamatkan dia
dari dosa walaupun nasihat itu tidak berpengaruh kepadanya. Dan wajib
mengemukakan nasihatnya dengan cara yang baik dan lemah lembut.

Kedua, tidak mampu menegakkan nasihat dikarenakan kezhalimannya


yang begitu parah, dan dapat menimbulkan mudharat yang lebih besar,
maka dalam kondisi seperti ini pengingkarannya hanya dengan hati.

Ketiga, ridha (setuju) atas kemungkaran yang dilakukannya, dengan


demikian orang bersangkutan berserikat dalam dosa dengannya.

Maka perlu diperhatikan oleh orang yang akan menyampaikan


nasihat atau mengingkari kemungkaran seorang penguasa agar
memahami kaidah-kaidah syar'i, maslahat, dan mafsadat yang akan
timbul.

4. Tidak mengadakan kudeta (pemberontakan)

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengharamkan keluar dan memberontak


kepada pemimpin mereka jika pemimpin berbuat dosa selain kekufuran,
hendaklah sabar jika hal tersebut terjadi, karena Nabi ‫صه ه ههلي اله ه ه ه عليه ه ههه وسه ه ههلم‬
memerintahkan agar taat kepada mereka dalam segala hal selain
maksiat, dan tidak boleh memeranginya selama tidak melakukan
kekufuran yang nyata, mereka tidak boleh diperangi sehingga nampak
kekufuran yang nyata dan kejelasan yang dapat dibuktikan. Nabi ‫صههلي اله ه‬
‫ عليه وسلم‬bersabda,

‫ ْيوهشهيرافر ْأيئهجمتْهفكهفم ْالجههذيهين‬،‫صهلدهوين ْيعليهيهههم‬ ‫صهلدهوين ْيعليهيفكههم ْيوتف ي‬


‫ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه هه‬
‫ ْيويف ي‬،‫خييههاَفر ْأيئجمتْفكهفم ْالجهذيهين ْفتبد ههونَيهفههم ْيوفيبد ههونَيفكهم‬
ِ‫ف؟‬ ‫َ ْيه ههاَ ْرسه هويل ْا ه‬:‫ ْقهيه هل‬،‫ ْوتيههلعنف ه هونَيههم ْويههلعنف ه هونَيفكم‬،‫تفهبغهضه هونَيههم ْويهبغهضه هونَيفكم‬
‫ ْأيفييل ْنَهفيناَبهه هفذفهم ْهباَلجسه ههي ه‬،‫له هه‬
‫ه‬ ‫ه ف ه ف ه ي فه ف ه ه ي ي ه ف ه ي ي ي ه ه ه ي ي ي ف ه‬
‫ ْيمهاَ ْأيقهيهاَفمهوا ْفههيفكهفم ْال ج‬،‫َ ْيل‬:‫فيهيقههاَيل‬
‫ ْيوإهيذا ْيريأيههتْفههم ْهمههن ْفويلتهفكههم ْيشههيدئاَ ْتيهكيرفهههونَيفه ْفهيهاَهكيرفههوا ْيعيمليهفه ْيويل ْتيههنهزعفههوا‬،‫صهيلية‬
ْ .‫ييددا ْهمهن ْيطاَيعنة‬
"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka
mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan
kalian. (Dan sebaliknya) Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang
kalian benci dan mereka benci kepada kalian, kalian melaknat mereka
dan mereka pun melaknat kalian.' Lalu para sahabat bertanya, 'Wahai
Rasulullah, apakah kami harus memerangi mereka dengan pedang?'
Beliau menjawab, 'Tidak, selama ia menegakkan shalat di antara kalian.
Dan Apabila kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak
kalian sukai, maka bencilah amalnya dan janganlah kamu melepaskan
(diri) dan ketaatan kepadanya." (HR. Muslim no. 1855).

Ketahuilah bahwa kezhaliman penguasa berawal dari dosa yang kita


perbuat, maka janganlah menolak keburukan dengan keburukan. Allah
Ta’ala berfirman,

ْ ‫ت ْأييههديفكهم ْيوييههعففو ْيعن ْيكثهني‬ ‫ه ن‬


‫صاَبيفكم ْممن ْدمصيبية ْفيبهيماَ ْيكيسبي ه‬
‫يويماَ ْأي ي‬
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu)." (Asy-Syura': 30).

ْ ‫ي ْبيههعضداَ ْهبياَ ْيكاَنَفوها ْييهكهسفبوين‬ ‫هه‬ ‫ه‬


‫ض ْالجظاَلم ي‬
‫ك ْنَهفيومل ْبيههع ي‬
‫يويكيذل ي‬
"Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim
itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang
mereka usahakan." (Al-An'am: 129).

Imam al-Hasan al-Bashri berkata, "Ketahuilah -semoga Allah


mengampuni Anda- bahwa kejahatan pemimpin itu merupakan salah
satu bentuk murka Allah, dan murka itu tidak dapat dihadapi dengan
pedang, akan tetapi dicegah dan ditolak dengan doa dan taubat,
kembali ke jalan Allah dan menjauhkan diri dari segala dosa.
Sesungguhnya murka Allah itu bila dihadapi dengan pedang, maka
murka tersebut akan lebih parah."

Diceritakan bahwa al-Hasan al-Bashri pernah mendengar seseorang


mendoakan al-Hajjaj dengan keburukan, maka dia berkata, "Janganlah
kamu berbuat demikian, -semoga Allah merahmati kamu-
sesungguhnya apa yang menimpa diri kalian adalah disebabkan
perbuatan diri kalian sendiri. Sesungguhnya kami khawatir seandainya
Hajjaj dicopot dari jabatannya atau wafat, justru akan datang seorang
pemimpin yang berwatak kera atau babi." (Adab al-Hasan, karya Ibnu
Jauzi: 119).

Maka jalan yang terbaik untuk menyelamatkan diri kita dari


kezhaliman seorang penguasa adalah bertumpu pada tiga hal:
Pertama, hendaklah kaum Muslimin bertaubat kepada Allah.

Kedua, hendaklah Kaum Muslimin memperbaiki akidah mereka.


Ketiga, hendaklah mereka mendidik diri dan keluarga di atas Islam
yang benar, Islam yang telah ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya.
Hal ini bersandaran pada Firman Allah Ta’ala,

ْ ‫إهجن ْاللييه ْيل ْيهفغييمهفر ْيماَ ْبهيقهونم ْيحجت ْيهفغييمهفروها ْيماَ ْبهأينَههفهس ه هم‬
"Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-
Ra'du: 11).

5. Mendoakan mereka dengan kebaikan

Mendoakan para pemimpin dengan kebaikan, hidayah dan istiqamah


adalah termasuk cara yang ditempuh salafus shalih.

Al-Imam al-Barbahari berkata, "Jika Anda melihat orang yang


mendoakan keburukan kepada pemimpin, ketahuilah bahwa ia
termasuk pengikut hawa nafsu, namun bila Anda melihat orang yang
mendoakan kebaikan kepada seorang pemimpin, ketahuilah bahwa ia
termasuk ahlu sunnah."

Al-Imam al-Fudha`il bin 'Iyad berkata, "Seandainya saya


mempunyai doa yang mustajab pasti tidak akan saya panjatkan kecuali
hanya untuk pemimpin." Kita diperintahkan agar mendoakan kebaikan
bagi mereka, dan kita tidak diperintahkan mendoakan keburukan bagi
mereka, walaupun mereka jahat dan zhalim, karena kezhaliman mereka
akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri, dan kebaikan mereka juga
untuk dirinya sendiri dan untuk kaum Muslimin. .

ْ .‫ْ ْهنَإجفه ْفهيو ْالهغيفهوفر ْالجرهحهيفم‬,‫ ْيوأيهستْيههغهففر ْاللييه ْالهيعهظهييم ْه هل ْيوليفكهم‬،‫أيقفههوفل ْقيههوه هل ْيهذا‬

KHUTBAH YANG KEDUA

‫ت ْأيعماَلهنهيهاَ ْمهن ْيههههدهه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬


‫إهين ْاهليهمهيده ْلهه ْ يهنيمهفدفه ْيونَيهسهتْي هعيهنففه ْيونَيهسهتْيههغففرفه ْيونَيهعفههوفذ ْبهههاَل ْمههن ْفشهفرهوهر ْأينَههفسهيناَ ْيويسهيييئاَ ه ي ي ه ي ه‬
‫ي ْليهفه ْأيهشهيهفد ْأيهن ْيل ْإهلهيه ْإه ي‬ ‫ضهلهل ْفي ي ه‬ ‫ال ْفي ي ه‬
‫ل ْالهفه ْيوأيهشهيهفد ْأيين ْفمييمهددا ْيعهبهفدفه ْيويرفسههولفهف‬ ‫ل ْيههاَد ي‬ ‫ل ْفمضيل ْليفه ْيويمهن ْيف ه ه‬ ‫ف‬
ْ ‫صجلى ْالليفه ْيعليهيهه ْيويسلجيم ْتيهسلههيدماَ ْيكههثيهدرا‬
‫يو ي‬
Jamaah Jum'at yang Dirahmati Allah

6. Tidak mudah dan sembrono dalam mengkafirkan mereka

Takfir adalah merupakan hak Allah, maka tidak boleh dilontarkan


kecuali kepada orang yang berhak dikafirkan. Karena mengkafirkan
seseorang dengan sembrono tanpa hujjah, maka kekufuran itu akan
kembali kepada yang menuduh. Nabi bersabda,

‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه هه‬


‫ ْفيهيقهد ْيباَيء ْ يباَ ْأييحفد في‬،‫َ ْيياَ ْيكاَفةر‬:‫يمهن ْيقاَيل ْليخهيه‬
ْ .َ‫ها‬
"Barangsiapa yang mengatakan kepada saudaranya, 'Wahai kafir',
maka (tuduhan tersebut) akan kembali kepada salah satu dari
keduanya." (Muttafaq Alaih).

Adapun kaitannya dengan penguasa, maka mengkafirkan penguasa


akan menimbulkan berbagai kerusakan dan dampak negatif yang timbul
setelahnya. Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah menetapkan bahwa
penguasa tidak boleh dikafirkan, kecuali terkumpul beberapa syarat:

1. Kita melihat kekufuran yang nyata, tidak ada kesamaran lagi.


2. Ada kejelasan bukti yang nyata dari al-Qur`an dan Sunnah serta
Ijma' tentang kekufurannya. Dari Ubadah bin ash-Shamit, ia
berkata,

َ‫َ ْيعليههى ْالجسه ههمهع ْيوالجطاَيعه ههة ْهفهه ْيمهنيشه ههطينا‬:َ‫ ْفيهيقههاَيل ْفههييم ههاَ ْأييخه هيذ ْيعيهليهنيههاَ ْأيهن ْيباَييهيعنيهها‬،‫ ْفيهيباَييههعنيههاَفه‬،‫ب هه‬
‫يديعاَنَيههاَ ْالنجه د‬
‫ع ْاهليهمير ْأيههليفه ْإهجل ْأيهن ْتيهيرهوا ْفكهفدرا ْبيهيوادحهاَ ْهعهنهيدفكهم ْهمهين‬ ‫ه‬
‫يويمهكيرهيناَ ْيوعفهسهرينَاَ ْيويفهسهرينَاَ ْيوأيثيهيردة ْيعيهليهيناَ ْيوأيهن ْيل ْنَهفيناَهز ي‬
ْ .‫;هه ْفههيهه ْبهفهريهاَةن‬1648#ّ&‫اليل‬
"Nabi ‫ صه ههلي اله ه عليه ههه وس ههلم‬mendakwahi kami, maka kami berbai'at kepada
beliau. Maka beliau menatakan tuntutan yang wajib kami penuhi
apabila beliau membai'at kami, (ialah): mendengar dan taat
(kepada pemimpin) dalam keadaan suka atau terpaksa, ketika
dalam kemudahan ataupun sulit, dan (sekalipun) sewenang-wenang
terhadap kami, dan agar kami tidak merampas kekuasaan dari
pemiliknya kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata, dan
kamu mempunyai bukti yang nyata dari Allah dalam hal itu." (HR.
Bukhari dan Muslim).

3. Pihak yang berhak memvonis kafir dan tidaknya adalah ulama. Allah
Ta’ala berfirman,
‫وإهيذا ْجههاَءهم ْأيمهر ْمهن ْاليمههن ْأيهو ْاهلهو ه‬
‫ف ْأييذاعفهوها ْبهههه ْيوليههو ْيرددوفه ْإهيلهه ْالجرفسههوهل ْيوإهيلهه ْأفهوهلهه ْاليهمههر ْهمهنهفهههم‬ ‫يه‬ ‫ي ي ف ه هة ي ه‬
‫ل ْقيهلي د‬
‫ل ْ‬ ‫ل ْيعليهيفكهم ْيويرهحيتْففه ْليتجهبيههعتْففم ْالجشهييطاَين ْإه ج‬ ‫ضل ْا ه‬ ‫ه ه‬ ‫ه جه‬
‫لييعليمفه ْالذيين ْييهسيتْنبفطونَيفه ْمهنهفههم ْيوليهويل ْفي ه ف‬
‫‪"Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan‬‬
‫‪ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya, dan kalau mereka‬‬
‫‪menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,‬‬
‫‪tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan‬‬
‫‪dapat) mengetahuinya dari mereka (rasul dan ulil Amri), kalau tidak‬‬
‫‪karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu‬‬
‫‪mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antaramu)." (An-‬‬
‫‪Nisa`: 83) ,‬‬

‫ك ْ يه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ن‬


‫حهي هةد‬ ‫ت ْيعليههى ْهإبههيراههي هيم ْيويعليههى ْآهل ْهإبههيراههي هيم‪ْ ،‬هنَإجه ي‬ ‫ص هلجهي ي‬ ‫ه‬
‫ص همل ْيعليههى ْفميجم هد ْيويعليههى ْآل ْفميجم هد ْيكيمههاَ ْ ي‬ ‫ياللجفه هجم ْ ي‬
‫ك ْ يه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫ه‬
‫حهيهةد‬ ‫ت ْيعليههى ْهإبههيراههيهيم ْيويعليههى ْآهل ْهإبههيراههي هيم‪ْ ،‬هنَإجه ي‬ ‫يمهيهةد‪ْ .‬يوبهيهاَهرهك ْيعليههى ْفميجمهد ْيويعليههى ْآهل ْفميجمهد ْيكيمههاَ ْبهيهاَيرهك ي‬
‫يهميةد‪ْ .‬ربهجناَ ْاهغهفر ْلينهاَ ْوههلخوانَهنهاَ ْالجههذين ْسهبهفقوينَاَ ْهباَ ههليهاَهن ْويل ْيتعهل ْهفه ْقفهفلوبهنهاَ ْهغ ي د ه‬
‫ك‬ ‫ل ْلملجهذيين ْآيمنفهوا ْيربهجنيهاَ ْهنَهإج ي‬ ‫ي‬ ‫ي ي هي ه‬ ‫ي يي‬ ‫ه ي ي ه ي ي هي ي‬
‫لاَهسه ه ه ه ههريين ْ‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫رفؤو ة ه‬
‫ف ْجرحيه ه ه ه هةم‪ْ .‬يربهجنيه ه ه ههاَ ْظيليهمنيه ه ه ههاَ ْأينَفيسه ه ه ه هيناَ ْيوهإن ْجلهه ه ه هه ْتيههغفه ه ه ه ههر ْلينيه ه ه ههاَ ْيوتيههريحهنيه ه ه ههاَ ْلينيفكه ه ه ههونَيجن ْمه ه ه ه هين ْا هي‬ ‫ي‬
‫صههلجى ْالهفه ْيعلهيى ْفميجمهند ْيويعلهيى ْآلهههه‬ ‫ب ْالنهيهاَهر‪ْ .‬يو ي‬
‫ه‬ ‫ه‬
‫يربيهنهيهاَ ْيءاتنهيهاَ ْهفهه ْالهيدنَههيياَ ْيحيسهنيدة ْيوهفهه ْاهليخهيرهة ْيحيسهنيدة ْيوقنهيهاَ ْيعهيذا ي‬
‫ه‬
‫ي‪.‬‬ ‫ب ْهاليعاَلي ي‬ ‫صهحبههه ْتيهسهليدماَ ْيكثهديا ْيوآهخفر ْيدهعيواينَاَ ْأيهن ْاهليهمفد ْهللهه ْير م‬ ‫يو ي‬

You might also like