You are on page 1of 13

PELESTARIAN BENDA CAGAR BUDAYA DI OBJEK WISATA

MUSEUM SANG NILA UTAMA PROVINSI RIAU

By : MARTINA BUTAR-BUTAR
Email : Martina28.TM@gmail.com
Conseller : Andi M Rifiyan Arief, SST. MM.Par

Jurusan Ilmu Administrasi – Program Studi Pariwisata


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau

Kampus Bina Widya Jl. H.R. Soebrantas Km. 12,5 Simpang Baru Pekanbaru
28293 Telp/Fax. 0761-63277

ABSTRAK

This research aims to determine the Preservation of Cultural Heritage


Objects Museum Sang Nila Utama Riau Province. By using the theory of culture
and tourism minister rules of preservation of cultural heritage objects and sites,
using two-way preservation, namely the protection and maintenance.
This research’s uses descriptive qualitative methods to analyses the
problems that were raised. The sample this research were department heads and
staff of the field of conservation and preparation as well as the staff of the head of
a collection by using purposive sampling. Data gathering tools used were
observation and interviews.
Based on the results of research in the Preservation of Cultural Heritage
Objects Museum Sang Nila Utama Riau Province. Still very far from a decent
museum that is attributable to the presence of flaws in the supporting facilities
and personnel competent museum in the record and preserve the cultural heritage
objects
Key words: the Preservation of Cultural Heritage Objects, Museum Sang Nila
Utama Provinsi Riau.

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 1


PENDAHULUAN termasyhur di Riau untuk dijadikan
nama museum ini.
Latar Belakang Masalah Didalam museum sang nila
utama ini terdapat berbagai macam
Pelestarian didasarkan pada
kecenderungan manusia untuk koleksi benda cagar budaya dari
melestarikan nilai-nilai budaya pada berbagai daerah yang ada di riau.
masa yang telah lewat namun Benda-benda,tersebut
memiliki arti penting bagi generasi diklasifikasikan penggolongan
selanjutnya. Tindakan pelestarian koleksi berdasarkan kriteria yang
yang dimaksudkan guna menjaga bersifat konvesi ( kesepakatan yang
karya seni sebagai kesaksian sejarah,
tidak tertulis). Adapun klasifikasi
kerap kali berbenturan dengan
kepentingan lain, khususnya dalam tersebut sebagai berikut : geologika,
kegiatan pembangunan. James biologika, etnografika, arkeologika,
Mastron (1982) mengungkapkan historika, numismatika dan heral
bahwa hal ini menggambarkan begitu dika, filologika, keramologika,
kompleksnya masalah yang ada senirupa dan teknologika. Pada
dalam aktivitas pelestarian. hakekatnya koleksi museum
Menurut Undang-Undang merupakan benda-benda bukti
No.11 tahun 2010, pasal 1 ayat 1 materiil hasil budaya manusia.
tentang cagar budaya menjelaskan Museum sang nila memiliki
bahwa Cagar Budaya adalah warisan keunikan tersendiri karena
budaya bersifat kebendaan berupa didalamnya memamerkan benda-
Benda Cagar Budaya, Bangunan
Cagar Budaya, Struktur Cagar benda yang digunakan oleh suku-
Budaya, Situs Cagar Budaya, dan suku asli yang mendiami daerah riau
Kawasan Cagar Budaya di darat seperti suku sakai, bonai, talang
dan/atau di air yang perlu mamak dan sebagainya. Dan di
dilestarikan keberadaannya karena dalamnya juga terdapat diorama yang
memiliki nilai penting bagi sejarah, mengisahkan keseharian suku-suku
ilmu pengetahuan, pendidikan,
tersebut. Museum sang nila ini juga
agama, dan/atau kebudayaan melalui
proses penetapan. memiliki daya tarik yang banyak
Sang Nila Utama adalah membuat pengunjung penasaran
nama yang diberikan kapada yaitu batu yang berbentuk siput yang
museum ini yang berasal dari nama beratnya kurang lebih hampir satu
seseorang yang berkuasa se;kitar ton, sepeda ontel Soeman HS dan
abad XIII masehi dipulau bintan. kerangka ikan paus.
Museum ini pada awalnya belum Meskipun museum sang nila
diberikan nama. Atas inisiatif kepala mempunyai daya tarik tersendiri
museum itu, ditunjuklah beberapa namun masih kurang menarik dari
budayawan Riau dengan surat fasilitas sarana dan prasarana fisik
keputusan tanggal 13 oktober 1993 maupun nonfisik yang terdapat
No. 227/109.09/MR/C-93, untuk dalam museum tersebut, Terutama
mengusulkan beberapa nama yang dalam hal kurang lengkapnya

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 2


informasi dari koleksi yang ada, sunguh-sugguh dan dirawat sesuai
pencahayaan ruangan dan kurangnya dengan usia dan bahan benda cagar
perhatian terhadap koleksi yang ada. budaya tersebut. Sebab beda usia dan
Hal ini sangat berbanding terbalik bahan benda cagar budaya tentu
dengan keadaan museum berbeda pula cara perawatannya.
Benteng Vredeburg yang memiliki Namun selama beberapa tahun
sarana dan prasarana yang begitu terakhir ada beberapa koleksi yang
lengkap dan dapat menjadi daya tarik berada dalam vitrin (lemari
tersendiri bagi pengunjung. pajangan) yang kosong dan membuat
Sebagai museum daerah yang pengunjung bertanya-tanya apa dan
menjadi kebanggan Provinsi Riau dimana isi lemari tersebut dan ada
maka benda-benda cagar budaya beberapa koleksi yang kurang
yang ada didalam museum sang nila terawat.
utama patut dilestarikan dengan
Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang
masalah diatas, maka permasalahan Untuk mengetahui bagaimana
utama dalam penelitian ini adalah dan apa saja bentuk kegiatan
untuk mengetahui bagaimanakah pelestarian benda cagar budaya yang
“Pelestarian Benda Cagar Budaya di ada di objek wisata museum sang
Objek Wisata Museum Sang Nila nila utama Provinsi Riau.
Utama Provinsi Riau”. Manfaat Penelitian
Identifikasi Masalah Peneliti berharap dengan
Bagaimana dan apa saja bentuk diadakannya penelitian ini dapat
kegiatan pelestarian benda cagar memberikan manfaat bagi :
budaya yang ada di objek wisata 1. Bagi penulis, kegiatan ini
museum sang nila utama Provinsi juga akan menambah
Riau? wawasan bagi penulis tetang
bagaimana bentuk kegiatan
Batasan Masalah
melestarikan benda cagar
Adapun batasan masalah budaya yang ada agar tetap
yang diangkat dalam penelitian ini terawat dan tetap menjadi
yaitu hanya menganalisis bagaimana benda bersejarah yang ada.
dan apa saja bentuk pelestarian 2. Bagi pengelola, hasil
benda cagar budaya di objek wisata penelitian ini dapat dijadikan
museum sang nila utama Provinsi rujukan dan sumber kritikan
Riau saja. bagi pihak pengella museum
sang nila utama agar tetap
terus merawat dan
melestarikan benda cagar

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 3


budaya baik yang ada mengembangkan museum
dimuseum maupun di tempat agar tetap terawat dan
lain. Pihak pengelola harus menjadi menarik bagi
terus berinovasi dalam wisatawan.
Tinjauan Pustaka serta binatang-binatang
langka.
1 Pengertian Pariwisata c) Objek dan daya tarik
Pariwisata telah menjadi wisata hasil karya
industri yang mendunia, suatu manusia yang berwujud
bisnis yang semakin museum, peninggalan
berkembang. Pariwisata purbakala, peninggalan
adalah segala sesuatu yang sejarah, seni budaya,
berhubunga dengan kegiatan pertanian (wisata agro),
perjalanan yang dilakukan wisata tirta (air), wisata
secara sukarela dan bersifat petualangan, taman
sementara untuk menikmati rekreasi, dan tempat
objek dan daya tarik wisata, hiburan lainnya.
termasuk pengusahaan objek d) Sasaran wisata minat
dan daya tarik wisata, serta khusus, seperti : berburu,
usaha-usaha yang terkait mendaki gunung, gua,
dibidang tersebut ( UU industri dan kerajinan,
Republik Indonesia No. 10 tempat perbelanjaan,
Tahun 2009 Tentang sungai air deras, tempat-
Kepariwisataan) tempat ibadah, tempat-
2 Pengertian Objek Wisata tempat ziarah, dan lain-
dan Daya Tarik Wisata lain.
e) Pariwisata adalah segala
a) Menurut UU No. 9 Tahun
sesuatu yang
1990 Bab III Pasal IV
berhubungan dengan
tentang kepariwisataan
wisata, termasuk
menjelaskan perbedaan
pengusahaan objek dan
antara objek dan daya
daya tarik wisata serta
tarik wisata adalah :
usaha-usaha yang terkait
b) Objek dan daya tarik
di bidang tersebut.
wisata ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa, yang 3 Jenis-jenis Wisatawan
Jenis-jenis wisatawan
berwujud keadaan alam
berdasarkan jumlah
serta flora dan fauna,
wisatawan yang datang dapat
seperti : pemandangan
dibedakan menjadi 2 yaitu
alam, panorama indah,
Free Individual Traveller
hutan rimba dengan
(FIT) dan Group Incentive
tumbuhan hutan tropis
Traveller (GIT).

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 4


Menurut Ernawati (2012: 45) arsitektur dan lingkungan
wisatawan individu yang selanjutnya tradisional/kuno persis seperti
dikenal sebagai wisatawan FIT (Free keadaan asli semula. Karena sifat
Individual Traveler) diklasifikasikan preservasi yang statis, upaya
lagi menjadi beberapa kelompok pelestarian memerlukan pula
yaitu : pendekatan konservasi yang dinamis,
a) Pejalan Bisnis (The tidak hanya mencakup bangunan saja
Clockwork Traveler) tetapi juga lingkungannya
b) Pejalan Eksekutif (The CEO) (conservation areas) dan bahkan
c) Pejalan Baru (The Travel kota bersejarah (histories towns).
Novice) Dengan pendekatan konservasi,
d) Pejalan Kelompok (The berbagai kegiatan dapat dilakukan,
Traveling Unit) menilai dari inventarisasi bangunan
e) Penjelajah (The Explorer) bersejarah colonial maupun
f) Pencari Status (The Status tradisional, upaya pemugaran
Seeker) (restorasi), rehabilitasi, rekonstruksi,
g) Pecinta Kehidupan malam sampai dengan revitalisasi yaitu
(The Night Hawk) memberikan nafas kehidupan baru.
wisatawan individu atau FIT
(Free Individual Traveler) 5 Manfaat Pelestarian
dibagi menjadi beberapa Menurut Undang Undang
kelompok yaitu : Republik Indonesia No. 5 Tahun
Wisatawan yang berumur 50 tahun 1992, perlindungan terhadap benda
ke atas cagar budaya dan situs, bertujuan
a) Business Traveler melestarikan dan memanfaatkannya
b) Family Traveler untuk memajukan kebudayaan
c) Honeymooner nasional Indonesia, mengingat bahwa
benda cagar budaya memiliki arti
4 Pengertian Pelestarian penting bagi pemahaman dan
Nia Kurmasih Pontoh (1992:36), pengembangan sejarah, ilmu
mengungkapkan bahwa awal pengetahuan dan kebudayaan.
pelestarian adalah konservasi, yaitu Manfaat pelestarian juga
upaya melestarikan dan melindungi dikemukakan oleh beberapa ahli di
swkaligus memanfaatkan sumber bidang pelestarian di antaranya :
daya suatu tempat dengan adaptasi 1. Menurut Budihardjo dalam
terhadap fungsi baru, tanpa Thamrin (1988 : 11), terdapat
menghilangkan makna kehidupan beberapa manfaat yang dapat
budaya. diperoleh dari pelestarian bangunan
Eko Budihardjo (1994:22), upaya dan kawasan bersejarah di antaranya:
preservasi mengandung arti a) Pelestarian memperkaya
mempertahankan peninggalan pengalaman visual,
menyalurkan hasrat untuk

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 5


kontinuitas, memberi kaitan dilestarikan dapat menjadi
yang berarti dengan masa sumber pendidikan dan
lalu, serta memberi pilihan memperkaya estetika.
untuk tinggal dan bekerja di b) Manfaat ekonomi yaitu
samping lingkungan modern. adanya peningkatan nilai
b) Pada saat perubahan dan property, peningkatan pada
pertumbuhan terjadi secara penjualan ritel dan sewa
cepat seperti sekarang, komersil, penanggulangan
kelestarian lingkungan lama biaya-biaya relokasi dan
memberi suasana permanen peningkatan pada penerima
yang menyegarkan. pajak serta pendapatan dari
c) Pelestarian memberi sektor pariwisata.
keamanan psikologis bagi c) Manfaat sosial dan
seseorang untuk dapat perencanaan, karena upaya
melihat menyentuh dan pelestarian dapat menjadi
merasakan bukti-bukti fisik kekuatan yang tepat dalam
sejarah. memulihkan kepercayaan
d) Kelestarian mewariskan masyarakat.
arsitektur, menyediakan 3. Menurut (Gufron, 1994:21),
catatan historis tentang masa manfaat pelestarian diantaranya :
lalu dan melambangkan a) Warisan sejarah yang
keterbatasan masa hidup mengganbarkan kebesaran
manusia. atau peristiwa yang terjadi di
e) Kelestarian lingkungan lama zamannya.
adalah salah satu aset b) Memperkaya seni budaya
komersial dalam kegiatan setempat dan nasional, yang
wisata internasional. dapat menggambarkan jati
f) . Dengan dilestarikannya diri bangsa
warisan yang berharga dalam c) Sebagai bukti kelengkapan
keadaan baik maka generasi sejarah perkembangan
yang akan datang dapat arsitektur di kota tersebut.
belajar dari warisan-warisan d) Merupakan hasil prestasi
tersebut dan menghargainya sejarah arsitektur di kota
sebagaimana yang dilakukan tersebut.
pendahulunya. e) Sebagai bahan kajian yang
2. Menurut Shirvani (1985:44-45) sangat bermanfaat bagi ilmu
terdapat beberapa manfaat yang pengetahuan, terutama yang
dapat diperoleh dari pelestarian menyangkut masalah
bangunan dan kawasan bersejarah di perkotaan.
antaranya : f) Merupakan bukti hasil
a) Manfaat kebudayaan yaitu prestasi sejarah penataan kota
sumber-sumber sejarah yang di kota tersebut.

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 6


g) . Adanya bangunan budaya yang dapat diidentifikasi
bersejarah dengan bentuk diantaranya :
arsitektur yang unik dan 1. Masalah Historis
Secara historis, upaya
menarik dapat dijadikan studi
pelestarian bangunan hanya dianggap
perbandingan oleh para sebagai pekerjaan arkeolog dan tidak
arsitek dan perencana kota berkontribusi bagi pembangunan
dalam mendesain bangunan masa depan. Dalam kultur modern
dan menata lingkungannya. yang beriorentasi ke masa depan,
h) Tetap terjaganya keutuhan maka memelihara warisan sejarah
elemen pembentuk citra dan hanya dianggap pemborosan.
Padahal, warisan arsitektur lama
estetika kota tersebut.
adalah sumber ilham bagi ilmu
i) Sebagai orientasi lokasi yang pengetahuan untuk kini dan masa
jelas bagi masyarakat depan yang berkarakter dan jati diri
sehingga mereka mengetahui yang khas serta selaras dengan
di bagian mana mereka lingkungan kultural maupun fisiknya.
berada. 2. Masalah Sosial dan Budaya
j) Pelestarian bangunan dan Cara berpikir tentang
pelestarian bangunan yang sempit
kawasan bersejarah dapat
dan naïf, kadang-kadang diakibatkan
dijadikan paket wisata bagi oleh prasangka negatif dalam aspek
turis asing dan lokal yang sosial budaya atau bahkan religi.
ingin mengenang peristiwa Sebagai contoh, konservasi bangunan
masa lalu. kolonial dinilai merendahkan
Pelaksanaan upaya pelestarian martabat bangsa karena mengingat
bahwa kita pernah dijajah.
bangunan bersejarah di beberapa
3. Masalah Ekonomi
negara telah menunjukan hasil yang Pelestarian bangunan
tidak terlalu mengecewakan. Banyak bersejarah dianggap tidak efektif
negara-negara Eropa yang merasakan terhadap anggaran yang dikeluarkaan
keuntungan dari upaya pelestarian dan terlihat mewah, sejarah dianggap
dengan mendapat tambahan masa lalu yang tidak memiliki makna
pendapatan dari sektor pariwisata apa-apa.
4. Masalah Teknologi dan Sumber
disamping terjaganya
Daya
kesinambungan peninggalan sejarah Pelestarian bangunan
elemen-elemen pembentuk citra dan khususnya untuk bangunan-
estetika kota-kotanya. bangunan monumental yang sudah
tua membutuhkan anggaran dan
teknologi yang tinggi. Upaya
6. Masalah Pelestarian
pelestarian bangunan bersejarah
Menurut Iskandar dalam seolah berbenturan dengan orientasi
tulisannya “Problem Pelestarian mencari keuntungan ekonomi.
Warisan Budaya“ (Konstruksi, Mei 5. Masalah Hukum dan Peraturan
1996) mengemukakan beberapa Pemerintah
masalah dalam pelestarian warisan Meskipun sudah ada
peraturan menyangkut pelestarian

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 7


lingkungan dan bangunan bersejarah, peraturan serta sanksinya tidak
namun masih terdapat kelemahan memadai atau tidak dilaksanakan
pada faktor lingkup, sanksi, sebagaimana mestinya untuk
pengawasan dan evaluasinya. menangani pelanggaran itu.
Banyaknya pelanggaran terjadi dan
Pengertian Museum
Secara etimologis, museum yang diketahui berhubungan dengan
berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον sejarah museum adalah bagian
atau mouseion, yang sebenarnya kompleks perpustakaan yang
merujuk kepada nama kuil untuk dibangun khusus untuk seni dan
sembilan Dewi Muses, anak-anak sains, terutama filsafat dan riset di
Dewa Zeus yang melambangkan Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada
ilmu dan kesenian. Bangunan lain tahun 280 SM
METODE PENELITIAN menjadi sumber data yang memiliki
kebenaran dan pengetahuan yang
Metode penelitian ini adalah mendalam (H.B. Sutopo 2002:56).
menggunakan metode kualitatif Adapun yang menjadi informan
dengan pendekatan deskriftif dalam penelitian ini adalah kepala
(Rakhmat: 1999:28) menjelaskan museum sang nila utama, staff
metode deskriptif adalah bertujuan bidang koleksi museum sang nila
untuk melukiskan secara sistematis utama serta staff bidang konservasi
fakta dan karekteristik populasi dan preparasi museum sang nila
tertentu dan bidang tertentu secara utama dan langsung dijadikan
faktual dan cermat. Populasi adalah sebagai key informan atau kunci
keseluruhan objek atau fenomena informan oleh penulis. Teknik
yang diriset (Kriyanto :2008). Arti analisa data yang digunakan dalam
lain yaitu, keseluruhan objek penelitian ini adalah analisa data
penelitian sebagai sumber data yang desktiftif kualitatif, analisis
memilki karaktersitik tertentu kualitatif untuk pengolahan data
didalam suatu penelitian. Populasi yang diperoleh di lapangan melalui
dalam penelitian ini adalah kepala wawancara dan pengamatan di
Museum, staff bidang koleksi dan lapangan, semua informasi yang
staff bidang konservasi dan dikumpulkan dipelajari sehingga
preparasi. Sampel adalah sebagian menjadi suatu kesatuan yang utuh.
dari keseluruhan objek atau Menurut (Sugiyono:2009) Penelitian
fenomena yang akan diamati (dari Deskriftif kualitatif yaitu analisa
populasi yang ada) atau himpunan yang berusaha memberikan
bagian dari populasi yang menjadi gambaran yang jelas dan terperinci
objek sesungguhnya. Penelitian ini berdasarkan kenyataan yang
menggunakan teknik purposive ditemukan dilapangan melalui hasil
sampling, yaitu teknik pengambilan wawancara dan penyebaran quisioner
sampel dimana peneliti memilih kemudian ditarik suatu kesimpulan.
informan yang dianggap mengetahui
permasalahan dan dapat dipercaya

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 8


HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Menutup fentilasi dan
membuat pintu masuk yang
Pelestarian merupakan segala upaya terbuat dari kaca dengan
untuk memperpanjang usia benda demikian dapat mencegah
cagar budaya, dari upaya pelestarian debu masuk ke dalam
museum.
tersebut salah satu cara yang
3. Memasang papan peringatan
digunakan adalah cara perlindungan dan mengaktifkan kembali
benda cagar budaya. Perlindungan CCTV agar dapat terus
benda cagar budaya adalah upaya memantau benda cagar
pencegahan dan penanggulangan budaya dari tangan manusia
gejala yang dapat menimbulkan yang tidak bertanggung
kerusakan, kerugian, atau kepunahan jawab.
bagi manfaat dan keutuhan benda Lalu untuk maslah beralihnya
cagar budaya atau situs akibat kepemilikan benda cagar budaya
perbuatan ataupun proses alam kepada orang yang tidak berhak ( di
melalui pengamanan, penyelamatan, curi ) biasanya bidang konservas
penertiban, perawatan, pemugaran bekerja sama dengan bidang koleksi
karena di bidang koleksilah semua
dan penetapan.
benda cagar budaya di data dan
Berdasarkan pengamatan dicatat. Namun terkadang karena
yang dilakukan memang ada terdapat banyaknya koleksi, pendataan yang
benda cagar budaya yang terdapat kurang akurat serta pengawasannya
coretan, posisi benda tidak berada yang kurang.
sesuia dengan namanya,terdapat
lumut dan jamur pada koleksi Seperti yang dituturkan oleh ibu
contoh-contoh minyak dari cevron Betty ( kepala bidang konservasi )
dan terdapat debu di dalam guci, alat sebagai berikut :
tenun, replika pandai besi, dll. Serta
tidak adanya alat Thermohygrograph “...dalam melakukan perawatan
yang selain berfungsi untuk mencatat (konservasi) benda cagar cagar
kelembaban sekaligus mencatat suhu budaya, kita harus menentukan
ruangan secara otomatis. dahulu bahan kimia yang tepat dan
Berdasarkan hasil wawancara sesuai dengan benda yang akan di
mendalam dengan kepala staff konservasi contoh dalam perawatan
bidang konservasi, penulis benda yang terbuat dari perunggu
menyimpulkan bahwa faktor menggunakan bahan kimia dengan
dominan penyebab kerusakan benda komposisi 120 gr sidium hidroksida,
cagar budaya tersebut dapat diatasi 40 ml gliserin dan air bersih 1 liter.
dengan cara : Selanjunya benda dicelupkan sambil
disikat perlahan sesudah bersih
1. Museum harus memiliki alat kemudian dikeringkan. Setiap benda
Thermohygrograph untuk memiliki cara perawatan yang
dapat mengatur dan mencatat berbeda tergantung bahan penyusun
suhu ruangan agar benda benda tersebut....”
cagar budaya dapat terhindar
dari lumut dan jamur. (24 Nobember 2014)

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 9


Tetapi pernah terjadi akibat tersebut. Salah satunya yang terjadi
penggunaan bahan kimia yang pada benda koleksi yang berbahan
berlebih merubah warna asli benda dasar kayu sering kali dimakan
cagar budaya tersebut, meski warna rayap.
telah berubah tetapi nilai sejarahnya
tetap tergantung setiap orang yang Menurut hasil wawancara
melihat dan bisa memahami arti mendalam bersama Bapak Endrizal
benda terebut. (staff bidang konservasi) :

Berdasarkan wawancara “... jika sudah terjadi seperti


mendalam dengan kepala bidang itu cara penanggulangannya adalah
konservasi tersebut, penulis dapat disemprot dengan cairan desinfektan
menyimpulkan bahwa dalam untuk membunuh rayap yang
merawat benda cagar budaya di memakan dan yang bersarang pada
Museum Sang Nila Utama koleksidan jika sudah terjadi
diperlukan penanganan yang tepat demikan maka sebaiknya harus
dan bahan yang tepat dalam merawat segera ditangani. untuk
setiap benda cagar budaya karena mencegahnya serta supaya benda
cara penanganan dan bahan yang tersebut dapat awet biasanya diberi
digunakan dalam perawatan tidak cairan kimia khusus (borax).”
sama antara merawat besi atau
(24 November 2014)
merawat kayu dan merawat kertas.
Agar tidak terjadi perubahan keaslian Pemeliharaan dilakukan
dan nilai sejarahnya. bukan hanya karena disebabkan oleh
proses alam dan hayati saja tetap bisa
Dalam pelestarian benda cagar
juga disebabkan oleh pencemaran.
budaya selain dilakukannya
Hasil dari pencemaran tersebut
perlindungan diperlukan juga
memiliki dampak yang berbeda-beda
pemeliharaan benda cagar budaya
terhadap benda cagar budaya, ada
agar kondisi benda cagar budaya
yang berubah menjadi hitam,
tersebut tetap terjaga dan terpelihara
keropos/rapuh, dll.
keberadaannya didalam museum.
Pemeliharaan benda cagar budaya Seperti yang dituturkan oleh
adalah upaya pengelolaan benda ibu Betty dan bapak Endrizal (bidang
cagar budaya dan situs dari konservasi dan preservasi) mengenai
kerusakan yang diakbatkan oleh pemeliharaan benda cagar budaya
faktor hayati dan non hayati dengan yang disebabkan oleh pencemaran
cara perawatan dan pemugaran. dan dampak pencemaran tersebut
bagi benda cagar budaya sebagai
Sesusai standar benda cagar
berikut :
budaya wajib dilakukan
pemeliharaan minimal satu kali “...waktu musim asap
dalam enam bulan namun itu semua kemarin debu banyak masuk dan
tergantung dana yang ada untuk nempel di benda cagar budaya yang
proses pengerjaannya. Dalam proses tidak dimasukkan kedalam vitrin
pemeliharaan benda cagar budaya (lemari kaca) sehingga benda cagar
terdapat kerusakan dan pelapukan budaya tersebut sedikit menghitam
akibat proses alam yang dapat akibat debu yang menempel. Jika
merusak benda cagar budaya tidak segera dilakukan pemeliharaan

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 10


maka lambat laun dapat merusak seseorang menilai benda
benda cagar budaya tersebut.”(24 tersebut.
November 2014) 4. Kerusakan dan pelapukan
benda cagar budaya yang
Kesimpulan dan Saran terjadi akibat proses alami
dan hayati dapat mengganggu
1. Kesimpulan
proses pemeliharaan. Jika
selama pemeliharaan terjadi
Cagar Budaya di Objek Wisata
kerusakan maka harus
Museum Sang Nila Utama Provinsi
sesegera mungkin ditangani
Riau, maka dapat di ambil
oleh petugas konservasi dan
kesimpulan sebagai berikut :
preparasi agar benda cagar
1. Faktor penyebab kerusakan
budaya tersebut dapat
benda cagar budaya adalah
terselamatkan dan tetap
faktor lingkungan dan faktor
menjadi benda cagar budaya
manusia. Faktor lingkungan
yang memiliki nilai sejarah.
disebabkan karena posisi
5. Melakukan pemeliharaan
museum yang terlalu dekat
benda cagar budaya yang
dengan parit besar dan jalan
disebabkan oleh pencemaran
raya sehingga kelembapan
perlu dilakukan sesegera
didalam museum cukup
mungkin dan perlu
tinggi dan debu yang masuk
penanganan yag tepat agar
juga cukup banyak.
benda cagar budaya tersebut
Kelemahannya adalah
dapat tetap terjaga dengan
museum sang nila utama
baik dan terhindar dari
belum mempunyai alat
kerusakan yang terjadi karena
pengatur suhu
pencemaran.
(Thermohygrograph) untuk
tetap menjaga kestabilan suhu 2. Saran
dan mengurangi kelembapan Berdasarkan hasil penelitian
di dalam ruang pameran diatas maka penulis mencoba
museum. menyampaikan
2. Berdasarkan hasil
wawancara, hilangnya benda beberapa saran terkait Pelestaria
cagar budaya yang menjadi Benda Cagar Budaya di Objek
koleksi museum sang nila Wisata Museum Sang Nila Utama
utama disebabkan karena Provinsi Riau :
pendataan yang kurang akurat 1. Mengenai faktor penyebab
dan pengawasan yang lemah. kerusakan benda cagar
3. Selama dilakukannya budaya sebaiknya museum
perlindungan benda cagar sang nila utama
budaya perlu memperhatikan menggunakan pintu masuk
keaslian dan nilai sejarahnya yang terbuat dari kaca agar
karena jika salah dalam debu yang berasal dari jalan
proses perlindungan dapat raya tidak dapat masuk.
merubah warna asli benda Museum juga sebaiknya
tersebut namun jika dilihat memiliki alat
dari nilai sejarahnya tidak Thermohygrograph sebagai
berkurang tergantung pengatur suhu dan

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 11


kelembapan yang ada di budaya tidak menyebabkan
ruang pamer museum agar perubahan keaslian dan nilai
benda cagar budaya yang ada sejarah sebaiknya selama
dapat terhindar dari jamur. perawatan perlu diperhatikan
2. Untuk menjaga benda cagar bahan yang digunakan agar
budaya dari tangan yang tidak sesuai dengan bahan benda
bertanggung jawab sebaiknya cagar budaya tersebut.
pendataan benda cagar 4. Sebaiknya museum memiliki
budaya yang ada di museum anggaran yang tetap supaya
dang nila utama lebih akurat jika ada benda cagar budaya
dan dibutuhkan penjagaan yang rusak dapat segera
yang ketat agar benda cagar ditangani.
budaya tersebut tetap pada 5. Perlu dilakukannya sikap
tempatnya dan dapat menjadi cepat tanggap dalam
benda bersejarah yang dapat pemeliharaan benda cagar
dilihat langsung. budaya yang ada di museum
3. Agar selama dilakukannya sang nila utama agar
perlindungan benda cagar terhindar dari pencemaran.

DAFTAR PUSTAKA http://arkeologi.web.id/articels/wac


ana-arkeologi/66-pemeliharaan-
Ismiyanti, 2004. Pengantar
dan-pelestarian-warisan-benda-
Pariwisatra : PT. Grasindo, Jakarta
cagar-budaya di akses tanggal 21
James Marston Fitch. 1990, februari 2014 jam 13:20 wib.
University Of Virginia Press : 443
http://kunuruh.blogspot.com/
halaman, di akses tanggal 25 februari
2014 2013/02/pengertianasastujua
n-dari-wisata.html di akses
Maryaeni, 2005. Metode Penelitian tanggal 20 februari 2014 jam
Kebudayaan : Bumi Aksara, Jakarta 19:10
Rahardjo, Supratiko, Hamdi Muluk, http://id.wikipedia.org/wiki/C
2005. Pengelolaan Warisan Budaya agar_budaya
Di Indonesia, Jakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/
Sedyawati, Edi, Werkanis, Djoko Museum di akses tanggal 26
Suryo, dkk. 2010 : Museum Sebagai februari 2014
Pusat Ilmu Pengetahuan Budaya
Dan Sejarah, Solo http://museumku.wodrpress.c
om/2010/08/03/museum-rp-6-
Peraturan Perundang – Undangan miliar-hidupkan-benteng-
Tentang Cagar Budaya ( Peraturan vredeburd/
Mentri Kebudayaan dan Pariwisata
No. PM.49/ Um.001/MKP/2009 http://kebudayaan/kemdikbu
Tentang Pedoman Pelestarian Benda d.go.id/bpcmakassar/wpcont
Cagar Budaya dan Situs ent/uploads/sites/21/2014/01

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 12


/Undang-undang-Nomor-11-
Tahun-2010-Cagar-Budaya.pdf

http://kartika-s-n-

fisip08.web.unair.ac.id/artikel

_detail-66735-hardskill-

preservasi-Benda-Cagar-

Budaya.html

Jom FISIP Volune 2 No 1 Januari 2015 13

You might also like