Professional Documents
Culture Documents
Kata kunci:
Vertigo, cupulo-canalolitiasis, insufisiensi vertebrobasilar, pengobatan medis,
betahistin
Ringkasan
Pendahuluan
Vertigo merupakan senasi pergerakan dari lingkungan sekitar terhadap tubuh kita yang
salah (vertigo objektif) atau tubuh kita terhadap lingkungann (vertigo subjektif), menyebabkan
disfungsi labirin, sarah vestibular, struktur batang otak, serebelum, atau lebih jarang, area lain
dari sistem saraf pusat (SSP). Pada bentuk vestibular, vertigo sering disertai disfungsi
pendengaran (hipoakusus, tinnitus, dan auricular terasa penuh) dan terutama pada periode
kritis, gejala neuro-vegetatif.
Secara umum, mekanisme adaptasi SSP memiliki fungsi perbaikan setelah episode akut
yang pertama. Namun, banyaknya sindrom vertigous memiliki evolusi yang kembali muncul,
baik subakut atau kronis, dan kadang, berubah menjadi instabil dan kecemasan statis atau
dinamis.
Pada semua kasus, gejala vertiginous sangat menyebabkan disabilitas, secara berat
membatasi kehidupan sosial pasien dan dapat menyebabkan kerusakan status psikologis
pasien.
Etiologi atau pathogenesis sindrom vertiginous tidak selalu dapat diidentifikasi dengan
kejelasan dan maka, target terapi adalah untuk mengurangi angka krisis atau adanya gejala
tanpa mengubah mekanisme fisiologis dari adaptasi menjadi patologi. Dengan demikian, lebih
mudah untuk mencegah kejadian untuk menghindari kondisi disabilitas dan maka membuat
pasien melanjutkan gaya hidup biasanya, yang tidak dapat dikompenasi oleh fungsi
penyembuhan.
Banyak bentuk pengobatan dengan aktivitas simptomatik yang potensial, namun,
secara umum, hal ini dikarakterisasi dengan menimbang efek inhibitor pada fungsi vestibular
dan efek sedatif pada SSP secara general.
Untuk alasan ini, dan juga efek lain yang tidak diinginkan, mereka harus dibatasi untuk
beberapa hari setelah kejadian akut dan tidak diperpanjang hingga minggu/bulan. Maka, terapi
simptomatik harus beraksi lebih tidak tiba-tiba pada fungsi yang terganggu dan pengamanan
lebih baik pada mekanisme pusat adaptasi dan kompensasi dari patologi vestibular.
Data eksperimental dan klnis, saat ini ada, menyarankan betahistine yang memiliki
beberapa hal. Betahistine adalah analog histamine yang meningkatkan sirkulasi dari telinga
dalam dan dengan aksi agonis parsial pada reseptor pos sinap H1 dan reseptor antagonis
presinaps H3 yang ada pada berbagai tipe neuron.
Pada percobaan klinis, betahistine diadministrasikan secara oral, dan ditemukan lebih
efektif dari placebo atau penggunaan obat yang lain dalam memperbaiki gejala yang
berhubungan dengan penyakit Meniere, seperti sensasi vertigo. Pada praktek klinis, dosis yang
digunakan secara rata-rata 24-48 mg/hari 2 atau 3 kali per hari.
Metode
Meta analisis ini meninjau percobaan klinis yang dipublikasi dalam Bahasa Inggris dan
Bahasa lainnya dari analisis “Medline”, “EMBASE”, dan “CINAHL” menggunakan kata kunci
“betahistine” dan “peripheral vertigo, atau “betahistine” dan “vertigo”. Lebih jauh lagi, artikel
yang dipublikasi dan menyebabkan dalam bibliografi dari literature yang dikonsultasikan juga
dipertimbangkan, sedangkan data yang berhubungan dengan studi yang tidak dipublikasi dan
pengulangan publikasi dieksklusi. Kriteria inklusi dari meta analisis dikembangkan terutama
pada penelitian bibliografi. Hanya studi klinis yang menggunakan terapi betahistine (drop dan
tablet) yang dibandingkan dengan penggunakan placebo diikutsertakan dan lebih lagi, dalam,
lagi pasien yang menggunakan desai penelitian randomisasi double blind. Percobaan klinis
randomisasi, diikutsertakan pada meta analisis. Kriteria klinis dari inklusi digunakan hanya
untuk pasien dengan cupulo-canalolithiasis atau vertigo sekunder akibat insufisiensi arteri pada
lingkaran posterior. Maka, pasien dengan penyakit Meniere, didiagnosis oada basis sindrom
labirin, yang ada dengan iktal tipikal, berulang, dan tidak terprediksi dari gejala kluster
(hipoakusis, tinnitus, baal, dan vertigo), terkadang berhubungan dengan serangan panik, yang
dieksklusikan. Pada kasus dengan etiologi yang bercampur, hanya pasien dengan vertigo
paroksismal atau insufisiensi vertebrobasilar dipertimbangkan, dengan pasien dengan penyakit
Meniere dieksklusikan. Untuk asesmen meta-analisis, sebagai parameter untuk evaluasi
efikasi, kami mempertimbangkan evaluasi subjektif dari pasien dan dokter, angka episode
vertiginous dalam periode waktu tertentu dikonsiderasikan dan durasinya. Sampel meta
analisis diekstrasi dan distratifikasi dari dasar dua batasan dosis betahistin dan dua durasi
pengobatan. Efikasi betahistine versus placebo dilakukan disemua kasus, juga pada grup
parallel atau potong lintang, dan eksperimental dan stratifikasi berdasarkan batasan dosis dan
batasan durasi pengobatan. Meta analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
Cohcrane Collaboration’s Review Manager. Menggunakan kata kunci yang telah dibangun,
104 publikasi diekstrasi dari data, 29 memiliki desain yang memenuhi kriteria, misalnya double
blind, studi randomisasi dengan kontrol placebo, untuk mengevaluasi efikasi betahistin versus
placebo. Dari 29 studi ini, 7 terpilih untuk analisis kami, sedangkan 22 studi dieksklusi karena
hanya menggunakan pasien Meniere atau efikasi akhir tidak memenuhi kriteria meta analisis.
Jadi meta analisis dilakukan pada 7, double blind, percobaan randomisasi klinis dengan kontrol
plasebo (tabel I).
Desain eksperimental, dosis, periode pengobatan, dan metode yang digunakan untuk
mendapatkan hasil klinis tidak dilaporkan secara homogen pada 7 artikel, karakteristik dari
masing-masing studi diikutsertakan pada meta analisis harus sepenuhnya dianalisis. Lebih jauh
lagi, kriteria dan konsiderasi diadopsi untuk pasien terpilih dan pembagian klasifikasi ulang
pada dasar hasil dari pengobatan dengan mengadopsi variasi dari titik akhir percobaan
berdasarkan klasifikasi biner “meningkat” atau “tidak meningkat”, perlu diperjelas.
Hasil
Sebuah analisis awal dari studi diambil untuk metanalisis, untuk mengungkan
vairabilitas dosis harian (dari 32 sampai 48 mg) dan dari periode pengobatan dari 1 ke 3 bulan.
Saat subjek diikutsertakan dalam penelitian double-blind potong lintang, penilaian dilakukan
setelah kedua pengobatan dengan betahistine dan plasebo, 251 subjek diobati dengan
betahistine dan 251 dengan plasebo tersedia.
Pada periode waktu, ketika studi dibawa (dari 1979 ke 2003) menyebabkan adanya
estimasi, seperti disebutkan sebelumnya, dari variabilitas klinis pada titik akhir yang
diperhitungkan dalam beberapa studi. Untuk membuat titik akhir dari beberapa studi yang
berbeda sebagai data yang seragam, kami mengklasifikasikan evaluasi eubjektif dari dokter
dan/atau pasien pada variable biner “membaik” dan “tidak membaik”.
Secara keseluruham 175 pasien menunjukkan hasil “membaik” pada grup yagn diobati
dengan betahistine dan 92 dalam studi kontrol yang diobat dengan plasebo.
Meta analisis dilakukan pada sampel secara keseluruhan pada studi klinis terpilih,
menghitung Odds Ratio (OR) dalam menghitung pengobatan dengan betahistine 3.52, dengan
CI 2.40-5.18 (Fig. 1). Semua studi menunjukkan hasil yang signifikan mengikuti pengobatan
dengan betahistine, kecuali studi klinisi oleh Fischer dan Van Elferen dimana OR yang
didapatkan 2,24 namun dengan 95% CI antara 0.77 dan 6.52. Total Relative Risk (RR) adalah
1.78, 95% CI 1.48-2.13 (Fig. 2). Pada kasus ini, untuk studi Singarelli, Fischer dan Van Elferen,
serta Legent, RR dan 95% CI, secara berurutan 6.00 (0.95-37.76), 1.24 (0.93-1.65) dan 1.45
(0.99-2.13).